Disusun Oleh :
Yudistira Alik Khadafi
6662210190
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, pertama-tama saya panjatkan puja-puji dan syukur atas rahmat &
ridho Allah SWT, saya bisa menyelesaikan makalah “Pengaruh Tagar dan Petisi Online Dalam
Kebijakan Politik di Indonesia” untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu politik
membuat makalah dengan tema Demokrasi di Era Digitalisasi ini dengan baik dan benar juga
selesai dengan tepat waktu.
Selanjutnya saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan,
kekurangan, dan jauh dari kata sempurna. Semoga Pak Atih Ardiansyah, S.Ikom, M.Ikom.
selaku dosen pengajar dapat memaklumi hal tersebut. Saya sangat menerima saran, kritik serta
masukan untuk makalah ini agar kedepannya saya bisa memperbaiki kesalahan tersebut, dan
bisa belajar untuk lebih baik lagi.
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
saya dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak orang terutama dalam bidang politik.
i
Daftar Isi
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika melihat dari melambungnya pengguna media sosial akhir-akhir ini dampak dari
adanya pandemi covid-19 yang mengahruskan kita tetap dirumah saja, bahkan beberapa
pekerjaan vital pun sangat terpaksa harus dilakukan dari rumah, maka tidak heran jika akhir-
akhir ini sosial media nampaknya makin ramai. Tidak terkecuali dalam hal berdemokrasi,
agaknya masyarakat kita enggan untuk “dirumahkan” dalam menyampaikan pendapat, banyak
sekali tagar-tagar dan petisi-petisi online yang dinaikan atau disebar oleh para pengguna media
sosial dari berbagai kalangan.
Tagar yang sempat ramai di jejaring sosial media twitter pada saat awal pandemi adalah
tagar #TerserahIndonesia, tagar ini sempat trending pada Senin (18/5/2020). Dilansir dari
Kompas.com. Munculnya tagar tersebut diiringi dengan keluhan dan rasa kecewa dari warganet
yang menilai pemerintah belum secara maksimal menanggulangi wabah Covid-19. Tagar
"Indonesia Terserah" populer dilontarkan sejumlah pihak lantaran warga kini seolah tak lagi
peduli dengan upaya pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona.
Jika dikihat dari petisi, petisi yang sempat viral di tengah pandemi adalah petisi dari
mahasiswa bernama Fachrul Adam yang mendesak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) untuk membebaskan biaya kuliah dan tugas akhir dikala pandemi, peisi
berjudul “Karna Covid-19, Bebaskan Biaya Kuliah & Tugas Akhir Mahasiswa Semester Akhir”
petisi tersebut berisi "Semua menjadi kendala besar yang tidak dapat diselesaikan melalui
proses daring. Bisa jadi, keinginan kami untuk menyelesaikan kuliah ditahun ini harus tertunda
karena tidak lengkapnya bahan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas akhir ini," petisi
tersebut dibuat untuk menyoroti kebijaka pemerintah yang melakukan social distancing dengan
merumahkan beberapa pekerjaan, sehingga banyak orang tua dari para mahasiswa terkena PHK
sehingga kesulitan untuk mencari biaya untuk membayar kuliah.
Dari gambaran tersebut saya ingin membahas tagar dan petisi online apa saja yang
sempat ramai di Indonesia dan apa respon pemertintah terhadap hal tersebut, khususnya tagar
kritik-kritik terhadap kebijakan pemerintah dikala pandemi ini, agar demokrasi, anak hasil dari
reformasi ini tetap berjalan dengan baik dan tidak hanya menjadi formalitas semata.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa respon pemerintah terkait kritik di media sosial?
2. Apa saja tagar kritik yang ramai?
3. Apa sajakah petisi online yang berhasil dan merubah kebijakan?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tagar dan Kegunaanya
A. Pengertian Tagar
Mudahnya, tagar atau hashtag adalah frasa kata kunci yang ditulis dengan tanda pagar
(#) dan tanpa spasi didepannya. Tagar ini berguna untuk mengumpulkan postingan dari setiap
orang dengan genre yang sama, kita dapat melihat postingan yang ingin kita lihat dengan cara
meng-click atau mencari tagar terkait. Dan jika postingan kita ingin dilihat lebih bantak orang
atau lebih terpublikasi, kita bisa menggunakan tagar sesuai dengan genre postingan kita.
Tagar bekerja secara berbeda disetiap aplikasi, di Twitter, tweet kita akan muncul pada
timeline orang lain jika kita menggunakan hashtag yang sedang trending, meskipun kita tidak
saling berhubungan dengan orang tersebut. Berbeda dengan Instagram, postingan kita tidak
akan langsung lewat timeline orang lain, dikarenakan di Instagram pun tidak ada fitur trending
untuk tagar.
Menggunakan tagar dapat membesarkan peluang untuk orang lain melihat podtingan
yang kamu buat, jadi jika kamu ingin postingan kamu ramai, kamu juga bisa menggunakan
tagar yang sedang trending.
Tagar juga bisa menjadi cara kamu untuk menujukan dukungan, contohnya kemarin
ada tagar #BlackLivesMatter orang yang menggunakan tagar tersebut bisa dipastikan
mendukung kebebasan ras kulit hitam di Amerika Serikat.
Menggunakan tagar dapat membuat postingan kamu lebih terpublikasi, juga dapat
mempermudah orang lain melihat postingan yang ingin ia cari, semisal seseorang mencari tagar
apel, maka postingan yang munculpun akan serupa yaitu postingan tentang apel.
3
2.2 Petisi Online
Arti petisi menurut KBBI adalah (surat) permohonan resmi kepada pemerintah, petisi
online yang ramai digunakan di Indonesia atau bahkan di dunia adalah Change.org, Change.org
Indonesia diurus oleh Usman Hamid dan Arief Aziz. Dikutip dari Kompas.com Usman Hamid
mengatakan, “Change.org adalah platform sosial untuk perubahan sosial. Change.org bisa
digunakan oleh siapa saja” Ia menegaskan, Change.org tidak melakukan advokasi atas sebuah
kampanye yang menuntut perubahan. Change.org hanya menyediakan wadah kepada para
penggunanya. "Jika tuntutan si pembuat petisi dan para pendukungnya berhasil dicapai, ini
adalah kemenangan mereka," jelas Usman saat ditemui di acara Social Media Fest 2012 di
Senayan, Jakarta, Jumat (12/10/2012).
Platform petisi online Change.org menjadi saluran penghubung antara masyarakat dengan
pembuat kebijakan. Melalui peluang sosial dalam sebuah Platform, masyarakat dapat
menyampaikan protes dan kritik terhadap kinerja pemerintah dan korporasi. Selain itu,
masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam urusan publik. Partisipasi dan keterlibatan
masyarakat dalam urusan publik ditunjukkan dengan inisiatif mereka untuk memulai dan
mendukung petisi online atas isu tertentu. Keterlibatan masyarakat dalam permasalahan publik
lebih difasilitasi dengan adanya Platform petisi online. Platform petisi online
menyederhanakan bentuk petisi tradisional, sehingga masyarakat semakin mudah mengajukan
petisi untuk menggalang dukungan tanpa perlu menghabiskan banyak tenaga, waktu, dan biaya.
Platform petisi online membuat masyarakat semakin terhubung, sehingga kepedulian mereka
atas isu tertentu menjadi lebih mudah dan lebih cepat tersebar, serta dukungan atas kepedulian
tersebut menjadi lebih mudah diperoleh.
Petisi online juga menjadi media yang mampu memfasilitasi masyarakat untuk
menyampaikan kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial seperti isu demokrasi, korupsi dan
keadilan pidana, kesejahteraan satwa, lingkungan, hak asasi manusia (HAM), toleransi, hak
konsumen, olahraga juga kesehatan. Kepedulian masyarakat terhadap isu-isu sosial ini
disebarkan melalui petisi online dan ditujukan untuk mencapai tindakan kebijakan tertentu atas
isu sosial tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa petisi online dimanfaatkan sebagai alat
advokasi kebijakan. Dalam hal ini kebijakan dilihat sebagai sebuah proses tindakan pemerintah
untuk mengatur dan mengelola sistem yang berlaku, kemudian kebijakan diartikan dengan
4
suatu hukum yang mengatur dan mengikat masyarakat dalam berjalannya suatu sistem dan
pengendalian keputusan-keputusan yang menyang- kut kepentingan masyarakat luas.
Pada dasarnya petisi online merupakan bentuk partisipasi politik yang menghubungkan
mas- yarakat dengan pemerintah. Namun, bentuk partisipasi politik ini juga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan sosial. Aktivitas Platform petisi online ini diawali oleh penyelenggara petisi
yang secara deskriptif menyampaikan keresahan terh- adap masalah publik, menyebarkan
petisi tersebut secara online melalui email dan media sosial sebagai ajang kampanye petisi guna
menggalang dukungan, kemudian tandatangan pendukung secara otomatis akan mengirimkan
email kepada target petisi yang dituju yaitu pembuat kebijakan. Pengaruh petisi online pada
suatu permasalahan kebijakan menjadi solusi pada pelaksana advokasi kebijakan didalamnya,
argumentasi serta saran publik akan tersampaikan secara langsung kepada pembuat kebijakan,
guna terciptanya suatu kebijakan baru yang sesuai harapan warga negara demokrasi. Karena
pada dasarnya kebija- kan publik akan dilaksanakan oleh masyarakat dan berdampak pada
masyarakat pula.
Meskipun petisi online mendapat antusias yang begitu banyak oleh masyarakat namun
petisi online tidak bisa dijadikan jalan satu-satunya untuk mengubah suatu kebijakan, faktanya
banyak petisi yang bisa dikatakan menang namun tetap tidak bisa merubah kebijakan karena
perlu mendapatkan dukungan dari hal lain.
Tagar #ReformasiDikorupsi adalah tagar yang sempat viral dan ramai sekali pada
penghujung tahun 2019 Dikutip dari Tempo.co. Analis media sosial, Drone Emprit, mencatat
tagar itu digunakan dalam 6.800 cuitan di semua media sosial pada 22 September lalu, sehari
sebelum aksi besar dilakukan. Cuitan dengan tagar ini terus meningkat sampai 153 ribu pada
hari puncak aksi, 24 September.
5
Korupsi (UU KPK) yang dinilai dapat melemahkan KPK, juga menolak sejumlah RUU yang
bermasalah.
Hasil dari tagar dan aksi para mahasiswa tersebut menghasilkan kesepakatan yang salah
satunya adalah DPR berjanji akan melibatkan mahasiswa dalam pembahasan UU, "Saya akan
menjanjikan, saya minta nama kontak anda semua termasuk dari dengan dosen 100 itu, saya
minta kontaknya. Saya pastikan pembahasan RUU ke depan saya akan undang anda untuk
bicara dengan konsep akademis," kata Indra selaku perwakilan DPR saat beraudiensi dengan
mahasiswa di kompleks parlemen.
2. Indonesia Terserah
6
Tagar ini mendapat perlawanan dari tagar #AyoBangkit yang lebih memilih untuk
menggaunkan hal-hal semasa pandemi agar Indonesia bisa cepat bangkit dan terbebas dari
ancaman virus covid-19. (Putri & Febriyanti, 2020) (Putri & Febriyanti, 2020) (Putri &
Febriyanti, 2020)
3. Muralkan Indonesia
Tagar ini adalah tagar yang baru saja ramai dan maasih hangat di media sosial,
penyebabnya adalah banyak munculnya mural yang bernada atau berisi gambaran kritik
terhadap pemerintah yang dihapus, masyarakat menganggap pemerintah takut terhadap mural.
Salah satu mural yang disoroti adalah mural Jokowi 404 Not Found, mural ini
bergambar foto mirip Presiden Jokowi dengan mata yang disensor dengan tulisan 404 Not
Found, mural ini telah dihapus menggunakan cat hitam. Melihat hal tersebut netizen beramai-
ramai menggaungkan tagar #MuralkanIndonesia, dikutip dari suara.com netizen mengatakan
bahwa pemerintah punya penyakit baru, penyakit takut terhadap mural, “Sepertinya penyakit
baru itu namanya muralphobia” ucap salah satu warganet.
Selain itu, untuk mengkritisi pemerintah yang sepertinya enggan dikritik dengan
menghapus setiap mural bernada kritik di setiap sudut kota, akun Instagram
@gejayanmemanggil juga melakukan gerakan dengan mengadakan lomba, lomba tersebut
adalah lomba mural kritik terhadap pemerintah, salah satu aspek penilaiannya adalah mural
yang paling cepat dihapus oleh aparat bekesempatan memenangkan lomba tersebut, hadiah dari
lomba tersebut adalah mendapatkan followback dari Instagram @gejayanmemanggil selama
satu minggu lamanya. Tidak ada hadiah uang agar para partisipan memang tulus dari hati untuk
mengkritisi kebijakan pemerintah dan bukan untuk kemenangan lomba.
Petisi online di Change.org bisa dikatakan berhasil tentu saja jika bisa memperoleh
banyak dukungan dan bisa merubah kebijakan pemerintah, namun bagaimana cara petisi
online bisa mendapatkan banyak dukungan. Menurut Jennifer Dulski selaku presiden dari
Change.org, pembuat petisi harus memulai petisi dengan cerita personal, yang bisa
menjelaskan kepada orang lain apa dampak isu bagi pembuat petisi secara personal. Selain
itu, setidaknya ada 6 cara lain untuk membuat petisi bisa berhasil dan memperoleh banyak
dukungan.
7
1. Pembuat petisi harus menyertakan foto dan video
2. Pembuat petisi disarankan mencari target petisi yang spesifik, yaitu orang-orang
yang berpengaruh dan dapat merubah kebijakan
3. Pembuat petisi disarankan membangun relasi, salah satu upaya yang bisa dilakukan
adalah mengirim petisi ke keluarga, teman, dan kerabat.
4. Permintaan yang dibuat harus spesifik atau bisa ditindaklanjuti
5. Isu yang diangkat disarankan isu lokal, karena faktanya petisi dengan isu lokal atau
isu kecil banyak berhasil
6. Berbicara kepada media, atau mencari dukungan kepada media.
Di Indonesia banyak sekali petisi-petisi yang dilayangkan untuk pemerintah atau para
pemangku kebijakan, ada yang berhasil ada juga yang tidak, indikator petisi dapat dikatakan
berhasil menurut A.J.Nowness (2006), S.Wright (2016), dan Zahariadis (2016), yaitu :
1. isu yang dipetisikan mendesak dan tidak bertentangan dengan opini publik
2. diketahui oleh masyarakat luas
3. menyajikan fakta yang kredibel
4. petisi tidak menuntut terlalu banyak perubahan
5. kuantitas dukungan.
Dari banyak nya indikator petisi yang dikatakan berhasil di atas, lalu apa sajakah petisi
yang pernah berhasil bisa mendapatkan banyak dukungan serta dapat merubah suatu
kebijakan?. Dari Suara.com setidaknya ada 12 petisi yang berhasil dan dikabulkan oleh
pemerintah sepanjang tahun 2020, diantaranya adalah :
Petisi yang digagas oleh Fachrul Adam ini memperoleh 66.623 tanda tangan, tentu
sangat banyak sekali pendukungnya, mengingat pada saat itu adalah awal dari pandemi
covid-19 sehingga banyak dari orang tua mahasiswa kesulitan membiaya anaknya.
Dampak dari petisi tersebut adalah Nadiem Makarim selaku menteri Pendidikan
dan Kebudayaan mengeluarkan Peraturan Mendikbud Nomor 25 Tahun 2020 yang mengatur
tentang Penyesuaian Pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) Mahasiswa di Tengah Pandemi
Covid-19.
8
Petisi ini digagas oleh Koalisi untuk Indonesia Bebas Covid-19, petisi ini mendapatkan
sekitar 56.613 tanda tangan. Koalisi untuk Indonesia Bebas Covid-19 yang terdiri dari para
mahasiswa, aktivis, serta buruh menganggap bahwa Terawa Agus Putranto tidak lagi kompeten
untuk menjalankan tugasnya sebagai menteri kesehatan, apalagi setelah ia terjerat kasus
korupsi bansos.
Dampak dari petisi yang didukung oleh berbagai elemen masyarakat tersebut adalah
pencopotan jabatan Terawan sebagai menteri kesehatan, Presiden Jokowi mencopot jabatan
Terawan sebagai menteri kesehatan lalu mengisi jabatan tersebut dengan Budi Guna Sadikin
pada penghujung tahun 2020
Kurnia Ramadhana, aktivis antikorupsilah pengagas dari petisi ini, ia memulai petisi
ini untuk dilayangkan kepada Presiden Joko Widodo agar menolak ide Menkumham untuk
membebaskan koruptor dengan alasan pandemi covid-19, Petisi ini mendapatkan dukungan
dari sekitar 18.582 orang.
Akhirnya melihat dari banyaknya pendukung petisi tersebut Presiden Joko Widodo
merespon protes dari masyarakat tersebut dan menegaskan bahwa tidak akan ada pembebasan
untuk para narapidana korupsi
Petisi ini digagas oleh Evan Tjoa dan mendapatkan dukungan dari sekitar 24 ribu orang,
petisi ini dimulai agar Mendikbud Nadiem Makarim menghapus ujian nasional (UN). Evan
menganggap bahwa ujian nasional tidak memberikan dampak atau efek apapun, sebaliknya
ujian nasional hanya akan memberikan tekanan kebada para siswa.
Mendikbud Nadiem Makarim akhirnya merespon dan mendengar aspirasi dari Evan
Tjoa dan para pendukung petisi, ia akhirnya mengeluarkan kebijakan untuk menghapus ujian
nasional dan menggantinya dengan program baru.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut pendapat pribadi saya antusiasme warga Indonesia sangat tinggi terhadap
tagar kritik dan petisi online yang belakangan ini sedang ramai menjadi mengingat saat ini kita
masih berada ditengah pandemi yang sedikit menghambat kita untuk melakukan demonstrasi-
demonstrasi untuk turun kejalan, Change.org atau aplikasi sejenis sangat efektif untuk tetap
bisa mengemukakan pendapat atau menggalang dukungan untuk mengkritisi kebijakan
pemerintah yang dinilai bermasalah.
Pemerintah juga tidak menutup mata dan telinga terhadap aspirasi warga negaranya
yang disalurkan melalui tagar-tagar kritik serta petisi online ini, meski beberapa kali
pemerintah memang sepertinya sedikit rabun dan buta, seperti tagar #ReformasiDikorupsi yang
mendapatkan banyak sekali dukungan di platform aplikasi Twitter inia bahkan banyak dari
mahasiswa serta berbagai elemen masyarakat yang turun kejalan tidak membuat pemerintah
mengurungkan niatnya untuk merevisi undang-undang.
3.2 Saran
Sebagai warga negara yang baik, yang hidup di negara demokrasi, kita harus berani
beaspirasi dan mengeluarkan pendapat entah dimanapun itu, karena ketika semua masyarakat
tidak ada lagi yang mengkritik pemerintah bukan berarti pemerintah sudah menjalankan
tugasnya dengan baik, itu artinya masyarakat sudah enggan atau terlalu bosan mengkritik
namun tidak ada perubahan dari pemerintah.
Menurut saya negara ini masih baik-baik saja ketika masih banyak warga negaranya
yang melakukan kritik dimanapun, entah dengan diskusi akademik, turun kejalan, atau dengan
tagar dan petisi online. Jangan takut untuk mengkritik, jangan takut untuk mengemukakan
pendapat, tentunya kita juga harus mengetahui batasan-batasan kritik, mengetahui perbedaan
mana yang mengkritik dan menghina. Semoga pemerintah juga memfasilitasi warga negaranya
untuk mendapatkan andil atau peran dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah,
bukannya malah membatasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andreas, R. (2018). Partisipasi Politik Melalui Internet. Petisi Online di Indonesia: Kajian Literature
Partisipasi Politik Warga Berbasis Internet, 90.
Gunadha, R., & Ade, A. (2021). Tagar Muralkan Indonesia. Tagar "Muralkan Indonesia" Viral di
Twitter. Suara.com.
Putri, & Febriyanti, S. (2020). Indikator Petisi Dikatakan Menang. Analisis Keberhasilan Petisi Online
Dalam Merubah Keputusan. Repisitory Unpar.
Simamora, R. (2017). Petisi Online sebagai Alat Advokasi Kebijakan. Petisi Online sebagai Alat
Advokasi , 58.
Vania Rossa, D. A. (2021). Petisi Yang Berhasil diMenangkan. Pemerintah Nyerah 12 petisi Online
Berubah Kemenangan di 2020. Suara.com.
11