Anda di halaman 1dari 32

EKSPONEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Matematika Sekolah II

Dosen Pengampu : Ana Rahmawati, S.Si., M.Pd.

Disusun oleh :
Roudlotul Ni’mah (3623007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS BISNIS, BAHASA, DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
2023-202
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah yang berjudul “Eksponen” dapat tersusun
hingga selesai. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ana Rahmawati,S.Si., M.Pd. atas bimbingannya dan tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak yang
berkontribusi dalam membantu pencarian materi untuk makalah
ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai
tugas mata kuliah Matematika Sekolah II. Selain itu, penyusunan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
penulis maupun pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan,
penulis yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar pembuatan
makalah ini ke depannya menjadi semakin baik.

Jombang, 16 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………..…….............…….....i
KATA PENGANTAR……………………………..….......……ii
DAFTAR ISI…...……………….………………..…………....iii
BAB .I PENDAHULUAN……..……………………….….…...1
A. Latar Belakang.………………………………......…….…..1
B. Rumusan Masalah……..……..………….………...……….1
C. Tujuan Penulisan………………………….………...……...1
BAB II PEMBAHASAN……………..………………....………3
A. Pangkat Bulat.……………………………...……………....3
B. Pangkat Pecahan……………………..…………………….8
C. Bentuk Akar……………………..……………………........8
D. Logaritma…………………….…….……...………...…....18
BAB III PENUTUP..…………...……………………..……….26
A. Kesimpulan.……………………...……………………….26
B. Saran.………………………....…………………………..28
DAFTAR PUSTAKA….………………....……………………iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep bilangan berpangkat, bentuk akar, dan logaritma


sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam bidang matematika, ekonomi, fisika, sains, teknologi,
dan lain-lain. Bentuk pangkat pada suatu bilangan digunakan
untuk mempermudah penulisan bilangan yang terlalu besar
atau bilangan yang terlalu kecil. Untuk bilangan yang terlalu
besar digunakan bentuk pangkat positif, sedangkan bilangan
yang terlalu kecil digunakan bentuk pangkat negatif. Sifat-sifat
yang terdapat pada bentuk pangkat maupun logaritma sangat
penting, terutama sebelum tersedianya kalkulator sebagai
perkembangan teknologi modern.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dan sifat-sifat bilangan berpangkat?


2. Bagaimana cara merasionalkan penyebut berbentuk akar?
3. Bagaimana konsep dan sifat-sifat logaritma?
4. Bagiamana cara menyelesaikan operasi aljabar pada
perpangkatan, bentuk akar, dan logaritma?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini yaitu sebagai berikut:


1. Mampu memahami konsep dan sifat-sifat bilangan
berpangkat.
1
2. Mampu memahami cara merasionalkan penyebut
berbentuk akar.
3. Mampu memahami konsep dan sifat-sifat logaritma .
4. Mampu memahami cara menyelesaikan operasi aljabar
pada perpangkatan, bentuk akar, dan logaritma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pangkat Bulat
Bilangan berpangkat bulat meliputi bilangan berpangkat
bulat positif, bulat negatif, dan nol. Pangkat sering disebut
sebagai eksponen.

1. Pangkat Bulat Positif


Perkalian berulang sebuah bilangan real dapat
dituliskan dalam bentuk bilangan berpangkat bulat positif.
5 × 5 = 52 (52 dibaca 5 pangkat 2)
5 × 5 × 5 = 53 (53 dibaca 5 pangkat 3)
5 × 5 × 5 × 5 = 54 (54 dibaca 5 pangkat 4)
Pada bentuk 52 , bilangan 5 disebut bilangan pokok atau
bilangan dasar dan bilangan 2 yang ditulis di atas bilangan
5 disebut pangkat atau eksponen.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Jika 𝑎 bilangan real (𝑎 ∈ 𝑅) dan 𝑛 bilangan bulat (𝑛 ∈
𝐵 + ), maka 𝑎𝑛 ditentukan oleh:

𝑎𝑛 = 𝑎 × 𝑎 × 𝑎 × … × 𝑎
𝑛 faktor yang sama

dengan 𝑎 disebut bilangan pokok dan 𝑛 disebut pangkat

Untuk sembarang bilangan real 𝑎 dan 𝑏 serta


sembarang bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛 berlaku sifat-sifat
sebagai berikut:
3
a. 𝑎𝑚 ∙ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛

Contoh :
−3𝑐 2 ∙ 4𝑐 3 = −12𝑐 2+3 = −12𝑐 5

𝑎𝑚
b. = 𝑎𝑚−𝑛
𝑎𝑛

Contoh :
8𝑦 7
= 4𝑦 7−4 = 4𝑦 3
2𝑦 4

c. (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚∙𝑛

Contoh :
2(−32 )2 = 2(−3)2∙2 = 2(−3)4 = 2 ∙ 81 = 162

d. (𝑎 ∙ 𝑏)𝑚 = 𝑎𝑚 ∙ 𝑏𝑛

Contoh :
(3𝑥𝑦 3 )2 = 3𝑥 2 𝑦 5

𝑎 𝑚 𝑎𝑚
e. ( ) = 𝑛
𝑏 𝑏

Contoh :
2
𝑎2 𝑏 (𝑎2 𝑏)2 𝑎4 𝑏2
( 3) = =
2𝑐 (2𝑐 3 )2 4𝑐 6

4
2. Pangkat Bulat Negatif dan Nol
Perhatikan bentuk-bentuk bilangan berpangkat bulat
positif berikut ini:
24 = 16, 23 = 8, 22 = 4, 21 = 2
Bentuk tersebut merupakan bentuk bilangan
berpangkat bulat positif menurun (pangkat berkurang 1).
Jika bentuk itu diteruskan akan diperoleh:
1 1
2 1 1 1
20 = = 1, 2−1 = , 2−2 = = , , 2−3 = 4 =
2
2 2 2 4 2 8
dan seterusnya.
Bentuk-bentuk ini dikenal sebagai bilangan berpangkat nol
dan bulat negatif.
Secara umum bilangan berpangkat bulat negatif dan
nol ditentukan sebagai berikut:

❖ Jika 𝑎 ≠ 0, 𝑎 bilangan real, dan 𝑛 bilangan bulat positif,


maka:
1
𝑎−𝑛 = 𝑛 dan 𝑎0 = 1
𝑎

❖ Untuk 𝑎 = 0, maka pangkat 0 tak mempunyai arti,


karena 00 tak terdefinisi

Catatan: Bilangan berpangkat negatif disebut bilangan


berpangkat tak sebenarnya. Jika bilangan
pokoknya nol maka harus diperhatikan hal
berikut ini:

5
0, untuk 𝑝 > 0
0𝑝 = {
tak terdefinisi, untuk 𝑝 ≤ 0

Contoh:
100𝑎−4 𝑏2
Nyatakan ke dalam bentuk pangkat bulat positif!
10𝑎4𝑏 −3
Jawab:
100𝑎−4 𝑏2 10𝑏2 𝑏3 10𝑏2+3 10𝑏5
= 4 4 = 4+4 = 8
10𝑎4 𝑏−3 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

3. Persamaan Bentuk Eksponen Sederhana


Persamaan bentuk eksponen sederhana akan kita
jumpai dalam bentuk berikut ini:

Untuk 𝑎 ∈ himpunan bilangan real tidak nol, selalu berlaku:

❖ 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑃 , maka 𝑓(𝑥) = 𝑃

❖ 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥) , maka 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)

Contoh:
Tentukan penyelesaian dari setiap persamaan berikut:
1
a. 32𝑥−1 =
27
b. 41+2𝑥 ∙ 34𝑥+1 = 432
Jawab:
1
a. 32𝑥−1 =
27

6
1
32𝑥−1 =
33
2𝑥−1
3 = 3−3
2𝑥 − 1 = −2
2𝑥 = −2 + 1
2𝑥 = 1
1
𝑥=
2
1
Jadi, penyelesaiannya adalah 𝑥 =
2
b. 41+2𝑥 ∙ 34𝑥+1 = 432
41 ∙ 42𝑥 ∙ 34𝑥 ∙ 31 = 432
12 ∙ 42𝑥 ∙ 34𝑥 = 432
432
42𝑥 ∙ 34𝑥 =
12
42𝑥 ∙ 34𝑥 = 36
42𝑥 ∙ 34𝑥 = 41 ∙ 32
42𝑥 32
= 4𝑥
41 3
42𝑥−1 = 32−4𝑥
Hal ini terjadi apabila
40 = 30 ↔ 1 = 1
2𝑥 − 1 = 0 atau 2 − 4𝑥 = 0
2𝑥 = 1 − 4𝑥 = −2
1 1
𝑥= 𝑥=
2 2
1
Jadi, penyelesaiannya adalah 𝑥 =
2

7
B. Pangkat Pecahan
Semua sifat-sifat bilangan berpangkat bilangan bulat
dapat pula diterapkan pada bilangan berpangkat pecahan.
Bilangan berpangkat pecahan sering dikatitkan dengan bentuk
akar bilangan positif. Pengubahan bentuk pangkat pecahan ke
bentuk akar maupun sebaliknya mengikuti aturan sebagai
berikut:

𝑛
Jika nilai √𝑎 ada sebagai bilangan real, maka:
𝑚 𝑛 𝑚
𝑛
𝑎 𝑛 = √𝑎𝑚 = ( √𝑎)

dengan 𝑚 dan 𝑛 bilangan bulat positif.

Contoh:
1
Hitunglah (−16)2 !
Jawab:
1 1 1
(−16)2 = (−42 )2 (−1)2 = 𝑖
1 1
= (−1)2 ∙ (42 )2 dengan 𝑖 disebut bagian imajiner
1 dari bilangan kompleks
= (−1)2 ∙4
= 4𝑖

C. Bentuk Akar
1. Pengertian Bentuk Akar
Menarik akar suatu bilangan khusus seperti
√4, √900, √0,25 tentu bukanlah suatu yang sulit. Namun
tidak demikian halnya ketika kita akan menentukan nilai

8
dari √2, √5, √0,07 dan sebagainya. Bilangan-bilangan
tersebut tidak dapat kita nyatakan dalam bilangan bulat,
bentuk desimal yang berhingga maupun dalam bentuk
pecahan biasa. Bilangan-bilangan seperti ini disebut
bilangan irasional, yaitu bilangan yang tidak dinyatakan
𝑎
dalam bentuk 𝑏 , dengan 𝑎 dan 𝑏 bilangan bulat, 𝑏 ≠ 0.
Bilangan irasional yang dinyatakan dalam tanda akar
dinamakan bentuk akar.
Contoh:
a. √16 bukan bentuk akar, karena √4 = 4
b. √3 adalah bentuk akar
3 3
c. √8 bukan bentuk akar, karena √8 = 2
d. √0,09 bukan bentuk akar, karena √0,09 = 0,3
e. √10 adalah bentuk akar

2. Sifat-sifat Operasi Bentuk Akar

Untuk bilangan bulat positif 𝑚 dan 𝑛, selalu berlaku:


𝑛
a. √𝑎𝑛 = 𝑎 untuk 𝑎 ≥ 0
𝑛 𝑛 𝑛
b. √𝑎 ∙ √𝑏 = √𝑎𝑏 untuk 𝑎, 𝑏 ≥ 0

𝑚 𝑛 𝑚𝑛
c. √ √𝑎 = √𝑎
𝑛
𝑛𝑎 √𝑎
d. √ = 𝑛 dengan 𝑏 ≠ 0
𝑏 √𝑏

9
3. Menyederhanakan Bentuk Akar
Penyederhanaan bentuk akar dapat dilakukan dengan
membuat bilangan yang di dalam tanda akar menjadi
perkalian faktor-faktor bilangan prima kuadrat.
Contoh:
4
Sederhanakan √64𝑎7 𝑏 8 !
Jawab:
4 4
√64𝑎7 𝑏8 = √24 ∙ 22 ∙ 𝑎4 ∙ 𝑎3 ∙ 𝑏4 ∙ 𝑏4
4 4 4 4 4
= √24 ∙ √𝑎4 ∙ √𝑏4 ∙ √𝑏 4 ∙ √22 ∙ 𝑎3
4
= 2 ∙ 𝑎 ∙ 𝑏 ∙ 𝑏 ∙ √4 ∙ 𝑎 3
4
= 2𝑎𝑏2 √4𝑎3

a. Bentuk akar di dalam akar


𝑛 𝑚
𝑚𝑛
Dengan menggunakan sifat bentuk akar √ √𝑎 = √𝑎 ,
kita dapat menyederhanakan bentuk akar di dalam akar
dengan mengalikan indeks akar tersebut, yaitu 𝑚 × 𝑛.
Contoh:
3 4
Sederhanakan bentuk akar berikut √𝑥 √𝑥 √𝑥 !
Jawab:
4 4 3
3
√𝑥 √𝑥 √𝑥 = √𝑥 √√𝑥 2 ∙ 𝑥

46
= √𝑥 √𝑥 3
4
6
= √ √𝑥 6 ∙ 𝑥 3
24
= √ 𝑥9
10
9
= 𝑥 24
3
= 𝑥8
8
= √ 𝑥3

b. Merasionalkan penyebut berbentuk akar tunggal


Menyederhanakan bentuk akar meliputi
menghilangkan penyebut berbentuk akar tunggal.
Khusus penyebut berbentuk akar binomial maupun
polinomial akan dibahas tersendiri. Proses
menghilangkan penyebut berbentuk akar disebut
merasionalkan penyebut. Formula yang dipergunakan
untuk merasionalkan penyebut berbentuk akar tunggal
adalah sebagai berikut:

𝑎 𝑎 √𝑏 𝑎√𝑏
(i) = × =
√𝑏 √𝑏 √𝑏 𝑏

√𝑎 √𝑎 √𝑏 √𝑎𝑏
(ii) = × =
√𝑏 √𝑏 √𝑏 𝑏

Contoh:
3 5𝑎4
Sederhanakan bentuk berikut √ !
4𝑏3

11
Jawab:
3
3 5𝑎4 √5𝑎4
√ =
4𝑏3 3√4𝑏3
3
√5𝑎3 ∙ 𝑎
= 3
𝑏 √4
3
𝑎 √5𝑎
= 3
𝑏 √4
3 3
𝑎 √5𝑎 √2
= 3 ∙3
𝑏 √22 √2
3
𝑎 √10𝑎
=
2𝑏

4. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar


a. Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar
Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar dapat
dilakukan apabila bentuk-bentuk akar tersebut sejenis,
yaitu indeks akar harus sama dan radikannya juga harus
sama. Radikan adalah bilangan diakarkan.

𝑛 𝑛 𝑛
𝑏 √𝑎 + 𝑐 √𝑎 = (𝑏 + 𝑐) √𝑎
𝑛 𝑛 𝑛
𝑏 √𝑎 − 𝑐 √𝑎 = (𝑏 − 𝑐) √𝑎

Contoh:
3 3 3
Sederhanakan 2𝑎 √16 + √81𝑎3 − 7𝑎 √2 !

12
Jawab:
3 3 3
2𝑎 √16 + √81𝑎3 − 7𝑎 √2
3 3 3
= 2𝑎 √23 ∙ 2 + √33 ∙ 3 ∙ 𝑎3 − 7𝑎 √2
3 3 3
= 2𝑎 ∙ 2√2 + 3𝑎 √3 − 7𝑎 √2
3 3 3
= 4𝑎 √2 + 3𝑎 √3 − 7𝑎 √2
3 3 3
= (4𝑎 √2 − 7𝑎 √2) + 3𝑎 √3
3 3
= (4𝑎 − 7𝑎) √2 + 3𝑎 √3
3 3
= −3𝑎 √2 + 3𝑎 √3
3 3
= 3𝑎( √3 − √2)

b. Perkalian antarbentuk akar


Dalam melakukan perkalian antarbentuk akar, kita
dapat menggunakan beberapa formula berikut ini:

𝑛
(i) 𝑛√𝑎 ∙ 𝑛√𝑎 = √𝑎𝑏, untuk 𝑎 ≥ 0, 𝑏 ≥ 0, dan 𝑛 ≥ 0

(ii) (𝑎 + 𝑏)(𝑎 − 𝑏) = 𝑎2 − 𝑏 2

(iii) (𝑎 + 𝑏)2 = 𝑎2 + 𝑏 2 + 2𝑎𝑏

(iv) (𝑎 − 𝑏)2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑏

(v) (𝑎 + 𝑏)3 = 𝑎3 + 𝑏 3 + 3𝑎𝑏(𝑎 + 𝑏)

(vi) (𝑎 − 𝑏)3 = 𝑎3 − 𝑏 3 − 3𝑎𝑏(𝑎 − 𝑏)

Contoh:
2
Tentukan nilai dari (√5 − √3) !

13
Jawab:
2 2 2
(√5 − √3) = (√5) + (√3) − 2√5√3
= 5 + 3 − 2√5√3
= 8 − 2√15

c. Pembagian bentuk akar


Bentuk akar yang sejenis dapat dilakukan operasi
pembagian. Untuk melakukan pembagian kita akan
menggunakan sifat di bawah ini:

𝑛
√𝑎 𝑛 𝑎
𝑛 = √ , dengan 𝑏 ≠ 0
√𝑏 𝑏

Contoh:
3√34𝑥+1
Hitung hasil operasi dari !
√31−2𝑥
Jawab:

3√34𝑥+1 34𝑥+1
= 3∙√
√31−2𝑥 31−2𝑥

= 3 ∙ √34𝑥+1−(1−2𝑥)
= 3 ∙ √34𝑥+1−1+2𝑥
= 3 ∙ √36𝑥
= 3 ∙ √(33𝑥 )2
= 3 ∙ 33𝑥
= 33𝑥+1

14
d. Menarik akar dalam akar suku dua
Dalam menarik akar dalam akar suku dua, kita
dapat menggunakan beberapa formula berikut ini:

Jika 𝑎 ≥ 0, 𝑏 ≥ 0, dan 𝑐 ≥ 0, maka:

(i) √(𝑎 + 𝑏) + 2√𝑎𝑏 = √𝑎 + √𝑏

(i) √(𝑎 + 𝑏) − 2√𝑎𝑏 = √𝑎 − √𝑏 dengan 𝑎 > 𝑏

𝑎+𝑛 𝑎−𝑛
(iii) √𝑎 + 𝑏√𝑐 = √ +√
2 2

2
dengan 𝑛 = √𝑎2 − (𝑏√𝑐)

𝑎+𝑛 𝑎−𝑛
(iv) √𝑎 − 𝑏√𝑐 = √ −√
2 2

Contoh: Sederhanakan √8 + 2√15!


Jawab:

√8 + 2√15 , berarti 𝑎 = 8, 𝑏 = 2, 𝑐 = 15, maka:

2
𝑛 = √𝑎2 − (𝑏√𝑐)
2
= √82 − (2√15)

15
= √64 − 60
= √4
=2
8+2 8−2
Jadi, √8 + 2√15 = √ +√
2 2

10 6
=√ +√
2 2
= √5 + √3

5. Merasionalkan Penyebut Bentuk Akar


Pecahan yang penyebutnya berbentuk akar binomial
atau polinomial dapat diubah atau disederhanakan dengan
merasionalkan penyebut berbentuk akar itu. untuk
merasionalkan penyebut itu, maka pembilang dan penyebut
dari pecahan itu dikalikan dengan senama atau sekawan
dari penyebut yang berbentuk akar.Bentuk akar sekawan
dari 𝑎 + √𝑏 adalah 𝑎 − √𝑏, bentuk akar sekawan dari √𝑎 +
√𝑏 adalah √𝑎 − √𝑏.
Sebagai pedoman untuk merasionalkan penyebut
suatu pecahan berbentuk akar dapat digunakan formula
berikut ini:

16
𝑐 𝑐 𝑎 − √𝑏 𝑐(𝑎 − √𝑏)
(i) = ∙ =
𝑎 + √𝑏 𝑎 + √𝑏 𝑎 − √𝑏 𝑎2 − 𝑏

𝑐 𝑐 𝑎 + √𝑏 𝑐(𝑎 + √𝑏)
(ii) = ∙ =
𝑎 − √𝑏 𝑎 − √𝑏 𝑎 + √𝑏 𝑎2 − 𝑏

𝑐 𝑐 √𝑎 − √𝑏 𝑐(√𝑎 − √𝑏)
(iii) = ∙ =
√𝑎 + √𝑏 √𝑎 + √𝑏 √𝑎 − √𝑏 𝑎−𝑏

𝑐 𝑐 √𝑎 + √𝑏 𝑐(√𝑎 + √𝑏)
(iv) = ∙ =
√𝑎 − √𝑏 √𝑎 − √𝑏 √𝑎 + √𝑏 𝑎−𝑏

Contoh:
√2
Rasionalkan penyebut pecahan !
√5 + √3 − √2
Jawab:
√2 √2 (√5 + √3) + √2
= ∙
√5 + √3 − √2 (√5 + √3) − √2 (√5 + √3) + √2
√2 [(√5 + √3) + √2]
= 2
(√5 + √3) − 2
√10 + √6 + 2
=
5 + 3 + 2√15 − 2
√10 + √6 + 2
=
6 + 2√15

17
√10 + √6 + 2 6 − 2√15
= ∙
6 + 2√15 6 − 2√15
(√10 + √6 + 2) ∙ (6 − 2√15)
=
36 − 4 ∙ 15
6√10 − 2√150 + 6√6 − 2√90 + 12 − 4√15
=
36 − 60
6√10 − 10√6 + 6√6 − 6√10 + 12 − 4√15
=
−24
−4√6 + 12 − 4√15
=
−24
−4(√6 + 3 − √15)
=
−24
1
= (√6 + 3 − √15)
6

D. Logaritma
Ketika kita bekerja dengan bentuk perpangkatan 𝑦 = 𝑏 𝑥 ,
seringkali kita diharuskan mencari nilai 𝑥. Hal ini berarti kita
diharuskan mendefinisikan bentuk baru dari persamaan di atas
yangdikenal dengan logaritma.

1. Pengertian Logaritma

𝑦 = 𝑏 𝑥 ⇔ 𝑥 = 𝑏log 𝑦, dibaca:

𝑦 = 𝑏 𝑥 , jika dan hanya jika 𝑥 = 𝑏log 𝑦. dengan 𝑥, 𝑏, dan 𝑦


sembarang bilangan real, 𝑏 ≠ 1, 𝑏 > 1, dan 𝑦 > 0.

18
Pada penulisan 𝑏 log 𝑦, 𝑏 disebut bilangan pokok
logaritma, dan 𝑦 disebut bilangan yang dilogaritma. Jika
bilangan pokok bernilai 10, maka bilangan pokok 10
10
biasanya tidak ditulis, misalnya log 𝑦 = log 𝑦.
Jikabilangan pokoknya 𝑒 (bilangan Euler, 𝑒 =
2,718281828 … . ), maka logaritmanya ditulis ln (dibaca
“lon” merupakan logaritma natural), misalnya
𝑒
log 𝑦 = ln 𝑦.

Contoh:
a. Hitunglah 2log 32 !
b. Jika 𝑛log 49 = 2, maka tentukan nilai 𝑛!
Jawab:
a. 2log 32 = 𝑥 ⇔ 2𝑥 = 32 Bentuk logaritma yang
𝑥 5
2 =2 akan dicari nilainya
𝑥=5 dimisalkan dengan 𝑥, lalu
diubah ke bentuk pangkat.
Jadi, 2log 32 = 5
b. 𝑛log 49 = 2 ⇔ 𝑛2 = 49
𝑛2 = 72
𝑛=7

2. Sifat-sifat Logaritma y
Oleh karena bentuk logaritma memungkinkan bentuk
pangkat dan sebaliknya, sifat-sifat logaritma dapat
diturunkan dari sifat-sifat bilangan berpangkat.

19
a. Logaritma dari perkalian (The multiplication rule)

𝑏
log(𝑥 ∙ 𝑦) = 𝑏log 𝑥 + 𝑏log 𝑦

dengan 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, 𝑥 > 0, dan 𝑦 > 0

Bukti:
Untuk membuktikan sifat di atas, kita memisalkan:
𝑥 = 𝑏𝑚 dan 𝑦 = 𝑏𝑛
𝑥 ∙ 𝑦 = 𝑏𝑚 ∙ 𝑏𝑛
𝑥 ∙ 𝑦 = 𝑏 𝑚+𝑛 ⇔ 𝑚 + 𝑛 =
𝑏
log(𝑥 ∙ 𝑦)…………….pers. 1
𝑥 = 𝑏𝑚 ⇔ 𝑚 = 𝑏log 𝑥
𝑦 = 𝑏𝑛 ⇔ 𝑛 = 𝑏 log 𝑦 +
𝑚 + 𝑛 = 𝑏log 𝑥 +
𝑏
log 𝑦…………….pers. 2
Dari per. 1 dan pers. 2 didapatkan:
𝑏
log(𝑥 ∙ 𝑦) = 𝑏log 𝑥 + 𝑏 log 𝑦 (terbukti)

Contoh:
Hitunglah 4log 64 !
Jawab:
4
log 64 = 4log(4 ∙ 4 ∙ 4)
= 4log 4 + 4log 4 + 4log 4
= 1+1+1
=3

20
b. Logaritma dari pembagian (The division rule)

𝑏 𝑥
log ( ) = 𝑏log 𝑥 − 𝑏log 𝑦
𝑦

dengan 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, 𝑥 > 0, dan 𝑦 > 0

Bukti:
Untuk membuktikan sifat di atas, kita memisalkan:
𝑥 = 𝑏𝑚 dan 𝑦 = 𝑏𝑛
𝑥 𝑏𝑚
=
𝑦 𝑏𝑛
𝑥 𝑥
= 𝑏𝑚−𝑛 ⇔ 𝑚 − 𝑛 = 𝑏log ( ) … … … … … pers. 1
𝑦 𝑦
𝑚 𝑏
𝑥=𝑏 ⇔ 𝑚 = log 𝑥
𝑦 = 𝑏𝑛 ⇔ 𝑛 = 𝑏log 𝑦 _
𝑏 𝑏
𝑚 − 𝑛 = log 𝑥 − log 𝑦 … … … pers. 2

Dari per. 1 dan pers. 2 didapatkan:


𝑏 𝑥
log ( ) = 𝑏 log 𝑥 − 𝑏log 𝑦 (terbukti)
𝑦

Contoh:
Ubahlah 𝑏 log(𝑥 2 − 1) − 𝑏log(𝑥 + 1) ke bentuk
logaritma yang paling sederhana!

Jawab:
𝑏 𝑥2 − 1
log(𝑥 2 − 1) − 𝑏 log(𝑥 + 1) = 𝑏 log ( )
𝑥+1

21
(𝑥 − 1)(𝑥 + 1)
= 𝑏 log ( )
𝑥+1
= 𝑏 log(𝑥 − 1)

c. Logaritma dari perpangkatan (The power rule)

𝑏
log 𝑥 𝑝 = 𝑝 ∙ 𝑏log 𝑥

dengan 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, dan 𝑥 > 0

Bukti:
Misalkan 𝑥 = 𝑏𝑚
𝑥 = 𝑏𝑚 ⇔ 𝑏 log 𝑥 = 𝑚
𝑝 ∙ 𝑏log 𝑥 = 𝑚𝑝……………….…….pers. 1
𝑥 = 𝑏𝑚
𝑥 𝑝 = (𝑏 𝑚 )𝑝
𝑥 𝑝 = 𝑏𝑚𝑝 ⇔ 𝑏 log 𝑥 𝑝 = 𝑚𝑝…………………pers. 2

Dari pers. 1 dan pers. 2 didapatkan:


𝑏
log 𝑥 𝑝 = 𝑝 ∙ 𝑏 log 𝑥 (terbukti)

Berdasarkan sifat-sifat logaritma dari perpangkatan (the


power rule) dapat dibuktikan kebenaran dari lima sifat
logaritma berikut ini:

22
untuk 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, dan 𝑐 > 0 selalu berlaku:
𝑏
(i) log 𝑏 𝑛 = 𝑛
𝑏
(ii) log 𝑏 = 1

(iii) 𝑏log 1 = 0
𝑚 𝑛 𝑏
(iv) 𝑏 log 𝑐 𝑛 = log 𝑐
𝑚
𝑏 𝑏𝑛
(v) log 𝑎 = log 𝑎𝑛

Contoh:
√8 1
Jika log 𝑥 = 3 , hitunglah nilai 𝑥!
3

Jawab:
√8 1
log 𝑥 = 3
3
2
(√8) 10
log 𝑥 2 =
3
10
8
log 𝑥 2 = 8log 8 3
10
𝑥 2 = (23 ) 3
𝑥 2 = 210, karena 𝑥 > 0, maka
𝑥 = 25

23
d. Mengubah basis logaritma

𝑎
𝑏 log 𝑥
log 𝑥 = 𝑎
log 𝑏

dengan 𝑎 ≠ 1, 𝑎 > 0, 𝑏 ≠ 1, 𝑏 > 0, dan 𝑥 > 0


Bukti:
Misalkan 𝑥 = 𝑎𝑚 ⇔ 𝑚 = 𝑎log 𝑥
𝑏 = 𝑎𝑛 ⇔ 𝑛 = 𝑎 log 𝑏 :
𝑎
𝑚 log 𝑥
= 𝑎
𝑛 log 𝑏
𝑎
log 𝑥
Jadi, 𝑏log 𝑥 = 𝑎 (terbukti)
log 𝑏

Berdasarkan sifat di atas dapat pula diturunkan sifat


berikut ini:

𝑏 1
(i) log 𝑥 = 𝑥 dengan 𝑏 ≠ 1, 𝑥 ≠ 1, 𝑏 > 0, 𝑑𝑎𝑛 𝑥 > 0
log 𝑏

(ii) 𝑎log 𝑏 ∙ 𝑏log 𝑐 = 𝑎log 𝑐 dengan 𝑎 ≠ 1, 𝑏 ≠ 1, 𝑎, 𝑏, 𝑐 > 0

Contoh:
Jika 9log 8 = 𝑎, tentukan nilai 4log 3!
Jawab:
4 2
log 3 = 4 log 32
= 16log 9
1
= 9
log 16
24
1
= 4
9
log(23 )3
1 3
= ∙
4 9 3 3
3 log 2
3 1
=
4 9log 8
3
=
4𝑎

e. Perpangkatan dengan logaritma

𝑏
log 𝑥
𝑏 =𝑥

dengan 𝑏 > 0, 𝑏 ≠ 1, dan 𝑥 > 0

Bukti:
Misalkan, 𝑥 = 𝑏𝑚 ⇔ 𝑚 = 𝑏 log 𝑥
𝑏𝑚 = 𝑥
𝑏
log 𝑥
𝑏 = 𝑥 (terbukti)

2
log 25
Contoh: Hitunglah 8 !
Jawab:
2
2
log 25 log 25
8 = 23
2 3
= 2 log 25
= 253
= (52 )3
= 56

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Untuk sembarang bilangan real 𝑎 dan 𝑏 serta sembarang
bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛 berlaku sifat-sifat sebagai berikut:
a. 𝑎𝑚 ∙ 𝑎𝑛 = 𝑎𝑚+𝑛
𝑎𝑚
b. = 𝑎𝑚−𝑛
𝑎𝑛
c. (𝑎𝑚 )𝑛 = 𝑎𝑚∙𝑛
d. (𝑎 ∙ 𝑏)𝑚 = 𝑎𝑚 ∙ 𝑏𝑛
𝑎 𝑚 𝑎𝑚
e. (𝑏 ) = 𝑏𝑛
−𝑛 1
f. 𝑎 = 𝑎𝑛 dan 𝑎0 = 1
2. Untuk 𝑎 ∈ himpunan bilangan real tidak nol, selalu berlaku:
a. 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑃 , maka 𝑓(𝑥) = 𝑃
b. 𝑎 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑔(𝑥), maka 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)
𝑛
3. Jika nilai √𝑎 ada sebagai bilangan real, maka:
𝑚 𝑛 𝑚
𝑛
𝑎 𝑛 = √𝑎𝑚 = ( √𝑎)

dengan 𝑚 dan 𝑛 bilangan bulat positif.


4. Untuk bilangan bulat positif 𝑚 dan 𝑛, selalu berlaku:
𝑛
a. √𝑎𝑛 = 𝑎 untuk 𝑎 ≥ 0
𝑛 𝑛 𝑛
b. √𝑎 ∙ √𝑏 = √𝑎𝑏 untuk 𝑎, 𝑏 ≥ 0
𝑛𝑚 𝑚𝑛
c. √ √𝑎 = √𝑎
𝑛
𝑛 𝑎 √𝑎
d. √ = 𝑛 dengan 𝑏 ≠ 0
𝑏 √𝑏
5. Merasionalkan penyebut berbentuk akar tunggal

26
𝑎 𝑎 √𝑏 𝑎√𝑏
a. = × =
√𝑏 √𝑏 √𝑏 𝑏
√𝑎 √𝑎 √𝑏 √𝑎𝑏
b. = × =
√𝑏 √𝑏 √𝑏 𝑏
6. Operasi aljabar pada bentuk akar
Untuk 𝑎 ≥ 0, 𝑏 ≥ 0, 𝑐 ≥ 0, dan 𝑛 ≥ 0
𝑛 𝑛 𝑛
a. 𝑏 √𝑎 + 𝑐 √𝑎 = (𝑏 + 𝑐) √𝑎
𝑛 𝑛 𝑛
b. 𝑏 √𝑎 − 𝑐 √𝑎 = (𝑏 − 𝑐) √𝑎
𝑛 𝑛 𝑛
c. √𝑎 ∙ √𝑎 = √𝑎𝑏
𝑛
√𝑎 𝑛 𝑎
d. 𝑛 = √ , dengan 𝑏 ≠ 0
√𝑏 𝑏

e. √(𝑎 + 𝑏) + 2√𝑎𝑏 = √𝑎 + √𝑏

f. √(𝑎 + 𝑏) − 2√𝑎𝑏 = √𝑎 − √𝑏 dengan 𝑎 > 𝑏

𝑎+𝑛 𝑎−𝑛 2
g. √𝑎 + 𝑏√𝑐 = √ +√ dengan 𝑛 = √𝑎2 − (𝑏√𝑐)
2 2

𝑎+𝑛 𝑎−𝑛
h. √𝑎 − 𝑏√𝑐 = √ −√
2 2

7. Merasionalkan penyebut bentuk akar

𝑐 𝑐 𝑎 − √𝑏 𝑐(𝑎 − √𝑏)
a. = ∙ =
𝑎 + √𝑏 𝑎 + √𝑏 𝑎 − √𝑏 𝑎2 − 𝑏

𝑐 𝑐 𝑎 + √𝑏 𝑐(𝑎 + √𝑏)
b. = ∙ =
𝑎 − √𝑏 𝑎 − √𝑏 𝑎 + √𝑏 𝑎2 − 𝑏

𝑐 𝑐 √𝑎 − √𝑏 𝑐(√𝑎 − √𝑏)
c. = ∙ =
√𝑎 + √𝑏 √𝑎 + √𝑏 √𝑎 − √𝑏 𝑎−𝑏

27
𝑐 𝑐 √𝑎 + √𝑏 𝑐(√𝑎 + √𝑏)
d. = ∙ =
√𝑎 − √𝑏 √𝑎 − √𝑏 √𝑎 + √𝑏 𝑎−𝑏

8. Pengertian logaritma
𝑦 = 𝑏 𝑥 ⇔ 𝑥 = 𝑏log 𝑦, dibaca: 𝑦 = 𝑏 𝑥 , jika dan hanya jika 𝑥 =
𝑏
log 𝑦. dengan 𝑥, 𝑏, dan 𝑦 sembarang bilangan real, 𝑏 ≠ 1, 𝑏 >
1, dan 𝑦 > 0.
9. Sifat-sifat logaritma
Untuk 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑥, 𝑦 > 0 dan 𝑎, 𝑏 ≠ 1
a. 𝑏log(𝑥 ∙ 𝑦) = 𝑏log 𝑥 + 𝑏log 𝑦
𝑏 𝑥
b. log ( ) = 𝑏log 𝑥 − 𝑏log 𝑦
𝑦
𝑏
c. log 𝑥 𝑝 = 𝑝 ∙ 𝑏log 𝑥
𝑎
𝑏 log 𝑥
d. log 𝑥 = 𝑎log 𝑏

𝑏 1
e. log 𝑥 = 𝑥log 𝑏

𝑎
f. log 𝑏 ∙ 𝑏log 𝑐 = 𝑎log 𝑐
𝑏
log 𝑥
g. 𝑏 =𝑥

B. Saran
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan, dan
pemilihan kata serta cakupan materi yang masih kurang adalah
di antara kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran
dan kritik membangun sangat penulis harapkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Santoso. 2013. Matematika untuk SMA/MA Kelas X. Sidoarjo:


Masmedia Buana Pustaka.
Sukino. 2013. Matematika Jilid 1A untuk SMA/MA Kelas X
Semester 1. Jakarta: Erlangga.

iv

Anda mungkin juga menyukai