Anda di halaman 1dari 18

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keanekaragaman Hayati dan
Pelestarian Keanekaragaman Hayati
2. Prinsip Dasar Klasifikasi Makhluk
Hidup dan Klasifikasi Hewan
3. Klasifikasi Tumbuhan
4. Virus, Protista dan Monera
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep 1. Biogeografi merupakan ilmu yang mempelajaro
(istilah dan definisi) di penyebaran makhluk hidup tertentu pada
modul ini lingkungan tertentu
2. Kawasan biogeografi Indonesia dibagi menjadi
tiga wilayah, meliputi kawasan sunda, sahul, dan
Wallace
3. Kawasan Sunda (oriental) meliputi : Jawa,
Kalimantan dan Sumatera
4. Kawasan Sahul (Australia) meliputi : Papua dan
Kepulauan Aru
5. Kawasan Peralihan / Campuran meliputi :
Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara
6. Kelompok Penyebaran Hewan menurut Alfred
Russell Wallace:
a. Daerah Paleartik (Asia Utara dan Eropa,
hewan khas: beruang eropa, bison, rusa
kutub)
b. Daerah Ethiopia (Afrika, Arab, Madagaskar,
hewan khas: zebra, jerapah, gajah, gorila)
c. Daerah Oriental (Asia Selatan, Indonesia
Bagian Barat, hewan khas: harimau, gajah,
tapir, kerbau)
d. Daerah Australis (Australia, New Zelan,
Indonesia Bagian Timur, hewan khas: hewan
berkantung seperti kanguru)
e. Daerah Neortik (Amerika Utara, hewan khas :
hewan pengerat besar yaitu berang-berang)
f. Daerah Neotropik (Amerika Tengah dan
Amerika Selatan, hewan has: kera, tapir)
7. Jenis-jenis Vegetasi :
a. Tundra (padang rumput), merupakan vegetasi
rumput dan lumut kerak / Lichenes, terdapat
di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Kanada
b. Taiga, vegetasi hutan hujan jarum (konifer),
terdapat di daerah Skandinavia, Alaska,
Kanada, Siberia
c. Hutan Meranggas (4 Musim), vegetasi hutan
yang hijau pada musim panas dan
menggugurkan daun pada musim dingin,
terdapat di daerah iklim sedang, seperti
Eropa, sebagian Asia, dan Amerika
d. Padang rumput, vegetasi tanpa pohon,
tumbuhan berupa rumput (Graminae),
terdapat di Hongaria, Amerika Utara,
Argentna, Rusia Selatan
e. Vegetasi gurun, memiliki jumlah pohon
sangat sedikit, jenis tumbuhan tahan kering
(xerofit), tumbuhan berbunga dan berbuah
dalam waktu pendek (efermer), terdapat di
daerah gurun Gobi (RRC), gurun Sahara
(Afrika Utara), gurun Kalahari (Afrika Selatan)
f. Sabana, vegetasi padang rumput dan
pepohonan, terdapat di daerah Asia,
Australia, Indonesia
g. Hutan Hujan Tropis, vegetasi tumbuhan hijau
sepanjang tahun, pohon-pohon tinggi,
jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan
menempel (epifit) dan tumbuhan memanjat
(liana), terdapat di daerah Asia, Afrika,
Indonesia, Amerika Selatan
h. Hutan Bakau, vegetasi tumbuhan yang
memiliki akar nafas karena tanah dan airnya
miskin oksigen, contoh : pohon bakau
(Rhizopora sp.), kayu api (Avicennia sp.) dan
Soneratia sp.
8. Tumbuhan khas dan endemik Indonesia:
a. Kayu ramin (Gonystylus bancanus), di
Sumatera, Kalimantan, Maluku
b. Kayu Besi (Euziderozylon zwagri), di Jambi
dan Pulau Sumatera
c. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii), terdapat di
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan
d. Matoa (Pometia pinnata), di daerah Papua
e. Meranti (Shorea sp.), Keruwing (Dipterocarpus
sp.) dan Rotan (Liana sp.) di Pulau
Kalimantan
9. Hewan khas dan endemik Indonesia:
a. Badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di
Ujung Kulon
b. Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau
Komodo
c. Burung Maleo (Macrocephalon maleo)di Pulau
Sulawesi
d. Tapir (Tapirus indicus) di Pulau Sumatera
e. Orang utan (Pongo pygmaeus) di Pulau
Sumatera dan Kalimantan
f. Anoa (Bubalus quarlesi) endemik Sulawesi
g. Babirusa (Babyrousa babyrussa) di Sulawesi
h. Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)
endemik Sumatera
10. Jenis Keanekaragaman Hayati
a. Keanekaragaman Ekosistem (meliputi seluruh
topologi daratan maupun perairan, yang di
dalamnya saling berinteraksi antara populasi
dengan populasi atau dengan lingjyngan fisik
seperti air dan batuan dan lainnya yang saling
ketergantungan)
b. Keanekaragaman jenis (terbentuk karena
adanya sinergisitas ataunkonsep simbiosis
interaksi uang disandikan dalam genetik yang
mengatur sifat-sifat kebakaan dengan
lingkungan tempat hidupnya), yaitu
merupakan keanekaragaman jenis suatu
organisme yang menempati suatu ekosistem,
baik di darat maupun di perairan sehingga
masing-masing organisme memiliki ciri
berbeda satu sama lain
c. Keanekaragaman Genetika (keanekaragaman
individu di dalam suatu jenis yang
disebabkan perbedaan genetis antarindividu)
11. Ekosistem adalah himpunan spesies di area
tertentu yang saling berinteraksi satu dengan
yang lain, melalui proses seperti predasi,
parasitisme, kompetisi dan simbiosis, dan
dengan lingkungan abiotik mereka untuk
hancur dan menjadi bagian dari siklus energi
dan nutrisi
12. Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem alami
(ekosistem marin, ekosistem limnik, ekosistem
semi terestrial, ekosistem terestrial) dan
ekosistem buatan (persawahan, kebun
campuran, tegalan, pekarangan, kolam, tambak)
13. Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman
jenis : waktu, heterogemitas ruang, persainagan,
pemangsaan, stabilitas lingkungan, produktivitas
14. Pengelompokkan sumber daya genetika (SDG):
a. SDG hewan (perikanan dan peternakan)
b. SDG tanaman (tanaman pangan, hortikultura,
tanaman perkebunan dan industri, tanaman
spermatophyta)
c. SDG Mikroba
15. Keunggulan dan keunikan perikanan darat:
a. Varietas atau jenis yang bersifat endemik bagi
suatu daerah memiliki potensi pemanfaatan
yang tinggi baik sebagai konsumsi maupun
lainnya
b. Keberadaan ikan endemik menyatu dengan
perilaku dan pola hidup masyarakat lokal
c. Ikan endemik secara ekologi memiliki habitat
hidup dan perkembangbiakan yang khas yang
tumbuh optimum pada daerah tertentu
d. Jenis ikan endemik memiliki nilai ekonomi
yang tinggi dalam hal cindera mata atau
makanan khas bagi suatu daerah
16. Konservasi adalah langkah-langkah pengelolaan
tumbuhan dan/atau satwa liar yang diambil
secara bijaksana dalam ragka memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa
mendatang
17. Asas konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistem menurut UURI no 5 Tahun 1990 yaitu
pelestarian kamampuan dan pemafaatan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi
dan seimbang
18. Sasaran pokok konservasi atau Strategi
Konservasi sumber daya alam hayati (Dirjen
PHPA DepHut RI, 1990):
a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
(menjamin terpeliharanya proses ekologi yang
menunjanga sistem penyangga kehidupan
bagi kelangsungan pembengunan dan
kesejahteraan manusia)
b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa (menjamin terpeliharanya
keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe
ekosistemnya, sehingga mampu menunjang
pembangunan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi memungkinkan kebutuhan manusia
yang menggunakan sumber daya alam hayati
bagi kesejahteraan)
c. Pemanfaatan secara lestari (usaha
pembatasan/pengendalian dalam
pemanfaatan sumber daya alam hayati
sehingga pemanfaatan tersebut dapat
dilakukan secara terus menerus di masa
mendatang dengan tetap menjaga
keseimbangan ekosistemnya
19. Upaya konservasi keanekaragaman hayati:
a. Konservasi in-situ (konservasi tumbuhan dan
atau satwa yang dilakukan di dalam habitat
alaminya)
b. Konservasi ex-situ ( konservasi tumbuhan dan
atau satwa yang dilakukan di luar habitat
alaminya)
20. Kawasan suaka alam yang merupakan kawasan
konservasi in situ:
a. Kawasan taman nasional, ciri-ciri:
1. Biasanya dalam ekosistemnya terdapat
flora dan fauna yang khas dan unik
(contoh: Taman Nasional Komodo, Taman
Nasional Ujung Kulon)
2. Ekosistem di dalanmya masih asli
3. Memiliki luasan yang cukup untuk
menunjang proses ekologi
4. Dikelola melalui sistem zonasi kawasan
sesuai dengan fungsinya
b. Kawasan Taman Hutan Raya (kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau
bukan alami, jenis asli dan/atau bukan jenis
asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan
untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi)
- kriteria:
1. Memiliki suatu ciri khas
2. Memiliki keindahan alam
3. Berukuran luas
- Tujuan pengadaan hutan raya:
1. Terjaminnya kelestarian kawasan hutan
beserta ekosistemnya
2. Terbinanya koleksi tumbuhan dan satwa
3. Potensi sumber daya alam
4. Menunjang dalam berbagai proses, seperti
penelitian, pendidikan, budaya serta adat
istiadat
c. Kawasan taman wisata alam ( kawasan
pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan
rekreasi)
d. Kawasan suaka alam (KSA), merupakan
kawasan dengan ciri khas tertentu yang
memiliki fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistem yang berfungsi sebagai
wilayah penyangga kehidupan
21. KSA terdiri atas:
a. Kawasan Cagar Alam (kawasan yang memiliki
kekhasan/keunikan jenis tumbuhan
dan/atau keanekaragaman tumbuhan beserta
gejala alam dan ekosistemnya yang
memerlukan upaya perlindungan dan
pelestarian agar keberadaan dan
perkembangannya dapat berlangsung secara
alami)
b. Kawasan Suaka Margasatwa (kawasan yang
memiliki kekhasan/keunikan jenis satwa liar
dan/atau keanekaragaman satwa liar yang
untuk kelangsungan hidupnya memerlukan
upaya perlindungan dan pembinaan terhadap
populasi dan habitatnya)
- Kriteria suaka margasatwa:
1. Merupakan tempat hidup dan
berkembang biak satu atau beberapa
jenis satwa langka dan/atau hampir
punah
2. Memiliki keanekaragaman dan populasi
satwa yang tinggi
3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi
jenis satwa migrasi tertentu
4. Memiliki luas yang cukup sebagai
habitat jenis satwa
22. Lembaga konservasi adalah lembaga yang
bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan
satwa liar di luar habitatnya, baik berupa
lembaga pemerintah maupun lembaga non
pemerintah
23. Lembaga konservasi sebagai bentuk konservasi
ex situ, yaitu:
a. Kebun binatang, dengan kriteria:
- Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-
kurangnya 3 kelas
- Memiliki luas lahan sekurang-kurangnya
50 hektar
- Memiliki ketersediaan sumber air dan
pakan yang cukup
- Memiliki sarana pemeliharaan satwa
- Memiliki kantor pengelola dan sarana
pengelolaan pengunjung
- Tersedia tenaga kerja sesuai bidang
keahlian
b. Taman safari, kriteria:
- Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-
kurangnya 3 kelas
- Memiliki lahan sekurang-kurangnya 100
ha
- Ketersediaan air dan pakan yang cukup
- Memiliki sarana pemeliharaan satwa
- Memiliki sarana peragaan satwa secara
terbuka dengan luas memadai
- Memiliki kantor pengelolaan dan sarana
pengelolaan
- Tersedia tenaga kerja sesuai bidang
c. Taman satwa, kriteria:
- Koleksi satwa sekurang-kurangnya 2 kelas
- Memiliki lahan sekurang-kurangnya 1 ha
- Ketersediaan air dan pakan cukup
- Memiliki sarana pemeliharaan satwa
- Memiliki kantor pengelolaan dan sarana
pengelolaan
- Tersedia tenaga kerja sesuai bidang
keahlian
d. Kebun botani, kriteria:
- Koleksi berbagai jenis tumbuhan
- Memiliki lahan sekurang-kurangnya 1 ha
- Memiliki sarana pendukung pengelolaan
(gren house, laboratorium, kebun bibit)
- Memiiki kantor pengelolaan dan sarana
pengelolaan
- Tersedia tenaga kerja sesuai bidang
keahlian
24. Ciri-ciri makhluk hidup:
a. Sensitivitas atau repon terhadap rangsang
b. Reproduksi
c. Tumbuh dan berkembang
d. Sistem regulasi
e. Homeostasis
f. Reproduksi
25. Tujuan klasifikasi yaitu untuk mendeskripsikan
ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-
tiap jenis agar mudah dikenal, mengtahui
hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup
serta mempelajari evolusi makhluk hidup atas
dasar kekerabatannya
26. Taksonomi adalah ilmu tentang teori pencirian,
pengklasifikasi, dan penamaan makhluk hidup
27. Jenis taksonomi :
a. Taksonomi numeris
b. Taksonomi genetik
28. Sumber bukti taksonomi:
a. Morfologi (organ reproduksi,
organpencernaan, bentuk paruh/gigi)
b. Embriologi
c. Anatomi
d. Sitologi (fokus pada kromosom dan berbagai
atributnya)
e. Fisiologi
f. Penyebaran geografis
29. Penggolongan klasifikasi:
a. Buatan
b. Alami
c. Filogenik
30. Tahapan klasifikasi :
a. Pencandraan/identifikasi (proses
mengidentifikasi atau mendeskripsikan ciri-
ciri suatu makhluk hidup yang akan
diklasifikasikan)
b. Pengelompokkan (Makhluk hidup
dikelompokkan dengan makhluk hidup lain
yang memiliki ciri-ciri serupa, dikelompokkan
dalam takson)
c. Pemberian nama takson (untuk memudahkan
dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok
makhluk hidup)
31. Pertelaan/deskripsi merupakan pemaparan
batasan atau ruang lingkup dan ciri-ciri takson
dengan suatu pelukisan atau penggambaran
terperinci yang menggunakan kata dan istilah
serta kadang dilengkapi pula dengan
gambar/ilustrasi
32. Urutan takson berdasarkan International Code of
Botanical Nomenclature (ICBN) dan International
Committee on Zoological Nomenclature (ICZN) :
- Kingdom/Regnum/Dunia/Kerajaan
- Filum/Divisi/Bagian/Keluarga
- Cless/Kelas
- Ordo/Bangsa
- Famili/suku
- Genus/marga
- Spesies/jenis
33. Aturan penulisan binomial nomenklatur:
a. Selalu menempatkan genus di awal dan
diikuti nama spesies
b. Nama genus selalu diawali huruf kapital dan
nama spesies selalu diawali huruf biasa)
c. Ditulis menggunakan huruf cetak miring atau
diberi garis bawah terpisah kepada nama
genus dan spesies jika ditulis tangan
d. Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan
(untuk tumbuhan) dari author boleh
diberikan di belakang nama spesies dan
ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa
garis bawah jika ditulis tangan
e. Pada penulisan teks yang memyertakan nama
umum / trivial, nama ilmiah menyusul dan
ditulis di dalam kurung
f. Nama ilmiah ditulis lengkap apabila
disebutkan pertama kali, penyebutan
berikutnya cukup mengambil huruf awal
nama genus dan diberi titik lalu nama spesies
secara lengkap
g. Singkatan “sp.” (zoologi) atau “spec.” (botani)
digunakan jika nama spesies tak dapat atau
tak perlu dijelaskan, dan singkatan “spp.”
(zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak
h. Singkatan “ssp.” (zoologi) atau “subsp.”
(botani) menunjukkan sub spesies yang
belum diidentifikasi, bentuk jamaknya “sspp.”
atau “subspp.”
i. Penamaan biologi dapat diperluas hingga
tingkat di bawah spesies (subspesies),
dinamakan “trinomen” untuk zoologi dan
“trinomial” untuk botani
34. Dasar klasifikasi hewan
a. Persamaan
b. Perbedaan
c. Ciri morfologi dan anatomi
d. Ciri biokimia
35. Klasifikasi hewan
a. Filum Porifera (hewan berpori dengan bentuk
yang sangat sederhana, terbagi atas kelas
Calcarea, Hexactinellida, Demospongia)
b. Filum Coelenterata (hewan dengan dua
lapisan sel tunas, lapisan epidermis dan
gastrodermis, terbagi atas kelas Hydrozoa,
Schyphozoa, Anthozoa)
c. Filum Plathyhelminthes (tubuh pipih, lunak,
simetri bilateral, hermaprodit, bersifat
triploblastik, tidak bersegmen, tidak memiliki
coelom, banyak bersifat parasit, terbagi atas
kelas Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan
Cestoda)
d. Film Nematoda (cacing gilig, tidak bersegmen,
hidup di dalam tanah lembab, jaringan
lembab tumbuhan, dalam cairan tubuh dan
jaringan hewan)
e. Filum Annelida (cacing bersegmen, hidup di
air tawar, air laut dan darat, tubuh berselom,
bersepta, memiliki sistem digesti, saraf,
ekskresi dan reproduksi majemuk, terbag atas
kelas Oligochaeta, Polychaeta, dan Hirudinae)
f. Filum Molluska (tubuh berselubung mantel,
kaki berotot, memiliki sistem digesti,
respirasi, ekskresi dan reproduksi yang
kompleks, sistem sirkulasi tertutup, tergabi
atas kelas Polyplacophora (chiton),
gastropoda, bivalvia, dan cephalopoda)
g. Filum Arthropoda (tubuh terbagi menjadi tiga
segmen utama yaitu kepala, dada (thoraks)
dan perut (abdomen), simetri bilateral,
memiliki rangka luar dari zat kitin, terbagi
atas kelas Arachnida, Crustacea, Myriapoda,
Insecta/Hexapoda)
h. Filum Echinodermata (hidup di laut, simetri
radial, memiliki 5 buah antimeter tersusun
radial, mulut di tengah, kulit berduri, kaki
berbentuk tabung, terbagi atas kelas
Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea,
Holothuroidea, dan Crinodea)
i. Filum Chordata
- Subfilum urochordata (disebut tunicata hidup
di laut diam/menempel / sesil pada
bebatuan, terdiri atas kelas ascidiacea,
thaliacea, appendicularis)
- Subfilum cephalochordata(dikenal sebagai
lancelet, hidup di dasar laut mengubur diri
hanya menampakkan ujung anterior berupa
tentakel untuk menangkap makanan
- Subfilum Vertebrata, terdiri dari dua
superkelas:
1. Superkelas Agnatha (tidak memiliki
rahang: hagfish dan lamprey)
2. superkelas Gnathostomata (berahang),
meliputi kelas:
a. Chondrichthyes (ikan bertulang rawan,
hiu, pari)
b. Osteichthyes (ikan bertulang keras)
c. Amphibi (katak dan salamander)
d. Reptilia
e. Aves (burung dan unggas)
f. Mamalia (binatang menyusui)
36. Kelas Condrichthyes (ikan tulang rawan)
Terbagi atas
a. Sub kelas Elasmobranchii (terdiri atas ordo
Squaliformes/semua ikan hiu dan Ordo
Rajiformes/semua ikan pari)
b.
37. Kelas amphibi, terdiri dari ordo Anura (salientia),
ordo Caudata (Urodela), Ordo Gymnophiona
(Apoda), ciri-ciri amphibi meliputi:
a. Tubuh diselubungu kulit berlendir
b. Merupakan hewan berdarah dingin
c. Jantung terdiri dari 3 ruang (dua serambi,
satu bilik)
d. Memiliki dua pasang kaki yang memiliki
selaput renang
e. Mata memiliki selaput tambahan
38. Kelas reptilia (seluruh tubuh tertutup oleh kulit
kering/sisik, tetrapoda dan ada yang mengalami
reduksi sama sekali (serpentes dan lacertilian),
memiliki 5 jari/petadactylus, bercakar, bernapas
dengan paru-paru, terbagi atas ordo Testudinata,
Rhynochepalia, Squmata, dan Crocodila)
39. Kelas Aves (hampir seluruh tubuh tertutup bulu,
terbagi atas kelompok ratita/tidak bisa terbang
(burung unta, kiwi) dan kelompok karinata/bisa
terbang, diklasifikasikan dalam beberapa ordo,
yaitu:
a. Ordo yang sudah punah:
- Aepyornithiformes
- Dinornithiformes
- Hesperonis dan ichtyornis
- Archaeopteryx
- diatryniformes
b. Ordo yang belum punah:
- Apterygiformes (Apteryx australis)
- Strthioniformes (Struthio camelus)
- Rheiformes (Rhea americana)
- Casuarriiformes (Casuarius casusrius)
- Tinamiformes (Eudromia elegans)
- Podicipediformes (Podiceps cristalis)
- Gaviiformes (Gavia immer)
- Spheniscitormes (Apteno forster)
- Procellariiformes (Diomedea nigripes)
- Pelecaniformes (Pelecanus conspicillasis)
- Ciconiiformes (Ardea herodria)
- Anseriformes (Anhima cornuta)
- Falconiformes (Falco peregrius)
- Galliformes (Pavo mulicus)
- Gruiformes (Turnix suscicator)
- Caradriiformes (Larus marinus)
- Columbiformes (Pterocles alchata)
- Psittaciformes (Cacatua galerita)
40. Kelas Mamalia ( kulit ditutupi rambut dan
memiliki kelenjar susu)
41. Karakteristik Bryophyta:
a. Multiselurer dan berbentuk piph, melekat
pada substrat dengan ketinggian 1-2cm, ada
pula yg mencapai 20cm
b. Autotrof
c. Dinding sel dari selulosa tidak memiliki lignin
d. Semua tumbuhan lumut memiliki susunan
bentuk gametangium yang sama
e. Belum memiliki akar, batang, daun sejati
f. Nonvaskular, sehingga pengangkutan
menggunakan sel parenkim
g. Hidup di tempat lembab dan basah, kecuali
spaghnum (di air)
h. Tidak memiliki kambium
i. Hidup berkoloni
42. Metagenesis lumut:
a. Sporofit (2n): umur pendek, menempel pada
talus gametofit, tidak bercabang, membentuk
sporangium pada ujungnya
b. Gameofit (n): umur lama, dominan pada talus,
hidup menempel pada substrat, merupakan
perkecambahan dari spora (protonema),
membentuk anteridium (bentuk seperti gada,
menghasilkan anterizoid) dan arkegonium
(bentuk seperti botol, membentuk ovum)
43. Klasifikasi Bryophyta, terbagi atas 3 kelas:
a. Lumut daun (Bryopsida/Musci): gametofit
terdiferensiasi dapat dibedkan bentuk akar,
batang, daun, sporofit berumur panjang
ujungnya terdapat kapsul spora (seta), terbagi
atas ordo andreacales, ordo sphagnales, ordo
bryales
b. Lumut hati(Hepaticeae): tubuh terbagi
menjadi dua lobus sehingga tampak seperti
lobus pada hati, reproduksi secara seksual
(spora) dan aseksual (gemma cup), terbagi
atas ordo anthocerolates, ordo marchantiales,
ordo jungermaniales)
c. Lumut tanduk : sporofit berupa kapsul
memanjang dan meruncing hanya terdiri atas
sporangium, gametofit tumbuh horizontal
dilekati sporofit majemuk, bersimbiosis
dengan sianobakteri pemfiksasi nitrogen
44. Karakteristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta):
a. Reproduksi seksual menggunakan spora
b. Memiliki lapisan pelindung pada organ
reproduksi
c. Embrio multiseluler yang terdapad di
arkegonium
d. Lapisan kutikula di bagian luar tubuh
e. Sistem transportasi internal
f. Tubuh terdiri atas akar,batang, daun
g. Akar berupa rizoid, ujung erabut dilindungi
kaliptra
h. Batang umumnya tidak tampak (kecuali
tumbuhan paku tiang)
i. Daun muda umumnya menggulung
45. Klasifikasi Pteridophyta: berdasarkan jenis dan
ukuran spora, sifata nulus, letak sporangium dan
sorusnya pada daun dibedakan menjadi kelas
Psilophyta, Equisetinae, Lycopodinae, Felicinae
46. Karakteristik Gymnospermae (Tumbuhan berbiji
terbuka):
a. Bakal biji tidak terlindungi daun buah,
umumnya berupa perdu atau pohon
b. Berkambium, berkas pengangkut tersusun
kolateral terbuka, xilem terdiri atas trakeid
dan folem tanpa sel pengiring
c. Memiliki akar, batang daun sejati
d. Perkakaran tunggang
e. Daun sempit, tebal, kaku
f. Tulang daun tidak beragam
g. Tidak memiliki bungan sejati, yaitu disebut
strobilus
h. Alat reproduksi terpisah (strobilus jantan dan
strobilus betina)
i. Batang tegak lurus dan bercabang, daun
tidak melebar, jarang yang majemuk, sistem
pertulangan dau tidak beragam.
47. Klasifikasi Gymnospermae:
a. Kelompok yang sudah punah:
- Bennetophyta
- Cordaitophyta
- Pteridospermophyta
b. Kelompok yang masih ada:
- Ginkgophyta ( Ginkgo biloba)
- Cycadophyta, batang tidak bercabang,
daun majemuk, berumah dua, strobilus
jantan besar tersusun atas sporofil
berbentuk sisik, pada strobilus betina
sporofil berupa sisik dengan 2bakal biji
(Cycas rumphii)
- Coniferophyta/pinophyta , tajuk
berbentuk kerucut, berupa semak, perdu
atau pohon, daun berbentuk jarum,
berumah satu, terbagi atas ordo
Araucariales, podocarpales, Cupressales,
Pinales
- Gnetophyta, terdiri dari genus Gnetum,
Welwitschia, Ependra, strobilus jantan
majemuk, daun berhadapan atau
melingkar, tidak terdapat resin, seluruh
pembuluh terdapat pada kayu sekunder
(Gnetum gnemon)
48. Karakteristik Angiospermae (Tumbuhan Berbiji
Tertutup):
a. Memiliki bunga sejati
b. Biji dilindungi oleh bakal buah
c. Daun buah berdaging tebal
d. Tubuh terdiri dari akar, batang, daun, bunga
e. Bunga terdiri dari kelopak, mahkota, benang
sari dan putik
f. Bentuk dan ukuran tubuh berbeda-beda
g. Sistem perakaran tunggang dan serabut
h. Bentuk tulang daun bervariasi
i. Reproduksi secara generatif dan vegetatif
j. Batang berkambium dan tidak berkambium
k. Terjadi pembuahan ganda
l. Xilem terdiri dari trakea dan trakeida
m. Makrosporofil dan mikrosporofil dapat
terpisah dan ada yang bersatu
49. Klasifikasi angiospermae:
a. Kelas Liliopsida/Monocotyledonae (biji
memiliki satu daun lembaga yang
berfungsimenyerap zat makanan dari
endosperma pada saat biji berkecambah,
jumlah bagian bunga kelipatan 3, daun
tunggal, tulang daun sejajar atau
melengkung, sistem pertakaran serabut.
Terbagi atas:
- ordo pandanales, famili : Pandanaceae,
Sparganiaceae, Typhaceae
- ordo helobia, famili: Alismataceae,
Butomaceae, dan Hydrochariataceae
- ordo Spathiflorae, famili: Araceae,
Lemnaceae
- Ordo Glmiflorae/Poales/Graminales,
famili: Gramineae, Cyperaceae
- Ordo Principes/Arecales, famili:
Arecaceae/Palmae, Cyclanthaceae
- Ordo farinosae/Bromeliales, famili:
Bromeliaceae, Flagellariaceae,
Commelinaceae, Pontederiaceae,
Restionaceae, Mayacaceae, Xyridaceae,
Eriocaulaceae
- Ordo Liliflorae/ Liliales, famili: Liliaceae,
Amarylidaceae, Dioscoreaceae,
Velloziaceae, Iridaceae, Taccaceae,
Juncaceae, Burmanniaceae
- Ordo Scitaminae Zingiberales, famili:
Musaceae, Zingiberaceae, Cannaceae,
Maranthaceae
- Ordo
Microspermae/Gynandrae/Orchidales,
famili: Orchidaceae, Apotasiaceae
b. Kelas Magnoliopsida/Dicotyledonae
Saat berkecambah biji memiliki 2 daun
lembaga, bagian bunga berkelipatan 2, 4, atau
5, daun tunggal atau majemuk, tulang daun
menjari atau menyirip, sistem perakaran
tunggang, tubuh dapat berupa semak, herba
atau pohon, berkambium, berkas vaskuler
batang kolateral terbuka, di akar bertipe
radial.
50. Klasifikasi Kelas Dicotyledonae:
a. Sub Kelas Monochlamydeae/Apetalae: tubuh
berupa pohon/tumbuhan berkayu, bunga
kelamin tunggal dengan penyerbukan
anemogami, tidak punya hiasan bunga atau
hanya punya satu biasanya menyerupai
kelopak, jumlah benang sari sama dengan
jumlah daun hiasan bunga, duduknya
berhadapan dengan daun hiasan bunga.
Ordo:
- Casuarinales/verticillatae, famili:
Casuarinaceae (Casuarina equisetifolia)
- Piperales, famili: Piperaceae, Saururaceae,
Chloranthaceae
- Urticales, famili: Urticaceae, Moraceae,
Cannabinaceae, Ulmaceae
b. Sub Kelas Dyalipetalae: habitus berupa terna,
semak, perdu dan pohon, hiasan bunga
ganda, kelopak dengan mahkota dapat
dibedakan dengan jelas, daun mahkota bebas
satu sama lain, bagian bunga tersusun secara
spiral, batas antara kelopak dan mahkota
terkadang tidak jelas. Ordo:
- Caryophylales/Centrospermae, famili:
Amaranthaceae, Nygtaginaceae,
Portulacceae
- Ranales/Polycarpicae, famili: Nympaceae,
Annonaceae, Magnoliaceae
- Rhoedales/Brassicales, famili:
Capridaceae, Brassicaceae
- Rosales, famili: Rosaceae, Leguminosae
(Mimosoidea, Caesalpinioideae,
Papilionaceae/Lotoideae), Crasulaceae
- Graniales, famili: Rutaceae,
Euphorbiaceae, Oxalidaceae
- Sapindales, famili: Sapindaceae,
Anacardiaceae, Balsaminaceae
- Malvales, famili: Malvaceae, Tiliaceae,
Elaeocarpaceae, Bombacaceae,
Sterculiaceae
- Parietales, famili: Passifloraceae,
Caricaceae, Begoniaceae
- Opuntiales, famili: Cactaceae
- Myrtales/Myrtiflorae, famili:
Rizophoraceae, Combretaceae, Myrtaceae,
Melastomaceae
- Apiales/Umbelliflorae, famili: Apiaceae
c. Sub Kelas Sympetalae: memiliki bunga dan
hiasan bunga lengkap, terdiri atas kelopak
dan mahkota, daun mahkota berlekatan
menjadi satu, ordo:
- Contortae/Apocynales, famili:
Apocynaceae, Oleaceae
- Solanales, famili: Solanaceae,
Convolvulaceae, Verbenaceae,
Achantaceae, Labiatae/Lamiaceae
- Plantaginales, famili: Plantaginaceae
(genus: Litorella, Bougueria, Plantago)
- Rubiales, famili: Rubiaceae, Caprifoliaceae
- Ebenales, famili: Sapotaceae, Ebenaceae
- Cucurbitales, famili: Cucurbitaceae
51. Asterales/Campanulatae, famili: Campanulaceae,
Asteraceae/Compositae
52. Struktur Virus:
a. Kapsid, kulit protein yang melindungi genom
virus, terbentuk dari kasomer
b. Serabut ekor, untuk melekat pada sel inang
c. Asam nukleat, sebagai pengendali virus dan
berfungsi untuk reproduksi
d. Leher virus, penghubung bagian kepala dan
ekor, hanya dimiliki oleh virus kompleks
53. Reproduksi Virus/ tahap replikasi virus:
a. Penempelan/perlekatan (pada reseptor
spesifik pada membran sel inang melalui
protein perlekatan dalam kapsid/glikoprotein
pada amplop virus
b. Penetrasi (asam nukleat memasuki sel inang)
c. Replikasi (Virus DNA menggunakan protein
sel inang dan enzim untuk ditranskripsi ke
mRNA, dan mengambil alih proses sintesis
protein untuk kepentingan produksi virion
baru)
d. Pelepasan, melalui dua cara:
- Daur litik/infeksi mematikan
- Daur lisogenik/ infeksi sedang/non virulen
54. Monera: terdiri dari satu sel hidup, prokariotik
55. Klasifikasi:
a. Domain Archaea, tersusun oleh lipid gliserol
berbasis isoprenoid/polimer alkyl, tidak
sensitif terhadap antibiotik karena tidak
memiliki murein, dinding sel tersusun atasn
lapisan S merupakan sub unit protein, mudah
terurai oleh larutan konsentrasi rendah
seperti detergen. Pengelompokkan:
- Metanogen( memproduksi Metana/CH4,
anaerob obligat, berpern dalam penguraian
kotoran)
- Halofil (hidup di tempat asin, koloni
mmbentuk buih berwarna ungu yang
dihasilkan bakteriorhodopsin)
- Termofil (hidup di lingkungan panas 60-
800C, memperoleh energi dengan
mengoksidasi sulfur)
b. Domain Bacteria (terdiri atas
Bakteri/Schizophyceae dan Alga
biru/Cyanophyceae
56. Pengelompokkan Archaea berdasarkan
filogenetiknya:
a. Filum Crenarchaeota (organisme termoflik,
aerob obligat dan fakultatif)
b. Filum Euryarcheota (kelompok metanogen,
menghasilkan gas metan dari senyawa
karbon)
c. Korarcheota (baru di temukan di mata air
panas)
57. Struktur tubuh bakteri, meliputi: nukleotida,
ribosom, membran plasma (porotein dan
fosfolipid), dinding sel (protein dan polisakarida),
kapsul, flagel/bulu cambuk, pilusdan fimbria
(protein berupa rambut halus, pada bakteri gram
negatif), klorosom (pada bakteri fotosintesis),
vakuola gas (pada bakteri fotosisntesis dan yang
hidup di air), endospora (tesusun atas protein,
bentuk laten bakteri, menandung sedikit
sitoplasma, materi genetik, dan ribosom, tahan
terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi
dan zat kimia)
58. Pengelompokkan:
a. Berdasarkan bentuk dan susunan sel:
kokus/coccus, batang/ basilus, spiral
b. Berdasarkan dinding sel: bakteri gram positif
(dinding sel tersusun oleh satu lapis
peptidoglikan sehingga mempertahankan
warna ungu saat pewarnaan gram), bakteri
gram negatif (dinding sel tersusun atas
lapisan luar (peptidoglikan dan protein) dan
lapisan dalam (peptidoglikan saja), tidak
mepertahankan zat warna metil saat
pewarnaan gram)
c. Berdasarkan alat gerak (atrik, monotrik,
lofotrik, amfitrik, peritrik)
d. Berdasarkan cara memperoleh energi (bakteri
heterotrof : bakteri parasit, saprofit, patogen;
bakteri autotrof: fotoautotrof, kemoautotrof)
e. Berdasarkan kebutuhan oksigen ( aerob,
aerob obligat, anaerob, anaerob obligat,
anaerob fakultatif)
59. Klasifikasi Eubakteria:
a. Proteobacteria (bakteri ungu, proteobacteria
kemoautotrof, proteobacteria kemoheterotrof)
b. Clamydia (memiliki ukuran paling kecil,
bentuk tubuh tidak beraturan, hidup parasit)
c. Cyanobacteria/bakteri hijau-biru/bakteri
biru-hijau (warna hijau kebiruan lebih
dominan biru/fikosianin, dapat
berfotosintesis)
d. Spirochetes (bakteri gram negatif berbentuk
spiral, kemoheterotrof)
60. Tata nama bakteri, nama spesies ditentukan
oleh:
a. Sifat struktural (bentuk, ukuran, cara gerak,
reaksi terhadap pewarnaan gram, sifat koloni)
b. Sifat biokimia dan kebutuhan nutrisi, produk
akhir metabolisme,susuna biokimiawi,
komponen metabolitnya
c. Sifat fisiologis terhadap oksigen, temperatur,
pH, dan respon terhadap anti bakteri
d. Sifat ekologi
e. Komposisi basa DNA homologi dan sifat
genetik
61. Reproduksi bakteri secara seksual dan aseksual
62. Ciri-ciri Protista: berukuran mikroskopis dan
makroskopis, uniseluler, eukariotik, hidup bebas
dan bersimbiosis, habitatnya tempat lembab,
bersifat aerob dan anaerob, heterotrof, motil
63. Klasifikasi protista:
a. Protista mirip jamur:
- Myxomycota/plasmodium, siklus hidup :
plasmodium dewasa (2n)  sporangium
(saat lingkungan kurang menguntungkan
(2n)  spora (n)  berkecambah (n) saat
lingkungan menguntungkan  sel aktif
ameboid/berflagel  plasmodium dewasa
- Acrasiomycota/jamur lendir
seluler/protozoa uniseluler, siklus hidup:
sel ameboid (n) membentuk agregat seperti
peluru dan dapat berpindah tempat saat
lingkungan kurang mendukung 
menetap di suatu tempat membentuk
fruiting body  membentuk struktur
batang penyokong/stalk dan kumpulan
spora di ujungnya  spora menjadi sel
ameboid (n) saat jatuh pada lingkungan
yang mendukung  sel ameboid
melakukan singami sehingga terbentuk
zigot (2n)  pembelahan meiosis dan
mitosis  sel ameboid baru (n)
- Oomycota/water mold/jamur air/karat
putih/downy mildey, berupa hifa,
uniseluer dan multiseluler, tidak
berkloroplas, berdinding sel selulosa,
reproduksi vegetatif (zoospora berflagel/ddi
air dan sporangium/konidium di darat),
reproduksi generatif (oogami)
b. Protista mirip tumbuhan:
- Euglenophyta
- Chrysophyta/alga emas
- Baccilariophyta/diatom
- Pyrophyta/dinoflagellata/ganggang api
- Chlorophyta/alga hijau
- Phaeophyta/alga coklat
64. Rhobdophyta/alga merah
2 Daftar materi yang 1. Kawasan suaka alam dan Kawasan Pelestarian
sulit dipahami di Alam
modul ini 2. Filum Nematoda
3. Monofiletik, polifiletik, parafiletik
4. Klasifikasi monera (domain Archaea)
3 Daftar materi yang 1. Membedakan keanekaragaman jenis dan
sering mengalami keanekaragaman genetik
miskonsepsi 2. Condrichthyes dan Osteichthyes
3. Angiospermae dengan organ reproduksi strobilus
4. Replikasi DNA/RNA Virus

Anda mungkin juga menyukai