Anda di halaman 1dari 21

Jurnal bisnisman : Reset Bisnis dan Manajemen – Bulan X-Bulan Y, Vol.X, No.

X,20XX

Jurnal Bisnis Man: Reset Bisnis Dan Manajemen


Vol. X,No.X ( Bulan X – Bulan Y ) : XX-XX

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP


TINGKAT KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2015 – 2022

Laila fuzi melati1, Rahmat wahyudin2, Regina dersa alia balinda3, Reka Ramadhan4

Universita nusa putra

Abstract : Development is a better process into the future. One indicator that shows that the
national development goals have not been achieved is that poverty and unemployment in
Indonesia are still quite high. This can be influenced by several things, including economic
growth, the unemployment rate, the workforce. The purpose of this study was to find out how
the effect of the unemployment rate, labor force on the poverty rate and economic growth in
West Java is expected to be able to provide assistance to the government in determining policies
so as to reduce the poverty rate in West Java. The method used in this research is path analysis
and using quantitative analysis. The research data is data on the percentage of unemployment,
employment, poverty and growth rates in West Java Province in 2015-2022. The results of the
analysis of the study show that there is no significant effect between the workforce on economic
growth through poverty rates, there is no significant effect between the workforce on poverty
levels, there is no significant effect between unemployment on economic growth, there is no
significant effect between Labor force on economic growth, there is no significant effect
between the poverty rate on economic growth, there is a significant effect between
unemployment and the labor force on the poverty rate, there is no significant effect between
unemployment on economic growth through the poverty rate, there is no significant effect
There is a significant relationship between the labor force and economic growth through the
poverty rate. There is a significant effect between the unemployment rate in the labor force and
the poverty rate on economic growth.

Keywords: Unemployment, labor, poverty, economic growth

Abstrak : Pembangunan adalah proses yang lebih baik ke masa depan. Salah satu indikator
yang menunjukkan belum tercapainya tujuan pembangunan nasional adalah kemiskinan dan
pengangguram di Indonesia masih cukup tinggi, Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran,tenaga kerja. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pengangguran, tenaga kerja terhadap
tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat yang diharapkan nantinya dapat
memberikan bantuan terhadap pemerintah dalam menentukan kebijakan sehingga dapat
mengurangi angka kemiskinan di Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis jalur dan menggunakan analisis kuantitatif dengan data penelitian ini
adalah data presentase tingkat pengangguran,tenaga kerja,tingkat kemiskinan dan pertumbuhan
di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015-2022. Hasil analisis dari penelitian menunjukkan
bahwa Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui tingkat kemiskinan,tidak ada pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja
terhadap tingkat kemiskinan , tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran
terhadap pertumbuhan ekonomi , tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan
kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi ,terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengangguran, dan angkatan kerja terhadap tingkat kemiskinan, tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi melalui tingkat kemiskinan,
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui tingkat kemiskinan, terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran Angkatan
kerja dan tingkat kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : Pengangguran,tenaga kerja,kemiskinan,pertumbuhan ekonomi

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang di hadapi oleh negara-negara berkembang termasuk
Indonesia adalah masalah pengangguran. Masalah pengangguran merupakan salah satu
masalah makro ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah karena akan
menimbulkan masalah-masalah sosial lainya (Yehosua,dkk, 2019). Menurut Yanuar (2009)
pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja yang ingin memperoleh pekerjaan tapi
belum mendapatkannya.
Adapun pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.Dalam arti lain, tenaga kerja adalah penduduk yang bekerja aktif menghasilkan
barang dan jasa, kelompok yang siap bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Bisa dikatakan
bahwa tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, pekerja, pegawai,
dan sebagainya.Dikutip dari laman disnaker.bulelengkab.go.id, tenaga kerja adalah salah satu
komponen penggerak ekonomi yang paling berpengaruh pada suatu negara.Pasalnya, tenaga
kerja adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam proses produksi suatu barang/jasa untuk
menggerakkan perekonomian. Tenaga kerja terdiri dari penduduk yang berada dalam usia
kerja, rentang usia kerja adalah 15 sampai 64 tahun.
Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat
keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap Negara akan berusaha keras untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemiskinan. Di banyak negara di
dunia syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.
Namun, kondisi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia pertumbuhan ekonomi yang
dicapai ternyata juga diiringi dengan munculnya permasalahan meningkatnya jumlah
penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan bangsa, di mana
hingga sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Berdasarkan hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS, jumlah penduduk Indonesia
yang hidup di bawah garis kemiskinan tahun 2009 tercatat masih cukup besar yakni, sekitar
32,5 juta jiwa atau lebih kurang 14,2 persen. Kondisi masyarakat yang hidup dalam
kungkungan kemiskinan pada umumnya menderita kekurangan gizi, tingkat kesehatan yang
buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan ketiadaan akses infrastruktur
maupun pelayanan publik yang memadai.
Pertumbuhan ekonomi bisa dibilang sebagai indikator berhasil atau tidaknya suatu
pemerintahan dalam menjalankan, mengelola, dan membangun negara. Meskipun, ada banyak
faktor baik di dalam negeri maupun di tataran global yang menjadi faktor penentu.
Kemiskinan merupakan fenomena yang terjadi hampir di semua negara sedang
berkembang. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk
menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini
menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktifitas dan
pendapatan yang diperolehnya rendah.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah utama dalam pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi di semua
sektor pembangunan, pemerataan pembangunan yang optimal, perluasan tenaga kerja dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Dalam mencapai tujuan pembangunan secara menyeluruh
diperlukan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi mendapatan yang
merata.Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya
untuk menjadi tujuan masyarakat adil da makmur.
Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada
pembangunan daerahkhususnya daerah yang relative mempunyai tingkat kemiskinan yang
terus naik dari tahun ke tahunn. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan
sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang
dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan
nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengangguran
Menurut Yanuar (2009) pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja yang
ingin memperoleh pekerjaan tapi belum mendapatkannya. Menurut Badan Pusat Statistik
angkatan kerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja berumur
lebih dari 15 tahun.
Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran adalah salah satu permasalahan yang umum dihadapi di berbagai negara.
Berikut berbagai jenis pengangguran berdasarkan faktor penyebabnya.
1.Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang disebabkan oleh perubahan
ekonomi dalam waktu lama, misalnya perubahan negara dari agraris menjadi ekonomi. Tentu
saja hal ini berdampak pada berkurangnya tenaga kerja akibat adanya perubahan lowongan
pekerjaan.
2. Pengangguran Konjungtural
Jenis pengangguran selanjutnya adalah pengangguran konjungtural atau siklis.
Pengangguran ini terjadi dikarenakan perubahan ekonomi, seperti negara mengalami resesi
ekonomi (kemunduran) atau sedang dalam masa depresi (kehancuran).Hal tersebut membuat
tak sedikit perusahaan merugi, sehingga terjadilah pengurangan tenaga kerja (PHK) secara
besar-besaran.
3. Pengangguran Friksional
Apa itu pengangguran friksional? Ini merupakan jenis pengangguran di mana seseorang
belum bekerja dikarenakan masih kesulitan memperoleh pekerjaan yang sesuai.Perusahaan
melakukan seleksi secara ketat untuk menyaring kandidat pelamar terbaik sesuai dengan
kualifikasi mereka. Sehingga pelamar butuh waktu untuk mendapat pekerjaan.
4. Pengangguran Musiman
Jenis berikutnya dari pengangguran adalah pengangguran musiman. Jenis
pengangguran ini berkaitan dengan ekonomi jangka pendek, seperti sektor perkebunan.
Sebagai contoh seorang petani kebun sedang menganggur lantaran menunggu musim panen
tiba.
5. Pengangguran Terbuka
Selanjutnya adalah pengangguran terbuka. Jenis pengangguran ini merupakan keadaan
di mana seorang yang tidak bekerja masih berusaha mencari pekerjaan. Penyebab
pengangguran dikarenakan lowongan kerja tidak sesuai dengan latar belakang dan
keterampilan pelamar. 6. Setengah Menganggur. Dikatakan setengah menganggur pasalnya
tenaga kerja tersebut dilihat dari jam kerja, produktivitas, serta penghasilan yang diperoleh.
Misalnya pekerja freelance yang tidak memiliki kepastian jam kerja.
6. Pengangguran Terselubung
Jenis pengangguran yang terakhir adalah pengangguran terselubung. Jenis
pengangguran ini disebabkan oleh produktivitas tenaga kerja menurun. Mungkin karena
ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat dan kemampuan pekerja atau bisa juga karena
ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan pekerjaannya.
Dampak Pengangguran
1. Bagi Masyarakat
Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, setiap masyarakat tentu perlu bekerja. Sehingga
dampak pengangguran bagi masyarakat di antaranya:
• Meningkatkan kemiskinan
• Memicu tindakan kriminalitas atau kejahatan
• Munculnya ketidaksetaraan politik dan sosial
• Menjadi beban psikologis bagi pengangguran itu sendiri atau keluarga yang
bersangkutan
• Keterampilan menurun karena lama tidak digunakan
• Bagi Perekonomian Negara

2. Bagi negara

• Rendahnya pendapatan rata-rata penduduk per kapita


• Biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah semakin tinggi
• Berkurangnya sektor pajak yang diterima negara sehingga pendapatan negara turun
• Hutang negara meningkat
• Daya beli menurun sehingga menyebabkan investasi dan pertumbuhan ekonomi
menurun

Cara Mengatasi Pengangguran


Setelah memahami penyebab dan dampaknya, beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai cara
mengatasi pengangguran adalah sebagai berikut :

• Memperbaiki mutu pendidikan dengan tujuan supaya masyarakat memiliki tingkat


pendidikan setara
• Menggiatkan penyelenggaraan job fair dan magang melalui kerjasama kampus dengan
perusahaan supaya info lowongan kerja bisa tersebar luas
• Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB
• Mengurangi urbanisasi guna mengurangi angka pengangguran di kota besar dan agar
penyebaran tenaga kerja seimbang
• Memperluas lapangan kerja dengan cara menggiatkan program padat karya, mendorong
ekspor, dan sebagainya
• Menciptakan usaha-usaha baru guna memperluas lapangan kerja
• Meningkatkan keterampilan dan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan
• Mengembangkan usaha mikro dan kecil
Tenaga Kerja
Menurut Alam (2014) tenaga kerja adalah penduduk dengan usia antara 17 tahun sampai 60
tahun yang bekerja untuk menghasilkan uang sendiri. Dan menurut Hamzah (2014), tenaga
kerja adalah tenaga yang bekerja didalam maupun luar hubungan kerja dengan alat produksi
utama dalam proses produksi baik fisik maupun pikiran.
Jenis jenis tenaga kerja
1. Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian pada suatu
bidang tertentu. Pengetahuan dan keahlian ini umumnya diperoleh melalui pendidikan formal
yang mereka tempuh. Contohnya adalah dokter, pengacara, notaris, dan lain sebagainya.
2. Tenaga kerja terlatih Jenis kedua dari tenaga kerja adalah tenaga kerja terlatih. Tenaga kerja
terlatih adalah tenaga kerja yang memperoleh keahliannya umumnya melalui pendidikan non-
formal seperti pelatihan keterampilan, kursus, dan lain sebagainya. Contoh tukang las (welder),
terutama tukang las bawah air, mekanik, juru masak (chef) dan lain sebagainya. Meskipun
umumnya melalui pendidikan non-formal, tapi tenaga kerja terlatih juga bisa melalui
pendidikan formal seperti ahli bedah, ahli forensik, dan ahli autopsi.
3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih Jenis ketiga dari tenaga kerja adalah tenaga
kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Artinya pekerjaan yang dilakukan tidak mengharuskan
seseorang memiliki keahlian atau kewajiban tertentu. Contoh sederhana dari tenaga kerja jenis
ini adalah pembantu rumah tangga, buruh panggul barang, buruh kasar, dan lain sebagainya.
4. Bukan tenaga kerja Tidak semua orang bisa didefinisikan sebagai tenaga kerja. Pengertian
bukan tenaga kerja adalah orang yang belum masuk usia kerja atau seseorang yang sudah
memasuki usia kerja tapi tidak bekerja karena alasan tertentu.
Tenaga kerja berdasarkan status pekerjaannya
1. Pekerja lepas Pekerja lepas atau biasa disebut dengan freelance adalah orang yang bekerja
sendiri dan tidak berkomitmen pada suatu perusahaan.
2. Pekerja kontrak Pekerja kontrak adalah seorang yang dipekerjakan oleh satu perusahaan
dengan jangka waktu tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian tertulis.
3. Pekerja tetap Pekerja tetap adalah seorang yang dipekerjakan oleh satu perusahaan untuk
jangka waktu tidak tertentu
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2006) pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah.tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat
ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
PE = p - p – 1
X 100%

P Bt-1
Dimana :
PE = tingkat pertumbuhan ekonomi (%)
PDRBt = PDRB pada tahun t
PDRBt-1 = PDRB pada tahun sebelum
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang menandakan berhasilnya pembangunan
dalam suatu perekonomian sebuah negara. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya
pertumbuhan output nasional.pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi
untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik bruto (PDB) maupun
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah. (Rahardjo, 2013).

Faktor Pertumbuhan Ekonomi


Salah satu Faktor penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode
tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Produk Domestik Bruto


Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting jika dibandingkan dengan konsep
pendapatan nasional lainnya. Menurut Sukirno (2013:34) dalam bukunya makroekonomi teori
pengantar, Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam negara dalam satu tahun tertentu.Produk Domestik Bruto atau dalam
bahasa Inggrisnya Gross Domestic product (GDP) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara dan negara asing.
(Sukirno, 2013:35) Produk Domestik Bruto atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku
pada tahun tersebut.

Karakteristik Pertumbuhan ekonomi


Kuznets (dalam Todaro 2003) mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan
ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara yang sekarang maju sebagai berikut.
1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk tinggi
2. Tingkat kenaikan produktivitas faktor total tinggi
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi tinggi
4. Tingkat trasnformasi sosial dan ideologi tinggi
5. Adanya kecenderungan negara – negara yang mulai atau sudah maju.

Kemiskinan
Menurut Nurwati (2008) Kemiskinan merupakan masalah sosial yang terus ada di kehidupan
masyarakat. Masalah kemiskinan sangatlah lama, dan dalam waktu yang panjang, sama seperti halnya
dengan usia manusia itu sendiri, dan unsur pokok permasalahanya adalah menyangkut berbagai macam
bentuk atau karakter kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa kemiskinan ini merupakan masalah
kehidupan yang sifatnya global atau mendunia, artinya masalah kemiskinan sudah menjadi perhatian
dunia, dan masalah tersebut ada di semua negara, walaupun dampak dari kemiskinan sangatlah berbeda-
beda.
Menurut Amarta sen (1987) dalam Haughton dan Shahidur (2012) kemiskinan di kaitkan dengan
kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi dalam masyarakat. Dengan demikian kemiskinan timbul
apabila masyarakat tidak memiliki pendapatan, dan tidak mendapatkan pendidikan yang memadai, serta
kondisi kesehatan yang buruk. Kemiskinan di anggap sebagai sebuah fenomena multidimensional.

Ukuran Kemiskinan
Secara sederhana, dan umumnya ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang menjadikan suatu kondisi di mana pendapatan
seorang individu atau sekelompok orang berada dibawah garis kemiskinan. Sehingga individu atau
kelompok orang tersebut akan kesulitan untuk mencukupi serta memenuhi kebutuhan standarnya seperti
sandang, pangan dan papan yang diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi, karena adanya pengaruh dari
kebijakan pembangunan yang tidak menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan adanya ketimpangan-ketimpangan pendapatan serta ketimpangan standar kesejahteraan
di negara tersebut.daerah yang belum mendapatkan jangkauan program pembangunan, dikenal dengan
sebutan daerah tertinggal.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi, karena akibat dari adanya sikap
serta kebiasaan seorang individu maupun masyarakat yang umumnya berasal dari budaya dan adat
istiadat yang umumnya relatif tidak ingin memperbaiki taraf hidupnya dengan cara-cara modern.
Kebiasan-kebiasan yang disebutkan dapat berupa kebiasaan bersikap malas, kurang kreatif, pemborosan
dan sikap relatif yang bergantung pada pihak lain.
4. Kemiskinan Struktural
Berbeda dengan kemiskinan kultural, kemiskinan struktural merupakan bentuk dari kemiskinan yang
disebabkan oleh rendahnya akses masyarakat terhadap sumber daya yang umumnya terjadi pada suatu
tatanan sosial dan budaya maupun sosial politik yang kurang mendukung pembebasan kemiskinan
masyarakat di suatu negara. Umumnya, kemiskinan struktural terkadang memiliki unsur diskriminatif.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan


Menurut Tambunan (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan
penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan
pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan
ekonomi dengan peningkatan kemiskinan.
Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses
pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir
pembangunan jumlah orang miskinn berangsur-anggsur berkurang (Tmabunan, 2011).

HIPOTESIS
Ho1 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Tingkat pengangguran terhadap Tingkat
kemiskinan
Ha1 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari Tingkat pengangguran terhadap Tingkat
kemiskinan
Ho2 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Tenaga Kerja terhadap tingkat
kemiskinan
Ha2 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari Tenaga Kerja terhadap tingkat kemiskinan
Ho3 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pengangguran terhadap tingkat
Pertumbuhan ekonomi
Ha3 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari pengangguran terhadap tingkat Pertumbuhan
ekonomi
Ho4 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tenaga kerja terhadap tingkat
Pertumbuhan ekonomi
Ha4 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari tenaga kerja terhadap tingkat Pertumbuhan
ekonomi
Ho5 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Tingkat kemiskinan terhadap tingkat
Pertumbuhan ekonomi
Ha5 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari Tingkat kemiskinan terhadap tingkat
Pertumbuhan ekonomi
Ho6 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran dan tenaga kerja
terhadap tingkat Pertumbuhan ekonomi
Ha6 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran dan tenaga kerja
terhadap tingkat Pertumbuhan ekonomi
Ho7 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran melalui tingkat
kemiskinan terhadap Pertumbuhan ekonomi
Ha7 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran melalui tingkat
kemiskinan terhadap Pertumbuhan ekonomi
Ho8 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Tenaga kerja melalui tingkat kemiskinan
terhadap Pertumbuhan ekonomi
Ha8 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari Tenaga kerja melalui tingkat kemiskinan
terhadap Pertumbuhan ekonomi
Ho9 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran dan Tenaga kerja
dan tingkat kemiskinan terhadap Pertumbuhan ekonomi
Ha9 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pengangguran dan Tenaga kerja dan
tingkat kemiskinan terhadap Pertumbuhan ekonomi
METODE PENELITIAN
Strategi Penelitian
Penelitian ini sifatnya melihat pengaruh antara tingkat pengangguran dan tenaga kerja terhadap
tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa barat tahun 2015 sampai 2022.
Populasi Dan Unit Sampel
Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah tingkat pengangguran dan tenaga kerja
terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di provinsi jawa barat dan sampel nya
yaitu tingkat pengangguran dan tenaga kerja terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi di provinsi jawa barat pada tahun 2015 – 2022.
Penentuan Sampel
Sampel penelitian ini ditentukan dengan memakai tekhnik probability sampling yang
merupakan tekhnik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dengan kategori sample random sampling
yang merupakan tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada populasi dalam
penelitian tanpa melihat aspek seperti jabatan,tahun strata dalam populasi.
Pengambilan sampel populasi dilakukan secara acak yaitu tingkat pengangguran dan tenaga
kerja terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 sampai 2022.
Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah tingkat pengangguran dan tenaga kerja terhadap tingkat
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di jawa barat pada tahun 2015 sampai 2022.
Metode Pengumpulan Data
Cara pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan studi Pustaka ( Liberary Research ) maka
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan literatur yang berkaitan
dengan obyek penelitian yang berupa dokumen atau arsip yang di dapat dari data sekunder,situs
internet terpercaya , sehingga tidak diperlukan data primer seperti kuisioner.
Instrumen Penelitian
Intrumen pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan data sekunder ( secara tidak langsung
) dan data real yang didapat disitus terpercaya seperti BPS,BI dan OJK.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yaitu metode yang digunakan untuk
menganalisis data yang berhubungan dengan masalah pengaruh tingkat pengangguran dan
tenaga kerja terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di jawa barat.
HASIL PENELITIAN
Deskriptif
Ket : N = 8 di dapat dari tingkat pengangguran,tenaga kerja,tingkat kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi.
Normalitas

Ket : Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa nilai Asymp.sig sebesar 0,200 dengan
tingkat signifikansi residual sebesar 0,213. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 0,200
> 0,05 sehingga data terdistribusi normal dan memenuhi persyaratan uji asumsi klasik.

Moltikolinearitas
Ket : Berdassarkan table diatas dapat diketahui nilai variansi inflation factor (VIF) kedua
variable yaitu tingkat pengangguran 7,196 , tenaga kerja 3,451 , dan tingkat kemiskinan 7,177
lebih kecil dari 10,00 dan toleransi lebih dari 0,100 sehingga bisa disimpulkan bahwa antar
variable independent tidak terjadi persoalan multikolinearitas dan memenuhi persyaratan uji
asumsi klasik.

Heteroskedastisitas

Ket : Berdasarkan output diatas diketahui nilai signifikan (sig) pengangguran 0,440 , tenaga
kerja 0,646 dan tingkat kemiskinan 0,490 karena nilai signifikanya > 0,05 maka sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan dalam uji glasjer, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas dan memenuhi persyaratan uji asumsi klasik.
Auto Korelasi

Dengan nilai table pada tingkat sugnifikansi 5% dengan jumlah sampel 8 (n) dan jumlah
Variabel indevenden 3 (k=3) maka ditabel Durbin-Watson didapatkan nilai batas atas du 1.064
dan batas bawah dl 0,629. Karena nilai Dw 1,080 lebih besar dari batas atas du 1.064 dan
kurang dari 4 – 1,064 ( 4 – du ) = 2,936 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat auto
korelasi pada model regresi ini.
Linearitas

Berdasarkan nilai signifikansi (sig) dari output diatas, diperoleh nilai deviantion from linearity
Sig adalah 0,597 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linear secara signifikan
antara variable tingkat pengangguran(X1) , Tenaga kerja (X2) , Tingkat kemiskinan (X3)
dengan Tingkat pertumbuhan ( Y)
Berdasarkan nilai F dari output di atas, diperoleh nilai F hitung adalah 1,200 < F Tabel
2,988.karena F hitung lebih kecil dari F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
linear secara signifikan antara variable tingkat pengangguran(X1) , Tenaga kerja (X2) , Tingkat
kemiskinan (X3) dengan Tingkat pertumbuhan ( Y).

Pengangguran (X1)

Tingkat Kemiskinan ( X3) Pertumbuhan ekonomin ( Y )

Tenaga kerja (X2)


e1 e2
0,1304 0,1304

Pengangguran (X1) Angkatan kerja (X2) terhadap Kemiskinan (X3)


Persamaan X3 = 0,952(x1)+(-0,675) ( x2) + 0,1304 (E1)
Nilai koefisien beta pengangguran sebesar 0,952, artinya jika pengangguran mengalami
kenaikan 1% maka tingkat kemiskinan naik sebesar 95,2%

Nilai koefisien beta Angkatan kerja sebesar -0,675, artinya jika Angkatan kerja mengalami
kenaikan 1% maka tingkat kemiskinan menurun sebesar 67,5%

Eror 1

Eror 1= √1 − 0,983 = 0,1304


a. Pengangguran dan Angkatan kerja terhadap tingkat kemiskinan

Uji F

57,187 > 19,00, HO ditolak


Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran, dan angkatan kerja terhadap tingkat
kemiskinan
P Value

0,017 < 0,05, HO ditolak


Artinya P Value tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran, dan angkatan kerja
terhadap tingkat kemiskinan

Koefisien Determinasi

0,983, jadi pengangguran dan Angkatan kerja berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan sebesar
98,3% dan 1,7% dipengaruhi oleh factor lain.

Uji T ( Parsial )

-0,267 < - 2,353 Ho Di terima


Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
0,243 < 2,353 Ho Di Terima
Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap tingkat kemiskinan

Pengangguran (X1) Angkatan kerja (X2) Kemiskinan (X3) terhadap Pertumbuhan


Ekonomi (Y1)
Persamaan :
Y1 = -0,495 (X1) + 1,294 (X2) + 0,467 ( X3) + 0,2509 (e2)

Nilai koefisien beta pengangguran sebesar -0,495 artinya jika pengangguran mengalami
kenaikan 1% maka pertumbuhan ekonomi menurut sebesar 49,5%
Nilai koefisien beta Angkatan kerja sebesar 0,294 artinya jika angkatan kerja mengalami
kenaikan sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi naik sebesar 29,4%
Nilai koefisien beta tingkat kemiskinan sebesar 0,467 artinya jika tingkat kemiskinan
mengalami kenaikan sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi naik sebesar 46,7%

Eror 2 = √1 − 0,937 = 0,2509


Uji F

4,917 > 2,988 Ho ditolak


Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran Angkatan kerja dan tingkat
kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi
Koefisien Determinasi

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran,angkatan kerja dan tingkat
kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 93,7% dan 16,3% dipengaruhi oleh factor
lain
Uji T ( pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi )

• -0,267 < - 2,353 Ho diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap
pertumbuhan ekonomi
• 0,978 < 2,353 Ho Diterima
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi
• 0,243 < 2,353 Ho diterima
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan terhadap
pertumbuhan ekonomi
Uji Sobel

a = -27936,512 ( pengangguran ) Sa = 104448,815 ( pengangguran )


b = 639,351 ( kemiskinan ) Sb = 2632,900 (kemiskinan)

t hit = (-27936,512) ( 639,351)


(639,351)2(104448,815)2+(-27936,512)2(2632,900)2 +(104448,815)2 (2632,900)2
= 0,208

0,208 < 2,353 Ho diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui tingkat kemiskinan.

a = 5,601 ( Angkatan kerja ) Sa = 5,727 (Angkatan kerja )


b = 639,351 ( kemiskinan ) Sb = 2632,900 ( kemiskinan )

t hit = ( 5,601) ( 639,351)


(639,351)2(5,727)2 + ( 5,601)2 (2632,900)2 + ( 5,727)2(2639,900)2
=
0,0051

0,0051 < 2,353 Ho diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui tingkat kemiskinan

KESIMPULAN
Ho1 = -0,267 < - 2,353 Ho1 Di terima
Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

Ho2 = 0,243 < 2,353 Ho2 Di Terima


Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap tingkat kemiskinan

Ho3 -0,267 < - 2,353 Ho3 diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi

Ho4 0,978 < 2,353 Ho4 Diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi

Ho5 0,243 < 2,353 Ho5 diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan terhadap
pertumbuhan ekonomi

H06 57,187 > 19,00, HO6 ditolak


Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran, dan angkatan kerja terhadap tingkat
kemiskinan

H07 0,208 < 2,353 Ho7 diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui tingkat kemiskinan.

H08 0,0051 < 2,353 Ho8 diterima


Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Angkatan kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui tingkat kemiskinan
Ho9 4,917 > 2,988 Ho ditolak
Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran Angkatan kerja dan tingkat
kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA
Agung Istri Diah Paramita, A., & Bagus Putu Purbadharmaja, I. (2015). Pengaruh Investasi
Dan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Kemiskinan Di Provinsi Jawa barat
.E-Jurnal EP Unud, 4(10), 1194–1218.
Astrini, M., & Purbadharmaja, I. (2013). Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa barat
Astuti, W. A., Hidayat, M., & Darwin, R. (2017). Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Akuntansi Dan ekonomika, 7(2), 141–147.
BPS Pengangguran (2015-2022). https://simreg.bappenas.go.id/home/pemantauan/tpt
BPS Tenaga kerja. (2015-2022). https://jabar.bps.go.id/indicator/6/341/1/jumlah-angkatan-
kerja-menurut-kabupaten-kota.html
BPS tingkat kemiskinan (2015-2022) https://sumut.bps.go.id/indicator/23/72/2/jumlah-
penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-000-.html
BPS pertumbuhan ekonomi ( 2015-2022) https://sumut.bps.go.id/indicator/52/470/1/produk-
domestik-regional-bruto-per-kapita-atas-dasar-harga-berlaku-menurut-kabupaten-kota-
rupiah-.html
Edi, A., Vekie, R., & Rotinsulu, T. O. (2020). Pengaruh kebijakan pemerintah, produksi sektor
Perikanan dan tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan absolut
. Jurnal Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 20(04), 17–
38.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jpekd/article/view/32811/31002
Hartati, N. (2020). Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia Periode 2010 – 2016. Jurnal Ekonomi Syariah Pelita Bangsa, 5(01), 92–
119. https://doi.org/10.37366/jespb.v5i01.86
Hellen, H., Mintarti, S., & Fitriadi, F. (2018). Pengaruh investasi dan tenaga kerja serta
pengeluaran Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja. Inovasi,
13(1), 28. https://doi.org/10.29264/jinv.v13i1.2490
Iqbal, M. (2015). Regresi Data Panel ( 2 ) “ Tahap Analisis “. Blog Dosen Perbanas, 2, 1–7.
Karya, D., & Syamsuddin, S. (2016). Makro Ekonomi Pengantar Untuk Manajemen. PT. Raja
Grafindo Persada.
Languju, O., Marjam, M., & Tasik, H. H. . (2016). Pengaruh Return on Equity, Ukuran
Perusahaan, Price Earning Ratio Dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Property and
Real Estate Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(2), 387–
398.
Lestari, A., & Setyawan, Y. (2017). Analisis Regresi Data Panel Untuk Mengetahui Faktor
Yang Mempengaruhi Belanja Daerah Di Provinsi Jawa barat. Jurnal Statistika Industri Dan
Komputasi, 2(1), 1–11.
Nizar, C., Hamzah, A., & Syahnur, S. (2013). PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA
KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SERTA HUBUNGANNYA
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(1), 1–
8.Padli. (2021).
Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten cianjur
Jawa Barat Tahun 2009-2013. 4(1), 1–23.Pangiuk, A. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Kemiskinan Di Provinsi Jawa barat Tahun 2009-2013. ILTIZAM Journal
of Sharia Economic Research, 2(2), 44.
https://doi.org/10.30631/iltizam.v2i2.160

Anda mungkin juga menyukai