Anda di halaman 1dari 3

MEMBANGUN INTERELASI DAN HARMONISASI ANTAR ORMAWA DI PNB DI

TENGAH TRANSFORMASI KULTUR YANG MERAKI MELALUI FUNGSI


FUNGSIONARIS SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Seiring dengan berjalannya waktu, semakin kontras pula perubahan yang terjadi di
tengah masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut mayoritasnya disebabkan oleh
perkembangan teknologi maupun kebiasaan masyarakat yang selalu berjalan progresif atau
mengalami transformasi seiring dengan perkembangan zaman. Sama halnya seperti yang
terjadi pada sebuah komunitas maupun organisasi. Organisasi, terutama organisasi
mahasiswa, merupakan suatu kelompok yang seringkali mengalami transformasi kultur.
Perubahan insan-insan yang terlibat di dalamnya pada setiap pergantian masa periode jabatan
membuat karakter dan cara organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya menjadi berbeda
akibat perbedaan gaya kepemimpinan. Perubahan yang terjadi tersebut tentu saja tidak selalu
akan mendatangkan hal-hal yang baik. Banyak sekali risiko yang akan mencuat dalam
menghadapi transformasi dan upaya pembaharuan sistem dalam organisasi. Hal yang paling
krusial namun seringkali terlupakan adalah hubungan interelasi dan harmonisasi antar
organisasi mahasiswa. Maka dari itu, diperlukan sebuah pencetus perubahan di dalam sebuah
organisasi mahasiswa untuk mencegah organisasi tersebut mengalami fase stuck di tempat
atau bahkan mengalami kemunduran.

Frasa agent of change atau dalam bahasa Indonesia kerap disebut sebagai agen
perubahan tentu sudah tidak asing lagi di telinga kalangan mahasiswa maupun orang-orang
yang bergelut di bidang organisasi dan kemasyarakatan. Agent of change sendiri merupakan
orang-orang yang terlibat dalam sebuah upaya untuk memperbaharui diri sendiri serta
lingkungan tempatnya berkembang agar dapat terus maju secara progresif dengan
pemberlakuan beberapa langkah-langkah yang strategis dan inovatif. Mahasiswa sebagai
insan bestari memiliki makna bahwa mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas yang
dibarengi pula dengan budi pekerti luhur yang baik di dalam dirinya. Selain itu, dalam
menjadi agent of change, mahasiswa juga merupakan insan yang meraki, yang berarti
melakukan suatu hal dengan segenap jiwa, rasa cinta, dan kreativitas, sehingga dapat
menghasilkan output atau hasil yang baik untuk lingkungan sekitarnya dan masyarakat luas.

Secara sederhana, agen perubahan bagaikan seorang pencetus, perantara, sekaligus


pelaksana antara sasaran perubahan dengan individu-individu lainnya yang akan turut andil
dalam melaksanakan perubahan tersebut. Maka dari itu, untuk melakukan perubahan,
diperlukan sejumlah insan bestari yang meraki untuk memandu proses berjalannya perubahan
dalam suatu organisasi guna mencapai tujuan bersama yang diharapkan. Fungsi mahasiswa
maupun fungsionaris ormawa sebagai agen perubahan adalah membuat perubahan positif,
progresif, serta konstruktif melalui hubungan interelasi yang baik serta memanfaatkan
teknologi untuk menciptakan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar dan masyarakat luas.

Dalam membangun interelasi dan harmonisasi antar ormawa di Politeknik Negeri


Bali, diperlukan fungsionaris-fungsionaris yang mudah beradaptasi terhadap terjadinya
perubahan serta dapat memanfaatkan perubahan tersebut untuk mencapai tujuan bersama
yang lebih baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan komunikasi
antar fungsionaris organisasi mahasiswa di lingkungan Politeknik Negeri Bali. Dengan
komunikasi yang baik, maka akan tercipta suasana yang harmonis dan jauh dari kata konflik.
Suasana harmonis tersebutlah yang akan membuat orang lain merasa dihargai, sehingga dapat
menciptakan rasa saling menghormati di antara fungsionaris-fungsionaris organisasi
kemahasiswaan di lingkungan Politeknik Negeri Bali. Yang dimaksud dengan komunikasi
yang baik dalam hal ini adalah komunikasi yang terjadi secara dua arah. Dalam komunikasi
tersebut juga ditekankan untuk mengurangi rasa individualis serta egoisme sehingga dapat
terhindar dari ketimpangan persepsi serta pendapat dan terbebas dari miskomunikasi.

Selain dengan komunikasi yang baik, hubungan interelasi anatara fungsionaris-


fungsionaris organisasi kemahasiswaan di lingkungan Politeknik Negeri Bali dapat
diwujudkan dengan cara memberikan umpan balik berupa kritik yang membangun, masukan,
maupun saran. Selain dapat membantu fungsionaris lain untuk menyadari bagaimana
kinerjanya di mata orang lain, pemberian umpan balik juga dapat membantu kemajuan dan
terciptanya inovasi yang berdampak baik untuk organisasi. Dengan umpan balik, orang-orang
yang terlibat dalam organisasi jadi mengetahui di mana letak kekurangan dan kelebihan
mereka, sehingga dapat menjadi acuan untuk memajukan organisasi dan menciptakan
hubungan yang harmonis dan solidaritas antar fungsionaris organisasi kemahasiswaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sebagai insan bestari yang meraki harus
dapat menjadi agen perubahan yang baik untuk kemajuan organisasi dan lingkungan di
sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan adanya komunikasi dua arah atau
komunikasi asertif dalam membangun interelasi dan harmonisasi antar ormawa di Politeknik
Negeri Bali serta pemberian umpan balik untuk dapat menciptakan harmonisasi yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, H. (2019). Peran mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal Pengabdian


Kepada Masyarakat (PKM) Setiabudhi, 1(1), 32-41.

Ratnawati, S., Atmaja, H. E., & Hartono, B. (2020). Implementation Role of HR in


Organizational Transformation as Agent of Change. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, 22(2), 1-10.

Yuda, T., Astawa, A., & Indrayana, I. (2022). Sistem Informasi Organisasi Kemahasiswaan
Politeknik Negeri Bali Berbasis Website (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri
Bali). http://repository.pnb.ac.id/id/eprint/3637 (diakses pada 7 Desember 2022, pukul
22.06)

Anda mungkin juga menyukai