Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI GURU KELAS DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR

ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI SLB NEGERI 01


BENGKULU TENGAH

SEMINAR PROPOSAL
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Universitas Islam Negeri Fatmawati
Sukarno Bengkulu Untuk Memahami Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:
Ranisah
Nim: 1911240054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dengan segala
limpahan rahmat dan karuania-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun proposal
penelitian yang berjudul “ Strategi Guru Kelas Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Anak Tunagrahita Tingkat Sekolah Dasar Di SLB Negeri 01 Bengkulu
Tengah” Dalam proses penyusunan proposal ini, penulis tidak akan mampu
menyelesaikannya tanpa bantuan, bimbingan, dukungan semangat serta motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Fatamawati Sukarno Bengkulu (UNIFAS) Bengkulu yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan program studi S1

UNIFAS di Bengkulu.

2. Bapak Dr. Mus Mulyadi S, Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris

Universitas Islam Negeri Fatamawati Sukarno Bengkulu (UNIFAS) Bengkulu

yang selalu memberikan dorongan keberhasilan dan ilmu yang bermanfaat

kepada penulis.

3. Bapak Adi Saputra, M.Pd selaku sekretaris jurusan Tarbiyah Faklutas Tarbiyah

dan Tadris Universitas Islam Negeri Fatamawati Sukarno Bengkulu ( UNIFAS)

Bengkulu yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

bagi penulis.
4. Bapak Abdul Aziz Mustamin, M.Pd.I selaku Koordinator Prodi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Tadris UNIFAS Bengkulu

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal skripsi

penelitian ini ialah berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak.

Akhir kata, kepada Allah SWT. penulis memohon agar skripsi penelitian ini

dapat memberikan sumbangan untuk penelitian selanjutnya, dan berguna serta

bermanfaat bagi penulis juga para pembacanya atas segala bantuan yang tiada ternilai

harganya, semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Bengkulu, Oktober 2022

Ranisah
NIM.1911240054
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................5
C. Pembatasan Masalah.........................................................................................5
D. Rumusan Masalah.............................................................................................5
E. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
F. Manfaat Penelitian............................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi..............................................................................................................8
1. Pengertian Strategi......................................................................................8
2. Macam-macam Strategi............................................................................10
B. Strategi Guru Kelas.........................................................................................11
1. Pengertian Guru Kelas..............................................................................11
2. Standar Kompetensi Guru.........................................................................12
3. Karakteristik Guru Profesional.................................................................12
4. Strategi Guru Kelas...................................................................................14
C. Konsep Anak Tunagrahita Tingkat Sekolah Dasar.........................................15
1. Pengertian Tunagrahita.............................................................................15
2. Konsep Pendidikan Sekolah Dasar...........................................................17
D. Penelitian Terdahulu.......................................................................................19
E. Kerangka Berpikir...........................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................................22
B. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................23
C. Informan Penelitian.........................................................................................23
D. Sumber Data....................................................................................................23
1. Data primer...............................................................................................23
2. Data sekunder............................................................................................23
E. Instrument penelitian......................................................................................23
F. Teknik pengumpulan data...............................................................................24
1. Wawancara................................................................................................24
2. Observasi...................................................................................................24
3. Dokumentasi.............................................................................................25
G. Teknik analisis data.........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya Sekolah Luar Biasa (SLB) hadir sebagai wadah untuk
memberikan pendidikan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus, diantaranya
Tuna Netra, Tuna Rungu, Tunagrahita, Tuna Daksa, Tuna Laras, Down
Syndrome, dan Autisme. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang
mengalami kelainan atau penyimpangan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan baik berupa fisik, mental, sosial, dan emosional. Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dibandingkan dengan anak normal pada umumnya
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.1 Menurut (Sabra : 2010)
dalam (Ratnasari : 2013) ada umumnya anak berkebutuhan khusus memerlukan
layanan pendidikan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Tentu
layanan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus adalah layanan yang
telah diterapkan oleh pemerintah. Pendidkan Inklusif bertujuan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.2
Dalam dunia pendidikan, strategi belajar sangat diperlukan bagi setiap guru
dalam mengajar anak tunagrahita. Strategi merupakan siasat atau cara, hal ini
berarti sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa oleh guru untuk
mencapai tujuan tertentu. Strategi secara umum dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

1
Jannah dan Darmawanti, 2004 :15
2
Pasal 2 huruf a Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
Istimewa (Premendiknas 70/2009)
ditentukan.3 Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di
sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di
sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak
tunagrahita yaitu; Strategi pembelajaran yang di individualisasikan, strategi
kooperatif, dan strategi modifikasi tingkah laku.4
Peran penting guru kelas dalam usaha untuk mewujudkan tujuan
pendidikan membuat kepala sekolah memiliki kriteria tertentu untuk menunjuk
seorang guru menjadi guru kelas. Pemilihan seorang guru yang akan menjadi
guru kelas mempunyai kualifikasi tersendiri dan sudah dimiliki sebelumnya.
Kualifikasi yang dimiliki guru tidak hanya mengetahui dan memahami tugas-
tugas pokok sebagai guru kelas seperti tugas yang berkaitan dengan adminstari
siswa. Yang utama adalah memiliki akhlakul karimah, baik ketika berada dalam
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Perencanaan
pembelajaran inklusi oleh guru kelas, tanpa membedakan antara siswa
berkebutuhan khusus dengan siswa lainnya, yang merupakan pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Persiapan guru dalam menentukan dan
mengelola kelas berbasis inkluisi dilakukan beberapa oleh guru dengan
memperhatikan lingkungan kelas yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran.5
Di sekolah guru kelas telah berusaha semaksimal mungkin membimbing,
mengarahkan juga memberikan perhatian khusus terhadap anak tunagrahita yang
mengalami kesulitan belajar di kelas. Juga di rumah seorang anak tunagrahita
tentu memerlukan bimbingan dan motivasi orang tua dalam proses belajar agar
berhasil menjadi pribadi yang mandiri. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi

3
Muhammad Warif, Strategi Guru Kelas Dalam Menghadapi Peserta Didik Yang Malas
Belajar, Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 04 No 1, 2019 h.44
4
Dr. Sima Mulyadi, M. Pd. Dan Anita Kresnawaty, M. Pd., Manajemen Pembelajaran Inklusi Pada
Anak Usia Dini, (Ksatria Siliwangi), hal 58.
5
Asih Mardati, dkk, Membentuk Karakter Siswa (Antologi Esai Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah
Dasar), (Yogyakarta: UAD Press (Anggota IKAPI dan APPTI), 2021), hal. 62.
yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan tersebut
menyebabkan orang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan belajar.6
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SLB Negeri 01 Bengkulu
Tengah ditemukan bahwa ada berbagai macam jenis anak berkebutuhan khusus
diantaranya; Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita, Tuna Daksa, Down
Syndrome, dan Autisme. Dalam hal ini anak tunagrahita mendominasi jumlah
terbanyak di sekolah sesuai dengan hasil wawancara berdasarkan proses
pembelajaran berlangsung perlu adanya peran, pendekatan dan strategi guru
dalam mengatasi kesulitan belajar pada anak tunagrahita. 7 Selanjutnya
berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa kesulitan atau hambatan yang
ditemukan oleh guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus berdiagnosa tunagrahita. Salah satunya kondisi siswa yang
kurang semangat dalam belajar, lambat pada saat memahami materi yang
disampaikan guru, dan juga anak tersebut memiliki kelemahan dalam aspek
berpikir. Hal ini tentu menjadi pusat perhatian khususnya guru yang menangani
anak tunagrahita pada tingkat sekolah dasar berjumlah kurang lebih 10 siswa
tunagrahita dengan 4 guru pengajar dalam menyikapi anak tersebut supaya tetap
kondusif dalam proses pembelajaran juga anak semangat dan percaya diri dengan
kemampuan belajarnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul tentang
“Strategi guru kelas dalam mengatasi kesulitan belajar anak Tunagrahita tingkah
sekolah dasar di SLB Negeri 01 Bengkulu Tengah”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

6
Drs. Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Niaga Swadaya), hal. 22
7
Hasil observasi awal penulisan di sekolah SLB Negeri 01 Bengkulu Tengah pada 31 Mei 2022
1. Bagimana strategi yang diberikan guru kelas dalam mengatasi kesulitan
belajar anak Tunagrahita tingkat sekolah dasar di SLB Negeri 01 Bengkulu
Tengah?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi guru kelas dalam mengatasi kesulitan
belajar anak Tunagrahita tingkat sekolah dasar di SLB Negeri 01 Bengkulu
Tengah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagimana strategi yang diberikan guru kelas dalam
mengatasi kesulitan belajar anak Tunagrahita tingkat sekolah dasar di SLB
Negeri 01 Bengkulu Tengah?
2. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi guru kelas dalam
mengatasi kesulitan belajar anak Tunagrahita tingkat sekolah dasar di SLB
Negeri 01 Bengkulu Tengah?
.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai strategi guru dalam
mengatasi anak Tunagrahita.
b. Sebagai pengalaman belajar dalam menggunakan strategi untuk guru,
siswa, dan peneliti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga pencapaian
hasil belajar yang lebih baik.
b. Bagi guru, untuk memberikan masukan kepada guru mengenai strategi
yang digunakan dalam mengatasi anak Tunagrahit.
c. Bagi orang tua, orang tua dapat memdampingi anaknya dalam proses
belajar dirumah.
d. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan pembelajaran, pertimbangan dan
pengawasan bagi guru terhadap strategi yang digunakan guru kelas dalam
mengatasi anak Tunagrahita.
e. Bagi penelitian, sebagai acuan untuk mengetahui strategi guru di masa
mendatang dalam mengatasi anak Tunagrahita.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran.
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti “jenderal” atau
“panglima”, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu
kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan peran.
Pengertian tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yang
dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran
dikelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang dtetapkan itu dapat dicapai
secara efektif dan efisien.8 Strategi juga merupakan pola umum rentetan
kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.9
Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar
mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan murid-murid dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar ,mengajar merupakan
sejumlah langkah yang direkayasa atau direncanakan sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Tentunya untuk melaksanakan tugas secara professional, guru sangat
memerlukan suatu wawasan yang mantap mengenai kemungkinan-

8
Naniek Kusumawati, Endang Sri Maruti, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, (Jawa
Timur: CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2019), hal. 7
9
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Grasindo; 2007),
hal.168.
kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar
yang telah dirumuskan.10
Selain itu, suatu strategi tertentu diperlukannya seperangkat metode
pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam
satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan dengan berbagai metode seperti
ceramah, Tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi. Keseluruhan metode
termasuk media pembelajaran yang digunakan untuk menggambarkan
strategi pembelajaran. bahwa strategi/model pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisaian matei pelajaran dan
peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang
sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencangkup tentang urutan
kegiatan pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kemudian, prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah
bahwa tidak semua strategi pembelajaran itu cocok digunakan untuk
mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua kondisi pembelajaran. Oleh
karena itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Berorientasi pada tujuan
Dalam strategi pembelajaran tujuan merupakan komponen yang
utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting tentunya,
sebab mengajar adalah proses yang memiliki tujuan. Oleh sebab itu,
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

10
Rosma Hartini, Strategi Belajar Mengajar, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN), (Bengkulu: 2015), hal. 3.
b. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya
yang kita inginkan adalah perubahan perilaku setiap siswa. Guru
dikatakan professional jika ia menangani 32 orang siswa pekelasnya,dan
seluruhnya dikatakan berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
c. Aktivitas
Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa, baik
aktivitas fisik maupun aktivitas mental. Dengan begitu, strategi
pembelajaran yang duterapkan yang digunakan harus betul-betul
memotivasi, mendorong siswa untuk ikut telibat aktif dalam proses
pembelajaran.
d. Integritas
Strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kehidupan siswa secara terintegritas baik itu aspek kognitif dan
psikomotorik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 khususnya
dalam Bab IV disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.11

2. Macam-macam Strategi
Beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan
pembelajaran menurut Saskatchewan meliputi;
a. Strategi pembelajaran langsung

11
Naniek Kusumawati, Endang Sri Maruti, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, (Jawa
Timur: CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2019), hal 8-11.
Strategi pembelajaran langsung lebih banyak berpusat pada guru juga
biasanya bersifat deduktif. Kelebihan dari strategi ini adalah mudah
dilakukan dan direncanakan, yang mana kelemahannya itu bersifat
monoton.
b. Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi pembelajaran tidak langsung menekankan pada pembelajaran
dimana guru itu berperan sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan
kepada siswa seluas-luasnya untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Startegi ini bersifat inkuiri, induktif, pemecahan masalah dan penemuan.
c. Strategi pembelajaran interaktif
Strategi ini menekankan pada kajian yang meliputi diskusi dan
sharing antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.
d. Strategi pembelajaran eksperimen
Strategi ini lebih menekankan kepada kemampuan siswa dalam
menyampaikan hasil akhir atau kesimpulan dalam proses pembelajaran
menggunakan bahasanya sendiri dengan logis dan benar.
e. Strategi pembelajaran mandiri
Startegi ini menekankan pada tanggung jawab dan kemandirian siswa
dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran dari guru.12

B. Guru
1. Pengertian Guru
Guru adalah komponen paling utama dalam kegiatan pengelolaan kelas,
tanpa guru aktivitas pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal. Juga
guru tidak bisa digantikan oleh apapun baik itu teknologi secanggih apapun
itu. Dengan begitu peranan guru sangat menentukan suatu keberhasilan
dalam proses pembelajaran karena kedudukannya sebagai pemimpin dalam

12
Sitti Hermayanti Kaif, Fajrianti, Dra. Satriani. DM, Strategi Pembelajaran (Macam-macam
Strategi Pembelajaran yang dapat diterapkan Guru), (Surabaya; Inoffast Publishing, 2022), hal 3-4.
dunia pendidikan dikelasnya. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar
sepenuhnya tanpa campur tangan orang lain .
Guru yang baik itu adalah guru yang tentunya memahami tugas dan
fungsinya dan dapat memahami kedudkannya sebagai pendidik yang
professional.13

2. Standar Kompetensi Guru Inklusi

3. Karakteristik Guru Profesional

C. Strategi Guru
1. Pengertian Strategi Guru
Strategi yang diterapkan guru dalam mengajar anak tunagrahita dapat
mempengaruhi keefektifan dan keberhasilan pembelajaran. Pemilihan
satrategi yang tepat dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang
kondusif, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima materi
pembelajaran dengan baik. Selain itu, keberhasilan pembelajaran dan proses
pengajaran itu efektif, guru harus mengetahui strategi pembelajaran yang
bervariasi dan tidak bertumpu pada satu metode saja. Strategi yang bervariasi
dapat merubah kejenuhan siswa tunagrahita, sehingga siswa lebih senang dan
bersemangat dalam belajar di sekolah.
Pada proses pembelajaran di lingkungan Sekolah dasar luar Biasa
siswa tunagrahita, guru sangatlah berperan penting pada proses pembelajaran
dikelas supaya anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dikarenakan
tingkat pemahaman siswa tunagrahita dengan siswa pada umumnya sangatlah
berbeda.

13
Dr. Adirasa Hadi Prasetyo, Indra Nanda, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Inspiratif,
(Jawa Barat: CV Adanu Abimata, 2021), hal 114.
Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan strategi pembelajaran di
kelas dalam mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita tingkat sekolah
dasar. Strategi yang digunakan oleh guru, harus sesuai dengan kebutuhan
siswa tunagrahita. Penggunaan strategi yang tepat sangat membantu siswa
tunagrahita dalam menguasai kemampuan belajar di kelas. Strategi
pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan
berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita yaitu;
Strategi pembelajaran yang di individualisasikan, strategi kooperatif, dan
strategi modifikasi tingkah laku.14

D. Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita, yaitu anak yang mengalami hambatan dalam
perkembangan mental disertai ketidakmampuan untuk belajar dan
menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan khusus.
Masalah mendasar bagi anak tunagrahita adalah rendahnya kemampuan
berpikir, perhatian dan ingatannya lemah, perhatiannya mudah dipengaruhi,
untuk memahami kemampuan berpikir dan inteligensinya dapat dilihat
klasifikasi yang sudah umum digunakan dalam pendidikan bagi mereka, yaitu
:
(1) Debil IQ-nya 50 – 70; (2) Embisil 25 -49; (3) Idiot memiliki IQ
antara 24 ke bawah. Dilihat dari perkembangan sosial, emosi, dan
kepribadiannya anak tunagrahita, mereka lebih agresif, banyak tingkah laku
yang bersifat menyerang, merusak, dan kurang terkontrol.15

14
Dr. Sima Mulyadi, M. Pd. Dan Anita Kresnawaty, M. Pd., Manajemen Pembelajaran Inklusi Pada
Anak Usia Dini, (Ksatria Siliwangi), hal 58.
15
Sulthon, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2020),
hal 228.
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam
intelektualnya seperti kegiatan akademiknya, hal ini disebabkan karena
keterbatasan IQ pada anak. Pengertian tunagrahita yang dinyatakan pada
direktorat PLB yaitu tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata
sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial dan karenanya memerlukan layanan pendidkan
khusus.
Tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan kemampuan
kecerdasan yang rendah dan merupakan sebuah kondisi. Adapun
mengemukakan tunagrahita secara harfiah kata tuna adalah merugi, sedangkan
grahita pikiran. Dengan demikian, ciri utama dari anak tunagrahita adalah
lemah dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam
berpikir dan bernalar mengakibatkan kemampuan belajar, dan adaptasi
sosialnya berada di bawah rata-rata.
a. Prinsip-prinsip pembelajaran anak tunagrahita
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan
efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Adapun
prinsip-prinsip pembelajaran untuk tunagrahita menurut Direktorat
Pendidkan Luar Biasa diantaranya:
a. Prinsip kasih sayang. Untuk mengajar anak tunagrahita membutuhkan
kasih sayang yang tulus dari guru. Guru hendaknya berbahasa yang
lembut, penyabar, rela berkorban, ramah dan beperilaku baik sehingga
siswa tertarik untuk belajar dan timbul kepercayaan, dan akhirnya siswa
bersemangat untuk belajar.
b. Prinsip keperagaan. Anak tunagrahita kesulitan dalam bepikir abstrak,
dengan segala keterbatasannya itu siswa lebih mudah tertarik dalam
belajar dengan menggunakan benda-benda kongkrit maupun berbagai alat
peraga (model) yang sesuai.
c. Prinsip habilitasi dan rehabilitasi
Meskipun dalam bidang akademik siswa tunagrahita memiliki
kemampuan yang terbatas. Namun dalam bidang-bidang lainnya mereka
masih memiliki kemampuan atau potensi yang masih dapat
dikembangkan (habilitasi). Rehabilitasi adalah usaha yang dilakukan
dengan berbagai macam bentuk dan cara, sedikit demi sedikit
mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum berfungsi optimal.16

2. Prinsip Pembelajaran Tunagrahita


a. Prinsip Kasih Sayang
Tunagrahita adalah anak yang mengalami kelainan segi intelektual
(inteligensi), yakni inteligensinya di bawah rata-rata anak seusianya (di
bawah normal). Dengan begitu, untuk mengajar anak tunagrahita
membutuhkan kasih sayang yang tulus dari guru. Menggunakan bahasa
yang lembut, sabar, rela berkorban, dan memberikan contoh perilaku
yang baik ramah, sehingga siswa tertarik dan timbul kepercayaan yang
pada akhirnya bersemangat untuk melakukan saran-saran dari guru.
b. Prinsip Keperagaan
Kelemahan pada anak tunagrahita adalah kemampuan berpikir abstrak,
mereka sulit membayangkan sesuatu. Dengan segala keterbatasannya,
siswa tunagrahita akan lebih mudah tertarik perhatiannya ketika dalam
kegiatan belajar mengajar menggunakan benda-benda yang nyata
(konkret) maupun berbagai alat peraga yang sesuai.
c. Prinsip Habilitasi dan Rehabilitasi

16
Dra. Zulmiyeri, Dr. Nurhastuti, Safaruddin, Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana,
2020), hal 175-176.
Habilitasi adalah usaha yang dilakukan seseorang supaya anak tersebut
menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan atau potensi yang dapat
dikembangkan meski kemampuan tersebut terbatas. Rehabilitasi adalah
usaha yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan cara, sedikit
demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum
berfungsi optimal.17

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita


Klasifikasi anak Tunagrahita berdasarkan pengukuran intelegensi, pendidikan
dan tingkah laku adaptif diantaranya;
a. Klasifikasi berdasarkan pengukuran intelegensi
Klasifikasi ini didasarkan pada skor yang menggambarkan ekspresi dari
tampilan kemampuan intelektual. Skor diperoleh dari hasil pengukuran
intelegensi. Skor disebut juga dengan IQ. Yang mana skor akan
menggambarkan penggolongan derajat kemampuan mental anak
tunagrahita. Hasil pengukuran ini biasanya digunakan untuk prediksi
pencapaian prestasi akademik. Disamping itu, juga untuk ketepatan
penanganan untuk mengembangkan anak tungrahita, serta ketepatan
penempatan institusi bagi anak tersebut.
AAMD (1983) telah membagi klasifikasi berdasarkan derajat kemampuan
mental sebagai berikut:
Golongan Skala dari
SB WISC
Ringan (Mild) 52 – 62 55 – 69
Sedang (Moderate) 36 – 51 40 – 54
Berat (Severe) 20 – 35 25 – 39

17
Dr. Irdamurni, M. Pd., Pendidikan Inklusif solusi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus,
(Jakarta: Kencana, 2020), hal. 74-75.
Terberat (Profound) 0 - 19 10 - 24

b. Klasifikasi berdasarkan pendidikan


Klasifikasi ini berkaitan dengan kemmapuan mental yang dimiliki anak.
Dalam hal belajar. Oleh karena itu, digunakan istilah anak tunagrahita
yang tergolong mampu didik dan mampu latih. Mampu didik adalah
mereka yang memiliki taraf kecerdasan sekitar 50 – 75.
4. Karakteristik Anak Tunagrahita
5. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita
6. Penanganan Anak Tunagrahita

E. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)


1. Pengertian SDLB
SDLB adalah unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang
dididik dalam satu atap. SDLB terdapat anak tunanetra,
tunarungu,tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga kependidikan di SDLB terdiri
dari kepala sekolah, guru untuk anak berkebutuhan khusus, guru agama, dan
guru olahraga. Selain itu, di SDLS juga dilengkapi dengan tenaga ahli yang
berkaitan dengan kelainan mereka antara lain dokter umum, dokter spesialis,
fisiotherapis, psikolog, speech therapist, audiolog, juga ada tenaga
administrasi dan penjaga sekolah.
Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikulum yang
digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuaikan dengan
kekhususannya. Kegiatan belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan
klasikal sesuai dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai
juga lebih ke pendekatan individualisasi. Selain kegiatan pembelajaran,
dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga diselenggarakan pelayanan khusus
sesuai dengan ketunaan anak. Anak tunanetra memperoleh latihan menulis
dan membaca braille dan orientasi mobilitas; anak tunarungu memperoleh
latihan membaca ujaran, komunikasi total, bina persepsi bunyi dan irama;
anak tunagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri; dan anak
tunadaksa memperoleh layanan fisioterapi dan latihan koordinasi motoric.
Lama pendidikan di SDLB sama dengan lama pendidikan di SLB
konvensional untuk tingkat dasar, yaitu anak tunanetra, tunagrahita, dan
tunadaksa selama 6 tahun, dan untuk anak tunarungu 8 tahun.
a. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu / Intergrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu adalah sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan
demikian, melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-
sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. Sistem pendidikan
integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu, yaitu sistem pendidikan
yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan
dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh,
sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagaian, jumlah anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah siswa
keseluruhan. Selain itu, dalam satu kelas hanya ada satu jenis kelainan.
Hal ini untuk menjaga agar beban guru kelas tidak terlalu besar,
dibanding jika guru harus melayani berbagai macam kelainan.
Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak berkebutuhan
khusus, disekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK).
GPK dapat berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah,
atau anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi
sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada
kelas khusus.
Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), diantaranya:
1) Bentuk kelas biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak berkebutuhan
khususbelajar dikelas biasa secara penuh dengan menggunakan
kurikulum biasa. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya
pelayanan dan bantuan guru kelas atau guru bidang studi
semaksimal mungkin dengan memperhatikan petunjukpetunjuk
khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
biasa. Bentuk keterpaduan ini guru pembimbing khusus hanya
berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru kelas/guru
bidang studi, atau orangtua anak berkebutuhan khusus. Sebagai
konsultan, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai penasihat
mengenai kurikulum, maupun permasalahan dalam mengajar anak
berkebutuhan khusus. Dengan begitu, perlu disediakan ruang
konsultasi untuk guru pembimbing khusus.
Pendekatan, metode, cara penilaian yang digunakan pada kelas
biasa ini tidak berbeda dengan yang digunakan pada sekolah
umum. Tetapi untuk beberapa mata pelajaran yang disesuaikan
dengan ketunaan anak. Misalnya, anak tunanetra untuk pelajaran
menggambar, matematika, menulis, membaca perlu disesuaikan
dengan kondisi anak. Untuk anak tunarungu mata pelajaran
kesenian, bahasa asing/bahasa Indonesia (lisan) perlu disesuaikan
dengan kemampuan wicara anak.
2) Kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di
kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti
pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat
diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak
normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan
khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan
menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan yang
sesuai. Untuk keperluan tersebut, diruang bimbingan khusus
dilengkapi dengan peralatan khusus untuk membrikan latihan dan
bimbingan khusus. Mislanya untuk anak tunanetra, diruang
bimbingan khusus disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi
mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut dengan
keterpaduan sebagian.
3) Bentuk kelas khusus
Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus mengikuti
pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas
khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program
pendidikan terpadu. Keterpaduan ini disebut dengan keterpaduan
local/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi. Pada
tingkat keterpaduan ini, guru pembimbing khusus berfungsi
sebagai pelaksana program di kelas khusus. Pendekatan, metode,
dan cara penilaian yang digunakan adalah pendekatan yang
digunakan di SLB. Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat
fisik dan sosial, artinya anak berkebutuhan khusus dapat
dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti
olahraga, keterampilan \, juga sosialisasi pada waktu jam-jam
istirahat atau acara lain yang diadakan oleh pihak sekolah.18

18
Rafael Lisinus, Pastiria Sembiring, Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah Perspektif
Bimbingan dan Konseling), (Yayasan Kita Menulis, Cetakan 1 2020), hal. 17 - 20.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.19 Sehingga penelitian ini tidak
melibatkan perhitungan, tetapi hanya berisi kata-kata tertulis maupun lisan
berdasarkan pemaparan narasumber dan objek yang diamati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan atau menjelaskan fenomena yang sedang terjadi maupun yang
sudah lalu secara alamiah. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang
digunakan untuk meneliti objek secara alamiah.20 Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif terhadap objek yang
alamiah. Mendeskripsikan hasil penelitian dari objek yang berkembang apa
adanya tanpa manipulasi oleh peneliti.
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri.
Peneliti menggunakan berbagai teori dan wawasan yang luas agar mampu
bertanya, menganalisis dan mengkonstruksi situasi yang diteliti menjadi lebih
jelas dan bermakna. Sehingga masalah yang dteliti dapat di deskripsikan dengan
jelas berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan

19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Cet 20 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), hal 6.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2016), hal 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri 01 Bengkulu Tengah. Penelitian
ini di lakukan setelah dikeluarkan surat izin penelitian dari Fakultas Tarbiyah dan
Tadris.

C. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Adapun sumber data yang diperoleh yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber utama. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber utama adalah guru kelas Tunagrahita tingkat
sekolah dasar yang berjumlah 4 guru dan 1 kepala sekolah Di SLB Negeri 01
Bengkulu Tengah, data diperoleh melalui wawancara.
2. Data Sekunder. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan.21 Data ini diperoleh dari pustaka-pustaka yang
menunjang atau sumber referensi yang relevan. Serta data juga di peroleh
dari wawancara kepada sekolah serta dokumentasi yang di dapatkan di SLB
Negeri 01 Bengkulu Tengah.

D. Instrument penelitian
Intrumen penelitian merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian.
Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data, pada
penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang berupa pedoman
wawancara. Instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil

21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuanti Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009,Cet.Ke 8), hal 137.
yang diperoleh dapat di ukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti.22
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat dalam
penelitian yaitu peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument
juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap dalam melakukan
penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan.23

E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi studi kualitatif, agar
mengetahui data relevan dan mana yang tidak revelan pembatasan dalam
penelitian kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan atau urgensi
dari masalah yang dihadapi dalam penelitian. Maka dari itu, penelitian ini
difokuskan pada Strategi Guru Kelas Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Anak
Tunagrahita Tingkat Sekolah Dasar di SLB Negeri 01 Bengkulu Tengah.

F. Teknik pengumpulan data


Untuk mendapatkan data yang lengkap dan tepat penulis menggunakan
teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses
22
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Literasi Media
Publishing, 2015), hal 78.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuanti Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2018,Cet.Ke 28),
hal 222.
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat
teknik yang lain sebelumnya.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan
kegiatan dengan menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab
masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,
objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.24

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliput buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan penelitian.25 Penelitian
menggunakan dokumentasi untuk mengambil data-data tentang tujuan
sekolah, strukutur sekolah, visi dan misi sekolah, dan segala suatu yang
berhubungan dengan pembahasan penelitian.

G. Uji Keabsahan Data


Pada penelitian kualitatif dapat dinyatakan abash apabila memiliki derajat
keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Kredibilitas adalah ukuran
kebenaran data yang dikumpulkan, menggambarkan kecocokan konsep peneliti
dengan hasil penelitian. Yang mana kredibilitas juga datanya diperiksa melalui

24
M. Burhan Bungin, Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif, 2011, h al 3.

25
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Kencana 2016), h 90
kelengkapan data yang diperoleh dari berbagai sumber. Transferability memiliki
makna bahwa peneliti perlu membuat suatu laporan yang baik agar terbaca dan
memberikan informasi yang lengkap jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Apabila pembaca mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu hasil penelitian
dapat dilakukan (Transferability), maka hasil penelitian tersebut memenuhi
standar tranferbilitas. Uji dependabilitas adalah uji terhadap data dengan
informan sebagai sumbernya dan teknik yang diambil menunjukkan
rasionalitas.26

H. Teknik analisis data


Pengertian analisis data sebagai upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai
temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna. Pengumpulan data di
lapangan tentu berkaitan dengan teknik panggilan data, dan ia berkaitan pula
dengan sumber dan jenis data, setidaknya sumber data dalam penelitian kualitatif
berupa; kata-kata, tindakan seperti dokumen, sumber data tertulis, foto, dan
statistik yang merupakan sumber data yang utama.27

26
Prof. Dr. Djam’an Satori, M. A., Prof. Dr. Aan Komariah, M. Pd., Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta cv, cetakan ke-7 2017), hal. 164-166
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuanti Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009,Cet.Ke 8), hal 147.

Anda mungkin juga menyukai