Anda di halaman 1dari 234
ANDAL EMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT | _ JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINS! SULAWESI TENGGARA 2019 DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA _ ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP ANDAL PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA OLEH. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020 DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan karunia-Nya sehingga penyusunan dokumen ANDAL Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara dapat diselesaikan. Rencana kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan modem yang reptesentatif, Tengkap, layak, aman dan nyaman bagi masyarakat, terutama bagi penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya dalam menyediakan layanan Kesehatan Khusus terkait jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) ANDAL ini disusun dengan mengacu pada Lampiran Il Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Esensi dari dokumen ini yaitu_ menggambarkan kondisi rona lingkungan hidup awal, memprakirakan dampak yang akan terjadi dan mengevaluasi dampak yang dihasilkan serta mengevaluasi kelayakan lingkungan. Dengan ANDAL ini diharapkan dapat menjadi rujukan penting bagi pemrakarsa, penyusun dokumen Amdal, instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan, dan instansi lingkungan hidup, serta tim teknis Komisi Penilai Amdal Semoga dokumen ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Untuk kesempurnaan dokumen ini kami mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan dokumen ini kami ueapkan terima kasih Kendai, Januari 2020 Kepada Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara Dr. Ir. H. Pahri Yamsul, M.Si NIP. 19661211 199603 1 004 DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG a PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR, DAFTAR ISI DAFTAR TABEL......... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN 14. Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 1.1.1.Status Studi Amdal.. 1.1.2:Kesesuaian Lokasi Reneana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang. 1.13, Deskeipsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan.. 1.13.1, Tahap Konstruksi 1.1.3.2. Tahap Operasi 1.1.4. Altermatif Kajian - 1.2, Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang Ditelaah/Dikaji 13, Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian 13.1 Batas Wilayah Studi 13.2.Batas Waktu Kajian. BAB II. DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL, 2.1. Komponen Lingkungan Terkena Dampak. 2.1.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia.. 2.1.2. Komponen Biologi 2.1.3. Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya... 2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat. 2.2. Usaha dan/atau Kegiatan yang Ada di Sekitar Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan BAB III, PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3.1. Tahap Konstruksi 3.2.1. Mobilisasi Material 3.2.2. Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp... 3.2.3, Pembangunan Konstruksi Gedung dan Fasilitas Penunjang 3.2.4. PHK Tenaga Kerja Konstruksi 3.2.5. Demobilisasi Peralatan dan Material 3.2. Tahap Operasi 3.3.1.Penerimaan Tenaga Kerja Operasi 3.3.2. Pelaksanaan Layanan Rumah Sakit 3.3.3. Pengoperasian Sarana & Prasarana 3.3.4.Pengoperasian Helipad. ii Vili 21 122 1-28 1-28 1:30 It Il I-19 11-20 1-38 I-4s BAB IV. EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN A DIS CHPTA tary, ina KONSTRUKS! DAN TATA RUANG PROVINS! SULAWESI TENGGARA, it PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 4.1, Telaah Keterkaitan dan Interaksi Dengan Dampak Penting Hipotetik I-1 4.1.1 Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi DPH vu 1-6 4.1.1.1. Komponen Geo-Fii imia 1V-6 4.1.1.2. Komponen Sosial Ekonomi Budaya mee iV) 4.1.1.3. Komponen Kesehatan Masyarakat 1v-7 4.1.2.Komponen-Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang, Paling Banyak Menimbulkan Dampak Lingkungan...... vo IVS 4.1.3. Area-Area yang Perlu Mendapat Perhatian Penting (area of concerns) se seonnstnnnenen 1V08 4.2. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Iv-19 4.2.1. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-20 4.2.2. Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup ...... . 1-24 43. Kesimpulan Kelayakan Lingkungan Hidup. a 1-28 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN, DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG Wv PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AFTAR TABEL Tabel 1.1. Struktur Organisasi Ruang Tabel 1.2. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Tabel 1.3. Daftar Dampak Potensial Tabel 1.4, Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) : Tabel 1.5. Daftar Dampak Penting Tidak Hipotetik, Dikelola dan Dipantau Tabel 1.6. Batas Waktu Kajian. Tabel 2.1, Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2009-2018 Tabel 2.2. Hari Hujan (CH) Bulanan Tahun 2007-2016 Tabel 2.3, Temperatur Udara Rata-rata Bulanan Tahun 2009-2018 Tabel 2.4. Kelembaban Bulanan Tahun 2009-2018. Tabel 2.5. Indeks Kenyamanan Termal Tahun 2007-2016... Tabel 2.6. Hasil Pengujian Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Proyek Tabel 2,7. Konversi hasil pengujian 24 Jam kualitas udara di wilayah studi Tabel 2.8. Perhitungan Nilai API Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi Tabel 2.9. Data perhitungan Kebisingan di Wilayah Studi Tabel 2.10, Skala Kualitas Lingkungan untuk Komponen Kebisingan Tabel 2.11. Hasil Analisis Kualitas Air ; Tabel 2.12. Skala Penilaian Kualitas Air Tabel 2.13. Hasil Penentuan Status Mutu Air. Tabel 2.14. Data Jaringan Jalan Arteri Dalam Wilayah Kota Kendari Tabel 2.15, Data Jaringan Jaian Kolektor Di sekitar Lokasi Studi Tabel 2.16, Kondisi Geometrik Jalan dan Lalu Lintas Eksisting di Sekitar Kawasan Studi 1-16 Tabel 2.17. Karakteristik Tingkat Pelayanan M17 Tabel 2.18, Karakteristik Kinerja Lalu Lintas Eksisting 1-18 Tabel 2.19. Jenis Vegetasi pada Lokasi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggata....o.uu- U19 Tabel 2.20. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Kendari Barat Tahun 2018... 1-22 Tabel 2.21. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin 1-23 Tabel 2.22. Jenis mata pencaharian responden 124 ‘Tabel 2.23. Jumlah Sekolal, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kendari Barat Tahun 2018 1-24 Tabel 2.24. Tingkat Pendidikan Responden 1-25 Tabel 2.25. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kendari Barat menurut Kelurahan Tahun 2018 11-25 Tabel 2.26. Penghasilan Rata-Rata Keluarga Responden . v. TE26 Tabel 2.27. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ‘Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menurut lapangan usaha 2015-2017 1.27 Tabel 2.28. Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Adat Istiadat 1-28 ‘Tabel 2.29. Bentuk Kegiatan Kebersamaan Masyarakat... 1132 Tabel 2.30. Orang/Kelompok yang Dianggap Mampu atau Dituakan di Masyarakat Sekitar Proyek. 134 @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG v PROVING! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Tabel 2.31. Pengetahuan Responden Tentang Rencana Kegiatan di Sekitar Proyek. Tabel 2.32. Sumber Informasi/Pengetahuan Responden Tabel 2.33. Tanggapan Responden Terhadap Rencana Kegiatan Tabel 2.34. Alasan Responden yang Menyetujui Rencana Proyek Tabel 2.35. Dua Puluh Besar Penyakit Tingkat Kota Kendari Tahun 2018 ‘abel 2.36. Jenis Penyakit terbanyak di Puskesmas Kemaraya Tahun 2016-2018 ‘Tabel 2.37. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Status Kepemilikan di Kota Kendari Tahun 2014-2018 Tabel 2.38, Usaha dan/atau Kegiatan yang Ada di Sekitar Lokasi Reneana ‘Usaha dan/atau Kegiatan . Tabel 3.1, Faktor Emisi Metode Tier 1 Tabel 3.2. Prakiraan Kontribusi Konsentrasi Beban Emisi Parameter Kualitas Udara = Tabel 3.3. Prakiraan dampak kualitas uudara Tabel 3.4. Perhitungan Nilai API Tabel 3.5. Tingkat Kebisingan dari Peralatan ‘abel 3.6. Tingkat Kebisingan Masing-Masing Sumber dan Gabungan Sumber Tabel 3.7. Prakiraan Kontribusi Konsentrasi Beban Emisi Parameter Kualitas Udara. Tabel 3.8, Prakiraan dampak kualitas udara Tabel 3.9, Perhitungan Nilai APT Tabel 3.10. Tingkat Kebisingan Masing-Masing Sumber dan Gabungan Sumber ‘Tabel 3.11. Prakiraan besar emisi kualitas udara Tabel 3.12. Perhitungan Nilai API Tabel 3.13. Tingkat Kebisingan Berdasarkan Jarak Tabel 3.14. Tingkat Kebisingan pesawat helikopter..... Tabel 3.15. Tingkat Kebisingan Masing-Masing Sumber dan Gabungan Sumber Tabel 4.1. Ringkasan Analisis Dampak Tabel 4.2. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembulvh Darah, Provinsi Sulawesi Tenggara ‘abel 4.3. Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembulth Darah Provinsi Sulawesi Tenggara. Tabel 4.4. Kriteria Kelayakan Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan Gedung Rumah Sakii Jantung dan Pembulub Darah Provinsi Sulawesi Tenggera.. 11-36 1-37 11-37 11-37 138, 11-39 I-41 u-4s It IIs 1-13 1-13 I-14 I-15 11-37 111-37 111-39 1-42 42 1V-10 1V-20 1V-24 1V-28 DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG: PROVINS! SULAWESI TENGGARA vi PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Peta Lokasi 12 Gambar 1.2. PIPPIB 14 Gambar 1.3. Peta Kawasan Hutan.... soe 1S Gambar 1.4. Peta Arahan RTRW Kota Kendari . 1-6 Gambar 1.5, Zona Area Instalasi Sterilisasi Rumah Sakit seo LIS Gambar 1.6, Peta Batas Wilayah Studi... 1:29 Gambar 1.7. Bagan Alir Proses Pelingkupan 6... 1:33 Gambar 2.1, Windrose Arah dan Kecepatan Angin Total Tahun 1998 ~ 2018 14 Gambar 2.2. Windrose Arak dani Kecepatan Angin Bulanan Tahun 1998 - 2018... sone UGS Gambar 2.3. Jumlah Puskesmas Rawat Inap Dan Non Rawat Inap Tahun 2018 1-40 Gambar 2.4, Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum Dan Rumah Sakit Khusus Di Kota Kendari Tahun 2014-2018 1-42 Gambar 2.5, Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas Di Kota Kendari Tahun 2018 11-43 Gambar 2.6, Rekapitulasi Sumber Daya Manusia Kesehatan di Kota Kendari, 2018 11-44 Gambar 2.7. Jumlah Tenaga Medis Di Kota Kendari Tahun 2018 1-44 Gambar 2.8. Peta Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan 11-46 Gambar 4.1, Bagan Alir Evaluasi Secara Holistik terkadap Dampak Lingkungan pada Tahap Konstruksi.... Iv2 Gambar 4.2. Bagan Alir Evaluasi Secara Holistik teradap Dampak Lingkungan pada Tahap Operasi - soe TVS Sy DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG. a PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. SKKA Lampiran 2, Rekomendasi Kesesuaian RTRW Lampiran 3. Desain RS Jantung dan Pembuluh Darah Lampiran 4. Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 5. Dokumentasi Sekitar Lampiran 6, Peta-Peta Lampiran 7, Hasil Uji Tanah Lampiran 8, Saran Pendapat dan Tanggapan Rapat Komisi DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA BABI PENDAHULUAN 1.1.Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 1.1.1. Status Studi Amdal Penyusunan AMDAL Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan bersamaan dengan studi kelayakan teknis dan ekonomis. Pembangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah ini direncanakan sebanyak 16 lantai. Namun demikian untuk pembangunan tahap I sebanyak 4 Jantai telah dilaksanakan dengan dokumen lingkungan yang terpisah dengan Amdal ini Oleh Karena itu fokus kajian pada dokumen ini hanya pada pembangunan lanjutan yakni pembangunan gedung lantai 5 ~ 16 serta pengoperasian rumah sakit. 1.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Lokasi rencana kegiatan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara secara administrasi terletak di Kelurahan Kemaraya Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tepatnya di Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 151. Lokasi rencana kegiatan ini merupakan lokasi eks Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Peta lokasi rencana kegiatan selengkapnya disajikan pada Gambar 1.1. Lokasi rencana Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara, diketahui bahwa lokasi rencana kegiatan ini telah sesuai dengan RTRW Kota Kendari (Perda No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Kendari tahun 2010 ~ 2030), dimana pada lokasi ini merupakan kawasan pelayanan keschatan dan kawasan pemukiman, Bukti formal kesesuaian lokasi rencana kegiatan ini dengan RTRW Kota Kendari yakni Surat Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kendari Nomor: 650/351/PUPR/VIL/2019, Perihal: Rekomendasi dan Informasi Penataan Ruang, tanggal 3 Juli 2019, Berdasarkan Keterangan Rencana Kota (KRK) dari DPMPTSP No, 653/262/KRK/VI1/2019, menyatakan bahwa kawasan dilokasi ini adalah kawasan pelayanan kesehatan dan permukiman. @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG ry PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Aspek ruang lainnya yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan penyusunan AMDAL yaitu analisis spasial lokasi rencana kegiatan dengan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPPIB) dan Peta Kawasan Hutan, Hasil enalisis spasial menunjukkan bahwa secara keseluruhan lokasi rencana kegiatan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara berada di luar PIPPIB revisi XV dan berada dalam Areal Pemanfaatan Lain (APL). Peta overlay lokasi rencana kegiatan dengan PIPPIB dan kawasan hutan selengkapnya disajikan pada Gambar 1,2 dan Gambar 1.3. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG I PROVINS! SULAWESI TENGGARA RUMAH SAKIT:ANTUNG DAN PEMBULUM DARAH ‘PROVINSI SULAWESI TENGGARA Gambar 12. PIPPI 1 ‘INAS GPTA KARYA, BINA KONSTRUKS: PROVING! SULAWESI TENGGARA PenanAncuNAN Ge0UNG [RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUM DARAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DNAS CIPTA KARYA, BNA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG Me PROVING SULAWESI TENGGARA @ ‘ADA ENCANA PENEANGUION UMA SAT NTUN ROTA ENO "PRONG GULANES TENCGAR DETAARAFAN RENCANA TATA RUAN KOTAKENDARL Gambar 1. Peta Arahen RTRW Kola Kendar ‘DNAS IPTA KARYA, BNA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG PROVING SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1.1.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 1.1.3.1. Tahap Konstraksi 1) Mobilisasi Material Mobilisasi material diperlukan untuk menunjang kelancaran pembangunan konstruksi Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi ‘Tenggara, Mobilisasi material untuk kebutuhan pembangunan gedung berupa batu, semen, pasir, kerikil, batu bata, besi, baja, kaca dan lain—lain, Material atau bahan-bahan tersebut akan dimobilisasi dari supplier yang berizin baik di dalam maupun di luar Kota Kendari menggunakan dump truck 10 roda, Material batuan, oasir, kerikil dan batu bata akan di peroleh dari Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan, khususnya batuan akan diperoleh dari Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Mobilisasi ini akan melalui jalan provinsi kemudian masuk di jalan kota hingga dilokasi rencana pembangunan Sedangkan material besi, baja, kaca dan lainnya, selain diperoleh dari distributor dalam Kota Kendari, juga akan didatangkan dari Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya). Mobilisasi bahan dan material ini akan menggunakan moda transportasi kapal laut dari Kota Surabaya ke Pelabuhan Bungkutoko Kota Kendari dan dilanjutkan dengan pengangkutan menggunakan dump truck 10 roda dat/atau mobil tronton dan truk peti kemas (truk Kontainer). Jalur darat yang dilalui ycitu Jalan Provinsi dari Pelabuhan Bungkutoko kemudian masuk ke jalan kota hingga sampai di tapak proyek. Perkiraan kebutuhan material yaitu sebagai berikut: 1. Semen 7.847 ton 2. Pasir 13.549 ton 3, Kerikil — : 20.324 ton 2) Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Pembangunan basecamp diperlukan untuk direksi ket, tempat tinggal sebagian tenaga kerja konstruksi serta sebagai tempat penyimpanan sebagian peralatan dan bahan konstruksi. Konstruksi basecamp yang direncanakan yaitu semi permanen karena hanya akan digunakan selama masa konstruksi dan akan dilakukan pembongkaran_setelah selesainya kegiatan konstruksi. Basecamp yang aken dibangun terdiri atas bangunan direksi keet, pos keamanan, gudang penyimpanan, musholla dan fasilitas MCK. dan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS). Pada pengoperasian basecamp diperkirakan menimbulkan dampak timbulan limbah cair domestik baik black water (tinja) maupun grey water. Oleh karena itu akan dilakukan pengelolaan dengan menyediakan MCK yang memadai dengan memperhatikan dan melaksanakan ketentuan dalam UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Perda No. 3/2016 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik 3) Pembangunan Konstruksi Gedung dan Fasilitas Penunjang DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG a PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Skala Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara secara keseluruhan yait Luas lahan 56.918 m? Luas bangunan 45.153 m? Jumlah lantai 16 lantai Jumlah ruangan 339 ruangan Jumlah tempat tidur 584 unit Dari 16 lantai yang direncanakan, sebanyak 4 lantai telah dibangun pada tahap Adapun struktur organisasi ruang Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel 1.1. Tabel L1. _Struktur Organisasi Ruang [yo ORGANISASI RUANG. Keterangan Tantai Basement (3.465 m°) “Telah terbangun ‘Gudang Farmasi Ruang Logistik Ruang Laundry Ruang Server dan IPSRS Ruang Gas Medic Ruang Pemulasaran Jenazah Ruang Workshop Ruang Instalasi Gizi / Kitchen. Lanta 01 (3.465 m*) “Telah terbangun Ruang Ird Ruang Publik Ruang Radiologi ‘Ruang Apotik. ‘Ruang Operasional Rumah Sakit antai 02 (3.465 nr) Telah terbangun ‘Ruang Poliklinik dan Spesialis ‘Ruang Poliklinik Pesjanjian Ruang Rekam Medis ‘Ruang Poli Jantung Anak dan MCU ‘Ruang Publik ‘Ruang Laboratorium ‘Lantai 03 (3.909 m‘) ‘Telah terbangun ‘Ruang COT. Ruang ICCU Ruang HCU NICU Cardio Vascular Lantai 4 (2.373 m*) Telah terbangun ‘Ruang ODS ‘Ruang Hemodialisa Ruang Rehabilitasi Medic ‘Ruang Kelompok Staff Medis ‘Area Taran Lantai $-§ (2.373) ‘Belum terbangun ‘Ruang Rawat Inap Kelas ML Lantai 9-10 2373 ‘Ruang Rawat Inap Kelas I Lantai 11-12 2.373 m) Belum terbangun ‘Ruang Rawat nap Kelas 1 | co| af] un} ofa | [>> Balum terbangun f=] foo] —|m feof = [erfto] —lesfun| a feo] —fofonfes|=|esfo]—lafale|o @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG B PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NO ORGANISASTRUANG Ketarmgan] 1 [Cantal 13 @.373 m=") ‘Balam erbangun 1 Rang Rawat inap Kelas VIP dan WVIP (President Sut) | Cantal 14 2.373 my Balam bangan 1 | Ruang Management Rumah Salat 1K | Cantal 15 (2.373) Balam trbangan 1 | Rusng Pendidikan dav Penelivan 2 Ruang Komi 3 Ruang Publik dan Seis L_| Lantai 16 (2.373 m’) ‘Belum terbangun 1 | Ruang Publi Simber: Dinas Cipta Karya, Bina Ronsiraksi dan Tata Ruang Prov. Sulira, 2019 Dalam pembangunan konstruksi gedung dan fasilitas penunjang diperlukan air termasuk kebutuhan karyawan dengan perkiraan sebanyak 4.316 m’. Air tersebut akan diperoleh dari sumur bor yang akan dibuat dalam tepak proyek dan dari PDAM Kota Kendari. Sedangkan kebutuban listrik akan diperoleh dari jaringan PLN. 4) Pemutusan Hubungan Kerja Tenaga Kerja Konstruksi Pemutusan hubungan kerja tenaga kerja konstruksi akan dilakukan setelah semua kegiatan Konstruksi telah selesai, Sebelum pelaksanaan pemutusan hubungan kerja konstruksi akan disosialisasikan terlebih dahulu sehingga saat pelaksanaannya tenaga kerja konstruksi telah mengetahuinya. Dalam pemutuszn hubungan kerja tenaga kerja konstruksi, semua hak-hak tenaga kerja akan dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Demobilisasi Peralatan dan Material Demobilisasi peralatan yang akan dilakukan yaitu. pengangkutan alat-alat konstruksi termasuk alat berat yang telah selesai digunakan. Sisa-sisa material yang tidak digunakan juga akan didemobilisasi. Dalam kegiatan demobilisasi ini akan dilakukan sama seperti kegiatan mobilisasi peralatan dan material yaitu menggunakan mobil tronton untuk ‘mengangkut alat berat dan damp truck untuk mengangkut peralatan lainnya dan sisa-sisa material yang tidak digunakan, Sisa-sisa material akan dimobilisasi ke gudang/workshop kontraktor pelaksana konstruksi. 1.13.2. Tahap Operasi 1) Penerimaan Tenaga Kerja Operasi Operasional Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Sulawesi Tenggara akan dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja operasi maka akan dilakukan penerimaan tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja operasi akan dilakukan dengan berkoordinasi kepada Dinas Kesehatan dan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk merumuskan mekanisme, persyaratan dan formasi kebutuhan tenaga kerja operasi yang dibutubkan. Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi akan dilakukan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG ad PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2) Pelaksanaan Layanan Rumah Sakit Pelaksanaan pelayanan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara akan dilaksanakan setelah Konstruksi gedung dan sarana dan prasarana penunjang telah selesai dibangun. Pelayanan rumah sekit ini meliputi pelayanan penyakit umum dan spesialis yakni spesialis khusus jantung. Pelaksanaan pelayanan rumah sakit akan dilakukan dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya Kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks, Pengoperasian rumah sakit berupa pelayanan kesehatan yang direncanakan meliputi 1. Pelayanan medik. Pelayanan medik terdiri dari pelayanan gawat darurat diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara terus-menerus, pelayanan medik spesialis yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah dan umum (meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana), pelayanan medik spesialis dasar (pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedan, dan obstetrik dan ginekologi), pelayanan medik spesialis penunjang (pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik),pelayanan medik seperti pelayanan mata, telinga hidung dan tenggorokan, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedic, urologi, bedah syaraf, bedah plastic, dan kedokteran forensik), pelayanan medic subspesialis (paling sedikit berjumlah dua dari empat subspesialis dasar yang meliputi pelayanan subspesialis di bidang subspesialis bedah, subspesialis penyakit dalam, subspesialis kesehatan anak dan subspesialis obstetric dan ginekologi), dan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut (paling sedikit tiga di antara bedah mulut, konservasi“endodonsi, orthodonti, periodonti, prosthodonti, pedodonsi, penyakit mulut). 2. Pelayanan kefarmasian, meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi Klinik. 3. Pelayanan keperawatan dan kebidanan yang meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. 4, Pelayanan penunjang klinik yang meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik. 5. Pelayanan penunjang nonklinik yang meliputi pelayanan Jaundryllinen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih. Gy DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG 10 PROVINS! SULAWESI TENGGARA, PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 6. Pelayanan rawat inap yang terdiri dari perawatan kelas VVIP, VIP, I, TI, Ill, dan perawatan intensif (ICU/ICCU). Persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah, sesuai dengan fungsi, Kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut. Aktivitas, kebutuhan dan keharusan dalam ruangan rumah sakit ini, antara lain: * Ruang dan bangunan harus dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan, tersedia tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya serta tersedia fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan + Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas laniai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi + Ruang dan bangunan harus bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan binatang penganggu lainnya. Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi 0-5 kuman/em? * Kadar debu tidak melampaui 150 ug/m* udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam + Suhu dan kelembaban, kebisingan dan pencahayaan harus sesuuai dengan Peraturan Secara umum, syarat teknis pelayanan rumah sakit adalah sebagai berikut: 1) Rawat jalan; Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran Rawat jalan merupakan pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tyjuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname). Secara sedethana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization), 2) Rawat inap; Rumah sakit ini direncanakan untuk melayani rawat inap dengan pembagian kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas IIL 3) _Instalasi Gawat Darurat; Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien selama 24 jam yarg menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya 4) Instalasi Bedah, ICU, PICU, CVCU, dan Obgyn Perawatan di ruang Bedah, ICU, PICU, CVCU, dan Obgyn berlangsung selama 24 jam dan dilayani dokter umum dan atau dokter spesialis, Adapun perawatan mesin dan peralatan medis yang berada pada rungan ini seperti ~ Teknisi melakukan pengecekan alat kesehatan setiap hari = Pengecekan dilakukan oleh teknisi actem dan pengawasan pelakasanaan oleh kepala unit IPSRS. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG ay PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5) 6) 7) = Alat-alat kesehatan/medis khusus seperti ventilator dan DC shock dilakukan running setiap hari oleh teknisi Actem. - Khusus untuk mesin HD maintenance dilakukan pihak ketiga yang ditemani kerjasama. Ruang Operasi Ruangan dari suatu unit khusus di rumah sakit yeng berfungsi sebagai tempat untuk ‘melakukan tindakan pembedahan secara efektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya, Ruangan ini membutuhkan suplay listrik selama 24 jam terutama dalam kondisi tertentu. Ruang Tenaga Kesehatan Ruangan yang diperuntukkan untuk tenaga kesehatan untuk menjalankan fungsi administratif perkantoran, pertemuan, dll. Ruang Radiologi; Ruang radiologi merupakan salah satu sarana penunjang medis yang memberikan Jayanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa foto/gambar/imaging yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien. Ruang radiologi memberikan pelayanan 24 jam, Dalam pelaksanaannya, ruang radiologi ini haus mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/X1/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan. Ruang Laboratorium; Ruang laboratorium memberikan pelayanan selama 24 jam termasuk penanganan kasus kedaruratan. Pelayanan medik yang diberikan berupa mikrobiologi, hematologi, parasitology, Koagulasi, kimia Klinik, toksikologi, imunologi, imunohematologi, serologi, urinalisis, histologi, sitology, sitogenetike, virulogi dan patologi bedah Adapun beberapa pemeliharaan laoboratorium seperti ; = Setiap pagi hari jam kerja semua alat yang menggunakan listrik dihidupkan dengan menggunakan stabilisator selama kurang lebih 5 menit = Terkait Drug Monitoring Analyser a, Mengisi semua perintah yang ada, yaitu dengan mengisi bulan, tanggal dan tahun serta jam yang sedang /saat itu b. Menekan store sampai alat menunjukkan ready ¢. Melakukan prime beberapa kali untuk memeriksa apakah ada kebocoran atau gelembung udara pada system dispense yaitu syringe dan valve block 4. Melakukan photo check setiap minggu ¢, Melakukan pipet check, temperature check dan pencucian diluents syringe setiap bulan £, mematikan alat dan geser boom arm ke tengah instrument secara manual g. Membilas dan mengosongkan waste container h. Menutup alat dengan baik + Terkait Auto Analyser a. Melukukan prime beberapa kali dengan menggunakan panduan komputer b. Memeriksa dan melakukan kalibrasi pump lalu washing the circuit setiap hari . Bila ada pemeriksaan creatinine maka washing the circuit dilakukan dua kali 4d. Mematikan alat Auto Analyser lalu alat computer © DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA 3UANG 12 PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9% e. Mencabut stop kontak listrik untuk mematikan aliran listrik ke alat. Ruang Sterilisasi; Rumah sakit telah mengembangkan metode ilmiah yang sering disebut sebagai sistem sterilisasi sentral, Instalasi Sterilisasi Sentral di rumah sakit berfungsi mengatasi ancaman infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen. Metode ini pada dasamya menyangkut pekerjaan pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi sebelum semua instrumen, bahan dan peralatan dipakai untuk perawatan pasien. Gambar 1.5. Zona Area Instalasi Sterilisasi Rumah Sakit Berdasarkan pedoman teknis bangunan rumah sakit, instalasi sterilisasi (CSSD) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 200 buah, maka luas ruang sterilisasi minimal 150 m*. 10) Ruang Farmasi/Apotek Ruangan ini merupakan suatu ruangan unit atau bagian dari suatu Rumah Sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat, atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Dimana bertujuan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu dan terjangkau berdasarkan Pharmaceutical Care. Ruang ini juga berfungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya, 11) Ruang Kantor Dan Administrasi; Ruang kantor untuk menjalankan fungsi administrasi 12) Ruang Tbadah, Ruang Tunggu Ruang Laktasi; DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG ae) PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Di ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan di unit tertentu. Bila memungkinkan, akan disediakan pesawat televisi dan ruangan yang dilengkapi sistem pengkondisian udara, Di sekitar ruang tunggu juga disediakan fasilitas ibadah untuk pasien maupun tenaga kerja rumah sakit. Ruang laktasi merupakan ruang khusus tempat menyusui 13) Ruang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit; Ruangan ini dapat berupa ruang pertemuan atau aula dan dapat pula dikondisikan sesuai dengan kebutuhan kegiatan penyuluhan 14) Ruang Menyusui; Ruang khusus bagi ibu yang menyusui anaknya untuk menjaga etik dan kenyamanan ibu memberikan ASI kepada anaknya. 15) Ruang Mekanik; ruang kerja operator mekanis rumah sakit 16) Ruang Dapur; ruangan yang disediakan untuk menyediakan kebutuhan makanan bagi pasien rawat inap sesuai kebutuhan gizinya, serta makanan tenaga kerja di rumah sakit, Aktivitas memasak dan menghasilkan limbah domestik. Ruangan ini harus berada terpisah dengan ruangan medie dan memiliki sistem sirkulasi udara yang baik 17) Laundry; ruang laundry merupakan ruang untuk pembersikan (cuci, setrika dan penyimpanan) pakaian kebutuhan rumah sakit seperti pakaian pasien bedah, dokter bedah, sepre selimut, ll 18) Kamar Jenazah; ruang ini digunakan untuk penyimpanan mayat manusia menunggu *identifikasi, atau pemindaban untuk otopsi atau pelepasan dengan penguburan, kremasi atau sebaliknya, Di zaman modern kamar mayat yang telah berpendingin lazim digunakan untuk ‘menunda dekomposisi ‘Ada dua jenis kamar dingin kamar mayat: + Suhu positif, Badan disimpan antara 2°C (36°F) dan 4°C (39°F). Sementara ini biasanya digunakan untuk menjaga tubuh sampai beberapa minggu, tidak mencegah pembusukan, yang terus pada tingkat lebih lambat dari pada suhu Kamar, © Suhu negatif, Badan disimpan di antara -10°C (14°F) dan -50°C (-58°F). Biasanya digunakan di institut forensik, terutama ketika tubuh belum diidentifikasi, Pada suhu tubuh ini benar-benar beku dan dekomposisi sangat jauh berkurang, Selain ruang pelayanan di atas, dalam operasionalnya terdapat pula prasarana rumah sakit dapat meliputi 1) instalasi air bersib; 2) instalasi mekanikal dan elektrikal; 3) instalasi gas medik; 4) instalasi ap; 5) instalasi pengelolaan limbah eair; 6) pencegahan dan penanggulangan kebakaran; Sy _DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG uh) PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINS! SULAWESI TENGGARA 7) petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat; 8) instalasi tata udara; 9) sistem informasi dan komunikasi; dan 10) Ambulans Dalam pelaksanaan pelayanan rumah sakit juga dilakukan kegiatan pemeliharaan, Kegiatan pemeliharaan bangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah, meliputi pemeliharaan fasilitas penunjang dan sarana unum yaitu service dan pembersihan AC, bak penampungan air, genset dan tempat parkir. Service dan pembersihan AC meliputi pembersihan dari kotoran dan debu serta peryemprotan air. Pengurasan air pada bak penampung air (roof tank) dilakukan antara 3 atau 6 bulan sekali sangat tergantung pada kondisi volume air bersih dan kegiatan rumah sakit (pasien rawat inap). Pemangkasan tanaman pelindung atau tanaman taman yang terdapat pada ruang terbuka hijau (RTH) di sekitar rumah sakit. Pengolahan Limbah B3 Pengurangan limbah B3 dapat dilakukan melalui tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan ‘maupun gangguan kesehatan, Untuk mewujudkan hal tersebut, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Sulawesi Tenggara akan melakukan pengelolaan terhadap limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan rumah sakit. Limbah non-medis rumah sakit dan sampah domestik apabila terkontaminasi limbah medis harus dikelola sebagaimana layaknya limbah medis, maka upaya dini pencegahan kontaminasi limbah medis melalui pemilahan limbah sejak awal dihasilkan harus diprioritaskan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2014). Pemilahan limbah B3~ dilakukan dengan memisahkan tempat penampunganivadah dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu wadah sampah medis tajam, wadah sampah medis lunak dan wadah sampah B3, Hal ini dilakukan dengan harapan limbah padat B3 sudah terpilah mulai dari sumbernya di ruangan berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik limbah B3. Penelitian Hasan et al (2008) yang dilakukan di dua Rumah Sakit besar di Dhaka City ditemukan bahwa limbah yang dibuang ke dalam wadah tanpa dipisahkan dan dipilah, hal tersebut menimbulkan risiko Kesehatan yang serius kepada para petugas penanganan limbah, dan kepada masyarakat pada umumnya. Upaya pengurangan dan pemilahan limbah B3 yang akan dilakukan di RS Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara harus sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No, P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dilihat dari pemisahan timbulan sampah di ruangan yang dilakukan yaitu dipisah antara sampah medis dan sampah non-medis. Terkadang sampah medis dari ruangan penghasil masih bercampur dengan sampah non medis, sehingga untuk mengatasinya harus dilakukan upaya pemilahan lagi di Tempat Pembuangan Sementara (PS) sampah non medis sehingga sampah medis yang tercampur bisa dipisahkan kemudian dibawa ke TPS limbah B3 untuk di-insinerasi bersama sampah medis lainnya oleh petugas cleaning service. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG LIS PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Timbulan sampah medis sendiri dalam pewadahannya dibedakan menjadi sampah tajam, sampah Tunak dan sampah B3. Agar memudabkan pemilahan, pewadahan sampah medis wadah terlebih dahulu dilapisi dengan kantong plastik berukuran 60 em x 60 cm ‘untuk wadah kecil dan berukuran 80 cm x 100 cm untuk wadah besar sedangkan sampah medis tajam pewadahannya menggunakan safety box, Setiap ruangan yang menghasilkan sampah medis disediakan tempat sampah dengan wadah dan kantong plastik yang wamanya disesuaikan dengan jenis limbah peruntukannya yaitu wama kuning untuk limbah padat medis (limbah infeksius), wama merah untuk limbah radioaktif, warma ungu untuk limbah sitotoksik dan wama cokelat untuk limbah farmasi. Hal ini juga sesuai dengan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004 yang menyebutkan pemilahan harus dilakukan mulai dari sumber penghasil limbah, Selain itn wadal/kemasannya juga sudah diberi simbol seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/Menthk-Setjen/2015. a, Penyimpanan limbah B3 Penyimpanan limbah B3 dilakukan di fasilitas penyimpanan limbah B3 (TPS Limbah B3). TPS limbah B3 harus memiliki fasilitas yang lengkap sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.56/Menlhk-Setjen/2015, Kementerian Lingkungan Hidup (2014) menyebutkan penyimpanan limbah infeksius dan/atan yang terkontaminasi limbah infeksius menurut peraturan dibatasi maksimum 48 jam, Limbah yang perlu penanganan khusus seperti Jimbah radiologi menunggu waktu luruhnya terlebih dahulu, begitu pula limbah patologis menunggu waktu bingga 2 minggu (disimpan di unit patologi anatomi) baru dilakukan insenerasi Penyimpanan limbah B3 dilakukan dalam wadah yang tertutup untuk mencegah kontak dengan manusia, Tempat sampah tertutup memperkecil kemungkinan manusia kontak dengan mikroba, gangguan estetika, dan bau. Selain itu, fungsi penyimpanan ini adalah untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dibakar dan untuk mencegah terjadinya penularan baik melalui udara, Kontak langsung, maupun melalui binatang, b. Pengangkutan limbah B3 Pengangkutan limbah medis akan dibagi menjadi dua yaitu sebelum dibakar dan setelah dibakar menggunakan insinerator. Pengangkutan sampah medis sebelum dibakar yaitu menggunakan troli sampah medis namun sampah medis Iunak dan sampah B3 diangkut secara terpisah, Sampah medis tajam pengangkutannya mengikuti petunjuk pelaksanaan pengambilan kontainer jarum, Sampah medis merupakan salah satu sarana berkembang biak kuman dan vektor penyakit (Ditjen PPM dan PLP, 2002). Pengangkutan menggunakan troli tertutup dimaksudkan untuk meaghindari gangguan estetika akibat adanya ceceran yang dikhawatirkan kontak dengan manusia. Pengangkutan limbah B3 setelah dibakar dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga pengolah limbah. ©. Pengolahan limbah B3 G3y_DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA 3UANG 116 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pengolahan sampah medis dilakukan melalui proses insinerasi (pembakaran) dengan menggunakan insinerator dengan suhu minimal untuk primary burner yaitu 800 °C dan secondary burner yaitu min 1000 °C. Proses pemusnahan dengan insinerator dilakukan karena sampah medis termasuk dalam Kategori limbah B3 yaitu bersifat infeksius dan berpotensi menularkan penyakit. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2014) hingga awal abad 21 fungsi utama teknologi insenerasi sebagai penghancur limbah medis infeksius adalah yang paling efektif dan tidak tergantikan oleh teknologi lain. Pada prinsipnya limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan merupakan prioritas akhir apabila limbah tidak dapat langsung diolah. Sampah medis berupa botol infus bekas dan jerigen hemodialisis (HD) bekas tidak dibakar menggunakan insinerator, melainkan didaur ulang bekerja sama dengan pihak ke-3 Pengelolaan sampah medis yang memerlukan pengelotaan khusus lainnya yaitu sampah yang berasal dari instalasi radiologi. Sebelum di-insinerasi sampah dari instalasi radiologi dilakukan peluruhan terhadap radioisotop yang digunakan, Waktu luruh (T'?) Nal"?! = 8,02 hari dan Technesium = 6 jam, pengolahan sampah ini baru dilakukan setelah waktu luruh terpenuhi dan lolos uji radiasi. Limbah radioaktif yang sudah memenuhi waktu furuh baru bisa diolah bersama dengan sampah medis yakni dibakar menggunakan insinerator. Penanganan khusus juga dilakukan pada unit patologi anatomi, dimana potongan jaringan tubuh dari ruang operasi yang di bawa ke patologi anatomi memerlukan waktu penyimpanan selama 2 minggu, sebelum dilakuken pengolahan dengan. insinerator. Tujuannya adalah untuk menunggu ada tidaknya pemeriksaan ulang terhadap jaringan tubuh tersebut Insinerator harus dilengkapi dengan alat pengendali pencemar udara seperti wer serabber dan sprayer pada stack atau cerobong insinerator dan fasilitas pendukung untuk pengambilan contoh uji emisi berupa tanga dan platform pengambilan, Wer scraber dan sprayer berfungsi untuk menyaring gas dan partkulat yang keluar dari cerobong insinerator. Prinsip kerja penanganan asap yang ada di cerobong insinerator yaitu asap tebal yang keluar dari hasil pembakaran limbah medis terserap oleh blower (centrifugal fan). Gas asap yang keluar dari proses pembakaran di insinerator bertemperatur tinggi, yang semula mengandung partikel halus maupun kasar akan tersaring oleh sprayer jet air di dalam bagian atas cyclone secara Kontinu atau terus menerus dengan sistem gravitasi, sehingga asap yang keluar dari insinerator menjadi lebih baik 3) Pengoperasian Sarana dan Prasarana Penunjang Pengoperasian sarana dan prasarana penunjang akan dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan layanan rumah sakit. Dalam pengoperasian sarana dan prasarana penunjang sekaligus dilakukan perawatan dan pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan, Semua rangkaian kegiatan pengoperasian sarana dan prasarana penunjang akan dilaksanakan sesuiai Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Sarana dan prasarana yang dimaksud pada bagian ini antara lain yaitu guest house, area parkir, IPAL, ruang ~ ruang perawatan, Helipad dan lain ~ lain. 4) Pengoperasian Helipad » @Q DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUNG ba PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Helipad merupakan landasan untuk helikopter, karena sifat helikopter yang. dapat mendarat dan terbang secara vertikal. Pengoperasian helikopter dilakukan pada saat terdapat pasien yang akan dirujuk secara mendadak yang mengharuskan penggunaan helikopter ke rumah sakit lainnya, Dalam pembangunan dan pengoperasian helipad akan memperhatikan dan menaati segala ketentuan terkait antara lain: = Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan; = Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan; = Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) ‘Tentang Bandar Udara (Aerodrome); = Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/41/1IV/2010 Tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume It ‘Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport); * Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/100/V1/2010 Tentang Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-06, Prosedur Pembangunan dan Pengoperasian Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter. Pembangunan dan pengoperasian heliport wajib memenuhi persyaratan standar teknis dan operasional Surface Elevated Heliport yang meliputi persyaratan fisik dan persyaratan operasional sebagaimana diatur dalam SKEP/41/I11/2010 Tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional (Manual of Standard 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport. Secara ringkas, Komponen rencana kegiatan yeng potensial menimbulkan dampak lingkungan yaitu sebagai berikut: a, Tahap Konstruksi Mobilisasi Material Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Pembangunan Konstruksi Gedung dan Fasilitas Penunjang Pemutusan Hubungan Kerja Tenaga Kerja Konstruksi Demobilisasi Peralatan dan Material b. Tahap Operasi Penerimaan Tenaga Kerja Operasi Pelaksanaan Layanan Rumah Sakit Pengoperasian Sarana dan Prasarana Penunjang Pengoperasian Helipad * Alternatif Kajian Lokasi dan desain serta sistem yang diterapkan dalam pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara telah ditetapkan dan sementara dilakukan beberapa studi perencanaan. Oleh karena itu dalam kajian AMDAL ini tidak ada altematif kajian, @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG re PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 12, ingkasan Dampak Penting Hipotetik yang Ditelaah/Dikaji Dampak penting hipotetik yang ditelaah/dikaji diketahui melalui tabapan identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak potensial. Identifikasi dampak potensial merupakan Kegiatan pelingkupan untuk mengidentifikasi seluruh dampak lingkungan (primer, sekunder dan seterusnya) yang secara potensial diperkirakan akan timbul akibat adanya reneana kegiatan pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada identifikasi dampak potensial diinventarisasi dampak potensial yang diperkirakan timbul, tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, maupun pentingnya dampak. Jadi pada tahap proses identifikesi dampak potensial ini, belum ada ‘upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak penting atau tidak penting Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggungjawab dan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode identifikasi dampak, diantaranya: - Penelaahan Pustaka; dan/atau ~ Analisis Isi (Content Analysis); dav/atau = Interaksi Kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming), dan/atau - Matrik Interaksi Sederhana; dan/atau = Bagan alir (flowchart); dan/atau = Pengamatan Lapangan (Observation) Metode identifikasi dampak potensial pada studi ini menggunakan metode matrik interaksi sederhana yakni dengan menginteraksikan Komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dengan Komponen lingkungan yang berpotensi terpapar dampak lingkungan, Matriks identifikasi_dampak potensial selengkapnya disajikan pada Tabel 1.2. DINAS CIPTA KARVA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG: r19 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Tabel 1.2. Matriks identifikasi Dampak Potensial ‘Geo-Fisik-Kimia ‘Kualitas Uda Kebiss ‘Kualitas Ait Getaran “Transportes ‘Tahap Konstruksi: 1G 1. Mobilisasi Material Limba BS 2. Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Run-off 3. Pembangunan Konstruksi Gedung dan FP ‘Kebakaran 4. PHK Tenaga Kerja Konstruksi Timbah medi 5. Demobilisas Peralatan dan Material ‘Limbah domestik Runoff Flora Darat ‘Tahap Operast 1. Penerimaan Tenaga Kerja Operast 2. Pelaksanaan Layanan Rumah Sakit 3. Pengoperasian Sarana & Prasarana 4 Pengoperasianheliped Santas lingkung ‘Vekior penvakit Derajat keschatan ‘Ker, “= Menyatakan ada dampak @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG 1-20 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Hasil identifikasi dampak potensial melalui matriks identifikasi dampak diketahui dampak ~ dampak potensial yang akan terjadi. Daftar dampak potensial selengkapnya disajikan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Daftar Dampak Potensial No. Komponen Kegiatan Dampak Potensial ‘A_| Tahap Konstruksi: 1_| Mobilisasi Material Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan ‘Gangguan transportasi darat Penurunan derajat kesehatan masyarakat ‘Penurunan sanitasi ingkungan 2 | Pembangunan dan Pengoperasian Basecamp Timbulaya vekior penyakit “Fimbulan limbch domestik ‘Timbulnya persepsi dan sikap masyarakat Peningkaian peluang berusaha 3 | Pembangunan Konstruksi Gedung dan FP Peningkatan pendapatan masyarakat Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan ‘Timbulnya getaran Penurunan kualitas air (Gangguan K3 2. 3 4 3. 6 7. 8. Timbulan limbah B3 9. Penurunan sanitasi lingkungan 10. Penurunan derajat keschatan masyarakat | PHI Tenaga Kerja Konstruksi_| 1. Timbulnya persepsi dan sikap negatif masyarakat 2. Penurunan pendapatan masyarakat 3 | Demobilisasi Peralatan dan 1, Penurunan kualitas udara Material 2, Peningkatan kebisingan 3. Gangguan transportasi darat B_| Tahap Operasi 1 | Penerimaan Tenaga Kerja 1. Timbulnya persepst dan sikap negatif masyarakat Operasi Peningkatan kesempatan kerja Peningkatan pendapatan masyarakat 2 | Pelaksanaan Layanan Rumah — | 1. Gangguan transportasi darat Sakit Timbulan limbeh B3 Penurunan sanitasi lingkungan Timbulnya vekior penyakit Peningkatan layanan kesehatan Timbulan limbeh medis Timbulan limbch domestik Penurunan kualitas air 3 | Pengoperasian Sarana & Penurunan kualitas udara Prasarana, Peningkatan kebisingan 3. Terjadinya kebakaran DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG fu PROVINSI SULAWES! TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA No Komponen Kegiatan Dampak Potensial 4, Penurunan kualitas air 4_| Pengoperasian helipad 1. Penurunan kualitas udara 2. Peningkatan kebisingan Dampak potensial yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara selanjutnya dilakukan evaluasi dampak potensial, Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji). Dalam proses ini dijelaskan dasar penentuan bagaimana suatu dampak potensial dapat disimpulkan menjadi dampak penting hipotetik (DPH) atau tidak, Dampak-dampak potensial yang telah teridentifikasi perlu dilakukan evaluasi Kembali untuk menentukan dampzk-dampak tersebut menjadi penting hipotetik (secara dugaan) atau tidak. Dimana dampak-dampak penting hipotetik tersebut nantinya akan dikaji lebih mendalam untuk membuktikan kebenaran pentingnya dampak. Kriteria yang digunakan dalam melakukan evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik terdiri dari empat pertanyaan berikut: 1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? (telah data sekunder dan telaah studi pustaka), 2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan komponen ekologis? (telah pra survei); 3. Apakah ada kekhawatiran dari masyarakat tentang komponen lingkungan tersebut? (Konsultasi masyarakat); 4, Apa ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak bersangkutan? (telaah terhadap peraturan dan baku mutu lingkungan). Jika salah satu pertanyzan nomor 1 ~ 4 adalah “Ya” maka dampak tersebut termasuk Dampak Penting Hipotetik (DPH), dan jika jawaban dari pertanyaan nomor 1 - 4 semuanya adalah “TIDAK” maka dampak tersebut termasuk Dampak Penting Tidak Hipotetik (DPTH). Hasil evaluasi dampak potensial diperoleh dafiar dampak penting hipotetik (DPH) yang akan dikaji lebih lanjut pada dokumen Andal, selengkapnya sebagaimana disajikan pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) No ‘Komponen Kegiatan Dampak Penting Hipotetik (DPH) ‘A_| Tahap Konstrukst 1_| Mobilisasi Materia T,Penuriman Kuali udara 2. Peningkatan kebisingan 3. Gangguan transportasi darat 4, Penurunan cerajat kesehatan masyarakat 2 | Pembangunan dan Peogoperasian 1. Penurunan sanitasi lingkungan Basecamp 2, Timbulnya vektor penyakit 3. Timbulan limbah domestik DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG 122 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA No Komponen Kegiatan Dampak Penting Hipotetik (DPH) “Timbulnya persepsi dan sikap masyarakat Peningkatan peluang berusaha Peningkatan pendapatan masyarakat Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan ‘Timbulnya getaran Penurunan kualitas ai ‘Timbulan linbah B3 Penurunan sanitasi ingungan Penurunan derajat keschatan masyarakat “Timbulnya persepsi dan sikap negatif masyarakat Penurunan pendapatan masyarakat Penurunan kualitas udara. Peningkatan kebisingan ‘Gangguan trnsportasi darat 3_| Pemb: Konstruksi Gedung dan FP 4_| PAK Tenaga Rea Ronstrukst 3__| Demobilisasi Peralatan dan Material B_| Tahap Operasi 1_| Penerimaan Tenaga Kerja Operasi 1 Timbulnya persepst dan sikap negatif masyarakat 2, Peningkatan kesempatan kerja 3. Peningkatan pendapatan masy arakat 1. Gangguan transportasi darat 2, Timbulan limbah B3 3. Penurunan sanitasi lingkungan 4 Timbulnya vektor penyakit, 'S Peningkatan layanan kesehatan 6. Timbulan limbah medis 7. 8 1 2. 3 1 2__| Pelaksanaan layanan rumah sakit “Timbulan limbah domestik ‘Penurunan kualitas air ‘Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan ‘Penurunan kualitas air Penurunan kualitas udara 2. Peningkatan kebisingan Selain daftar dampak penting hipotetik juga diketahui terdapat dampak penting tidak hipotetik yang langsung dikelola dan dipantau, selengkapnya sebagaimana disajikan pada Tabel 1.5. 3_| Pengoperasian Sarana & Prasarana | Pengoperasian Helipad Tabel 1.5. Daftar Dampak Penting Tidak Hipotetik, Dikelola dan Dipantau No ‘Komponen Kegiatan DPTH Dikelola dan Dipantau ‘A__Tahap Konstruksi 1 Pemb. Konstuksi Gedung dan FP T, Gangguan K3 B_Tahap Oper 1 Pengoperasian Sarana & Pasarana TTexjadinya Kebakaran DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG. 123 PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1.3.Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian 13.1, Batas Wilayah Studi Batas wilayah studi merupakan resul/ante batas tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi, Batas Tapak Proyek Batas tapak proyek yaitu ruang dimana seluruh Komponen rencana kegiatan akan dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitamya, Batas tapak proyek rencana pembangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebidang lahan dengan luas + 56.918 m’. Batas Ekologis Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-ampak lingkungan dari suatu rencana usaba dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis dari rencana pembangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu radius 200 meter dari tapak bangunan utama dimana pada area ini merupakan sebaran dampak penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Batas Sosial Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang ‘merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan. Batas sosial rencana pembangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu permukiman penduduk sekitar. Batas Administrasi Batas administrasi rencana pembangunan Gedung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kelurahan Kemaraya Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Peta batas wilayah studi selengkapnya disajikan pada Gambar 1.6. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG. 24 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANDAL 13.2. Batas Waktu Kajian Batas waktu kajian merupakan batas waktu yang digunakan sebagai dasar melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya reneana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, Adapun batas waktu kajian dalam studi ini selengkapnya disajikan pada Tabel 1.6. Tabel 1.6. _Batas Waktu Kajian as Kenpous || Deen Peal No] Ngai’ | Rimmenucopay | Wate Setrangan cajian 1 Tap Rass 2 aad Neat [1 Tanaris — [Salm Mobi lan lan alan vie sro bsp sere dean le ichunhan Panam a tatcgen sre ber seu eng ‘chunhan 5 Gaggia vasporaa’ | Chan | Mobis pela oan dTakaan aut soa berep oun nea isan 4, Penurunan derajat 6 bulan | Mobilisasi peralatan akan dilakukan esata mst trea ber n nban {unten 7 Teas — [1 Perna mans] Tals | Ponang ean basse een oor Tagan ‘Sms ul Poruopersan cine Fable lis] Wal] Wakes dopa ama oa psa Loin 5 Timbaln ina balan] Wat dina dengan ama a. | pela Kost + fa: oat] 1 Pensa plang] Tan Wate dan Sega Tams Gedung dan FP berusaha pelaksanaan konstruksi 2 para Wataru Sop Tana pends mesa con rs 5 Perna lig dcutan Joa Tana oda peakanaat Lota 1 pana ‘Stata —} Wak dvs dng aa iti peinanat Kotak = tinbana pour | Zan | War eas en Sa Tang paving yg dpetirsan ona pak nny gota Parana alias a] han | Walden deen ae pelkanat frst alin iba BS] Wan | Wal dss dona Tana pebann tonal 7 Perna PTs] Wak diosa nga Tagan pel asl 7 Ponsa deat 17s] Wak disscnan gan aa esan mata pelts 7 Toman ae Tule posed —] un] balan maar aoa Walaa sak 1 aruar adapatan bln ln werapaan dos walang myer Sisaplan uu PK Tks 3 oman —[1 suena [Tn ue marta las sata ya DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1-26 PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Baias Komponen Dampak Pentin | eee | Saeer | ae eran Peralatndan | dara isiapkan untuk demobilisasi peralatan Material ddan material 2, Peningkatan Toalan [1 bulan merupakan alokast waktu yang kebisingan disiapkan untuk demobilisasi peralatan ddan material 3, Gangguan wansportasi | Tbulan | | bulan merupakan alokasi waktu yang darat disiapkan untuk demobilisasi peralatan ddan material B_| Tahap Operas | Penerimaan Tenaga | 1. Timbulnya persepsi | Tbulan | 1 bulan merupakan alokasi waktu yang Kerja Operasi | dan sikap negatif. disiapkan untuk penerimaan TK rmasyarakat ‘operasi dalam jumlah yang banyak, 2 Peningkatan Toalan [1 bolan merupakan slokasi waktu yang, Kesempatan kerja disiapkan untuk penerimaan TK ‘perasi dalam jumlah yang banyak, 3 Peningkatan 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit pendapatan masyarakat yang direncanakan, dapat lebih lama ska ada pemeliharaan tertentu 2 | Pelaksanaan T, Gangguan transportast | 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit Jayanan rumah | darat yang direncanakan, dapat lebih lama = Jika ada pemeliharaan tertentu 2 Timbulan limbah BS | 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu 3. Penurunan sanifast | 25tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit lingkungan yang direncanakan, dapat lebih lama {tka ada pemeliharaan tetentu “ Timbulaya vektor | 25tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit penyakit yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeltharaan tertentu 5, Peningkatan layanan | 25 tahun | Waktu ii merupakan usia rumah sakit kesehatan yang direncanakan, dapat lebih lama {tka ada pemeliharaan tertentu © Timbulan limbah 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit medis yang direncanakan, dapat lebih lama jka ada pereliharaan tertentu 7 Timbulan mba 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit ddomestik yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu 3 | Pengoperasian | 1. Penurunan kualitas | 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit Sarana & Prasarana | udara yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu 2 Peningkatan 25 aun | Waktu ini merupakan usia rumah sak kebisingan yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertent 3, Penurunan Kualitas air | 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit ‘yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu | Pengoperasian | 1 Penuranan Fualiias | 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah saki Helipad dara ‘yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu 2 Peningkaian 25 tahun | Waktu ini merupakan usia rumah sakit kebisingan ‘yang direncanakan, dapat lebih lama jika ada pemeliharaan tertentu DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG r27 PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Bagan alir proses pelingkupan selengkapnya disajikan pada Gambar 1.7. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG 128 PROVINSI SULAWESI TENGGARA ‘PEMBANGUNAN GEDUNG [RUMAH SARTTJANTUNG DAN PEMBULUM OARAH ANDAL PROVINS! SULAWESI TENGGARA DAFTAR DAMPAK POTENSIAL: SPT Konsultasi Publi dan Pengumuman Koran A. TAHAP KONSTRUKSI Gangguan Ke Ganggun transports dar Peaingkatankabaingan Peningkatanpeluang berussha Peningkatan pendapatan Rone UH Awalr rmasyarakat PPenurunan drat Kesehatan 4. Komponen geo-felekimia eee Penurunan kuatas ai 2 Komponen Boog Penurunenkualtas dara ‘3. Komponen Sosa ekonomi Buaya Penurunan pendapetan masyarakat 410.Penurunen sana ingkngon {1S Timbulen imbah 83 412 Timbulanimbah domestic 413 Timbulnyagetaron 44, Timbulye porsepsi dan sip nega masyaraket 46, Timbulya voter penyakit ‘Deskripsl Keglatan: 4. Tehop Pra Korstruks 2.Tahop Korat '3.Tehap operas 8. TAHAP OPERAS! SGangguan woraportas drat Peninghatan ebisingar Peninghatan kesemoatan kara Peningratan lajonan Kesehatan Peningratanpencepetan masyarekat Penurunan kuslitas ait Penurunen halts dara Penurinen santa ingbunean Tefedinya kebakaran 40 Timbulan imbeh 85 {LL Timbulan mosh domestic 422 Timbulan mosh mess 48 Timbulnyapersepai dan slap negat maryoratet 4. Tmbulaya voor penyakt Kegitan lain dl sektrproyok Bagan Ali roses Pelingkupan [DNAS OPTA KARYA, EIA KONSTRUKS!OAN TATA RUANG PROVING SULAWESI TENGGARA ‘DAFTAR DAMPAK PENTING NIPOTETIK: [A TAHAP KONSTRUKSI Canggu vaneporaal dart Peningkatenhabisingan Peningkatenpeluang berusaha Peningkaten pondapetan masyarokat Panurunanderajatkeachetn maeyarakat Penurunan kui ai enurunen kale ura PPenurunan pendepatan masyarakat Penurunan santas insu 10. Timbulan tmban £3 51. Timbulantmben cemessie 42. Timbulya getaran 418. Timbulya peraeosi dan stay nogatt rmasyarakat 4, Timbulya voktor porvakit B. TAHAP OPERAS! ‘Gangguan worsportas darat Peningatan kebsingen Peningstan kosampatan tera Peningeatan layanan keen Peningkatan pendepatan rasyarakat Penurunn kualtss dara Penurunen aera! ingangan ‘Timbulan man 83 40. Timbulan ban domestk LL Tuan lmban meds 42 Timeultyapersepsi dn skapnegatt masyarakat 13. Timoulya vitor ponyait Deueanane a PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUH DARAH PROVINS! SULAWESI TENGGARA BABII DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL 2.1.Komponen Lingkungan Terkena Dampak 2 Komponen Geo-Fisi i a Tktim Kondisi iklim sekitar tapak proyek kegiatan pembangunan gedung rumah sakit jantung dan pembuluh darah Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh dari data sekunder hasil pencatatan yang dilakukan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Kendari dalam periode 10 tahun (2009-2018). Pemilihan stasiun meteorologi tersebut karena merupakan stasiun meteorologi terdekat dari tapak proyek sehingga dianggap cukup mewakili wilayah studi ‘Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan ikjim suatu daerah atau wilayah, yaitu curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, dan angin, Data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim Kendari sepuluh tahun terakhir, menunjukkan bahwa curah hujan bulanan rata-rata berkisar 60,5-320,9 mm/bulan, Rata-rata curah hujan bulanan maksimal terjadi pada bulan Maret, dan rata-rata curah hujan bulanan minimal terjadi pada bulan Agustus, Tabel 2.1 memperlihatkan kondisi curah hujan rata-rata yang terjadi di Kota Kendari dan sekitarnya, serta Tabel 2.2. Jumlah hari hujan setiap bulan dari tahun 2009-2018 Tabel 2.1. { mi Curah Hujan (mm) i 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016 2018 Tan 353 | aa7 | 0x6 | 9399 [98 252 | Februari 529 [188.4] 173,5_[ 274.5 [3303 190.8 Maret 157_[-333.6 | 438.6 | 5522 [3207 368 Ail 70 3a5_|_ = [2076 oma [1 [Mei 186 w5,¢ [084 400.0 (ni 1a 353]. [2689 1106 (aati 107 aig [165 298 [Agustus ul | 46 32 [September 0 —|-an7 137 “Oitober asp sig om November ~o [326 130.1 Desember [639 | 16s 208.4 Juma [r1as8 | 19796 | 29133 | 23880 iin Basak ope paps [ots ‘in Kering as ps ps ps Pa ys ‘Tipe Q=0,35 (Daerah Agak Basah-llim C) ‘Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Tahun 2019 Tabel 2.2, Hari Hujan (CH) Bulanan Tahun 2007-2016 Hs jjan (hari Batan Soe re ener Pees a-Rata 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 201s | 01 | 26 | 2017 | 2018 ' Januar w | iw | is | i | io | 2 | 2 | 2 [| wo | ise | Febmoan Bfyfel[s[ ss [a] [3 [as | 10 {wwe [i [ar Ts [a [ois [es [9 [9 [os [a [os PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2010 | 2011 2 $ | wl | I gusts { { Senenter [0 | [ouoter 1 3 November cal a 6 | 18 [Desinber [is | |e | a [as Pas | ass Junie | 20 fasr |e Pe | pe | [ier [i [im [ims ‘Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Tahun 2019 Berdasarkan data klimatologi yang diperoleh, dapat diketahui jenis klasifikasi iklim di wilayah studi. Seperti pada umumnya wilayah Indonesia, keadaan iklim di tapak proyek ditandai dengan adanya bulan kering dan bulan basah, Bulan kering menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm per bulan dan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih besar dari 100 mm per bulan Tipe iklim dan curah hujan dapat ditentukan melalui perhitungan dengan menggunakan data curah hujan suatu wilayah, Sebagai dasar penggclongan iklim Schmidt dan Ferguson adalah menggunakan rasio Q yaitu perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah, Selama periode 10 tahun (2009-2018), tercatat sebanyak 78 bulan asah dan 26 bulan kering. Berdasarkan data bulan kering dan bulan basah tersebut, maka nilai Q diperoleh sebesar 35% (35% < Q <60%) sehingga iklim di wilayah studi menurut, klasifikasi Schmidt dan Ferguson tergolong tipe iklim golongan C (beriklim agak basah), b. Indeks Ketidaknyamanan Termal Salah satu cara untuk menyatakan indeks ketidaknyamanan termal (Discomfort Index), menggunakan persamaan Thoms, Indeks ketidaknyamanan termal dihitung berdasarkan temperatur dan kelembaban udara, yang dinyatakan dalam persamaan DI = T ~ 0,55(1-0,01 RH) (T-14,5). Tabel 2.3 memperlihatkan temperatur udara (T) rata-rata di Kota Kendari dan sekitarnya selama tahun 2009-2018, Terlihat bahwa temperatur udara rata-rata maksimum terjadi pada bulan November (28,39°C), sedangkan temperatur udara rata-rata minimum terjadi pada bulan Agustus (25,89°C). Tabel 2.3. Temperatur Udara Rata-rata Bulanan Tahun 2009-2018 a ‘Temperatur Udara °C) J rate. 2ora | 2015 | 2016 | 2017 Tan 27,68 | 27,50 | 2829 | 28,09 Februari 5 63 | 27.80 Maret a4 | 2786 April =| 270 | 2738 Mei =| 2803 | 26.80 “Jai = _ | 27,01 | 2606 Gay _DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATARUANG ued PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA * Ba ‘Temperatur Udara (O) Rat one 3009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 205 | 2016 | 2017 | 2018 | Rae dul 25,98 | 2621 | 2553 | 25.73 | 2533 | 2613 | 25.85 | 2605 | 2613 | 25,87 | 25,94 ‘gm —| 2600" | 621 [asst [ 25.22 | 26.2 [2536 | 25.1 | 2648 | 2623 | 2682 | 2509 Senienbar | 2715 | 105 | 2619] 2607 | 2677 | 2560 [ 285 | 2772 | 2670 | 260 | 2653 ‘Okwber | 2796 | 2698 | 37a5 | 2758 | anor | 2690 | 2670 [ 7790 | 283s | 2m0s [2786 November | 28,52 | 27,61 | 27.97 | 2837 | 28.48 | 28,10 | 28,91 | 28.83 | 28.68 | 28.49 | 28,39 Desnber | 27.6 | 2735 | 2798 | 2792 | 79 [ peo [2577 | 2637 | aan [ 288 | 2801 Rate Raiw | a7an | 2744 | a6a1 | 2699 | 27m | 2699 | 269 [amt | m6 [27] | ‘Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Tahun 2019 Tabel 2.4 memperlihatkan kelembaban relatif (RH) di Kota Kendari dan sekitarnya selama tahun 2009-2018. Terlihat bahwa kelembaban relatif (RH) maksimum terjadi pada bulan Mei (86,94%), sedangkan kelembaban relatif (RH) minimum terjadi pada bulan ‘November (80,09%), Tabel 2.4. Kelembaban Bulanan Tahun 2009-2018 Fae ‘Kelembaban (%) Rata 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 201s | 2016 | 2017 | 2018 | Rata Januari | 8006 | 84.10 | 8384 | 8503 | s2.84 | 0.2 | 8520 | 4335 | 20 | S41 | 83,18 Febroari | 81.86 | 8468 | 8529 | 8421 | 8436 | 307 | S65 | w5.96 | e407 | 83.18 | 8433 Maret | 85,00 | 8542 | 85,06 | #387 | e490 | 490 | 8600 | ase | 85.16 | 8808 | 8816 ‘pil 85,17 | 85.13 | 8593 | 8407 | 430 | a390 | - | 05.60 | 864 | 05,59 Mei 82,97 | 86,45 | 87,16 | 85,52 | 86.26 | 87.42 - 85,71 | 89,44 | 91,55 | 86,94 | Ji #47 | 660 | 84a | 8490 | 9720 | a823 | - | 8633 | 91,21 | 8683 | 8670 Jal #2,00 | #829 | 85,52 | 8258 | a2 | 8403 | 347 | 8560 | 88.70 | 03.23 | ¥5.08 ‘Agustus | 79.13 | 8690 | 81,00 | 8135 | 8297 | 8197 | 8197 | 92,96 | #440 | 80,97 | 82,36 September | 7720 | #413 | 9257 | 79.27 | 81,30 | 78,70 | 807s | 8152 | 86 | 79,13 | 81,05 Oktober | 7729 | 86,16 | 9365 | 79.45 | 78,16 | 7623 | soao | 92.68 | 92,90 | 78,97 | 8059 November | 79,36 | #3,67 | 81,13 | 8007 | 77.07 | 77.63 | 7877 | 81,7 | 81.48 | 80,60 | 80,09 Desember | 82,29 | #423 | 82,16 | 8194 | 8474 | 93,50 | #223 | aan | sia | 81,68 | 82.85 RateRata | 8137 | 854s | 8401 | 82,69 | 93,3 | 82,67 | 92,83 | 84.20 | a5a1 | 83,68 ‘Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Tahun 2019 Dari data temperatur udara (T) seperti yang disajikan pada Tabel 2.3 dan kelembaban (RH) seperti yang disajikan pada Tabel 2.4, indeks ketidaknyamanan (Discomfort Index) berdasarkan persamaan Thoms di lokasi proyek dapat ditentukan seperti pada Tabel 2.5, Tabel 2.5. Indeks Kenyamanan Termal Tahun 2007-2016 Discomfort Index Bulan 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016 aos | Reta famvari | 26,9 | 2629 | 2594 | 26,0 | 2661 | 2626 | 2641 | 2702 2650 | 2648 Februasi | 26.14 | 2627 | 2603 | 2608 | 2643 | 2628 | 25,93 | 26,00 26,46 | 26,28 Maret 25,87 | 2642 | 26,13 | 2609 | 26.19 | 2619 | 23,83 | 2687 26,38 | 26.23 pal 26,1 | 2675 | 2607 | 2602 | 2660 | 2627 | - | 2665 26,29 | 2637 @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATARUANG ue PROVINS SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA i Discomfort Index Pay Bolan [000 | 010 | 201 | 2012 | 2013 | 2014 | 201s | 2016 | 2017 | 2018 | Ras Mei 2628 | 2656 | 2602 | 25.56 | 2627 | 2595 | - | 26,97 | 26,09 | 26,13 | 2620 Juni 2549 | 23,78 | 25.27 | 25,04 | 26,12 | 2568 | - | 26,07 | 25,50 | 25,44 | 25,60 fii 24,84 | 25,45 | 24,65 | 24,65 | 24,70 | 25,11 | 24,82 | 25,69 | 25,40 | 24.95 | 25,03 [Agustus | 24,76 | 25,37 | 2442 | 24,12 | 25,03 | 2430 | 2406 | 25,36 | 25,22 | 25,26 | 24,79 sevenbsr [2556 [ 2595 | 2507 [ 2475 [2851 | 246 | 2436 | 2637 | 2505 | 2805 [2526] foktaber | 26,10 | 2603 | 26,10 | 2611 | 26ar | 2528 | 2542 | 2602 | 27,05 | 2648 | 26,16 | [November | 26,93 | 26,43 | 26,57 | 2685 | 26.71 | 2643 | 27,23 | 27,35 | 27,23 | 26,99 26,87 | Desember | 2640 | 2624 | 2648 | 26.59 | 26,22 | 268i | 27.38 | 27,14 | 2699 | 27.05 | 26,73 Rata-Rata | 25,91 | 2613 | 25,73 | 25,66 | 2607 | 25,74 | 25,72 | 2656 | 2631 | 26,08 ‘Sumber: Olahan Data, Fahun 2019 Angin Data angin di sekitar lokasi proyek didekati dari data sekunder yang bersumber dari data Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Distribusi arah dan kecepatan angin baik secara total maupun rata-rata bulanan selama 21 tahun (Januari 1998 sampai Desember 2018) ditunjukkan dalam bentuk windrose pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. N Gambar 2.1. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Total Tahun 1998 — 2018 DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG Les PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA (=) © s Maret Januari Februari Juli Agustus @ A. Oktober Nopember Desember September Gambar 2.2. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Bulanan Tahun 1998 ~ 2018 ILS PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA ce. Run-Off Aliran permukaan (run-off) yang terjadi dilokasi rencana kegiatan pembangunan rumah sakit jantung dan pembuluh darah yaitu sebagai berikut + Jenis penggunaan lahan : Semak belukar (koefisien ~ 0,4) + Kelerengan 0% + Intensitas hujan 6,20 m/haci hujan * Luas lahan 56,918 m” © Laju run-off (C1 A) 0,4x6,20x56,918=141,16 iri hujan. d. Kualitas Udara Berlangsungnya kegiatan proyek khususnya pada tahap konstruksi akan ‘mempengaruhi kualitas udara di tapak proyek dan di wilayah sekitar tapak proyek. Hal ini dimungkinkan dari aktivitas alat berat yang akan menghasilkan gas buang dan bangkitan debu. Kondisi kualitas udara di lokasi proyek sebelum ada kegiatan yang diukur selama 1 jam adalah sebagai berikut: Tabel 2.6, Hasil Pengujian Kualitas Udara di Sek r Lokasi Proyek Ne ‘| Parameter Uji ‘Satuan ae pe ae Metode: we | Matus "sri | sr2 | sts (1 [SaitarDisksa SO | 360190187164 |Pararosaitin 2. [Nitrogen Dioksida (NOx) 400 | 189"[ 185 163_[ Saltzman (37 Tsuu . 31 Thermometer ("4 [Kelembaban “RE 79 “Hygrometer pena 28 Gravimetr UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Keterangan: *Perauran Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Sampel Titik Sampet Keterangan STI 03°57°44,8"S- 122°31'26,7"E —_Perempatan jalan dekat Gereja Santo Klemens ST2 _03°57°46,0"S- 122°31'36,5"E _Pertigaan Jalan Kamboja ST3 03°57°49,3"S- 12°31 30,9" E —_-Permukiman warga, JI. Edelweis Hasil ini dibandingkan dengan baku mutu udara ambient sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, sehingga tampak bahwa semua parameter berada di bawah baku mutu. Kemudian, konsentrasi yang diperoleh dari pengukuran 1 jam dikonversi ke dalam pengukuran 24 jam dengan menggunakan model konversi Canter: ty? af) ty dimana: C, = konsentrasi dengan waktu pengambilan sampel 24 jam (ug/Nm°) ; = konsentrasi hasil pengukuran dengan lama pengambilan sampel 1 jam (ug/Nm*) 4 jam t= 1 jam 1-6 PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA p = faktor konversi Tabel 2.7. Konversi hasil pengujian 24 Jam kualitas udara di wilayah studi No Parameter Baku Mutu Ee a srt [esta esta] 1_| Sulfur Dioksida (SOx) 365 105,54 | 103,87 | 91,10 Nitrogen Dioksida (NOx) 150 104,98 | 102,76 | 90,54 3_| Debu _ 20 | 1553 | 13,89 Untuk mengkonversi hasil pengujian kualitas udara ke dalam skala kualitas lingkungan, maka hasil pengujian udara akan dikonversi dalam bentuk Air Polutan Indeks (API) menggunakan metode yang dikembangkan oleh Anjaneyulu dan Manickam (2007) 1 A, = 1x100 Sr dengan: C; = Konsentrasi polutan i dan $; = Nilai Baku polutan i Hasil perhitungan API disajikan sebagai berikut Tabel 2.8, Perhitungan Nilai API Kualitas Udara Ambien di Wilayah Studi = ———— |____ Rating Kualitas Parameter | | Au. Aor Aeesanaal 1_| Sulfur Dioksida(SOx) | _28,91 28,46 24.96 2_| Nitrogen Dioksida (NOx) | 69.99 6851 | ___60,36 3 [Debu 7B 6,76 6,04 Air Pollution Index (API) 3554 | 34,58 3045 ‘Sumber: Data Primer Diolah, 2019 Harga Air Pollution Index (API) tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kategori kualitas udara berdasarkan standar API sebagai berikut. Rentang Indeks Kualitas Udara Skala Kualitas Lingkungan _ 0-35 __Udara Bersih Sangatbaik Skala 5 26-50 Polusi Udara Ringan Baik Skala 4 51-75 Polusi Udara Sedang Sedang Skala 3 76 — 100 Polusi Udara Berat Buruk _ Skala 2 Diatas 100 Polusi Udara Sangat Berat__Sangat Buruk Skala | Penentuan Kualitas Udara berdasarkan standar API pada wilayah studi bemilai dari 30,45 sampai dengan 35,54. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara ambient di lokasi studi adalah Polusi Udara Ringan. DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKS! DAN TATA RUANG nT PROVINS| SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No, Kep-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan dikonversi menjadi Skala Kualitas Lingkungan yang mengacu pada Canter dan Hill (1999) untuk kebisingan tipe /ntermittent Noise atau kebisingan yang berlangsung secara siklus, dan/atau kebisingan yang meningkat atau menurun. Perhitungan dan hasil pengukuran kebisingan di lokasi rencana kegiatan serta skala kualitas lingkungan Komponen kebisingan adalah sebagai berikut: Tabel 2.9. Data perhitungan Kebisingan di Wilayah Studi No Titik Lokasi eras cara BML | SKL Ld 03°57'44,8" S - 122°31'26,7" E 70 255 3 [2 (03°57'46,0" S - 122°31'36,5" E 6 | 55 | 3 silt ~[03°57'49,3" S - 122°31'30.9" E 35 235 | 4 Skala kualitas _Tingkat kebisingan (dBA) untuk jeni lingkungan Impulsive Intermittent ‘Continuous 5 50-60 30-55 ‘50-52 4 60-70 55-63 52-59 | 3 | 70-80 63-71 59-64 2 80-90 71-82 64-77 1 __282 >IT Sumber: Canter et al., 1979 Hasil pengukuran dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan untuk pemukiman, Hasil pengukuran tampak bahwa tingkat kebisingan telah melewati baku mutu, Sedangkan skala kualitas lingkungan telah mencapai pada tingkat sedang (skala 3). Kebisingan di wilayah studi dominan disebabkan oleh aktivitas Jalu lintas di jalan raya, Menurut Sasongko (2002), aktivitas lalulintas yang padat memiiliki tingkat kebisingan sekitar 70 dBA. f. Kualitas Air Kebutuhan air di sekitar tapak proyek berasal dari PDAM dan sumur warga, berupa sumur bor dan sumur gali. Hasil analisis laboratorium kualitas air di lokasi rencana kegiatan disajikan pada Tabel 2.11. Tabel 2.11. Hasil Analisis Kualitas Air [xo | PARAMATER | carta TASIL | BAKUMUTU | SPESIIKAST | LNe | penmrrxsaan | SATUAN | penterixsaan | damplrantl) | METODE | sik | Tidak | Tidak] lent 1 [pu ae Bak | Aids | tidak berbau | Organoleptis Rasa =| tide [Tidak [Tak beram | Organclepis | DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG ned PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKITJANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINS! SULAWESI TENGGARA No | PARAMATER | saryan HASIL BAKU MUTU | SPESIFIKAST PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN | (lamplran 11) ‘METODE, Berasa | Berasa 3 [Wama Skala Tou [10 10 50, Perbandingan visual A reir mg/l 108, 6 | 1000 Gravimetri [5 |Kekeruhan ‘NTU 116. 092 | 25 ‘Nephelometrik 6 [sui % 276 | 278 | 93°C “Thermometer Kimia | [pees © | re fas | ose | Tewrees (6989.11-2004) 8_|Nitrat Sebagsi NO) | mall oss | 0.65 10 Spekirofotometrk 9 [Nit (Sebagal NO.) |__ melt oon | 0.008 1 Spektrofotometrik 10 |Kesadahan (CaCO,) | __ mf eas | 2485 500 Tittimetr 11_[Flourida (F) mgt | 00812 | 0.0911 15 ‘Spektrofotometrik 12 [Peptisida total mel 0.002 | 0.001 01 Gas Cromatografi 13 [Sulfa ($0.) mal 1896 | 205 400 Gravimettt 14 [Besi Fe) mei 0.0178 | 00112 1 ‘Spektrofotomeirik 15_ [Mangan (Mn) mg | 00112 | 0.0104 08 ‘AAS 16 [Cadmium (Cd) mgl | 0.0017 | 0.0014 | 0.005 ‘AAS 17_|Krom val.6 (Cr'*) mg/l 0.0015 | 0.0012 0.05 ‘Spektrofotometrik 18 [Timbal ) mgi__| 0.0006 | 0.0004 0.05 AAS 19 [Seng Zn) mgh | 0.0457 _| 0.0288 5 ‘AAS 20 |Raksa (Hig) mg | 0.0001_| 0.0001 0.001 ‘AAS 21_ [Selenium (Se) mgt | 0.0021 | 0.0016 001 ‘AAS 22 [Arsen (As) met | 00205 | 0.0147 0.05 ‘AAS 23, [Sianida (CN) mgil 0.008 | 0.008 ou Spektrofotometik 2a [prnetgen sebaat magi 0.012 | 0.008 0s Spekirofotomettik as [Pa rmaik met | 94 | 092 10 Tie Sumber: Hasil Analisis Laboratorium, 2019 Bakar mutu: Peraturan Menteri Kesehatan RI No, 32 Tahan 2017 Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Unum ‘Untuk mengkonversi hasil pengujian kuslitas air ke dalam skala kualitas lingkungan, hasil pengujian kualitas air dikonversikan dalam bentuk Pollution Index (P!), Tujuan perhitungan Pollution Index (PI) adalah untuk menggambarkan secara utuh kualitas air yang ada di lokesi studi, Prosedur perhitungan berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Hasil perhitungan status mutu air kemudian dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan, dengan skala sebagaimana disajikan pada Tabel 2.12. ‘Tabel 2.12, Skala Penilaian Kualitas Air @ DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI DAN TATA RUANG i) PROVINS! SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH ANDAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Vinikescaer Status Matu Air Skala Penilaian OsPI<1,0 Memenuhi baku mutu Sangat baik (Skala 5) L0

Anda mungkin juga menyukai