Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN STUDI ISLAM 1

Dr. Syamsul Yakin, M.A

Pemakalah :
Abdullah Ali / 11220511000048

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
RANGKUMAN STUDI ISLAM 1

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Istilah Studi Islam dalam bahasa Inggris adalah Islamic Studies. Secara sederhana
dimaknai sebagai kajian Islam. Studi Islam masa klasik dimulai sejak tahun 650 hingga 1250
M. Tema studi Islam pada masa itu seputar ajaran Islam yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, terutama soal akidah dan ibadah. Secara umum akidah
masyarakat Arab pada waktu itu politeisme, karena mengakui banyak Tuhan atau berhala.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan mereka untuk berakidah tauhid, yakni meyakini dan
menyatakan Allah SWT Yang Maha Esa. Belakangan ilmu bidang ini disebut dengan Ilmu
Tauhid, Ilmu Kalam, dan Ilmu Ushuluddin.
Pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, metode studi Islam berkembang
dari metode bayani ke metode burhani, irfani, dan jadali. Bahkan dalam rumpun ilmu
pengetahuan alam di dunia Islam pada klasik berkembang juga metode ijbari. Metode
burhani adalah cara memperoleh ilmu pengetahuan dengan melakukan observasi.
Sedangkan metode irfani adalah cara memperoleh ilmu pengetahuan dengan
pengamatan intuisi melalui pross mujahadah dan riyadhah. Berbeda dengan metode burhani
dan metode irfani, yakni metod jadali atau filsafat. Dalam metode ini, ilmu pengetahuan
diperoleh dengan berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, universal, dan spekulatif.
Artinya pada masa Ummayah dan Abbasiyah, pendekatan studi Islam berkembang dari cara
berpikir deduktif-normatif (metode bayani) kepada cara berpikir Induktif empiris (metode
burhani dan ijbari). Studi al-Qur`an, misalnya, didedikasikan untuk merespons realitas sosial
dan politik yang akhirnya menimbulkan spealisasi ilmu Asbabun Nuzul.
Namun saying, studi Islam hari ini cenderung deduktif dengan menggunakan metode
bayani, jadali, dan irfani saja. Padahal mtode ibjari dan burhani sudah berkembang sejak
abad klasik Islam (abad 7 sampai dengan abad 13 M). Oleh karena itu, studi Islam masa kini
harus bergeser dari deduktif-normatif kepada induktif empiric, seperti masa klasik.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar akidah itu?
2. Bagaimana dasar-dasar ibadah itu?
3. Bagaimana dimensi-dimensi zakat itu?
B. Pembahasan

1. Dasar-dasar Akidah
1
Akidah secara etimologi berarti “ikatan”, “mengokohkan”, dan “berjanji”.
Akidah dan Tauhid secara garis besar memiliki hal yang sama, yaitu keyakinan
mmpercayai Allah SWT. Namun untuk akidah sendiri mempercayai menggunakan hati
dan lisan, sedangkan tauhid hanya bentuk keyakinannya saja secara harfiah, atau hanya
menggunakan hati.
Sumber akidah ada dua, yaitu al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an berasal dari
surah Al-Ikhlas ayat 1-4, sedangkan al-Sunnah berasal dari hadist, misalkan seperti
Hadist Riwayat Muslim yang menceritakan pertanyaan Ummar Bin Khattab ke Nabi
Muhammad SAW tentang kabar Iman.
Di samping itu akidah Islam adalah mempercayai enam rukun iman, dan
mengimplementasikan lima rukun Islam. 2 Buah dari pelaksanaan rukun iman dan rukun
Islam adalah ihsan atau ahlak mulia. Ciri khas pelakunya adalah ia senantiasa
memperbagus ibadahnya kepada Allah SWT.
Di zaman Rasulullah ada namanya orang-orang munafik yang mempunyai
mentalitas hiprokit. Inilah merupakan halangan dan tantangan orang dalam berakidah.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur`an surah al-Baqarah ayat 204-206. Di dalamnnya
diceritakan seorang tokoh munafik pada zaman Nabi yang bernama Akhnas bin Syuraiq
menurut Tafsir Jalalain. Beliau di cirikan baik dalam berbicara, bersumpah atas nama
Allah SWT, dan piawai dalam berdebat. 3 Menurut Imam Qatadah yang dikutip Syaikh
Nawawi, pribadi seperti ini sangat keras dank kerap berbuat durhaka. 4 Namun jika ada
kaum muslimin yang menganjurkannya untuk berbuat kebaikan, ia marah dan memerah
mukanya.
5
Spektrum makna iman terungkap dalam sejumlah ayat dalam al-Qur`an. Seperti
halnya iman itu membuat seseorang berada dalam kebenaran yang di jelaskan di QS. al-
Baqarah ayat 186, selanjutnya seperti beriman berarti mengharap rahmat Allah SWT
yang tertera dalam QS. al-Baqarah ayat 218. Selain itu juga ada Iman adalah kekuatan
ketika merasa lemah dan pelipur lara di saat bersedih yang di ungkapkan melalu QS. Ali
Imran ayat 139. Hal ini juga didasarkan pada sabda Nabi SAW, “Iman memiliki lebih
dari tujuh puluh tujuh cabang. Cabang paling utama adalah La ilaha Illallah dan yang
terendah adalah menyingkirkan bahaya di jalan” (HR. Bukhari). Namun, bagi Syaikh
Nawawi Banten dalam Syarah Qathrul Ghaits, ada dua kondisi dimana keimanan tidak
diakui. Pertama ketika waktu kecil dan belum sepenuhnya dipahami. Kedua ketika
sesorang sedang sekaratul maut.
Iman kepada Allah SWT memiliki tiga tingkatan, yakni iman taqlidi, iman hakiki, dan
iman istidlali. 1 Iman taqlidi adalah meyakini Allah Maha Esa karena mengikuti perkataan ulama
tanpa memiliki argumentasi sendiri. Namun begitu sah keimanannya. 2 Iman hakiki adalah
mengikat hati bahwa Allah Maha Esa (tanpa bisa dipengaruhi oleh apapun). 3 Iman istidlali
adalah beriman dengan cara mencari bukti mengenai yang dibuat akan adanya yang membuat.
Karena adanya buatan menunjukkan adanya yang membuat (yakni Allah SWT). Keimanan
seorang muslim harus beranjak dari taklidi hingga istidlali.
Di dalam enam rukun Iman kita juga harus mempercayai para malaikat, meyakini
eksistensi malaikat dan mengidentifikasi malaikat. Minimal mengenal nama dan tugas inti
mereka. Ciri khasnya tertera di dalam QS. al-Anbiya ayat 26, yaitu di jelaskan baahwa malaikat
adalah hamba-hamba yang dimuliakan di sisi Allah SWT. Ciri lain dari malaikat adalah terbuat
dari cahaya. 4 Secara leksikal, kata “malaikat” itu bentuk plural dari kata “malak”. Di dalam QS.
al-Tahrim ayat 6 malaikat juga dijelaskan tidak pernah durhaka kepada Allah SWT. 5 Secara
fisikal, ciri malaikat, seperti diungkap Syaikh Nawawi Banten dalam Qaimuth Thugyam adalah
jisim-jisim yang lembut yang mempunyai ruh. Allah SWT memberikan kemampuan kepada
mereka untuk merubah bentuk dan rupa yang beraneka dengan tetap indah dan memesona ketika
dipandang oleh mahluk lainnya. Selain itu ciri khas malaikat juga tidak pernah mendahului,
maksudnya adalah malaikat itu sama sekali tidak penah berkata melainkan setelah ada titah dari
Allah SWT. Seperti diketahui malaikat tidak mempunyai syahwat tapi memilii akal, sehingga
mereka selalu beribadah siang dan malam tanpa henti.
Iman kepada kitab merupakan bagian dari akidah Islam karena termasuk di dalam enam
rukun iman. Seperti yang dijelaskan di dalam QS. al-Maidah ayat 48 bahwa Allah sudah
menurunkan kitab-kitab di dunia sebelum al-Qur`an. Misalnya Zabur kepada Nabi Daud yang
dijelaskan di QS. an-Nissa ayat 163. Termasuk Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa yang
dijelaskan di QS. al-Baqarah ayat 53. Begitu pula Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa yang
dijelaskan dalam QS. Maryam ayat 30. Namun diantara semua itu al-Qur`an adalah kitab yang
paling sempurna dan juga dijaga kemurniannya langsung oleh Allah SWT.
Iman kepada rasul juga termasuk kedalam rukun iman. Di dalamnya kita mempercayai
para rasul yang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas utama yaitu menyampaikan kabar
gembira dan peringatan, atau menyampaikan wahyu-wahyu yang diturunkan ke rasul yang
terkait. Kita juga harus mempercayai hal-hal yang disampaikan rasul kepada kita sebagai
umatnya.
Mengakui adanya hari kiamat juga merupakan bagian dari akidah Islam. Kiamat sendiri
di jelaskan di QS. al-Dukhan ayat 41 adalah hari dimana setiap orang tidak bisa saling tolong
menolong untuk menyelamatkan diri dari bencana besar. Lebih lanjut lagi hari kiamat tidak ada
yang tau kapan terjadinya selain Allah SWT/ Kita sebagai hambanya hanya perlu
mempersiapkan diri dalam beramal kebajikan dan soleh.
Seorang muslim juga diwajibkan mempercayainya namanya takdir atau Qadha dan
Qadar. Ada takdir yang dapat diubah, yaitu takdir mualaq sedangkan takdir yang tidak dapat
diubah, yaitu mubram. Takdir kematian, kelahiran, jenis kelamin, dan terlahir di keluarga siapa
itu merupakan takdir mubram dan tidak dapat diubah. Sedangkan takdir mualaq dapat diubah
dengan cara ikhtiar atau usaha dari manusia itu sendiri.
Di dalam buku Studi Islam Masa Kini karya Pak Syamsul Yakin, ada tambahan matri
untuk terkait akidah Islam, yaitu mengadvokasi Jamaah Ahmadiyah. Advokasi penting untuk
membendung pengaruh jamaah ahmadiyah yang mana aliran yang sesat tidak sesuai dengan
ajaran al-Qur`an dan hadist. Masyarakat harus diberitaukan tentang landasan hokum Islam yang
benar hanya Que`an dan hadist sendiri.

2. Dasar-dasar Ibadah
Wudhu merupakan bentuk lahiriah manusia untuk bersuci secara vrtikal untuk
menghadap Allah SWT secara ruhanih. Ini menjelaskan wudhu secara filosofis artinya
menyucikan diri secara lahiriah namun hal yang dapat dirasakan secaran batiniah, karena
berpengaruh untuk syarat salat sendiri. Wudhu sendiri menciptakan kenyamanan, kesegaran, dan
keelokan rupa. Secara dari segi kesehatan juga seorang yang menjaga kebiasaan wudhunya lebih
sehat karena membersihkan bagian-bagian tubuh yang penting yang dimana disana banyak sekali
bakteri yang menyebabkan penyakit.
Para ahli hukum fiqih menyepakati membasuh muka, membasuh kedua tangan, dan
kedua kaki dan mengusap kepala sebagai pekerjaan yang fardhu hukumnya dalam wudhu.
Bahkan menurut mereka, semua hal tersebut harus dilakukan secara tertib, ini berdasarkan dari
QS. al-Maidah ayat 6. Wudhu juga dapat digunakan ketika sebelum tidur, karena Nabi
Muhammad SAW melakukan hal itu, yang mana menurut para ahli medis itu mengandung
banyak sekali manfaat, salah satunya membuat orang merasa nyaman dan cepat terlelap dalam
tidur. Secara juga bila manusia tersebut meninggal saat tidur keadaan badannya sudah suci,
walaupun masih tetap harus dimandikan.
1
Perintah berwudhu, bila dibaca secara “teologis-radikal” sebenarnya mngisyaratkan
agar kita “membasuh dan menyapu” perbuatan jahat dan tabiat buruk kita selama ini. Jadi,
makana tertinggi berwudhu adalah membrsihkan diri kita dari sifat pengkhianat, pembohong,
penipu, perampok, curang, dusta, sumpah palsu, manipulasi, dan memperjual-belikan hukum.

Makna sholat dalam Islam sendiri adalah memohon pertolongan, hal ini banyak sekali
manfaatnya yang mana manusia mempunyai kebutuhan yang tak terbatas. Selain itu juga
membuat kita terlepas dari pengaruh buruk seperti narkoba, dan perbuatan keji lainnya. Hal ini
juga menyangkut tentang kesabaran kita sebagai umat manusia ketika bermohon, berlutut,
meminta sesuatu ke Allah SWT tidak semata-mata langsung dikabulkan. Ini melatih kita dalam
bersabar dan konsisten terus terhadap permohonan kita dan ibadah salat.
1
Tentang perintah puasa, Allah SWT berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, di
wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana di wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa” (QS. al- Baqarah/2:183). Sejak kapan sebenernya umat islam di suruh berpuasa
oleh Allah SWT? Orang islam di suruh berpuasa oleh Allah SWT pada bulan Ramadhan
dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun kedua hijriah, namun Nabi Muhammad
SAW hanya menjalankan sembilan kali berpuasa. Puasa yang di lakukan saat ini telah di
wajibkan juga kepada para Nabi dan masyarakat kala itu, tepatnya sejak masa Nabi Adam. Tentu
ada rahasia sehingga puasa dari masa kemasa diwajibkan kepada umat-umat masa lalu.
2
Menurut Syaikh Nawawi Banten pada tanggal 24 Ramadhan Jibril turun membawa al-
Qur’an secara keseluruhan dari lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah. Ini terjadi pada malam
kemuliaan atau malam keberkahan, nama lain al-Qur’an adalah al-Furqan. al-Furqan di turunkan
secara global, namun juga al-Furqan di turunkan secara berangsur-angsur, Allah SWT
berfirman,”Maha suci Allah yang teah menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya,
agar dia pemberi peringatan kepada seluruh alam” (QS. al-Furqan/25:1)
3
Sejatinya ibadah haji mampu membongkar tabiat buruk yang dimiki manusia. Karna
ibadah haji bukan hanya rangkaian ibadah ritual yang sangat panjang dan melelahkan, tetapi juga
dalam maknanya bagi pembentukan karakter secara pribadi dan maupun dalam konteks sosial.
Konteks korupsi itu begitu luas yakni harta dalam bentuk apasaja, tampak atau tidak tampak
yang di peroleh secara batil baik dengan cara menipu, manipulasi data dll.
4
Dalam konteks historial Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar terbukti telah
mampu meniadakan rasa cinta dunia untuk menggapai cinta akhirat. Mereka rela mengorbankan
sang anak yaitu Nabi Ismail karena perintah Allah SWT. Masalahnya kini apakah rangkaian Idul
Adha termasuk penyembelihan hewan ternak telah benar-benar
3. Dimensi-dimensi Zakat

1. Dimensi Filosofis Zakat

Zakat berasal dari bentuk kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah,
membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.1 Zakat merupakan rukun islam
ketiga, dan wajib dilaksanakan setelah shalat. Dalam surah Al-Baqarah ayat 110 Allah
berfirman, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” Dari ayat tersebut, terpampang jelas
bahwasanya zakat wajib dilaksanakan dan balasan bagi siapa saja yang melakukan akan diterima
di sisi-Nya.

2. Dimensi Historis Zakat

Zakat merupakan satu-satunya rukun islam yang bertransformasi dari ibadah


personal menjadi ibadah sosial karena dengan menjalankan zakat, kita bukan hanya melakukan
perintah Allah semata, tetapi juga berbagi kepada sesama yang membutuhkan, bersosialisasi,
serta menjalin tali silaturahmi antar manusia.
Zakat secara filosofis terbagi menjadi tiga. Pertama, aspek tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi yang harus memimpin dan mengatur tersedianya produksi, distribusi, dan
konsumsi bagi makhluk hidup di bumi. Kedua, aspek solidaritas sosial di mana diharapkan zakat
dapat menghapus kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin. Terakhir, aspek cinta
dan persaudaraan. Maka, zakat secara filosofis berarti lambang dan bukti cinta kepada sesama.2
Secara historis, zakat baru diwajibkan oleh Allah setelah Nabi Muhammad SAW
menetap 17 bulan di Madinah. Tepatnya pada 10 sya’ban tahun kedua hijriyah. Itu artinya
perintah zakat bersamaan dengan perintah puasa ramadhan. Jika dihitung, hingga kini, perintah
menunaikan zakat sudah sangat lama, yakni 1.440 tahun.
Namun, anjuran untuk membantu sesama dengan harta benda sudah dimulai sejak
Nabi Muhammad SAW berada di Mekkah. Allah berfirman, “Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksud untuk mencapai keridhaan Allah maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)” (QS. al-Ruum/30:39)3. Zakat
diperuntukkan untuk mengurangi kemiskinan dengan menolong mereka yang membutuhkan.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, ada lima jenis kekayaan yang dikenakan wajib zakat, yaitu
uang, barang dagangan, hasil pertanian (gandum dan padi), buah-buahan, dan rika (barang
temuan). Selain lima jenis harta yang wajib zakat yang tadi disebutkan, harta profesi dan jasa
sesungguhnya sejak periode kepemimpinan Rasullulah SAW juga dikenakan wajib zakat.4
3. Dimensi Politik Zakat

Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis artinya negara kota. Secara etimologi,
politik merupakan proses atau cara untuk mencapai sesuatu yang berhubungan dengan negara
atau masyarakat. Sedangkan politik menurut aris toteles adalah usaha yang ditempuh warga
negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Sedangkan zakat sendiri adalah “bersih” secara
harfiah bahasa. Namun zakat sendiri juga diambil dari kata zaka yang artinya tumbuh dan
berkembang, sedang seseorang yang dikatakan berarti orang ini baik5. Jadi politik dan zakat
sendiri mempunyai tujuan yang beririsan, secara konsep dan implementasinya.
Jadi keteraturan agama sangat bergantung pada keteraturan negara. Sementara
kteraturan negara sendiri tergantung pada pemimpin yang ditaati.6 Dimensi politik zakat sendiri
artinya segi, regulasi, dan praksis zakat yang dapat digunakan untuk mebangun kesejahteraan
bangsa-negara.
Indonesia sendiri mempunyai bentuk dimensi politik zakat, berupa regulasi atau
peraturan perundang-undangan, seperti undang undang no 38 tahun 1999 yang berbunyi “Setiap
warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim berkewajiban menunaikan zakat”. Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan
dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan amil zakat. Sifat hakikatnya, dasar-dasarnya,
proses-proses kelangsungannya, luas lingkungannya, dan hasil akibatnya merupakan makna
politik itu sendiri menurut Moh. Yamin. Namun sayang pengimplementasinya tidak sesuai.
Banyak orang mampu yang tidak ditarikin zakatnya, atau amil zakat yang dilawan oleh muzakki
yang tak terima dipintakan hartanya untuk zakat, atau mustahiq yang tidak menerima hartanya
karena amil zakat yang korupsi.7 Contoh kasus tersebut kurang berdirinya hukum atau regulasi
dalam zakat. Seharusnya pemerintah sigap dalam pemilihan orang-orang dalam pengawasan hal
tersebut. Seperti halnya orang-orang yang ada di kementrian agama. Pemerintah juga bisa
menguatkan regulasi undang-undang no. 38 tahun 1999 tersebut dengan QS At-Taubah/9: 103
yang berbunyi “Ambilah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan
mereka”. Dalam tafsir jalalain di ungkap Nabi SAW mengambil sepertiga harta orang kaya lalu
membagi-bagikannya. Selain itu juga pemerintah dapat mengangkat amil zakat menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS), seperti halnya dengan “amil pajak” di Direktoral Jendral Pajak. Jadi urgensi
zakat di Indonesia sama pentingnya dengan pajak.
4. Dimensi Horisontal Zakat

Pengertian dimensi horizontal zakat sendiri adalah horizontal, berarti hubungan


manusia dengan manusia. Membayar zakat berarti menolong umat yang kehidupan ekonominya
kurang mampu. Ada semangat berbagi di sana. Lebih dari itu, zakat juga memupuk tali
silaturahmi antarumat.8
Ini juga tergambarkan di dalam ayat, “Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan” (QS. al-Taubah/9: 60). Jadi zakat mempunyai 8 target
bila dilihat dari landasan al-qur`an, yaitu orang-orang fakir, orang-orang miskin, Amil Zakat,
Muallaf yang dibujuk, memerdekakan budak, Al-Gharimin, para sabilillah, dan para Ibnu Sabil.9

Dari delapan penerima zakat di atas Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir,
memberi panduan. Pertama, zakat dapat didistribusikan kepada empat mustahik pertama, yakni
fakir, miskin, amilin, dan muallaf secara langsung. Mereka bisa memanfaatkannya sesuai kondisi
dan situasi.
C. KESIMPULAN

1. Dalam agama Islam memiliki dasar-dasar akidah yang terdapat pada Rukun Iman. Tetapi,
dasar akidah islam yang lebih utama yaitu al-Qur’an dan Hadist. Akidah Islam memiliki
beberapa tujuan, salah satunya yaitu menjaga dan memelihara manusia dari kemusyrikan.
Akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Hubungan antara akidah, syariah,
dan akhlak seperti hubungan antara akar, batang, dan buah di mana mereka saling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan.
2. Ibadah merupakan sesuatu yang wajib kita laksanakan. Karena ibadah merupakan sarana
utama untuk kita bisa dekat kepada Allah SWT. Adapun dasar dasar ibadah yang sudah
dibahas yaitu sebagai rukun Islam. Dasar hukum ibadah dibagi menjadi dua, yaitu yang
pertama adalah al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dan merupakan bagian dari rukun islam.
Pertimbangannya, zakat berbeda dengan shalat, puasa, dan haji yang bersifat normatif.
Dimensi-dimensi zakat yang sudah dibahas yaitu Dimensi Filosofis Zakat, Dimensi Historis
Zakat, Dimensi Politik Zakat, dan Dimensi Horisontal Zakat.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Yakin, Studi Islam Masa Kini, edisi ke-1. (Surabaya: Pustaka Aksara,
2022, h. 2 -55)
Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai