Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buol
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buol
BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Buol selaku peserta Program PPSP sangat mendukung terlaksananya program
tersebut. Hal ini ditandai dengan keikutsertaan Kabupaten Buol pada tahun 2014 dalam program
PPSP dengan SK Pokja No. 800/18.24/Bappeda-PM tanggal 31 Juli 2013. Program ini dikoordinasi
oleh BAPPENAS sejak tahun 2006 yang secara khusus merupakan program pembenahan kondisi
sanitasi. Masalah subsektor sanitasi lainnya seperti air limbah dan drainase di Kabupaten Buol belum
terlihat menonjol dalam pengelolaannya, untuk itu diperlukan sebuah perencanaan dan implementasi
yang benar dan efektif untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Buol dalam rangka mengantisipasi
laju pertumbuhan Kabupaten Buol di berbagai bidang. Inilah yang mendorong Kabupaten Buol untuk
ikut serta dalam program percepatan pembangunan sanitasi permukiman (PPSP) ini.
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan
permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai
urusan yang tidak menjadi prioritas utama, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang
lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin
tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri
menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan
dan drainase, serta penyediaan air bersih, masih belum bersinergi dan berkelanjutan. Masing-masing
aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu
sanitasi. Terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi/lembaga yang
berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek
pembangunan. Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi yang masih
terabaikan atau belum tertangani.
Namun disisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara
parsial dan belum terintegrasi serta memiliki sasaran secara menyeluruh dengan jangka waktu yang
lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan.
Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai
dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara
berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu
disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti
tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam
pembangunan bidang sanitasi.
Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua
tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh
kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang
terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta
penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan
sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin di daerah kabupaten/kota. Di tingkat
nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan tim teknis pembangunan sanitasi
yang menyatukan semua pemangku kepentingan utama dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS,
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Perindustrian). Tim teknis didukung oleh
mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor internasional di bawah payung kelompok donor
sanitasi.
Selama pelaksanaan program Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten secara bertahap diubah
menjadi entitas permanen yang semakin memperkuat Bappeda dalam fungsi perencanaan dan
koordinasi yang akan melindungi kelanjutan perencanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi
semua pembangunan sanitasi lokal. Di masa yang akan datang diperkirakan pokja ini akan
menggabungkan dan mengembangkan kerangka perencanaan sanitasi perkotaan kedalam tugas-
tugas mereka. Mereka memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah kabupaten/kota,
menghasilkan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung
untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kabupaten/kota.
Untuk maksud tersebut maka Kelompok Kerja Sanitasi yang telah terbentuk diharapkan dapat
berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan,pelaksanaan dan pengawasan serta
monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah
saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang
terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/ SJ Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengelolaan PPSP di Daerah, maka Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Buol
secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Buol. Mengingat aspek pembangunan
sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun
yang tidak terkait langsung, maka Pokja Sanitasi dikoordinir langsung dari Sekretaris Daerah
melibatkan oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD yaitu Bappeda, Dinas Tata Ruang dan
Permukiman, Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran, dan Penerangan
Jalan, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Lembang. Adapaun susunan keanggotaan Pokja terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua,
Sekretaris, Bidang Perencanaan, Bidang Teknis, Bidang Pendanaan, Bidang Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Monitoring dan Evaluasi, serta Tim Sekretariat Pokja.
Dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 (tiga) komponen yang terkait dengan sanitasi adalah
sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan.
Adapun ruang lingkup tentang pengertian dasar Sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water) yaitu air limbah yang
berasal dari pemukiman penduduk yang terbagi atas:
a. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar
mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
2. Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) melalui sistem:
a. Pengelolaan On Site yaitu menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah
dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara
terpusat.
3. Persampahan atau limbah padat yaitu sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang
berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau
transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota
dan memutuskan air permukaan.
5. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat dari
sebuah proses industri. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi antara lain:
nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya.
6. Air buangan kotapraja (municipal waster water) yaitu buangan yang berasal dari kawasan
perkantoran, perdagangan, hotel dan restoran serta tempat-tempat ibadah dan sebagainya.
Wilayah kajian Buku Putih Sanitasi kabupaten Buol meliputi wilayah perkotaan kabupaten Buol,
yang terdiri atas 11 (sebelas) wilayah kecamatan, 115 (seratus lima belas) desa/kelurahan,
dengan titik berat pada kawasan permukiman.
Visi dan Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Buol Periode 2012—2017 sebagaimana yang
tercantum dalam Dokumen RPJMD Kabupaten Buol adalah sebagai berikut :
Visi :
“Terwujudnya Masyarakat Madani Kabupaten Buol Melalui Sumber Daya Manusia Yang Berdaya
Saing, Pertanian Maju Dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan.”
Misi :
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Berdaya Saing Yang Jujur, Beriman dan
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Meningkatan Kualitasdan Produktivitas PertanianMaju Berkelanjutan;
3. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan;
4. Mengembangkan Struktur Ekonomi Yang Tangguh dan Memiliki Keunggulan Komparatif
Berbasis Kewilayahan dan Ekonomi Kerakyatan;
5. Percepatan Penurunan Kemiskinan berbasis Pemberdayaan Masyarakat;
Tujuan penataan ruang sesuai amanat Peraturan Daerah Kabupaten Buol (PERDA) Nomor
4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buol 2012-2031
menyebutkan bahwa tujuan Penataan Ruang Kabupaten Buol adalah untuk mewujudkan ruang
wilayah Kabupaten Buol yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan dan mampu mendukung
terwujudnya pembangunan berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan dan pertambangan
serta mendukung pertahanan dan keamanan Negara.
1.3.1 Maksud
Maksud dari penyusunan buku putih ini adalah untuk memberikan gambaran nyata tentang
kondisi sanitasi di Wilayah Kabupaten Buol, terutama dalam hal air limbah, persampahan, drainase
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat. Dari hasil penyusunan buku Putih ini
diharapkan pemerintah daerah dapat mengidentifikasi kawasan yang memiliki sanitasi buruk
sehingga dapat dijadikan acuan perencanaan perbaikan kualitas dan kuantitas pengelolaan sanitasi.
1.3.2 Tujuan
Penyusunan buku putih ini bertujuan untuk menyediakan data dasar mengenai struktur,
pengelola situasi dan kebutuhan sanitasi, buku inilah yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan
perencanaan dan pengembangan SSK Kabupaten Buol. Selain itu juga Pemerintah Kabupaten Buol
bersama masyarakat kota memiliki kewajiban untuk melakukan perbaikan-perbaikan sistem sanitasi
kota, agar masyarakat kota dapat menikmati pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan,
juga memelihara kelestarian lingkungan, membangun kesadaran dan menjaga kondisi kesehatan
masyarakat.
Undang-Undang
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2804);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4377);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725).
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
11. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan kawasan
Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
8. Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga;
9. Peraturan Menteri PU No. 1 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 04 Tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi
Sulawesi Tengah Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Nomor 24);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Buol (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2008
Nomor 04);
3. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 14 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Buol (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2009 Nomor
14);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Buol 2012-2032 (Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2012 Nomor 4);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 01 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Buol Tahun 2005-2025 (lembaran Daerah Tahun
2013 Nomor 01)
6. Peraturan Daerah Kabupaten Buol Nomor 10 Tahun 2013 tentang RPJMD Kabupaten Buol
(Lembaran Daerah Kabupaten Buol Tahun 2013 Nomor 21 );
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1.1 Geografis
Secara geografis wilayah Kabupaten Buol terletak di ujung utara Provinsi Sulawesi Tengah
dengan letak astronomisnya 0,35° - 1,20° lintang utara dan 120,12° - 122,09° bujur timur, da Secara
fisiografi, wilayah Kabupaten Buol berada di antara jajaran vulkanik lengan utara ( northern volcanic
ranges) dengan wilayah pegunungan bagian tengah ( central mountains) dari Pulau Sulawesi.
Morfologi wilayah ini sebagian merupakan perbukitan dengan relief sedang, sebagian besar yang
berelief tinggi terutama pada bagian selatan. Sebagian lagi berelief rendah yang umumnya berupa
dataran alluvial dan wilayah-wilayah pesisir pantai, atau bagian utara Kabupaten Buol.
Wilayah bertopografi tinggi terdiri dari deretan perbukitan dan pegunungan dengan puncak
tertinggi lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Selain itu terdapat pula perbukitan yang
sebagian berupa karst, ada yang menjorok hingga kebatas garis pantai dengan elevasi antara 100 –
300 m, yaitu Tanjung Dako di Kecamatan Karamat dan beberapa pulau yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Buol berupa pulau kecil dengan morfologi yang tidak rumit. Berikut penjelasan tabel 2.1
mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS) diKabupaten buol dibawah ini:
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kab. Buol
Buol 157.987,98
2.1.2 Administratif
Secara administrasi Kabupaten Buol terletak di wilayah Sulawesi Tengah. Adapun batas-
batas administratif Koabupaten Buol, sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Sulawesi sekaligus berbatan dengan Negara Filipina.
Sebelah Selatan : Propinsi Gorontalo dan Kabupaten Parigi Moutong.
Sebelah Timur : Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo
Sebelah Barat : Kabupaten Toli-Toli
Kabupaten Buol yang secara yuridis formal dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 51 tahun
1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Kepulauan,
sebagaimana telah telah di ubah atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan
Kabupaten Banggai Kepulauan. Kabupaten Buol terdiri dari 11 Kecamatan dan 115 Desa/Kelurahan
dengan luas mencapai 4.043,57 km² atau sekitar 5,94 dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.
Tabel 2.2
Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan
Luas
Ha % Ha %
Luas
Ha % Ha %
Karamat
Dari tabel 2.2 diatas kecamatan Tiloan yang luas administrasi 1.437,70 serta luas area
terbangun 108,55
Secara topografi wilayah Kabupaten Buol berada pada topografi tinggi terdiri dari deretan
perbukitan dan pegunungan dengan puncak tertinggi lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut (dpl).
Selain itu terdapat pula perbukitan yang sebagian berupa karst, ada yang menjorok hingga kebatas
garis pantai dengan elevasi antara 100-300 m , yaitu tanjung dako di Kecamatan Karamat dan
beberapa pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Buol.
Secara regional, wilayah Kabupaten Buol terletak pada mandala geologi Sulawesi Barat.
Stratigafi batuan wilayah ini disusun berdasarkan umur dari tua ke muda sebagai beriku : (1) Formasi
Tinombo, litologi penyusun formasi berupa lava basal, lava splitan, lava andesit, (2) Batuan Vulkanik,
merupakan batuan gunung api, yang tersebar dibanyak tempat namun tidak meluas.(3) Diorit Bone,
merupakan batuan beku menengah, penyebaran relative sempit.(4) Diorit Baliohuto, tergolong
kedalam jenis batuan beku dalam yang bersifat menengah sampai asam dan hanya terdapat
disekitar gunung Tentolomatika. (5) Formasi Dolakapa, terdiri dari batu pasirWake, batu Lanau, batu
Lumpur,konglomerattufa, tufa lapili,aglomerat.
Secara umum, iklim wilayah Kabupaten Buol sama dengan iklim Sulawesi Tengah. Suhu
udara berkisar antara 21,9° C sampai dengan 32,3° C. kelembaban udara berkisar antara 81 %
sampai dengan 87 persen. Curah hujan berkisar antara 49,83 milimeter sampai dengan 169,40
milimeter, kecepatan angin berkisar antara 7 knots sampai dengan 25 knots.
DOULAN
BINONTOAN TANGDIDI
TUWELEY
LUTUNGAN
LON TI
TAMBUN
1
1
LON U
DAS BUOL
LANTIKADIGO-MULAT
MARAJA
N
LAMBUNU TULADENGI
121
W E
20 0 20 Kilometers
S
1°20'0"N 1°20'0"N
Oan
Dako
Mendaanbesar
Muara Lakuan
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Busak 1 Intam
Tuinan Busak 2
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2 draw Kumaligon
Lakea 2
Karamat Los
TOLI-TOLI Biau o
!Leok 1
Lakea
h
Leok 2
1°10'0"N Kali 1°10'0"N
Kulango Buol
Pajeko
Bugis
Lamadong 1 Buoyong
P. Raja
Lamadong Negerilama
Pinamula
sa
Momunu
Depak Potugup
Tongon
Bungkudu
Bokat
Tang
P. Boki
Tangkibul Dutuno LiangOyak Oyak
Lintindu
Biau Kodolagon BulanoPokobo
BoilanMomunu Bila Tangmas
Doulan Bongo Tibu
o
!
Bodi Talokan Milato
Diat Lesi P. Lamari
!o
!
Bunto Lilito P. Tolinggula
Dou P. Panjang
o o
!
Unone Mekar Taat Labuton P. Lringit
Tamit Botugolu Liang Paleleh Tolau
Sarang PALELEH Yango
Mopu Palas Pabean Dutuno Umu
Lonu
Poongan Oyak Bokal
Inalatan Nantu Lokodoka Paleleh Barat Kualabesar Ulantangan
Pololahua
Kotajin
BaturataTalaki Wawohu Mayongo
Hepu
Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N
Bukal
Keterangan
Tiloan
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
PARIGI MOUTONG
Arteri
0°40'0"N
Lokal 0°40'0"N
h Terminal
o
! Pelabuhan
p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E
SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH
WILAYAH ADMINISTRASI
KABUPATEN BUOL
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles
2.2 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Buol pada tahun 2012 sebanyak 134.776 jiwa terdiri dari laki-laki
sebanyak 69.290 jiwa dan perempuan sebanyak 65.486 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk selama
kurun waktu 5 tahun terakhir Kabupaten Buol dengan luas wilayah 4.043,57 km2, memiliki
kepadatanpenduduk 34 jiwa/km². Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkatkecamatan. ternyata
Kecamatan Biau merupakan wilayah dengan kepadatan tertinggi yaitu 135 jiwa/km². sedangkan
Kecamatan Tiloan merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 7 jiwa/km². Trend
pertumbuhan penduduk Kabupaten Buol menunjukkan angka yang cukup tinggi, hal ini harus diimbangi
dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, ketersediaan sandang, pangan dan
papan serta lapangan kerja yang memadai untuk mencegah kerawanan social yang dapat ditimbulkan.
Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Buol khususnya tiga tahun terakhir (tahun 2010 -
2012) cenderung mengalami kenaikan rata-rata 3,66 %pertahun. (Lihat Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan
Penduduk 3 Tahun Terakhi dan Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya
Untuk 5 Tahun)
Proyeksi penduduk untuk 5 Tahun kedepan diprediksikan mencapai 230 ribu jiwa, adapun
metode proyeksi yang digunakan adalah metode matematik dengan rumus geometri dengan berasumsi
bahwa sampai pada tahun 2016 laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,26% berdasarkan trend laju
pertumbuhan periode lalu, sedangkan asumsi untuk jumlah Kepala Keluarga berdasarkan hasil rata-rata
periode sebelumnya 4,5 – 5 jiwa per Kepala Keluarga. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
Pt = Po (1 + r)t
Pt/Po = (1 + r)t
Keterangan
1 Lakea 9.700 9.879 10.033 1.692 1.914 2.064 1,65 1,83 47 47 48,11
2 Biau 27.567 28.079 29.442 6.049 6.271 6.762 1,63 1,84 127 129 135,18
3 Karamat 8.296 88.449 8.538 1.441 1.663 1.793 1,61 1,83 54 55 55,77
4 Momunu 13.869 14.125 14.262 2.657 2.879 3.105 1,63 1,83 35 35 35,62
5 Tiloan 9.955 10.139 10.536 2.301 2.523 2.721 1,62 1,83 7 7 7,33
6 Bokat 12.609 12.841 12.927 2.606 2.828 3.049 1,63 1,82 64 65 65,92
7 Bukal 13.485 13.734 13.918 2.976 3.198 3.448 1,62 1,83 38 39 39,15
8 Bunobogu 8.814 8.977 9.041 1.749 1.971 2.125 1,63 1,83 27 27 27,64
9 Gadung 11.337 11.546 11.639 2.274 2.496 2.692 1,63 1,83 71 72 72,57
10 Paleleh 5.375 5.475 11.599 2.450 2.672 2.881 1,80 1,84 29 30 30.03
11 Paleleh Barat 11.323 11.533 5.544 1.013 1.235 1.332 1,65 1,84 27 27 27,63
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
1 Lakea 20.066 30.099 40.132 50.165 4.128 6.192 8.256 10.320 10,25 15,37 20,50 25,62 263,2 263,2 538,8 673,54
2 Biau 58.884 88.326 117.768 147.210 13.524 20.286 27.048 33.810 10,30 15,46 20,61 25,76 711,2 711,2 154,02 1892,52
Karamat 17.076 25.614 34.152 42.690 3.586 5.379 7.172 8.965 10,25 15,37 20,50 25,62 302,4 302,4 624,62 780,78
3
4 Momunu 28.524 42.786 57.048 71.310 6.210 9.315 12.420 15.525 10,25 15,37 20,50 25,62 196 196 398,94 498,68
5 Tiloan 21.072 31.608 42.144 52.680 5.492 8.163 10.884 13.605 10,25 15,37 20,50 25,62 39,2 82,10 102,62
39,2
6 25.854 38.781 51.708 64.635 6.098 9.147 12.196 15.245 10,19 15,28 20,38 25,48 358,4 358,4 738,30 922,88
Bokat
7 Bukal 27.836 41.754 55.672 69.590 6.896 10.344 13.792 17.240 10,25 15,37 20,50 25,62 212,8 212,8 438,48 548,1
8 18.082 27.123 36.164 45.205 4.250 6.375 8.500 10.625 10,25 15,37 20,50 25,62 151,2 151,2 309,57 386,96
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Bunobogu
9 Gadung 23.278 34.917 46.556 58.195 5.384 8.076 10.768 13.460 10,25 15,37 20,50 25,62 397,6 397,6 812,78 1015,98
10 Paleleh 23.198 34.797 46.396 57.995 5.762 8.643 11.524 14.405 10,30 15,46 20,61 25,76 162,4 162,4 336,34 420,42
11 11.088 16.632 22.176 27.720 2.664 3.996 5.328 6.660 10.30 15,46 20,61 25,76 151,2 151,2 309,46 386,82
Paleleh Barat
Total 127.88 159.86 133,3 169,2 225,7 4174, 6103,3
274.958 412.437 549.916 687.395 63.944 95.916 282,1 2945,6 7629,3
8 0 3 5 1 8 4
Kebijakan umum Pendapatan Asli Daerah pada Tahun Anggaran 2014 diarahkan pada
Optimalisasi Pengelolaan Pendapatan Daerah melalui peningkatan intensifikasi dan
ekstensifikasi pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah sesuai dengan kewenangan dan
potensi yang dimiliki dari masing-masing sumber pendapatan.
Target Pendapatan Kabupaten Buol tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp. 554.209.476.905,43
dan telah dapat terealisasi sekitar Rp.560.953.229.172,39 atau sekitar 101,22 persen.
Tahun 2014 realisasi untuk belanja sebesar Rp.607.664.859.379,00 dan untuk belanja langsung
sebesar Rp.314.986.022.831,00. Berikut ini tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten
Buol Tahun 2010-2014.
Rata2
Tahun
Realisasi Anggaran Pertumbuhan
18,10
a1. Pendapatan Asli Daerah 9.72.948.298,34 12.725.886.079,43 8.633.016.991,36 16.351.800.881,90 29.981.344.28,69
12,62
a.1.1 Pajak Daerah 3.167.021.917,00 2.022.080.878,00 2.194.247.576,75 3.041.025.146,93 10.642.868.422,02
20,82
a.1.2 Retribusi Daerah 1.746.412.018,00 1.890.844.239,00 1.453.792.581,00 8.245.644.247,00 10.755.580.079,00
(8,21)
Hasil pengolahan
a.1.3 kekayaan daerah yang 680.910.171,00 2.396.358.727,15 3.197.111.156,21 1.499.578.753,78 1.289.653.938,70
dipisahkan
(28,81)
a.1.4 Lain-lain pendapatan
3.678.604.192,34 6.416.602.235,28 1.787.865.677,40 3.565.552.734,19 7.293.241.768,97
daerah yang sah
8,79
a.2 Dana Perimbangan
335.248.426.462,00 359.103.081,386,00 400,461,433,747.00 425,041,197,180.00 485,302,382,225.00
( Transfer )
a.2.1 Dana bagi hasil 23.704.738.462,00 24,685,904,186.00 26,014,616,238.00 24,619,992,180.00 29,425,283,225.00 4,94
a.2.2 Dana alokasi umum 258.595.688.000,00 299,404,077,200.00 328,940,317,509.00 359,941,565,000.00 405,310,339,000.00 10,60
a.2.3 Dana alokasi khusus 52.948.000.000,00 35,013,100,000.00 45,506,500,000.00 40,479,640,000.00 50,566,760,000.00 (5,16)
Belanja (b1+b2)
b.1 Belanja Tidak Langsung 154.041.599.300,00 201,177,609,236.00 246,249,533,808.00 266,395,259,634.00 258,778,733,588.02 11,59
b.1.6 Belanja bagi hasil 495.286.729,00 260,428,587.00 457,514,679.00 457,029,856.00 501,047,906.00 (9,61)
b.1.8 Belanja tidak terduga 585.518.129,00 4,133,357,500.00 1,603,460,000.00 1,479,289,097.00 334,650,600.00 (105,59)
b.2.2 Belanja barang dan jasa 74.748.295.572,60 59,826,831,655.00 84,344,299,955.57 63,970,382,814.83 96,874,615,381.45 1,56
Surplus / Defisit
257.936.586,90 33,553,884,223.49 (5,504,679,820.61) 9,479,358,708.76 32,554,161,301.17 (74,38)
Anggaran
Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi Kabupaten Buol Tahun 2010 – 2014
Tahun
Rata2
No SKPD Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014 %
1. Pekerjaan Umum
Oprasional /
1,206,121,580.00 480,295,720.00 42,600,000.00 427,920,000.00 600.970.000,00 (264,93)
Pemeliharaan ( OM )
Oprasional /
545,293,500.00 558,284,259.00 479,200,000.00 761,173,000.00 745.275.000,00 5,18
Pemeliharaan ( OM )
Oprasional /
2,040,000.00 2,520,000.00 - 16,920,000.00 14.720.000,00 26,03
Pemeliharaan ( OM )
4. Kesehatan
Oprasional /
4.b - - 12.000.000 6.000.000,00 92.518.000,00 23,38
Pemeliharaan ( OM )
5. Bappeda-PM
5.b Oprasional /
- 18,750,000.00 - - - 25,00
Pemeliharaan ( OM )
6.b Oprasional /
- - - - 4.394.000 25,00
Pemeliharaan ( OM )
Total Pendanaan
8.946.945.423,00 11.594.078.556,50 3.984.969.492,00 11.898.151.759,00 (24,72)
Investasi Sanitasi 12.233.081.101,32
Total Pendanaan
Operasional / 1.753.455.080,00 1.059.849.979,00 533.800.000,00 1.212.013.000,00 1.457.877.000,00 (22,79)
Pemeliharaan (OM)
202.836.713.650,
Belanja Langsung 191.769.317.775,91 272.939.471.927,97 269.620.334.283,20 314.986.022.831,91 8,59
14
Proporsi Belanja
Sanitasi - Belanja 0,06 0,05 0.02 0.05 0.04 (21,54)
Langsung
Proporsi Investasi
Sanitasi - Total 0,084 0.92 0.88 0.91 0.89 1,53
Belanja Sanitasi
Proporsi OM Sanitasi
- Total Belanja 0,16 0,08 0.12 0.09 0.11 (20,29)
Sanitasi
Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2010 -2013Bappeda- PM
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Buol tahun 2010-2014
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 10.700.400.503,00 12.653.928.545,50 4.518.769.492,00 13.110.164.759,00 13.690.958.101,32 (23,70)
1.1 Air Limbah Domestik 8.417.262.353,00 10.024.386.736,50 2.824.844.842,00 5.971.637.910,00 5.883.453.451,32 (46,91)
1.2 Sampah rumah tangga 1.195.110.500,00 2.235.758.559,00 1.580.064.650,00 1.989.203.999,00 2.119.352.900,00 7,94
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 1.229.403.909,00 2.903.594.361,46 2.739.760.816,00 2.989.743.640,00 4.664.280.000,00 27,26
2.2 DAK Lingkungan Hidup 549.985.728,00 1.196.727.000,00 986.686.363,00 1.077.573.639,00 1.181.950.000,00 29,06
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 9.470.996.594,00 9.750.334.184,04 1.779.008.676,00 10.120.421.119,00 9.026.678.101,32 (93,73)
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buol dapat diukur dari besarnya nilai PDRB atas
dasar harga konstan yang berhasil diciptakan pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2010
nilai PDRB Kabupaten Buol sebesar Rp.635.494,09 dan dari tahun ke tahun terus
meningkat hingga pada tahun 2011 nilai PDRB Kabupaten Buol sebesar Rp.685.817,57
2.8 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Buol Tahun 2010 – 2013
Tahun
Rata2
No Deskripsi
Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013
3 Retribusi Drainase - - - - -
4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 29.142.000 29.142.000 18.000.000 30.087.000 - 3,25
Tahun
No Deskripsi
2010 2011 2012 2013
Undang-undang No 32 tahun 2004 mengenai otonomi daerah saat ini menjadi salah
satu paradigma yang cukup penting dalam konsep pembangunan di Indonesia. Konsep otonomi
tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap manajemen pembangunan serta penataan ruang
pada khususnya. Dengan adanya konsep otonomi tersebut, peran pemerintah daerah
khususnya pemerintah kabupaten dan kota menjadi sangat besar. Oleh sebab itu, pemerintah
pusat perlu mereposisikan fungsi dan peranannya di daerah khususnya dalam pengembangan
wilayah.
Sesuai Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 11 ayat
(2) mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan
ruang wilayah kabupaten meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten, pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Buol sesuai Perda Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Buol, terdiri atas :
a. Pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan;
b. Pengembangan prasarana wilayah ditujukan untuk peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energy, dan sumber daya air
yang terpadu dan merata di seluruh wilayah;
c. Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung;
d. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Pengembangan kegiatan berbasiskan perikanan serta pemanfaatan ruangnya secara
optimal pada setiap kawasan budidaya;
f. Pengembangan sektor pertanian melalui peningkatan kualitas sumber daya lahan
pertanian, perkebunan dan perikanan;
g. Pengembangan potensi kelautan dan perikanan;
h. Pengembangan kawasan pertambangan yang ramah lingkungan;
i. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya;
j. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tamping lingkungan;
k. Pelaksanaan kebijakan pengembangan kawasan strategis; dan
l. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan kemanan Negara.
(1) Strategi pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri atas :
a. Mengembangkan pusat-pusat permukiman sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing kota; dan
b. Menyediakan prasarana dan sarana pendukung pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan sesuai fungsi masing-masing.
(2) Strategi pengembangan prasarana wilayah ditujukan untuk peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energy, dan sumber
daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah, terdiri atas :
(9) Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan
budidaya, terdiri atas :
a. Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis Kabupaten;
b. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana
untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan; dan
c. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan.
(10) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tamping lingkungan, terdiri atas :
a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal;
b. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana
untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
dan
c. Mengendalikan pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
fungsi lindung.
(11) Strategi penetapan dan pengembangan kawasan strategis Kabupaten, terdiri atas :
a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis
dalam kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan
b. Menetapkan dan mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis
dalam kepentingan daya dukung lingkungan.
(12) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara, terdiri
atas:
a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan
dan keamanan;
b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
disekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;
c. Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan sekitar kawasan khusus
pertahanan dan keamanan; dan
d. Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan dan keamanan Negara.
1°20'0"N 1°20'0"N
Oan
Dako
Mendaanbesar
Muara Lakuan
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
#
*
Busak 1 Intam
(h C Tuinan Busak 2
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2 draw Kumaligon
Lakea 2
Karamat Los
TOLI-TOLI Biau o!
Leok 1
Bugis
#
*
Lamadong 1 Buoyong
Negerilama
P. Raja
*h
Lamadong
Pinamula C
sa
#p
Tongon
hC
Potugu Bungkudu P. Boki Oyak
Depak Bokat LiangOyak
Momunu Tangkibul Dutuno
Biau Kodolagon Tang
#
* Pokobo Lintindu
Bila Tangmas Bulano
#
*
BoilanMomunu
hC(
Doulan Bongo Tibu
o!o!h( o!
Bodi Talokan Milato
Diat Lesi P. Lamari
hC#*
Bunto P. Tolinggula
Dou
C P. Panjang Lilito
o
(!
Unone Mekar Taat Labuton P. Lringit
Tamit Paleleh Tolau
#
*
Botugolu Liang Sarang PALELEH Yango
#
Umu
*
Mopu Palas Pabean Dutuno
Lonu
hC
Poongan Oyak Bokal
Inalatan Nantu Lokodoka Paleleh Barat Kualabesar Ulantangan
Pololahua
Kotajin
BaturataTalaki Wawohu Mayongo
Hepu
Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N
*h h(C
C
# Bunobogu PROVINSI GORONTALO
Bukal
Keterangan
Tiloan
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Sistem Perkotaan
Batas Kecamatan
* PKW
Arteri
PARIGI MOUTONG
0°40'0"N ( PKL
Lokal 0°40'0"N
#
* PPK h Terminal
#
* PPL
o! Pelabuhan
Rencana Jalan Kolektor
p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E
SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas. Dimana sumber daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Di Kabupaten Buol jumlah sarana
pendidikan tahun 2013 terdiri dari Sekolah Dasar Negeri sebanyak 175 unit yang terdiri dari 162 unit sekolah dasar, 2 unit sekolah
swasta, dan 11 unit Min/Mis dan jumlah SD yang terbanyak di Kecamatan Biau. SLTP Negeri 40 buah dan terdapat 3 sekolah Swasta,
SMU Negeri 7 buah, SMK Negeri 4 buah. Dengan melihat Tabel 2.11 Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Buol
Lakea 8 2 1 - 2 - -
Biau 24 4 2 2 4 - -
Karamat 10 4 - - 1 - -
Momunu 20 3 - - - - -
Tiloan 12 3 - - - - -
Bokat 19 4 1 1 - - -
Bukal 15 4 1 - - - -
Bunobogu 14 5 1 - - - -
Gadung 14 4 - 1 - - -
Paleleh 16 4 1 - - - -
Paleleh Barat 10 3 - - - - -
JUMLAH 162 40 7 4 7 - -
Sumber : BPS Kabupaten Buol dalam Angka 2013
Lakea 4.822
Biau 5.663
Karamat 4.375
Momunu 6.464
Tiloan 1.673
Bokat 5.814
Bukal 6.553
Bunobogu 4.063
Gadung 5.696
Paleleh 5.376
Total 53.873
Sumber : Kabupaten Buol Dalam Angka 2013
Lakea 1.914
Biau 6.271
Karamat 1.663
Momunu 2.879
Tiloan 2.523
Bokat 2.828
Bukal 3.198
Bunobogu 1.971
Gadung 2.496
Paleleh 2.672
Total 29.650
Sumber : Kabupaten Buol Dalam Angka 2013
Struktur Organisasi Tata Kelola Pemerintah di Kabupaten Buol berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Buol Nomor 10
tahun 2008 tentang uraian tugas pokok dan fungsi organisasi dan tata kerja secretariat Daerah,Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan Staf Ahli Kabupaten Buol, Peraturan Bupati Kabupaten Buol Nomor 11 tahun 2008 tentang uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Buol, Nomor 12 tahun 2008 uraian Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Buol.
Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Buol yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah
sebagai berikut : Sekretariat Daerah Kabupaten Buol, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah-Penanaman Modal (BAPPEDA-
PM) Kabupaten Buol, Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten Buol, Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kabupaten Buol, Dinas
Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Buol, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Buol,
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buol dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.
Bupati
DPRD SEKRETARIAT DPRD
DINAS DAERAH
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
Gambar 2.2 : Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Buol
BUPATI
BADAN PEMBERDAYAAN
BAPPEDA DINAS PEKERJAAN DINAS KESEHATAN BADAN LINGKUNGAN
MASYARAKAT DAN UMUM HIDUP
PEMERINTAHAN DESA
Bidang Perencanaan
Ekonomi dan Bidang Pengendalian - Bidang
Prasarana Wilayah Bidang Cipta Karya Pemantauan,
- Bidang Pemberdayaan Penyakit dan
dan Sosial Budaya Usaha Ekonomi Pengendalian dan
Penyehatan
Masyarakat Pemulihan
Lingkungan - Bidang Kebersihan
- Bidang Pengembangan
Partisipasi Masyarakat & dan Pertamanan
Pembangunan Desa - Bidang Konservasi
dan Rehabilitasi SDA
Pemetaan media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer dan
sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta
media terkait pembangunan sanitasi. Kajian ini diperlukan untuk menyusun strategi kampanye
dan komunikasi, di samping juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program
pembangunan sanitasi ditingkat kabupaten untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan
media massa.
Studi media dan komunikasi ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi tentang
pengalaman dan kapasitas Kabupaten Buol dalam menjalankan kampanye / pemasaran
sanitasi serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam
mendukung pembangunan sanitasi. Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi
media yang efektif dan efisien dalam menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara
demikian, kajian ini dapat membantu Kabupaten Buol dalam menyusun perencanaan media
yang baik dengan melihat tabel 2.14 Kegiatan komunikasi terkait sanitasi dan 2.15 Media
Komunikasi dan Kerja Sama terkait Sanitasi dibawah ini :
Tabel 2.14
Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
Dinas Tujuan Khalayak
No Kegiatan Tahun Pesan Kunci Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran
BAB III
PROFIL SANITASI WILAYAH
Profil Sanitasi Wilayah Kabupaten Buol merupakan kajian yang berisikan peta
tata guna lahan dan ditambahkan dengan informasi batas administrasi
desa/kelurahan.Sebagaimana diketahui Kabupaten Buol dibentuk berdasarkanUndang-
Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten
Morowali, Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3900), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali,
Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3966) yang mulanya hanya terdiri dari 5 (lima)
kecamatan yakni Kecamatan Biau, Kecamatan Bunobogu, Kecamatan Bokat, Kecamatan
Momunu dan Kecamatan Paleleh. Pada perjalanan berikutnya pada tahun 2009 dimekarkan
menjadi 11 (sebelas) kecamatan yakni Kecamatan Biau, Kecamatan Karamat, Kecamatan
Lakea, Kecamatan Bokat, Kecamatan Bukal, Kecamatan Momunu, Kecamatan Tiloan,
Kecamatan Bunobogu, Kecamatan Gadung, Kecamatan Paleleh Barat dan Kecamatan
Paleleh.
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water) yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk:
2. Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik).
3. Persampahan atau limbah padat yaitu sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik
yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung
melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai
penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.
5. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri
akibat dari sebuah proses industri. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi antara lain: nitrogen, logam berat, zat pelarut dan sebagainya.
Berikut Peta Wilayah Kajian Sanitasi Kabupaten Buol sebagaimana peta dibawah
ini:
Berdasarkan data hasil Survey EHRA pada 400 responden di seluruh wilayah
kajian EHRA diKabupaten Buol, didapatkan kesimpulan kondisi dari 5 aspek utama
dalam PHBS yaitu baru sebesar 8,3 % masyarakat yang sadar akan CTPS (cuci
tangan pakai sabun) dilima waktu penting,sebagian besar yaitu kondisi lantai dan
dinding jamban masyarakat bebas dari tinja, kondisi jamban masyarakat sebagian
besar 6% cukup bersih dan bebas dari kecoa ataupun lalat, kemudian kesadaran
masyarakat atas ketersediaan sabun di dalam jamban/kamar mandi sudah cukup
baik yaitu sebesar 81,3 %, namun kesadaran PHBS masyarakat dalam hal perilaku
buang air besar masih kurang, terbukti berdasarkan hasil survey terdapat 66,8 %
masyarakat Kabupaten Buol yang masih melakukan buang air besar sembarangan
(BABS).
8.3
Tidak
Ya
91.8
Dari grafik di samping menunjukkan bahwa CTPS (Cuci Tangan Pake Sabun)di
lima waktu penting sebanyak 91,8 % responden menjawab Tidak dan 8,3 % responden
menjawab Ya
Dari grafik diatas pada tingkat kabupaten praktik BABS (Buang Air Besar
Sembarangan) sebanyak 66,8 % responden menjawab Ya BABS, sedangkan 33,3 %
responden menjawab tidak BABS
Gambar 3.3 : Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan
penanganan air)
21.3
Air sumur gali terlindungi 17.8
6.3
Air Sumur pompa tangan 5.0
1.8
Air hidran umum 1.5 Masak
Minum
44.3
Air Ledeng dari PDAM 41.0
3.8
Air Isi ulang
26.3
1.0
Air botol kemasan
2.0
.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0
Dari Grafik diatas menunjukkan bahwa Sumber Air yang digunakan untuk Masak
paling banyak 44,3% dan 41,0% Minum berasal dari Sumber Air Ledeng dari PDAM,
sedangkan Sumber Air botol kemasan paling sedikit digunakan untuk Minum 2,0% dan
Memasak hanya 1,0%.
100% 5.0
.0 9.0 10.0 11.5
17.5 18.8
90% Dibuang ke lahan kosong/
22.5 kebun/hutan dan dibiarkan
80% 17.3 membusuk
24.0 32.5
16.3
20.0
70%
8.8 Dibuang ke sungai/kali/
3.8 laut/danau
60% .0 5.0
20%
Series1
10%
0%
0 1 2 3 4
Strata Desa/Kelurahan TOTAL
Dari grafik diatas berdasarkan hasil studi EHRA pada tingkat kabupaten bahwa
pengelolaan sampah yang di bakar oleh rumah tangga dilakukan oleh 57,0 % responden,
sampah dibuang ke sungai 17,3 % reponden, 11,5 % responden membuang sampah ke
lahan kosong/kebun dan dibiarkan membusuk, 8,8 % responden membuang sampah ke
lubang tidak ditutup dengan tanah, selebihnya 1,0 % responden menjawab lain-lain
tentang pengelolaan sampah.
100.0
17.5
37.5 33.0 35.5
80.0 45.0 45.0
40.0 82.5
62.5 67.0 64.5
55.0 55.0
20.0
.0
0 1 2 3 4
Strata Desa/Kelurahan Total
Dari grafik diatas pada tingkat kabupaten menunjukkan bahwa pencemaran karena
SPAL sebanyak 64,5 % responden menjawab tidak aman sedangkan 35,5 % responden
menjawab Ya, aman terhadap pencemaran SPAL
Kondisi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Promosi Higyene
Kabupaten Buol di dalamtatanan sekolah masih kurang karena baru sebagian sekolah-
sekolah di Kabupaten Buol yangmelaksanakan program kegiatan PHBS seperti CTPS dan
Sikat Gigi dari Dinas Kesehatan, hal inijuga dikarenakan posting Anggaran APBD untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan PHBS sangatrendah mengingatkesadaran siswa-siswi
sekolah dalam hal sanitasi dan kesehatan sangatlahpenting.
Berikut ini tabel mengenai rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi
Sekolah Tingkat Dasar/MI yang diambil pada 30 (tiga puluh) unit sekolah.
Tabel 3.1 : Rekapitulasi Jumlah Sarana Air bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Dasar/MI
Fas.
Jumlah Fas. Cuci Saluran
Jumlah Siswa Sumber Air Bersih Toilet Guru Toilet Siswa Pengolaha
Status Guru tangan Drainase
Jumlah n Sampah
No Sekolah Nama Sekolah
Sekolah L P L P PDAM SPT/ SG T L/ L T L/P L T Y T Y T Y T
Dasar
PL L P dan dan
P P
1 Sekolah 1 SDN 1 Biau Kel, 89 102 2 9 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Kulango
2 Sekolah 1 SDN 2 Biau. 77 90 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Kulango
3 Sekolah 1 SDN 3 Biau. Kel. 102 115 - - - 2 - - 3 - - - - -
Dasar Negeri Kali
4 Sekolah 1 SDN 4 Biau Kel. 111 145 - - - 1 - - 3 - - - - -
Dasar Negeri Kali
5 Sekolah 1 SDN 5 Biau Kel. 100 115 - - - 2 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Kali
6 Sekolah 1 SDN 7 Biau Kel. 89 101 - - - 2 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Buol
7 Sekolah 1 SDN 8 Biau Kel. 79 91 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Buol
8 Sekolah 1 SDN 9 Biau Kel. 69 82 - - - 1 - - 3 - - - - -
Dasar Negeri Buol
9 Sekolah 1 SDN 12 Biau Kel. 70 81 - - - 1 - - 3 - - - - -
Dasar Negeri Kampung Bugis
10 Sekolah 1 SDN 13 Biau Kel. 59 71 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Kampung Bugis
11 Sekolah 1 SDN 15 Biau Kel. 70 81 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Leok I
12 Sekolah 1 SDN 16 Biau Kel. 75 90 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Leok II
13 Sekolah 1 SDN 17 Biau Kel. 106 126 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Leok II
14 Sekolah 1 SDN 18 Biau Kel. 139 151 - - - 1 - - 2 - - - - -
Dasar Negeri Leok I
% Sangat % Kurang
No Kondisi Sarana Sanitasi % Baik
Baik Baik
Berdasarkan Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar /MI pada umumnya
dalam kondisi yang kurang baik, sehingga sangat membutuhkan perhatian yang lebih baik
dari seluruh komponen baik pemerintah, swasta dan masyarakat.
% Sangat % Kurang
No Kondisi Sarana Sanitasi % Baik
Baik Baik
Kualitas pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Buol sampai saat ini belum
memadai seperti pada sistem pembuangan black water sampai saat ini kebanyakan
masih dibuang ke saluran terbuka, dan MCK yang dibangun oleh Dinas PU belum
menggunakan sistem Bio-Digester dan ada beberapa yang terbengkelai karena belum
dioperasikan oleh masyarakat.
3.3.1 Kelembagaan
Tabel 3.4 : Daftar Pemangku Kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/ - - -
kota
Menyusun rencana program air limbah domestic dalam - - -
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik - - -
dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
PENGELOLAAN
Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Peraturan Keterangan
Ada (sebutkan) Tidak Ada Efektif dilaksanakan Belum efektif Tidak efektif
dilaksanakan dilaksanakan
Limbah rumah tangga merupakan satu elemen pencemar air tanah terbesar yang
selama ini belum ditangani dengan baik melalui sistem sanitasi perkotaan baik di kota
besar maupun kota kecil di Indonesia. Demikian juga dengan Kabupaten Buol,
pengelolaan sanitasi pada kawasan permukiman dapat dikatakan kurang ramah
lingkungan dan berpotensi mencemari air tanah di masa mendatang jika tidak ditangani
dengan baik.
Pada dasarnya air limbah terdiri dari 2 (dua) bentuk yaitu air kotor ( Grey Water)
dan limbah manusia (Black Water).Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan
yang dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian air domestik, seperti air bekas mandi,
mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang
berasal dari kotoran manusia.
Untuk memperkiraan volume air limbah grey water dihitung sebesar 80% dari
pemakaian air bersih. Sedangkan air limbah yang berupa lumpur tinja ( Black Water)
dihitung dengan asumsi tiap orang menghasilkan 40 liter dalam setahunnya.
Gambar 3.7 : Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
100.0
80.0
40.0
20.0
15.0 17.5
8.5 10.0 10.5
.0 2.5
0 1 2 3 4
Strata Desa/Kelurahan Total
Hasil analisis area beresiko tanki suspek aman berdasarkan strata menunjukkan
strata 0 : 15% tidak aman, 85% suspek aman, Strata 1 : 2,5% tidak aman, 97,5% suspek
aman, Strata 2 : 8,5% tidak aman, 91,5% suspek aman, Strata 3 : 17,5% tidak aman,
82,5% suspek aman dan strata 4 : 10% tidak aman, 90% suspek aman.
Peta 3.2 : Peta Cakupan Layanan Pengelolaan air limbah domestik termasuk IPAL terpusat
Pada system sanitasi Pengelolaan air limbah domestic tidak memuat tentang peta pelayanan air limbah dikarenakan kabupaten Buol belum
menyediakan pelayanan air limbah domestic
Resapan Tanah
Sungai
Got / Selokan
Dengan melihat tabel 3.6 Cakupan layanan Air Limbah Domestik yang ada
dikabupaten buol di bawah ini tidak menggambarkan pelayanan Air Limbah Domestik
yang ada di Kabupaten Buol
Tabel 3.6. Cakupan Layanan Air limbah domestik yang ada di Kabupaten Buol
Sarana
Sarana Layak
tidak layak
Offs
BABS Onsite System
Syst
*
Kaw
Nama
No an
Kecamatan/ Individual Berbasis Komunal
terpu
Kelurahan
t
Cubluk, Jamban MCK++ Tangki IPAL
MCK Sam
Tangki keluarga (KK) Septik Komuna
umum nga
(KK) septik tidak dgn tangki Komunal l
/Jamban Rum
aman** (KK) septik (KK) (KK)
Bersama (KK
aman
(KK)
(KK)
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x
1. Kec.Biau 3963
Dengan melihat tabel 3.7 Kondisi dan Sarana Air Limbah Domestik di bawah ini
tidak menggambarkan pelayanan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Buol.
Sistem Onsite
1. Berbasis komunal
- IPAL Komunal unit - - - -
- MCK ++ unit 54 - - -
Sistem Offsite - - - -
4. IPAL Kawasan/Terpusat - - - -
- Kapasitas M3/hari - - - -
- Sistem - - - -
Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Buol saat ini masih sangat kurang
dalam pengelolaan air limbah domestik hal ini dikarenakan faktor perilaku dan kebiasaan.
Berikut tabel mengenai daftar program/kegiatan Air limbah Domestik berbasis masyarakat
dengan melihat tabel 3.8 dan tabel 3.9 dibawah ini :
Pengosongan
Pengelola
Tahun Biaya operasi tangki septik/IPAL
No Jenis Sarana Sarana Lokasi dan
Dibangun pemeliharaan Waktu Layana
Lembaga Kondisi
n
2. Desa/ Aktif
RW…
Kelurahan…
Gambar 3.9 Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Buol
10.48%
Masalah sampah dan
kebersihan lingkungan
31.24% Air limbah dan jamban
18.24% keluarga
saluran air kotor
STOP BABS
CTPS
air bersih
10.69%
11.95% lainnya
Tidak ada
8.39%
2.94
% 6.08%
Penyedia layanan (service provider) yang ada dalam pengelolaan air limbah
domestik di Kabupaten Buol sejauh ini belum ada. Berikut ini tabel 3.10 menjelaskan
menganai peran swasta dalam penyediaan layanan air limbah domestik yang ada di
kabupaten Buol.
Tabel 3.10 : Peran Swasta dalam Penyedia layanan air limbah domestik
yang ada di Kabupaten Buol
1 - - - - -
2 - - - - -
3 - - - - -
Dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 belanja sektor air limbah domestik terus meningkat hal
ini berarti instansi yang berwenang dalam pengelolaan air limbah domestik saat ini yaitu Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Buol terus meningkatkan
pemabangunan sarana-sarana air limbah domestik baik itu operasional maupun pemeliharaannya.
1.a Pendanaan investasi air limbah 8.417.262.353,00 10.024.384.736,50 2.824.844.842,00 5.971.637.910,00 5.883.453.451,32 46,91
Pendanaan OM yang
1.b - - - - - -
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan biaya OM
1.c berdasarkan infrastruktur 8.417.262.353,00 10.024.384.736,50 2.824.844.842,00 5.971.637.910,00 5.883.453.451,32
terbangun
Sumber : Realisasi APBD DPPKAD Kab. Buol
Pada tabel 3.12 Realisasi dsn Potensi retribusi Air Limbah dibawah ini tidak
menggambarkan tentang realisasi dan Potensi Retribusi di Kabupaten Buol
1.
Realisasi retribusi - - - - - -
a
1.
Potensi Retribusi - - - - - -
b
No Permasalahan Mendesak
Belum terdapat perencanaan terpadu dan menyeluruh berkaitan dengan sanitasi limbah domestik (rumah
1.
tangga)
2. Rendahnya kesadaran masyarakat berkaitan dengan pengolahan limbah domestik (rumah tangga)
3. Keterlibatan masyarakat dan swasta dalam hal pengolahan limbah domestik masih rendah.
3.4.1 Kelembagaan
Tabel 3.14 : Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
PENGADAAN SARANA
PENGELOLAAN
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal Badan Lingkungan Hidup - -
pengelolaan sampah
Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Peraturan Keterangan
Ada (sebutkan) Tidak Ada Efektif Belum efektif Tidak efektif
dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
PERSAMPAHAN
Dari Grafik diatas berdasarkan hasil studi EHRA pada tingkat Kabupaten bahwa
Pengelolaan Sampah yang dibakar oleh rumah tangga dilakukan oleh 57,0% responden,
sampah dibuang ke sungai 17,3 % Responden, 11,5%
Dari grafik diatas bahwa Perilaku praktik pemilihan sampah oleh rumah tangga
sebanyak 100% Responden Tidak melakukan pengangkutan sampah dirumah sebelum
dibuang.
Tabel 3.17 : Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan yang ada di Kabupate Buol
Kondisi
Jenis Prasarana / Jumlah/ Ritasi
No Satuan Keterangan
Sarana Kapasitas /hari Berfungsi Tdk
berfungsi
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak 2 unit - 2 - -
Penampungan
2
Sementara
- Container 1 unit - 2 - -
3. Pengangkutan
(Semi) Pengolahan
4 -
Akhir Terpusat
- TPS 3R unit - - -
5 TPA/TPA Regional - - -
- Sanitary landfill Ha - - -
- Controlled landfill Ha - - -
6 Alat Berat -
- Bulldozerl -
- - - -
- Whell/truck loader -
- - - -
- Excavator / backhoe -
- - - -
7 IPL
- Sistem
- - - - -
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Buol 2014
1 TPST 3R : TPST - - - - - - - -
Sampah Organik
2 Peningkatan Peran - - - - - - - -
serta masyarakat
dalam pengelolaan
persampahan :
Bank Sampah
Total
Keterangan :Data Tabel Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat, belum tersedia
Pengelola Kerjasama
No Jenis Kegiatan Lokasi dengan pihak Keterangan
Lembaga Kondisi lain
3 Pengolahan sampah:
4 ……..
Keterangan : Data Tabel Pengelolaan Sarana Persampahan oleh masyarakat, belum tersedia
Gambar 3.13 : Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Buol
10.48%
Masalah sampah dan
kebersihan lingkungan
31.24% Air limbah dan jamban
18.24% keluarga
saluran air kotor
STOP BABS
CTPS
air bersih
10.69%
11.95% lainnya
Tidak ada
8.39%
2.94
% 6.08%
Tabel 3.20 : Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten Buol
Keterangan :Data Tabel Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Persampahan di Kabupaten Buol, belum
tersedia
Di Kabupaten Buol instansi yang berwenang dalam pengelolaan persampahan adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Buol.
Berdasarkan sumber pendanaan pengelolaan persampahan berasal dari dana pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten. Danan bisa merupakan dana
sharing. Dana Pengelolaan bisa juga diperoleh dari retribusi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dimana besarnya tarif retribusi didasarkan pada
kondisi dan kemampuan daerah, kemampuan masyarakat, dan intitusi yang mengelola retribusi.
Pendanaan OM yang
2.b - - - - - -
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan biaya OM
2.c - - - - -
berdasarkan infrastruktur
terbangun
3 Drainase (3a+3b) 1.026.527.650,00 326.993.250,00 2.800.000,00 4.689.861.600,00 4.944.880.000,00 2,921
3. Retribusi Drainase -- - - - - -
Perkiraan biaya OM
2.c berdasarkan infrastruktur - - - - -
terbangun
No Permasalahan Mendesak
Sistem drainase Kabupaten Buol saat ini belum merupakan suatu sistem yang terencana
secarasistematis dan menyeluruh. Saluran-saluran yang dibuat hanya untuk mengatasi masalah drainase
/genangan air yang bersifat lokal dan belum menjangkau seluruh kawasan genangan, sebagian saluranjuga
tidak jelas arah pembuangannya dan ada pula yang merupakan saluran yang buntu.Sebagai suatu sistem,
jaringan drainase Kabupaten Buol belum sepenuhnya terencana denganbaik, dan baru terdapat di kawasan
Pusat Kota dan sekitarnya. Namun dibagian Kota Lainnya, masihbanyak saluran-saluran dari tanah,
khususnya daerah-daerah pengembangan baruAda banyakpembangunan jalan baru yang belum dibuatkan
saluran drainase, sehingga pada waktu hujan air akanmenggenangi pemukaan ruas jalan yang akan
mempercepat umur rencana jalan.
3.5.1 Kelembagaan
Dinas PU Daerah Kabupaten Buol khususnya pada Bidang Cipta Karya, berdasarkan SK No
800.24/Bappeda-PM Tahun 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja ( POKJA) AMPL, PPSPDaerah
Kabupaten Buolmerupakan Tim di Bidang Teknis.Di Kabupaten Buol Dinas Pekerjaan Umum Daerah adalah
instansi yang bertanggung jawab dalam penyediaan dan pengelolaan drainase diKabupaten Buol.
Tabel 3.24 : Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase
Perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah
Swasta Masyarakat
kabupaten/Kota
PERENCANAAN
PENGADAAN SARANA
PENGELOLAAN
Ketersediaan Pelaksanaan
Substansi Peraturan Keterangan
Ada (sebutkan) Tidak Ada Efektif Belum efektif Tidak efektif
dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
Drainase Perkotaan
air hujan.
Keterangan : Data Tabel Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Buol
Gambar 3.14 Grafik Persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin
100.0
31.8 30.9
80.0 47.1
55.2
60.0 78.1 Tidak
87.5 Ya
40.0
68.2 69.1
52.9
20.0 44.8
21.9
12.5
.0
0 1 2 3 4
Strata Desa/Kelurahan Total
Dari Grafik diatas Rumah Tangga yang mengalami Banji rutin sebanyak 52,9%
Rumah Tangga mengalami banjir rutin yang terjadi, sedangkan 47,1% Rumah Tangga tidak
mengalami banjir rutin.
Peta 3.4 Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Kabupaten Buol
Grey Water
Air Bekas
Cucian
dan Dapur
Halaman
Sungai
Jalan
Wilayah Genangan
Nama Luas Ketinggian Lama Frekuensi
No Kecamatan/
Kelurahan (M) (jam/ Penyebab
(Ha) (kali/tahun)
hari)
1 Biau
Tabel 3.27 : Kondisi Sarana dan Prasarana drainase yang ada di Kabupaten Buol
Kondisi Frekuensi
Jenis Prasarana / Jumlah/
No Satuan Pemeliharaan
Sarana Kapasitas Berfungsi Tdk
berfungsi (kali/tahun)
1 Saluran Primer
- S. Primer A 47.610 m
- S. Primer B m
2 Saluran Sekunder
- Saluran m
Sekunder A1
- Saluran m
Sekunder A2
- Saluran m
Sekunder B1
Bangunan
3.
Pelengkap
- Rumah Pompa unit
- Pintu Air unit
Keterangan : Data tidak ada Kondisi Sarana dan Prasarana drainase yang ada di Kabupaten Buol
1 - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - -
Total
Keterangan : Data tidak ada Daftar Program/Kegiatan Draianse Perkotaan Berbasis Masyarakat
Pengelolaan
No Jenis Sarana Lokasi Iuran Keterangan
Lembaga Kondisi
Gambar 3.16 : Gambar penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti Kabupaten Buol
10.48%
Masalah sampah dan
kebersihan lingkungan
31.24% Air limbah dan jamban
18.24% keluarga
saluran air kotor
STOP BABS
CTPS
air bersih
10.69%
11.95% lainnya
Tidak ada
8.39%
2.94
% 6.08%
Belum adanya peran swasta dalam penyediaan layanan Drainase Perkotaan yang ada di Kabupaten Buol
Tabel 3.30 Penyedia layanan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang ada di Kabupaten Buol
Jenis kegiatan/
Nama Tahun mulai
Kontribusi
No Provider/Mitra operasi/ Volume Potensi Kerjasama
Terhadap
Potensial Berkontribusi
Sanitasi
1 x x x x X
Keterangan : Data tidak ada Penyedia layanan Pengelolaan Drainase Perkotaan yang ada di Kabupaten Buol
Instansi yang berwenang dalam pengelolaan drainase saat ini yaitu Dinas PU Kabupaten Buol terus meningkatkan pembangunan
drainase, baik itu operasional maupun pemeliharaannya. Namun, sampai pada saat ini di Kabupaten Buol belum ada perda mengenai retribusi
pengelolaan drainase.
Tabel 3.31 : Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Buol
1.a Pendanaan Investasi air limbah 8.417.262.353,00 10.024.386.736,50 2.824.844.842,00 5.971.637.910,00 5.883.453.451,32
Tabel 3.32 : Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten
Buol
Sumber : Data Tidak Ada Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kabupaten Buol
No Permasalahan Mendesak
4. Daya tampung Drainase tidak mampu menampung terhadap aliran Run off
Peta 3.5 Peta Cakupan Layanan air Bersih (Peta Jaringan PDAM)
Pada peta cakupan layanan air bersih tidak memuat tentang peta jaringan pelayanan air bersih di
Kabupaten Buol
Daya dukung sumber daya air sebagai kebutuhan dasar untuk pemenuhan air
bersih untukdikonsumsi maupun untuk kebutuhan lainnya, dapat dipenuhi dengan adanya
potensi sumberair berupa mata air pegunungan yang merupakan sumber air bersih yang
dikelola oleh PDAM.Adapun untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten
BuolPDAM Air Motanang mengambil dari mata air Tabodok, Goa Kolera Kumaligon dan
Asahan Leok I. Kualitas air yang dimilikicukup baik, di sekitar lokasi mata air tidak terdapat
sumber-sumber polutan yang dapat mencemariair tersebut.Cakupan pelayanan instalasi air
bersih khusus PDAM di Kabupaten Buol melayanisebagian besar kawasan pusat kota dan
sekitarnya.Sedangkan untukmelayani wilayah-wilayahpedesaan di Kabupaten Buol
diperoleh dari Air Desa dan Program PAMSIMAS.
Tabel 3.34 : Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Buol
Keterangan : Data Tidak Ada Pengelolaan Limbah industri rumah tangga Kabupaten Buol
Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m³/Hari)
Keterangan : Data Tidak Ada Pengelolaan Limbah industri rumah tangga Kabupaten Buol
BAB IV
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN
Instansi terkait sanitasi/ penanggung jawab 4 sub sektor utama adalah Dinas
Kesehatan, BLH, Dinas PU,Dinas Tata Ruang dan Perumahan, Bappeda, masing-masing
memiliki program/kegiatan menyangkut sanitasi dan kesehatan lingkungan baik untuk yang
sedang berjalan saat ini ataupun rencana program/kegiatan menyangkut sanitasi di tahun
depan (2015). Berikut informasi berupa data Program/kegiatan terkait sanitasi yang
direncanakan dan yang sedang dijalankan oleh masing-masing instansi terkait.
4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene
Promosi Kesehatan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan
Kesehatan Lingkungan sangatlah penting, baik itu PHBS dalam tingkat/lingkungan keluarga
danlingkungan sekolah haruslah diperhatikan dan selalu ditingkatkan agar kebiasaan hidup
sehat dapat tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat di Kota Kabupaten Buol sehingga dapat mengurangi angka penderita diare,
penyakit kulit dan sebagainya. Maka dari itu Dinas Kesehatan Kabupaten Buol sebagai
Institusi yang bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten Buol sudah
semestinya memiliki rencana program/kegiatan menyangkut Promosi Kesehatan dan
Kesehatan Lingkungan yang tentunya mendukung peningkatan angka sadar PHBS
masyarakat di Kabupaten Buol. Berdasarkan data yang disajikan dalam bentuk tabel diatas,
dapat kita lihat bahwa rencana
Tabel 4.1 Rencana program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi Tahun 2015
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber SKPD penanggung Jawab Sumber Dokumen Perencanaan
Pendanaan/
Satuan Volume (Rp)
Pembiayaan
1. Penyuluhan Masyarakat Pola 1 Paket 660.998.800,00 APBD II Dinas Kesehatan Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Hidup Sehat Kabupaten Buol Kabupaten Buol
2. Peningkatan Pendidikan Tenaga 1 Paket 23.662.650,00 APBD II Dinas Kesehatan Rencana Kerja Dinas Kesehatan
Penyuluh Kesehatan Kabupaten Buol Kabupaten Buol
Tabel 4.2 Program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi Tahun 2014
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan
Pendanaan/Pe
Satuan Volume (Rp)
mbiayaan
Di Kabupaten Buol Dinas Pekerjaan Umum Daerah lah yang bertanggung jawab atas pengelolaan air minum dan air limbah domestik,
khususnya Bidang Cipta Karya seksi Permukiman dan Penyehatan Lingkungan, berikut daftar program/kegiatan dan rencana kegiatan menyangkut
sektor pengelolaan air limbah di Dinas PU Kabupaten Buol.
Tabel 4.3 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2015
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber SKPD penanggung Sumber Dokumen
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/Pe Jawab Perencanaan
mbiayaan
A. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
1. Pengelolahan B3 dan Limbah B3 1 Paket 660.998.800,00 APBD II Badan Lingkungan Rencana Kerja Badan
Hidup Kabupaten Buol Lingkungan Hidup
Kabupaten Buol
2. Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh 1 Paket 23.662.650,00 APBD II Dinas Kesehatan Rencana Kerja Dinas PU
Kabupaten Buol Kabupaten Buol
Kesehatan
B.Program pengembangan kinerja pengelolaan Air minum dan air limbah
1. Penyediaan sarana dan prasarana air 1 Paket 1.331.770.000,00 APBD II Dinas PU Kabupaten Rencana Kerja Dinas PU
Buol Kabupaten Buol T
minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah
C. Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan Pengairan lainnya
1. Pembuangan jaringan air bersih/air minum 1 Paket 4.297.922.696,45 APBD II Dinas PU Kabupaten Rencana Kerja Dinas PU
Buol Kabupaten Buol T
2. Rehabilitasi/Pemeliharaan jaringan air 1 Paket 612.755.000,00 APBD II Dinas PU Kabupaten Rencana Kerja Dinas PU
Buol Kabupaten Buol
bersih/air minum
Sumber : Renja Dinas PU dan BLH Kabupaten Buol
Tabel 4.4 Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2014
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/ Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan
Pembiayaan
A. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
1. Pengelolahan B3 dan Limbah B3 1 Paket 208.501.000,00 APBD II Kabupaten Buol Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Buol
B. Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan Pengairan lainnya
1. Pembuangan jaringan air bersih/air minum
1 Paket 4.297.922.696,45 APBD II Kabupaten Buol Dinas PU Kabupaten Buol
2. Rehabilitasi/Pemeliharaan jaringan air
1 Paket 612.755.000,00 APBD II Kabupaten Buol Dinas PU Kabupaten Buol
bersih/air minum
Sumber : Program Kegiatan Dinas PU dan BLH Kab. Buol Tahun 2014
Di Kabupaten Buol Badan Lingkungan Hidup yang mengelola dan menyangkut persampahan, berikut daftar program/kegiatan dan rencana
kegiatan menyangkut sektor persampahan di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buol
Tabel 4.5 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan persampahan Tahun 2015
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber SKPD penanggung Sumber Dokumen Perencanaan
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/Pe Jawab
mbiayaan
A. Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
1. Peningkatan operasi dan pemeliharaan
1 Paket 786.241.500,00 APBD II Badan Lingkungan Rencana Kerja Badan Lingkungan
prasarana dan sarana persampahan
Hidup Kabupaten Hidup Kabupaten Buol
Buol
B. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
1. Pemantauan kualitas lingkungan 1 Paket 1.545.046.690,00 APBD II Badan Lingkungan Rencana Kerja Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Hidup Kabupaten Buol
Buol
Sumber : Renja BLH Kabupaten Buol
Tabel 4.7 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2015
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber SKPD penanggung Jawab Sumber Dokumen
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/Pe Perencanaan
mbiayaan
A. Program pembangunan saluran Drainase/Gorong-gorong
1. Pembangunan saluran drainase/gorong- 1 Paket 5.117.156.000,00 APBD II Dinas PU Kabupaten Buol Rencana kerja Dinas PU
Kabupaten Buol
gorong
B. Program lingkungan sehat perumahan
1. Pengendalian resiko dampak pencemaran 1 Paket 322.212.000,00 APBD II Dinas PU Kabupaten Buol Rencana kerja Dinas Tata
Ruang dan perumahan
lingkungan
Kabupaten Buol
Sumber : Renja Dinas PU dan Tata ruang dan perumahan Kabupaten Buol 2015
Tabel 4.8 Program dan Kegiatan pengelolaan drainase perkotaan Tahun 2014
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/Pe Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan
mbiayaan
A. Program pembangunan saluran Drainase/Gorong-gorong
1. Pembangunan saluran drainase/gorong- 1 Paket 4.651.960.000,00 APBD II Kabupaten Buol Dinas PU Kabupaten
Buol
gorong
B. Program lingkungan sehat perumahan
1. Pengendalian resiko dampak pencemaran 1 Paket 292.920.000,00 APBD II Kabupaten Buol Dinas Tata Ruang dan
perumahan Kabupaten
lingkungan
Buol
Sumber : Program kegiatan Dinas PU dan Tata ruang dan perumahan Kabupaten Buol 2014
Tabel 4.9 Rencana Program dan kegiatan komponen terkait sanitasi tahun 2015
Tabel 4.10 Program dan kegiatan komponen terkait sanitasi tahun 2014
Air bersih Tahun 2014
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/ Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan
Pembiayaan
A. Program pengembangan kinerja pengelolaan Air minum dan air limbah
1. Penyediaan prasarana dan sarana air 1 Paket 1.210.700.000,00 APBD II Kabupaten Buol Dinas PU Kabupaten
Buol
minum bagi masyarakat berpenghasilan
rendah
Sumber : Program kegiatan Dinas PU Kabupaten Buol 2014
Rencana Program dan kegiatan pelaksanaan koordinasi terkait sanitasi tahun 2015
No Nama Program/ Kegiatan Indikasi Biaya Sumber SKPD penanggung Jawab Sumber Dokumen Perencanaan
Satuan Volume (Rp) Pendanaan/Pe
mbiayaan
A. Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
1. Koordinasi program penyediaan air minum 1 Paket 18.700.000,00 APBD II Badan Perencanaan Renja Badan Perencanaan
pembangunan daerah dan pembangunan daerah dan
dan sanitasi berbasis masyarakat
penanaman modal penanaman modal kab.Buol
kab.Buol tahun 2015
2. Koordinasi perencanaan pembangunan 1 Paket 42.900.000,00 APBD II Badan Perencanaan Renja Badan Perencanaan
pembangunan daerah dan pembangunan daerah dan
bidang prasarana wilayah dan sumber
penanaman modal penanaman modal kab.Buol
daya alam kab.Buol tahun 2015
B. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa
1. Peningkatan peran BP-SPAMS 1 Paket 71.337.475.000,00 APBD II Badan Pemberdayaan Renja Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Masyarakat dan Pemerintahan
Pemerintahan Desa kab. Desa kab. Buol
Buol
Sumber : Renja Bappeda-PM dan Bapemdes Kabupaten Buol 2015
BAB V
AREA BERISIKO SANITASI
Di Kabupaten Buol terdapat beberapa kelurahan yang menempati area Resiko 4 dan 3
yang artinya memiliki permasalahan-permasalahan sanitasi seperti kurangnya Buang Sampah
sembarangan, kepadatan penduduk, sampah, air limbah (black water dan grey water) yang
dibuang ke saluran air terbuka dikarenakan belum tersedianya jaringan (sambungan rumah) air
limbah dan sistem pengelolaan air limbah domestik, dan juga permasalahan drainase yang belum
berfungsi sebagai mestinya sehingga menyebabkan genangan di beberapa daerah.
Penentuan area beresiko dilakukan melalui penilaian dengan metode pemberian skor
berdasarkan data sekunder yang telah tersedia. Indikator-indikator yang digunakan untuk
menentukan prioritas skoring merupakan juga hasil kesepakatan yang diambil antar SKPD dan
studi EHRA. Beberapa indikator yang digunakan untuk skoring dari data skunder adalah:
a. Kepadatan Penduduk
b. Angka Kemiskinan
c. Ketersediaan Air Minum
d. Jamban Pribadi
e. Luas Genangan
Penjelasan mengenai Peta Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik di atas
berdasarkan persepsi SKPD pada Instrumen Profil Sanitasi, diskusi dan menyepakati Data
Sekunder serta SKPD yang terlibat dalam penetuan Area berisiko Sanitasi. Wilayah prioritas
yang menjadi area Berisiko 4 yaitu Desa Busak II dan Kelurahan Kali, untuk resiko 3 yaitu desa
pomayagon dan untuk area berisiko menengah dan sedang yaitu Desa Winangun, Desa Lomuli,
Desa Taluan, Desa Rantemaranu, dan Desa Negeri Lama.
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko
Air Limbah
Kelurahan Kali
Sesuai tabel 5.1 yang masuk pada area berisiko air limbah domestik adalah Desa
Busak II, Kelurahan Kali dan Desa Pomayagon. Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko
untuk Kabupaten Buol telah ditetapkan oleh Kelompok Kerja Sanitasi / PPSP Kabupaten Buol
berdasarkan skor penilaian terhadap data sekunder, data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) terkait sektor-sektor sanitasi serta melakukan serangkaian observasi
dan kunjungan lapangan pada Kelurahan dan Desa.
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko
Persampahan
Sesuai tabel 5.2 yang masuk pada area berisiko persampahan adalah Kelurahan Buol,dan
Kelurahan Kali. Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Buol telah ditetapkan oleh
Kelompok Kerja Sanitasi / PPSP Kabupaten Buol berdasarkan skor penilaian terhadap data sekunder,
data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sektor-sektor sanitasi serta
melakukan serangkaian observasi dan kunjungan lapangan pada Kelurahan dan Desa.
Wilayah Prioritas
No Area Berisiko
Persampahan
Sesuai tabel 5.3 yang masuk pada area berisiko sanitasi Drainase Perkotaan adalah Desa
Kelurahan Buol dan Kelurahan Kali. Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Buol
telah ditetapkan oleh Kelompok Kerja Sanitasi / PPSP Kabupaten Buol berdasarkan skor penilaian
terhadap data sekunder, data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sektor-
sektor sanitasi serta melakukan serangkaian observasi dan kunjungan lapangan pada Kelurahan dan
Desa.