Anda di halaman 1dari 77

URGENSI MUSYAWARAH DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

TINJAUAN AL-QUR’AN SURAH ALI-IMRAN AYAT 159

RISALAH

OLEH:
DEDI MAULANA
NIM:191908102102

MA’HAD ALY BABUSSALAM AL HANAFIYYAH


KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH
TAHUN 2023
URGENSI MUSYAWARAH DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
TINJAUAN AL-QUR’AN SURAH ALI-IMRAN AYAT 159

RISALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar


Sarjana Agama Pada Takhassus Tafsir Wa’ulumuhu
Konsentrasi Tafsir Ahkam

OLEH:
DEDI MAULANA
NIM:191908102102

MA’HAD ALY BABUSSALAM AL HANAFIYYAH


KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI ACEH
TAHUN 2023

i
URGENSI MUSYAWARAH DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
TINJAUAN AL-QUR’AN SURAH ALI-IMRAN AYAT 159

RISALAH

OLEH
DEDI MAULANA
NIM: 191908102102
Takhasus: tafsir wa’ulumuhu
Konsentrasi: tafsir ahkam

Disetujui Oleh:

Pembimbing I pembimbing II

Tgk. A Rabahanuddin Murad, M.Pd. Tgk. Marhaban Habibi, S.Pd. I.

Mengetahui
Mudir Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah

Dr. Tgk. H. Teuku Zulkhairi, S.Pd. I., MA


NIP: 19850815201101 1 012

ii
URGENSI MUSYAWARAH DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
TINJAUAN AL-QUR’AN SURAH ALI-IMRAN AYAT 159

RISALAH

OLEH
DEDI MAULANA
NIM: 191908102102
Takhasus: tafsir wa’ulumuhu
Konsentrasi: tafsir ahkam

Disetujui Oleh:

Pembimbing I pembimbing II

Tgk. A Rabahanuddin Murad, M.Pd. Tgk. Marhaban Habibi, S.Pd. I.

Mengetahui
Naib mudir bagian akademik

Tgk. A Rabahanuddin Murad, M. Pd.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

URGENSI MUSYAWARAH DALAM MENYELESAIKAN MASALAH


TINJAUAN AL-QUR’AN SURAH ALI-IMRAN AYAT 159

RISALAH

Nama : DEDI MAULANA


NIM : 191908102102
Takhassus : Tafsir dan Ilmu Tafsir
Konsentrasi : Tafsir Ahkam

Telah Dipertahankan di depan Tim Penguji Risalah


Ma’had Aly Babussalam Al Hanafiyyah Kabupaten Aceh Utara - Aceh
Tanggal : 22 Agustus 2023 M
4 Safar 1445 H

Ketua Sekretaris

Dr. Tgk. H. Teuku Zulkhairi, S.Pd.I., MA Tgk. Dailami, M.Pd.


Nip :19850815 201101 1 012 Nip :198303032023211012

Penguji I Penguji II

Tgk. Marhaban Habibi, S.Pd.I. Tgk. A Rabhanuddin Murad, M.Pd.


Nip : Nip :

Aceh Utara, 22 Agustus 2023


Ma’had Aly Babussalam Al Hanafiyyah Kabupaten Aceh Utara - Aceh
Mudir

Dr. Tgk. H. Teuku Zulkhairi, S.Pd.I., MA


NIP: 19850815 201101 1 012

iv
Abstrak

Nama Mahasiswa : Dedi Maulana


NIM : 191908102102
Takhassus : Tafsir Wa`Ulumuhu
Konsentrasi : Tafsih Ahkam
Judul Skripsi : Urgensi Musyawarah Dalam Menyelesaikan Masalah
Tinjauan Al-Qur`an Surah Ali Imran Ayat 159

Kata kunci: Surat Ali Imran Ayat 159, Musyawarah Dalam Islam.
Skripsi ini berjudul “Urgensi Musyawarah Dalam Menyelesaikan Masalah
Tinjauan Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 159”. Urgensi musyawarah dalam
menyelesaikan masalah merupakan sebuah topik yang penting untuk diteliti.
Adapun penulisan skripsi ini dilatar belakangi dengan perihal musyawarah di dalam
islam dan pandangan-pandangan islam terhadap musyawarah di dalam Al-Qur’an.
Tulisan ini membahaskan tentang Apa urgensi musyawarah tinjauan Al-Qur’an
Surah Ali-Imran ayat 159, dan Bagaimana kaedah dan etika dalam bermusyawarah
tinjauan Surah Ali-Imran ayat 159. Dengan mengunankan pendekatan penelitian
deskriptif kualitatif , karena data yang dikumpulkan dan dianalisa merupakan data-
data deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bukan angka. Untuk menemukan
jawaban terhadap permasalahan tersebut, penulis mengumpulkan data dalam
berbagai sumber, baik sumber primer, maupun sekunder yang merujuk kepada
kitab-kitab tafsir karya ulama kontemporer dan hadist-hadist lainnya yang terkait
tentang urgensi musyawarah dalam meuyelesaikan masalah kajian surah Ali- Imran
ayat 159. Supaya menemukan jawaban terhadap permasalah yang terjadi peneliti
mengangkat data yang dianalisa dengan menggunakan metode analisis isi (content
analysis). Adapun tulisan ini berkesimpulan bahwa Musyawarah menjadi sarana
untuk mengungkap kemampuan dan kesiapan, sehingga orang yang melakukan
musyawarah dapat mengambil manfaat dari kemampuan tersebut, selanjutnya
Musyawarah juga ikut melatih adil dalam pemerintahan memperkaya pengalaman,
mengasah penalaran akal dan kecerdasan. Musyawarah menguatkan tekad,
mendatangkan keberhasilan, menjelaskan kebenaran, memperluas alasan,
menghindarkan diri dari penyesalan, mengambil kesimpulan yang benar sehingga
timbul kepastian bertindak yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan. Motivasi atau mamfaat ialah Surah Ali Imran Ayat 159 menyatakan
bahwa keberhasilan seorang ummat Islam tidak terlepas dari kerjasama dan
musyawarah. Oleh karena itu, urgensi musyawarah sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai cara untuk mencapai kesepakatan dan keberhasilan
bersama.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt, zat yang

hanya kepada-nya memohon pertolongan. Alhamdulillah atas segala pertolongan,

rahmat, dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Urgensi Musyawarah Dalam Menyelesaikan Masalah Tinjauan Al-

Qur’an Surah Ali Imran Ayat 159”. Shalawat dan salam kepada rasulullah Saw,

yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan terbaik untuk umat manusia.

Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi umat muslim, karena di dalamnya

terdapat segala sumber hukum yang harus dilaksanakan dalam kehidupan.

Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan hadis wajib dimiliki oleh seluruh umat yang

mengimaninya. Allah Swt menurunkan al quran untuk membedakan antara yang

benar dan yang salah. Al-Qur’an juga merupakan sebuah mukjizat dari rasullah

Sawyang merupakan perkara luar biasa dari Allah ke rasullah yang tidak akan bisa

ditandingi. Sebagai umat islam, tentu wajib mengimani dan mempercayai isi Al-

Qur’an terlebih lagi telah menjadi pedoman hidup umat islam.

Dengan berkat rahmat Allah penulis telah selesai menyusun sebuah skripsi

dan penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan

selama menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis

dengan penuh hormat mengucapkan terimakasih dan mendoakan semoga Allah

memberikan balasan terbaik kepada:

vi
Pertama, Tgk. A. Rabhanuddin murad, M.Pd. Selaku naib mundir akademik

Ma'had Aly Babussalam Al Hanafiah Kabupaten Aceh Utara. Kedua, Tgk. Ibnu

Hajar, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik. Ketiga, Tgk. A. Rabhanuddin

Murad, M. Pd. Selaku dosen pembimbing I. Keempat Tgk. Marhaban Habibi, S.

Pd. I. Selaku pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktu untuk meberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih penulis juga untuk semua pihak yang telah membantu peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, penulis masih

melakukan kesalahan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis meminta

maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan yang dilakukan penulis.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat dijadikan referensi demi pengembangan ke arah yang lebih baik. Kebenaran

datangnya dari Allah dan kesalahan datangnya dari diri penulis. Semoga Allah Swt

senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita semua.

Matangkuli, … April 2023

Dedi Maulana Yakob


Nim: 191908102102

vii
Daftar isi

Lembaran Pengajuan ............................................................................................ i


Lembaran Persetujuan ......................................................................................... ii
Lembaran Pengasahan ........................................................................................ iv
Abstrak ....................................................................................................................v
Kata Pengantar .................................................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Urgensi ...............................................................................11
2.2 Pengertian Musyawarah ......................................................................11
2.2.1 Dalil Menjelaskan Tentang Musyawarah .......................................13
2.2.2 Hadist ..................................................................................................14
2.3 Musyawarah Di Zaman Nabi ..............................................................16
2.4 Prinsip dan Adab Musyawarah...........................................................22
2.5 Konsep Musyawarah ............................................................................25
2.6 Manfaat Musyawarah ..........................................................................28

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................32
3.2 Sumber Data .........................................................................................32
3.3 Metodologi Pengumpulan Data ...........................................................33
3.4 Tehnik Analisis Data ............................................................................34

viii
BAB 4 HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Al-Qur`An dan Tafsir ..........................................................................35
4.2 Isi Kandungan Surat Al Imran Ayat 159 ...........................................40
4.3 Asbabul Nuzul Surah Ali-Imran Ayat 159 .........................................42
4.4 Urgensi Musyawarah Dalam Menyelesaikan Masalah .....................45
4.5 Etika Musyawarah. ..............................................................................47
4.5.1 Kaidah Kaidah Dalam Bermusyawarah .........................................50
4.6 Analisis Urgensi Musyawarah .............................................................53

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................58
5.2 Saran- Saran .........................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x


BIODATA DIRI .................................................................................................. xii

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Urgensi musyawarah dalam menyelesaikan masalah merupakan sebuah

topik yang penting untuk diteliti. Dengan bermusyawarah kita bisa berbagi

pendapat, saran dan pikiran antara satu pihak dengan pihak yang lain dan itu perlu

diterapkan dalam kegiatan atau organisasi khalayak ramai guna untuk memudahkan

orang bermunyawarah dalam menyelesaikan permasalahan atau percecokan. Begitu

juga dengan musyawarah kita dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kepercayaan

antara satu dengan lainnya dan hubungan tali silaturrahmi pun semakin terikat.

Musyawarah adalah cara mangambil keputusan dengan baik, tidak dapat

dipungkiri bahwa manusia hidup tidak terhindar dari masalah dan mereka dituntut

untuk menyelesaikannya. Pada sisi lain, Musyawarah secara Bahasa memiliki

pengertian menampakkan dan menawarkan sesuatu.1 Adanya kesulitan dalam

mengambil keputusan merupakan hal yang wajar bahkan bisa menimbulkan

kesukaran-kesukaran terhadap keputusan itu sendiri yang menyangkut seluruh

aspek kehidupan.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sikap bermusyawarah adalah nomor

satu dalam sebuah permasalahan, supaya menghasilkan sesuatu yang menarik dan

banyak manfaat. Namun, Al-Ragib mengatakan bahwa musyawarah dapat juga

berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu, atau perkara yang di

1
Abu Husayn Ahmad Bin Faris Bin Zakariyya, Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Juz III
(Mesir: Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1972), Hal 226.

1
2

musyawarahkan .2 Lantas kita lihat jaman sekarang ini banyak dari kalangan

kita yang tidak mementingkan musyawarah, justru mereka dalam memutuskan

problem, mereka lebih memilih untuk memutuskan pendapat sendiri tanpa

bermusyawarah terlebih dulu.

Dalam musyawarah perbedaan pendapat itu wajar, tapi bagaimana

menyampaikan perbedaan pendapat tersebut agar orang tidak tersinggung. Dewasa

ini musyawarah berkaitan dengan kejadian-kejadian anarkis. Islam sudah

mengajarkan bagaimana cara bermusyawarah yang baik dan benar, dalam Al-

Qur’an bahwa konsep musyawarah tersebut merupakan tradisi umat muslim pada

masa nabi yang harus dilestarikan dalam tatana kehidupan sekaligus merupakan

perintah Allah yang disampaikan kepada nabi sebagai salah satu landasan syari’ah

yang harus tetap ditegakkan. Terutama dalam kehidupan modern saat ini.

Etika musyawarah sering dilanggar oleh anggota musyawarah seperti,

meremehkan, memotong pembicaraan dan menertawakan usul orang lain. Dalam

islam, ada etika-etika untuk melakukan musyawarah. Pada sisi lain, adanya

kesulitan dalam mengambil keputusan merupakan hal yang wajar bahkan bisa

menimbulkan kesukaran-kesukaran terhadap keputusan itu sendiri yang

menyangkut seluruh aspek kehidupan khususnya di bidang manajemen karena

dalam suatu lingkup manajemen tidak dapat terlepas dari suatu permasalahan,

musyawarah dalam menyelesaikan sebuah masalah.

2
Al-Ragib Al-Asfahani, Mufradah Alfaz Al-Qur’an (Bairud: Dar Al-Syamsiyah, 1992),
Hal 469.
3

Dengan sebab demikian bahwa kita dapat mengambil sebuah contoh untuk

tidak berburu-buru dalam menyelesaikan sebuah masalah tanpa adanya

bermusyawarah. Dan perlu kita ketahui juga bahwa, bermusyawarah bukan kita

juga yang melakukannya akan tetapi juga sangat sering sekali dilakukan oleh nenek

moyang kita duhulu kala yaitu Nabi Adam sampai dengan baginda Nabi

Muhammad Saw. Begitu juga dalam Al-Qur`an sangat banyak menjelaskan tentang

surat dan ayat-ayat yang membahaskan tentang musyawarah. seperti Al-Qur`an

surah Ali Imran ayat 159.


‫م‬ ‫م‬ ‫ب َلن فض مُّوا ِم من ح مولِك ۖ ف م‬ ‫ِم م م‬ ‫م م م‬ ‫ِ م ٍ ِ هِ ِ م‬
‫ف َعن ُه مم َو ماستَ غ ِف مر ََلُ مم َو َشا ِومرُه مم ِِف‬
ُ ‫اع‬َ َ َ َ ْ َ ِ ‫ل‬ َ ‫ت فَظًّا َغلي‬
‫ظ ال َق‬ َ ‫ت ََلُمۚ َولَو ُكن‬
َ ‫اّلل لن‬
ٰ ‫فَب َما َرۡحَة ٰم َن‬
‫ِ م‬ ِ ِ‫ماَلَ مم ِۚر فَاِ َذا عزممت فَت وَّك مل علَى ه‬
‫ب ال ُمتَ َوِٰكلِ مي‬ ٰ‫اّللؕ ا َّن ه‬
ُّ ‫اّللَ ُُي‬ ٰ َ َ َ َ ََ

Artinya:
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakAllah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Perintah Allah kepada rasulnya untuk bermusyawarah dengan para

sahabatnya setelah tejadinya perang uhud dimana waktu itu Nabi telah

bermusyawarah dengan mereka, beliau mengalah pada pendapat mereka, dan

ternyata hasilnya tidak menggembirakan, dimana umat Islam menderita kehilangan

tujuh puluh sahabat terbaik, di antaranya adalah Hamzah, Mush'ab dan Sa'ad bin Ar

Rabi'. Namun demikian Allah menyuruh rasulnya untuk tetap bermusyawarah

dengan para sahabatnya, karena dalam musyawarah ada semua kebaikan, walaupun

terkadang hasilnya tidak menggembirakan,


4

Rasulullah Saw adalah orang yang paling suka bermusyawarah dengan para

sahabatnya, bahkan beliau adalah orang yang paling banyak bermusyawarah

dengan sahabat. Beliau bermusyawarah dengan mereka di perang badar,

bermusyawarah dengan mereka di perang uhud, bermusyawarah dengan mereka di

perang khandak, beliau mengalah dan mengambil pendapat para pemuda untuk

membiasakan mereka bermusyawarah dan berani menyampaikan pendapat dengan

bebas sebagaimana di perang uhud. Beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya

di perang khandak, beliau pernah berniat hendak melakukan perdamaian dengan

suku ghatafan dengan imbalan sepertiga hasil buah madinah agar mereka tidak

berkomplot dengan Quraisy.

Tatkala utusan anshar menolak, beliau menerima penolakan mereka dan

mengambil pendapat mereka. Di Hudaibiyah Rasulullah Saw bermusyawarah

dengan ummu Salamah ketika para sahabatnya tidak mau bertahallul dari ihram,

dimana beliau masuk menemui ummu Salamah, beliau berkata, "manusia telah

binasa, aku menyuruh mereka namun mereka tidak ta'at kepadaku, mereka merasa

berat untuk segera bertahallul dari umrah yang telah mereka persiapkan

sebelumnya," kemudian ummu Salamah mengusulkan agar beliau bertahallul dan

keluar kepada mereka, dan beliau pun melaksanakan usulannya.

Begitu melihat Rasulullah bertahallul, mereka langsung segera berebut

mengikuti beliau. Rasulullah Saw telah merumuskan musyawarah dalam

masyarakat muslim dengan perkataan dan perbuatan, dan para sahabat dan tabi'in

para pendahulu umat ini mengikuti petunjuk beliau, sehingga musyawarah sudah

menjadi salah satu ciri khas dalam masyarakat muslim di setiap masa dan tempat.
5

Selanjutnya, dalam masyarakat muslim seorang penguasa dalam

melaksanakan tugas kenegaraan harus berkonsultasi dengan para ulama, orang-

orang yang berpengalaman, dan bisa juga ia membentuk majlis syura, yang

tugasnya mempelajari, meneliti, dan menyampaikan pendapat dalam hal-hal yang

dibolehkan berijtihad oleh syari'at. Ini semua dalam rangka mengikuti apa yang

telah dilakukan oleh Rasulullah Saw, dimana ketika orang-orang bijak yang

mewakili rakyat di madinah, ketika mereka berkumpul di sekitar beliau dan mereka

semua adalah sahabat baginda Rasulullah Saw.

Rasulullah bermusyawarah dengan mereka tentang hal-hal yang tidak ada

wahyu dan nash, memberikan kebebasan kepada mereka untuk berbicara dan

berbuat dalam urusan keduniaan, karena mereka lebih pengalaman dalam hal ini,

dan arti (keduniaan) di sini adalah tidak berkaitan dengan hukum syari'at atau

masyarakat, musyawarah antara mereka terkandung konotasi berasal dari suatu

pihak tertentu. Tapi rangkaian kalimatnya itu mengisyarahkan makna “saling

bermusyawarah antara mereka”3 akan tetapi bekaitan dengan pengalaman ilmiah,

seperti seni berperang, menggarap tanah, memelihara buah-buahan dan seterusnya,

di zaman kita sekarang ini bisa kita namakan, murni urusan keilmuan, dan urusan

praktek amaliah, Rasulullah memberikan kebebasan kepada mereka untuk berbuat

dalam hal-hal ini dengan mengatakan: "kalian lebih tahu tentang urusan dunia

kalian."

3
Jalal Al-Din Al-Mahalli Dan Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Al-Qur`An Al-Karim Tafsir Al-
Jalalain Bi Asbab Al-Nuzul Li Al-Suyuthi (Cet II: Damsik: Dar Al-Jaly, 1995), Hal 159.
6

Islam mengakui prinsip musyawarah dan mengharuskan penguasa

melaksanakannya, ia melarang sikap otoriter dan diktator, menyerahkan kepada

manusia untuk menentukan bagaimana cara melaksanakan musyawarah, untuk

memberikan keluwasan dan memperhatikan perubahan situasi dan kondisi, oleh

karena itu musyawarah bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan berbagai

cara sesuai dengan masa, bangsa dan tradisi, yang penting pelaksanaan

pemerintahan dimulai dari pemilihan presiden kemudian membuat garis-garis besar

haluan negara, dengan menyertakan rakyat dan seluruh umat atau yang mewakili

mereka, yaitu yang dinamakan ahlul halli wal aqdi, dimana kekuasaan pemerintah

dibatasi oleh dua hal, yaitu syari'at dan musyawarah, yakni dengan hukum Allah

dan pendapat umat.

Ini merupakan fleksibelitas dalam mengaplikasikan musyawarah dalam

masyarakat muslim, dan inilah bidang bagi para mujtahid, orang-orang yang punya

ilmu dan pengalaman dalam membuat undang-undang Islam, yang menghalangi

penyimpangan para penguasa dan keberanian para tiran dalam melanggar hak Allah

dalam kedaulatannya, dan hak manusia dalam menghambakan diri padanya.

Penjamin utama dalam merealisasikan ini semua adalah kesadaran rakyat

terhadap wajibnya melaksanakan hukum Allah, dan hanya menghambakan diri

padanya, dengan menjauhkan diri dari pengagungan atau pengkultusan terhadap

golongan atau individu dalam bentuk pemimpin, raja atau pahlawan, karena ini

semua bertentangan dengan akidah tauhid, dan merupakan bahaya yang sangat

besar apabila masyarakat sampai kepada pengkultusan ini dimana seseorang merasa

hina di hadapan pemimpin yang cerdas, atau penguasa satu-satunya, atau raja yang
7

mulia, atau partai yang berkuasa, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk berhala

yang menyerupai syi'ar ibadah, dan menjatuhkan manusia kepada kesyirikan baik

mereka meyadari atau tidak, dan ini semua tidak boleh terjadi dalam masyarakat

muslim yang disinari oleh petunjuk Al-Qur’an dan Hadits.

Islam telah mewajibkan musyawarah sejak lima belas abad yang lalu, dan

mewajibkan kepada umat Islam untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka

secara pribadi, dalam masyarakat mereka, dan dalam negara mereka, dan

musyawarah dalam Islam merupakan prinsip baru bagi kemanusiaan dalam sejarah

mereka dahulu dan kini. Hal ini karena apa yang dicapai oleh manusia sekarang

setelah revolusi berdarah adalah demokrasi dalam sistem pemerintahan.

mayoritas memimpin minoritas (baik minoritas mau atau tidak) atau

minoritas memimpin mayoritas, dalam bentuk lain, yaitu yang dilakukan oleh

system sosialis, dan dinamakan juga dengan system sosialis demokratis. Kedua

system ini telah mengenyampingkan kelompok kecil atau besar dari rakyat dalam

mengambil keputusan, yaitu kaum minoritas pada umumnya, atau mayoritas dalam

system sosialis.

Adapun prinsip musyawarah yang diwajibkan dalam Islam adalah

mewajibkan mengambil pendapat semua tanpa membedakan antara mayoritas dan

minoritas, kemudian mengambil pendapat yang terkuat dari segi argumentasi

setelah dibandingkan antara kedua pendapat, bukan mengambil suara terbanyak.

Dalam bermusyawarah kita tahu sulitnya membuat kaidah memilih pendapat yang

kuat, namun ini tidak mustahil jika ditimbang dengan akal sehat, maslahat dan
8

pengalaman, sebagaimana ulama Fiqh membuat kaidah ilmiyah untuk memilih

pendapat yang kuat. Dengan memilih pendapat yang kuat sesuai dengan kaidah ini

maka tidak ada keberpihakan pada salah satu kelompok atas yang lain, akan tetapi

mengambil pendapat terkuat secara akal, maslahat dan pengalaman setelah semua

pendapat diletakkan pada posisi yang sama tanpa mengabaikan salah satu pendapat.

Akan tetapi seperti halnya masalah lain, prinsip musyawarah ini memerlukan

persiapan pendidikan secara khusus agar musyawarah ini bisa diterima dengan baik,

dan persiapan pendidikan untuk menerima prinsip musyawarah ini lebih mudah

daripada persiapan pendidikan yang dipaksakan untuk menerima prinsip

penindasan kelompok mayoritas atas minoritas, atau prinsip penindasan minoritas

atas mayoritas, terutama yang kedua ini biasanya dan sampai sekarang tidak

diterapkan kecuali dengan kekuatan dan kekerasan.

Jadi, musyawarah yang merupakan ciri demokrasi yang ditawarkan dalam

Islam mempunyai dasar yang kuat. Para Mufasir memahaminya sebagai ajaran

bermusyawarah untuk kepentingan pemerintahan dan negara. Di samping itu,

ditemukan riwayat bahwa Nabi Saw. dalam bermusyawarah melibatkan banyak

orang.

Riwayat tersebut bersumber dari Abu Hurairah sebagaimana yang terdapat

dalam Sunan Al-Turmudzi.

‫ما رأيت أحدا أكثر مشاورة ألصحاب من رسول هللا‬


9

“Tidak pernahkan aku melihat seseorang yang lebih banyak bermusyawarah

bersama sahabat-sahabat dari pada Rasulullah”4

Demikian pula prinsip musyawarah ini memerlukan perangkat teknis ilmiah

yang sesuai dengan tema musyawarah, dengan membentuk panitia khusus di

parlemen misalnya atau lainnya yang diberi tugas untuk mempelajari usulan-usulan

yang masuk untuk memilih pendapat yang terbaik, kemudian mengambil keputusan

sesuai dengan kaidah-kaidah aturan yang diterima oleh semua pihak

dengan penuh kebebasan.5 Oleh sebab demikian, penulis ingin melakukan

penelitian tentang urgensi musyawarah dalam menyelesaikan sebuah masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Supaya tidak terjadi kesimpang siuran dalam pembahasan karya tulis ini

maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa urgensi musyawarah menurut tinjauan Al-Qur’an Surah Ali- Ali-Imran

ayat 159?

2. Bagaimana kaedah/etika dalam bermusyawarah menurut tinjauan Surah

Ali-Imran ayat 159?

3. Apa urgensi musyawarah menurut tinjauan Surah Ali-Imran ayat 159?

4
Abu Al-Ala Muhammad ‘Abd Al-Rahman Al-Mubarakfuri, Tuhfah Al-Ahwadz Bi Syarh
Jami’ Al-Turmuzhi, Juz V (Madinah: Maktabah Al-Ma’rifah, 1964), Hal 375.

5
Muhammad Ali A-Hasyimy, Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Al Quran dan
Sunnah, (Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah:2009)
10

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan karya ilmiah

ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana urgensi musyawarah menurut tinjauan Al-

Qur’an Surah Ali-Imran ayat 159.

2. Untuk Bagaimana kaedah/etika dalam bermusyawarah menurut tinjauan

Surah Ali-Imran ayat 159.

3. Untuk mengetahui bagaimana urgensi musyawarah menurut tinjauan

Surah Ali-Imran ayat 159.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ilmiah ini adalah untuk menjadikan Al-Qur’an

sebagai pedoman dasar dalam mengambil suatu hukum dalam musyawarah untuk

menyelesaikan masalah serta menambah hasanah ilmu pengetahuan keislaman.


11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Urgensi

Urgensi jika dilihat dari bahasa Latin “urgere” yaitu (kata kerja) yang berarti

mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent” (kata sifat) dan dalam

bahasa Indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah urgensi merujuk pada sesuatu yang

mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan. Dengan demikian

mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.6 Urgensi yaitu

kata dasar dari “urgen” mendapat akhiran “i” yang berarti sesuatu yang jadi bagian

atau yang memegang pimpinan yang terutama atau unsur yang penting. 7

2.2 Pengertian Musyawarah

Secara Bahasa musyawarah berasal dari Bahasa Arab syura bisa berarti

mengambil, melatih, menyodorkan diri, dan meminta pendapat atau nasihat secara

umum, asy-syura artinya meminta sesuatu. Syura bermakna mengambil dan

mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan

pendapat yang lain. Musyawarah juga temasuk proses berkumpulnya individu-

individu untuk berdiskusi dan mencari solusi atas suatu permasalahan. Musyawarah

6
Astia Pamungkas, Pengertian Esensi dan Urgensi, artikel, diakses tanggal 14 maret
2023, pukul 14.15.
7
Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta; Kencana, 2004), hlm. 89.
12

merupakan proses diskusi dan pembahasan antara beberapa individu atau kelompok

untuk mencapai suatu kesepakatan atau keputusan bersama.8

Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata

musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan

dengan makna dasarnya. Dalam musyawarah, setiap peserta memiliki kesempatan

untuk menyampaikan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, serta berusaha

mencari solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi.9 karena masing-masing

orang yang berunding dimintai atau diharapkan mengemukakan pendapatnya

tentang suatu masalah yang dibicarakan dalam perundingan itu.

Musyawarah dapat berarti nasehat, perundingan pikiran, konsideren

permufakatan atau konsultasi dengan cara meminta nasehat atau pendapat kepada

orang lain untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan. Selain itu, musyawarah dapat juga diartikan sebagai konsultasi timbal

balik antara khalifah dan umatnya. Dalam konteks seperti tersebut berarti warga

mempunyai kemerdekaan dan kebebasan untuk mengkritik dan mengeluarkan

pendapat.10

Musyarawarah adalah saling bertukar fikiran untuk mengetahui kebenaran.

Dengan demikian, melalui musyawarah akan diketahui apakah suatu perkara itu

8
Buchori Muslimin., Musyawarah dalam Perspektif Islam. (Ilmu Dakwah Al Falah, 2019),
Hal 214-234.
9
Nasution, A.H., dan Lubis R.S.I.P, Musyawarah sebagai Budaya Pembelajaran dalam
Organisasi Pendidikan Islam. Edukasia Al-Qur'an, (Studi Kependidikan dan Keislaman, 2020),
Hal 76-95.
10
Syamzan Syukur, (2013) Jurnal Sejarah dan Kebudayaan. Rihlah :8 (1). pp. 18-30.
ISSN 2339-0921 hal. 133.
13

baik atau tidak. Dengan musyawarah pula akan diambil keputusan yang terbaik dari

berbagai pendapat yang dikeluarkan oleh para peserta musyawarah. 11

Mengungkapkan bahwa setiap orang yang ikut bermusyawarah akan berusaha

mengemukakan pendapat yang baik, sehingga akan diperoleh pendapat yang

menyelesaikan problem yang dihadapi.12 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

musyawarah menurut asy-syura artinya perbedaan-perbedaan pendapat atas sesuatu

untuk melahirkan kebaikan dan kebenaran yang ada di dalamnya.

2.2.1 Dalil Yang Menjelaskan Tentang Musyawarah

Adapun terkait dengan kata musyawarah, hal ini akan sangat cocok dengan

urgensi musyawarah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 159

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt:

ِ َ ‫ت فَظًّا َغلِي‬ ِ َِّ ‫فَبِما ر ْۡح ٍة ِمن‬


‫ف‬
ُ ‫اع‬ َ ‫ضوا ِم ْن َح ْول‬
ْ َ‫ك ف‬ ِ ْ‫ظ الْ َقل‬
ُّ ‫ب َلنْ َف‬ َ ْ‫ت ََلُْم َولَ ْو ُكن‬
َ ْ‫اّلل لن‬ َ ََ َ
‫ي‬ ِِ ُّ ‫اّللَ ُُِي‬ َِّ ‫عنْ هم واست غْ ِفر ََلم و َشا ِورهم ِِف األم ِر فَِإذَا عزمت فَت وَّكل علَى‬
َّ ‫اّلل إِ َّن‬
َ ‫ب الْ ُمتَ َوٰكل‬ َ ْ َ َ َ ْ ََ ْ ْ ُ ْ َ ُْ ْ َ ْ َ ْ ُ َ
) ١٥٩ :‫(ال عمران‬

’’Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap


mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu.
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah.

11
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al Munir; Gema Insani Press (Bandung 2009) hal. 84.
12
Imam Fakhruddin Al- Razi. Tafsir Al-Kabir; (Mesir, Darul Fikri, 1990) hal. 54.
14

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS.


Ali ‘Imran: 159).13

2.2.2 Hadist

Adapun dalil-dalil hadist yang menjelaskan tentang musyawarah ini

memiliki beberapa kerangka yang menyengkut tentang urgensi musyawarah yaitu:

Hadist dari Hasan Al-Asy`Ari

Beliau adalah Ali bin Ismail atau yang lebih terkenal dengan julukan Abu

Musa al-Asy'ari. Ia merupakan ulama besar keturunan Abu Musa al-Asy'ari,

seorang sahabat Nabi yang disabdakan oleh Baginda Nabi bahwa kaumnya adalah

golongan yang selalu mencintai Allah dan mereka dicintai oleh Allah Swt, salah

satu hadist dari beliau ialah:

‫ َو َع ْن‬.‫َت بِِه ِم ْن بَ ْع ِده‬ ِ ِ ِِ ِ


َ ‫ قَ ْد َعلَ َم هللاُ أَنَّهُ َما به إلَْي ِه ْم َح‬:ُ‫َع ِن ا ْْلَ َس ِن َرض َي هللاُ َعْنه‬
ََ ‫ َولَكنَّهُ أََر َاد أَ ْن يُ ْس‬,ُ‫اجة‬
) ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ( ما تشا ور قوم قط إَل هدوا ألرشد أمرهم‬ ِِ
َ ‫َّب‬
ٰ ‫الن‬

“Hadtis yang diriwayatkan dari hasan semoga ridha Allah darinya: Allah sungguh

mengetahui apa yang mereka butuhkan dan tetapi yang ia inginkan enam puluh

orang. Dan dari Nabi Saw: (suatu kaum memadai dalam bernusyawarah tetang

sesuatu kecuali mereka ditunjuki jalan yang lurus untuk urusan mereka).”

13
Q.S. Ali-imran/ 3:159.
15

Hadits dari Imam Ahmad

Imam Ahmad Ra atau lebih dikenal dengan Ahmad Bin Hambal beliau lahir

pada tanggal 20 Rabiul Awal 164 H. Menurut penomoran Al-Alamiyah,

terdapat 26363 hadis dalam musnad Ahmad. Sedangkan menurut penomoran Ihya,

ada 27100 hadis salah satu hadist dari beliau adalah:

ِ ِ
ْ ‫اجتَ َم ْعنَ َما ِِف َم ُش ْوَرِة َم‬
)‫ أۡحد‬.‫ااختَ لَ ْفتُ ُك َما (ر‬ ْ ‫ لَ ِو‬:‫لى هللاُ َعلَْيه َو َسلٰ َم ِل ِِب بَ ْك ِر َو ُع َمَر‬
ٰ ‫ص‬َ َ‫ال َر ُس ْو ُل هللا‬
َ َ‫ق‬

“Telah bersabda Rasulullah SAW. Kepada Abu Bakar dan Umar: Apabila kalian

berdua sepakat dalam musyawarah, maka aku tidak akan menyalahi kamu berdua”

(HR. Ahmad).

Hadist dari Ibnu Majjah.

Ibnu Majah dengan nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid

bin Abdullah bin Majah Al-Quzwaini. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja.

Beliau menukuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun, salah satu hadist beliau

ialah:

)‫َخاهُ فَلْيَ َسَّر َعلَْي ِه (ابن ماجه‬


َ ‫َح ُد ُك ْم أ‬ ْ ‫إِذَا‬
َ ‫استَ َشا أ‬

“Apabila salah seorang kamu meminta bermusyawarah dengan saudaranya, maka

penuhilah.” (HR. Ibnu Majah).14

14
Dheaandika, “Dalil Musyawarah,” diakses 27 Januari 2013,
http://dheaandika007.blogspot.com/2013/01/dalil-musyawarah,html.
16

2.3 Musyawarah di Zaman Nabi

Musyawarah adalah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan hal ini

juga tercermin dalam kehidupan Rasulullah Saw.15 dalam tafsir Al-Maraghi telah

di sebutkan bahwa orang yang berhak untuk mengikuti musyawarah adalah orang

yang berlaku adil dan mempunyai ilmu. Mampu menguasai materi dan memilki

peran serta dalam musyawarah tersebut.

Secara tekstual, perintah musyawarah dalam ayat ini ditujukan kepada

Rasulullah Saw. dalam kaitannya dengan petaka yang terjadi pada perang Uhud.

Namun untuk menyelesaikan masalah itu Rasulullah Saw mengadakan

musyawarah dengan Abu Bakar Shiddiq dan Umar bin Khattab. Rasulullah

meminta pendapat Abu Bakar tentang tawanan perang tersebut. Abu bakar

memberikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu sebaiknya dikembalikan

keluarganya dengan membayar tebusan. Hal mana sebagai bukti bahwa islam itu

lunak, apalagi kehadirannya baru saja. Kepada Umar bin Khattab juga dimintai

pendapatnya. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu dibunuh saja, yang

diperintahkan membunuh adalah keluarganya. 16

Hal ini dimaksud agar dibelakang hari mereka tidak berani lagi menghina dan

mencaci islam. Sebab bagaimanapun islam perlu memperlihatkan kekuatannya di

mata mereka. Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini Rasulullah Saw sangat

kesulitan untuk mengambil kesimpulan.

15
Az-Zarkasyi, dan As-Sa'di, (Musyawarah Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis. (Ilmiah
Syar'iyyah, 2017), Hal 99-116.
16
Syekh Muhammad Al-Khudhari, Nurul Yaqiin, (Terj, Sinar Baru Algensido, Bandung,
2010), Hal 154
17

Akhirnya Allah Swt menurunkan ayat ini yang menegaskan agar Rasulullah

Saw berbuat lemah lembut.

Kalau berkeras hati mereka tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan

lari dari ajaran islam. Ayat ini diturunkan sebagai dukungan atas pendapat Abu

Bakar Shiddik. Di sisi lain memberi peringatan kepada Umar bin Khattab. Apabila

dalam permusyawahan pendapatnya tidak diterima hendaklah bertawakkAllah

kepada Allah Swt.17 Sebab Allah sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal.

Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang itupun dilepaskan sebagaimana

saran abu bakar.

Karena itu" ‫ فاعف عنهم واستغفر َلم وشاورهم ِف األمر‬, firman Allah, maafkanlah

mereka, mohonkan ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu." Oleh sebab itu Rasulullah senantiasa mengajak para Sahabatnya

bermusyawarah mengenai suatu persoalan yang terjadi untuk menjadikan hati

mereka senang dan supaya mereka lebih semangat dalam berbuat. Sebagaimana

beliau pernah mengajak mereka bermusyawarah pada waktu perang Badar

mengenai keberangkatan menghadang pasukan orang-orang kafir. Para Sahabat

berkata, "Ya Rasulullah, jika engkau menyeberangi lautan, niscaya kami akan ikut

menyeberanginya bersamamu. Dan jika engkau menelusuri daratan dalam

kegelapan ke Barkul Ghamad, niscaya kami akan ikut berjalan bersamamu.18

17
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, Toha Putra Semarang, 1979), Hal 139
18
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani, 2023), Hal 477
18

Selain itu, Rasulullah juga pernah mengajak mereka bermusyawarah, di mana

harus berkemah, hingga akhirnya Al-Mundzir bin 'Amr menyarankan untuk

bertempat di hadapan lawan

Tafsir Ibn Katsir menjelaskan bagaimana Rasulullah gemar bermusyawarah

dengan para sahabatnya:

‫ فَ َخَر َج إِلَْي ِه ْم َو َش َاوَرُه ْم‬،‫وج إِلَيْ ِه ْم‬


ِ ‫ورُه ْم ِِب ْْلُُر‬ َ ‫ فَأ‬،‫ُح ٍد ِِف أَ ْن يَ ْق ُع َد ِِف الْ َم ِدينَِة أ َْو ََيُْر َج إِ ََل الْ َع ْد ِٰو‬
ُ ‫َش َار ُُجْ ُه‬ ُ ‫َو َش َاوَرُه ْم ِِف أ‬

‫الس ْع َد ِان َس ْع ُد بْ ُن ُم َع ٍاذ َو َس ْع ُد بْ ُن‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ي وم ا ْْلْن َد ِق ِِف مصا َْل ِة ْاأل‬


َ ‫ فأِب ذلك عليه‬،‫َحَزاب بثُلُث ِثَار الْ َمدينَة َع َامئذ‬
ْ َ َُ َ َ َْ

ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ َو َش َاوَرُه ْم يَ ْوَم‬،‫ك‬ ِ ِِ ِ ِ ‫ال لَه‬


ِٰ ‫يل َعلَى ذََرا ِر‬
َ ‫ي الْ ُم ْش ِرك‬
‫ي‬ َ ‫اْلُ َديْبيَة ِف أَ ْن ََي‬ ُ ‫ إان مل جنيء لقتَ ِال‬:‫يق‬
َ ‫ فََََت َك ذَل‬،َ‫عبَ َادة‬. ُ ‫الص ٰد‬
ٰ ُ َ ‫فَ َق‬

‫َجابَهُ إِ ََل ما قال‬ ِ ِ ِ ٍ ‫أ‬


َ ‫َحد َوإََّّنَا جْئ نَا ُم ْعتَم ِر‬
َ ‫ فَأ‬،‫ين‬ َ

Nabi mengajak para sahabatnya bermusyawarah saat Perang Uhud, apakah

beliau tetap berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh.

Manakala sebagian besar sahabat mengusulkan agar semuanya berangkat

menghadapi mereka, Nabi kemudian memutuskan untuk berangkat bersama

pasukannya menuju ke arah musuh berada. Sebelum berlangsungnya perang,

Rasulullah Saw. telah bermusyawarah dengan para sahabat mengenai strategi yang

akan ditempuh.19 Nabi juga mengajak para sahabat beliau bermusyawarah dalam

19
Aḥmad Muṣṭafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Mesir: Muṣṭafa Al-Babi Al-Ḥalabiwa
Auladuh, 1962), Juz IV, Hal 112.
19

Perang Khandaq, apakah berdamai dengan golongan yang bersekutu dengan

memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu.

Usul itu ditolak oleh dua orang Sa'd, yaitu Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu

Ubadah. Akhirnya Nabi menuruti pendapat mereka. Nabi Saw mengajak mereka

bermusyawarah pula dalam Peristiwa Hudaibiyah, apakah sebaiknya beliau

bersama kaum muslim menyerang orang-orang musyrik. Maka Abu Bakar Al-

Siddiq berkata, "Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita

datang untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi Saw menyetujui pendapat

Abu Bakar itu. Di masa Rasulullah, beliau pernah melaksanakan musyawarah di

saat terjadiya perang uhud.20

Dalam bagian lain, Tafsir Ibn Katsir juga menceritakan dengan detil

musyawarah Nabi bersama sahabatnya menjelang perang Badar:

‫َي أ ََّوِل ماء وجده‬ َ َ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما َس َار إِ ََل بَ ْد ٍر نََزَل َعلَى أ َْد ََن َم ٍاء ُهن‬
ْ ‫اك أ‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اّلل‬ َ ‫وف أ ََّن َر ُس‬
ُ ‫َّم َوالْ َم ْعُر‬
َ ‫فَتَ َقد‬

ِ َّ ِ َِّ ‫ول‬ َ ‫اب بْ ُن الْ ُمْن ِذ ِر فَ َق‬ ِ


‫س لَنَا أَ ْن ُجنَا ِوَزهُ أ َْو َمنْ ِزٌل‬ ِ
َ ‫اّلل َه َذا الْ َمْنزُل الذي نََزلْتَهُ َمنْزٌل أنزلك هللا إَيه فَلَْي‬ َ ‫ال ََي َر ُس‬ ُ َ‫إِلَْيه ا ْْلُب‬

‫س ِِبَنْ ِزٍل َولَ ِك ْن ِس ْر‬ ِ َِّ ‫ول‬ َ ‫ال «بَ ْل َمنْ ِزٌل نََزلْتُهُ لِلْ َح ْر ِب َوالْ َم ِك َيد ِة» فَ َق‬
َ ‫نََزلْتَهُ لِلْ َح ْر ِب َوالْ َم ِك َيد ِة؟ فَ َق‬
َ ‫اّلل إ َّن َه َذا لَْي‬ َ ‫ال ََي َر ُس‬

ِْ ‫ ونَستَ ِقي‬،‫ب‬
ِ ِ ِ ٍ ِ
ٌ‫س ََلُْم َماء‬
َ ‫اض فَيَ ُكو ُن لَنَا َماءٌ َولَْي‬
َ َ‫اْلي‬ ْ َ ُ‫بنَا َح ََّّت نَْن ِزَل َعلَى أ َْد ََن َماء يَلي الْ َق ْوَم َونُغَ ِٰوُر َما َوَراءَهُ م َن الْ ُقل‬

‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَ َف َع َل َك َذلِك‬


َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اّلل‬ ُ ‫ « فَ َس َار َر ُس‬. ‫ك ِم َن‬
ٌ َ‫ك نََزَل َمل‬ ِ َ َ‫اْلباب لَ َّما ق‬
َ ‫ال ذَل‬ ِٰ ‫َوِِف َمغَا ِزي ْاأل َُم ِو‬
َ َُْ ‫ي أ ََّن‬

Riski Zulfi Mu’arif, Musyawarah Dalam Pandangan Islam, 27 Oktober 2016,


20

https://rzmchannel.blogspot.com/2016/10/makalah-musyawarah-dalam-pandangan-islam.html.
20

‫الس َم ِاء‬ َّ ‫ َي حممد إن ربك يقرئك‬،‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم فقال ذلك امللك‬
َّ ‫الس ََل َم‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اّلل‬
ِ ‫وِج ِْْبيل جالِس ِعْن َد رس‬
َُ ٌ َ ُ َ

َّ ‫يل َعلَْي ِه‬


‫الس ََل ُم‬ ِ ِ ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ِ
َ ‫اب بْ ُن الْ ُمنْذ ِر فَالْتَ َف‬ ْ ‫َش َار بِِه‬ َّ ‫ك إِ َّن‬
َ ‫اّللُ َعلَْيه َو َسل َم إ ََل ج ْْب‬ َ ‫اّلل‬ ُ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫اْلَُب‬ َ ‫ْي َما أ‬
َ ‫الرأ‬ َ َ‫ول ل‬
ُ ‫َويَ ُق‬

ٍ َ‫ك ولَيس بِ َشيط‬ ِ ِ َ ‫فَنَظََر إِلَْي ِه فَ َق‬


ُ ‫ال « َه ْل تَ ْع ِر‬
‫ف َه َذا» ؟‬ َ ‫ان فَ َق‬ ْ َ ْ َ ٌ َ‫ َما َك ُّل الْ َم ََلئ َكة أ َْع ِرفُ ُه ْم َوإِنَّهُ َمل‬:‫ال‬

Diceritakan dalam sebuah hikayat yang terkenal mengatakan bahwa ketika

Rasulullah berjalan menuju medan Perang Badar, beliau turun istirahat di dekat

sumber air yang ada di tempat itu, yakni permulaan mata air yang dijumpainya.

Seorang sahabat Nabi yang bernama Al-Hubbab bin Munzir menghadap kepada

beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah tempat ini merupakan tempat yang

diperintahkan oleh Allah agar engkau berhenti padanya dan kita tidak boleh

melampauinya? Ataukah tempat ini engkau jadikan sebagai tempat untuk

menyusun strategi perang?" Rasulullah menjawab, "Tidak, ini merupakan tempat

yang sengaja saya tempati untuk strategi perang dan menyusun tipu muslihatnya."

Al-Hubbab bin Munzir berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya tempat ini bukan

tempat yang strategis untuk berperang dan melancarkan siasatnya. Tetapi bawalah

kami hingga sampai di mata air yang paling dekat dengan pasukan kaum musyrik,

kemudian kita keringkan semua sumur lainnya, sehingga kita beroleh mata air

untuk minum, sedangkan mereka tidak mempunyai air."

Maka Rasulullah berangkat untuk melaksanakan strategi tersebut Di dalam

kitab Magazil Umawi disebutkan bahwa ketika Al-Hubbab melakukan hal tersebut,

turunlah malaikat dari langit, sedangkan Malaikat Jibril sedang duduk di dekat

Rasulullah. Malaikat itu berkata, "Wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu


21

mengirimkan salam buatmu. Dia berfirman bahwa pendapat yang benar adalah

pendapat yang diutarakan oleh Al-Hubbab bin Munzir." Maka Rasulullah Saw.

menoleh ke arah Malaikat Jibril a.s. dan bersabda, "Tahukah kamu siapakah ini?"

Jibril memandang ke arah malaikat itu dan berkata, "Tidak semua malaikat dapat

aku kenal. Tetapi dia adalah malaikat, bukan setan." Pelajaran penting dari cuplikan

kisah di atas: Rasulullah terbuka dengan berbagai pandangan yang berbeda. Beliau

tidak merasa mentang-mentang sebagai Nabi lantas bersikap otoriter, keras dan

tidak mau mendengar saran orang lain.

Para sahabat Nabi juga bersikap santun saat mengajukan pendapat. Mereka

bertanya dulu apakah sikap dan pandangan Rasul itu berasal dari wahyu yang tidak

bisa diganggu-gugat atau hanyalah pendapat pribadi beliau. Jikalau itu hanya opini

beliau, maka para sahabat akan mengajukan saran dan pendapat kepada Nabi.

Mereka gemar meletakkan urusan khilafiyah umat di depan urusan umat

lainnya, dengan dalih memusyawarahkan sesuatu yang diperinyahkan dalamagama

Islam.21 Dalam beberapa kasus, pendapat sahabat lah yang dinyatakan benar oleh

Allah Swt, kasus lainnya berkenaan dengan tawanan perang badar, terjadi silang

pendapat antara Abu Bakar dan Umar dimana Nabi cenderung menyetujui

pandangan Abu Bakar tapi kemudian turun surat Al-Anfal ayat 67-69 yang

membenarkan pendapat Umar. Begitulah sikap Nabi yang gemar bermusyawarah

dalam menyelesaikan persoalan.

21
Al-gazali, Ihya ‘Ulumuddin: Ilmu dan Keyakinan, (Jakarta; Republika Penerbit,
2011), h.100.
22

Tepatlah penggambaran sikap Nabi Muhammad dalam QS Ali Imran ayat

159: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

Sayyid Quthb dalam kitab Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an menyimpulkan: "Demikianlah

hati Rasulullah dan kehidupan beliau bersama masyarakat. Beliau tidak marah

karena persoalan pribadi, tidak sempit dadanya menghadapi kelemahan mereka,

bahkan beliau persembahkan kepada umat apa yang beliau miliki dengan lapang

dada.22

2.4 Prinsip dan Adab Musyawarah

Setiap orang yang musyawarah memiliki hak yang sama untuk menyampaikan

pendapat, dan semua suara dianggap penting dan layak didengar.

Prinsip Musyawarah

Prinsip musyawarah yang diwajibkan dalam Islam adalah mewajibkan

mengambil pendapat semua tanpa membedakan antara mayoritas dan minoritas,

kemudian mengambil pendapat yang terkuat dari segi argumentasi setelah

dibandingkan antara kedua pendapat, bukan mengambil suara terbanyak. Setiap

22
https://www.nu.or.id/hikmah/kisah-rasulullah-yang-gemar-bermusyawarah-T3jNP.
23

peserta musyawarah memiliki hak dan kebebasan untuk menyampaikan pendapat

mereka tanpa rasa takut atau tekanan.23

Ruang lingkup musyawarah dapat mencakup persoalan-persoalan agama

yang tidak ada petunjuknya dan persoalan-persoalan duniawi yang petunjuknya

bersifat global maupun tanpa petunjuk dan yang mengalami perubahan dan

perkembangan.24, Dengan memilih pendapat yang kuat sesuai dengan kaidah ini

maka tidak ada keberpihakan pada salah satu kelompok atas yang lain, akan tetapi

mengambil pendapat terkuat secara akal, maslahat dan pengalaman setelah semua

pendapat diletakkan pada posisi yang sama tanpa mengabaikan salah satu pendapat

orang lain.

Adab Musyawarah

Adap musyawarah adalah prinsip penting dalam islam yang

mengedepankan pendekatan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Adap

musyawarah merupakan kombinasi dalam dua kata, yaitu “adap” yang berarti

kebijaksanaan dan “musyawarah” yang berarti konsultasi atau perundingan. Prinsip

ini menjadikan musyawarah sebagai landasan utama dalam Pembangunan bersama

dalam konteks agama islam.

Dalam persoalan adab musyawarah ialah meminta nasehat atau petunjuk.25

Sedangkan Al-Mahalli mengartikan mengeluarkan pendapat.

23
Ibrahim, D, dan Yusuf, M.I, Kebebasan Berekspresi dalam Musyawarah Menurut
Perspektif Islam. (Kajian Hukum Islam Al-Adl, 2018), Hal 85-102.
24
Al-Qurthubi, Al-Jami Li- Ahkam Al-Qur’an, (Kairo, Dar Al-Kutub, 1967), Hal 251
25
Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lughah (Bairut: Dar Al-Masyriq, 1998), Hal 407.
24

26
‫فإذا طهروا وصاروا أصفياء خلقاء شاورهم ِف األمر‬

Para ulama menggariskan beberapa adab musyawarah, salah satunya sebagai

berikut: pertama hendaklah orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang

takut kepada Allah, Ja’far Ash-Shadiq berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri,

“Musyawarahkan urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah.” Kedua,

Musyawarah hendaknya bertujuan untuk mencari kebenaran. Oleh karena itu

musyawarah harus dilakukan dengan penghayatan, tidak tergesa-gesa dan adil.

Ketiga, Bermusyawarah tidak boleh dilakukan untuk mengobarkan pertikaian dan

hanya ingin mengalahkan lawan. Keempat, Berbicara dengan benar, lugas, tegas,

tidak berbelit-belit, sopan dan tidak mencari menang sendiri. Kelima, Memikirkan

dan merenungkan secara mendalam apa yang akan diucapkan. Dalam hal ini ada

sebuah syair yang patut direnungkan.27

Dalam islam adap musyawarah memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur`an

dan Hadist-Hadist Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman dalam surah Ali-

Imran ayat 159. Artinya “Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu bersikap

lemah lembut terhadap mereka. Sengkiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkan mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengen mereka dalam

urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulat tekad, maka bertawakkallah

kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-nya.”

26
Al-Mahilli Dan Al-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain (Kairo: Dar Al-Hadits), Hal 247.
27
https://minanews.net/prinsip-musyawarah-dalam-syariat-islam-oleh-imaam-
yakhsyAllah-mansur/ Diakses 17 maret 2023 pukul 15:12
25

Dari ayat ini, kita dapat melihat pentignya musyawarah dalam mengambil

keputusan yang melibatkan semua pihak yang terlibat. Musyawarah tidak hanya

menciptakan keputusan yang lebih baik, akan tetapi juga memupuk rasa saling

menghargai, Kerjasama, dan keadilan antara semua pihak yang terlibat.

2.5 Konsep Musyawarah

Dalam Islam, kegiatan musyawarah sangat dianjurkan, karena hal tersebut

memberikan kebaikan bagi yang melakukannya. Dan bahkan ada beberapa firman

Allah yang menganjurkan agar umat Islam melakukan musyawarah. Yaitu Ali

‘Imran ayat 159:

‫استَ ْغ ِف ْر ََلُْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف‬ ِ َ ‫ت فَظًّا َغلِي‬ ِ َِّ ‫فَبِما ر ْۡح ٍة ِمن‬
ْ ‫ف َعْن ُه ْم َو‬
ُ ‫اع‬ َ ‫ضوا ِم ْن َح ْول‬
ْ َ‫ك ف‬ ِ ‫ظ الْ َق ْل‬
ُّ ‫ب َلنْ َف‬ َ ‫ت ََلُْم َولَ ْو ُكْن‬
َ ‫اّلل لْن‬ َ ََ َ
) ١٥٩ :‫ي (ال عمران‬ ِِ ُّ ‫اّللَ ُُِي‬ َِّ ‫األم ِر فَِإ َذا عزمت فَت وَّكل علَى‬
َّ ‫اّلل إِ َّن‬
َ ‫ب الْ ُمتَ َوٰكل‬ َ ْ َ َ َ ْ ََ ْ

“Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap


mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu.
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakAllah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS.
Ali ‘Imran: 159)

Maksud dari ayat tersebut adalah dalam menghadapi setiap masalah kita

senantiasa harus berlaku lemah lembut dan tidak bersikap keras dan berhati kasar

yang dapat menyakiti orang lain, karena seperti yang kita tahu adalah dosa dan tidak

diperbolehkan. Pada ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa sebaiknya dalam
26

menyelesaikan setiap masalah kita harus mengutamakan untuk melakukan

musyawarah.

Sedangkan kata yang menunjukkan tentang musyawarah ada 3 (tiga): tiga

ayat al-Qur’an di dalamnya terdapat term yang akar katanya menunjukkan makna

musyawarah, yakni; QS Al-Baqarah/2: 233 yang di dalamnya terdapat term

tasyawur; QS Ali ‘Imran/3: 159 yang di dalamnya terdapat term syawir, dan QS al-

Syura/42:38 yang di dalamnya, terdapat term Syura.28

Dalam makna musyawarah terdapat sesuatu yang sangat penting. Islam

sangat memperhatikan dasar musyawarah ini, bersandar dari kalamullah tertuang

dalam surat asy-syuraa’ ayat 37-38 bahwasanya syura mempunyai hubungan erat

dengan shalat dan nahyi munkar, bukan sekadar mengemukaan pendapat kemudian

disetujui bersama namun ada nilai-nilai islam yang lebih dalam yaitu shalat

dan nahyi munkar. Allah Swt berfirman:


۟ ِ
‫ضبُوا ُه ْم يَغْ ِفُرون‬ ‫ش َوإِذَا َما َغ‬ ِ ِْ ‫وٱلَّ ِذين ََْيتَنِبُو َن َكهبََٰٓئِر‬
َ ‫ٱْل ِْْث َوٱلْ َف هَوح‬ َ َ َ
۟ ۟
‫ٱلصلَ هوَة َوأ َْمُرُه ْم ُش َور هى بَْي نَ ُه ْم َوِِمَّا َرَزقْ هنَ ُه ْم يُ ِنف ُقون‬
َّ ‫ٱستَ َجابُوا لَِرّٰبِِ ْم َوأَقَ ُاموا‬ ِ
َ ‫َوٱلَّذ‬
ْ ‫ين‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji apabila
mereka marah, mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan-nya dan mendirikan Shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antar mereka dan mereka menafkahkan sebagian
rezeki yang kami berikan kepada mereka.” (Q.S. Asy-Syura: 37-38).29

28
Muhammad Fu’ad ‘Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Qur’an
Alkarim (Bairut: Dar Al-Fikr, 1992), Hal 496.
29
Q.S. Asy-Syura/26: 37-38.
27

Dari ayat diatas Prof. Yunahar memberikan penjelasan bersandar dari tokoh

Islam bernama Taufiq asy-Syawi memberikan penjelasan sebagai berikut: Dalam

ayat diatas, syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam

diturunkan sesudah iman dan shalat.30

Tak sampai disitu saja, Prof. Yunahar juga menjelaskan penjelasannya

mengenai ayat diatas dengan mengambil penjelasan dari Abdul Karim Zaidan

dalam bukunya Ushul Ad-Da’wah cetakan Baghdad di tahun 1976. Prof. Yunahar

menegaskan bahwa, Abdul Karim Zaidan menyebutkan bahwa musyawarah adalah

ummat dan kewajiban Imam atau pemimpin. Dalilnya adalah firman Allah Swt

yang memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk bermusyawarah dengan

para sahabat.

Kesimpulan dari dua penjelasan tersebut Prof. Yunahar mengenai

musyawarah, beliau mengutip Q.S Asyu-Syura ayat 37-38 kemudian memberikan

penjelasan dengan bersandar dua tokoh yaitu Taufiq Asy-Syawi dan Abdul Karim

Zaidan.

Dari penjelasan dua tokoh tersebut terlihat mengambil sikap bahwa

musyawarah menempati derajat ketiga setelah iman dan shalat, dari sikap ini sangat

jelas bahwa musyawarah adalah hal yang sangat penting dan penuh nilai

kesakralan. Dapat dianalisis bahwa musyawarah akan bermakna jika para

30
Prof. Dr. K.H Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI UMY, 2012
28

pelakunya ahli dalam Iman dan ahli dalam Shalat bahkan lebih tegas lagi dua syarat

untuk musyawarah adalah beriman dan melaksanakan sholat.

Dalam konteks perang Uhud ini pasukan Islam hampir mengalami

kehancuran disebabkan pasukan pemanah yang kurang patuh dengan hasil

musyawarah sebelum perang. Namun Rasulullah tetap bersikap lemah lembut

dalam menindak kejadian ini. Selanjutnya, Menurut Muhammad Rasyid Ridha

bahwa sifat-sifat terpuji yang terinci dalam ayat tersebut harus dimiliki oleh seorang

pemimpin dalam upaya menciptakan pemerintahan yang demokratis. Dalam sistem

pemerintahan yang demokratis, maka rakyat akan terdidik dalam mengeluarkan

pendapat dan mempraktekkannya.31

2.6 Manfaat musyawarah

Musyawarah memiliki banyak nilai positif, di antaranya adalah musyawarah

mengandung nilai penghormatan kepada orang-orang yang diajak bermusyawarah

dan dimintai pandangan, menggodok permasalahan yang diajukan dengan

menampung berbagai pandangan dan ide-ide yang ada, menyatukan langkah dan

memilih pandangan yang paling tepat.32

Musyawarah memiliki berbagai manfaat yang penting dalam konteks sosial,

organisasi, dan kehidupan pribadi. Berikut ini adalah beberapa manfaat

musyawarah:

31
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz. Iv (Mesir: Maktabah Al-Qahirah,
1970), Hal 45.
32
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al Munir; (Gema Insani; Jakarta 2013), Hal 494.
29

Mencapai Keputusan yang Lebih Baik, Dalam musyawarah, berbagai

perspektif dan pendapat dapat dikumpulkan dan dievaluasi dengan cermat. Proses

ini memungkinkan untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang,

memperoleh informasi yang lebih lengkap, dan mencapai keputusan yang lebih baik

dan lebih komprehensif.

Menghindari Konflik dan Meningkatkan Kerjasama, Melalui musyawarah,

perbedaan pendapat dapat diungkapkan secara terbuka dan diperdebatkan dengan

cara yang konstruktif. Ini membantu menghindari konflik potensial dan

menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana kerjasama dan pemahaman saling

terjalin.

Meningkatkan Partisipasi dan Keterlibatan, Musyawarah memberikan

kesempatan kepada semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan. Ini memberikan rasa memiliki dan keterlibatan yang lebih

besar, sehingga mendorong tanggung jawab bersama dan komitmen terhadap hasil

musyawarah.

Membangun Kepercayaan dan Hubungan yang Baik, Dalam musyawarah,

sikap saling menghormati dan mendengarkan pendapat orang lain menciptakan

iklim kepercayaan. Hal ini memungkinkan untuk membangun hubungan yang baik

antara peserta musyawarah, yang membantu memperkuat kolaborasi dan kerjasama

di masa depan.

Mendorong Inovasi dan Kreativita, Dalam musyawarah, berbagai ide dan

perspektif dapat muncul. Diskusi dan pertukaran pendapat yang terbuka dapat
30

mendorong inovasi, kreativitas, dan pemikiran yang out-of-the-box untuk mencari

solusi yang lebih baik dan lebih efektif.

Mempertimbangkan Dampak dan Keberlanjutan, Musyawarah

memungkinkan untuk mempertimbangkan dampak dari keputusan yang diambil,

baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan melibatkan berbagai

pihak yang terkait, musyawarah dapat membantu mendorong keberlanjutan,

keadilan, dan keberlanjutan dalam pengambilan keputusan.

Manfaat-manfaat ini menunjukkan pentingnya musyawarah sebagai alat yang

efektif untuk mencapai keputusan yang baik, membangun hubungan yang baik, dan

memperkuat partisipasi dalam berbagai konteks kehidupan.

Melalui musyawarah, semua pihak yang terlibat memiliki kesempatan

untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Ini menciptakan rasa

kepemilikan dan tanggung jawab bersama dalam menjalankan hasil keputusan

tersebut, berbagai sudut pandang dan ide-ide dikumpulkan dari peserta yang

memiliki latar belakang dan pengetahuan yang berbeda-beda. Ini memungkinkan

pemikiran kritis dan evaluasi menyeluruh sehingga dapat dihasilkan keputusan

yang lebih baik secara kolektif.33 Karana musyawarah memberikan kesempatan

bagi individu atau kelompok untuk saling mendengarkan, menghargai pendapat

33
Wibowo, A., dan Handayani, S.T.P, Manfaat Musyawarah dalam Pengambilan
Keputusan Organisasi, (Manajemen Bisnis Dan Kewirausahaan, 2020), Hal 113-121.
31

orang lain, serta bekerja sama mencapai tujuan bersama. Hal ini memperkuat ikatan

sosial antara anggota masyarakat atau organisasi lainnya.

Diskusi terbuka dalam musyawarah merangsang timbulnya ide-ide baru serta

solusi-solusi kreatif untuk permasalahan yang dihadapi. Proses ini mendorong

inovasi serta pemikiran out-of-the-box.34 Karena musyawarah menciptakan

transparansi dalam pengambilan keputusan. Semua peserta memiliki kesempatan

untuk menyampaikan pandangan mereka secara terbuka, dan ini memperkuat

akuntabilitas atas setiap keputusan yang dihasilkan. Selanjutnya melalui

musyawarah, individu dapat belajar dari pengalaman dan pengetahuan orang lain.

Hal ini meningkatkan kapasitas individu dalam berpikir kritis, komunikasi efektif,

serta pemecahan masalah.

34
Muhadjirin, M.D.R., dan Wahyuniati, E.S.W.N, Musyawarah: Solusi Konflik Berbasis
Kearifan Lokal, (Ilmiah Peuradeun, Media Komunikasi Dan Studi Islam Aceh, 2017), Hal 95-110.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Mempertimbangkan jenis data yang digunakan, penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena data yang

dikumpulkan dan dianalisa merupakan data-data deskriptif dalam bentuk kata-kata

dan bukan angka. Selanjutnya, penelitian ini berbentuk penelitian pustaka (library

research). Hal tersebut karena objek penelitian ini adalah teks yang terdapat dalam

manuskrip tertentu. Sejumlah literatur yang berkaitan dengan topik tersebut

dikumpulkan, ditelaah, dideskripsikan untuk selanjutnya dianalisis secara

konfrehensif dan cermat sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka pengambilan

kesimpulan.

Pemanfaatan metode ini juga dibarengi dengan teknik catat dengan tujuan

untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data. Penelitian ini bersifat

kepustakaan (library research) yang sumber primernya adalah Alquran dan sumber

sekundernya adalah kitab-kitab tafsir, kitab-kitab balaghah, buku-buku yang

didalamnya mengungkap pembahasan tentang Urgensi musyawarah dalam

menyalesaikan masalah, jurnal-jurnal ilmiah dan literatur lainnya yang

berhubungan dengan keindahan makna dalam Al-Qur`an.

3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri atas tiga jenis sumber data primer, sumber

data sekunder dan sumber data tersier.

32
33

Sumber data primer yaitu data pokok yang menjadi objek utama sebuah penelitian,

Penggunaan data primer umumnya untuk kebutuhan menghasilkan informasi yang

mencerminkan kebenaran sesuai dengan kondisi faktual, sehingga informasi yang

dihasilkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini yaitu kitab-

kitab klasik karangan ulama tempo dulu.

Sumber data sekunder yaitu sumber yang mengentarai peneliti dengan subjek

penelitian. Sumber data sekunder juga dapat diartikan sebagai data tambahan yang

diperoleh dari buku-buku dan sumber-sumber data yang diperoleh atau

dikumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada. Disini penulis mengambil dari

Al-Qur’an dan hadis yang terkait dengan musyawarah dan referensi lain yang

dianggap releven dengan objek pembahasan.

Sumber data tersier yaitu data penunjang yang diperoleh secara tidak

langsung dari obyek yang diteliti. Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti

dalam dari berbagai sumber digital.

3.3. Metodologi Pengumpulan Data


Untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut, penulis

mengumpulkan data dalam berbagai sumber, baik sumber data primer, sumber data

sekunder maupun sumber data tersier. Sumber data primer dalam penelitian ini

adalah ayat-ayat Al-Qur`an yang mengandung kata-kata urgensi musyawarah

dalam menyelesaikan masalah dan kitab-kitab tafsir karya ulama kontemporer dan

hadist-hadist lainnya yang terkait tentang urgensi musyawarah dalam

menyelesaikan masalah.
34

Sementara sumber data sekunder yang akan peneliti rujuk yaitu kepada buku-

buku yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian. Baik dari kitab,

laporan penelitian, diskusi ilmiah ataupun buku-buku sejarah yang berhubungan

dengan topik permasalahan tentang urgensi musyawarah dalam menyelesaikan

masalah.

Selanjutnya penelitian juga menambahkan satu sumber data lagi yaitu sumber

data tersier. Yang mana dalam sumber data ini lebih terfokus kepada kamus besar

Bahasa Indonesia (KBBI).

Dari bererbagai corak tafsir yang menarik untuk dikaji nantinya yaitu tafsir-

tafsir karya ulama kontemporer dan hadist-hadist yang terkait tentang urgensi

musyawarah dalam menyelesaikan masalah.

3.4.Tehnik Analisis Data


Supaya menemukan jawaban terhadap permasalah yang terjadi peneliti

mengangkat data yang dianalisa dengan menggunakan metode analisis isi (content

analysis). Menurut Sukandi, content analysis adalah setiap prosedur sistematis yang

dirancang untuk mengkaji isi informasi yang terekam, di antaranya dokumentasi,

tulisan-tulisan, film serta jenis komunikasi lain yang dipublikasi melalui media

massa, majalah, radio, televisi dan sebagainya. 35 Kegiatan ini melibatkan analisis

ilmiah tentang isi pesan suatu teks untuk kemudian diuraikan,

diinterpretasi dan disimpulkan.

35
Sukandi, A. (1991). Metode dan Analisis Penelitian, Jakarta: PT. Glora Alsora Pratama.
BAB 4

HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab empat ini penulis ingin memaparkan hasil penelitian dan

pembahasan terkait dengan konsep musyawarah menurut tinjauan Al-Qur’an surah

Ali-Imran ayat 159.

4.1 Al-Qur`An dan Tafsir

Q.S Ali-Imran Ayat 159

‫م‬ ‫م‬ ‫ب َلن فض مُّوا ِم من ح مولِك ۖ ف م‬ ‫ِم م م‬ ‫م م م‬ ‫ِ م ٍ ِ هِ ِ م‬


‫ف َعن ُه مم َو ماستَ غ ِف مر ََلُ مم َو َشا ِومرُه مم ِِف‬
ُ ‫اع‬َ َ َ َ ْ َ ِ ‫ل‬ َ ‫ت فَظًّا َغلي‬
‫ظ ال َق‬ َ ‫ت ََلُمۚ َولَو ُكن‬
َ ‫اّلل لن‬
ٰ ‫فَب َما َرۡحَة ٰم َن‬
‫ِ م‬ ‫م م ِ م‬
‫ب ال ُمتَ َوِٰكلِ مي‬ ‫اّللِؕ اِ َّن ٰه‬
ُّ ‫اّللَ ُُي‬ ‫ت فَتَ َوَّك مل َعلَى ٰه‬
َ ‫اَلَم ِۚر فَا َذا َعَزم‬

Artinya:
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakAllah kepada
Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Tafsir Jalalain

‫( فَبِ َما‬Maka berkat) ma di sini adalah zaa'idah (tambahan) yang berfungi At-Taukid

(menguatkan). Kata ini berkedudukan i'rab nya nashab, takdir nya adalah ِ‫اّلل‬ ٍِ‫م‬
ٰ‫َرۡحَة ٰم َن ه‬

‫ِم‬ ‫م‬
‫ت‬
َ ‫( لن‬rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut) hai Muhammad ۚ‫( ََلُم‬kepada

mereka) sehingga kamu hadapi pelanggaran mereka terhadap perintahmu itu

35
36

‫م م‬
dengan sikap lunak ‫ت فَظًّا‬
َ ‫( َولَو ُكن‬dan sekiranya kamu bersihap keras) artinya

‫م م‬ ‫م‬
َ ‫( َغلِي‬dan berhati kasar) hingga kamu mengambil
ِ ‫ظ ال َقل‬
akhlakmu jelek tidak terpuji ‫ب‬

‫م‬ ِ‫م م م‬
tindakan keras terhadap mereka ‫ف‬ َ ‫( ََلنْ َفضُّوا ِمن َحول‬tentulah mereka akan
ُ ‫ك ۖ فَاع‬

menjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka) atas kesalahan yang
‫م‬
mereka perbuat ‫( َو ماستَ غ ِف مر ََلُ مم‬mintakanlah ampun bagi mereka) atas kesalahan-

kesalahan itu hingga Kuampuni ‫( َو َشا ِو مرُه مم‬serta berundinglah dengan mereka) artinya

‫م‬
mintalah pendapat atau buah pikiran mereka ‫( ِِف اَلَ مم ِۚر‬mengenai urusan itu) yakni

urusan peperangan dan lain-lain demi mengambil hati mereka, dan agar umat

meniru sunnah dan jejak langkahmu, maka Rasulullah Saw. banyak bermusyawarah

dengan mereka. ‫ت‬ ‫ِ م‬


َ ‫( فَاذَا َعَزم‬Kemudian apabila kamu telah berketetapan hati) untuk

melaksanakan apa yang kamu kehendaki setelah bermusyawarah itu ِ‫اّلل‬ ‫م‬
ٰ‫فَتَ َوَّكل َعلَى ه‬

ِ
ُّ ‫اّللَ ُُِي‬
(maka bertawakal lah kepada Allah) artinya percayalah kepada-Nya. ‫ب‬ ٰ‫ا َّن ه‬

‫م‬
‫( ال ُمتَ َوٰكِلِ مي‬sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal) kepada-Nya.
37

Tafsir Al-Munir

‫ِم‬
‫ت ََلُ م ۚم‬
َ ‫ لن‬At-Liin artinya adalah halus dan lembut dalam berinteraksi dan bergaul.

Maksudnya, sikapmu Muhammad lembut kepada mereka tatkala mereka melanggar


‫م م‬
‫م‬
َ ‫ َغلِي‬kasar dan kerasnya
ِ ‫ظ ال َقل‬
perintahmu. ‫ فَظًّا‬buruknya akhlak dan kerasnya watak, ‫ب‬

hati yang tidak bisa merasa tersentuh dan terpengaruh oleh apa pun. ‫ ََلنْ َفض مُّوا‬Maka

mereka akan pergi menjauh dari sekelilingmu. ‫ف‬


‫م‬
ُ ‫ فَاع‬Maka oleh karena itu,

‫م م‬
maafkanlah apa yang telah mereka lakukan. ‫استَ غ ِف مر ََلُ مم‬
‫ َو‬dan mintakanlah ampunan

‫م‬
dosa untuk mereka sehingga Aku akan mengampuni mereka. ‫ َو َشا ِو مرُه مم ِِف اَلَ مم ِۚر‬dan

ajaklah mereka bermusyawarah seputar masalah politik dan pengaturan umat, baik

ketika dalam keadaan perang maupun ketika dalam keadaan aman serta di dalam

urusan urusan duniawi lainnya untuk menghibur dan menyenangkan hati mereka

serta agar mereka mau mengikuti dan mematuhimu. Rasulullah Saw. sering

mengajak para sahabat bermusyawarah. ‫ت‬ ‫ِ م‬


َ ‫ فَا َذا َعَزم‬Maka jika kamu telah berteguh

hati dan membulatkan tekad untuk melakukan apa yang kamu inginkan setelah

ِ‫ فَت وَّك مل علَى ه‬Maka bertawakal dan yakinlah kamu kepada Allah
bermusyawarah. ‫اّلل‬
ٰ َ ََ

Swt. Tawakal adalah bersandar dan berpegangan kepada Allah Swt di dalam setiap

urusan.
38

Tafsir Ibun Katsir


‫م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ِم م م‬ ‫م م م‬ ‫ِ م ٍ ِ هِ ِ م‬
‫ف َعن ُه مم َو ماستَ غ ِف مر ََلُ مم َو َشا ِومرُه مم ِِف‬
ُ ‫ك ۖ فَاع‬
ِ‫م م م‬
َ ‫ب ََلنْ َفضُّوا ِمن َحول‬
ِ ‫ظ ال َقل‬
َ ‫ت فَظًّا َغلي‬
َ ‫ت ََلُمۚ َولَو ُكن‬
َ ‫اّلل لن‬
ٰ ‫فَب َما َرۡحَة ٰم َن‬
‫ِ م‬ ِ ِ‫ماَلَ مم ِۚر فَاِ َذا عزممت فَت وَّك مل علَى ه‬
‫ب ال ُمتَ َوٰكِلِ مي‬ ٰ‫اّللؕ ا َّن ه‬
ُّ ‫اّللَ ُُي‬ ٰ َ َ َ َ ََ

‫م‬ ‫م‬
Mengenai firman Allah ‫ت ََلُ م ۚم‬ ِ ِ‫“ فَبِما رۡح ٍة ِمن ه‬Maka disebabkan rahmat dari Allah
َ ‫اّلل لن‬
ٰ َٰ َ َ َ

kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,” Qatadah berkata,” karena Rahmat

Allah engkau (Muhammad) bersikap lemah lembut kepada mereka. Huruf “ ‫”م‬
َ

‫م م‬
(maa) merupakan shilah (penghubung). Selain itu Allah Swt berfirman ‫ت فَظًّا‬
َ ‫َولَو ُكن‬

ِ‫ب ََلنْ َفض مُّوا ِم من ح مول‬ ‫ِم م م‬


ۖ‫ك‬
َ َ ِ ‫ل‬‫ظ ال َق‬
َ ‫“ َغلي‬sengkiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar,

‫م‬
tentulah mereka menjauhlan diri dari sekelilingmu, “yang dimaksud “ ‫ ”ال َفظًّا‬dan “

‫م‬ ‫م‬
َ ‫ ” َغلِي‬di sini adalah ucapan kasar. Hal itu sesuai dengan firfan Allah setelah itu ‫ظ‬
‫ظ‬ َ ‫َغلِي‬

‫م م‬
ِ ‫“ ال َقل‬berhati kasar.” Artinya, jika kamu mengeluarkan kat-kata buruk dan berhati
‫ب‬

kasar kepada mereka, niscaya mereka akan menjauh dan meninggalkanmu, tetapi

Allah menyatukan mereka semua kepadamu. Dan Allah menjadikan sikapmu

lembut kepada mereka dimaksudkan untuk menarik hati mereka, sebagaimana yang

dikatakan `Abdullah bin `Amr, “Aku melihat sifat Rasulullah Saw dalam kitab-

kitab terdahulu seperti itu, Dimana beliau tidak bertutur kasar dan tidak juga berhati

keras, tidak suka berteriak-teriak dipasar, tidak pernah membalas kejahatan dengan
‫م م م م‬ ‫م‬
kejahatan, tetapi beliau itu senantiasa memberi maaf.” ‫استَ غ ِف مر ََلُ مم َو َشا ِو مرُه مم ِِف‬
‫ف َعن ُهم َو‬
ُ ‫فَاع‬
39

‫م‬
‫“ اَلَ مم ِر‬karena itu maafkanlah mereka, mohokan ampunan bagi mereka dan

bermusyawarahlah dengen mereka dalam urusan itu.” Oleh sebab itu Rasulullah

Saw senantiasa mengajak para sahabatnya bermusyawarah mengenai suatu

persoalan yang terjadi untuk menjadi hati mereka senang dan supaya mereka lebih

bersemangat dalam berbuat. Sebagaimana beliau pernah mengajak mereka dalam

bermusyawarah pada waktu perang badar mengenai keberangkatan menghadang

pasukan orang-orang kafir. Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah jika engkau

menyeberangi lautan, niscaya kami akan ikut menyeberanginya bersamamu. Dan

jika emgkau menulusuri daratan dalam kegelapan ke Barkil Ghimad, niscaya kami

akan ikut berjalan bersamamu. Kami tidak akan mengatakan apa yang di katakan

kaum musa kepadanya, Dimana kaumnya itu berkata, “Pergilah engkau bersama

Rabb-mu dan berperanglah, kami akan duduk-duduk di sini saja.” Tapi kami akan

meangatakan kepadamu, “Pergilah, dan kami akan senantiasa bersamamu, di depan,

di kanan dan kirimu untuk ikut berperang.

Selain itu, Rasulullah Saw juga pernah mengajak mereka bermusyawarah,

di mana harus berkemah, sehingga akhirnya Al-Mundhir bin `Amr menyarankan

untuk mertempat dihadapan lawan.

Dalam perang uhud, beliau juga pernah mangajak bermusyawarah, yaitu

tetap tinggal di Madinah atau pergi menghadapi musuh. Akhirnya, mayoritas

sahabat menyarankan untuk pergi menghadapi musuh. Maka beliau pun pergi

bersama mereka menghadapi musuh.

Sedangkan dalam perang khandak beliau juga mengajak para sahabat

bermusyawarah mengenai masalah Al-Ahzab, yaitu tawaran perdamaian dangan


40

memberikan sepertiga hasil kekayaan kota Madinah pada tahun itu. Namun hal itu

di tentang oleh Sa`Ad bin Mu`Adz dan Sa`Ad bin `Ubadah, sehingga akhirnya

beliau tidak melanjutkannya.

ِ‫“ فَاِ َذا عزممت فَت وَّك مل علَى ه‬kemudian apabila kamu sudah membulat tekat, maka
‫اّلل‬
ٰ َ َ َ َ ََ

bertawakkallah kepada Allah.” Artinya, jika kamu telah bermusyawarah dengan

mereka mengenai suatu masalah, lalu kamu teleh benar bulat-bulat terhadap

‫م‬ ‫ِ م‬ ِ
Keputusan yang dihasilkan, maka bertawakkallah kepada Allah. ‫ب ال ُمتَ َوٰكِلِي‬ ٰ‫ا َّن ه‬
ُّ ‫اّللَ ُُي‬

“sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkallah kepada-nya.”

4.2 Isi Kandungan Surat Al Imran Ayat 159

Surat Al-Imran ayat 159 ini mengajarkan kepada manusia betapa luhurnya budi

pekerti Rasulullah Saw terhadap umatnya. Bagaimana tidak, beliau Saw selalu

bersikap lemah lembut kepada siapapun, baik yang mendukung maupun yang

memusuhinya.

Rasulullah Saw selalu memaafkan dan meminta maaf serta mengajak umatnya

untuk bermusyawarah dengan pendapat orang lain. Persoalan yang perlu

dimusyawarahkan ada dua pendapat, sebaimana yang dikatakan oleh Al-Qalhi

yaitu, pertama, yang dimusyawahkan adalah urusan dunia, dan pendapat yang
41

kedua, yang dimusyawarah adalah urusan dunia dan akhirat (keagamaan). Dan

pendapat yang kedua lebih kuat daripada pendapat yang pertama.36

Surat Al imran ayat 159 ini berbicara tentang konteks interaksi Nabi Saw

dengan para sahabat yaitu dengan lemah lembut, memaafkan, bermusyawarah

dalam menyelesaikan masalah, dan menasihati supaya selalu berbuat baik.

“Sebab kasih sayang dan petunjuk-Nya, Allah menjadikan Nabi Muhammad

Saw sebagai seorang hamba yang elegan dalam berinteraksi dengan sesama,

menerima segala bentuk pendapat, bertutur secara santun dan ramah.”

Bermusyawarah dalam Urusan keagamaan, ayat ini juga menekankan

pentingnya musyawarah dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.

Musyawarah dalam keagamaan adalah cara yang dianjurkan oleh Allah untuk

mencapai konsensus dan keputusan yang lebih baik.

Dalam hal ini memberikan pengajaran tentang pentingnya sikap lemah lembut dan

musyawarah dalam hubungan antar manusia. Dengan bersikap lemah lembut,

memaafkan, dan bermusyawarah, umat Islam diharapkan dapat menciptakan

hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mencapai keputusan yang lebih

baik dalam urusan mereka.

Karena sikapnya yang begitu mulia, tak heran jika beliau menjadi seorang

pemimpin yang sangat dipatuhi dan disegani tanpa paksaan dari umat-Nya.

36
Muhammad Al-Jauzi, Zad Al-Mesir Fi`Iim Al-Tafsir, (Bairut, Al-Maktab Alisami, T, Th),
Hal 489.
42

Rasulullah Saw merupakan pemimpin yang menganjurkan dan menjalankan anuran

itu, serta pemimpin yang melarang sekaligus menjauhi larangan tersebut.

4.3 Asbabul Nuzul Surah Ali-Imran Ayat 159

Rasulullah Saw merupakan sosok yang pantas dan seharusnya dijadikan

teladan dalam bersikap, baik kepada sahabat maupun kepada lawan. Utusan Allah

paling terakhir itu memiliki akhlak yang mulia. Hal ini dijelaskan dalam surat Al

Imran ayat 159.

Surat ini berusaha mengajak umat muslim untuk memahami akhlak mulia

Rasulullah Saw dalam menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Ayat ini

berisi tentang cara seseorang dalam menyikapi masalah serta anjuran untuk berbuat

baik kepada semua orang termasuk lawan.

Apabila sebagai muslim mampu memahami dan mengamalkaisi surah Ali-

Imran ayat 159 ini dengan benar, maka kebaikan dan pahala akan ia dapatkan.

Selain itu juga tercipta kebersamaan dan kedamaian antar manusia secara harmoni.

Sedangkan Al-Wahidi mengatakan berdasarkan Riwayat dari Al-Kalabi, ia berkata

bahwa ayat tersebut turun Ketika pera tantara islam berlomba-lomba menuntut

rampasan perang.37

Menurut tempat diturunkannya, surah-surah dapat dibagi atas golongan

Makkiyah (Surah Mekkah) dan golongan Madaniyah (Surah Madinah). Pembagian

37
Abu Al-Hasan `Ali Ibn Ahmad Al-Wahidi Al-Naisaburu, Asbab Al-Nuzul (Jakarta,
Dinamika Utama, T, Th), Hal 84.
43

ini berdasarkan tempat dan waktu yang diperkirakan terjadi penurunan surah

maupun ayat tertentu, di mana surah-surah yang turun sebelum Muhammad

beremigrasi (hijrah) ke Madinah digolongkan sebagai surah Makkiyah sementara

surah-surah yang turun setelahnya tergolong sebagai surah Madaniyah.

Surat Ali Imran ayat 159 turun dilatar belakangi oleh peristiwa perang Uhud

yang melibatkan kaum muslim di Madinah dan kaum kafir Quraisy. Pecahnya

perang Uhud terjadi pada tahun 625 Masehi ini tidak luput dari kekalahan kaum

Quraisy dalam Perang Badar satu tahun sebelumnya. Kemudian Allah Swt

menurunkan ayat ini untuk memberikan petunjuk kepada Nabi Muhammad Saw

dan umat Muslim tentang pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan.

Ayat ini menyampaikan bahwa penting untuk melibatkan para pemimpin dan

konsultasikan perkara-perkara penting dengan mereka sebelum memutuskan

sesuatu.

Sementara itu spirit kaum muslim untuk berperang melawan musuh masih

berkobar. Namun tidak sedikit pula yang menghianati Rasulullah Saw saat Perang

Uhud berlangsung. Sehingga kaum muslimin terpaksa dipukul mundur. Dalam

Riwayat yang lain dikemukakan bahwa Nabi Saw. Berkali-kali mengutus pasukan

ke medan Jihat. Pada suatu waktu, ada pasukan yang Kembali dan diantaranya ada

yang mengambil ghanimah sebelum dibagikan menurut haknya. Maka turunlah


44

ayat tersebuat sebagai larangan mengambil rampasan perang sebelum dibagikan

oleh Al-Amir (pemimpin).38

Sebab sebagian besar pasukan Islam meninggalkan Rasulullah Saw dalam

kepungan musuh. Hanya tersisa beberapa sahabat yang masih setia melindungi

Rasulullah Saw hingga akhirnya Al-Imran ayat 159 diturunkan untuk menenangkan

dan menghibur kesedihan Nabi Muhammad Saw.

Tak hanya itu saja, Surat Al-Imran ayat 159 ini juga menyadarkan kepada

kaum muslimin terhadap nikmat Allah Swt, karena telah mendapat sang utusan

yang mulia akhlaknya yaitu Rasulullah Saw dengan.

Surah yang turun di Mekkah pada umumnya surah-surah dengan jumlah

ayat yang sedikit, berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya

ditujukan kepada manusia. Sedangkan surah-surah yang turun di Madinah pada

umumnya memiliki jumlah ayat yang banyak, berisi peraturan-peraturan yang

mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan, ataupun seseorang dengan lainnya

(syari'ah) maupun pembahasan-pembahasan lain. Pembagian berdasar fase sebelum

dan sesudah hijrah ini dianggap lebih tepat, sebab terdapat surah Madaniyah yang

turun di Mekkah.

38
Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Lubab Al-Nuqul Fi Asbab Al-Nuzul, (Bandung, Diponogoro,
1975), Hal 198.
45

Asbab Al-Nuzul adalah menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai

penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.39 Konteks atau

latar belakang sebab-sebab turunnya suatu ayat dalam Al-Quran. Namun, untuk

Surah Ali Imran Ayat 159, tidak ada laporan khusus yang menjelaskan asbab al-

Nuzulnya. Oleh karena itu, tidak ada informasi yang tersedia mengenai asbab al-

Nuzul untuk ayat ini.

Namun, secara umum, ayat-ayat dalam Al-Quran dapat memiliki makna dan

pesan yang relevan dengan berbagai situasi dan konteks. Ayat ini memberikan

petunjuk umum tentang pentingnya bersikap lemah lembut, memaafkan, dan

bermusyawarah dalam berinteraksi dengan orang lain. Pesan ini dapat diterapkan

dalam berbagai situasi dan hubungan sosial.

Meskipun tidak ada asbab Al-Nuzul yang spesifik untuk ayat ini, pesan dan

pengajaran yang terkandung dalam ayat ini tetap berlaku dan relevan bagi umat

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

menjadi sebab turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang

diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.

4.4 Urgensi Musyawarah Dalam Menyelesaikan Masalah

Selanjutnya, kita akan membahas hasil dan pembahasan mengenai urgensi

musyawarah dalam menyelesaikan masalah kajian surah Ali-Imran ayat 159.

39
Muhammad Chirzin, Buku Pintar Asbabun Nuzul, (Jakarta: Zaman, 2011), Hal. 15-16
46

Setelah mendiskusikan manfaat-mamfaat musyawarah sebelumnya, berikut adalah

beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:

Melalui musyawarah, keputusan yang diambil dapat mencapai kualitas yang

lebih baik karena melibatkan berbagai sudut pandang dan pemikiran kolektif dari

peserta diskusi. Proses musyawarah memungkinkan terjalinnya hubungan yang

kuat antara peserta diskusi. Dengan saling mendengarkan, menghormati pendapat

orang lain, serta mencari solusi bersama, iklim kerjasama dan persaudaraan dapat

tumbuh dengan lebih baik. Dengan melibatkan banyak pihak dalam proses

pengambilan keputusan, kesalahan atau ketidakadilan dapat diminimalisir. Sudut

pandang yang beragam membantu untuk melihat sisi-sisi tertentu yang mungkin

tidak terlihat jika hanya ada satu orang yang membuat keputusan sendiri.40

Melalui musyawarah aktif, kepemimpinan partisipatif dapat diterapkan di

mana semua anggota kelompok memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi

ide-ide mereka dalam pengambilan keputusan. Dalam musyawarah, semua pihak

yang terlibat memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan

mempengaruhi keputusan akhir.41 Hal ini memberikan legitimasi pada keputusan

tersebut karena melibatkan banyak perspektif.

Dengan hasil-hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

musyawarah memiliki urgensi yang sangat penting dalam menyelesaikan masalah.

40
Sugiyono, Pentingnya Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan Organisasi,
(Manajemen Pendidikan, 2019), Hal 185-196.
41
Haryanto Y, dan Supriyanto A.B, Urgensi Musyarawah dalam Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia. (Ilmiah Mahasiswa Bina Bangsa, 2020), Hal 123-133.
47

Melalui proses musyawarah yang efektif, kita dapat mencapai solusi terbaik serta

menjaga harmoni dan kerjasama antara individu-individu yang terlibat.

Namun perlu diketahui juga bahwa meskipun ada manfaat besar dari

musyawarah, tidak selalu setiap situasi memerlukan musyawarah. Terkadang

penyelesaian cepat atau otoritas tunggal lebih tepat sesuai dengan konteks tertentu.

Jadi, mari kita jadikan musyawarah sebagai salah satu alat penting dalam

mengambil keputusan secara bersama-sama! Mari berdiskusi dengan bijak dan

saling menghargai pendapat orang lain.

Secara jelas dapat terbaca tentang pentingnya bermusyawarah baik itu

dalam Al-Quran, Al-Sunnah maupun melalui praktik dalam perjalanan kehidupan

manusia. Praktik musyawarah sudah sangat lama eksis mulai dari lingkungan

keluarga sampai meluas ke wilayah Negara dan dunia international, dengan bentuk

dan cara yang berbeda, sesuai dengan perkembangan zaman. Itulah salah-satu

hikmah tidak adanya penuturan secara rinci tentang musyawarah, agar bisa berlaku

secara fleksibel untuk berbagai tempat dan masa.

Musyawarah yang dilaksanakan di lingkup rumah tangga untuk mencapai

keluarga bahagia, Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Musyawarah yang

diselenggarakan di lingkup masyarakat dengan harapan terciptanya masyarakat

ideal dan harmonis, dan musyawarah yang dilaksanakan yang lebih umum dan luas.

4.5. Etika Musyawarah

Musyawarah merupakan proses penting dalam pengambilan keputusan dalam

Islam. Namun, dalam melaksanakan musyawarah, terdapat prinsip-prinsip etika


48

yang perlu dijunjung tinggi. Etika musyawarah bertujuan untuk memastikan bahwa

proses musyawarah berjalan dengan adil, terhormat, dan produktif. Dalam tulisan

ini, kita akan membahas beberapa prinsip etika musyawarah dalam Islam .Etika

musyawarah merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan oleh umat

Islam dalam persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari hari, serta kegiatan

musyawarah juga menjadi sarana untuk memperoleh ide atau gagasan terbaik dari

suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

Musyawarah menuntut manusia untuk bisa merubah taraf kehidupan

ketingkat yang lebih baik. Oleh karenanya untuk mencapai maksud tersebut, ada

beberapa hal yang penting diperhatikan yang secara beruntuk diperintahkan kepada

Nabi Saw sebagaimana terkandung dalam ayat-ayat tentang musyawarah,42 Quraish

Shihab melansir ada tiga sifat dan sikap yang harus dilakukan sebelum

musyawarah.

Pertama, Sikap lemah lembut. Seseorang yang melakukan musyawarah

apalagi sebagai pemimpin harus menghindari tutur kata-kata yang kasar serta keras

kepala, karena jika sikap itu dilakukan maka mitra musyawarah akan meninggalkan

majelis.

Kedua, memberi manfaat dan membuka lembaran baru. Sikap ini dapat

difahami dari potongan ayat ‫( فاعف عنهم‬maafkan mereka). Maaf secara harfiah

42
Dudung Abdullah, “Musyawaran Dalam Al-Quran, (Suatu Kajian Tafsir Tematik)”

Skripsi, UIN Alauddin, Makasar, 2014, Hal 250.


49

berarti menghapus, memaafkan berarti menghapus bekas luka dihati akibat

perlakuan pihak lain yang dirulai tidak wajar. Ini perlu karena kejernihan hati dan

kecerahan pikiran sangat diperlukan ketika bermusyawarah. peserta harus

menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain saat

menyampaikan pendapat mereka.43 Di sisi lain peserta musyawarah

mempersiapkan mental yang selalu siap memberi maaf. Karena mungkin saja ketika

bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau bahkan keluar perkataan yang

menyinggung perasaan pihak lain

Ketiga, hubungan baik dengan Tuhan. Seseorang yang melakukan

musyawarah hendaklah menyadari bahwa kemampuan akal dan ketajaman analisis

belum cukup untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebab masih ada sesuatu yang

dijangkau oleh kemampuan akal. Jika demikian untuk mencapai hasil yang terbaik

ketika musyawarah, hubungan peserta musyawarah dengan Tuhan harus harmonis,

antara lain permohonan ampunan ilahi, meminta petunjuk dan bertawakkal kepada-

Nya.44

Prinsip etika musyawarah yang perlu ditekankan adalah mencapai konsensus

atau keputusan bersama. Dalam musyawarah, tujuan akhirnya adalah mencapai

konsensus atau keputusan yang didukung oleh semua peserta. Penting untuk

membangun diskusi yang konstruktif, mendengarkan dengan baik, dan menghargai

43
Maulida R.A., dan Zainuddin, Etika Musyawarah dalam Membangun Konsensus, (Etika,
2019) Hal 67-78.
44
M. Quraihs Syihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan,2021,) Hal 496.
50

perbedaan pendapat untuk mencapai konsensus yang bermanfaat bagi semua pihak

yang terlibat.45

Etika musyawarah dalam Islam memiliki peran penting dalam memastikan

bahwa proses musyawarah berjalan dengan adil, terhormat, dan produktif. Etika

musyawarah mencakup mendengarkan dengan aktif, berbicara dengan sopan dan

menghormati, menghargai perbedaan pendapat, memprioritaskan kepentingan

umum, menghormati otoritas dan menjaga kerahasiaan, serta mencapai konsensus

atau keputusan bersama. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip etika

musyawarah, kita dapat membangun lingkungan musyawarah yang bermartabat

dan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

4.5.1 Kaidah Kaidah Dalam Musyawarah

Islam memberikan kaidah dalam musyawarah agar suasana kondusif tetap

terjaga sebelum, selama, dan setelah musyawarah, sebagaimana dijelaskan dalam

Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 159, "Maka, disebabkan rahmat dari Allah lah

kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah

dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad

maka bertawakAllah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang

yang bertawakal kepada-Nya."

45
Mahfudz Syarifuddin, Musyawarah Dalam Perspektif Atika Islam, (Jurnal, Penelitian
Islam, 2017), Hal 12
51

Yang dimaksud "bermusyawarah dalam urusan itu" dalam ayat tersebut ialah

urusan peperangan dan hal-hal duniawiah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,

kemasyarakatan, dan lain-lainnya. Agar musyawarah yang diselenggarakan itu

mendapatkan hasil keputusan terbaik dan mendapat ridha Allah Swt maka setiap

peserta mesti memahami kaidah dalam bermusyawarah. Tujuan utama dari

musyawarah adalah mencapai mufakat atau kesepakatan bersama sebagai hasil

akhir diskusi.46

Ada beberapa kaidah dalam bermusyawarah yaitu: Pertama, Setiap peserta

musyawarah harus dapat bersikap lemah lembut, baik dalam sikap ucapan dan

tindakan. Kedua, mudah memberi maaf. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap peserta

sebab musyawarah itu tidak akan berjalan dengan baik jika masing-masing peserta

masih diliputi kekeruhan hati. Ketiga, membangun hubungan yang kuat dengan

Allah melalui mohonan ampunan. Keempat, membulatkan tekad. Sudah semestinya

peserta musyawarah membulatkan tekad dalam mengambil suatu keputusan yang

disepakati bersama. Kelima, bertawakal kepada Allah. Setelah bermusyawarah

semestinya keputusan yang telah diambil, baik secara mufakat maupun dengan cara

lain, hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah karena Dialah yang menentukan

segala sesuatu itu terjadi.47

46
Ahmad, N., dan Abidin, Z.A.R, Kajian Teoretis Prinsip-Prinsip
Musyawarah dalam Islam. (Sosial Humaniora, 2018) Hal 167-175.
47
https://khazanah.republika.co.id/berita/nyogwm313/5-kaidah-bermusyawarah-sesuai-
tuntunan-islam di akses pada tanggal 3 maret 2023 jam 16: 20 wib
52

Dengan menerapkan kaedah dalam musyawarah ini, diharapkan proses

pengambilan keputusan dapat berjalan dengan adil, inklusif, dan efektif. Ingatlah

bahwa tujuan utama dari musyawarah adalah mencari solusi terbaik bagi masalah

yang sedang dihadapi secara bersama-sama.

Musyawarah adalah proses berdiskusi dan berunding untuk mencapai

keputusan yang baik dan adil dalam suatu perkara atau masalah. Dalam Islam,

musyawarah dianggap sebagai prinsip penting dalam pengambilan keputusan dan

menyelesaikan perselisihan. Berikut ini adalah beberapa kaedah musyawarah yang

dapat diterapkan:

Keterbukaan: Setiap peserta musyawarah harus bersikap terbuka dan

mendengarkan pendapat orang lain dengan saksama. Ini melibatkan sikap rendah

hati untuk menerima masukan dan pandangan dari semua pihak yang terlibat.

Keseimbangan: Penting untuk mencari keseimbangan antara kepentingan

individu dan kepentingan umum. Musyawarah harus dilakukan dengan

mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat, demi mencapai solusi

yang adil dan berkelanjutan.

Penghormatan: Peserta musyawarah harus saling menghormati dan

menghargai pendapat satu sama lain, tanpa memandang perbedaan status, usia, atau

latar belakang. Hal ini memungkinkan suasana yang harmonis dan membangun

kepercayaan di antara peserta.

Pencarian Solusi: Tujuan musyawarah adalah mencapai solusi terbaik.

Peserta harus berkomitmen untuk bekerja sama dan mencari solusi yang
53

menguntungkan semua pihak secara adil. Ini melibatkan kemauan untuk

memberikan dan menerima kompromi.

Konsensus: Idealnya, musyawarah harus berusaha mencapai konsensus di

antara peserta. Konsensus adalah kesepakatan yang dicapai oleh semua pihak yang

terlibat, bukan hanya mayoritas. Ini memastikan bahwa keputusan yang diambil

didasarkan pada persetujuan bersama.

4.6 Analisis Urgensi Musyawarah

Analisis musyawarah dapat dibagi menjadi beberapa tahapan atau aspek

yang membentuk proses musyawarah secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa

tahapan yang umumnya terdapat dalam analisis musyawarah:

Persiapan, Tahap persiapan melibatkan mengumpulkan informasi yang

relevan, mengidentifikasi masalah atau tujuan yang akan dibahas dalam

musyawarah, serta menentukan peserta yang terlibat. Persiapan yang baik

membantu memastikan bahwa musyawarah berjalan dengan efisien dan fokus.

Pendahuluan, Tahap pendahuluan melibatkan memperkenalkan tujuan

musyawarah, membangun suasana yang kondusif, dan menetapkan aturan dan tata

tertib dalam musyawarah. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang

inklusif dan menghormati pendapat semua peserta.

Pendekatan dan Diskusi, Tahap ini melibatkan penyampaian dan

pendiskusian berbagai pandangan, ide, dan argumen terkait masalah yang dibahas.

Peserta musyawarah harus dengan terbuka menyampaikan pendapat mereka,

mendengarkan pendapat orang lain, dan berdiskusi secara konstruktif.


54

Evaluasi dan Analisis, Setelah pendekatan dan diskusi, tahap evaluasi dan

analisis dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari masing-

masing pendapat. Peserta musyawarah dapat melakukan analisis komprehensif,

mempertimbangkan implikasi, manfaat, dan risiko dari setiap pendapat yang

diajukan.

Pemilihan Solusi, Tahap ini melibatkan proses pemilihan solusi atau

keputusan yang paling baik berdasarkan hasil evaluasi dan analisis sebelumnya.

Pemilihan solusi dapat dicapai melalui konsensus, mayoritas suara, atau mekanisme

lain yang telah disepakati sebelumnya.

Implementasi dan Tindak Lanjut, Setelah solusi atau keputusan dipilih,

tahap implementasi dan tindak lanjut dilakukan. Peserta musyawarah harus

memastikan bahwa solusi yang dipilih dijalankan dengan baik dan tindak lanjut

yang diperlukan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Analisis tentang bagaimana musyawarah dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah kajian terkait Surah Ali-Imran Ayat 159.

Musyawarah memiliki urgensi yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat, termasuk dalam konteks agama Islam. Prinsip musyawarah di

dalam Islam menekankan pentingnya pendekatan konsultatif dalam pengambilan

keputusan. Melalui musyawarah, setiap individu memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi, menyampaikan pendapat, dan mencapai konsensus bersama.

Analisis urgensi musyawarah dalam Islam dapat dilihat dari beberapa aspek,

pertama pengambilan keputusan yang lebih baik, kedua membangun keadilan dan
55

kesetaraan dalam musyawarah, ketiga menciptakan rasabmemiliki dan tanggung

jawab, dan terakhir membangun kebersamaan dan solidaritas.

Dalam menganalisis masalah kajian tersebut, penting untuk melibatkan

berbagai pihak yang memiliki pemahaman dan pengetahuan dalam bidang

keagamaan Islam. Melalui proses musyawarah, berbagai sudut pandang dan

interpretasi ayat tersebut bisa didiskusikan secara terbuka.48 Dalam konteks ini,

para peserta musyawarah dapat membawa referensi dari ulama atau sarjana agama

yang dihormati sebagai acuan dalam memperoleh pemahaman yang lebih

komprehensif tentang ayat tersebut. Dengan begitu, setiap peserta memiliki

kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka berdasarkan pengetahuan dan

pemikiran mereka sendiri.

Musyawarah memiliki urgensi yang sangat penting dalam berbagai aspek

kehidupan, baik itu dalam konteks sosial, organisasi, maupun pemerintahan.

berbagai sudut pandang dan pemikiran dari peserta dapat disampaikan

secara terbuka. Hal ini memungkinkan adanya pemecahan masalah secara holistik

karena melibatkan banyak perspektif yang beragam. Melalui proses musyawarah,

konflik dapat dihindari atau diminimalisir karena semua pihak memiliki

kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka secara adil. Selain itu, dengan

48
Virdaus F., & Anshori U.L.C, Analisis Metode SWOT pada Musyawarah Organisasi,
(Ilmiah Mahasiswa Bina Bangsa, 2020), Hal 145-155.
56

melibatkan banyak orang dalam pengambilan keputusan, potensi ketidakadilan juga

dapat dikurangi.

Musyawarah memberi legitimasi pada keputusan yang diambil karena

melibatkan partisipasi aktif dari anggota kelompok atau masyarakat yang terlibat

langsung.49 Hal ini membuat keputusan lebih diterima oleh semua pihak, karena

dalam sebuah musyawarah, ide-ide baru sering kali timbul dari interaksi antara

peserta diskusi yang berbeda latar belakangnya. Proses kolaboratif ini merangsang

kreativitas dan inovasi dalam mencari solusi-solusi baru. Salanjut melalui

musyawarah, hubungan antara peserta musyawarah dapat diperkuat karena adanya

saling mendengarkan, menghormati pendapat orang lain, serta bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama.

Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa urgensi musyawarah

sangatlah penting dalam konteks sosial dan organisasional. Melalui proses ini,

potensi konflik dapat diminimalisir sementara keterlibatan semua pihak

menciptakan legitimasi pada keputusan yang diambil. Selain itu, musyawarah juga

merangsang kreativitas dan inovasi serta memperkuat hubungan antarindividu.

Namun perlu diingat bahwa tidak setiap situasi memerlukan musyawarah

dan ada konteks tertentu di mana metode pengambilan keputusan lainnya lebih

efektif atau cepat dilakukan. Jadi mari kita mengenali urgensi musyawarah ini

49
ugroho A.B, dan Mulyani, Analisis Fishbone Diagram dalam Penyusunan Keputusan
Musyawarah. (Etika, 2019), Hal 79-87.
57

sebagai alat penting dalam mencapai keputusan yang lebih baik dan menjaga

harmoni antara individu-individu yang terlibat.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengkaji data secara rinci di bab sebelumnya, maka selanjutnya

peneliti akan memaparkan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas dam saran

yang telah dibuat peneliti seputar urgensi musyawarah dalam menyelesaikan

masalah kajian surah Ali-Imran ayat 159. Berikut kesimpulan dan sarah yang telah

di buat dengan seksama

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penullis lakukan dapat disimpulkan bahwa


musyawarah menurut surat ali imra ayat 159 adalah Posisi musyawarah yang sangat
penting dan strategis antara lain:
Musyawarah menjadi sarana untuk mengungkap kemampuan dan kesiapan,

sehingga umat dapat mengambil manfaat dari kemampuan itu. Musyawarah melatih

ikut adil dalam pemerintahan memperkaya pengalaman, mengasah penalaran akal

dan kecerdasan. Musyawarah menguatkan tekad, mendatangkan keberhasilan,

menjelaskan kebenaran, memperluas alasan, menghindarkan diri dari penyesalan,

mengambil kesimpulan yang benar sehingga timbul kepastian bertindak yang sesuai

dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Menjadi agar tidak terjadi kekeliruan

dan meminimalisir atau memperkecil kemungkinan menemui kegagalan, karena

kegagalan setelah bermusyawarah dapat dimaklumi dan menghindarkan celaan.

Musyawarah dapat mengungkap tabiat dan kualitas seseorang yang terlibat dimintai

pendapat dan pertimbangan mengenai suatu persoalan. Musyawarah dapat

58
59

melapangkan dada untuk menerima kesalahan dan memberi maaf atau menciptakan

stabilitas emosi.

Dengan melihat banyak manfaat, maka musyawarah merupakan suatu

keharusan bagi setiap umat manusia, terutama bagi para pemimpin, agar persoalan-

persoalan umat ditanggulangi melalui musyawarah.

Adapun beberapa kaidah dalam bermusyawarah yaitu:

1. bersikap lemah lembut.

2. mudah memberi maaf.

3. membangun hubungan yang kuat dengan Allah melalui permohonan

ampun.

4. membulatkan tekad. Sudah semestinya peserta musyawarah membulatkan

tekad dalam mengambil suatu keputusan yang disepakati bersama

(mufakat), bukan saling ingin menang sendiri tanpa ada keputusan..

5. bertawakal kepada Allah.

5.2 Saran- Saran

Dengan penjabaran makna dari ayat 159 surat Al- Imran tersebut diharapkan

dapat menjadi materi dan teori baik untuk memahami tentang urgensi dan kaedah

dalam bermusyawarah karena dengan ayat ini kita bisa memahami bahwa

bermusyawarah adalah jalan utama dalam menyesesaikan setiap permasalahan.

Selain itu, dengan kajian yang telah dilakukan ini diharapkan akan muncul

kajian serta penelitian lanjutan baik yang berkaitan dengan ayat ini atau yang
60

berkaitan dengan ayat-ayat tentang musyawarah sehingga semakin berkembang

pemahaman ayat Al-Qur’an serta semakin luas perkembangan ilmu pengetahuan

terutama yang menyangkut dengan konsep musyawarah. .


DAFTAR PUSTAKA

Abu Al-Hasan `Ali Ibn Ahmad Al-Wahidi Al-Naisaburi, Asbab Al-Nuzul

(Jakarta, Dinamika Utama, T, Th), Hal 84.

Abu Husayn Ahmad Bin Faris Bin Zakariyya, Mu’jam Maqayis Al-Lughah,

Juz III (Mesir: Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1972), Hal 226.

Aḥmad Muṣṭafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi (Mesir: Muṣṭafa Al-Babi Al-

Ḥalabiwa Auladuh, 1962), Juz IV, Hal 112.

Ahmad, N., dan Abidin, Z.A.R, Kajian Teoretis Prinsip-Prinsip

Musyawarah dalam Islam. (Sosial Humaniora, 2018) Hal 167-175.

Al-gazali, Ihya ‘Ulumuddin: Ilmu dan Keyakinan, (Jakarta; Republika

Penerbit,2011), hal.100.

Al-Mahilli Dan Al-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain (Kairo: Dar Al-Hadits), Hal

247.

Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, Toha Putra Semarang, 1979),

Hal 139

Al-Mubarakfuri, ‘Abd Al-Rahman. Abu Al-Ala Muhammad, Tuhfah Al-

Ahwadz Bi Syarh Jami’ Al-Turmuzhi, Juz V (Madinah: Maktabah

Al-Ma’rifah, 1964), Hal 375.

Al-Qurthubi, Al-Jami Li- Ahkam Al-Qur’an, (Kairo, Dar Al-Kutub, 1967),

Hal 251

Al-Ragib Al-Asfahani, Mufradah Alfaz Al-Qur’an (Bairud: Dar Al-

Syamsiyah, 1992), Hal 469.

x
Astia Pamungkas, Pengertian Esensi dan Urgensi, artikel, diakses tanggal

14 maret 2023, pukul 14.15.

Az-Zarkasyi, dan As-Sa'di, (Musyawarah Dalam Perspektif Al-Qur'an dan

Hadis. (Ilmiah Syar'iyyah, 2017), Hal 99-116.

Buchori Muslimin., Musyawarah dalam Perspektif Islam. (Ilmu Dakwah Al

Falah, 2019), Hal 214-234.

Chirzin Muhammad, Buku Pintar Asbabun Nuzul, (Jakarta: Zaman, 2011),

Hal 15-16

Dheaandika, “Dalil Musyawarah,” diakses 27 Januari 2013,

Dudung Abdullah, “Musyawaran Dalam Al-Quran, (Suatu Kajian Tafsir

Tematik)” Skripsi, UIN Alauddin, Makasar, 2014, Hal 250.

Haryanto Y, dan Supriyanto A.B, Urgensi Musyarawah dalam

Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. (Ilmiah Mahasiswa Bina

Bangsa, 2020), Hal 123-133.

http://dheaandika007.blogspot.com/2013/01/dalil-musyawarah,html.

https://khazanah.republika.co.id/berita/nyogwm313/5-kaidah-

bermusyawarah-sesuai-tuntunan-islam di akses pada tanggal 3

maret 2023, 16: 20 wib

https://minanews.net/prinsip-musyawarah-dalam-syariat-islam-oleh-

imaam-yakhsyAllah-mansur/ Diakses 17 maret 2023, 15:12 wib

https://www.nu.or.id/hikmah/kisah-rasulullah-yang-gemar-
bermusyawarah-T3jNP.

xi
Ibrahim, D, dan Yusuf, M.I, Kebebasan Berekspresi dalam Musyawarah

Menurut Perspektif Islam. (Kajian Hukum Islam Al-Adl, 2018), Hal

85-102.

Imam Fakhruddin Al- Razi. Tafsir Al-Kabir; (Mesir, Darul Fikri, 1990) hal.

54.

Jalal Al-Din Al-Mahalli Dan Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Al-Qur`An Al-Karim

Tafsir Al-Jalalain Bi Asbab Al-Nuzul Li Al-Suyuthi (Cet II: Damsik:

Dar Al-Jaly, 1995), Hal 159.

Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Lubab Al-Nuqul Fi Asbab Al-Nuzul, (Bandung,

Diponogoro, 1975), Hal 198.

Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lughah (Bairut: Dar Al-Masyriq, 1998), Hal

407.

M. Quraihs Syihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan,2021,) Hal 496.

Maulida R.A., dan Zainuddin, Etika Musyawarah dalam Membangun

Konsensus, (Etika, 2019) Hal 67-78.

Muhadjirin, M.D.R., dan Wahyuniati, E.S.W.N, Musyawarah: Solusi

Konflik Berbasis Kearifan Lokal, (Ilmiah Peuradeun, Media

Komunikasi Dan Studi Islam Aceh, 2017), Hal 95-110.

Muhammad Ali A-Hasyimy, Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Al

Quran dan Sunnah, (Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat

Rabwah:2009)

Muhammad Al-Jauzi, Zad Al-Mesir Fi`Iim Al-Tafsir, (Bairut, Al-Maktab

Alisami, T, Th), Hal 489.

xii
Muhammad Fu’ad ‘Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-

Qur’an Alkarim (Bairut: Dar Al-Fikr, 1992), Hal 496.

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz. Iv (Mesir: Maktabah Al-

Qahirah, 1970), Hal 45.

Nasution, A.H., dan Lubis R.S.I.P, Musyawarah sebagai Budaya

Pembelajaran dalam Organisasi Pendidikan Islam. Edukasia Al-

Qur'an, (Studi Kependidikan dan Keislaman, 2020), Hal 76-95.

Prof. Dr. K.H Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI UMY, 2012

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al Munir; (Gema Insani; Jakarta

2013), Hal 494.

Q.S. Ali-imran/ 3:159

Q.S. Asy-Syura/26: 37-38.

Riski Zulfi Mu’arif, Musyawarah Dalam Pandangan Islam, 27 Oktober

2016, https://rzmchannel.blogspot.com/2016/10/makalah-

musyawarah-dalam-pandangan-islam.html.

Saleh, Abdurrahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam, (Jakarta; Kencana, 2004), hlm. 89.

Sugiyono, Pentingnya Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan

Organisasi, (Manajemen Pendidikan, 2019), Hal 185-196.

Sukandi, A. (1991). Metode dan Analisis Penelitian, Jakarta: PT. Glora

Alsora Pratama.

Syamzan Syukur, (2013) Jurnal Sejarah dan Kebudayaan. Rihlah :8 (1).

pp. 18-30. ISSN 2339-0921 hal. 133.

xiii
Syarifuddin Mahfudz, Musyawarah Dalam Perspektif Atika Islam, (Jurnal,

Penelitian Islam, 2017), Hal 12

Syekh Muhammad Al-Khudhari, Nurul Yaqiin, (Terj, Sinar Baru Algensido,

Bandung, 2010), Hal 154

ugroho A.B, dan Mulyani, Analisis Fishbone Diagram dalam Penyusunan

Keputusan Musyawarah. (Etika, 2019), Hal 79-87.

Virdaus F., & Anshori U.L.C, Analisis Metode SWOT pada Musyawarah

Organisasi, (Ilmiah Mahasiswa Bina Bangsa, 2020), Hal 145-155.

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta, Gema Insani, 2023), Hal 477

Wahbah Zuhaili, Tafsir Al Munir; Gema Insani Press (Bandung 2009) hal.

84.

Wibowo, A., dan Handayani, S.T.P, Manfaat Musyawarah dalam

Pengambilan Keputusan Organisasi, (Manajemen Bisnis Dan

Kewirausahaan, 2020), Hal 113-121.

xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Indetitas Pribadi

Nama : Dedi Maulana

Nim : 191908102102

Tempat/tanggal lahir : Gampong U/04 Juni 2000

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kebangsaan/Suku : Indonesia/Aceh

Status : Belum Kawin

Alamat : Desa Blang Kec. Matang Kuli Kab. Aceh Utara

Pekerjaan : Mahasiswa

II. Indetitas Orang Tua

Nama Ayah : M Yakob. R

Pekerjaan : Petani

Nama Ibu : Nurhasanah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun Tgk Di Kali Gampong U Blang


Asan Kec. Syamtalira Aron Kab. Aceh Urata
Provinsi Aceh

xv
III. Riwayat Pendidikan

: SDN 9 Desa Calong kab. Aceh Utara ijazah 2013

: SMPN 4 Peurupok Kab. Aceh Utara ijazah 2015

: Pendidikan Diniyah Formal (PDF)/ Setara SMA


Dayah Babussalam Al-Hanafiyyah Matang Kuli
Kab. Aceh Utara Ijazah 2018

: Ma`Had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Dari


2020 Hingga Sekarang

Demikianlah Riwayat hidup saya buat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan
seperlunya.

Matangkuli, …November 2023


Penulis

Dedi Maulana Yakob


Nim: 191908102102

xvi

Anda mungkin juga menyukai