Eksotis (Script Novel) B

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 391

EKSOTIS

Sela Indiana &


Seli Indiani
2|E k s o t i s

EKSOTIS

Penulis: Sela Indiana & Seli Indiani

Penyunting Naskah: Davina


Penyelesaian Akhir: Tim Redaksi
Penata Letak: Tyo
Olah Grafis: Lemonade
Desain Sampul: Lemonade

PENERBIT:
AKSARA JINGGA

Email: support@aksarajingga.com

Cetakan 2, November 2023


__________________________________________
Sela Indiana
Eksotis/Sela Indiana & Seli Indiani; penyunting, Davina,
Jakarta: Aksara Jingga, 2023 XI, 390 hlm; 14 x 20 cm

Hak cipta oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
E k s o t i s | 3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................ 3


UCAPAN TERIMAKASIH ............................. 6
Chapter 1: Saweetie.................................. 21
Chapter 2: Buah Telle .............................. 29
Chapter 3: Bawah Sungai ......................... 38
Chapter 4: Lil Azof .................................... 45
Chapter 5: Pulang .................................... 53
Chapter 6: Mataya .................................... 60
Chapter 7: Seperti Dulu ........................... 70
Chapter 8: Penyihir?................................. 79
Chapter 9: Apel Hitam .............................. 93
Chapter 10: Anggrek .............................. 104
Chapter 11: Hasrat................................. 112
Chapter 12: Rumah ................................ 121
Chapter 13: Show................................... 129
Chapter 14: Tulip Putih .......................... 137
Chapter 15: Apapun ............................... 147
Chapter 16: Pulau .................................. 152
4|E k s o t i s

Chapter 17: Terus Berjalan .................... 158


Chapter 18: Gala .................................... 167
Chapter 19: Rumah Kopi ........................ 175
Chapter 20: Wanita Kopi ........................ 182
Chapter 21: Tuxedo ................................ 190
Chapter 22: Keanehan............................ 198
Chapter 23: Tragedi................................ 206
Chapter 24: Sakit ................................... 214
Chapter 25: Kelabu ................................ 221
Chapter 26: Masalah .............................. 232
Chapter 27: Lagu ................................... 240
Chapter 28: Tarian ................................. 248
Chapter 29: Berhubungan? .................... 256
Chapter 30: Memanggil .......................... 264
Chapter 31: Kunci .................................. 272
Chapter 32: Senyap ................................ 281
Chapter 33: Tepian Pulau....................... 288
Chapter 34: Ambisi ................................ 295
Chapter 35: Pijakan Ranting .................. 303
E k s o t i s | 5

Chapter 36: Kuda Hitam ........................ 311


Chapter 37: Ombak ................................ 320
Chapter 38: Dinding ............................... 328
Chapter 39: Itu Siapa? ........................... 336
Chapter 40: Bayi Kecil ............................ 345
Chapter 41: Pulang? ............................... 353
Chapter 42: Aurora ................................ 360
Chapter 43: Berlubang ........................... 368
Chapter 44: AKHIR ................................. 385
TENTANG PENULIS ............................... 389
6|E k s o t i s

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji syukur atas ke besaran-


Mu Ya Allah. Terima kasih karena telah
memberi banyak ide yang begitu indah, dan
mengizinkan Sela untuk menyelesaikan
"EKSOTIS". Tanpa persetujuan dari-Mu,
cerita ini tidak akan terselesaikan dan putus
di tengah jalan. Berkahkan cerita ini, agar
banyak yang menyukai dan membacanya,
jadikan cerita ini sebagai motivasi kepada
mereka yang membaca. Memudahkanlah
jalan yang sedang kujalani. Engkau begitu
baik padaku, selalu membantu apa yang
sedang kulakukan. Terima kasihku yang
paling besar untuk-Mu Ya Allah, Tuhan
semesta alam.

Terima kasih kepada Aksara Jingga, yang


telah mempercayai ceritaku. Terutama Kak
Tyo, terima kasih telah membaca dan tertarik
pada cerita ini. Jika kakak tidak membaca
"EKSOTIS", mungkin "EKSOTIS" dan Aksara
Jingga tidak akan berjodoh. Terima kasih
telah memilih cerita dari penulis kecil seperti
Sela, yang bahkan hanya beberapa orang
saja, yang mengetahui keberadaanku di
dunia menulis ini. Terima kasih karena tidak
E k s o t i s | 7

ragu akan cerita ini, yang memiliki jumlah


pembaca sedikit di aplikasi baca daring,
Wattpad. Terima kasih, kakak sangat baik.

Terima kasih kepada Ms. Lemonade, yang


telah menggambarkan kover “EKSOTIS”
begitu cantik dan halus. Walaupun Sela
banyak permintaan, tetapi kakak tidak
marah dan menuruti permintaanku. Aku
suka dengan kovernya, sesuai harapan.
Wajah Ellery benar-benar tulus di dalam
sana, juga sangat cantik. Terima kasih dan
aku meminta maaf. Terima kasih juga
kepada Kak Davina selaku Proofread, terima
kasih telah membantu mengoreksi tulisanku,
dan terima kasih banyak karena telah
memperhatikan “EKSOTIS”, dengan
menanyakan perkembangannya.

Banyak terima kasih untuk kembaranku Seli


Indiani, yang telah mau menyelesaikan cerita
ini bersama. Ini adalah buku ke 2 kami
setelah IKAL, yang terbit pada tahun 2022
juga. Terima kasih untuk banyak idemu yang
sangat mengagumkan, mungkin jika tidak
ada Seli, “EKSOTIS” tidak akan sebagus ini.
Terima kasih juga, karena telah
mengorbankan cerita fantasi yang sangat
8|E k s o t i s

indah itu, daun telinga berkelopak bunga.


Mengambil dasar dari cerita itu, dan
memasukkannya ke dalam “EKSOTIS”.
Banyak ide yang Seli tuangkan ke dalam
cerita, hingga panjang dan cantik seperti ini.
Terima kasih juga atas revisimu selama ini,
mempercantik tulisan sekaligus
membersihkannya. Banyak kalimat yang
terus terulang dan tidak terlalu jelas,
berhasil di bereskan olehnya. Terima kasih
untuk nasihatmu yang sangat membantu,
mungkin aku akan tersesat jika tidak
mendengarkan itu. Maaf karena keras kepala
dan sering mengelak, meski lagi-lagi aku
yang salah. Meski menjadi kakak, sikap Seli
lebih dewasa dariku. Selama mengerjakan
Seli jatuh sakit, dan aku masih tetap ingin
bareng-bareng cepat menyelesaikannya,
memaksa dan egois. Terima kasih yang
sangat besar, dan aku sangat meminta maaf.
Tidak ada yang dapat kuberi untuk
membayar semua yang Seli telah berikan.
Aku hanya bisa berterima kasih dan
mendoakannya. Berharap yang terbaik
untuknya, dan aku meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
E k s o t i s | 9

Sela ingin meminta maaf kepada kedua


orang tua. Selama menulis mereka tidak
setuju, karena menyita banyak waktu dan
terus menatap layar ponsel. Mereka marah
karena khawatir, pada kondisi kesehatan
yang semakin menurun. Mereka juga
khawatir tentang masa depanku di dunia
menulis ini. Terima kasih banyak, karena
sudah sangat perhatian kepadaku.
Percayalah pada jalan yang kuambil, doakan
dan dukung Sela, agar bisa berhasil di sini.
Terima kasih banyak untuk semua yang
Bapak dan Mama berikan, Sela mencintai
kalian. Maaf karena banyak berbuat salah,
aku akan berusaha tidur tepat waktu setelah
semua ini. Cinta dan kasih sayang besar
selalu kurasakan pada kalian, aku meminta
maaf dari hati yang paling dalam.

Perjuanganku untuk menyelesaikan


“EKSOTIS” sanggatlah berat, waktu yang
kudapat selalu bentrok dengan waktu lain.
Waktu luang yang didapat selalu terpakai
untuk hal lain. Semua kesibukan itu tidak
terduga sama sekali, semuanya datang
bersamaan. Aku dan Seli menjabat sebagai
Pengurus OSIS, dan anggota pramuka inti di
sekolah. Sekolah mengadakan banyak acara,
10 | E k s o t i s

dan salah satunya acara perkemahan untuk


anak-anak kelas 7, otomatis aku dan Seli
ikut terlibat di sana. Menyiapkan banyak hal
dan berlatih untuk acara perkemahan,
selama beberapa minggu. Dari awal pagi
bersekolah sampai sore, kegiatan penuh,
belum dengan beberapa pekerjaan rumah
lainnya. Terkadang saya mengerjakan pr di
sekolah, saat pagi atau sebelum
pembelajaran di mulai. Waktu malam
kugunakan untuk menyelesaikan “EKSOTIS”.
Aku tidak enak dengan Kak Tyo dan lainnya,
sudah banyak memberi banyak waktu. Kover
sudah hampir selesai, masa iya naskah tidak
kunjung selesai.

Semua kesibukan menghantarkanku pada


kelelahan. Tubuh ini terlalu lelah dan tidak
siap akan seluruhnya. Panas dan mata
kering dapat kutangani dengan baik, tapi
kelelahan yang begitu besar kini tidak dapat
tertahan lagi, aku sakit. Tubuh ini panas dan
sangat lelah. Ketika duduk di lapangan,
bersama teman-teman Pengurus OSIS dan
lainnya, aku sudah merasa tidak enak, dan
membaringkan tubuh di sana. Saat itu Seli
menyuruhku untuk pindah, ke tempat lebih
nyaman. Awal mula menghiraukan, tapi
E k s o t i s | 11

akhirnya aku mau pindah dari


sana. Berjalan sendiri ke perpustakaan,
tidur di sana. Berhubung Seli ada
keperluan lain, jadi tidak dapat
mengantarkan. Waktu itu saat istirahat,
dan tepat setelahnya di jam ke 5, aku
diantar pulang ke rumah. Selama hari itu
aku tidak ikut dalam aktivitas sekolah,
dan tidak melanjutkan cerita ini,
benar-benar istirahat dan tidur. Sekarang,
karena “EKSOTIS” sudah terselesaikan,
aku dapat: mengerjakan pr, membaca
buku, menonton film, aku memiliki waktu
luang.

Semua kesibukan dan kelelahan, Sela


tidak menyalahkan siapa-siapa, dan
tidak menyesal karena mengalami semua
itu. Aku ingin sukses di masa depan,
jadi harus mengalami masa-masa yang
dinamakan perjuangan. Aku tidak
mau perjuangan hidup ini hanya biasa
saja, dan menyesal di kemudian nanti.
Tidak ingin ada penyesalan di hidup ini.
Selagi masih ada kesempatan, aku akan
berusaha untuk tidak menyia-
nyiakannya.

Di samping semua itu, aku


12 | E k s o t i s

pada teman-teman yang mendukung


“EKSOTIS”, baik online maupun offline. Aku
mendapat dukungan dari banyak teman
sekolah, dan ternyata lebih mendebarkan
dari pada dukungan online, apalagi
mengungkapkannya secara langsung. Rasa
semangat tumbuh besar dalam diri untuk
terus menulis, dan sesegera menyelesaikan
buku ini. Beberapa teman dapat kusebut di
sini. Terima kasih pada Syifa, Vita, dan Isma,
atas dukungan yang sudah kalian
ungkapkan. Terima kasih pada Dinda yang
sudah membaca sekaligus memberi
komentar langsung, sungguh sangat berarti,
tanggapan mengenai “EKSOTIS”,
membuatku sangat bersemangat. Untuk
sahabatku Umay, terima kasih banyak
untukmu, membantu mempromosikan
“EKSOTIS”, terima kasih karena
mengenalkan cerita ini pada orang-orang.
Terima kasih dan aku meminta maaf, pada
teman-teman yang namanya belum kusebut.

Terima kasih untuk para artis, untuk lagu-


lagu kalian yang begitu mengagumkan,
mendorong semangat melanjutkan cerita ini.
Kalian sangat hebat, lagu-lagu kalian
memotivasi, membangkitkan jiwa dan
E k s o t i s | 13

pemikiran, hingga meringankan rasa lelah.


Terutama dan yang paling spesial
kuucapkan pada BTS, yang telah membuat
begitu banyak karya seni mengagumkan,
menginspirasiku dalam membuat cerita.
Mereka mendorongku untuk menjadi seperti
mereka, sukses dan dapat membantu orang
lain. Dicintai banyak orang seperti mereka,
aku juga menginginkannya. Namun,
sebelum itu aku harus melakukan sesuatu
terlebih dahulu, aku harus melihat diriku ke
cermin yang sangat besar, apakah aku benar
layak mendapatkan semua itu. Tapi aku
tidak memprioritaskan, yang terpenting
melakukan hal baik dan memberikan yang
terbaik. Banyak lagu kalian yang sangat
membantu, membangkitkan semangatku
untuk terus menulis. Kisah kalian menjadi
sukses juga sangat memotivasi,
mengingatkanku untuk tidak menyerah dan
terus berjalan ke depan. Kalian memberitahu
banyak hal, memberi arti mendalam, pada
apa yang selama ini tidak kuperhatikan dan
tidak kumengerti. Terima kasih telah
mengajarkan dan menyandarkanku akan
banyak hal, memberitahu banyak hal
menakjubkan dan lainnya, terima kasih
banyak.
14 | E k s o t i s

Selanjutnya, terima kasih pada Sia untuk


lagu-lagumu yang sangat hebat. Lagu yang
memiliki makna dalam dengan nada tinggi,
sangat mengagumkan. Terima kasih juga
pada Billei Eilish, meskipun aku tidak
memasukkan namamu di dalam cerita, tapi
percayalah kamu sangat penting,
membangkitkan semangat dan menyentuh
diriku, dengan aliran lagu yang penuh energi.
Terima kasih pada: Aurora, Asa, Rihanna,
dan Halsey, lagu kalian sangat indah. Lagu
kalian begitu hebat, nyanyian kalian begitu
menyentuh, sangat menginspirasi. Ketika
melihat kalian menyanyi, rasanya sangat
tulus dan indah, lagu kalian terasa hidup
dihati ini. Selanjutnya terima kasih pada
Lady Gaga, Dua Lipa, Lil Nas X, Flume, Chet
Faker, Alicia Keys, dan Bhad Bhabie, lagu
kalian sangat bersemangat, membuat siapa
saja yang mendengar ikut bersemangat.
Untuk semuanya, Sela ingin meminta maaf
karena telah menyebut, dan bahkan
menggunakan lagu kalian di dalam cerita ini,
tanpa sepengetahuan dan seizin kalian.
Mungkin kalian tidak akan mengetahui
tulisan ini, tapi aku ingin meminta izin untuk
memasukkan lagu kalian ke dalam, berharap
kalian tidak marah jika mengetahui ini
E k s o t i s | 15

semua. Bahkan aku menggunakan nama


Saweetie di dalam cerita, penyanyi cantik
yang memiliki begitu banyak penggemar.
Terima kasih pada semuanya, dan aku ingin
meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Mengenai isi dalam "EKSOTIS", aku bisa


menceritakannya sedikit. Aku mengambil
buah jeruk, untuk gambaran Ellery saat
menari di awal bab. Jeruk adalah buah
kesukaan Seli, dan warna buahnya yang
manis, dapat masuk dengan mudah dalam
cerita, membuatnya terkesan lebih manis.
Selain itu, pengambilan nama Tasela sebagai
nama teater dalam Pulau Gala, diambil dari
ke tidak sengaja-an. Waktu itu sebuah pesan
singkat terkirim dalam aplikasi pengirim
pesan, What'sApp. Mama mengirimku pesan,
dan tidak sengaja dua kata tersambung,
menjadi satu kata bersama namaku, Ta dan
Sela, menjadi Tasela. Ke tidak sengaja-an
yang membawakan keberuntungan. Bab
berikutnya, saat Gala berubah menjadi
kelabu, Ellery berjalan menelusuri warna
tersebut, dan beberapa orang memakai
payung, hal tersebut terinspirasi dari
"Forever Rain", milik RM BTS, di mana dia
berjalan di tengah-tengah kelabu. Selain itu,
16 | E k s o t i s

dinding yang berdiri kokoh di tengah laut,


terinspirasi dari dinding besar yang ada
dalam MV "ON", milik BTS. Kuda hitam dan
seseorang yang mempunyai karisma tinggi
layaknya kuda, terinspirasi dari lagu
"Diamond" milik Rihanna. Terima kasih
banyak pada kalian semua, kalian sangat
menginspirasiku dalam menulis.

Terima kasih untuk: Google, Youtube, Wold,


Pinterest, aku telah mendapatkan banyak hal
dari aplikasi-aplikasi tersebut. Aku
mendapat banyak hal dari Google, contohnya
dari kata yang tidak kumengerti, sekarang
menjadi jelas dan paham. Banyak sinonim
yang kutelusuri di dalam sana, membantu
memperluas gaya kataku. Terima untuk
Youtube, yang telah menyediakan begitu
banyak referensi lagu, membantuku
bersemangat kembali. Word sangat
membantu tulisanku, aku dapat merevisi
tulisanku di sana, merapikan kata-kata yang
salah ketik dan lainnya. Saya melihat begitu
banyak gambar menakjubkan di Pinterest,
membantu membangkitkan ide fantasiku.
Selain itu, terima kasih pada Kak Andini dan
Kak Machi, serta para guru menulisku yang
lain. Mereka adalah yang mengajariku
E k s o t i s | 17

menulis dengan baik dan benar. Sesuatu


yang dikira susah dan tidak jelas, kini aku
mengerti. Tanpa jasa-jasa kalian, tulisanku
mungkin sangat acak dan tidak jelas. Terima
kasih dan mohon maaf pada guru-guru lain
yang tidak kusebutkan di sini. Semoga Allah
membalas jasa kalian, dengan sesuatu yang
sangat besar.

Sela sering melihat seorang model berkulit


hitam manis, dan mempunyai rambut kribo
berjalan layaknya kucing, di Fashion Week
dari sebuah merek besar kenamaan dunia,
dalam layar kecil telepon genggam, instagram.
Ia sangat cantik, memakai baju hitam
dengan anting emas, membuatnya semakin
manis. Selain itu, aku pernah melihat acara
pencarian model di televisi, dan salah satu
jurinya adalah Kak Ivan Gunawan. Di sana
Kak Ivan mengatakan pada salah satu
peserta, yang berhasil masuk babak besar
hampir final saat itu. Kak Ivan mengatakan,
bahwa dia menginginkan warna baru dalam
dunia model, yaitu coklat manis. Hal
tersebut membuat warna coklat kian
bertambah cantik, di mataku. Aku juga
banyak melihat, warna-warna kulit coklat
dan rambut kribo di Google, Pinterest, dan
18 | E k s o t i s

artis-artis lainnya. Mereka tampak cantik


dan percaya diri, atas apa yang ada pada diri
mereka, tanpa adanya rasa malu sedikit pun.
Bahkan memamerkannya dengan bangga,
memberi tahu pada orang lain seberapa
cantiknya mereka.

Tujuan EKSOTIS adalah mengubah


pandangan negatif, pada kulit coklat dan
rambut kribo. Menjadi cantik bukan berarti
harus memiliki kulit putih bersinar, dan
rambut lurus menghiasi. Apa yang kita miliki
pada diri kita sebentarnya sudah sangat
cantik, jika kita memperhatikan dan tidak
membandingkannya, dengan apa yang orang
lain miliki. Aku sering mendengar keluhan
dari teman-teman, yang tidak mempunyai
kulit putih. Mereka semua tidak menerima
kulit mereka apa adanya, dan sering
mengeluh tentang kurang cantik dan lainnya.
Sebenarnya mereka akan terlihat cantik, dan
bahkan sangat cantik. Jika mereka
menerima diri mereka sendiri dengan tulus,
mereka akan cantik karena rasa kepercayaan
diri. Jika seperti itu tidak akan ada rasa iri,
atau pun kurang kepuasan dalam diri di
lubuk hati. Mulai dari sekarang, ingatlah apa
yang selalu kuingat, dan BTS yang
E k s o t i s | 19

menyampaikannya dengan sangat dalam


padaku, dan aku ingin kalian juga
menyimpannya di dalam hati, "Cintai dirimu
sendiri."

Tujuan menulis, aku tidak bisa


menjawabnya sekarang. Diri ini masih
bingung, ada rasa ingin terkenal dan
mencapai popularitas, dan ada rasa ingin
memotivasi banyak orang agar menjadi lebih
baik. Awal mula masuk dalam dunia menulis
adalah karena ajakan Seli, dia yang
menuntunku hingga sejauh ini, berawal
melihat film yang menceritakan seorang
penulis, kini benar-benar merasakan
bagaimana menjadi penulis. Aku sudah
menemukan jalan menuju masa depan di
sini, merasa nyaman di jalan ini. Apakah
boleh, ingin sukses di dunia menulis ini
dengan bertujuan ingin hidup nyaman dan
enak di masa depan, berbarengan dengan
tujuan mulia. Aku tidak bisa menjawab
sekarang, aku tidak bisa menjawabnya
dengan tujuan-tujuan mulia saja, dan
menepis tujuan lainnya, aku tidak ingin
memulai kebohongan di antara aku dan para
pembacaku. Di sisi lain, diri ini sudah mulai
menyukai menulis, dan harapan bahwa
seseorang akan dapat terbantu, oleh tulisan-
tulisan dalam buku ini terasa di dalam hati.
20 | E k s o t i s

Mungkin aku akan menjawab pertanyaan ini


di lain waktu, sampai benar-benar tulus dari
diriku sendiri. Insyaallah aku akan berusaha
berubah menjadi lebih baik, dan semoga kita
dapat bertemu di buku selanjutnya, dengan
cerita yang lebih baik lagi tentunya. Jika
benar dapat bertemu lagi, bacalah ceritaku
dengan ditemani jamur-jamur krispi yang
sangat enak. Jaga diri dan ingatlah selalu,
pesan-pesan yang ada di dalam cerita.
Sayang dari jauh untuk kalian. Selamat
membaca!!

Cirebon

Sela Indiana
E k s o t i s | 21

Chapter 1: Saweetie

D
i suatu tempat di tengah laut,
terdapat sebuah pulau yang sangat
indah. Berbentuk hati juga berwarna
merah jambu, seperti gumpalan kapas
mengapung di atas laut. Pulau itu bernama
Saweetie, tempat di mana orang berkulit
putih tinggal, tidak ada warna hitam. Pulau
ini sangat kecil, hanya dihuni kurang lebih
300 jiwa saja. Letaknya juga terpencil,
sehingga keaslian dan keberagamaannya
tetap terjaga, belum tersentuh orang luar.

Pulau Saweetie menyimpan banyak


keberagamaan, di antaranya adalah ciri fisik
mereka. Seluruh penghuni Saweetie berkulit
putih gading bak sinar sang surya, mata
mereka seindah purnama. Tubuh mereka
tinggi menjulang, dengan rambut keriting
22 | E k s o t i s

bergelombang, seperti ocean. Rambut


penduduk Saweetie sangat beragam; oranye,
hijau, ungu, dan banyak lagi. Tidak ada
hitam, mereka tidak mengetahuinya.
Tentang rambut, warna rambut penduduk
Saweetie bukanlah baru dibuat, warna
rambut akan didapatkan begitu baru lahir,
dari rahim Sang Ibu. Namun, rambut bayi
biasanya akan berbeda dari orang tuanya.
Akan tetapi, hal itu bukanlah hal aneh, atau
pun sesuatu yang buruk. Itu adalah hal
wajar di Saweetie.

Seluruh penduduk Saweetie hidup sangat


baik, mereka hidup saling berdampingan dan
saling bercengkerama. Mereka membagi
suka dan duka. Walaupun penduduknya
sedikit, Pulau Saweetie terasa sangat ramai.
Setiap harinya, mereka akan menari
bersama, dan akan ada seorang gadis cantik
yang menari sebagai penari utama.

Gadis cantik itu adalah Ellery, Ellery Catton.


Gadis pemilik glitter ungu di rambutnya,
seperti bunga Crocus speciosus. Ellery
mempunyai rupa yang sangat cantik, dia
memiliki mata yang begitu bersinar, dan
senyuman manis memikat. Rambut Ellery
E k s o t i s | 23

sangat halus, sehalus angin, dan warnanya


seputih pasir pantai. Sikapnya tidak
sombong, baik hati, selalu membagi senyum
manisnya. Dia sangat sempurna. Julukan
sebagai Anak Semesta pun di raihnya. Dia
juga di gadang-gadang akan menjadi
pemimpin, setelah usianya mencapai tujuh
belas tahun. Sekarang, usianya adalah enam
belas tahun, yang berarti sebentar lagi akan
menjadi pemimpin baru Saweetie.

Semua penduduk Saweetie menyetujui,


bahwa Ellery yang akan menjadi pemimpin
baru, dan menggeser posisi ratu yang masih
dipegang Ratu Helen, wanita paling cantik di
Pulau Saweetie. Dia adalah pemimpin yang
memiliki masa kepemimpinan paling lama,
hampir sepuluh tahun lamanya.

Ratu Helen, dia memiliki tubuh tinggi dan


wajah yang panjang, dia sangat cantik.
Selain itu, Ratu Helen juga memiliki rambut
yang sama seperti Ellery. Hanya saja, glitter
yang menempel di rambutnya berwarna
kuning, terlihat redup.

Terkadang, Ellery dan Ratu Helen sering


dibanding-bandingkan oleh masyarakat.
Karena tipe rambut mereka yang sama dan
24 | E k s o t i s

sama-sama cantiknya. Ellery


menganggapnya tidak serius, tetapi Ratu
Helen tidak, dia menganggapnya dengan
serius. Ratu selalu berusaha menjadi pusat
perhatian, mengalahkan Ellery.

Mengenai pemilihan pemimpin, saweetie


memilih berdasarkan seberapa cantiknya
orang tersebut. Menurut kepercayaan
mereka, orang cantik merupakan pemberian
semesta, berasal dari surga. Mengenai
periode kepemimpinan, itu tidak dibatasi
waktu. Setiap pemimpin akan diganti ketika
ada seseorang yang melebihi cantiknya. Akan
tetapi itu bukan sembarang cantik,
meskipun memiliki wajah cantik sempurna
sejak lahir, pemimpin akan ditunjuk setelah
orang itu berusia tujuh belas tahun.

Tentang Ellery, gadis ini dibesarkan oleh


warga saweetie, karena kedua orang tuanya
meninggal ketika dia masih kecil. Entah apa
yang menyebabkan kedua orang tuanya
meninggal. Semua orang tidak tahu. Namun
yang pasti adalah, kedua orang tua Ellery
merupakan orang yang sangat baik juga
ramah. Nama ayah Ellery adalah Liam Catton,
E k s o t i s | 25

dia memiliki rambut berwarna hijau botol,


mempunyai sikap tegas, dan pemberani.
Sedangkan nama ibu Ellery adalah Molina Li,
dia memiliki rambut panjang berwarna light
blue, dan mempunyai sikap rendah hati nan
elegan.

Nama Ellery diberi berdasarkan perasaan,


yang ada ketika pertama kali melihatnya.
Liam dan Molina selalu merasa nyaman dan
sejuk, seperti arti dari nama sang bayi,
'Ellery' yang berarti hidup dengan pohon dan
lembut.

Ellery sangat suka menari. Menurutnya, dia


dapat mengungkapkan perasaan yang
sedang dirasakan dengan setulus hati.
Terkadang, Ellery juga menari di depan
publik, sebagai rasa syukur atas cinta dan
kasih sayang, yang berlimpah dari semua
orang.

Suatu hari, Ellery pergi ke Long Garden,


taman terindah Pulau Saweetie. Seperti biasa,
Ellery pergi untuk menari dan bersenang-
senang. Lalu, seorang pria tampan
menatapnya dari kejauhan. Pria itu terkesan,
26 | E k s o t i s

sesekali tersenyum kecil padanya. Ia melihat


tarian Ellery hingga selesai dan langsung
mendekat, dengan langkah tegap beserta
pesona yang selalu melekat pada wajahnya.

"Tarianmu sangat indah." Melontarkan


pujian pada Ellery.

"Terima kasih." Ellery menjawab singkat.

Hening sejenak.

"Bisakah kita bertemu besok?" tanya sang


pria.

"Tentu, besok aku akan menari lagi di sini,"


jawab Ellery.

"Kalau begitu, besok aku akan kembali ke


sini, melihatmu menari. Menarilah lebih
indah lagi, oke?!"

Gadis itu tersenyum.

"A ... aku akan pulang," sedikit canggung.

"Mau kuantar?" ajak Pria Tampan.

"Tidak usah." Ellery membelokkan tubuhnya


dan mulai berjalan.
E k s o t i s | 27

"Siapa namamu?"

"Ellery." Dia menoleh ke belakang.

"Sangat cantik." Sang pria mengatakannya


dengan suara kecil, ia juga melambaikan
tangan.

Ellery pun pulang dengan berjalan kaki.


Meskipun rumahnya terbilang jauh, tetapi
dia tidak memakai sepeda. Dia lebih
menyukai berjalan, karena ketika berjalan,
dia bisa melihat banyak hal menakjubkan di
Saweetie. Dia bisa melihat semua orang,
betapa cantiknya warna rambut mereka,
warna-warni. Selain itu, dia juga menghirup
beberapa bunga yang tumbuh di samping
jalan. Dia menikmatinya.

Beberapa hari berlalu, Ellery menari dan


selalu bertemu dengan sang pria. Mereka
terus bertemu dan menjadi semakin dekat.
Keduanya banyak berbagi cerita, mereka
juga terlihat sangat akrab seperti sepasang
kekasih. Namun, ada seseorang yang
memperhatikannya, ia merasa tidak senang
akan kedekatan Ellery dan sang pria.
Rupanya orang itu adalah Ratu Helen, Sang
Ratu Saweetie. Ratu Helen merupakan
28 | E k s o t i s

pengagum sang pia tersebut, tetapi dia tidak


pernah mengakui dan mengatakannya. Dia
terlalu malu untuk mengatakannya terlebih
dahulu, karena dia adalah seorang ratu.
E k s o t i s | 29

Chapter 2: Buah Telle

S
ampai suatu hari, Ratu Helen melihat
pria pujaannya duduk berduaan
bersama Ellery, di bangku taman.
Seketika hatinya menjadi panas dan
pikirannya ke mana-mana. Dia merasa
cemburu, tidak bisa berpikir positif. Bergegas
pergi dan tanpa sengaja menabrak penyihir
tua. Dia terkejut, sekaligus takut.

"Maafkan aku!" Ratu Helen bergegas


meninggalkannya.

"Sebentar." Ucap penyihir sembari menarik


tangan Ratu Helen.

"Ada apa?"

"Ambillah ini, berikan pada wanita yang


berada di samping priamu!" Penyihir tua
30 | E k s o t i s

memberikan buah aneh berwarna hitam


pekat kepada Helen.

"Apa itu?" jawab ratu semakin takut.

"Ini adalah buah telle, buah yang akan


menjawab semua kegelisahanmu,"

Awalnya Ratu Helen merasa aneh akan buah


telle, karena tampaknya yang asing. Terlebih
lagi, buah telle memiliki rupa seperti monster
kecil berwarna hitam. Namun, juga sangat
estetika.

"Sebenarnya apa kegunaan buah kecil ini?"


tanya Ratu Helen yang mulai tertarik.

"Rupanya kamu tertarik?" ucap penyihir


dengan sinis. "Mariku tunjukkan."

Penyihir memberi contoh, ia memasukkan


buah telle pada mulut kecil seekor kelinci
putih. Seketika, hal aneh terjadi pada Sang
Kelinci. Dari contoh itu, Ratu Helen menjadi
yakin untuk mengerjai Ellery, dan
menjadikannya yang paling cantik, tidak lagi
dibeda-bedakan. Lalu mendapat seluruh
perhatian, baik dari orang-orang saweetie
maupun dari Sang Pria.
E k s o t i s | 31

Ratu Helen pun menghampiri Ellery dan pria


itu. Menawari kue pai kecil dengan buah telle
di dalamnya. "Ini untukmu,"
menyerahkannya pada Ellery.

"Ra ... ratu?" Ellery heran.

"Apa kamu tidak mau menerimanya?"

"Tidak, tidak begitu. Aku hanya terkejut,


mengapa seorang ratu tiba-tiba memberikan
kue yang manis, untuk warga biasa seperti
'ku?" mengatakannya sambil tersenyum.

"Ambillah," ujar ratu menyodorkan kue


painya.

Ellery mengambil kue itu dan berkata, "Kalau


begitu, aku akan memakannya sekarang."
Ellery memakannya dengan lahap, dia
merasa terhormat sekaligus senang akan
pemberian Sang Ratu. Tetapi suatu hal
terjadi, kulit putihnya berubah menjadi
hitam, dan rambutnya mengembang besar
menjadi kribo.

"Apa yang terjadi?" teriak Ellery keheranan.


"Ada apa dengan tubuhku? Dan ada apa
dengan rambut ini??"
32 | E k s o t i s

"Hah?" ledek Sang Pria, juga sedikit tertawa.

"Sebenarnya apa yang Ratu masukkan pada


kue pai itu?" Ellery panik, dia masih tidak
bisa menerima kenyataan.

"Aku hanya memasukkan buah telle ke


dalamnya," sambil tertawa kecil.

"Buah telle?"

"Ya, buah yang dapat mengubah seseorang


menjadi jelek sepertimu!"

"Kenapa Ratu melakukan hal ini padaku?


Apa salahku?"

"Aku sudah muak denganmu! Aku selalu


dibandingkan denganmu ... sebelum ada
kamu, hidupku tidak seperti ini. Aku selalu
disanjung dan mendapatkan semua
perhatian itu!" Ratu Helen marah, dia
meninggikan suaranya.

"Tapi ...."

Sebelum Ellery menyelesaikan perkataannya,


tiba-tiba semua orang berkumpul,
menatapnya. Mereka membuat lingkaran
besar di sekeliling Ellery, saling berbisik
E k s o t i s | 33

membicarakan. Bahkan banyak yang


mengejek. Akan tetapi, mereka tidak tahu
bahwa wanita yang mereka ejek adalah Ellery,
wanita cantik yang selama ini mereka puja-
puja dan banggakan.

"Siapa itu?"

"Siapa wanita jelek ini?"

"Warna apa itu?"

"Makhluk apa itu?"

"Apa itu pendatang baru?"

Begitulah yang mereka katakan.

Mereka semua membicarakan Ellery,


memaki dan menjelekkannya tanpa mencoba
menghargainya sedikit pun.

"Aku Ellery, gadis cantik yang sangat kalian


sayang!" Teriak Ellery lantang, mencoba
meyakinkan semua orang.

"Benarkah?" jawab warga sungkan.

"Aku menjadi seperti ini karena Ratu Helen!


Dia yang membuatku menjadi seperti ini."
34 | E k s o t i s

Lutut Ellery melemah, matanya berkaca-


kaca seperti ingin menangis.

"B-beraninya kamu menuduh Ratu tanpa


adanya bukti!" ujar Ratu Helen. "Aku tidak
melakukan apa pun padamu."

"Ratu, Ratu kenapa berbicara seperti itu?"


Ellery heran dan menatap mata semua orang
dengan dalam. Tidak ada yang berkata
ataupun menjawab, semuanya diam. "Aku
tidak berbohong, tanyakan saja pada pria ini,
dia tahu kejadiannya!"

"Kenapa bawa-bawa aku? Aku tidak tahu


apa-apa." Sang Pria mencoba mengelak,
tidak mau ikut campur serta tidak ingin
dianggap aneh.

Ellery merasa sangat sedih, “Mengapa teman


dekatku berkata seperti itu? Kenapa dia
tidak mau berkata jujur dan
mengungkapkan kebenarannya?” Ellery
bingung, 'tak tahu harus bagaimana lagi.
Sekarang, tidak ada yang mempercayai dan
mengenalnya lagi. Ellery harus bilang apa,
agar semuanya bisa percaya, dia ingin
semuanya kembali; kulit putih, rambut
cantik, dan kasih sayang semua orang.
E k s o t i s | 35

"Aku akan menari untuk kalian di sini!"


Ellery mencoba untuk meyakinkan mereka
semua dengan menari. Berharap ada
beberapa yang mau percaya dan
mengakuinya lagi.

"Jangan banyak mengelak kamu!" cerca Ratu


Helen gemetaran.

Ellery tidak memedulikannya, dia mengambil


langkah dan mulai mengayunkan gaun
panjangnya, berwarna oranye lembut. lalu
memutar sedikit dengan anggun, sangat
indah. Saat Ellery menari, dia terlihat seperti
buah jeruk kecil yang berputar dengan manis.

"Dasar Ellery!" batin Ratu Helen. Dia merasa


sangat khawatir, takut akan kepercayaan
semua rakyatnya mulai kembali. Otak
liciknya mulai berpikir, berusaha membuat
rencana baru untuk menghentikan tarian
Ellery, dan setelah itu mengusirnya jauh-
jauh dari saweetie.

"Oh sangat mengerikan! Monster labu ini


menggeliat di sini!" Teriak ratu menyertai.

Ratu memberi tanggapan negatif. Ratu


memaki tarian indah Ellery dengan
36 | E k s o t i s

menyebutnya Monster Labu. Sebenarnya


tarian Ellery seperti sebuah jeruk, bukan
labu. Tidak masalah, labu atau pun jeruk,
mereka sama-sama memiliki ke estetika-an-
nya masing-masing. Namun, masalahnya
Sang Ratu melontarkan kata 'Monster',
membuat semua orang bergidik ngeri
sekaligus jijik.

"Mengerikan!!" lontar seorang warga.

"Ouh aku merasa sangat takut, singkirkan


dia!" Akting ratu mulai menjadi-jadi, dia
berpura-pura pingsan untuk
menyempurnakan sandiwara busuk itu.

Melihat Sang Ratu kebanggaannya terpapar


pingsan, serentak warga saweetie melempari
Ellery dengan apa pun yang ada di sekitar.
Mereka melempar semua beban yang ada
didekarbya, dari; buah, sayur, kue, hingga
batu.

"Dasar moster!"

"Menjijikkan!"

"Jelek!"

"Monster mengerikan!"
E k s o t i s | 37

"Aku takut!"

Seketika Ellery berhenti, tarian indahnya


terhenti oleh para warga yang berulah. Ellery
merasa sangat terkejut juga malu, dia berlari
untuk menghindar dari semua orang. Namun,
sialnya beberapa warga mengejarnya dari
belakang, beberapa dari mereka juga tampak
geram dan membantai. Tapi untungnya,
Ellery dapat bersembunyi dalam semak-
semak hutan.
38 | E k s o t i s

Chapter 3: Bawah Sungai

E
llery bersembunyi cukup lama, dia
terlalu takut untuk mengintip apalagi
pergi keluar.

"Apa mereka masih mengejar? Apa di luar


sudah aman? Bagaimana jika aku keluar?
Tapi bagaimana jika mereka ada dan
membantai lagi?" Ellery terus-menerus
berpikir dalam isak tangis.

Ellery pun membulatkan pikirannya, dia


keluar dan berlari menuju hutan, dalam
keadaan malam dingin dengan langit
berwarna navy menyertai. Ellery tidak
membawa apa-apa, bahkan alat penerang
sekalipun, dia hanya membawa keyakinan
dan kepercayaan diri saja.
E k s o t i s | 39

Akan tetapi, musibah datang menghampiri.


Ellery salah melangkah dan tergelincir
masuk ke dalam jurang gelap lagi
menakutkan. Sebelum mencapai dasar,
Ellery berguling cukup lama, dan berakhir
pada sebuah pohon rindang yang berdiri
kokoh dekat sungai, dia terbentur. Ellery
terbentur sangat keras, sehingga dia
kehilangan kesadaran hingga pagi hari.

Keesokan harinya, matahari terbit serasa


lebih awal dari biasanya, sinarnya juga
sangat terang memancar, seakan ingin
membangunkan Ellery yang tergeletak
malang di tepi sungai, dan rupanya sinar
sang surya berhasil, Ellery terbangun karena
sinarnya yang amat sangat terang.

"Au kepalaku pusing," ucap Ellery sembari


menepuk lembut jidat-nya.

Ellery melihat sekeliling untuk mencari tahu


keberadaannya sekarang. Melihat sekeliling
dan merangkak sebentar menuju sungai.
Tenggorokan-nya terasa kering, dia melihat
ke bawah sungai untuk meminum air.
Namun, dia melihat seorang wanita aneh di
sana, kulitnya berwarna hitam dan
berambut kribo.
40 | E k s o t i s

"Aaaa!!" teriak histeris Ellery. "Siapa di sana!"

Dia terkejut sekaligus takut, dia


memundurkan tubuhnya untuk menjauh
dari sungai. Tentu saja Ellery merasa takut,
karena ini adalah pertama kalinya dia
melihat sosok aneh tersebut. Dia memeluk
tubuhnya dengan kedua tangannya. Tanpa
sengaja dia menundukkan kepala, dan
melihat warna tubuhnya yang menjadi coklat.
Ellery kebingungan. Sepertinya dia tidak
mengingat akan kejadian kemarin.

"Apa yang ...." ucap Ellery terpotong.


Matanya terbelalak, sebuah ingatan melesat
pada pikirannya. Dia teringat akan kejadian
buruk kemarin.

Ellery mendekati sungai kembali, duduk di


tepian dan memandangi rupa barunya. Ellery
menganggap dirinya sebagai makhluk aneh
dan buruk rupa, berjam-jam dia melamun,
menatap dirinya sendiri dari pantulan air
sungai. Ellery terus memikirkan solusi untuk
menjadi seperti dulu, putih dan cantik.

Ellery menangis, air matanya jatuh dan


membuat air sungai sedikit tergoncang. Dari
situ, pasang mata Ellery menangkap sesuatu
E k s o t i s | 41

dari dalam sana. Terlihat sesosok pria


tampan dengan kaki terjerat akar tanaman
jalar. Pria itu memiliki kesamaan seperti
Ellery, ia memiliki rambut keriting cantik
dengan kulit berwarna coklat manis, yang
ter-selimuti blazer putih terawang. Dia
sangat indah, layaknya sebuah karya seni
yang diukir oleh semesta. Matanya lelap
terpejam dan hatinya bersinar terang dalam
air dingin, terasa hangat.

Melihat hal itu Ellery jadi panik, dia bingung


harus melakukan apa. Tapi sebuah ide
masuk dalam pikirannya, dia melepas sandal
rotan miliknya dan mulai menyelam. Ellery
sangat kesusahan di bawah sana, karena
minimnya pencahayaan, dan susahnya
bernapas dalam air. Akan tetapi, dia tidak
menyerah, terus mencoba mendekat dan
menyelamatkan sang pria.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya


Ellery berhasil mendekat. Ellery memegang
dada sang pria yang bersinar, dia juga
menggoncang-goncang tubuh sang pria agar
terbangun, dan ikut bersama ke daratan.
Tapi tidak diberi jawaban, sang pria terus
saja terdiam, matanya menjelajah sekitar,
42 | E k s o t i s

melihat ke bawah kaki pria tersebut. Terlihat


beberapa akar yang saling mengikat kakinya,
Ellery berenang lebih dalam lagi, mencoba
memutus ikatan tanaman itu, tetapi tidak
berhasil, Ellery malah membuat kaki sang
pria itu menjadi memerah. Ellery pun
kembali ke atas 'tuk mengambil nafas.

"Apa yang harus ku lakukan?" Ellery


menatap langit.

Setelah mengambil nafas, Ellery kembali ke


bawah. Kali ini dia memeluk tubuh pria itu
dan mulai berenang ke atas. Ellery
berpendapat bahwa cara ini akan
membuahkan hasil. Tapi tidak, itu membuat
keadaan semakin buruk, cahaya yang ada di
dalam hati pria itu perlahan redup, seiring
jauhnya pria itu tertarik.

Ellery jadi khawatir, dia menempatkan pria


itu pada daun talas besar yang tidak jauh
darinya. Namun, keadaan tidak berubah
sedikit pun dan malah sebaliknya. Rupanya,
Ellery tidak mengetahui bahwa semakin jauh
pria itu tertarik, maka otomatis lilitan akar
semakin kencang, dan itu juga membuat
cahaya pada hati sang pria meredup. Hal itu
mengakibatkan sesak nafas bagi sang pria,
E k s o t i s | 43

cahaya itu membantu membuatnya


bernapas dalam air, tetapi tidak
membuatnya tetap hangat, meski terasa
hangat jika disentuh dari luar.

Ellery mengecek hati dan kaki sang pria. Dia


melihat kembali akar yang membelit kaki
sang pria yang 'tak mau lepas, akarnya
terlalu kuat sehingga memerlukan alat
untuk lepas. Secepat mungkin dia berenang,
menuju daratan dan berkeliling mencari
benda tajam. Apa pun itu, entah kerang
maupun pecahan kaca. Namun, yang
berhasil di temukan hanyalah sebuah batu,
batu ramping berbentuk lonjong.

"Tak masalah biarpun hanya batu."


Mengambil batu tersebut dan segera
mengasahnya menjadi lancip serta tajam.
Setelah tajam, berlari kencang menjeburkan
diri lagi.

Dalam keadaan khawatir dia kembali, takut


akan kondisi sang pria yang semakin
memburuk. Ternyata benar, matanya
langsung disuhukan oleh sinar hati sang pria
yang semakin redup dan hampir hilang. Laju
berenang-nya semakin meningkat, berusaha
keras memotong akarnya dengan batu tadi,
44 | E k s o t i s

dan kali ini usahanya berhasil. Pria itu


terbebas, dan cahaya pada dadanya pun
seketika mati, serta matanya pun terbuka
sedikit.

Ellery sangat senang dengan ini, dia bergegas


memeluk dan membawanya ke daratan,
walau sangat berat.

Ellery menepatkan sang pria pada tempat


yang terkena cukup cahaya matahari,
bermaksud menghangatkan tubuh dingin itu.

"Bangunlah, ini membuat ku bingung."


Mengusap wajah sang pria yang tertutup
rambut. Ellery juga menghalangi wajah sang
pria dari cahaya matahari.
E k s o t i s | 45

Chapter 4: Lil Azof

P
erlahan, mata sang pria mulai terbuka.
Ia beranjak duduk dibantu Ellery.
Ellery tahu bahwa tubuh pria itu
masih basah kedinginan, dan tidak mungkin
akan cepat kering jika hanya mengandalkan
cahaya matahari. Secara sigap dia
mengumpulkan beberapa ranting, untuk
dijadikan api unggun

Ellery menumpuk rantingnya menjadi satu,


kemudian mencoba membakarnya
menggunakan batu yang di gosok-gosok-an.
Akan tetapi api sulit keluar, alhasil Ellery
menghabiskan banyak waktu karenanya,
hampir 10 menit lamanya. Hal tersebut
membuat sang lelaki tertawa. Ia
menghampiri Ellery dan mengulurkan
tangan untuk membantu.
46 | E k s o t i s

"Biarkan aku." Meminta batu yang dipegang


Ellery.

"Aa! Kamu membuat ku kaget!"

Pria itu mengambil alih, membuat api dari


batu keras. Sama-sama mereka
menghangatkan diri dan mencoba
memanggang sesuatu di atas-nya; air, sayur,
dan ikan.

"Ku rasa ikan-nya sudah matang!" ucap


Ellery bersemangat.

"Untuk kamu," Menyodorkan ikan pada


Ellery.

"Ini hanya satu, kamu akan kelaparan!"

"Ini, tanganku sakit,"

"Tapi," Ellery menanggapi ikan di atas daun


pisang itu. "Kurasa ikan ini terlalu besar
untukku!"

"Itu cukup."

"Umm ...."

Ellery merasa tidak tega bila hanya dia saja


yang makan, dengan segenap hati dia
E k s o t i s | 47

membagi ikannya, menyuap ikan tersebut


pada mulut sang pria.

"A-" ucapan sang pria terpotong oleh tangan


Ellery yang tiba-tiba menyuapinya.

"Enak kan?"

Ellery membagi ikannya dan makan bersama


hingga habis. Sementara itu, matahari terus
bekerja, tidak terasa sudah berada di atas.
Mereka berdua pun pergi berteduh di bawah
pohon besar.

"Apa kamu dari mataya?" tanya sang pria.

"Mataya?"

"Ya."

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?"

"Warna kulit kita sama,"

Ellery mengambil nafas panjang dan berkata,


"Ya, kita berwarna sawo matang."

"Kenapa sedih?"

"Tidak."
48 | E k s o t i s

"Cerita? Aku akan selalu mendengarkan


mu," menepuk pundak Ellery.

Ellery termenung sejenak, dia berpikir ini


adalah kesempatan baginya untuk bercerita,
juga mengurangi beban batinnya. Perlahan
Ellery menceritakan semuanya. Sang pria
juga selalu mendengarkan, dan memberi
beberapa argumen penyemangat untuk
Ellery.

"Malu?" tanya sang pria.

"Ya."

"Kenapa? Kulitmu itu sangat indah ... dan


tentang rambutmu, itu cantik, seperti mode
yang unik, gaya baru." Memberikan senyum
pada Ellery.

"Maksudmu ini?" Menunjuk pada rambutnya.


"Jangan bercanda, masa gumpalan besar ini
disebut sebagai mode?" Ellery tertawa.

"Mungkin kamu menganggap ku sebagai


pembohong besar, karena tak mempercayai
omonganku. Kamu masih memandangnya
dengan sudut pandang yang berbeda
E k s o t i s | 49

dariku ... ubahlah sudut pandangmu, dan


percaya padaku."

"Haha," Ellery tertawa kecil. "Sudah jangan


bahas itu, bahas yang lain aja."

Keheningan sejenak.

"Oh iya, namamu siapa? dari tadi kita bicara


tetapi kita belum saling mengenal," Ellery
mengulurkan tangan dan menyebutkan
nama. "Ellery!"

Sang pria membalas dengan mengulurkan


tangan juga, "Azof, Lil Azof!"

Lil Azof, dia memiliki tubuh yang sangat


tinggi nan gagah. Dia mempunyai kulit
berwarna sawo matang, juga rambut keriting
kecil bergelombang. Dia terlihat sangat
tampan dengan wajah panjangnya, dia juga
terlihat sangat indah. Selain itu, Azof
memiliki sikap yang sangat hangat dan
perhatian.

"Sejak kapan kamu di situ, dalam air?" tanya


Ellery penasaran.

"Semenjak kejadian buruk menimpa tempat


tinggal ku,"
50 | E k s o t i s

"Kejadian buruk?"

"Ya, waktu itu seekor kupu-kupu besar


datang, memakan segalanya ... membuat
kesengsaraan di mana-mana."

Sebenarnya, Pulau Mataya adalah sebuah


pulau ramah penghuni, terletak cukup jauh
dari saweetie. Penduduknya hidup tenang
dan nyaman, sampai pada suatu masa
musibah datang menghampiri. Seekor kupu-
kupu raksasa datang secara tiba-tiba,
membuat kekacauan di mana-mana. Kupu-
kupu itu memakan segalanya dan membuat
kekacauan di seluruh penjuru mataya.
Kekacauan itu terjadi selama beberapa hari,
mengakibatkan mataya hancur berantakan.
Semua penduduknya pergi berkelana
mencari tempat baru, untuk memulai
kehidupan baru yang lebih aman. Selama
mencari tempat baru, mereka selalu
bergerombol, tidak boleh terpisah apa lagi
tertinggal. Namun, saat di perjalanan banyak
yang tidak bertahan dan mati kelaparan,
warga mataya menjadi amat sangat bingung.
E k s o t i s | 51

Lalu mereka menyadari, bahwa solusi dari


masalah ini bukanlah kabur menjauh, tetapi
harus dihadapi. Akhirnya mereka
memutuskan kembali ke mataya,
membunuh kupu-kupu raksasa. Tapi,
mereka tidak bisa membawa anak mereka,
takut gagal ketika melawan kupu-kupu, dan
akhirnya mati bersama.

Para orang dewasa berpikir, bagaimana cara


menyembunyikan anak mereka, agar
selamat dan tetap hidup. Salah satu warga
pun mempunyai ide, bahwa mereka harus
menyembunyikan masing-masing anak
mereka di tempat yang berbeda. Mereka
berpencar mencari persembunyian paling
aman. Alasan berpencar adalah untuk
menghindar dari predator, mereka yakini
dengan cara itu akan lebih aman dan lebih
mudah untuk bersembunyi.

Mereka berpencar lebar, memilih tepat


terbaik juga ter-aman. Mereka memilih gua,
batu besar, pohon tinggi, kelopak bunga, dan
cangkang kerang. Orang tua Azof memilih
sungai, sebagai persembunyian anaknya.
Mereka mengira sungai adalah tempat yang
sangat aman bagi putranya itu. Mereka
52 | E k s o t i s

memberi cahaya pada hati Azof, agar tetap


hidup tanpa bernapas dalam air. Awalnya,
orang tua Azof menaruh tubuh putra
kecilnya di atas daun besar dalam air.
Namun, seiring berjalannya waktu,
guncangan air membuat tubuh Azof
berpindah, berpindah jauh dan tersangkut
pada tanaman jalar. Kebetulan tanaman itu
dekat dengan saweetie.

Kaki Azof terbelit, hampir bertahun-tahun


lamanya. Namun, semesta sepertinya ingin
menolak dengan hal yang lebih buruk
nantinya, dan langsung mengirimkan Ellery
untuk membantu Azof, seperti takdir.
Kedatangan Ellery memberi kehidupan baru
bagi Azof.

---------

Note: Untuk visual Azof ada di hati kalian,


Azof terlalu indah untuk digambarkan^^
E k s o t i s | 53

Chapter 5: Pulang
"Sekarang, apa tujuanmu Azof?”

"Pulang,"

"Kamu ingat?"

"Tidak, waktu itu aku berusia 8 tahun, tetapi


aku akan mencoba mengingatnya kembali,
mungkin hanya akan teringat sedikit ...."
Menatap Ellery. "Aku juga akan
menggunakan naluri ku!" Azof tersenyum
tipis. "Ellery akan ke mana?"

"Tidak tahu ... aku tidak mempunyai arah,"

"Kalau begitu, ikutlah dulu bersama ku,


pulang ke mataya. Mungkin dari situ kamu
akan menemukan solusi untuk masalahmu
itu," ajaknya dengan hangat. Dia khawatir
54 | E k s o t i s

jika meninggalkan Ellery sendirian dalam


hutan.

"Apa boleh? Aku akan menyusahkanmu


nanti, selama di perjalanan,"

"Aku mengajakmu, berarti itu boleh!" Azof


tertawa, sedikit bercanda.

"Haha," balas Ellery tidak menggunakan


suara. Hanya gerakan bibir dan ekspresi
wajah.

"Dan mengenai menyusahkan, itu tidak


sama sekali." Azof menjelaskannya lagi.

Ellery terdiam sejenak, "Terima kasih untuk


tawaranmu yang hangat ... kamu sangat baik,
sudah mengajak pulang bersamamu. Tapi
kurasa, aku di sini saja memikirkan
solusinya. Ini juga sudah sangat jauh dari
rumah ...." Sebenarnya Ellery ingin ikut
bersama Azof. Tapi dia merasa tidak enak.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Azof kembali.

"Tidak apa."

"Aku akan pergi, jika berubah pikiran susul


saja, aku akan berjalan perlahan ... sampai
E k s o t i s | 55

jumpa." Ujar Azof yang dibalas lambaian


tangan.

Azof pun berjalan meninggalkan Ellery. Dia


berjalan dengan langkah panjangnya.
Namun, langkahnya terhenti tepat pada
langkah ketujuh. Azof membelokkan tubuh
dan melihat Ellery yang sedang mengusap
kedua matanya, seperti menghapus air mata
yang jatuh. Azof tahu, bahwa Ellery
sebenarnya ingin ikut, tetapi tidak mau
mengatakannya, dan akhirnya menangis
dalam diam.

"Aku akan berjalan perlahan," Azof


mengatakannya kembali dari kejauhan.

Sekarang Ellery menjadi bingung, di sebelah


sisi takut berada di hutan sendirian, dan di
sisi lain dia merasa tidak enak dengan Azof.
Dia pun berpikir kembali, berpikir dengan
matang. Dia sudah memutuskan, bahwa
akan ikut dengan Azof pulang ke mataya. Dia
berlari menghampiri Azof.

"Tidak usah berlari," Azof memberi perhatian.

"Hah hah," Suara Ellery ter-engah. "Apa


tawaranmu masih berlaku?"
56 | E k s o t i s

"Masih," Azof menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, mereka berjalan bersama,


berjalan tanpa henti dengan matahari dan
bulan yang terus berganti, tanpa memberi
arah. Sesekali Ellery dan Azof terkena
guyuran air hujan dan terpaan angin badai.
Suatu hari, mereka beristirahat di atas bukit
empuk dengan rumput sebagai alas.

"Kita akan beristirahat di sini," mata pria itu


menatap kaki Ellery yang terluka oleh
serpihan kerikil. "Sejak kapan kaki itu
terluka?"

"I ... Ini," jawab Ellery gugup.

"Kenapa?" Tangan Azof meraih kaki Ellery.

"Sandal ini, menjadi tipis dan terus ter-


putus," jelas Ellery. Kaki Ellery terluka
disebabkan oleh sandal rotan-nya yang terus
ter-putus, seiring banyaknya langkah
terbuat.

"Ini akan terasa sedikit sakit." Peringat Azof.

"Oke." Ellery hanya pasrah dengan keadaan.


E k s o t i s | 57

Di sekeliling mereka hanya ada gundukan


tanah, tidak ada pohon, hanya rumput subur
yang hijau. Azof menyobek blazernya menjadi
kain panjang, lalu membalutnya pada kaki
Ellery. Azof mengikatnya kencang agar tak
mudah lepas jika kembali berjalan.

"Sudah ingat, tempat tinggal kamu dulu?"


tanya Ellery penasaran.

"Beberapa ingatan datang," jawab Azof. Dia


sudah selesai mengobati kaki Ellery. Dia juga
berdiri, melangkah sedikit ke depan. "Itu
mataya! Di seberang laut sana!" Tangan Azof
menunjuk ke depan.

Ellery mendekat, melihat arah yang Azof


tunjuk, "Mataya? Sangat cantik!"

"Ayo pergi ke sana?" ajak Azof girang.

"Ayo!!" Ellery tidak kalah bersemangat dari


Azof.

Mereka berdua berjalan, berjalan sedikit


perlahan, dikarenakan kondisi kaki Ellery
yang tidak terlalu bagus. Meskipun begitu,
mereka berhasil menyusuri bukit demi bukit,
58 | E k s o t i s

dan akhirnya mereka dihadapkan dengan


lautan luas.

Sebenarnya mereka ingin membuat sampan


untuk menyeberang. Namun, kayu untuk
membuat sampan tidak ada, alhasil mereka
pun berkeliling mencari tempat dangkal. Hal
tersebut dilakukan semata untuk
memudahkan Ellery dalam berjalan. Ellery
melangkah menyeberang laut dengan tangan
yang menggandeng Azof, mencegah hal
buruk terjadi.

Saat menyeberang, beberapa masalah


mewarnai perjalanan mereka, di antaranya
arah angin dan ombak. Sangat
menyusahkan, tubuh mereka bergerak 'tak
teratur karena arah angin yang sering
berubah, dan ditambah lagi dengan kaki
mereka yang terus di terjang ganasnya
ombak, walau kecil.

Tapi untungnya, air laut sangat jernih,


sehingga dapat mudah melihat apa yang ada
di bawah, mengurangi resiko cedera kaki.

Waktu dan kaki terus berjalan, sampailah


mereka di tempat tujuan. Alangkah
terkejutnya Ellery, saat mengetahui bahwa
E k s o t i s | 59

ada tempat indah selain saweetie, matanya


menjelajah luas, terpanah oleh keberagaman
yang mataya miliki. Gadis kribo ini terkejut
bukan main, dia kehabisan kata, melihat
kulit putih dan hitam dapat menyatu dengan
cantik, tanpa membeda-bedakan satu sama
lain.
60 | E k s o t i s

Chapter 6: Mataya

M
ataya, pulau dengan keindahan
yang terpampang nyata, nyaris
sempurna. Penduduk mataya
memiliki warna kulit dan bentuk rambut
yang beragam, tidak ada perbedaan, mereka
saling menghargai satu sama lain. Namun,
kebanyakan dari mereka memiliki warna
kulit mongoloid, mereka juga sangat
menyukai warna sawo matang, mereka
terlihat sangat cantik nan eksotis.

"Mataya sangat indah." Mata Ellery berkaca-


kaca.

"Azof!" Teriak seorang wanita setengah paruh


baya, di susul pria berumur sama dengannya.

Ternyata itu adalah suara orang tua Azof.


Sepertinya ia terkejut serta senang akan
E k s o t i s | 61

kedatangan putranya, yang telah lama


menghilang. Teriakan itu menggelegar,
membuat semua warga yang ada di sana
melihat.

"Papa! Mama!" Ucap Azof, dia memeluk


tubuh orang tuanya yang mulai mendekat.

"Anak kecil ku berubah, sangat tinggi dan


tampan," ibunda Azof haru.

"Aku sangat merindukan kalian!"

"Kami juga!" Keluarga itu saling menangis.

Mereka berpelukan, melepas rindu yang dulu


melekat erat. Semua orang yang ada di sana
menatap haru, bahkan sampai meneteskan
air mata. Mereka bersyukur, akhirnya salah
satu anggota mataya kembali dengan
selamat.

"Akhirnya pangeran pulang," Ujar warga


mataya yang berusia cukup tua.

"Pangeran? Apa raja dan ratu mempunyai


anak?" ucap salah satu warga yang
mendengar hal itu.
62 | E k s o t i s

"Iya, pangeran sempat hilang beberapa tahun


belakang." Jawabnya.

Rupanya Azof adalah anak dari raja dan ratu


Pulau Mataya, yang telah hilang beberapa
tahun lalu.

Saking senangnya, mereka mengadakan


pesta makan malam di hari itu juga, sebagai
tindak rasa syukur atas pulangnya sang
pangeran. Mereka menari gembira tanpa
rasa kantuk sedikit pun. Ellery juga terbawa
suasana, hasrat untuk menari datang tanpa
izin. Tubuhnya bergerak sendiri, mengikuti
irama musik yang ada. Seperti biasa Ellery
menari dengan sangat indah, tetapi kali ini
ada yang tidak biasa, kakinya terangkat satu,
menjaganya agar tidak semakin buruk.

Ellery berputar, sampai tidak menyadari


bahwa dia sudah berada di tengah, dan
mendapat perhatian semua orang. Penduduk
mataya merasa kagum serta terhibur,
mereka menepuk-kan tangan untuk
menambah ramai suasana. Namun, tepukan
tangan membuat tarian Ellery terhenti. Dia
E k s o t i s | 63

terkejut, sadar dan menghentikan tariannya.


Beberapa warga berkomentar;

"Kenapa berhenti?"

"Lanjutkan."

"Padahal itu sangat cantik."

Melihat hal tersebut, Azof langsung memberi


tanggapannya dari seberang penonton.
"Teruskan, itu sangat indah!"

"Benarkah?" Ellery tersenyum dan


melanjutkan tariannya hingga selesai.

Musik pun kembali dimainkan, mengikuti


gerak tubuh Ellery. Kali ini dia menari lebih
indah dari sebelumnya. Matanya tertutup,
hanyut dalam melodi. Seluruh anggota
tubuh Ellery bergerak, bergerak dengan
lentik. Semua penduduk mataya kagum
menyaksikan keagungan Ellery. Mereka
tidak segan-segan melempar, melempar
kelopak bunga, dan setiap kelopak bunga
terdapat sepucuk pujian di dalamnya.

Setelah itu, Ellery bingung harus ke mana.


Dia ingin menghampiri Azof, tetapi tidak
melihatnya, karena terlalu banyak warga
64 | E k s o t i s

yang melihat. Azof tahu bahwa Ellery


bingung dan mencari dirinya, dia pun
mendekat, menghampiri Ellery.

"Tadi itu sangat cantik,"

"Terima kasih ... awalnya sangat gugup,


tetapi berkatmu rasa itu hilang."

"Tidak usah berterima kasih ... ayo makan,


kamu pasti lapar" Azof melontarkan canda-
an.

Ellery tertawa, sambil mengikuti langkah


Azof dari belakang. Mereka menghampiri
meja, meja yang menampung sesuatu lezat di
atasnya. Mereka makan dan minum sambil
mengobrol ringan. Ketika mengobrol, mata
mereka saling menatap, seperti hanya ingin
menatap satu sama lain, 'tak ingin orang lain.
Namun, seorang wanita melihat mereka dari
jauh, lalu mendekat.

"Boleh bergabung?" ucap wanita itu.

"Tentu boleh," Ellery tersenyum.

"Ada apa Ma?" Azof bertanya. Rupanya


wanita itu adalah ibunda Azof.
E k s o t i s | 65

"Ehem," suara ibu Azof, sepertinya ia


mengisyaratkan sesuatu.

"Oh iya," jawab Azof sigap. "Ellery, ini Mama


ku, De Asa. Dan Mama, ini Ellery, teman
perjalanan ku," Azof memperkenalkan.

"Hai Ratu," sapa Ellery yang dibalas pelukan


hangat.

De Asa, lebih singkatnya Asa-seorang istri


dari raja mataya, bernama Lil Paulo. Mereka
sangat disayangi oleh rakyat, karena
kepemimpinannya yang cerdas dan adil.
Mereka juga berhasil membuat mataya
kembali rapi dan cantik kembali, seusai
menyingkirkan kupu-kupu raksasa dahulu.
Mereka juga mampu menciptakan rasa
hangat yang hampir hilang di mataya.
Seluruh warga memanggil raja dan ratunya
dengan sebutan "Papa" dan "Mama", agar
terasa dekat.

"Kamu terlihat cantik, sangat manis dengan


kulit mu itu," puji Ratu Asa.

Ellery senang dengan pujian ratu, tetapi dia


masih menginginkan kulit putih dan rambut
gliter-nya kembali.
66 | E k s o t i s

"Apa itu benar Ratu?"

"Kamu tidak percaya?" pertanyaan ratu tidak


serius.

Mereka sama-sama tertawa.

"Jangan panggil 'Ratu', 'Mama' saja," Ratu


Asa memberi tahu Ellery.

"Baik, Mama."

"Mari bertemu papa." ajak Ratu Asa.

Ellery menoleh, menatap Azof, dan Azof


menjawab tatapan Ellery dengan anggukan
kepala.

Lalu Ellery dan Azof berjalan, mengikuti


langkah Ratu Asa dari belakang. Selama di
perjalanan beberapa warga melihat, warga
yang tidak tahu mengira bahwa Ellery adalah
pasangan Azof.

"Papa," Ratu Asa menghampiri raja yang


sedang makan bersama beberapa warga, dan
duduk di sebelahnya.

"Ya?"
E k s o t i s | 67

"Dia Ellery, dia menemani Azof dalam


perjalanannya kemari."

"Kemarilah Ellery, duduk di sini, dekat


denganku."

"Baiklah," Ellery duduk tepat di bangku yang


ditunjuk raja.

Azof juga ikut duduk di sebelah Ellery, jauh


dari raja, tetapi dekat dengan ratu.

"Jadi namamu Ellery?" tanya Raja Paulo.

"Ya, namaku Ellery," Sedikit malu.

"Aku melihatmu menari, dan itu sangat


indah ... kamu adalah penari kesukaan ku,"

"Terima kasih atas perhatianmu, aku merasa


terhormat," Ellery tetap merendah.

"Aku juga berterima kasih padamu ... terima


kasih telah bersama Azof sampai di sini,"
Raja mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Ratu juga menganggukkan kepala.

"Sebenarnya selama di perjalanan aku terus


menyusahkan Azof. Jadi aku yang berterima
68 | E k s o t i s

kasih padanya, sekaligus meminta maaf.


Maafkan aku," melihat Azof.

"Jangan berkata seperti itu." Azof tidak


menjawab pandangan Ellery, pandangannya
tercuri oleh beberapa makanan di depannya.
Dia sedang memilih makanan untuk
dimakan, dia terlihat lapar.

"Maafkan aku," melepas pandangannya dari


Azof, beralih pada Raja Paulo.

"Tidak usah begitu, bagaimanapun juga,


kamu sudah menemani Azof."

"Terima kasih atas pengertianmu," Ellery


bersyukur, bahwa Raja Paulo tidak
memarahi-nya.

"Sudahlah, jangan terus mengobrol. Nanti


tidak akan ada habisnya," ucap ratu. "Ayo
makan, makan yang banyak." Dia menyuruh
Ellery untuk makan, dia khawatir hari ini
Ellery belum makan sama sekali.

"Hahaha, aku sampai lupa untuk


menawarimu makan. Karena telah melihat
Azof makan dengan sangat lahap," Raja
E k s o t i s | 69

Paulo tertawa, dibarengi suara tawa semua


warga, beserta Azof.

"Terima kasih, aku akan memakannya."


70 | E k s o t i s

Chapter 7: Seperti Dulu


"Apa Ellery adalah pasangan Azof, Papa?"
salah satu warga bertanya.

"Aku tidak tahu, coba tanyakan saja pada


Azof," ucap Raja Paulo.

A
zof yang mendengar hal itu langsung
mengeluarkan kata-kata dari
mulutnya, "Aku dan Ellery tidak
memiliki hubungan khusus, kami hanya
teman."

"Tapi, apakah ada rasa yang tubuh jauh di


lubuk hati?" warga yang lain ikut bergabung
dalam pembicaraan, dan saling melempar
canda-an.

Ketika semua orang mengobrol, tiba-tiba


seorang wanita misterius mendekati Ellery.
E k s o t i s | 71

Wanita itu menutupi kepalanya dengan


tudung terawang, ia juga memiliki tato kupu-
kupu berwarna hijau di lehernya. Ia
bertubuh tinggi ramping, berbaju hitam
pekat, dan beberapa glitter berjatuhan di
bawahnya. Sangat menakjubkan melihatnya
dari dekat maupun jauh. Wanita itu
mengajak bicara Ellery.

"Kulitmu sangat indah, tetapi aku tidak


menyukainya ...,"

Ellery bingung mendengar kalimat itu.

"Alangkah cantik-nya jika aku melihatmu


memakai warna putih di kulitmu, kamu akan
terlihat sangat cantik jika kulitmu berwarna
putih, tidak hitam seperti ini. Apa kamu
setuju dengan omongan ku?"

Ellery masih bingung.

"Aku tahu, sebenarnya kamu menginginkan


warna lain, bukan?"

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"


Ellery bertanya.

"Semua tentang mu, aku tahu." mencoba


menggoda Ellery.
72 | E k s o t i s

"Apa kamu bisa membuatnya ... menjadi


putih?" Ellery penasaran. Matanya berbinar,
semangatnya meningkat lebih.

"Tentu, hal mudah bagiku. Bahkan jika


kamu sudah menjadi putih, aku bisa
membuatnya kembali menjadi seperti ini,"
memanas-i Ellery.

"Caranya?"

"Pergi dan temui aku di dekat sungai, sungai


yang terdapat gua di dekatnya." Dalam
sekejap ia menghilang.

Setelah itu Ellery me-lamun, dia sangat


tertarik dengan ucapan Sang Wanita
Misterius itu. Namun, dia juga takut bahwa
dia akan dibohongi olehnya, dan malah
mendapat hal yang lebih buruk dari
sebelumnya. Ellery mencoba melupakan
omongan Wanita Misterius, dia ingin fokus
pada pesta warga mataya.

Angin semakin dingin, tanda malam yang


semakin larut, beberapa warga pulang dan
tidur. Ellery juga segera tidur di tempat yang
sudah sediakan Ratu Asa. Dia juga
mengganti pakaiannya, milik Ratu Asa.
E k s o t i s | 73

Pakaian itu berwarna putih berjenis dress,


panjangnya mencapai lutut, sangat pas
dipakai Ellery.

Malam, saat semua orang tertidur lelap.


Seekor serangga bertumbuh raksasa datang.
Serangga itu memiliki sayap besar berwarna
hijau pekat. Raksasa itu sebenarnya sangat
indah. Akan tetapi, tubuhnya yang terlalu
besar membuatnya terlihat sangat
menakutkan. Ia merupakan kupu-kupu,
yang kebetulan merupakan serangga yang
sama seperti dahulu.

Sebenarnya, kupu-kupu itu sudah ada sejak


pesta masih berjalan, tetapi sayangnya tidak
ada yang melihat. Semua orang terlalu sibuk
dengan pesta makan malam dan tidak
memperhatikan sekitar. Apa yang kupu-
kupu itu lakukan pasti miliki rencana, ia
terus bersembunyi dari balik beberapa
bambu sampai pestanya berakhir.

Serangga rupa eksotis itu terbang lambat di


angkasa mataya, tampaknya berusaha
mencari sesuatu. Melihat setiap jendela
dengan penuh hati-hati dan saksama.
74 | E k s o t i s

Walaupun memeriksa dengan jeli, tetap saja


belum mendapatkannya. Jadi, kupu-kupu
tersebut membuat kegaduhan kembali di
mataya. Membuat seluruh mataya terbangun
dan keluar dari rumah.

Malam yang sunyi pun pecah, rakyat mataya


berhamburan ketakutan, berlarian ke sana
ke sini untuk menghindar. Berteriak kencang
dan membangunkan raja yang tertidur lelap.

"AAAAAAAAA!!!"

"Keributan apa yang terjadi di luar?" ucap


Ellery keluar istana.

Terlihat di luar sudah ada Azof beserta ratu


dan raja, sedang menenangkan keributan.
Mungkin terlihat sangat kewalahan, hampir
dari warganya tidak bisa tenang dan terlalu
banyak bergerak. Untung saja sang raja
sangat bijaksana dan berjiwa pemimpin, dia
melindungi semua warga dengan
mengumpulkannya menjadi satu, dan
menyembunyikannya pada halaman dalam
istana.

"Untuk sementara, jangan ada yang keluar.


Dan jangan lupakan, bahwa kita harus tetap
E k s o t i s | 75

bersama apa pun keadaannya!!!" imbau Raja


Paulo.

Rakyat mataya menganggukkan kepala.

Di malam tersebut, semua orang tidak bisa


melanjutkan tidurnya. Hati mereka tidak
tenang, takut akan teror kupu-kupu yang
kembali datang tanpa memberi aba-aba.
Mata mereka terus terbuka sampai matahari
datang dan bulan berpulang. Selama itu,
mereka terus berdiskusi mengenai masalah
besar ini. Beberapa solusi bermunculan dari
beberapa ide warga mataya, tetapi ide itu
tidak efektif dan belum tentu akurat. Alhasil
raja dan ratu masih memikirkan solusinya,
bersama semua warga. Saking fokusnya
berpikir, mereka sampai tidak sadar bahwa
matahari sudah terbit mencapai atas, perut
mereka juga belum ter-isi apa pun sejak pagi,
bahkan seteguk air pun tidak.

"Papa, perut ku terus berbunyi," ucap warga


mataya pada Raja Paulo.

"Aku juga."
76 | E k s o t i s

"Aku juga."

Beberapa warga mengeluh.

"Maafkan aku, aku melupakan perut kalian."


Setelah berkata seperti itu, raja menyuruh
pelayannya untuk memasak. Memasak
dengan ukuran besar, sehingga cukup untuk
semua orang.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya


masakan pun selesai dibuat. Semua orang
makan, termasuk; Ellery, Azof, raja dan ratu.

"Bagaimana ini?" tanya Ellery pada Azof yang


duduk di sebelahnya.

"Semua akan baik-baik saja, jangan


khawatir," Azof menenangkan Ellery yang
terlihat khawatir.

"Jika keadaan terus seperti ini selama


beberapa hari, apa persediaan akan cukup
untuk memenuhi semua orang?" Ellery takut
warga mataya akan kelaparan dan gugur
secara perlahan.

"Itu tidak akan terjadi, jangan memikirkan


hal-hal yang belum terjadi."
E k s o t i s | 77

"Ya, aku akan ...." Perkataan Ellery terpotong.


Saat Azof tiba-tiba meninggalkannya, dia
pergi menghampiri salah satu warga mataya.

Azof melihat ada warganya yang belum


mendapatkan makanan, dan memberikan
makanannya.

"Ambillah, ini untuk mu," Azof menyodorkan


makanan.

"Ini punya pangeran,"

"Sekarang ini punya mu,"

"Tapi pangeran akan lapar," ia khawatir.

"Tidak, pelayan akan membuatkannya lagi.


Jadi makanlah."

Akhirnya warga itu mau menerima dan


memakannya. Azof kembali duduk di
samping Ellery, "Maaf karena meninggalkan
mu."

"Tidak apa-apa," ucap Ellery dengan mulut


ter-sumpal makanan. "Apa pelayan akan
memberi mu makanan lagi?"
78 | E k s o t i s

"Kurasa tidak, kami sedang menghemat


persediaan makanan,"

"Mari berbagi makanan," tawar Ellery.

"Makan saja, jangan cemaskan aku."

"Buka mulut mu," ujar Ellery.

"Sudah, jangan begitu,"

"Ayolah ...," Ellery memohon. "Sepertinya


tanganku akan patah!" Ellery bercanda.

Melihat tingkah Ellery, Azof gemas. Dia tidak


tega melihat Ellery dan membuka mulutnya.
Mereka makan bersama.
E k s o t i s | 79

Chapter 8: Penyihir?

E
llery bercerita kepada Azof, "Kemarin
saat di pesta. Seseorang mengajak ku
berbicara, dia memberi tahu ku cara
mengembalikan kulit ini, menjadi semula."

"Siapa? Bagaimana orang itu bisa tahu?"

"Entahlah, mungkin orang itu adalah


penyihir yang membaca pikiran," jawab
Ellery sedikit melamun, tangannya
menyanggah pipi.

"Bagaimana caranya, mengembalikan kulit


mu?"

"Ia tidak memberitahu, tetapi menyuruhku


untuk menemuinya di dekat sungai. Sungai
yang berdampingan dengan gua kembar di
80 | E k s o t i s

sebelahnya. Dia akan memberitahu caranya


di situ," penjelasan Ellery.

"Kamu yakin?"

"Yakin! Ayo temui orang itu setelah masalah


ini selesai,"

"Baiklah, jika itu mau mu," sebenarnya Azof


khawatir dengan orang yang diceritakan
Ellery. Dia khawatir bahwa orang itu
sebenarnya memiliki maksud, dan tujuan
tertentu. Tapi Azof juga tidak bisa menolak,
takut menghancurkan harapan dan
semangat Ellery.

"Terima kasih Azof, kamu selalu membantu


dan baik pada ku,"

"Sama-sama. Tapi ingat, apa pun yang orang


itu katakan, jangan langsung percaya dan
mengambil tindakan. Bicarakan saja dulu
padaku, dan mengambil tindakan bersama."

"Aku akan mengingatnya! Terima kasih Azof!"

Azof melebarkan bibir.


E k s o t i s | 81

Saat ini, keadaan masih aman dan terkontrol.


Semua warga merasa aman dan tenang,
persediaan makanan juga masih banyak,
cukup untuk beberapa hari ke depan.

Selama di dalam istana, warga mataya saling


mengobrol, bersenang-senang seperti tidak
ada beban. Sepertinya bersenang-senang
adalah salah satu dari budaya mereka.
Beberapa warga duduk di rumput yang
terkena sinar matahari, dan beberapa duduk
di bawah pohon, meneduh. Warga mataya
yang duduk di bawah sinar matahari
mempunyai warna kulit sawo matang dan
gading. Namun, diantara mereka ada saja
yang bisa mengambil perhatian Ellery; yaitu
kulit sawo matang, sama dengannya. Kulit
itu terlihat sangat cantik, ketika terkena
langsung sinar matahari, terlihat aesthetic
juga klasik. Ellery juga melihat bahwa kulit
putih tidak semuanya berambut lurus, kulit
putih juga bisa memakai rambut kribo,
terlihat sama-sama cantik-nya.

"Mereka cantik, kulit mereka juga sangat


indah ketika terkena sinar matahari," Ellery
bisa mengatakannya, tetapi tidak bisa
mengatakannya untuk dirinya sendiri.
82 | E k s o t i s

"Setuju. Akan tetapi, aku tidak setuju


dengan kata-kata mu yang ini 'Sangat indah
ketika terkena matahari', menurut ku kata-
kata itu salah. Kulit sawo matang
sebenarnya cantik-cantik saja, walau tidak
terkena sinar matahari," ucap Azof.

Ellery termenung sebentar, "Benarkah?"

"Ya, coba saja perhatikan."

Ketika asyik mengobrol berdua, tiba-tiba


riuh kembali terjadi. Warga mataya menjerit,
kaget sekaligus panik. Dinding istana roboh,
hancur berserakan. Dinding itu adalah
pembatas, antara Sang kupu-kupu dan
semua orang.

Saat kejadian tersebut, 3 warga mataya ter-


tindih. Semua orang pun mencoba
membantu. Namun, Sang Kupu-kupu tidak
membolehkannya, dan mencoba menyerang
siapa saja yang berani mendekat. Kupu-
kupu sangat agresif, marah-marah tidak
jelas dan mengamuk.

Dengan cepat Raja Paulo mengambil


tindakan. Dia menggiring semua warganya
pergi meninggalkan istana, beralih pada
E k s o t i s | 83

lorong bawah tanah yang letaknya tidak


terlalu jauh dari istana. Raja menunjukkan
tempat ruang bawah tanah itu
disembunyikan, Ellery dan Ratu Asa
menyuruh warga mataya untuk berjalan
cepat, mempersingkat waktu. Sementara itu
Azof menggotong satu per satu warga mataya
yang ter-tindih reruntuhan tadi, yang
untungnya fokus kupu-kupu sudah beralih
pada warga mataya yang lain. Sangat susah
untuk mencapai ruang bawah tanah, tetapi
mereka berhasil melewatinya.

Di dalam ruang bawah tanah, semua orang


merasa tersiksa; ruang merasa sempit dan
pengap, beberapa warga yang terluka juga
tidak langsung mendapat perawatan. Raja,
ratu, dan pangeran berpikir keras,
memikirkan cara terbaik 'tuk
menyelesaikan masalah.

Saat memikirkan solusi di tempat gelap


tersebut, mendadak jantung Azof ber-kelap-
kelip dengan cepat, terasa sesak dan susah
untuk bernafas. Ellery dan warga panik.

"Azof?" Ellery memegang tubuh Azof, dia


takut tubuh Azof akan jauh tanpa memberi
peringatan.
84 | E k s o t i s

Ratu dan raja langsung menghampiri Azof.

"Apa di sini yang sakit?" ratu memegang dada


putranya.

"Ya Ma, terasa sangat sakit,"

"Hati kamu bersinar lagi," Ratu Asa menekan


dada Azof berulang-ulang, bertujuan
menghilangkan sinar tersebut. "Kenapa
sinarnya muncul kembali? Dan kenapa sulit
redup?"

"Tangan Azof sangat dingin!" ucap Ellery.

"Aku tidak apa-apa, kalian tidak perlu


khawatir." ucap Azof, terdengar lemah.

"Mungkin ini karena ruang bawah tanah


yang pengap dan tidak ada cahaya!" sambar
Raja Paulo.

Ratu Asa meraih tangan Ellery dan menatap


Ellery penuh harapan, "Bawa Azof keluar,
bawa dia ke tempat yang aman."

"Tapi di luar kan ...,"

"Tenang saja, aku akan mengawasi kalian,"


ujar Raja Paulo.
E k s o t i s | 85

"Kami juga!"

"Kami juga!"

"Kami juga!"

Warga mataya ingin membantu.

"Baiklah, terima untuk Raja Paulo dan


semuanya, aku sangat berterima kasih!"
ucap Ellery haru. "Ayo, kita keluar!!" Ellery
membangkitkan semangatnya.

Lalu raja merangkul Azof keluar. Mereka


mengendap-endap, berusaha tidak membuat
suara. Setelah cukup jauh, raja
menyerahkan Azof pada Ellery.

"Pergilah, temui penyihir wanita ...


rumahnya terletak di dekat sungai, sungai
berwarna hijau mengkilap. Konon katanya,
penyihir itu sangat sakti, dan jika benar
begitu, ia adalah satu-satunya cara agar
masalah ini selesai, baik itu masalah kita
sekarang dan masalah jantung Azof." Raja
menyerahkan Azof pada Ellery, dan Ellery
juga langsung meng-gandengnya tanpa
gerakan menolak.
86 | E k s o t i s

"Maaf merepotkan mu, Ellery," ucap Ratu


Asa, dia juga mengecup pipi Azof dan Ellery.
"Doa ku selalu menyertai kalian."

"Terima kasih Mama, Papa, dan semuanya


juga. Kami akan pergi, jadi tunggu kami!"

Semua orang melambaikan tangan.

Ellery dan Azof pergi dengan bergandengan


tangan. Ellery sengaja melakukannya agar
Azof kuat berjalan bersama tumpuannya.
Langkah mereka penuh dengan kepercayaan,
walau tidak tahu jalan mana yang harus
mereka lalui tuk sampai di sungai, mereka
tetap berjalan.

"Menemui penyihir di dekat sungai? Apa


penyihir itu adalah penyihir yang mengajak
ku berbicara, saat di pesta?" batin Ellery.
"Apa rasa sakit itu masih ada?" Ellery tidak
lagi berpikir, dia menghentikan pikirannya,
dan bertanya pada Azof.

"Tidak, mungkin karena keadaan juga."


Sinar di hati Azof memudar, sekali waktu
terkena paparan sinar matahari.
E k s o t i s | 87

"Syukurlah."

Selagi berjalan, tangan Ellery sibuk meng-


gandeng tangan Azof, dia khawatir akan
tubuh Azof yang mendadak jatuh. Namun,
kaki Ellery menyandung sesuatu, membuat
dirinya dan Azof terjatuh. Sebuah kunci tua
tergeletak di sana, kunci kecil yang
membuatnya tersandung jatuh.

"Au!"

"Apa ada yang sakit?" Secara spontan Azof


bertanya.

"Tidak, hanya kaget. Apa kamu tidak apa-


apa?" tanya Ellery balik.

"Tidak,"

"Sebenarnya apa yang ku injak tadi?"

"Hanya benda kecil." Azof menyerahkan


kunci tua tersebut.

Mereka sama-sama memandang heran kunci


tersebut, tepat di tempat mereka terjatuh, di
atas tanah yang hampir seluruhnya tertutup
daun kering berwarna coklat dan oranye,
mereka duduk bersila.
88 | E k s o t i s

"Ini milik siapa?" tanya Ellery.

"Tidak tahu, bisa saja milik orang zaman


dulu, dan tak sengaja terjatuh,"

"Bisa jadi ... aku akan menyimpannya,


barang kali terpakai nanti."

Mendadak sebuah apel nan segar jatuh dari


atas, hampir mengenai kepala Ellery.

"Awas!" Spontan Azof menarik tubuh Ellery


pada dekapannya.

Ellery terkejut. Sepertinya Ellery beruntung


hari ini, dia tidak terkena buah apel tersebut.

Azof bertanya, melepas Ellery dari


pelukannya, "Tidak kena kan?"

Ellery menganggukkan kepala.

"Bagaimana buah apel yang segar tahu-tahu


terjatuh?" batin Azof, dia tidak ingin Ellery
takut.

Setelahnya angin bertiup kencang, seakan


ingin merampas kunci tersebut. Tapi
untungnya, tangan Ellery sigap mengambil
E k s o t i s | 89

kembali, dan angin pun tidak bisa


mengambilnya.

"Ada apa ini?" Ellery panik.

"Tidak ada, hanya angin lalu." Azof


menenangkan.

"Apa benar?"

"Tentu saja, apa muka ku ini seperti sedang


berbohong?"

Ellery tertawa, dia juga mengangkat


tubuhnya, berdiri dari tanah. Melihat itu Azof
juga berdiri, mengikuti Ellery.

"Eh eh, mau ke mana? Duduk aja, ayo


duduk!"

Tidak berbicara, Azof langsung menuruti


perkataan Ellery.

Rupanya, Ellery bangun karena merasa lapar.


Dia mengambil buah apel kecil dari sebatang
pohon yang berdiri di dekatnya. Dia memetik
beberapa, memberikannya pada Azof. Lalu
juga menyimpannya dalam kantung,
kebetulan ada katung di dekat pohon itu.
90 | E k s o t i s

Mereka makan cukup banyak, dan pergi


setelahnya.

Tidak sampai 20 langkah, gua itu terlihat,


gua dengan sungai hijau di sebelah-ya.
Mereka senang dan langsung
menghampirinya. Saat mendekat, mereka
tidak melihat satu rumah pun di sana,
sangat sepi dan sunyi, hanya kicau-an
burung yang menghidupkan suasana. Ellery
dan Azof melihat sekeliling, mencari
keberadaan Sang Penyihir. Mereka juga
berkeliling mengitari sungai, tetapi hasilnya
sama saja, mereka tidak menemukannya.
Mereka dibuat lelah karenanya, mereka pun
duduk di tepi sungai.

"Ayo duduk, sedari tadi kita terus berjalan,


tidak henti-henti," Azof duduk di batu kali.

"Oke," jawab Ellery singkat. "Kira-kira, apa


yang ada di dalam sana?" Menunjuk pada
sungai berwarna hijau di depannya.

"Mungkin ikan,"

"Tapi ...,"
E k s o t i s | 91

"Apa lagi?" Azof memotong pembicaraan


Ellery, takut Ellery akan bertanya hal aneh.

"Biarkan aku menyelesaikan omongan ku


dulu, Azof!" Ellery sedikit kesal. "Tapi, apa
yang mengkilap itu? Apakah ikannya
bercahaya?"

"Iya, ikannya bercahaya,"

"Jangan bercanda," sepertinya Ellery benar-


benar penasaran.

"Tadi aku melihatnya."

Saat asyik mengobrol, seorang wanita ber-


tudung hitam datang dari arah belakang,
tudung-nya sangat besar, mampu menutupi
muka, hanya terlihat bibir berwarna merah
seksi. Dress yang ia kenakan menjuntai
hingga menjilat tanah, berwarna hijau tua
seperti lumut. Ia berjalan menghampiri
Ellery dan Azof, dengan beberapa kupu-kupu
beterbangan di sisinya.

Ellery dan Azof menoleh, melihat siapa yang


mendekat. Ketika melihat, mereka serempak
berdiri.

"Apa kau ...," perkataan Ellery terpotong.


92 | E k s o t i s

"Benar. Mari masuk, ke rumah ku,"


menunjuk gua.

"Itu?" Ellery bertanya.

"Bisa-kah kita di sini saja?" mendadak Azof


memberi pertanyaan.

"Kenapa?" ujar penyihir.

Ellery dan Azof saling menatap.

"Tidak mau memberi tahu?" penyihir kembali


bertanya. "Masuk sekarang." Sedikit ketus.
E k s o t i s | 93

Chapter 9: Apel Hitam

P
enyihir memutar tubuh, tampak
sebuah senyum sinis dari bibirnya,
seperti mengetahui sesuatu.

Mereka bertiga duduk bersama, duduk


dalam gua dingin beralaskan daun besar.
Selain dingin, gua itu juga sangat pengap dan
berbau 'tak sedap. Mengambil napas itu
sangat susah, dada terasa sekak serta napas
ikut terhambat. Berbahaya. Terlihat hati Azof
yang terus redup dan bersinar secara cepat,
tidak beraturan.

"AZOF!!" teriak Ellery histeris. Sementara


penyihir, ia hanya berekspresi datar. Tidak
berkata-kata maupun bertindak.

Selang beberapa waktu, penyihir mulai


bersuara, ia bertanya pada Ellery dan Azof.
94 | E k s o t i s

"Kalian datang padaku? Harapan apa yang


kalian ingin coba dapatkan??"

"Aku memiliki banyak permohonan!" ujar


Ellery dengan harapan tertulis di dahinya.

"Aku tidak akan mengabulkan semuanya,


hanya tiga,"

"Tiga?" tanya Ellery sedikit kecewa.

"Yaaaa, tiga permohonan." Suara penyihir


terdengar sangat menggoda. "Apa yang akan
kalian minta?"

"Sebuah kupu-kupu datang ke tempat


kami ...," ujar Azof yang dibalas senyuman
aneh dari Sang Penyihir, terlihat
menakutkan.

"Kami sangat sengsara saat ini, kerusuhan


terjadi di mana-mana, beberapa tempat
hancur dan tinggal menyisakan puing-
puing," Azof melanjutkan perkataannya.
"Bisa kah Nona menolong kami?" Suaranya
seperti tercekik, susah bernapas.

Untuk sekarang, Ellery tidak dapat berbuat


apa-apa, dia hanya menggenggam erat
tangan Azof, mencoba menguatkan. "Aku
E k s o t i s | 95

harap Nona dapat menolong kami, kami


menaruh harapan besar."

Sunyi sejenak, lalu penyihir menjawab,


"Akan kubuat-kan ramuan khusus, ramuan
yang dapat mengusir kupu-kupu besar dari
tempat kalian. Dan sementara itu, kalian
bisa bermalam di sini."

Ellery dan Azof bingung, menatap satu sama


lain.

"Hari sudah petang," ujar Sang Penyihir.

Setelah menyadari bahwa matahari sudah


tenggelam, mereka memutuskan untuk
meng-inap. "Baiklah kami akan meng-inap di
sini, terima kasih dan maaf merepotkan,"
ucap Azof.

"Kalian bisa tidur di ruang belakang sana,"

"Terima kasih!"

"Bagaimana dengan dua permohonan


lainnya?" sambung Ellery.

"Kita lanjut besok." Suara khas penyihir.


96 | E k s o t i s

"Tapi ...." Perkataan Ellery terpotong, saat


tangan Azof tiba-tiba memegang pinggulnya,
mengisyaratkan untuk berhenti. Ellery
langsung menurut, perkataannya terhenti
saat itu juga.

Ellery dan Azof pergi untuk tidur dalam


ruang yang telah disediakan. Mereka
bermalam di sana, di dalam gua pengap lagi
dingin. Sesekali hati Azof bercahaya,
nafasnya terengah-engah, membuat Ellery
khawatir dan terus ke-pikiran.

Di tengah malam yang hampir fajar, Azof


beranjak bangun meninggalkan ruangan,
tanpa membangunkan Ellery. Dia berusaha
menetralkan napasnya. Namun, tidak
semuanya membaik, hanya sedikit lebih baik.

Di tengah malam yang hampir fajar, Azof


bangun dan keluar dari ruang tersebut. Dia
pergi keluar ‘tuk mencari udara segar. Azof
keluar dalam keadaan tenang dan berusaha
tidak mengeluarkan suara. Walaupun begitu,
Ellery tetap saja terbangun, dia mengikuti
langkah Azof dari belakang, berdiri
mematung. Ellery ingin membantu, tetapi
E k s o t i s | 97

apa yang bisa dia buat, hanya menemui Sang


Penyihir dan membuat permohonan kedua.

Tok tok tok

"Permisi!" Tangan Ellery menggedor pintu.

"Ada apa?" Penyihir itu sedikit marah, waktu


tidurnya terganggu. Tapi entah kenapa,
tudung hitam dikepala masih saja ia
gunakan, seperti tidak pernah terlupa-kan.

“Bisakah aku meminta permohonan kedua


ku sekarang?”

“Memangnya apa?”

“Aku ingin meminta ...,” perkataannya


terhenti sebentar. “Sembuhkan Azof!”

“Kulihat kamu membawa apel, berikan


padaku,” suruh penyihir seraya menguap.

Ellery bergegas mengambil satu buah apel


dalam kantung yang dibawa tadi, “ini,”

Setelah menyerahkan apel itu pada penyihir,


Sang Penyihir terus memberikan mantra,
seperti sihir lembut. Apel itu menjadi
98 | E k s o t i s

berwarna hitam setelahnya, tetap terlihat


segar.

“Berikan padanya,” ucap penyihir selesai


dengan apel. Ellery menanggapi apel itu
dengan penuh hati-hati, takut akan sihir dan
warnanya pudar, lalu berubah menjadi
merah seperti semula. Namun, nyatanya
tidak, apel yang sudah terkena sihir itu akan
selamanya berwarna hitam, tidak bisa
berubah.

“Terima kasih, maaf mengganggu


waktumu.” Jawab Ellery, Sang penyihir
tidak meladeni dan kembali tidur.

Usai berlari menghampiri Azof, memberikan


apel hitam tersebut, “Azof, makanlah.”

Tanpa berbasa-basi Azof menerimanya,


dengan rasa heran yang ‘tak lupa menyertai
wajah tampan-nya. “Apel hitam?”

“Ya,”

“Apa sudah terkena sihir?” Memandangi


apel dengan heran.

“Makanlah Azof!” Ujar Ellery tersenyum,


berusaha meyakinkan Azof.
E k s o t i s | 99

Azof mau makan apel itu sampai habis,


hanya menyisakan biji kecil.

“Bagaimana rasanya?” Ellery penasaran.

“Terasa lebih manis,” Kemudian cahaya di


hati Azof perlahan me-redup, napasnya pun
kembali normal.

Ellery memeluk tubuh Azof.

“Terima kasih Ellery.” Azof membalas


pelukan Ellery.

Tidak terasa pagi sudah menjelang siang,


penyihir keluar dari kamarnya, bersama
tudung hitam menghiasi kepala. Ia duduk di
meja makan, menyantap bunga ber-nektar
manis, menikmatinya bersama secangkir teh.
Ellery mendekat, duduk di kursi kosong
sebelah penyihir.

"Apa yang kamu makan?" tanya Ellery yang


tidak mendapat jawaban. "Apa enak??"
tanyanya kembali.

Penyihir hanya menganggukkan kepalanya


sekali, terlihat dingin. Kemudian, Ellery
100 | E k s o t i s

memandangi wajah penyihir yang hampir


tenggelam oleh tudung. Setelahnya, mata
Ellery menjelajah luas, melihat beberapa
glitter jatuh mengelilingi Sang Penyihir.
Lantas rasa ingin tahu muncul dalam
benaknya,

"Apa yang bersinar itu? Sepertinya aku


pernah melihat. Bukankah itu glitter?"

Seketika jantung Sang Penyihir berdebar


kencang. Tubuhnya membeku, ia terlalu
kaget dengan perkataan Ellery, dengan
gugup ia menjawab, "Bu-bukan."

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?


Sebelum pesta mataya?"

"Tak usah banyak bi-cara," kata penyihir


ketus. Ia juga meninggalkan Ellery dan
makan siangnya. Ellery juga ikut bangkit
dari duduknya, menyusul langkah penyihir
yang semakin jauh. Dia ingin bertanya,
“Apakah ramuan pengusir kupu-kupu sudah
jadi?”

"Nanti!" bentak penyihir kesal. Ucapannya


membuat Ellery ragu.
E k s o t i s | 101

"Apa penyihir benar-benar membuat


mantranya?" batin Ellery.

Melihat ekspresi wajah Ellery yang ragu,


cepat-cepat penyihir berkata, "Maksudku,
sebentar lagi," nada bicaranya melemah,
tidak natural.

"Aku harap ramuan itu akan cepat selesai!"

"Tentu sayang." Memanis-manisi Ellery.


Setelah itu penyihir meninggalkan Ellery,
masuk dalam ruangannya.

Penyihir membuka pintu, hendak masuk


dalam ruangannya. Ellery melihat sedikit ke
dalam, sebelum ruangan itu benar-benar
tertutup kembali. Dia melihat banyak dari
sedikit celah tersebut, dia melihat banyak
ramuan tersusun rapi di rak kayu besar yang
berjajar, dan beberapa kupu-kupu
beterbangan. Di situ juga Ellery melihat buah
aneh, berwarna hitam pekat juga mungil,
terletak di tengah-tengah ruangan tersebut,
berdiri tegak dengan vas sebagai penegaknya.
Ellery terkejut, dia tidak menyangka akan
melihat ini, terpukau.
102 | E k s o t i s

“Apa itu?” Perkataannya terhenti sejenak.


“Apa itu buah ...,” Ellery susah untuk
mengingat. “Buah telle?”

Karena sudah ditinggal sang penyihir, Ellery


pun tidak bisa bertanya mengenai hal yang
baru saja dia lihat, dia pun hendak pergi dari
tempat itu, keluar dari gua dan ikut duduk
bersama Azof di pinggir sungai. Ellery
memutar tubuh, dan tidak sengaja tubuhnya
menyenggol sesuatu yang ada di sana. Ellery
hampir menjatuhkan sebuah kotak
berukuran sedang. Tapi untungnya,
tangannya sigap menangkap dan tidak
membuat suara gaduh di sana.

“Untung saja ... tapi, kotak apa ini? Apa ini


lubang kunci? Tapi kuncinya mana?” nada
bicara Ellery tidak terlalu keras, sehingga
Sang Penyihir pun tidak dapat mendengar.
“Apa?" Ellery langsung pergi keluar dari gua,
sambil memegang kotak.

“Azof! Azof! Teriak Ellery dari belakang.

“Jangan lari!” Peringatan Azof.

Ellery tidak peduli.. “Lihat ini! Lihatlah!"


E k s o t i s | 103

“Memangnya apa?”

“Ayolah, lihat dengan baik.” Duduk di


sebelah Azof.

“Ehem?” Azof menganggukkan kepala.

“Lihat lubang ini, berkarat, seperti kuncinya!”


Ellery sangat semangat.

“Kunci itu?”

“Iya!” Ellery memasukkan kunci itu pada


lubang yang ada di tubuh kotak.

"Ellery," tiba-tiba Azof menyebut nama gadis


itu.

"Kenapa?" Jawab Ellery. Tapi tangannya


tidak berhenti untuk membuka kotak, dan
kotak pun berhasil di buka. “Wah!”

“Ellery, kotak ini punya siapa?” tanya Azof.

“Penyihir. Aku hanya membukanya sebentar,


dan akan ku kembalikan.” Sepertinya Ellery
sudah mengerti arah pembicaraan Azof.

Azof menghela napas.


104 | E k s o t i s

Chapter 10: Anggrek

D
alam kotak, terlihat satu tangkai
bunga anggrek dengan dua cabang
merekat. Di setiap cabang, terdapat
satu bunga yang tumbuh. Bunga itu
memiliki kelopak yang besar dan segar,
seperti bunga pada umumnya. Bukan cuma
itu, kotak tersebut juga menyimpan sebuah
foto sepasang pria dan wanita yang saling
berpegangan tangan, sangat mesra dan
hangat. Bibir yang tersenyum lebar juga ikut
menghiasi foto, terlihat bahagia, yang
menarik perhatian adalah, tangan Sang
Wanita yang memegang anggrek ungu.

Ellery dan Azof bertanya-tanya, heran


tentang bagaimana sebuah bunga dapat
bertahan dalam sebuah kotak yang ‘tak
terkena matahari. Bahkan, akarnya terlihat
E k s o t i s | 105

kusut mengering. Mereka juga heran,


mengapa bunga anggrek itu masih mekar
dengan sempurna, sedangkan foto yang
mereka temukan sudah usang, menguning.
Ditambah lagi, lubang kunci tersebut sudah
berkarat, dan beberapa debu merekat erat.

Ellery mengambil bunga itu dengan hati-hati.


Takut menggugurkan setiap kelopaknya, dia
mengusap lembut, "Bunganya sangat
cantik!"

"Aku setuju," ujar Azof. "Tapi, bunga apa


itu?"

"Ini adalah bunga anggrek. Bunga yang


nyaris punah."

"Wah, kita beruntung bisa melihatnya."

"Ehem."

Lalu angin berembus lembut,


menggoyangkan beberapa kelopak bunga.
Saat itu juga, keajaiban keluar dari bunga
tersebut, melodi. Melodi itu seperti
senandung seorang wanita, tetapi tidak
terlalu jelas. Melodinya seperti keluar dari
sebuah alat musik bernama piano, sangat
106 | E k s o t i s

lembut dan ringan. Telinga mereka langsung


ter-panah, mereka menikmatnya, walau
sebentar.

"Suara itu keluar dari bunga ini kan?"

"Ya, aku juga berpikir seperti itu." Azof


menjulurkan tangannya, mengambil foto
yang ada di dalam kotak.

Setelah itu, foto bergerak dengan sendirinya,


seperti video. Mengerikan, tetapi rasa itu
terkalahkan oleh rasa penasaran yang ada.
Ellery dan Azof tidak bersuara, mata mereka
terlalu fokus untuk melihat, walaupun
gambar itu tidak memiliki suara. Mereka
mengamati dan memperhatikan hal tersebut
dengan benar, takut melewatkan sesuatu
yang penting.

Di dalam foto yang bergerak, kedua


pasangan itu sangat bahagia. Mereka selalu
bergandengan tangan, selalu bersama. Lalu
wanita itu mengandung, mereka dikaruniai
anak perempuan yang sangat cantik.
Berambut lurus bergelombang, serta
beberapa glitter cantik menempel di rambut
Sang Bayi.
E k s o t i s | 107

"Seperti aku." Batin Ellery.

Bayi tersebut kemudian tumbuh menjadi


anak kecil berusia 2 tahun. Bayi tersebut
dicintai oleh semua orang, mendapat banyak
dukungan juga perhatian. Lalu kejadian
buruk menimpa keluarga tersebut, saat
tengah malam di kediaman mereka. Seorang
wanita mendekat, wanita muda dan cantik.

"Ratu Helen?" batin Ellery kembali berbicara.

Wanita itu adalah Ratu Helen, penguasa


saweetie. Dia mendekati pria dan wanita
tersebut, mengayun-ayunkan tangan, dan
setelahnya keluarlah sihir. Sihirnya
mengubah pasangan tersebut menjadi
sebuah bunga anggrek cantik dalam satu
tangkai. Akan tetapi, sebelum kejadian itu
terjadi, mereka sempat menyembunyikan
anak mereka di dekat vas bunga anggrek
yang besar, sehingga bayi itu selamat.

Setelah mengutuk Sang Pria dan Wanita,


Ratu Helen mengabadikan momen itu dalam
sebuah foto, untuk dijadikan kenangan dan
menyimpannya dalam kotak,
menyembunyikannya dengan rapat-rapat.
Setelah itu, foto berhenti bergerak, kembali
108 | E k s o t i s

menjadi semula, hanya ada Sang Pria dan


Wanita yang berdiri mematung.

"Apa itu papa dan mama?" ucap Ellery dalam


hatinya. Dia hanya bisa melamun.

"Cerita apa itu?" Azof keheranan. Dia tidak


tahu dengan wajah-wajah yang ada di dalam
foto. Dia juga tidak pernah melihat tentang
rambut Ellery yang seperti itu, karena Azof
bertemu Ellery setelah Ellery berubah.

Pertanyaan Azof mampu memecahkan


lamunan Ellery. "Aku tidak tahu. Tapi ...
sepertinya aku mengenal wanita yang
mengubah pasangan itu. Dia adalah Ratu
Helen, pemimpinku ...," Jawab Ellery " ...
Dan bayi itu, itu seperti aku. Rambutnya
memiliki glitter yang menyebar," tambahnya.

"Dan pasangan itu adalah orang tua Ellery?"


tanya Azof.

"Perasaanku juga seperti itu. Tapi jika benar


orang tuaku, mengapa mereka dikutuk Ratu
Helen? Ratu mereka sendiri? Apa mereka
mempunyai kesalahan yang besar?"
E k s o t i s | 109

"Tanyakan saja pada penyihir, mungkin dia


bisa membantu."

"Mari temui dia!" ajak Ellery.

Ellery dan Azof masuk dalam gua,


menghampiri Sang Penyihir. Pintu
ruangannya terbuka kecil, karena angin. Di
situ mereka melihat penyihir yang tidak
menggunakan tudung. Mukanya terlihat
jelas, walau dilihat dari jauh. Penyihir itu
memiliki wajah dan rambut yang sama
seperti Ratu Helen.

"Ra ...," Ellery langsung menutup mulutnya.


"Apa yang sedang dilakukannya di sini?"
batin Ellery.

Dalam ruangan, Ratu Helen sedang asyik


membuat ramuan ajaib, entah ramuan apa
itu. Dia terlihat senang, hingga
bersenandung kecil bersama kupu-kupu
miliknya. Dia menari, berputar, dan melihat
pintu ruangannya yang terbuka. Seketika
tariannya terhenti, dia berjalan ke depan, ke
arah pintu.
110 | E k s o t i s

"Siapa yang membuka?!" terlihat marah,


tetapi tidak bersuara keras. Setelah menutup
pintu, dia masuk kembali.

"Syukurlah." Serempak Ellery dan Azof.


Mereka bersembunyi di balik rak besar.

Ellery dan Azof tidak bergerak sedikit pun,


mereka juga berusaha tidak membuat suara
keras.

"Apa sebenarnya Ratu Helen itu jahat?


Dialah yang mengubah ku menjadi gelap
seperti ini, dan dia juga lah yang membuat
mama dan papa menjadi anggrek," gerutu
Ellery.

"Tapi kenapa penyihir atau yang kamu sebut


Ratu Helen itu melakukannya?" tanya Azof.

"Tidak tahu. Aku senang mama papa


ditemukan, tapi aku juga sedih, mereka
sudah tidak ada." menatap bunga itu, yang
sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam
kotak.

"Aku ada di sini, jangan sedih." Azof


menepuk pundak Ellery.
E k s o t i s | 111

Memikirkan hal tersebut, emosi Ellery


memuncak. Namun, dia tidak bisa
memuntahkan amarahnya pada Sang Ratu,
dikarenakan satu permohonan lagi yang
belum terucap, dan karena sang penyihir
yang merupakan ratu saweetie, pemimpin
pulaunya. Tidak dapat berbuat apa-apa,
Ellery berlari keluar dalam keadaan
menangis. Dia menari indah di luar gua,
ditemani riuh-nya air sungai dan kepak-an
sirip ikan.

Azof merasa cemas, menyusul Ellery tanpa


bertanya sedikit pun. Dia menghormati
tarian Ellery, dia tidak menghentikannya.
Karena Azof tahu, bahwa dengan menari,
kesedihan yang gadis cantik ini rasakan
akan larut bersama ketukan alunannya.
112 | E k s o t i s

Chapter 11: Hasrat

S
ementara itu, waktu berjalan sedikit
lambat. Tampak Ratu Helen sedang
memandangi kotak dari belakang. Dia
membuka kotak itu dengan hati-hati, meraih
bunga anggrek-nya. Gembira. Ratu
membawa bunga tersebut ke dalam
ruangannya , lalu mencoba menyelesaikan
parfum abadi yang dulu 'tak pernah usai.

Perlu diketahui, Ratu Helen adalah


seseorang yang mempunyai obsesi berat
terhadap kecantikan abadi. Hal tersebut
semata-mata dilakukan untuk memenuhi
ambisinya, menjadi pemimpin saweetie yang
abadi, dan disegani banyak orang. Sudah
bertahun-tahun dia mengerjakan ramuan itu,
tapi tidak kunjung selesai, kegagalan selalu
menghampirinya. Dia berpikir keras, dan ter-
E k s o t i s | 113

sadar bahwa yang dia butuh kan adalah


kelopak bunga anggrek yang besar.

"Oh anggrek-anggrek kecil," senandung Ratu


Helen, seraya mengerjakan ramuan anggrek-
nya. "Berikan aku kecantikan yang abadi!"
sangat lapar, penuh hasrat.

Azof berhasil menenangkan Ellery, dan


membujuknya masuk ke dalam,
membicarakan masalahnya dengan baik-
baik bersama ratu. Namun, sesuatu yang
mengejutkan tampak dari belakang, Ellery
dan Azof memandanginya geram.
Menyaksikan Ratu Helen yang secara anggun
membunuh orang tua Ellery. Ellery marah
besar dalam hatinya, tidak bisa menahan
amarah lagi, "Ratu Helen! Anggrek itu adalah
mama dan papaku!" Ellery marah.

"E-Ellery?" ujar penyihir bingung, dan ikut


marah "Uups! Anggreknya sudah mencair
dan melekat di tubuhku!!"

Seketika glitter bermunculan di rambut Sang


Penyihir, rambutnya berkilauan dan penuh
dengan glitter. Kulitnya menjadi semakin
114 | E k s o t i s

putih dan bersih. Tubuhnya semakin


ramping dan wajahnya menjadi lebih cantik
dan muda dari sebelumnya, dia berubah.

"Hahaha!!" ucap Ratu Helen terdengar puas.

Ellery dan Azof hanya terdiam menyaksikan.


Mereka merasa bahwa Ratu Helen sudah gila.

"LIHAT AKU! Sangat berbeda dengan mu!!


Aku begitu cantik dan putih, tidak seperti mu!
Dekil dan terlihat kotor!" Ratu
menyombongkan diri.

"Kenapa Ratu jahat sekali padaku?!


Membuat ku menjadi gelap seperti ini!"

"Ratu macam apa kamu ini!" bentak Azof.

"Apa yang membuat Ratu membenci ku?


hingga berbuat seperti ini?!" ujar Ellery
disertai isak tangis.

"Kalian ini berkata apa sih?" ucap ratu.

"Tidak usah mengelak lagi. Ratu meminta ku


untuk memakan buah telle! Dan
mempermalukan ku di depan rakyat
saweetie!!" Ellery menangis.
E k s o t i s | 115

"Buah itu?" Ratu tertawa. "Untung saja aku


bertemu penyihir itu, yang merupakan ibu
ku sendiri. Awalnya aku merasa takut dan
tidak percaya dengannya, tetapi sekarang
aku harus terus percaya dan berterima kasih
padanya. Dialah yang menyelamatkan ku
dari pergantian pemimpin baru!" ratu sangat
senang, tidak ada rasa bersalah dan
menyesal sedikit pun di dalam dirinya.

"Aku kecewa sekali pada Ratu! Ratu yang


selama ini aku bangga-bangga dan sanjung-
kan ... tapi ternyata Ratu menusuk ku dari
belakang!" ucap Ellery.

"Kamu bilang menusuk? ibumu lah yang


menusuk ku dari belakang! Dia mengambil
Liam dariku, ayahmu!" Ratu Helen marah.
"Aku sudah sangat suka dengan Liam, dari
dulu. Tapi Liam lebih suka dengan ibumu,
yang memiliki rambut berwarna light blue,
bukan kuning!" pengakuan ratu. "Mereka
hidup sangat bahagia, sedangkan aku tidak!"

"Tetapi Ratu sudah mendapat banyak cinta


dari semua rakyat saweetie!"
116 | E k s o t i s

"Itu tidak cukup untukku! Aku


menginginkan cinta dari Liam!" napasnya
cepat.

"Tapi ...."

"Diam!" memotong perkataan Ellery. "Aku


sangat menderita, sedangkan mereka sangat
bahagia! Hingga mendapat bayi dari semesta,
kamu! Dan kamu juga perlahan ingin
mengambil semuanya dariku, menggunakan
wajah cantikmu itu! Kalian adalah keluarga
pengganggu untukku, bagai parasit!"
mendekatkan wajahnya pada Ellery, dan
secepat mungkin tangan Azof menyingkirkan
wajah Sang Ratu.

"Dasar!" Azof geram.

"Dan sekarang," Ratu menarik napas


panjang. "Aku tidak ingin marah-marah, itu
akan memperburuk kulit wajahku. Pergilah,
jangan kembali ke saweetie, dan jangan
dekat-dekat padaku!" Matanya melotot.

"Kukira, kamu merasa tersaingi. Kamu takut


bahwa rakyat mu akan memilih yang lebih
muda dan cantik." Azof mengatakannya
E k s o t i s | 117

dengan santai, membuat kemarahan ratu


meningkat.

Kemarahan Ratu Helen memuncak,


napasnya memburu, kemarahannya 'tak
terbendung. Dia memanggil pasukan kupu-
kupu dengan sekali tepukan tangan. Lalu
kupu-kupu banyak berhamburan dari celah-
celah buku dan rak ramuan, merapat dekat
bersama ratu.

"Wahai makhluk-makhluk ku yang kecil lagi


eksotis. Aku membawakan nektar manis
untuk kalian," ujar Ratu Helen bernada
menggoda. "Hisap dan habisi mereka!!"

Begitu perintah ratu terucap, kupu-kupu


langsung bertindak. Serangga itu terbang
melesat dengan ganas, seakan ingin men-
terkam. Ellery dan Azof bingung harus lari ke
mana, semua arah untuk berlari sudah
tertutup oleh kupu-kupu yang terbang
bergerombol, mengelilingi Ellery dan Azof.
Lalu perlahan menyerang, mencabik dan
menggigit. Saat itu Azof langsung melindungi
Ellery dengan punggung besarnya, alhasil
punggung Azof terkena serangan kupu-kupu.
Blazer putih yang dikenakannya robek,
hingga mengenai kulit. Sekarang punggung
118 | E k s o t i s

Azof memiliki beberapa robek-an, dari tangan


kupu-kupu yang tajam.

"Azof." Ellery khawatir.

Setelah melakukan tindakannya itu, tangan


Azof langsung meraba gagang pintu, yang
tepat di belakang pinggang Ellery. Karena
terburu-buru, alhasil pintu susah untuk
dibuka. Mereka harus sedikit lebih lama di
dalam, dan Azof harus mampu bertahan
melindungi Ellery. Sementara Azof berusaha
membuka pintu, Ellery ingin berusaha
mengusir kupu-kupu yang mau mencoba
menyerang, dengan kedua tangannya. Ellery
mengusir kupu-kupu yang hinggap di
punggung Azof, dengan mengayun-ayun
tangan. Cara itu sedikit membantu, tetapi
dengan itu, tangan Ellery terluka. Tapi Ellery
tidak memedulikan hal itu, dia hanya ingin
melindungi serta membantu, tidak apa
sedikit.

Lalu dari tengah ruangan, Ratu Helen


menyaksikan Ellery dan Azof yang
kewalahan. Dia tertawa keras, suaranya
menggelegar.

Klik
E k s o t i s | 119

Kenop pintu terbuka, cepat-cepat mereka


berjalan keluar.

"Ayo! Kita lari!" Azof memegang tangan Ellery


untuk pergi menjauh, dari kupu-kupu dan
penyihir.

Ellery dan Azof berlari keluar, berlarian lama


untuk mencari tempat aman.

"Hei kalian! Jangan coba-coba kabur dari


ku!" seru Ratu Helen. "Kerja mereka!"
Perintahnya kepada para kupu-kupu.

"Azof! Ratu Helen mengejar."

"Lewat sini!" Azof menggiring Ellery untuk


masuk dalam gua, gua yang berada di
sebelah.

"Kuharap kita tidak menemui jalan buntu."


harapan Ellery.
120 | E k s o t i s

Yuk! Kenali Kami lebih dekat.


Jika buku ini menarik, dan dapat
memberikan manfaat, jangan ragu
untuk memberikan dukungan kepada
Kami.

FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL


AKSARA JINGGA

@aksarajinggacom

FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL


PENULIS

@hoLaWorld05
E k s o t i s | 121

Chapter 12: Rumah


"SAWEETIE?" kata Ellery.

"Tempat apa ini? Kenapa begitu indah?" Azof


terkejut.

M
ereka berdua mematung takjub di
sana. Ellery heran sekaligus senang
berada di saweetie, dia pulang. Di
sisi lain, Azof terkejut karena akan
keindahan Pulau Berkabut ini. Namun,
lamunan itu hanya bertahan sebentar,
setelah teriakan mengerikan terlontar dari
dalam gua, yang persis di belakang mereka.

"ELLERY! Mau ke mana kamu?!" Tangan


Ratu Helen berhasil mencengkeram lengan
Ellery, mereka tertangkap.

"Jangan sakiti aku!" Ellery meronta.


122 | E k s o t i s

"Lepaskan, Ratu Helen!" Azof berusaha


untuk melepaskan cengkeraman Ratu Helen
dari lengan Ellery.

"Ratu Helen seekor kupu-kupu?" Warga


saweetie memandang perkelahian sengit itu.

"Hah? di mana Ratu Helen?"

"Apa pemimpin kita adalah serangga?"

"Um, siapa orang yang berkulit gelap di


sana?"

"Mereka bertiga siapa?"

Sontak pasang mata Ratu Helen langsung


terarah pada sumber suara, ekspresi
wajahnya terkejut bisu, setelah mengetahui
bahwa dirinya berada di saweetie.
Rahasianya terbongkar, dirinya sebagai
seekor serangga terungkap, oleh semua
warga yang berada di sana, saweetie.

"Ini tidak seperti yang kalian pikir!"

Warga saweetie hanya diam, tidak menjawab.

Ratu meyakinkan semua rakyatnya dengan


berteriak kencang, membuat pandangan
E k s o t i s | 123

semua orang semakin buruk padanya. Dia


terlihat sangat kesal, matanya membesar
dan terlihat kasar. Kata anggun sudah tidak
berlaku bagi dirinya, kini dia sudah terceluk
sebagai orang jelek, tidak bermartabat.

"PERCAYALAH!!" MANA MUNGKIN AKU


BERBOHONG!! DENGARKAN PERKATAAN
KU! PERCAYA PADAKU, DAN SANJUNG LAH
AKU KEMBALI! SEPERTI DULU!!"

Rasa jijik dan marah bertambah di dalam


hati warga saweetie.

Sadar bahwa tingkahnya berlebihan, sekejap


ratu terdiam, menyesali perbuatannya.
"Kenapa aku berkata seperti itu?" batin ratu.

"Apa Ratu adalah seekor serangga?" tanya


salah satu warga saweetie menyambar,
membuat jantung ratu bergerak cepat.

Mendadak, saweetie riuh akan wujud ratu-


nya sebagai seekor kupu-kupu raksasa.
Warga Saweetie ternganga takjub, baru kali
ini, mereka melihat sayap indah melekat
pada punggung kecil sang pemimpin pulau.
124 | E k s o t i s

"Apa kamu tidak akan menjawabnya?" ucap


Azof.

"DIAM KAMU!" Ratu Helen meninggikan


suara. Sepertinya dia sangat marah,
sehingga amarahnya meluap, dan
melupakan semua warganya yang
menyaksikan.

"Apa itu?" warga saweetie kaget.

"Apa dia benar-benar ratu kita?"

"Ratu Helen?"

"Di mana Ratu yang dulu, tidak seperti ini?"

"Rupanya Ratu Helen adalah orang yang


kasar!"

"Dia terlihat ... sangat jelek!"

"Dia sangat sensitif!"

"Jika Ratu kita benar-benar bukan seekor


serangga, pastinya dia akan menjawab
dengan tenang, menggunakan suara halus-
nya yang anggun. Bukan seperti ini!" ucap
warga saweetie.
E k s o t i s | 125

Ratu Helen kehabisan kata, merasa ter-pojok.


Dia pun mengepak-kan sayapnya terbang ke
atas, kabur dari semua kebingungan. Akan
tetapi, dengan begitu semua pertanyaan ter-
jawab, mereka menyaksikan sendiri bahwa
Sang Ratu menyembunyikan sayap besar,
dari balik punggungnya yang kecil nan
ramping. Namun, keberuntungan tidak
memihak. Tangan Azof dengan sigap meraih
tungkai kaki ratu, yang hendak terbang
menjauh. Lalu menjatuhkannya pada
dataran tanah yang keras. Ratu tersungkur
cukup keras, membuatnya melemah dan
kehilangan sayapnya, sayapnya menghilang
seperti pasir diterpa angin.

"Au!" Ratu merintih kesakitan. "Apa yang


terjadi dengan sayap ku!"

Semuanya berhenti berbicara, mendengar


perkataan sang ratu "Sayapku!!!"

Begitu sayapnya terbentur, seluru sihir dan


pasukan kupu-kupunya lenyap, termasuk
kupu-kupu yang ada di Mataya. Sayapnya
tidak patah maupun luntur, melainkan
remuk menjadi tumpukan glitter yang cantik.
126 | E k s o t i s

"Aaaaaa!! Sayap ku!" Ratu Helen mengambil


beberapa glitter tersebut, dalam
cengkeramannya. "Ini semua karena mu!"
Ratu mendorong tubuh Azof, dia
menyalahkan semua ini padanya.

Tubuh Azof terdorong ke belakang, tetapi dia


tidak membalas. Dia mencoba memaklumi
hal tersebut. Tapi, bukannya ratu introspeksi
diri, dia malah ingin menyerang Azof kembali.
Ratu memain-mainkan tangannya, mencoba
menyihir Azof dan Ellery. Namun, sihir tidak
dapat keluar, yang didapat hannyalah rasa
malu yang besar. Ratu Helen menutupi
wajahnya dengan kedua tangan, merasa
malu. Lalu suara tangis terdengar samar-
samar dari balik tangan itu.

Walaupun Ellery sangat kesal dan marah,


tetapi dia masih bisa menolongnya. Ellery
mendekati Sang Ratu, dia menenangkan-nya,
menepuk pundak Sang Ratu tanpa berbicara
satu kata pun untuk menyemangati. Dia
khawatir akan mengeluarkan kata-kata
kasar.

"Jika Ratu ingin memperbaikinya, ada hari


esok," ujar Azof dengan rasa hormat
menyertai.
E k s o t i s | 127

Ratu termenung mendengar perkataan Azof,


dia tidak menyangka masih ada orang yang
berkata seperti itu, dengan kelakuan buruk
yang sudah dilakukannya, bahkan sangat
buruk. "Benarkah?" Butiran air mata
berebutan keluar dari matanya.

"Tentu saja." Balas Ellery. Sepertinya dia


sudah berani berbicara, amarahnya mereda.

Lalu Ratu Helen membuka tangannya


perlahan, menatap mata seluruh rakyatnya
dengan tulus. Ketika itu terjadi, semua
rakyatnya mulai mundur menjauh.
Lingkaran kerumunan memudar renggang,
beberapa pergi.

"Ada apa dengan kalian?" Ratu Helen


mengusap air matanya.

Tidak seorang pun menjawab.

"Aku tidak seharusnya berkata seperti itu,"


ratu menyadari kesalahannya lagi. "Ma ...
ma ... maafkan aku." Sangat sulit untuk
dikatakan, suara ratu tercekik.

Lagi-lagi warga tidak memberi tanggapan.


"Kenapa saweetie tidak menjawab?" sambar
128 | E k s o t i s

Ellery, begitu melihat tidak ada tanggapan


dari rakyat saweetie.

"Siapa dia?" Warga saweetie bertanya, ia


memandang Ellery bingung.

Sontak Ellery terkejut mendengarnya,


hatinya hancur seketika. Memang, rambut
dan kulitnya sudah berubah drastis, glitter
yang dia miliki juga sudah ikut hilang 'tak
bersisa. Walaupun begitu, setidaknya
mereka tetap mengenal Ellery, sebagai Gadis
Labu Oranye.

Ellery mematung lama, hatinya sakit akan


ucapan warga saweetie tadi. Jika bisa dilihat,
hati Ellery sudah banyak memiliki goresan
kasar, tepat setelah dirinya memakan buah
telle.

"Bukankah Nona itu ... Si Labu Oranye?"


ucap gadis kecil.

Ellery tersenyum tipis, akhirnya ada juga


yang mengenalnya. Tidak peduli dengan
julukan, terpenting hanya diingat.
E k s o t i s | 129

Chapter 13: Show

B
eberapa orang pergi pulang,
meninggalkan; Ellery, Azof, dan Ratu.
Sedangkan, sebagian warga lain
berdiskusi keras, akan tindakan yang perlu
dilakukan kepada ketiga orang ini. Mereka
memutuskan untuk mengurung ratu dalam
istana 'tuk sementara waktu. Sedangkan,
kepada Ellery dan Azof mereka putuskan
untuk mengikatnya pada kaki ramping
patung capung besar, atau yang kerap kali
disebut ikon Pulau Saweetie. Patungnya
berada di Long Garden, jantung pulau
tersebut.

Mereka memang sengaja mengikatnya di


sana, agar Ellery dan Azof menjadi pusat
perhatian. Apalagi dengan kulit mereka yang
terlihat mencolok dari yang lain. Hal itu
dilakukan agar seluruh rakyat dapat melihat,
130 | E k s o t i s

perbedaan antara mereka dengan Ellery dan


Azof. Warga saweetie sangat mendiskriminasi.

Ellery dan Azof bermalam di sana, di bawah


rembulan terang nan indah, dengan kaki
yang terbelenggu rantai besi. Sering kali
angin berembus kencang, menerpa mereka
tanpa ampun. Mereka sangat kedinginan.
Tapi apa boleh buat, mereka tidak bisa
berlari mengambil sebuah selimut, yang
hanya bisa dilakukan hannyalah diam.
Menunggu matahari datang untuk
menghangatkan.

Selama bulan masih di atas, angin dingin


masih tetap berseliweran. Gaun putih Ellery
beterbangan mengikuti arus angin,
membuatnya menjadi lebih dingin dari
sebelumnya. Kain pada gaun Ellery juga
tidak terlalu tebal dan hangat.

Sesekali Azof melihat Ellery yang sedang


tertidur, dia memperhatikannya. Azof
melihat raut wajah dan beberapa gerak
tubuh Ellery yang tampak mencurigakan,
sepertinya gadis itu menyembunyikan rasa
dingin dibalik matanya yang tertutup rapat.
Hati Azof terketuk dan tidak tega, dia
melepas blazer putih miliknya, perlahan
E k s o t i s | 131

meletakkannya di atas tubuh Ellery, yang


bersandar di bahu besar miliknya. Walaupun
menaruhnya perlahan, tetap saja Ellery
terbangun.

"Azof?" tanya Ellery bernada lemah, khas


orang baru bangun.

"Tidurlah lagi, tidak ada apa-apa," kata Azof


lembut. Ellery tidur kembali, mungkin
karena terlalu lelah jadi dia tidak tahu, kalau
dirinya sekarang mengenakan blazer putih
milik Azof. "Tidurlah yang nyenyak." Tangan
Azof perlahan mengusap lembut kepala
Ellery.

Bulan berpulang, matahari datang. Ellery


dan Azof masih duduk diam di sana. Tubuh
mereka sakit, semalam mereka hanya duduk
terdiam, tidak membaringkan badan. Mereka
juga tidak memberontak sedikit pun.

Bosan, kata yang menggambarkan Ellery dan


Azof sekarang. Mereka tidak melakukan
kegiatan apa pun, selain melihat warga
saweetie yang berlalu lalang. Melakukan
132 | E k s o t i s

aktivitas seperti biasa, tanpa memedulikan


Ellery dan Azof.

"Azof, ini sangat bosan."

"Bagaimana jika Ellery menari?" Azof


menyarankan.

Ellery menurut, dia berdiri dan menari kecil,


dengan kaki yang terikat tali rantai di kaki.
Tariannya tetap indah, walau hanya dengan
gerakan kecil. Namun, tariannya terhenti
sebentar. Dia membungkuk, mengulurkan
tangannya untuk mengajak Azof menari.
Mereka menari lembut, melupakan semua
orang yang ada. Perlahan mata mereka
terpejam, menikmati setiap gerakan yang
terbuat.

Saat menari, tidak sengaja tangan Ellery


memegang pundak Azof. Dia merasa ada
kejanggalan di sana, punggung Azof terasa
aneh, seperti ada bekas goresan luka yang
tajam, walau tersentuh dari luar kain baju.
Ellery tidak berani bertanya, dia teringat
akan peristiwa buruk yang berhasil mereka
lalui di rumah Sang Penyihir, Ratu Helen.
Ellery meneteskan air mata, merasakan luka
yang Azof miliki. Dia merasa kasihan
E k s o t i s | 133

padanya, dia pun memeluk erat tubuh Azof,


bersamaan dengan tarian lembut yang
mereka lakukan.

Seluruh anggota tubuh mereka bergerak,


mengikuti naluri dengan anggun. Tanpa
melodi, tubuh mereka bergerak rapi seolah
memiliki ketukan tersendiri, mata mereka
saling terpejam, tidak merasakan halangan
oleh seutas tali rantai yang mengikat. Benar-
benar bebas, seolah memiliki sayap gelap
yang sangat besar. Akan tetapi, sayap gelap
mereka akan menjadi bercahaya, dan itu
sangat indah, bila dipertemukan dengan
cahaya surya. Mereka adalah Black Swan.

Lalu salah satu warga saweetie yang sedang


berjalan pun melihat, ia menghentikan
langkahnya, demi melihat sepasang Black
Swan yang lupa akan kodratnya. Ia
ternganga, tidak bisa berkata dan hanya
mematung takjub. Setelah itu, satu-persatu
warga mengikuti, membuat gerombolan
besar. Mereka kagum dengan tarian Ellery
dan Azof-manusia yang selama ini mereka
benci dan remeh-kan. Pandangan rakyat
saweetie seketika berubah, rasa benci
memudar perlahan di hati mereka.
134 | E k s o t i s

"Apa mereka orang yang sama seperti


kemarin?" ucap salah satu warga, ia masih
tidak percaya dengan apa yang dilihatnya
sekarang.

"Dia adalah Nona yang kemarin!" kata gadis


kecil yang kemarin masih mengingatnya.

"Mereka sangat indah,"

"Tarian apa itu??"

"Tidak tahu, tapi yang pasti, tarian adalah


suatu gerak yang indah dan memiliki makna
tersendiri di setiap gerakannya." Warga
saweetie saling bertanya dan menjawab.

"Bukankah gerakan itu tidak asing?"

"Benar."

"Ku rasa seseorang pernah menarikannya,"

"Bukankah itu ...."

"Dia adalah Nona Ellery!" ujar gadis kecil


dengan semangat.

"Ellery?"
E k s o t i s | 135

Mereka menangis mendengar kenyataan.


Mereka tidak menyangka bahwa wanita yang
dulu mereka usir dan hina sebenarnya Ellery,
gadis cantik yang memiliki hati se-lembut
kapas, sangat mereka sayangi. Tapi apa yang
mereka lakukan, memborgol kaki sang gadis
cantik, dan membiarkannya tidur di luar,
bagai seorang pencuri.

Semua rakyat saweetie menangis, salah satu


dari mereka bernyanyi kencang. Nyanyian
tersebut lalu diikuti semua orang. Mereka
menyanyikan lagu "Show Me Off" atas bentuk
permintaan maaf, kepada Ellery dan Azof.
Banyak ekspresi untuk lagu ini; menangis,
haru, bahkan menyesal.

Show me off

Show me to the world

I wanna live my life with you

You are the one

You own my heart

You are the one

You rock my day


136 | E k s o t i s

You are the sun about my way

I never need to lose my way

You are the apple of my eyes

You are the high-light everyday

Semuanya bernyanyi dengan sangat tulus,


dan bersungguh-sungguh untuk meminta
maaf, sehingga nyanyiannya terdengar indah
dan menggema.

Mata Ellery dan Azof terbuka, langkah kaki


dan gerak tubuh pun terhenti. Mereka
kagum serta terkejut, akan pemandangan
menakjubkan yang berada di hadapan
mereka.

"Ada apa ini?" batin keduanya berbicara.


E k s o t i s | 137

Chapter 14: Tulip Putih

E
llery dan Azof terdiam, mereka
termenung menatap satu sama lain
dengan penuh rasa heran, sekaligus
senang. Mata Ellery berbinar, dari sekian
lamanya, dia baru mendapat perhatian itu
kembali. Dia amat sangat senang,
senyumnya 'tak henti hilang, dia menangis
bahagia. Ditambah lagi dengan mendekatnya
seorang warga bersama buket bunga tulip
putih di tangannya. "Ini untukmu Ellery."

"Elery??" ujar Ellery pelan. Dia tidak percaya


bahwa warga saweetie sudah mengingatnya
kembali.

"Terimalah ini!" seru-nya seraya tersenyum.


138 | E k s o t i s

"Terima kasih banyak." Ellery membalas


senyuman warga itu, dia kembali tersenyum
hingga gigi putihnya terlihat.

"Ellery? Maafkan kami ... kami sangat


menyesal telah melakukannya," ucap satu
warga mewakili semuanya, "Tolong maafkan
kami,"

"Kalian tidak perlu memohon. Aku sudah


memaafkan kalian!" Ellery menabur senyum.

Warga Saweetie memastikan, "Benarkah


Ellery?"

"Um." Elery menganggukkan kepala

Di situ Ellery sangat senang, akhirnya warga


saweetie menerimanya kembali dan akan
mulai menjalani kehidupan yang sama
seperti dahulu di kedepannya, hanya ada
kegembiraan dan kedamaian, tidak ada
perbedaan maupun perkelahian. Namun, di
antara kerumunan itu, Ellery merasa malu,
dia tidak nyaman dengan warna kulitnya,
ingin sekali rasanya memiliki kulit putih
seperti dulu, serta rambut lurus ber-glitter
cantik menempel. Kepala Ellery terus
tertunduk ke bawah, menyembunyikan raut
E k s o t i s | 139

wajahnya sekarang, yang mengekspresikan


kemaluan yang amat besar.

"Ellery, apa yang kamu lakukan?" tanya


warga saweetie. "Apa kamu tidak ingin
melihat kami dan memberi pelukan?"

"Tidak seperti itu," ujar Ellery yang terus


malu.

"Namun kenapa?"

"Aku hanya ...." perkataan Ellery terhenti


sebentar, "Aku malu dengan kalian," Dia
memberi pengakuan

"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Warga


yang lain ikut bertanya

"Lihatlah aku, sangat berbeda dengan kalian,


aku begitu gelap dan kalian begitu terang
dan sempurna." Keluhnya.

"Jangan berkata seperti itu, menurutku


Ellery sangat anggun menggunakan warna
itu, terlihat berkelas juga elegan. Kamu
terlihat lebih dari kami!" ucap seorang wanita
tua.
140 | E k s o t i s

"Apa itu benar?" Kepalanya belum terangkat


juga.

"Ambillah!" Wanita tua memberi cermin


berukuran cukup besar pada Ellery.

Elery mengambil-nya dan berkata, "Apa yang


perlu kulihat di sini?"

"Apa yang kamu lihat dalam situ?" tanya


balik wanita tua.

"Hanya seorang gadis berkulit hitam dengan


gumpalan besar di kepala."

"Hanya itu??" tanya wanita tua 'tuk sekian


kalinya.

Ellery tidak menjawab, ekspresinya sedikit


berubah. Sepertinya dia telah menyadari
sesuatu.

"Sudah menyadarinya?" wanita tua itu


bertanya lagi. "Lihatlah dengan baik, kamu
sangat cantik dan unik ... tidak semua orang
mendapatkannya. Maka dari itu, kamu
sangat istimewa. Percaya diri lah!"

Ellery masih terdiam, pikirannya bimbang.


Awalnya, Azof tidak ingin ikut campur dalam
E k s o t i s | 141

pembicaraan ini, dia hanya ingin


pembicaraan itu terisi oleh Ellery dan warga
saweetie saja. Namun, rupanya situasi
menariknya untuk bergabung, Azof
berjalan mendekat, memegang tangan Ellery
yang sedang memegang cermin di depan
mukanya sendiri. Lalu Azof semakin
mendekat, menempelkan kepalanya pada
telinga sebelah kiri telinga Ellery, dia
membisikkan sesuatu, "Kata-kata apa yang
harus ku ucapkan untuk mengungkapkan
seberapa cantikmu? Kamu begitu cantik
sehingga kata-kata tak mampu menyusun
kalimat. Dan kamu, kamu begitu sempurna
sehingga kalimat pun tak mampu
menggambarkan-nya." Setelah itu Azof
menarik tubuhnya kembali, menjauh dari
telinga Ellery dan berdiri tegak.

Mata Ellery langsung menoleh, menatap


mata Azof. Azof menanggapi dengan berkata,
"Lihatlah cerminnya kembali, apa yang ia
katakan?"

Lalu Ellery menatap cerminnya kembali, kali


ini dia menatapnya dengan sungguh-
sungguh "Aku rasa ini adalah diriku yang
sebenarnya, berkulit gelap dengan rambut
142 | E k s o t i s

mengembang tak memiliki glitter ... dan


kurasa ini tidak buruk." Ellery menebarkan
senyum manis-nya, "Seperti yang kalian
bilang, ini adalah unik. Tidak sepantasnya
aku merasa malu. Seharusnya aku bangga
dan senang karena berbeda!" Keceriaannya
kembali. "Terima kasih!!" Membuka lebar
tangannya. Mem-persiapkan untuk
menerima sebuah pelukan hangat dari
saweetie.

Mereka semua berpelukan terasa hangat dan


manis, wajah mereka terukir senyum yang
lebar lagi ceria. Ketika hal itu terjadi, dengan
cepat Azof menepi jauh, dia tidak ingin
menjadi penghalang bagi warga saweetie
yang hendak berpelukan. Akan tetapi,
saat Azof sudah berada di pinggir, seseorang
memanggilnya, "Hei! Kemarilah! Ikut
bersama kami! Kita adalah sama!" ujar pria
paruh baya.

Azof mendekati gerombolan hangat itu, dan


secara tulus dia ikut merangkul dan
berpelukan bersama. Azof merasa senang,
akhirnya dia diterima dengan baik di
saweetie.
E k s o t i s | 143

Setelah berpelukan cukup lama, mereka


melepas pelukannya satu persatu, sekarang
mereka sedang membahas tentang masalah
kepemimpinan baru di pulau ini.

"Sekarang siapa yang akan menjadi


pemimpin baru?"

"Apakah Ellery mau menjadi penggantinya?"

"Kamu sudah mencukupi kriteria sebagai


seorang pemimpin. Kamu sangat cantik dan
usiamu sangat pas!" Sepertinya warga
saweeti sangat menginginkan Ellery berada
pada posisi pemimpin.

"Tapi ...."

"Apalagi ini adalah hal yang luar biasa. Apa


kamu akan menolaknya?" Tanya warga yang
lain.

"Maksudku, bagaimana dengan Ratu Helen?"


Ellery masih saja mengingat dan
memedulikan Ratu Helen, yang jelas-jelas
sudah berbuat jahat pada dirinya. Azof
tersenyum tipis dari jauh, tanpa
sepengetahuan Ellery.
144 | E k s o t i s

“Wajah cantik dan awet mudanya adalah


kepalsuan, dia sudah tidak layak untuk
menjadi pemimpin!"

"Aku juga setuju!"

"Perkataanmu sangat benar!"

"Pemimpin haruslah sempurna, jika tidak,


itu bukanlah seorang pemimpin!"

"Betul!"

Diantara sekian banyaknya warga, banyak


yang tidak menginginkan Ratu Helen sebagai
pemimpin pulaunya kembali, yang membela
hannyalah segelintir orang saja, jumlahnya
masih bisa terhitung dalam hitungan jari.

Akan tetapi, kalian tidak boleh berkata


seperti itu. Sudah banyak yang Ratu Helen
lakukan untuk kita semua, hampir dari
semua masalah kita terselesaikan olehnya,
apa kalian melupakannya begitu saja?"
Ellery mencoba membela Ratu Helen

"Sebagai ratu, sikapnya ini sangat-lah tidak


pantas
E k s o t i s | 145

"Mungkin dia melakukannya karena hal


tertentu?" Ellery masih membela.

"Hal tertentu itu adalah, dia tidak ingin


digantikan dari posisinya. Apa seorang ratu
bisa melakukannya?"

"Coba kalian pikirkan kembali." Ellery


menyuruh semua orang untuk mencoba
mengingat masa-masa bersama Ratu Helen.

"Aku mengingatnya, dia adalah pemimpin


yang baik dan juga tegas, dia bijaksana!"

"Aku pikir juga begitu, dia juga sangat adil


ketika memimpin,"

"Aku juga ingat dia pernah membantuku


menyapu halaman, ketika hari bersih-bersih
dilaksanakan!"

Memori tentang Ratu Helen kini berdatangan.

"Sudah banyak yang ratu lakukan untuk kita,


dan tidak seharusnya kita melupakannya
begitu saja." Ellery berusaha berlaku
bijaksana.
146 | E k s o t i s

"Sebaiknya kita temui dia," ajak salah satu


warga.

"Baiklah." Ellery menanggapi.


E k s o t i s | 147

Chapter 15: Apapun

S
emua orang pergi menuju istana,
tempat disembunyikan-nya sang ratu.
Ellery menunggu semuanya untuk
jalan terlebih dahulu, dan mengikutinya dari
belakang. Dia berjalan bersama Azof, dia
tidak ingin meninggalkan dan melupakannya.
Karena terlalu sibuk dengan warga Saweetie.

"Tadi itu sangat bijak!" Azof memberi pujian.

"Terima kasih, aku memilih kata-kata yang


benar untuk hal ini, aku tidak mau
mengambil jalan yang salah dengan
perkataanku dan mendapat jalan buntu

"Emm, itu sudah sangat tepat," Azof


tersenyum padanya.
148 | E k s o t i s

"Terima kasih lagi." Mereka mengobrol


sambil berjalan berjalan berdampingan,
tanpa bergandengan.

Setelah lama berjalan cukup lama, akhirnya


mereka sampai di aula istana, mereka semua
berkumpul menjadi satu. Mereka minta
penjaga istana untuk memanggil-kan Ratu
Helen.

Mereka menunggu sebentar. Kemudian Ratu


keluar dengan penampilan yang sangat
kacau; rambutnya terlihat kusut, dia tidak
memakai alas kaki, gaun-nya yang glamor
sekarang tidak terlihat, gaun yang dia
kenakan sekarang begitu jelek dan kucel,
tidak seperti seorang ratu pada umumnya.
Dia berjalan dengan tangan yang terbogor
kencang, layaknya seorang penjahat yang
telah melakukan kejahatan besar, dia
terlihat sangat malu dan menyesal.

Saat Ratu keluar, Ellery langsung tercengang


tidak menyangka, tentang apa yang
dilihatnya barusan. Saking kaget-nya, mulut
Ellery terbuka lebar, secepat mungkin dia
membungkam mulut. Ellery khawatir akan
menyinggung perasaan ratu dan
membuatnya semakin malu.
E k s o t i s | 149

Ellery berlari mendekati ratu, dia mimta


kunci pada penjaga, dan membuka borgol
sang ratu. Setelah borgolnya terbuka, Ellery
langsung berkata, "Ratu kenapa?" Ratu tidak
menjawab, dia hanya menganggukkan
kepala dan terus tertunduk.

"Angkatlah kepalamu, Ratu adalah seorang


pemimpin," ucap Ellery lembut.

Ratu menjawab pelan, "Aku sudah


melakukan dosa besar."

"Bagaimana jika kita memperbaiki dosa


tersebut?"

"Dosaku sudah sangat besar!"

"Mari membuatnya kecil." Warga Saweetie


mengatakannya.

Hal itu membuat hati Ratu tersentuh. "Apa


kalian me-memaafkanku?" suara nya
terpatah-patah.

"Yaaaa!" ujar warga Saweetie kompak.

"Maafkan aku," tangis ratu semakin menjadi.


150 | E k s o t i s

"Jangan menangis. Mari kita memperbaiki


semua ini bersama. Membuatnya seperti
dulu lagi, dengan Ratu Helen sebagai
pemimpin kami!" Ellery dengan suara
lantang.

"Apa itu masih bisa?"

"Lalu sebuah mahkota datang dari tangan


seorang rakyat Saweetie, mahkota itu dibawa
dengan nampan berselimut kain mewah
berwarna hijau pekat di bawahnya, sangat
glamor. Mahkota tersebut kemudian
diletakkan-nya kembali pada tempat yang
sebenarnya, kepala Ratu Helen.

Saat itu, suara riuh tepukan tangan


terdengar meriah. beberapa tepukan tangan
Terdengar sangat keras dan meriah, tepukan
itu adalah isyarat mengungkapkan ucap
selamat kepada sang ratu.

Momen itu sangat mengharukan, beberapa


air mata keluar dari berbagai mata, dengan
biji yang indah. Mereka menangis haru.

Dari sejak itu, peraturan baru muncul di


Saweetie, fisik maupun visual tidak akan
menjadi penghambat bagi seseorang yang
E k s o t i s | 151

ingin menjadi pemimpin, terpenting adalah


bijak dan memiliki kesadaran tinggi terhadap
jabatannya, pemimpin. Selain itu, semua
jenis kelamin dapat memimpin, baik pria
maupun wanita, keadilan di saweetie
semakin membaik, diskriminasi kini terkikis
dan menghilang.
152 | E k s o t i s

Chapter 16: Pulau

S
ekitar 7 hari Azof di saweetie, dia ingin
pulang, berjumpa dengan rakyat
mataya dan kedua orang tuanya,
rumah. Dia merasa harus segera pulang,
takut akan semua warga Mataya yang
menunggu. "Aku ingin pulang, tapi
bagaimana caranya, di luar saweetie sangat
berkabut?"

"Besok kita pergi ke tepi pulau, menanam


pohon wind di sana!" Perintah ratu.

"Untuk apa Ratu? Menghilangkan kabut?"


tanya Ellery. "Kita akan menjumpai pulau
cantik mataya?"

"Iya, pulau tetangga kita. Pulau yang


memiliki kulit seperti kamu dan Azof."
E k s o t i s | 153

"Aku tidak sabar untuk melakukannya!"


Ellery sangat bersemangat.

Waktu berjalan cepat, pagi datang


bersanding dengan suara kokok ayam. Tepi
Pulau Saweetie sudah ramai, semua orang
datang dengan tangan yang membawa
cangkul kecil. Terlihat kegembiraan di wajah
mereka, hari ini mereka akan melihat
sekelompok penduduk asing, mereka ‘tak
sabar menunggu. Mereka berpencar,
membongkar-bongkar tanah dan mengubur
benih pohon wind di sana. Pekerjaan itu
berjalan cukup cepat, karena semuanya
bekerja sama dan saling tolong menolong.

Pohon wind, pohon yang memiliki daun


besar dan 2 warna; abu-abu manis dan
oranye, terlihat sangat manis. Sebenarnya,
pohon seli memiliki batang tubuh yang
sangat ramping, seperti tanaman cabai,
tetapi memiliki tinggi yang sama seperti
pohon pada umumnya. Awalnya warga
Saweetie bingung untuk menyebut pohon
wind, pohon atau bunga. Tapi, setelah
diperhatikan, pohon wind dapat tumbuh
tinggi mencapai pohon, dan daun-nya pun
lebih panjang dari pohon biasa. Panjang
154 | E k s o t i s

daun-nya mencapai panjang daun pisang.


Daun pada pohon tersebut dapat berputar,
layaknya baling-baling ketika terkena angin,
sangat menakjubkan. Perlu diketahui, biji
pohon wind tumbuh sangat cepat, ketika
sudah berada di dalam tanah, dan
pertumbuhan itu akan melambat ketika
sudah berusia dewasa, seperti pertumbuhan
pada pohon lainnya.

Saat pohon wind sudah tumbuh dewasa,


daun-daunnya pun bergoyang, mengikuti
arus angin. Lalu terlihat samar-samar
sebuah pulau, beberapa penghuni yang
berlalu lalang juga ikut terlihat oleh Saweetie.
Rasa gembira semua penduduk bukan main,
baru kali ini mereka melihat orang lain di
luar pulau mereka. Mereka melambai-
lambaikan tangan, menyapa ramah tetangga
baru yang berkulit manis itu, Mataya.

"Itu mataya!" Azof sangat senang, dia pun


mengungkapkan rasa berterima kasihnya,
"Terima kasih semuanya! Aku akan pulang."
Ucap Azof setelah selesai bekerja sama,
membuat sampan dari daun besar.
E k s o t i s | 155

"Kamu akan berkunjung kan?" tanya Ellery


memastikan.

"Pasti, sesekali aku akan kemari, bersama


rakyatku yang lain." Tidak lupa Azof menarik
bibirnya, tersenyum hangat.

"Aku akan menunggu mu!" Ellery


melambaikan tangan, beserta seluruh rakyat
saweetie.

"Hati-hati!"

"Kami pasti menyambut mu dengan hangat,


ketika kamu berkunjung untuk kedua
kalinya!"

"Jangan pernah bosan untuk mampir ke


sini!"

Warga saweetie banyak memberi perhatian


untuk Azof.

Sebelum pergi, Azof melambaikan tangannya


terlebih dahulu. Lalu menaiki sampan yang
terbuat dari daun besar, dengan hati-hati,
dan mendayungnya perlahan. Dia
menyeberang dengan selamat, tanpa basah
sedikitpun, Azof berpulang pada tanah
kelahirannya. Dia sangat senang.
156 | E k s o t i s

Beberapa hari berlalu, kehidupan kini lebih


berwarna dari sebelumnya. Warga Saweetie
menanam pohon wind di sekeliling pulau.
Mereka mendapati banyak pulau di sekeliling
mereka, berwarna-warni dan indah.
Sebelumnya, mereka mengira bahwa tidak
ada pulau selain pulau mereka sendiri,
Saweetie. Tapi mereka salah besar. Terdapat
begitu banyak pulau di luar sana, sangat
indah dan memiliki ciri khas tersendiri.

Ada pulau yang berbentuk bulat berwarna


biru, penduduknya memakai baju berwarna
putih berbahan lincin. Pulau itu bernama
Bubble, terlelak di bagian barat.

Di sebelah timur, terdapat pulau bernama


Tree. Pulau itu memiliki banyak sekali pohon,
sehingga mendapat julukan Pulau Tempat
Pohon Bersinggah, sangat hijau dan sejauk.

Di sebelah selatan, yang tidak lain adalah


Pulau Mataya. Pulau dengan warna kulit
yang kuat, sangat manis dan eksotis.

Di sebelah utara, nampak sebuah pulau


berwarna pink santa. Terlihat segar dan
E k s o t i s | 157

penuh semangat. Wanita yang berada di sana,


selalu mengingat rambut mereka yang
panjang, seperti ekor kuda. Pulau itu
bernama fresh people.

Masih banyak pulau di luar, semua pulau


duduk terdiam dengan anggun. Warga dari
berbagai pulau pun saling berkunjung,
termasuk warga dari Pulau Saweetie, mereka
saling berbagi keindahan. Selain itu,
kehidupan di pulau Saweetie juga lebih baik
dan adil. Kepemimpinan akan dipegang oleh
siapa pun yang lebih dominan, dalam bentuk
kecerdasan, dan para pria pun sudah bisa
menjadi pemimpin di sana. Tidak ada
diskriminasi sekarang.
158 | E k s o t i s

Chapter 17: Terus Berjalan

I
ni bukan akhir perjalanan Ellery,
perjalanan Ellery masih sangat jauh dan
panjang. Sekarang, dia sedang tour di
Pulau Bubble, menari dengan diiringi
suasana segar, berdampingan langsung
dengan beberapa gelembung berukuran
sedang. Ellery terlihat sangat percaya diri,
tidak ada lagi rasa malu dalam dirinya.
Tariannya sempurna.

Dalam Bubble, tarian Ellery menyatu dengan


suasana yang ada di dalam sana, tenang dan
lembut. Gaun yang Ellery kenakan saat
menari juga berasal dari bubble, berwarna
putih berbahan licin. Gaun itu sangat licin
dan halus, terdapat beberapa garis tipis
berbentuk horizontal ditubuh Sang Gaun,
ulah dari kulit bawang sebagai bahan
E k s o t i s | 159

pembuatan. Gaun itu sangat memengaruhi


tarian Ellery, membuat gerak tubuhnya
terlihat semakin gemulai. Saat itu juga,
angin masuk dengan sangat pelan melalui
dasar gaun, yang mencapai tungkai kaki.
Angin tersebut bertemu dengan beberapa
gelombang, bentuk gaun. Lalu menyentuh
tarian Ellery, melalui perantara gaun.

Ekspresi bahagia tidak bisa meninggalkan


wajah Ellery kala ini. Gadis berkulit hitam
manis itu tersenyum lebar, tariannya
terselesaikan dengan lancar. Semua berjalan
seperti yang diinginkan, para penonton
berdiri membuat lingkaran besar, dengan
Ellery sebagai pusat. Ellery merasa senang
saat dirinya mendapat banyak perhatian,
dihargai oleh semua orang.

"Sangat indah!" Seseorang meneriakkannya,


yang setelah itu banyak pujian terlontar dari
beberapa mulut.

"Kamu cantik."

"Ellery benar-benar sebuah seni!"

"Dia membuatku tenang, aura yang


dikandungnya terasa hangat."
160 | E k s o t i s

"Terima kasih, terima kasih!!" sahut Ellery


penuh rasa haru.

Lalu gerombolan orang mulai melonggar, dan


beberapa masih berdiri di sana, mengobrol
santai bersama Ellery. Itu adalah kebiasaan
setelah menari, walau banyak yang tidak
mengenal. Mereka akan berkenalan di
tempat itu juga. Hal tersebut sering terjadi
seusai dia menari, di berbagai pulau.
Walaupun begitu, obrolan mereka tetap
terasa santai, rasa canggung tidak terasa
jelas jika dirasakan, bahkan hilang entah ke
mana. Memang seperti itu, Ellery adalah
teman mengobrol yang baik.

Kini obrolan telah usai, mereka telah kembali


kepada kesibukan masing-masing. Sekarang,
Ellery duduk beristirahat di kursi taman,
mendudukkan tubuh sembari menggenggam
beberapa bunga di tangganya, dari para
warga Bubble.

"Bunga apa itu?" ujar seorang wanita dengan


aura art dari sekujur tubuh. Ia mendekat.

"Ini?" spontan Ellery, kakinya refleks berdiri.


Dia kaget mendengar seseorang yang baru
saja mengajaknya berbicara.
E k s o t i s | 161

"Duduk saja."

Tatapan Ellery masih menampakkan


kekaguman, mana mungkin dia bisa duduk
di situasi ini.

"Boleh aku duduk?" tanya Sang Wanita


ketika langkahnya hampir mencapai kursi.

"Bo-boleh." Ellery juga ikut duduk seusai


mendapatkan pertanyaan, duduk
bersebelahan dengan Sang Wanita.

"Itu adalah tarian ter-indah, dari yang


pernahku lihat!" ujarnya setelah
mendudukkan tubuh.

Ellery menjawab dengan pertanyaan,


"Benarkah? Terima kasih!"

"Ya, kamu seperti air, tenang dan


membuatku hanyut. Gerak yang kamu
lakukan juga terlihat jelas, penuh arti,"
Pujinya kembali. "Maukah kamu menari di
tasela, Gala?"

"Ta ... Tasela?" Seluruh tubuh Ellery di buat


merinding olehnya.

"Apa kamu mau, Nona?" tawarnya lagi.


162 | E k s o t i s

"Ya-ya! Tentu aku sangat mau!" jawab Ellery


dengan mata yang berbinar.

Tasela-sebuah teater terbesar di alam


semesta, selalu menjadi incaran bagi para
pelaku seni. Mereka berlomba-lomba
menciptakan sesuatu yang indah, dan
memamerkannya dengan bangga. Tidak
semua orang dapat menampilkan dirinya,
Tasela hanya menerima pelaku seni dengan
karya terbaik dan tercantik. Teater Tasela
tidak segan-segan menolak, siapa pun
dengan karya di bawah standar mereka.
Menolak tanpa memikirkan perasaan Sang
Pelaku Seni. Tasela berada di luar ruangan.
Teater bernuansa klasik, dengan gorden
panjang berwarna coklat menjuntai lantai
halus berwarna hitam, dipamerkan dengan
agung. Diperlihatkan dengan leluasanya di
tengah keramaian Gala. Teater Tasela juga
memiliki ruang yang terletak di belakang
panggung, juga terdapat sebuah lapangan
besar di depan teater, yang biasanya
terpenuhi oleh ribuan orang dari berbagai
benua, yang datang hanya untuk
menyaksikan maha karya indah Tasela.
E k s o t i s | 163

"Apa Nona adalah Nona Joana?"

"Kamu mengenalku?"

"Nona adalah legenda, bagaimana aku tidak


mengenali Nona." Ellery tersenyum malu.

"Terima kasih untuk itu," Sang Wanita


membalas senyuman Ellery dengan
senyuman tulus. "Benar, aku adalah Joana."
Joana mengulurkan tangan.

"A-aku Ellery." Ellery membalas uluran


tangan itu, mereka berjabat tangan.

"Senang bertemu denganmu, Ellery!"

"Aku juga."

Anne Joanna-pemilik dari Tasela. Seorang


wanita cantik bertubuh tinggi ramping bak
sebuah ranting. Dia memiliki karisma yang
sangat anggun, jiwanya lembut dan damai
seperti embus angin. Usia Joana sudah tidak
muda lagi, tetapi wajah cantiknya tidak
pernah luruh, 43 tahun tepatnya. Joana
tidak memiliki keluarga, suami beserta anak.
Keluarga yang di punya Joana hannyalah
Tasela, beserta seluruh anggotanya.
164 | E k s o t i s

Ellery terpilih bukan hanya sekadar


tariannya yang cantik, melainkan
kesempurnaannya dalam menari. Joanna
merasa Ellery layak berada di punggungnya.
Tawaran yang Joanna beri tidak semua
orang dapat, karena dia hanya memilih yang
berbakat dan memiliki potensi besar saja.
Joanna yakin bahwa di setiap pilihannya,
pasti memiliki peluang besar untuk bisa
melihat bintang, di langit siang.

"Apa kamu pernah ke Gala sebelumnya?


Tempa Tasela berada?" tanya Joanna
menambah keakraban.

"Karena banyaknya kabut yang menutupi


Saweetie, jadi belum pernah. Tapi aku
pernah mendengarnya, bahwa Gala adalah
pulau yang sangat menakjubkan!" Ellery
mengenang Saweetie yang dulunya berkabut.

"Pulau Merah Jambu!" spontan Joanna.


"Sebenarnya, aku pernah ke Saweetie! Hanya
untuk melihat tarianmu,"

"Terima kasih banyak, sebuah kehormatan


bisa mendengarnya langsung, Nona!"
E k s o t i s | 165

"Setelah itu, aku selalu terpikat olehmu, dan


menginginkanmu agar ikut bersamaku dan
masuk ke Tasela!"

"Terima kasih sudah memperhatikan, dan


mau mengajak penari jalanan sepertiku!"

"Sama-sama. Kualitas tarianmu itu bukan


kualitas jalanan, melainkan panggung
besar!"

Ellery hanya diam tersenyum manis,


mendengarkan kalimat pujian dari seorang
Joanna.

"Jika kamu mau, kubuatkan panggung besar


di Saweetie, tidak usah berkeliling."

"Wah itu tidak usah, diundang di Gala


merupakan hadiah terbesar dari semesta.
Jika aku menerima tawaran lagi sama saja
serakah." ujar Ellery menundukkan kepala.

Semua yang dikatakan Ellery benar adanya.


Ellery lebih nyaman dan bebas jika menari di
jalanan, berkeliling pulau. Dikarenakan, dia
dapat bertemu dan berbincang dengan
banyak orang, tanpa adanya panggung besar,
yang membedakan atau memisahkan antara
166 | E k s o t i s

jarak keduanya, Ellery dan para penikmat


tari. Ellery sangat senang saat menari di
jalan, orang-orang dapat bergabung dan
menari bersama, tanpa ada kesenjangan
sosial. Para penikmat tarian Ellery akan
menghargai tariannya, dan begitu pun
dengan Ellery, dia akan menghargai perilaku
para penontonnya.
E k s o t i s | 167

Chapter 18: Gala

B
eberapa hari berlalu, Ellery sudah
menyelesaikan tariannya di Pulau
Bubble. Ellery kini sedang menunggu
kedatangan sepucuk surat, yang akan
membuka perjalanannya menuju Tasela,
Gala. Akan tetapi, Ellery tidak ingin hanya
diam menunggu saja, dia pun akan
melanjutkan tariannya di pulau; Three,
Mataya, Fresh People, serta pulau-pulau
lainnya. Tujuan terakhir dan terbesar Ellery
adalah Gala, pulau terbesar dalam semua
benua. Letaknya jauh dari Saweetie, terpisah
antara 9 sampai 10 pulau. Ellery
menyelesaikan tournya selama 3 bulan, dan
kembali beristirahat di rumahnya, Saweetie.
Selama berbulan-bulan, Ellery masih belum
menerima satu pun surat dari Gala.
168 | E k s o t i s

Ellery duduk di teras rumahnya, dengan


secangkir teh dan beberapa biskuit kering
menemani. Kaki kirinya bertumpu pada kaki
kanan, bentuk tubuhnya kini terlihat lebih
indah. Rambut kribonya terurai ke atas,
membiarkan leher indahnya terlihat sangat
jelas. Tubuhnya yang secantik ranting teroles
warna hitam manis, ikut melengkapi
tampilan eksotis Ellery. Sepertinya semesta
benar-benar menyentuhnya dengan seni
yang nyata. Kini, bibir Ellery menempel pada
cangkir kecil yang berisi minuman, teh.
Ellery menikmati waktunya, dia merasa
damai, melihat rerumputan menari bebas
dengan angin yang menjadi pemimpin.
Namun, pandangan Ellery teralih, seseorang
berpakaian layaknya seorang pengantar
surat, berhenti di depan pagar kayu kecil
rumahnya. Tangan ia merogoh sesuatu
dalam tas selempang miliknya, dan
mengeluarkan sebuah amplop hitam besar
mencolok. Rupanya benar, orang tersebut
adalah seorang pengantar surat. Ia menaruh
amplop hitam itu dalam kotak surat. Melihat
itu Ellery langsung meninggal makanannya,
dia bergegas menghampiri Sang Pengirim
E k s o t i s | 169

Surat. Ellery melangkahkan kakinya yang


telanjang di atas rerumputan.

Ingin sekali Ellery mengambil surat tersebut,


tapi apa boleh buat. Di sana masih ada Sang
Pengirim Surat, akan tidak sopan jika dia
langsung mengambilnya. "Terima kasih!"
ucap Ellery padanya.

"Sama-sama." Ia langsung pergi begitu


pekerjaannya selesai.

Setelah itu, tangan Ellery mengambil pucuk


surat tersebut. Harapan besar terlihat jelas
dari manik mata Ellery. Ellery membuka
kenop amplop tersebut, dia tidak ingin
menunda-nunda. Saat Ellery membuka
surat yang terkandung dalamnya, dia
melihat huruf demi huruf berbaris rapi,
dalam kuasa tinta emas. Kalimat-kalimat
tersebut ditulis menggunakan tinta yang
berasal dari emas murni, dan
menumpahkannya pada kertas hitam pekat,
sangat elegan dan mewah. Surat itu berisi;

Untuk Ellery...

Aku telah melihat tarianmu, dan itu


mengagumkan. Tasela juga berpendapat
170 | E k s o t i s

sama mengenai hal itu, dan Tasela ingin


melihat tarianmu, secara langsung.
Datanglah ke Gala, temui Tasela di sana.

Dari diriku sendiri, Anne Joanna.

Jantung Ellery bergerak cepat seusai


membacanya, rasa senang terasa sangat
jelas di benak. Ellery melompat girang,
seperti anak kecil yang menerima hadiah dari
ibunya. Ellery melompat disertai teriakan
kecil dari mulutnya. Jika tidak merasa malu,
Ellery akan memuntahkan rasa senangnya
yang tidak bisa terbendung lagi, di dalam
dirinya. Ellery melontarkan teriakan-
teriakan euforia dengan lantang. Tapi itu
semua tidak terkeluarkan, Ellery khawatir
akan dianggap gila jika berteriak terlalu
keras.

"Apa ini sungguh terjadi!!!" kata Ellery di


tengah-tengah teriakannya. "Bukan mimpi!!"

Masa itu keadaan sudah sore dan hampir


menjelang malam, matahari akan berpulang
dan bulan akan menggantikan kehadirannya.
Dengan bersemangat Ellery memasuki
E k s o t i s | 171

kamarnya, membuka lemari dan mengemasi


segala keperluannya ke dalam tas berukuran
sedang, dari mulai baju hingga lainnya, tidak
boleh ada yang tertinggal. Ellery sangat
bersemangat untuk penampilannya kali ini,
tampil di gala adalah impiannya sejak kabut
menghilang di saweetie. Serta catatan
terbesar dalam sejarah tour Ellery. Ellery
sangat senang, dia bergegas tidur untuk
memulai hari besarnya dalam pulau megah,
Gala.

Pagi datang bersama embun kecil. Sinar


matahari kini bercahaya lebih terang dari
biasanya, seakan ingin menuntun Ellery,
untuk menuju cahayanya dalam Pulau Gala.
Ellery sangat bersemangat untuk ini, dia
bergegas bangun dan melangkah keluar
rumah. Sebelum benar-benar keluar dari
Saweetie, Ellery berpamitan terlebih dahulu
kepada para penduduk Saweetie. Ellery tidak
ingin kedekatannya dengan penduduk
Saweetie merenggang, akibat dirinya yang
selalu keluar masuk Pulau Saweetie. Rasa
haru dan bangga terasa pada hati para
penduduk Saweetie, mereka tidak
menyangka bahwa Ellery dapat menari di
Teater Tasela, Pulau Gala. Ellery berpelukan
172 | E k s o t i s

kepada para penduduk Saweetie, dan


akhirnya melakukan perjalanan besarnya
menuju Gala, dengan lambaian tangan dan
dukungan Saweetie dari belakang.
Senyuman lebar dan perasaan penuh
semangat 'tak pernah redup dari Ellery.
Sekarang langkah Ellery sudah sangat jauh.
Sampai tidak sadar bahwa dia sudah
menyeberangi semua pulau yang
menghalangi jarak, antara Pulau Saweetie
dan Gala.

Ellery berangkat menggunakan perahu kecil


pengangkut kerang. Dalam perjalanan, mata
Ellery tidak berhenti takjub, Ellery merasa
rute perjalanannya kali ini sangat berbeda.
Jalan yang Ellery lalui terasa begitu indah,
mungkin karena ini jalan Gala. Kemudian
waktu berjalan cepat, sampai tidak sadar
bahwa sudah menyeberangi semua pulau
yang menghalangi jarak. Ellery sampai di
Pulau megah, Gala.

Baru saja Ellery menetapkan kakinya pada


tanah Gala, dirinya sudah dibuat tersungkur
lemas akan keagungan yang Gala miliki.
Ellery takjub kala melihat langsung bunga
hidup menempel di daun telinga. Sebenarnya,
E k s o t i s | 173

Ellery sudah mengetahuinya, tapi keindahan


yang Gala memiliki seakan-akan
mengusirnya jauh-jauh, membuat Ellery
tidak ingat tentangnya. Namun, dia masih
tetap takjub melihatnya. bunga yang pernah
dilihatnya sampai tidak.

"Benarkah ini Gala?" batin Ellery bertanya-


tanya. "Gala sungguh indah!"

Penduduk Gala memanglah sangat eksotis.


Tubuh mereka tinggi semampai, postur
indah berbagai size. Iris mata mereka seperti
bakal biji. Bukan hanya itu, yang ter-indah
dan menjadi pusat perhatian, sekaligus ciri
khas dari penduduk Gala yang asli, ialah
sebuah bunga cantik yang tumbuh
bermekaran di belakang daun telinga. Bunga
itu terlihat sangat cantik, menempel pada
daun sebelah kiri. Bunga itu berasal dari
semesta, tidak bisa ditanam sendiri apalagi
mencabutnya sesuka hati, itu malah akan
sangat menyakitkan, karena bunga itu
merekat dan memiliki akar berupa bayangan
halus, dan menempel pada leher. Semesta
akan memilih-kan satu bunga, dari seluruh
tempat di dunia untuk daun telinga bayi,
sedari dalam kandungan. Bunga itu tidak
174 | E k s o t i s

akan pernah layu, selama insan masih


bernafas.

Setiap tahun di Gala, tepatnya saat Gala


berulang tahun. Terdapat sebuah
pertunjukan tari di sana, di buat oleh
anggota Tasela sebagai festival perayaan.
Setiap rakyat akan pergi ke luar rumah,
berbondong-bondong datang ke Tasela
dengan membawa tikar, dan beberapa
makanan juga. Semuanya duduk menonton,
dan jalanan menjadi penuh nan ramai.
Sudah menjadi andalan bagi para anggota
Tasela, menampilkan tarian indah mereka.
Dan di tahun sekarang, Ellery akan menjadi
salah satu di antaranya. Suatu kehormatan
bagi Ellery bisa tampil di acara penting ini,
karena dia bukan berasal dari Gala,
melainkan Saweetie. Jadi, Ellery sangat
beruntung bisa menjadi bagian dari
perayaannya.
E k s o t i s | 175

Chapter 19: Rumah Kopi

S
aat Ellery sibuk memandang
keeksotisan Pulau Gala, mendadak
seorang lelaki berseragam rapi datang
menghampirinya. Lelaki itu berbicara pada
Ellery, "Halo Nona, Saya pegawai dari Gala!"
katanya sopan. "Mari saya antar ke Tasela!"

"Halo juga, aku Ellery!" Sapa balik Ellery, "Iya,


terima kasih!"

Ellery berjalan bersama pegawai menuju


Tasela, dan sampailah mereka pada tempat
tujuan. Sang pegawai langsung
menghadapkan Ellery pada Joana. "Permisi
Nona Joana, ini Nona Ellery sudah datang,"

"Baik, terima kasih!" jawab Joana pada Sang


Pegawai. "Ellery, sebelum hari itu tiba,
tinggallah di Tasela terlebih dahulu! Tidak
176 | E k s o t i s

usah mencari tempat beristirahat di luar."


Joana menatap Ellery. Hari yang dimaksud
Joanna adalah Hari Perayaan Gala.

"Terima kasih banyak, Nona." ujar Ellery.

Lalu Joana memberi perintahnya lagi pada


Sang Pelayan, mengantarkan Ellery ke dalam
asrama. Pelayan itu menurut, ia bertindak
cepat membawakan tas Ellery, dan
mempersilakan Ellery untuk berjalan
terlebih dahulu, hanya selangka lebih awal
darinya. Lalu Ellery berjalan selangka lebih
jauh dari Sang Pelayan, dan menghampiri
kamar bagiannya di Asrama Tasela. Terletak
di antara toko-toko ternama, tidak terlalu
jauh dari teater, hanya berjarak 50 langkah.
Jarak bisa dibilang dekat, karena Tasela
dengan asrama duduk berhadapan, saling
menatap. Asrama Tesela sangat indah dan
nyaman, terdapat banyak tumbuhan
berdaun hijau di sana. Asrama Tasela
berbentuk seperti rumah pada umumnya,
tetapi lebih lebar. Warna yang membungkus
asrama adalah putih gading, sehingga
terlihat megah dan mewah.

Ellery mendapat keberuntungan dari itu, dia


dapat menjelajah bebas, dia dapat melihat
E k s o t i s | 177

semuanya, dan mengetahui pasti letak


asrama yang terlihat jelas. Namun, langkah
Ellery terhenti ketika melihat sebuah rumah
berbentuk biji kopi. Terlihat manis dan
memikat, sehingga cepat mencuri
pandangan Ellery. Ellery terpikat,
langkahnya berubah terbelok, arahnya
sekarang adalah rumah kopi.

"Kita akan ke mana, Nona? Itu bukan arah


untuk menuju asrama."

"Memang bukan, aku akan pergi ke Rumah


Kopi itu," Terus terang Ellery. "Apa kamu ada
waktu? Jika iya, kita akan mengopi bersama
terlebih dahulu, sebelum ke asrama." Ajak
Ellery.

"Sepertinya akan menyenangkan bisa


mengopi bersama. Namun, takdir belum
mengizinkan hal itu terjadi," ucap Sang
Pelayanan dengan nada kecewa. "Maafkan
aku Nona, aku tidak bisa, dan sebaiknya ...
kita langsung saja ke asrama,"

"Apa aku benar-benar tidak bisa mampir


terlebih dahulu?" Raut wajah Ellery terlihat
sedikit kecewa, walau tidak bermaksud
untuk menampakkannya.
178 | E k s o t i s

Sang pelayan berpikir kembali, ia tidak enak


jika memaksakan Ellery untuk pergi ke
asrama, dan membuat hari pertamanya di
gala menjadi buruk. Pelayan itu juga berpikir,
Ellery sudah baik dengannya, mengajaknya
untuk mengopi bersama. "Jika Nona sangat
ingin mengopi ... ambillah kunci ini!" Sang
Pelayan mengambil kunci dari saku
celananya, dan menyerahkannya pada Ellery.

"Kunci apa ini?"

"Itu adalah kunci kamar Nona. Lihatlah


gantungan yang menggantung di lubang
kunci, dan lihat angka yang terdapat di
tubuhnya," Penjelasan pelayan.

"Tujuh?" ujar Ellery setelah melihat badan


sang kunci.

"Itu adalah nomor kamar Nona,"

"Terima kasih, Pak Pelayan"

"Sama-sama, aku akan menyerahkan tas


Nona kepada salah satu pegawai di sana,
agar cepat dimasukkan ke dalam kamar!"

"Sekali lagi, terima kasih!!"


E k s o t i s | 179

"Terima kasih kembali, sudah menawariku


mengopi bersama. Nona sangat baik!" balas
Sang Pelayan yang di jawab senyuman manis
Ellery.

Arah mereka kini berlawanan, tidak searah.


Sebenarnya, Rumah Kopi terletak sangat
dekat dengan asrama, tidak ada pembatas,
mereka hanya bertetangga. Namun, karena
bangunan asrama yang lebar, membuat
pintu Rumah Kopi dan pintu asrama terasa
jauh. Walaupun ditinggal sendirian, Ellery
tidak merasa takut dan khawatir, mungkin
karena kebiasaannya yang selalu tour
sendirian, tidak ada yang menemani.
Memang, Ellery mempunyai banyak teman,
tapi setiap orang pasti memiliki
kesibukannya tersendiri, dan tidak selalu
bisa menemaninya. Ellery mendekati rumah
tersebut, dia mencium semerbak harum dari
langkahnya yang nyaris sampai itu,
membuat rasa penasarannya semakin besar.
Ellery memanjang-kan langkah, berharap
lekas sampai dan membuka pintu Rumah
Kopi, lewat kenop berbentuk biji kopi mungil.
Lalu sampailah Ellery di dalam ruang Rumah
Kopi, di situ Ellery melihat banyak hal baru
dari sebelumnya, Ellery melihat bahwa
180 | E k s o t i s

seluruh peralatan hingga dekorasi rata-rata


berwarna coklat, dari coklat susu sampai
coklat yang menyerupai hitam, semua
terpasang di sana. Semua benda beserta
warna tertata sempurna, membentuk suatu
ruang yang indah. Sepertinya, Rumah Kopi
ini menjadi andalan ampuh bagi penduduk,
atau pendatang yang ingin bersantap riang
dalam nuansa rumahan. Karena, hampir
semua meja terpenuhi oleh banyak orang,
dengan hasrat untuk meminum kopi.
Sebenarnya, Rumah ini menghidangkan
banyak sekali makanan, bukan hanya kopi,
beberapa jenis kue dan biskuit serba coklat
pun bisa di dapat. Hanya saja, yang paling
digemari konsumen ialah kopi, dan
konsumen juga yang menjadikan minuman
berampas ini, sebagai hidangan utama di
Rumah Kopi.

Di sebabkan semua meja yang terlihat penuh,


akhirnya Ellery duduk di meja tender. Meja
tender memiliki 8 kursi yang mengitari,
berwarna coklat tua seperti hitam. Di antara
8 kursi, 3 kursi sudah terpesan oleh
pengunjung, tersisa 5 kursi, dan Ellery
duduk di salah satu kursi kosongnya. Kursi
E k s o t i s | 181

yang Ellery duduki hampir di tengah-tengah


meja, tapi tidak di tengah, cuma hampir.

"Permisi, Aku ingin kopi!"

"Ya, mau rasa apa, Nona?" tawar Sang


Pelayan pada Ellery.

"Apa ada yang istimewa di sini?"

"Biasanya rasa coffee beans, apa Nona mau?"

"Ya, boleh."

"Baiklah, kami akan buatkan!"

"Terima kasih."
182 | E k s o t i s

Chapter 20: Wanita Kopi

E
llery menunggu sabar, untuk Sang
Pelayanan dengan nampan berisi
secangkir kopi. Proses menunggu itu
sanggatlah tidak membosankan, banyak hal
yang dapat Ellery lakukan, salah satunya
ialah memperhatikan sekeliling. Sedari
menunggu, mata Ellery tidak habis
menangkap banyak hal, yang baru dilihatnya
dalam sekian lama dia membuka mata.

Seperti biasa, detik jarum tidak pernah


berhenti bekerja. Ellery masih duduk di kursi
depan sana, dan datanglah seorang wanita
bertubuh besar, berdaun telinga bunga
manis berwarna coklat. Ia keluar dari salah
satu pintu ruang Rumah Kopi, ia terlihat
paruh baya dengan tubuh bugar juga muda.
Akan tetapi, sesuatu yang mencolok terlihat
E k s o t i s | 183

jelas dari dirinya, yaitu coklat. Gaun serta


aksesori yang menempel pada dirinya, di
dominasi warna coklat manis, terlihat serasi
dan melekat di tubuh Sang Wanita, seperti
semesta menakdirkan warna hangat ini
sebagai warna jati dirinya.

Di dalam iris coklat Sang Wanita,


terpampang indah seorang gadis cantik di
dekat meja tender, gadis itu berkulit hitam
eksotis yang sangat memikat. Membuat
dirinya kagum, dan tidak sadar bahwa ia
melangkah cepat mendekat, "Nona Ellery??"

Ellery pun menoleh seraya berkata, "Iya, ini


Ellery!"

"Ya benar!!! Nona Ellery!!!" Ekspresi Sang


Wanita berubah drastis, dari penasaran
menjadi senang riang. Ellery tampak terkejut
sekaligus tersanjung atas kegembiraan Sang
Wanita, kala bertemu dengannya. Ellery
tidak tahu harus menanggapi bagaimana,
tapi yang pasti dia memberikan
senyumannya pada Sang Wanita.

"Aku Lizzo!! Pengagum setia Nona Ellery!!"


katanya kembali. Sang Wanita mengaitkan
kata Nona kepada Ellery, karena ia tidak
184 | E k s o t i s

ingin terlihat tidak sopan, apalagi di depan


seseorang yang di kaguminya.

"Hai Nona Lizzo, terima kasih karena sudah


mengenalku!" Ellery melambaikan
tangannya.

"Aku sangat menyukaimu! Tarianmu sangat


indah!" Lizzo sangat bersemangat kala
mengatakannya.

"Terima kasih!" Tangan Ellery membentang


lebar, dia menawarkan pelukan hangat
terhadap Lizzo. Ellery senang melihat
tingkah Lizzo yang bahagia saat bertemu
dengannya, maka spontan Ellery memberi
sebuah hadiah kecil, berupa pelukan. Ellery
juga mengucap sebuah harapan di sana, agar
dia dan Lizzo mempunyai hubungan baik
dan menjadi sahabat.

Lizzo terlibat sangat senang, tanpa ragu dia


membalas Ellery, sebuah pelukan hangat.
"Terima kasih banyak, Nona!"

Lizzo-Seorang wanita paruh baya berumur


53 tahun. Lizzo memiliki tubuh besar nan
pendek, kulitnya yang berwarna coklat susu
membuatnya terlihat menggemaskan,
E k s o t i s | 185

dengan sedikit sentuhan rambut pirang


bergelombang panjang, mencapai atas
pundak. Lizzo mempunyai sifat ramah yang
amat sangat tinggi, dia mudah diajak bicara
serta memiliki banyak teman. Seluruh teman
atau seseorang yang mengenalnya pasti
memanggil "Mama", sebagai panggilan dekat.
Tubuh Lizzo sangat bugar dan sehat
layaknya usia 40 tahun, itu karena dia
memiliki kepribadian ceria, juga rasa
gembira yang selalu melekat. Maka tidak
heran jika dia memiliki gerak tubuh bugar,
dan wajah yang masih bisa dibilang muda di
usianya. Lizzo menyukai semua yang
berwarna coklat, mungkin juga karena
bunga yang tumbuh di daun telinganya,
berwarna mongoloid.

"Ellery, panggil saja Ellery. Akan lebih


nyaman jika seperti itu," ucap Ellery di sela
pelukan berlangsung.

"Baiklah, jika itu membuatmu nyaman,


Ellery,"

"Terima kasih!"
186 | E k s o t i s

"Terima kasih kembali!" Lizzo melepas


pelukannya, dan melontarkan pertanyaan
ringan, "Apa yang Ellery lakukan di sini?"

"Hanya menikmati secangkir kopi.


Bagaimana dengan Nona?" Ellery memanggil
Lizzo dengan sebutan Nona.

"Aku adalah pemilik Rumah Kopi ini,"


Dengan sedikit malu Lizzo mengatakannya.

"Wahh, mengagumkan bisa mempunyai


kedai seramai ini." Puji Ellery tulus.

Lizzo yang mendengar menjadi tersipu malu,


sepertinya dia melayang, "Terima kasih."

Tidak lama setelah itu, seorang pelayan


datang dari balik meja tender, membawa
secangkir kopi dalam naungan nampan kayu,
ia berucap ramah, "Satu kopi rasa coffee
beans telah siap!"

"Aromanya sangat kuat. Terima kasih!" Ellery


terlihat begitu semangat, sepertinya
tenggorokannya mengalami kekeringan
hebat.

“Sama-sama.” ujar Sang Pelayan. Ia


langsung kembali ke belakang, setelah
E k s o t i s | 187

meletakkan kopi di atas meja, menuntaskan


pekerjaannya yang lain.

Saat kopi mendarat di meja, seketika Lizzo


bergegas menuju belakang meja tender,
sambil mengatakan, "Untuk orang istimewa,
kopinya juga harus lebih istimewa!" Lizzo
mengambil sebuah mangkuk cembung berisi
serbuk, seperti gula. Lizzo menaburkan
serbuk tersebut ke dalam cangkir kopi milik
Ellery. Bermaksud menyempurnakan
rasanya. "Sudah selesai, minumlah!"

"Terima kasih untuk itu, Nona!" tanggap


Ellery disusul menyeruput minumannya.

"Sama-sama, jangan panggil aku nona, itu


terasa jauh, tidak dekat!" Pernyataan dari
Lizzo. "Panggil saja aku Mama, sama seperti
yang lain! Jika itu tidak membuat Ellery
merasa tidak nyaman"

"Baiklah, Mama!"

"Dalam 4 hari ke depan, Gala akan berulang


tahun dan Tasela membuka panggungnya.
Aku dengar bahwa ada seorang penari cantik
yang baru bergabung, dan itu kamu kan
Ellery?"
188 | E k s o t i s

"Umm ya! Itu aku, Ma," jawab Ellery sedikit


malu, dia memainkan gelas miliknya.

"Itu sangat bagus! Aku akan pergi menonton


dan duduk kursi paling depan!"

"Aku akan menantikannya, pastikan Mama


menempati itu!"

"Baiklah! Kapan Ellery tiba ke sini?" tanya


Lizzo yang tidak ada habisnya.

"Kurang lebih 1 jam yang lalu."

"Itu waktu yang sangat singkat, tempat mana


yang sudah Ellery nikmati?"

"Hanya Tasela dan Rumah Kopi milik Mama,"

"Suatu kebanggaan tersendiri bagiku, terima


kasih!"

"Terima kasih kembali." Secara spontan


Ellery menundukkan kepalanya, dia
menunjukkan kesopanan. "Saat pertama kali
datang, Gala langsung menyuguhkanku
akan berbagai hal yang menakjubkan, dari
awal hingga sekarang, Gala memang
sempurna!"
E k s o t i s | 189

"Untuk mencapai kesempurnaan, pasti ada


harus di tepiskan." Mendadak Lizzo
membungkam mulutnya sendiri.

"Ditepiskan?" Ellery menjadi penasaran.

"Ma!! Sepertinya kopiku kekurangan gula!!"


Seorang pelanggan memanggil Lizzo.

"Oke, Mama akan ke sana!" sahut Lizzo pada


sang pelanggan. "Ellery, Mama tinggal dulu!"

"Tapi bagaimana dengan ceritanya?" tanya


Ellery cepat.

"Kita lanjut nanti, oke!"

"Sebenarnya aku masih ingin mendengarkan


kelanjutannya," tutur Ellery pelan. "Ya sudah.
Kalau begitu aku akan melanjutkan
perjalananku menuju asrama," Ellery
menaikkan volume suaranya, di standar
volume yang biasa digunakannya.

"Hati-hati di jalan Manis!!"

"Hmm."
190 | E k s o t i s

Chapter 21: Tuxedo

E
llery menyelesaikan urusan kecilnya
bersama secangkir kopi, sekarang
hasratnya sudah terpenuhi, dia
beranjak bangun dari kursi dan pergi setelah
membayar. Baru saja Ellery melangkah,
tidak jauh dari kursi juga tidak jauh dari
pintu, sebuah bahu menabraknya dengan
keras, bahu itu berasal dari seorang gadis
yang memiliki awak seusianya. Namun, Sang
Gadis menggunakan jubah besar yang
membalut penuh tubuh rampingnya,
sehingga Ellery tidak dapat melihat wajah
yang menabraknya barusan. Tapi itu bukan
masalah, persentuhan bahu bukanlah
sebuah kejahatan, kecuali itu murni
disengaja.
E k s o t i s | 191

"Au," ucap Ellery kecil. Saat itu kepalanya


spontan melirik, tetapi yang di dapat hanya
bahu kecil, tertutup jubah besar.

Sang Penabrak rupanya tidak merasakan


apa pun, mungkin karena ia sibuk. Ellery
dan Sang Penabrak sama-sama
menghiraukan, mereka pergi pada tujuan
masing-masing.

"Sebenarnya siapa yang kutabrak? Kenapa


begitu sakit." Ellery terus bergumam, dengan
tangan kiri yang sibuk membelai bahu
kanannya, sepertinya dia merasa sakit akan
kejadian yang menimpanya, di kedai kopi.
Akan tetapi rasa sakit itu teralih, saat dirinya
pergi keluar Rumah Kopi, dan melihat
sebuah bahu besar seorang lelaki yang
membelakanginya, terlihat tidak asing bagi
Ellery. Ellery pernah melihat sebelumnya,
entah itu di mana, Ellery terus
memikirkannya dan ter-selipkan satu nama
dalam kotak pikiran, Azof.

Pria ber-tuxedo putih itu membelokkan


tubuhnya, dan benar sekali, dia adalah Azof,
pangeran tampan milik mataya. Secara
spontan Ellery mengangkat tangannya
tinggi-tinggi, melayangkan lambaian di
192 | E k s o t i s

angkasa. Azof menangkap lambaian tangan


Ellery, keduanya saling melempar senyum.
Karena Azof seorang pria, dialah yang
menghampiri Ellery terlebih dahulu.

Tampak rasa senang dari keduanya, ini


adalah pertemuan mengharukan antara
Ellery dan Azof, setelah sekian lama berpisah.
Mereka melepas rindu lewat pelukan hangat,
dan terdengar beberapa kalimat di sela
membuang kerinduan.

"Azof! Aku merindukanmu!" Ujar Ellery


penuh tawa kebahagiaan.

"Ya, aku juga merindukanmu." Jawab Azof


tidak berubah, suaranya masih dengan nada
seperti sebelumnya, lembut dan tenang.
"Senang bisa bertemu Ellery kembali!"

Akan tetapi, suara rintih kesakitan terdengar


dari mulut Ellery, membuat Azof merasa
tidak enak, dan segera melepas pelukannya.
"ada apa Ellery?"

"Tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja!"


Ellery tersenyum tipis.
E k s o t i s | 193

"Bohong," ucap Azof pelan dan singkat,


setelah melihat lengan Ellery yang
mengeluarkan darah. Darah itu tidak bisa
dibilang sedikit, terbukti dari warna darah
yang menghiasi gaun Ellery. "Kamu pasti
kesakitan!"

"Azof! Tuxedomu terkena darah!" Teriak


histeris Ellery. "Maafkan aku, Azof,"

"Ini bukan masalah, ayo kita duduk di


bangku sana?" ajak Azof yang khawatir akan
Ellery.

"Baiklah."

Mereka berdua duduk di atas kursi taman,


tepatnya Ellery sendiri duduk, karena Azof
terlalu sibuk dengan lengan Ellery yang
terluka. Lukanya tampak cukup besar,
seperti sayatan sebuah duri. Dalam benak
Azof bertanya, "Apa yang sebenarnya Ellery
lakukan?"

"Kenapa bahuku berdarah ya? Padahal kan


tidak ada pisau atau benda tajam di
sekitarku!"

"Ellery habis dari taman?"


194 | E k s o t i s

"Tidak, aku dari kedai kopi sana, tidak ada


yang janggal, kecuali seseorang yang
menabrakku tadi. Dan mungkin penyebab
dari ini semua," jelas Ellery.

"Menabrakmu?"

"Um," jawab singkat Ellery. "Oiya Azof,


tuxedomu!" Ellery baru saja teringat kembali,
akan tuxedo Azof yang menjadi kotor olehnya.

"Tidak usah dipikirkan," Azof mengusap


tuxedonya yang kotor.

"Azof memang tidak pandai dalam


berbohong!" Ellery melepas scraf yang sedang
digunakannya.

Sebenarnya Azof datang ke gala untuk


menghadiri pertemuan, sekaligus undangan
dari Sang Walikota atas kemakmuran
pulaunya. Azof juga diundang ke acara Hari
Besar Gala, sebagai tamu penting di sana.
Namun, sepertinya pertemuan kali ini azof
akan datang sedikit terlambat. Karena baju
yang dikenakannya sekarang telah kotor,
dan Azof tidak ingin datang dengan kondisi
seperti ini. Azof harus mencucinya terlebih
E k s o t i s | 195

dahulu, agar menjadi bersih seperti semula,


atau dia harus membeli tuxedo yang baru.

"Sudah selesai, sekarang aku akan pergi,


Ellery," Azof mengatakannya setelah
pekerjaan mengobati Ellery telah
diselesaikannya.

"Terima kasih, tapi kamu mau ke mana,


Azof?"

"Aku harus menghadiri pertemuan,"

"Tapi tuxedomu kotor, olehku." Tutur Ellery


rendah. Ellery merasa bersalah dan
menyesal telah memeluk Azof, dan membuat
tuxedonya menjadi kotor. Dia melepas scraf
yang dipakainya, lalu mengenakannya
kembali pada Azof.

Ellery mengalungkan scraf miliknya pada


leher panjang Azof, lalu membuat simpul pita
di sana. Berharap kain kecil itu dapat
menutupi nodanya, dan Azof pergi dengan
pakaian bersih, seperti awal sebelum
bertemu Ellery. "Sekarang menjadi lebih baik,
nodanya tertutup!"
196 | E k s o t i s

Azof memandangi kain kecil yang sudah


terpasang cantik di lehernya, dia pun berkata,
"Terima kasih, sangat cantik!"

"Bukankah ini lucu, Azof?" tanya Ellery


menatap Azof dengan senyum yang terukir.
"Kita bertemu kembali dengan keadaan yang
sama, seperti pertemuan pertama kita!"

"Benarkah itu?"

"Ya, kamu memakai tuxedo putih, dan salah


satu di antara kita ada yang terluka!"

"Hahaha, terima kasih telah


menyelamatkanku dari sungai yang
menyeramkan itu!" Azof memberi senyum
sempurnanya untuk Ellery. "Tapi ada
sesuatu yang berbeda,"

"Apa itu??" tanya Ellery penasaran.

"Ellery yang semakin manis!"

"Berkat kamu, aku jadi malu. Tapi terima


kasih!" Malu-malu Ellery.

"Sama-sama,"
E k s o t i s | 197

"Azof, pertemuannya!" Dengan ekspresi


wajah terkejut Ellery mengatakannya.

"Aku melupakannya lagi," Azof menepuk


lembut jidatnya. "Terima kasih karena sudah
mengingatkan. Kalau begitu, aku akan
pergi."

Ellery melambaikan tangannya.


198 | E k s o t i s

Chapter 22: Keanehan

E
llery melanjutkan tujuan untuk
sampai di asrama. Ellery merasa
kebosanan sedikit demi sedikit mulai
melandanya, dan itu tidak boleh dibiarkan.
Dia mulai bermain sendirian, dengan cara
menghitung ubin batu yang muncul di
permukaan tanah rata. Ellery berjalan di
atas batu-batu tersebut, lalu tanpa disadari,
Ellery sudah berada di bagian batu terakhir,
tepatnya di depan pintu Asrama Tasela.
Pintu itu berdiri begitu tegak dan berani,
seperti tidak ada seorang pun berani
menyenggolnya, bahkan angin besar
sekalipun. Saat pertama kali sampai, hati
Ellery sangat bergembira, membuka gagang
pintu pun penuh senyum yang
memperlihatkan gigi. Di dalam sana, Ellery
mendapat banyak sambutan dari beberapa
E k s o t i s | 199

penghuni asrama, yang ternyata merupakan


pengagum Ellery, sekaligus pelaku seni yang
juga akan tampil, di hari yang sama. Kurang
lebih 1 jam mereka menunggu kedatangan
Ellery, mereka terlihat antusias akan
kehadirannya.

"Nona Ellery benar-benar datang kemari!"

"Kami telah menunggumu, Nona!"

"Kami mengagumimu!”

Beberapa kalimat terlontar dari mulut


mereka.

"Terima kasih telah menungguku, dan terima


kasih juga untuk semua pujian yang kalian
berikan, berharap kita menjadi rekan yang
kompak!" Kata Ellery dibarengi senyuman.

Sebagai tanda awal keakraban, Ellery duduk


bercengkerama bersama beberapa teman
yang barusan menyambutnya. Mereka sama-
sama duduk di atas kursi yang lobi
disediakan. Mereka banyak mengobrol
hingga lupa terhadap waktu, tapi untungnya
ada cahaya oranye kekuningan
menyandarkan, bahwa gelap akan segera
200 | E k s o t i s

datang. Satu persatu dari mereka pulang ke


kamar, begitu juga Ellery, pulang
beristirahat untuk pelatihan yang hendak
diadakan besok.

Ellery merogoh sesuatu dalam kantung


kecilnya, dia mengambil sebuah kunci
bernomor punggung angka 7, yang diberikan
oleh Sang Pelayan. Lalu mulai berjalan
menelusuri lorong-lorong asrama, tidak
jarang menemui para penghuni asrama.
Terdekat banyak lukisan besar dan tersusun
rapi, di dinding lorong, menjadi satu
pengalaman baru bagi Ellery. Lukisan itu
tampak hidup, ia melebur dalam melodi jaz
yang diputar asrama. Suasananya sangat
tenang dan damai, bahkan dentuman kaki
pun seperti alunan musik, sampai
menciptakan sebuah keindahan yang baru.

Ketika berjalan, beberapa pintu kamar


terbuka dan menyisakan celah ramping, dari
situ Ellery tidak sengaja melihat seputar
aktifkan dari para penghuni. Terlihat
segenap penghuni yang sedang berlatih
menari, masing-masing dari mereka
ditemani oleh bunga trompet besar,
E k s o t i s | 201

sepertinya mereka mempersiapkan untuk


tampil nanti.

Perlu diketahui, bunga trompet ialah


tanaman indah yang dapat mengeluarkan
melodi, ia dapat menghasilkan beragam jenis
suara dari ruang tengahnya. Menjumpainya
sanggatlah mudah, hanya lewat pergi ke
swalayan, karena memang bunga ini dijual
belikan secara bebas. Biasanya bunga ini
digunakan seorang penari untuk berlatih,
maupun tour, tapi tidak jarang juga
ditemukan di dalam rumah rakyat Gala.

Sampailah Ellery di bilik no 7, kamar


pribadinya di Tasela. Selepas membuka
pintu, dia masuk, menyempatkan untuk
memandang kamar barunya tersebut. Usai
puas, Ellery lantas melepas sandalnya yang
terbuat dari anyaman rotan. Sebelum
beristirahat, alangkah baiknya jika Ellery
membereskan perlengkapan itu, semua yang
termuat dalam tas dimasukkannya dalam
lemari. Beruntungnya Ellery hanya
membawa sedikit barang. Jadi, hajatnya
untuk tidur cepat ter-tunai.
202 | E k s o t i s

Akan tetapi, Ellery merupakan pribadi yang


cinta kebersihan. Setelah semuanya selesai,
Ellery melakukan turunannya sebelum
tidurnya; gosok gigi, membilas wajah, serta
mencuci kaki. Ellery tidak melakukan semua
itu di luar kamarnya, karena kamar mandi
sudah tersedia dalam setiap kamar. Selepas
itu, beranjak tidur.

"Selamat malam, Gala." Ucap Ellery sembari


mematikan lampu.

Sesuatu yang aneh terasa di sana, Ellery


merasa tidak nyaman, layaknya sedang
diawasi. Tertangkap sebuah batang runcing
melata dari sudut jendela, dan
mengeluarkan rentetan bunyi mencekam.

"Siapa di sana?" Tergesa-gesa Ellery


menekan saklar lampu, dia bangun bersama
ketakutan. Dahinya basah oleh keringat yang
bercucuran, hatinya gelisah dan terus
waspada. Meskipun demikian, Ellery merasa
tidak terlalu yakin akan dilihatnya barusan,
kejadian itu berlangsung cepat, sebab dia
hanya melihat rantingnya satu kali kibasan
mata.
E k s o t i s | 203

"Apa itu? Bu ... bukankah itu ranting?" tanya


Ellery di kesunyian malam. Cemas. Untuk itu,
perlu mendekati sudut jendela kamarnya,
mencoba memastikan bahwa semuanya
baik-baik saja. Kaki Ellery berpacu pelan,
ketakutan menusuk tubuhnya. Napasnya
memburu kuat kala tangannya, meraih
gerendel jendela. "Satu, du-dua, tiga!"

Brak!

Kosong. Begitulah yang terpampang dari


balik daun jendela. Tidak ada sesuatu yang
mengerikan, keadaan di luar masih dingin
dan tenang seperti biasa. Hati Ellery menjadi
tenang, tidak ada yang perlu ditakuti lagi.
Akan tetapi, saat Ellery kembali menaikkan
tubuhnya di atas ranjang, sebuah ketakutan
pintu menghampiri. Suaranya terdengar
hanya 2 ketukan, seperti mengisyaratkan
'tuk segera membuka pintu. Malam
pertamanya di Gala sungguh kacau, rasa
takut berpulang.

Ellery yang malang. Sepanjang perjalanan


tour-nya, Ellery tidak pernah merasakan
situasi buruk seperti ini. Lelah, memikirkan
siapa yang datang selarut malam ini.
Awalnya Ellery tidak berniat meladeni, tadi
204 | E k s o t i s

dengan ini, tidurnya tidak akan tenang dan


menghasilkan mimpi buruk. Alhasil dia pergi
untuk memantau. Ketika pintu terbuka,
Ellery mendapati sesuatu dari sana. Jauh
dari pemikiran Ellery. Seorang pelayan Gala
sedari tadi menunggunya di luar, untuk
menyampaikan pesan yang hampir
terlupakan.

"Nona, maaf mengganggu waktumu. Pihak


Tasela memberi pemberitahuan, bahwa
besok adalah jadwal untuk latihan bersama,
untuk acara besar gala. Mohon untuk kerja
samanya besok, Nona!" Pesan Sang Pelayan
untuk mengingatkan latihan yang diadakan
besok, untuk persiapan penampilan di Hari
Jadi Gala, yang akan berlangsung 4 hari
mendatang.

"Ba-baiklah." Sedikit gemetar Ellery


mengatakannya.

Setelah menyampaikan pesannya, pelayan


terburu-buru pergi meninggalkan Ellery, dis
mengunjungi kamar-kamar lainnya. Ellery
masuki kamar kembali, melanjutkan
tidurnya lagi yang sempat terganggu. Di
samping itu, bulan terus berputar pada
porosnya, bulan bersembunyi dan matahari
E k s o t i s | 205

terbit. Semua penduduk asrama keluar dari


kamarnya masing-masing, kala jarum jam
menunjukkan pukul 6 pagi, beramai-ramai
menuju teater.
206 | E k s o t i s

Chapter 23: Tragedi

S
emuanya keluar mengenakan pakaian
yang berbeda-beda, sesuai dengan ciri
khas dari pulau sendiri. Terlihat
sangat mencolok, sedap dipandang.
Semuanya tampak berseri bahagia, terhadap
pelatihan pertama yang secepatnya akan di
mulai. Tujuan utama pelatihan ini adalah,
membuat mereka bersinar terang, dan lebih
istimewa dari para pegiat seni lainnya.
Mereka akan menari di atas panggung besar
Tasela, dengan keindahan seni di atas rata-
rata, dibarengi bantuan aura Tasela di
belakang mereka.

Semua orang sudah berkumpul, latihan pun


dimulai. Semua pembuat seni memiliki
pelatihnya masing-masing, yang disediakan
oleh tasela. Mereka semua, termasuk Ellery,
E k s o t i s | 207

bekerja keras untuk Hari Besar Itu, menari


hingga menyanyi, semuanya dilakukan
dengan dasar keseriusan dan kesungguhan
mendasar.

"Ellery, bisakah kamu menari sekarang, aku


ingin melihatnya!" tutur tegas pembimbing
latihan Ellery.

"Baiklah, dengan senang hati aku


melakukannya!" Dia mengambil ancang-
ancang lalu menari, sebisa mungkin dia
tidak mengecewakan, karena sudah
diundang, berarti Ellery harus memberi.

Ellery berputar manis membentuk suatu


rupa yang cantik, seperti bunga yang
dilarang keras oleh gala. Namun, sepertinya
sang pelatih tidak dapat memahami, dan
tidak menyadarinya. Sang pelatih lebih
berfokus pada tarian Ellery, hanyut bersama
keeksotisan yang Ellery pancarkan. Sang
pelatih memuji, memberi tepuk tangan dan
melontarkan kalimat penuh dukungan,
membuat Ellery senang sekaligus canggung.
208 | E k s o t i s

Dikarenakan, tempat latihan atau panggung


yang berada di luar. Jadi, setiap warga Gala
dapat melihatnya, tarian Ellery sungguh
indah, mampu memberhentikan langkah
seorang warga yang melintas, bukan hanya
satu tapi beberapa, mereka memberhentikan
langkah, duduk dan menonton. Namun, dari
sekian banyaknya orang yang melihat, Ellery
merasa sesuatu terus memperhatikannya
dari kejauhan. Dia juga merasakan aura
tidak nyaman, persis seperti kemarin malam.
Intinya, dia merasa diawasi dari suatu
tempat, entah itu di mana, terpenting
rasanya dekat.

Kretek!

Satu tragedi buruk terjadi di panggung


Tasela, sebuah duri runcing berukuran kecil,
dengan mudah menancap di telapak lembut
kaki Ellery. Durinya tajam, membuat
sesuatu berwarna merah keluar dari sana,
darah. Seketika Ellery ter-kapar dilantai, tapi
untungnya duri itu hanya satu. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan bagi Ellery
untuk terkejut, mulutnya terbuka lebar
mengeluarkan teriakan kecil. Membuat
partikel hambatan dalam teater, berhentinya
E k s o t i s | 209

latihan. Semua mata anggota menjelajah,


mencari asal dari sumber teriakan kecil.
Menemukannya, suara tersebut keluar dari
mulut seseorang, yang kini terduduk terdiam
di lantai panggung. Mereka semua bergegas
menghampiri Ellery, dengan rasa penasaran
bercampur khawatir menyertai.

"Ellery!?"

"Kamu tidak apa-apa?"

"Ada darah!!"

"Lihat! Terdapat duri juga di sana!" pungkas


seseorang yang melihat adanya duri
menembus daging Ellery.

"Bagaimana bisa sebuah duri berada di sini?"

"Mengerikan!"

"Sangat aneh, tidak ada kaktus atau pun


semacamnya!"

"Duri atau sebuah kayu kecil?"

Beberapa pertanyaan menyambar dalam


pikiran mereka, rasa khawatir dan gelisah
ikut mencampuri. Beberapa argumen dan
210 | E k s o t i s

spekulasi berdatangan, beranggapan bahwa


ini seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa dari mereka percaya, bahwa
peristiwa yang Ellery alami adalah bentuk
pengulangan tragedi Tasela.

"Ellery?!" tutur Joanna cemas setelah


mendengar keributan, dia meninggalkan
pekerjaan, berlari mendekati Ellery. "Apa kali
ini akan seperti dahulu lagi?" tambahnya
dalam hati penuh kekhawatiran.

"Kejadian itu terulang kembali." Bisik


seorang pelayan di sela larian kecil Joanna.

Seketika langkahnya terhenti mendengar


rentetan kalimat itu, rasa khawatir disertai
takut dalam dirinya semakin membesar.
Namun, Joanna tidak ingin berlama-lama
diam mematung, dia melangkahkan kakinya
kembali, lebih cepat, agar dapat melihat
kondisi Ellery segera.

"Ellery!" Joanna menekuk lutut, jongkok.

"Hanya duri," senyum kecil terlihat dari


wajah Ellery. Gadis itu mencoba meredakan
kecemasan Joanna.
E k s o t i s | 211

"Durinya menancap dalam, pasti terasa


sakit," Entah kenapa Joanna meraba dahi
milik Ellery, "Maaf karena tidak sopan. Tapi
aku harus memastikan bahwa kamu baik-
baik saja." Joanna khawatir duri yang Ellery
injak mempunyai racun, dan membuat suhu
tubuh Ellery menjadi panas.

"Aku baik-baik saja. Hanya kaki yang


terluka." Penjelasan Ellery kembali.

"Syukurlah jika seperti itu, tapi luka ini


harus segera ditangani, takut terjadi
pembengkakan dan infeksi."

Ellery hanya diam menurut.

Selepas itu, Joanna memanggil petugas


kesehatan tasela, untuk membawa Ellery ke
dalam ruang pengobatan, yang ada di
belakang teater. Joanna memanggil para
petugas dengan suara keras, tetapi masih
berkelas. Mendengar teriakan Joanna, para
petugas kesehatan pun bergegas datang
menghampiri. Tiga petugas wanita tersebut
datang membawa wadah kotak, yang di
dalamnya terdapat berbagai macam jenis
obat.
212 | E k s o t i s

Setiap tahun di Tasela, tepatnya menjelang


perayaan Hari Besar Gala, biasanya akan
ada sebuah tragedi buruk menimpa di sana.
Namun anehnya, semua kejadian tidak
memiliki alasan logis, untuk bisa disebut
kecelakaan murni, tanpa rekayasa. Seperti
halnya kaki Ellery yang mendadak ter-tancap
duri. Contoh lain sebelum ini ialah, seorang
penari yang kehilangan kakinya, yang
disebabkan oleh hal yang sama-duri, setelah
berlatih beberapa hari di Tasela. Bahkan ada
yang sampai kehilangan nyawa, karena
infeksi dan pembengkakan.

Puncak keanehan dari semua itu adalah


korban dari kecelakaan, seluruh korban
berasal dari kategori seni tari. Belum pernah
pelaku seni tarik suara, mengalami nasib
serupa seperti mereka. Layaknya hanya ingin
memakan pelaku seni tari saja, bukan yang
lain. Kemudian ciri khas dari kekacauan itu
adalah duri, duri runcing kecil.

Para petugas kesehatan membawa Ellery


menuju ruang kesehatan. Saat dalam
E k s o t i s | 213

perjalanan, Ellery merasa janggal akan


kakinya, merasa bahwa sesuatu tumbuh dari
bawah telapaknya, mirip sebuah pin.
Rasanya begitu sakit, sampai tampak dari
raut mukanya, tapi dia berusaha
menyembunyikannya, mencoba tidak
menunjukkannya sedikit pun, takut
menambah rasa khawatir Joanna.

"Aku tidak tahan!" batin Ellery meronta.


214 | E k s o t i s

Chapter 24: Sakit

T
ibalah Ellery dan semua orang di ruang
pengobatan. Sesegera mungkin para
perawat mengobati luka Ellery. Namun,
ketika hendak diobati, alangkah terkejutnya
mendapati sebuah kelopak bunga berwarna
merah indah, tertanam di telapak kaki Ellery.
Awalnya mereka tidak terkejut dengan hal
tersebut, mereka berpikir bahwa kelopak
tersebut hannyalah sebuah kelompok biasa
yang menempel, karena keringat ataupun
semacamnya, tapi saat meraih kelompoknya,
tiba-tiba Ellery merintih kesakitan. Bingung,
padahal mereka menyingkirkannya dengan
tangan kosong.

"Ada apa ini?" kata seorang petugas


kesehatan dengan nada rendah, bertanya
pada diri sendiri. "Bolehkah aku mencoba
E k s o t i s | 215

mengusirnya dari telapak kaki Nona?" Ia


bertanya pada Ellery, sang pemilik telapak.

"Boleh." Jawab Ellery pasrah. Sebenarnya


Ellery tidak menginginkan hal tersebut
terjadi, dia takut. Tapi pilihan lain tidak
hadir, alhasil Ellery hanya mengambil pilihan
yang ada, pilihan yang masih menjadi
ketakutannya sekarang. Kelopak membuat
rasa sakit yang mendalam, bila menerima
guncangan dari sesuatu yang menyentuhnya.

Meskipun demikian, perawat mengguncang


disertai kelembutan nan perasaan. Ellery
menutup mata cepat-cepat sebelumnya,
tidak ingin melihat. Dia pasrahkan
semuanya, dan mencoba tetap tenang
menghadapinya.

Guncangan kecil memicu kelopaknya sedikit


berpindah, sekadar bergeser. Menyakitkan
bagi Ellery. Fatal, kelakuan ini memang
berhasil menggeser kelompoknya, tapi jauh
dari harapan yang didambakan. Terlihat
daging berwarna merah jambu di sana, juga
warna ungu seperti luka baku hantam.
Semuanya panik termasuk Joanna, mereka
tidak menyangka akan menjadi seburuk ini.
Namun, dengan hasil seperti itu, Ellery tidak
216 | E k s o t i s

menyalahkan perawat yang melakukannya,


dia memaklumi dan tidak menyamakan
siapa pun untuk keadaannya sekarang.
Selain itu, Ellery tidak membuat kepanikan
besar saat itu terjadi, hanya berteriak
sewajarnya, dia melampiaskan rasa sakitnya
lewat cengkeraman yang dibuat pada gaun
yang dikenakan.

Melihat semua itu terjadi, Joanna dengan


sigapnya memeluk Ellery yang terduduk di
kursi. Joanna mengkhawatirkan Ellery, dan
sesegera menghentikan peristiwa
mengerikan itu. "Sudah cukup, ini sudah
berlebihan. Tidak perlu dilanjutkan." Ucap
Joanna dengan penuh kebijaksanaan.

Sang Petugas Kesehatan langsung


menjalankan pemerintah, "Maafkan kami,
Nona." Pemintaan maaf dari Sang Perawat
mewakili yang lain.

"Tidak apa-apa," ucap Ellery dengan tangan


yang masih mencengkeram gaun.

"Untuk sementara, bagaimana kalau kita


balut saja kelopak bunganya? Menahan
darah yang sedari tadi keluar!" seru Joanna.
E k s o t i s | 217

"Jika itu yang terbaik, maka lakukan saja,


tidak apa-apa!" ujar Ellery.

"Tolong balut telapak kaki Ellery." Pinta


Joanna pada Sang Perawat.

Tanpa berkata, para perawat langsung


membuka kotak yang dibawanya tadi,
mengambil gulungan kain berwarna biru
kobalt. Mengikatnya pada telapak kaki Ellery,
diikuti kehati-hatian dan kelembutan. Para
petugas kesehatan melakukannya dengan
telaten dan cakap, cukup memerlukan 10
menit saja.

"Terima kasih, kalian sangat membantu!"


ucap Ellery pada para Petugas Kesehatan.

"Sama-sama, Nona!" tanggap mereka


serempak. "Maaf atas kejadian tadi Nona,
kami membuat keadaan Nona menjadi
semakin memburuk, maafkan kami!"

"Kalian tidak salah, kalian juga tidak


bermaksud melakukannya!" Ellery
tersenyum agar tidak menimbulkan
kerenggangan.
218 | E k s o t i s

"Terima kasih, Nona Ellery. Maafkan kami


juga, Nona Joanna!"

"Baiklah, aku percaya kalian tidak akan


mengulanginya!"

"Terima kasih atas kepercayaannya, Nona.


Akan kami ingat selalu!"

"Baiklah. Kalian boleh kembali ke pekerjaan


kalian!"

"Terima kasih, Nona."

Lalu para petugas meninggalkan Ellery dan


Joanna, melanjutkan pekerjaan yang sempat
tertinggal. Di ruang pengobatan, hanya
tersisa Ellery dan sang pemilik teater, karena
para anggota yang lain sudah ada di depan,
berlatih. Sebenarnya Joanna memiliki
banyak sekali pekerjaan di luar, tapi karena
menemani Ellery, pekerjaannya pun
tertinggal 'tak terurus. Joanna ingin
melanjutkan pekerjaannya. Akan tetapi,
tidak enak jika meninggalkan Ellery dengan
kondisinya sekarang. Kaki Ellery tidak
memungkinkan untuk berjalan-jalan,
menyelamatkan diri dari kebosanan. Joanna
memikirkannya; pergi bekerja atau
E k s o t i s | 219

menemani Ellery. Beruntungnya, Joanna


mengambil putusan adil di antara keduanya.
Dia memberi bantuan tenaganya untuk
mengeluarkan Ellery dari dalam,
memindahkan posisi duduk Ellery ke tempat
yang lebih menyenangkan, luar.

Joanna mengulurkan tangannya, terdapat


sebuah benda ramping layaknya batang
tumbuhan. Benar. Itu adalah tongkat dari
Joanna untuk Ellery, karena Joanna tahu
bahwa tubuh Ellery pasti berat, dan dia
harus meminta bantuan, salah satunya dari
tongkat kayu tersebut. Ini juga bertujuan
agar memudahkan bagi berjalan kala di luar,
juga sebagai sanggahannya berdiri.

Joanna memindahkan Ellery. Dia


menempatkan Ellery pada luar panggung,
persisnya di depan bangku taman, yang
berada di sekitar panggung. Walaupun
lumayan jauh, tidak apa-apa. Di depan
panggung tidak ada kursi, para penonton
harus menggelar tikarnya sendiri dan, duduk
di bawah mungkin akan membuat Ellery
tidak nyaman.
220 | E k s o t i s

"Ellery, maaf ku tinggal di sini! Ada banyak


pekerjaan yang harus segera kutuntaskan!"
ujar Joanna ragu-ragu.

"Nona tidak perlu meminta maaf!


Seharusnya aku yang bilang begitu, maaf
karena banyak merepotkan Nona!"

"Sama sekali tidak merepotkan, maaf hanya


sampai di sini, aku akan pergi ya?"

"Silakan, Nona!"

Begitu mendapat izin dari Ellery, Joana


langsung bergegas pergi meninggalkan Ellery
seorang diri, dalam keramaian gala. Namun,
itu tidak menjadi masalah selagi Ellery
senang, dia bersyukur dan menikmatinya.
Dia dapat melihat keindahan rakyat Gala
dengan segudang keeksotisan melekat pada
tubuh. Ellery sangat menyukainya. Ingin
sekali dia berbicara pada salah seorang yang
melintas di hadapannya itu, tapi bagaimana,
mereka semua tampak sibuk. Akan tetapi,
saat Ellery memutar matanya, dia mendapati
seorang gadis cantik dengan daun telinga
berkelopak, ia berdiri tidak jauh darinya.
E k s o t i s | 221

Chapter 25: Kelabu

S
ang gadis terlihat begitu cantik,
membuat Ellery takjub dan
bersemangat untuk mengajaknya
berbicara. "Halo, aku Ellery!"

"Halo juga, aku Livy!" jawabnya dengan


ramah

"Bunga yang tumbuh di telingamu, itu


sangat cantik!" sedari tadi mata Ellery terus
memandang telinga Livy, hingga tidak bisa
berpaling, "Bukankah itu bunga Lili?"

"Iya! Ini adalah salah satu jenis dari


banyaknya bunga Lili yang hidup di dunia!"
jelas Livy pada Ellery.
222 | E k s o t i s

"Apakah merasa sakit memilikinya?" Ellery


bertanya mengenai perasaan Livy, yang
mempunyai bunga di belakang daun telinga.

"Sama sekali tidak, mungkin karena


anugerah dari semesta!" Livy membelai
lembut bunga miliknya, "Ini sangat indah!"

"Bagaimana dengan akar yang ada di


lehermu?"

"Oh akar ini?" Tangannya meraba leher


sendiri. "Ini seperti bayangan, kamu tahu?
Semua benda memilikinya, tapi akan hilang
di kegelapan, kalau ini tidak!!"

"Wow, menakjubkan se-" ujar Ellery


terpotong suatu hal yang mengerikan, tubuh
cantik Livy mendadak sirna, warna-warni
yang dimilikinya seketika luruh, bertukar
menjadi abu-abu. Livy terlihat cukup
mengerikan. Namun, dia tidak bisa
mengungkapkannya. Tidak dapat percaya,
Ellery mengusap-usap kedua matanya,
berharap bahwa sebenarnya yang dilihatnya
barusan itu salah, hanya imajinasi semata.
Tapi kembali lagi dia membuka mata, yang di
hadapannya tetap sama. Tubuh Livy yang
bertukar menjadi kelabu. "I-ini?!?" ucap
E k s o t i s | 223

Ellery amat pelan. Lagi-lagi Ellery masih


tidak bisa percaya, mengalihkan matanya
pada sisi lain. Sisi yang di mana belum
dilihatnya. Sama. Kenyataannya ialah rakyat
Gala yang kini berwarna kelabu, mereka
terlihat mengerikan. Sontak Ellery membeku
tidak percaya, banyak perasaan
merasukinya: sedih, heran, takut, sekaligus
terkejut. Akan tetapi, dia mencoba untuk
tenang dan tidak mengekspresikannya, jika
Ellery sampai berteriak atau semacamnya,
sama saja dengan mengejek.

"Ellery, kamu kenapa?" kata Livy yang tidak


mendapat jawaban, dia mengguncang
tumbuh Ellery yang kaku. Namun,
guncangan yang Livy buat seakan dianggap
angin lalu saja, lantaran Ellery masih diam
dengan mata menghadap depan. Lalu Livy
mengikutinya, dia menengadahkan kepala.
Bukan main, terkejutnya melebihi Ellery.
Tubuhnya lemas gemetaran, kala melihat
bangsanya sendiri juga dirinya yang
kehilangan warna. Pada saat yang
bersamaan, mereka tampak sama, dari
warna tubuh lagi warna bunga, hanya
membedakan bentuk dan jenis saja.
224 | E k s o t i s

"AAAAAAAA!!" teriak Livy yang membuat


semua orang tersadar, akan keadaan dirinya
sekarang. Teriakan itu mampu
membangunkan lamunan Ellery.

"Huh?" Ternyata teriakan Livy mampu


membangunkan lamunan Ellery.

Livy gelagapan layaknya sebuah ikan.


Melihat hal tersebut, Ellery Coba
menenangkannya, tapi sepertinya Livy sudah
terlalu panik dan tidak bisa berpikir tenang.
Ditambah lagi dengan banyaknya jeritan dari
rakyat Gala, juga pengunjung yang
ketakutan sekaligus terkejut. Mereka
berlarian ke sana kemari membuat keadaan
menjadi keruh. Semua orang tidak percaya
akan kejadian aneh ini.

"Tenang! Livy tenang, tidak apa-apa!" usaha


Ellery meredakan kecemasan Livy.
"Dengarkan aku, tidak apa-apa oke?" Livy
masih gelagapan, dia tidak menangkap apa
yang dikatakan Ellery.

Kini Gala sungguh kacau, semua orang


berlarian tidak karuan, seperti orang gila.
Mereka berlari tanpa memperhatikan sekitar,
hanya mementingkan diri sendiri.
E k s o t i s | 225

Mereka terlalu takut hingga tidak bisa tenang.

Para pendatang berlarian pulang, mengemasi


barang bawaannya dan sesegera pergi,
meninggalkan pulau besar tersebut. Dan
para pengurus Gala, mereka kewalahan akan
tingkah para pendatang itu, semuanya tidak
bisa diajak kompromi.

"AKU BENCI KELABU!" ucap Livy bangkit


dari bangku, dia berlari seperti halnya orang
lain, dia meninggalkan Ellery.

Melihat hal tersebut, Ellery juga beranjak


bangun. Dirinya yang lupa akan luka yang
diderita, mengambil langkah panjang dan
cepat, menyusul Livy. Alhasil Ellery
tersungkur ke bawah, menyentuh dasar dan
membuat goresan kecil di tubuhnya.

Ellery meringkuk kesakitan, tongkat yang


digunakannya terlontar jauh darinya. Ellery
ingin bangkit, tapi yang utama ialah
menggapai tongkat, agar menjadi
tumpuannya untuk bangun. Akan tetapi,
mendadak sebuah terjangan keras
menghampirinya, kala berusaha meraih
226 | E k s o t i s

tongkat, oleh gerombolan orang yang berlari.


Mereka menubruk dan menginjak jemari
Ellery, hingga membuat buruk, kulit
jemarinya terkupas serta membuat lebam di
sekitarnya.

Semua itu sanggatlah menyakitkan bagi


Ellery, ingin sekali berlari dan pergi dari sana,
tapi bagaimana. Situasinya tidak
memungkinkan, tidak ada yang bisa dimintai
pertolongan, dia harus keluar sendiri,
ataupun dibantu seseorang. Benar saja,
penderitaan Ellery sepertinya akan lenyap,
seorang pria datang menghampirinya dan
memberi bantuan, ia membungkukkan
tubuh dan mengulurkan tangan, lalu berkata,
"Mari bangun." Ajaknya lembut pada Ellery.

Mendengar perkataannya membuat Ellery


panik seketika. Dirinya yang terkejut hanya
bisa berdiam diri, seseorang membantu.
Ellery dapat mengenal suaranya, suara yang
baru saja mengajak untuk bangkit. Apa yang
harus Ellery lakukan, dia tidak mau
memperlihatkan pipinya yang basah, oleh air
mata yang sedari tadi turun. Saking
paniknya, Ellery tidak bisa berbuat apa-apa,
memasrahkan diri dengan keadaan. Sang
E k s o t i s | 227

pria yang mengerti lantas merendahkan


tubuhnya lagi, jongkok.

"Mari?" turur Sang pria kembali, dengan


tangan yang masih setia menunggu.

Ellery masih tetap diam posisinya, menerka


siapa pemilik suara tersebut. Sebenarnya,
satu nama terbesit dalam pikirannya, tapi
juga tidak terlalu yakin. Mungkin karena
keadaan, jadi tidak bisa mengingat dengan
baik.

"Angkat kepalamu, dan kita akan berdiri


bersama."

"A-Azof??" tanya Ellery dalam hati. Dia


menengadahkan kepalanya, dan melupakan
butiran-butiran air matanya. Bukannya
merasa senang, Ellery malah menangis
kembali. Namun, kali ini tangisannya
dibarengi samar-samar senyum kecil. Tidak
menyangka seseorang akan datang padanya,
membawa bingkisan cantik berupa semangat
untuk bangkit, yang sempat hilang.

"Terima kasih." ucap elery rendah, hampir


tidak terdengar karena tercekat.
228 | E k s o t i s

"Sama-sama," jawab Azof yang mengerti,


sepertinya dia memperhatikan gerak bibir
Ellery. "Apakah sangat susah untuk berdiri?"
tanya Azof yang dijawab anggukan kepala.

"Biar ku bantu berdiri," Azof mengangkat


Ellery dari dataran berdebu itu, dan berjalan
bersama menuju kursi taman, bangku
terdekat dari tempat kejadian, juga tempat
duduk Ellery sebelumnya. Gerak Azof yang
sigap menyadari perban Ellery. Dia melihat
bahwa perban itu sudah kotor, dan susunan
gulungannya sudah berantakan, tidak pada
tempatnya. Kusut juga terlihat tidak nyaman.

"Kuganti kainnya, apa boleh?" Izin Azof


menyentuh perban kain milik Ellery.

"Terima kasih dan tidak usah, akan kuganti


sendiri." Ellery merasa tidak enak pada Azof.
Dia tidak ingin melihat Azof yang berjongkok
memegang kakinya, Ellery merasa itu
tidaklah pantas.

Mendengar perkataannya membuat Ellery


panik seketika. Dirinya yang terkejut hanya
bisa berdiam diri, seseorang membantu.
Ellery dapat mengenal suaranya, suara yang
baru saja mengajak untuk bangkit. Apa yang
E k s o t i s | 229

harus Ellery lakukan, dia tidak mau


memperlihatkan pipinya yang basah, oleh air
mata yang sedari tadi turun. Saking
paniknya, Ellery tidak bisa berbuat apa-apa,
memasrahkan diri dengan keadaan. Sang
pria yang mengerti lantas merendahkan
tubuhnya lagi, jongkok.

"Mari?" tutur Sang pria kembali, dengan


tangan yang masih setia menunggu.

Ellery masih tetap diam posisinya, menerka


siapa pemilik suara tersebut. Sebenarnya,
satu nama terbesit dalam pikirannya, tapi
juga tidak terlalu yakin. Mungkin karena
keadaan, jadi tidak bisa mengingat dengan
baik.

"Angkat kepalamu, dan kita akan berdiri


bersama."

"A-Azof??" tanya Ellery dalam hati. Dia


menengadahkan kepalanya, dan melupakan
butiran-butiran air matanya. Bukannya
merasa senang, Ellery malah menangis
kembali. Namun, kali ini tangisannya
dibarengi samar-samar senyum kecil. Tidak
menyangka seseorang akan datang padanya,
230 | E k s o t i s

membawa bingkisan cantik berupa semangat


untuk bangkit, yang sempat hilang.

"Terima kasih." ucap Ellery rendah, hampir


tidak terdengar karena tercekat.

"Sama-sama," jawab Azof yang mengerti,


sepertinya dia memperhatikan gerak bibir
Ellery. "Apakah sangat susah untuk berdiri?"
tanya Azof yang dijawab anggukan kepala.

"Biar kubantu berdiri," Azof mengangkat


Ellery dari dataran berdebu itu, dan berjalan
bersama menuju kursi taman, bangku
terdekat dari tempat kejadian, juga tempat
duduk Ellery sebelumnya. Gerak Azof yang
sigap menyadari perban Ellery. Dia melihat
bahwa perban itu sudah kotor, dan susunan
gulungannya sudah berantakan, tidak pada
tempatnya. Kusut juga terlihat tidak nyaman.

"Kuganti kainnya, apa boleh?" Izin Azof


menyentuh perban kain milik Ellery.

"Terima kasih dan tidak usah, akan kuganti


sendiri." Ellery merasa tidak enak pada Azof.
Dia tidak ingin melihat Azof yang berjongkok
memegang kakinya, Ellery merasa itu
tidaklah pantas. "Tapi ini sudah tidak layak
E k s o t i s | 231

untuk dipandang, kamu pasti tidak


nyaman," Azof mulai duduk di tanah.

"Baiklah, maaf."
232 | E k s o t i s

Chapter 26: Masalah

P
erlahan Azof membuka lilitan perban
kaki Ellery. Membersihkan lukanya
dari serpihan batu kecil,
menyingkirkannya dengan lembut, agar
tidak menimbulkan rasa sakit. Akan tetapi,
suatu hal menyita perhatiannya. Azof
tampak heran sekaligus takjub, akan bunga
yang menempel pada telapak kaki Ellery.
Bunganya sungguh cantik dan mewah,
dengan mahkota besar berwarna merah.

Hal tersebut tentu saja membuat Azof


bertanya-tanya, apakah ini hanya menempel
tidak sengaja atau tidak. Tapi di sana terlihat
seperti ada bayangan akar tipis.

"Sesuatu menempel di kakimu," ucap Azof


yang masih menatap kelopak bunganya.
E k s o t i s | 233

"Ya?" jawab Ellery bingung harus berkata


apa. "Ini kelopak bunga, Azof."

"Kenapa bisa sampai di sini?"

"Kelopaknya menempel dan tidak mau lepas,


sangat menyebalkan," Ellery menghela napas
panjang dan kembali bercerita. "Awalnya
sebuah duri menancap di kakiku, dan
sepertinya tumbuh menjadi kelopak bunga.
Tadinya hanya satu, tapi entah kenapa
jumlahnya bertambah, menjadi tiga,"

"Kelopaknya sebesar koin," ujar Azof. "Jika


dipikirkan duri itu seperti biji, yang telah
masak dan siap menjadi kehidupan baru."
Argumen Azof. "Motif apa ini?" tanya Azof
untuk sekian kalinya. "S-I-A? "

Setelah Azof membaca motifnya, mendadak


suasana hening menghampiri, hanya mereka
berdua dan sisanya, masih berlarian tidak
karuan. Ellery dan Azof sama-sama tersadar,
bahwa ternyata kelopaknya memiliki pesan
tersirat dari punggungnya yang bermotif
pipih. Sekarang yang perlu dibicarakan dan
direnungkan adalah, satu kata dengan
penuh keestetikaan-SIA.
234 | E k s o t i s

"Apakah SIA itu nama bunga? Tapi


sepertinya bukan," Ellery mencoba menebak.

"Bukankah SIA adalah nama seseorang?"


Azof menjawab pertanyaan Ellery. "Motif apa
ini?" tanya Azof untuk sekian kalinya. "S-I-A?
"

Setelah Azof membaca motifnya, mendadak


suasana hening menghampiri, hanya mereka
berdua dan sisanya, masih berlarian tidak
karuan. Ellery dan Azof sama-sama tersadar,
bahwa ternyata kelopaknya memiliki pesan
tersirat dari punggungnya yang bermotif
pipih. Sekarang yang perlu dibicarakan dan
direnungkan adalah, satu kata dengan
penuh keestetikaan-SIA.

"Apakah SIA itu nama bunga? Tapi


sepertinya bukan, " Ellery mencoba menebak.

"Bukankah SIA adalah nama seseorang? "

"Antahlah," Ellery menaikkan bahu dan


menoleh ke bawah, melihat Azof yang selesai
membungkus kakinya kembali, "Terima
kasih banyak, Azof!"
E k s o t i s | 235

"Hm," Azof menegakkan kepalanya, senyum


tipis terlihat samar-samar, "Apa Ellery kuat
berjalan?" tambahnya.

"Sekarang, tentu kuat!"

"Jika begitu, ayo redamkan kekacauan ini


terlebih dahulu?!"

"Ayo!" Gadis berkulit manis itu tampak


sangat bersemangat, bergegas mengambil
tongkat untuk segera berdiri.

Melihatnya Azof segera berdiri, seraya


tersenyum bangga pada Ellery. "Bagaimana
jika kita berpencar? Dengan begitu,
kesempatan untuk meredakan Gala akan
semakin besar."

"Baiklah, aku setuju!"

"Aku ke selatan, dan Ellery barat,


bagaimana?"

"Ya, tidak apa-apa."

"Tapi ingat, sewajarnya dan tidak perlu


dipaksakan!" Pesan khawatir Azof terhadap
sifat Ellery yang terlalu bersemangat. Azof
236 | E k s o t i s

tidak ingin semangat tersebut yang malah


akan melukai Ellery.

"Selalu kuingat!"

"Baiklah, mari kita mulai sekarang!?"

"Ayo!!"

Keduanya berpencar, menuju arah yang


sudah disepakati. Mencoba meredakan
kegelisahan semua orang, dengan mencoba
mengobrol bersama, memerintah untuk
tenang dan diam, berhenti berlarian tidak
jelas seperti itu. Semua orang berteriak
layaknya anak kecil, tidak meladeni ajakan
Ellery maupun Azof untuk berhenti. Akan
tetapi, mereka berdua 'tak menyerah begitu
saja. Mereka tetap berusaha. Namun,
keanehan terjadi kembali, semuanya berlari
dengan satu arah, terlihat rapi tapi
mengerikan. Mengarah ke barat, mereka
seperti mengharapkan sesuatu di lariannya.

Awalnya Ellery dan Azof membeku di tempat


masing-masing, menyaksikan langsung
keanehan lain dalam Gala. Tidak menyangka
ini akan terjadi, Azof bergegas balik ke
pertemuan awal untuk membicarakannya
E k s o t i s | 237

dengan Ellery. Dia menunggu sebentar


untuk kedatangan Ellery.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanpa


berdiskusi, hati mereka memikirkan hal yang
sama. Kedua insan tersebut menanyakannya
secara bersamaan. Lalu setelahnya mereka
saling menatap heran.

"Semuanya ke barat, Azof!" ucap Ellery dalam


ketakutan.

"Benar, mungkin sesuatu yang besar terjadi


di sana,"

Situasi di sana sangat mengerikan, dingin


seperti kota mati, tidak ada orang, hanya ada
Ellery dan Azof. Sehingga ketukan kaki, serta
suara gesekan benda begitu jelas terdengar.
Karena dianggap sudah tidak aman lagi,
Ellery dan Azof memutuskan untuk
meninggalkan tempat tersebut, mengikuti
arah orang-orang yang berlari, barat.

Mereka berdua bergegas pergi menuju barat,


melihat kebenaran. Pergi dengan tergesa-
gesa tetapi tetap berhati-hati. Tidak terlalu
cepat dan tidak terlalu lambat,
menyesuaikan langkah kaki Ellery yang
238 | E k s o t i s

pincang. Meskipun susah bagi Ellery, tapi dia


tetap berusaha dan bekerja keras. Alhasil dia
dapat menyeimbangkan langkahnya dengan
Azof.

Tibalah di tempat tujuan, Ellery dan Azof


langsung dibuat tercengang oleh kelakuan
aneh semua orang: baik rakyat asli maupun
bukan, semuanya berbondong-bondong
pergi menyeberang dari pulau tersebut.
Tidak ada sampan apalagi perahu di sana,
mereka berenang.

Sesampainya di sana, Ellery dan Azof


langsung dibuat tercengang, oleh kelakuan
aneh semua orang. Semuanya, dari mulai
rakyat asli hingga pendatang, mereka
berbondong-bondong untuk pergi ke luar,
menyeberang. Tidak ada jembatan, yang
berperan sebagai penghubung antar pulau.
Itu adalah aturan, pulau yang satu dengan
yang lain tidak bisa membuat jembatan, atau
apa pun yang dapat menghubungkan antara
keduanya. Satu-satunya cara untuk
berpindah adalah perahu, tapi karena rakyat
Gala yang terlalu panik, sehingga tidak
memikirkan hal itu, mereka hanya ingin
segera meninggalkan tempat itu, gala.
E k s o t i s | 239

Mereka menginjak perairan, berenang di


lautan lepas, dingin juga asin. Semuanya di
ambang ketakutan, tidak mau sama seperti
rakyat Gala yang bertukar menjadi kelabu,
tapi nyatanya tidak. Wabah ini hanya
menyerang warga, dengan kelopak bunga di
daun telinga saja. Namun, mereka tetap
khawatir lantaran melihat semua barang,
termasuk barang bawaan mereka yang
sudah bertukar.

Keanehan tidak henti-henti menghujani gala.


Kali ini sebuah keanehan menghantam siapa
saja, yang mencoba keluar dari pulau.
Seperti sebuah kemarahan, Gala menampar
siapa pun yang ingin keluar dari dirinya.
Entah bagian apa itu, kaki atau pun kepala,
ujung jari atau pun sehelai rambut. Namun
anehnya, orang-orang tidak memperhatikan
dan masih mencoba keluar. Seperti orang
bodoh, menutup mata untuk sebuah
kebenaran yang 'tak sesuai keinginan. Ellery
dan Azof melihat dengan bola mata yang
memutar, melihat sesuatu di sana. Para
pengurus pulau sedang bergerombol, terlihat
juga Joanna di sana, dan beberapa mulut
bergerak membuat banyak kalimat, tidak
bisa terdengar oleh Ellery dan Azof.
240 | E k s o t i s

Chapter 27: Lagu

E
llery dan Azof berjalan mendekat,
suara obrolan itu mulai terdengar
samar-samar. Para petinggi itu
terlihat begitu serius sampai membuat Ellery
sedikit takut. Dan saat memperhatikan dari
tempat berdiri, tidak disengaja Joanna
melihatnya, dia bergegas melambaikan
tangan dan menyapa. Joanna menghampiri
dan memberi ajakan, bergabung dalam
obrolan. Ellery dan Azof menyetujuinya,
mereka ingin berdiskusi bersama, ingin
mengetahui isi dari obrolan serius itu.
Mereka juga berharap, bahwa akan ada
solusi yang di dapat dari diskusi ini, solusi
memperbaiki keadaan. Diskusi tersebut
memakan waktu yang cukup lama. Awalnya
mereka berencana menurunkan sebuah
perintah, melalui perantara alat yang dapat
E k s o t i s | 241

membuat suara terdengar keras. Akan tetapi,


setelah dipertimbangkan kembali, hal
tersebut sangat sulit untuk di lakukan. Alat
semacam itu tidak ada, mereka harus
menggali ide lagi dalam pikiran.

Lalu sebuah pemikiran muncul dalam


pikiran Joanna, dia pun menuangkannya
dalam diskusi. "Bagaimana jika kita
mengambil perhatian menggunakan seni tari?
Tari indah yang dilakukan, dan diciptakan
oleh Ellery?" sepertinya Joanna lupa akan
luka yang dialami Ellery.

"Tapi ka ...." Perkataan Azof terpotong, saat


sebuah tangan mulus memegang lembut
lengannya.

"Tidak apa-apa, Azof." Ucap Ellery.

""Ya, ada apa Azof?" tanya Joanna setelah


mendengar perkataan Azof yang tidak
terselesaikan.

"Bukan hal yang penting." demi


menyempurnakan kebohongannya, Azof
hingga menggaruk kepalanya yang tidak
terasa gatal.
242 | E k s o t i s

"Aku kira ada yang ingin kamu sampaikan,"


Joanna mengambil sesuatu dari saku
bajunya, saku yang seperti kantong ajaib.
Sebuah tabung langsing berbahan kaca
dikeluarkan dari sana, berisi bunga dengan
tangkai kecil menyempurnakan. Sangat aneh,
bunga itu tidak kehilangan warnanya, tetap
sempurna dalam ke istimewa. "Menarilah di
tengah sana, tepat di belakang orang-orang
itu." Pinta Joanna pada Ellery.

"Baiklah!" sesegera Ellery menyembunyikan


tongkat, yang membantunya tetap berdiri
dengan aman, di belakang tubuhnya. Ellery
masih dalam posisi, belum pergi ke tengah.

"Aku akan memainkan lagunya." Lalu


Joanna membuka tabung kaca tersebut.

Ketika Joanna mengatakannya, Ellery


bingung harus meletakkan tongkatnya di
mana, dan entah ke tidak sengaja-an, mata
Ellery melihat Azof, yang berdiri tepat di
sampingnya. Saat Ellery menatap wajahnya,
Azof pun merasakan, menoleh ke samping
membalas Ellery. Tatapan penuh khawatir
disertai ke tidak setujuan, kini
menggambarkan keadaan Azof sekarang.
Melihat itu, sesegera Ellery memasang wajah
E k s o t i s | 243

melas, guna mendapat restu untuk menari.


Sebenarnya Azof sangat tidak setuju akan
perihal ini, tetapi keinginan Ellery untuk
menari sangat besar dan dalam,
membuatnya sulit untuk melarang. Berat
hati Azof mengizinkan, menganggukkan
kepala dan menawarkan bantuan kecil,
memegangkan tongkat milik Ellery. Ellery
sangat senang akan keputusan Azof yang
mendukungnya, dia bertambah semangat,
yakin akan keberhasilan tariannya, dan
berharap bahwa tariannya dapat membantu
masalah ini.

Lalu Ellery berjalan dengan penuh hati-hati,


menuju tempat yang akan menjadi
tempatnya membuat seni. Ellery juga
mempunyai tujuan lain akan hal tersebut,
dia tidak ingin membuat gerakan kecil
mencurigakan, yang dapat menimbulkan
kecurigaan di mata Joanna, yang sepertinya
tidak mengingat kondisi Ellery. Ellery
berjalan sabar menuju tengah, dan
kesabarannya pun kini telah
mengantarkannya ke tempat yang dituju,
Ellery sudah berdiri di tempatnya.
244 | E k s o t i s

Awalnya Ellery bingung mengenai ucapan


Joanna, yang akan memainkan lagu. Ellery
berpikir, bagaimana Joanna akan
memainkan sebuah lagu dikondisi seperti ini,
atau alat musik apa yang akan
dimainkannya. Ellery salah, tidak ada satu
alat musik pun yang dimainkan, atau alat
pengeluar suara yang di gunakan. Ternyata
smeraldo-lah yang berperan sebagai
pengeluar melodi, bunga kecil yang disimpan
dengan sangat hati-hati oleh Joanna.
Smeraldo menggoyangkan tubuhnya, ke
kanan dan keliri. Smeraldo bergerak dengan
sangat lembut dan menghanyutkan,
kelopaknya yang cantik pun ikut bergoyang,
mengeluarkan suara indah dari sela-selanya.
Volume suara smeraldo sangat tinggi,
mampu mengisi seluruh tempat, meskipun
di luar ruangan.

Rasa kagum terasa sebelum Ellery


menjalankan perannya, membuat tubuhnya
mematung sejenak setelah lagu dimainkan,
dirinya tertinggal. Tapi untungnya Ellery
sangat cekatan, begitu dirinya tertinggal, dia
langsung masuk dalam bagian lagu dan
melanjutkannya. Ellery belum pernah
berlatih dengan lagu yang dimainkan, 'Half
E k s o t i s | 245

The World Away'. Akan tetapi, Ellery menari


dengan indah dan teratur, seperti tariannya
sudah diatur sedemikian rupa. Gerak tubuh
beserta ekspresi wajah tetap terkontrol,
telinganya terus terjaga mencoba mendengar
nada-nada berikutnya. Tarian kaku yang
mencoba masuk menerobos dan bergabung,
tidak terlihat dari dirinya. Ellery benar-benar
masuk dalam lagu.

Ellery menghayati semua kata yang lagu itu


sampaikan. Menari seperti balerina, dengan
kaki yang terangkat satu menukik ke bawah,
menusuk dasar tempatnya menari.
Bertujuan agar kaki yang terluka tidak
merasakan sakit lagi, dan tidak merusak
gerak yang Ellery ciptakan. Ellery tidak ingin
tujuan untuk mengambil fokus, dan
mengunci semua perhatian, terhalang oleh
salah satu kakinya yang tidak
memungkinkan untuk tampil.

Mengenai pemilihan lagu, Joanna memilih


lagu dengan judul 'Half The World Away', dia
ingin semua penduduk Gala mau mengerti
dengan keadaan. Dan merasa tersinggung,
oleh setiap kata yang lagu lontarkan dengan
halus. Jadi, Joanna berharap lagu tersebut
246 | E k s o t i s

bisa menenangkan keributan, karena sangat


lembut dan tenang.

I would like to leave this city

This old town don't smell too pretty

And I can feel the warning signs running


around my mind

And when I leave this island

I book myself into a soul asylum

Tarian Ellery dan lagu tersebut sangat


mengagumkan, mereka bersatu seperti
lukisan bergerak, yang memuat mereka
sebagai bagian terpenting di dalamnya.
Menjadikan tanah sebagai alas dalam karya
seni, layaknya kanvas yang sering
menjadikan dirinya sebagai alah dari cairan
kental, cat air. Sama halnya dengan kuas
yang menari di atas kanvas, Ellery juga
seperti itu, dia berselancar di atas dataran
tanah, tanpa adanya air yang membantunya
berselancar dengan mudah, yang ada hanya
butiran kerikil kecil, yang siap menempel
pada lembutnya kulit kaki. Walaupun begitu,
Ellery dapat dengan leluasa menggerakkan
E k s o t i s | 247

satu kakinya. Sesekali dia menggunakan


kaki terlukanya untuk menari, hanya bagian
gerak ringan saja. Jadi kedua kaki Ellery,
bisa dikatakan semuanya bergerak.
248 | E k s o t i s

Chapter 28: Tarian

E
llery menarik semua manik mata
penduduk Gala, pastinya Ellery tidak
sendiri melakukannya. Ellery dan
Sang Lagu sukses di sana, mereka membuat
semua orang menoleh, dan keributan pun
mereda. Tapi bukan berarti Ellery
menghentikan tariannya sesuai tujuannya
tercapai. Ellery masih menari, dan
menyelesaikan tariannya hingga lagu itu
selesai, tidak menyisakan embelan melodi di
belakang.

Semua penduduk gala mendengar setiap


kata dalam lagu, yang satu persatu masuk ke
dalam telinga. Mereka menoleh mencari asal
sumber suara, yang menyinggung dengan
anggun. Menoleh ke belakang, dan melihat
seseorang menari indah di sana,
E k s o t i s | 249

bermahkota-kan rambut kribo yang sangat


cantik dan manis. Mereka terpukau akan
keduanya, Ellery dan Sang Lagu. Telinga dan
mata penduduk Gala terus bekerja,
menangkap pesan yang disampaikan Ellery
dan lagu. Keduanya bagai nakhoda
beruntung, dengan sekali dayung, dua tiga
pulau terlampaui. Sekarang penduduk Gala
dalam genggamannya.

Semua keributan kini mereda, mulut yang


sedari tadi berbusa, kini sudah lenyap.
Penduduk Gala kini mematung
memperhatikan. Sadar bahwa yang lagu itu
sampaikan memang benar, dan
diperuntukkan untuk mereka. Melalui tarian
Ellery, hati para penduduk menjadi luluh.
Sedikit demi sedikit semuanya tersadar, dan
beberapa mata dari mereka semua
mengeluarkan butiran air asin. Mereka sadar,
bahwa yang mereka lakukan itu sanggatlah
salah. Mereka berusaha meninggalkan
tempat asal mereka, tempat yang selama ini
memberi kemewahan tersendiri, bagi setiap
individunya. Mereka juga merasa, bahwa
yang mereka lakukan itu sanggatlah
berbanding terbalik, dengan sikap asli
mereka, memalukan dan merendahkan diri
250 | E k s o t i s

mereka sendiri. Mereka merasa seperti


hewan, yang ingin keluar dari kandang,
menggonggong dan terus meronta ingin
dibukakan pintu keluar.

Perlahan kaki mereka memundurkan diri,


dari batas antara Gala dan dunia luar, dan
secara perlahan juga kaki mereka melangkah
mendekati Ellery, membuat lingkaran besar
kelabu dengan coklat tunggal di dalam.
Mereka terus menerima pesan yang Ellery
dan lagu itu sampaikan, hingga selesai.
Mereka juga memberi tepukan tangan di
akhir pertunjukan, sebagai ungkapan terima
kasih karena telah menyadarkan.

Begitu keadaan sudah terkendali, Azof,


Joanna, beserta lainnya mengambil kendali.
Azof bergegas menghampiri Ellery,
menyerahkan tongkat, agar Ellery dapat
berdiri dengan mudah.

"Ambillah." Tutur Azof setelah menyodorkan


tongkat milik Ellery.

"Terima kasih."

"Tadi itu mengagumkan, sangat indah."


E k s o t i s | 251

"Terima kasih untuk pujiannya, Azof."

"Hmm. Bagaimana kalo kita ke sana, gabung


dengan yang lain?" tawar Azof.

Ellery menganggukkan kepala, dan salah


satu tangan yang tidak memegang apa pun,
menggandeng tangan Azof. Karena sebelum
Ellery melakukan hal itu, Azof sudah
membentuk tangannya, yang seolah siap
untuk menerima gandengan. Ellery dan Azof
berjalan bersama, menyusuri kerumunan
dan menghampiri Joanna yang sedang
berbicara, di depan seluruh rakyat Gala.
Akan tetapi, begitu sampai di dekat Joanna,
Ellery dan Azof tidak langsung mengajaknya
untuk mengobrol, atau pun mengatakan
sesuatu padanya. Ellery dan Azof tidak ingin
mengganggu Joanna dalam pekerjaannya,
salah satunya yaitu meluruskan masalah
yang ada di gala. Joanna berpidato di depan
seluruh rakyat, dengan suara lantang penuh
ketegasan. Joanna berusaha menenangkan
kegelisahan seluruh rakyat, dan Joanna juga
meminta, agar semuanya kembali pada
rumah mereka masing-masing, dan berharap,
bahwa aktivitas dalam pulau tidak akan
berhenti.
252 | E k s o t i s

Semua orang pergi berpencar, kembali pada


tempat tinggal masing-masing. Para rakyat
juga memohon, bahwa masalah yang
sekarang menimpa mereka akan segera
terselesaikan, dan kembali pada gala yang
dulu, cantik dan berwarna. Joanna dan yang
lain hanya bisa mengusahakan, tetapi tidak
bisa menjanjikan.

Setelah semuanya pergi, Joanna mendekati


Ellery dan Azof yang sedang duduk, di bawah
pohon besar berdaun rindang, tidak terlalu
jauh dari tempatnya berdiri. Joanna
mendekat bersama teman-temannya, yang
tidak lain adalah para pengurus gala. Mereka
ikut duduk bersama Ellery dan Azof, di atas
tanah tak beralas. Melihat Joanna dan para
temannya duduk, Ellery dan Azof jadi tidak
enak.

"Apa sebaiknya kita pindah tempat, untuk


mengobrol?" tanya Azof tidak enak.

"Tidak perlu, di sini saja. Lagi pula di bawah


sini sangat sejuk!" ujar teman Joanna.

"Tapi di sini sedikit tidak nyaman untuk kita


berbincang." Ucap Azof kembali. Sebenarnya
nyaman-nyaman saja duduk di sana, tapi
E k s o t i s | 253

Azof mengatakan seperti itu agar semuanya


pindah, ke tempat yang lebih nyaman dari ini,
setidaknya tempat yang memiliki alas untuk
duduk.

"Kulihat kalian nyaman-nyaman saja duduk


di sini, selama kami berpidato tadi." Kata
Joanna.

Lalu Azof mengaruk kepalanya.

Ellery dan Azof duduk di sana karena tidak


ingin mengganggu, Joanna dan yang lain
ketika berpidato. Mereka juga tidak ingin
ikut campur dalam pembicaraan itu, apalagi
mereka baru di sana, mereka takut ada yang
salah paham, dan menganggap mereka
sebagai orang yang suka ikut campur, dalam
masalah orang lain. Tidak masalah jika
Ellery dan Azof dimintai membantu, dengan
senang hati mereka melakukannya. Tapi
untuk urusan kali ini, mereka menyerahkan
semuanya pada Joanna dan yang lain.

Setelah semuanya berkumpul, beberapa


canda-an dilontarkan untuk mencairkan
suasana. Mereka berbagi canda-an ringan
dan beberapa pertanyaan santai, guna saling
mendekatkan diri, dan menjalin hubungan
254 | E k s o t i s

akrab. Semuanya terlihat seperti melupakan


masalah yang ada, bersenda gurau hingga
melupakan waktu. Namun, satu hal yang
membuat semua itu sirna, sebuah kalimat
yang keluar dari bibir indah Joanna.

"Tentang masalah tadi." Tutur Joanna disela


obrolan mereka.

Semuanya terdiam setelah mendengar


kalimat Joanna, suasana hening pun
kembali terjadi.

"Maaf karena mengungkitnya di waktu yang


tidak wajar. Tapi aku berpikir, kapan lagi jika
bukan sekarang? Kita semua tertawa,
sementara yang lain sedang sedih, dan
mungkin beberapa kini menangis," tutur
Joanna. "Bukankah sebaiknya kita
memikirkan solusinya saja?" tambahnya lagi.

Ellery merasa bersalah atas semua yang


Joanna katakan tadi. Dia merasa dirinya
sangat kejam, tidak memiliki perasaan.
"Bagaimana aku bisa tertawa, sedangkan
semua orang kini memiliki keadaan yang
sangat terbalik denganku?" batin Ellery
menyesal. "Ya, sebaiknya kita memikirkan
solusi terbaik untuk semua ini!" ucap Ellery
E k s o t i s | 255

dengan semangat, dia ingin memperbaiki


kesalahannya.

"Aku juga!" ujar Azof yang disusul


persetujuan dari semuanya.

"Mari selesaikan masalah ini bersama!"

"Mari buat gala jadi semula!"

Setelah itu, Azof menyodorkan tangan


kanannya ke tengah-tengah, tempat mereka
semua duduk. "Ayo kembalikan gala seperti
gala yang dulu!"

Lalu semuanya menumpukkan satu tangan


mereka menjadi satu, dan secara bersamaan
meneriakkan, "AYO!"
256 | E k s o t i s

Chapter 29: Berhubungan?

E
llery, Azof, Joanna, dan lainnya, kini
memikirkan solusi dan tindakan apa
yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Mereka berdiskusi, saling memberitahu
pengetahuan mereka, mengenai seseorang
yang memiliki kekuatan sihir hebat. Ada
pikiran untuk melakukan hal itu,
mengundang orang sakti untuk membantu
masalah ini. Tapi mereka berpikir kembali,
akan terasa aneh jika orang lain mengetahui
masalah ini, orang yang berada di luar Gala.
Apalagi jika orang tersebut ikut campur,
rasanya lebih aneh dan tidak nyaman.
Alhasil mereka tidak mengambil ide itu, dan
mencoba memikirkan jalan lain.

"Saat aku membuka kain yang membungkus


telapak kaki Ellery, aku melihat beberapa
E k s o t i s | 257

kelopak bunga bermekaran di sana,


berwarna merah merona. Awalnya aku
terkejut dengan itu, tapi setelah mendapat
penjelasan dari Ellery, aku mencoba
mengerti dengan itu ...." Tiba-tiba Azof
mengatakannya.

"Jadi kamu sudah mengetahuinya?" Tanya


Joanna penasaran.

"Ya, saat keributan berlangsung."

"Tadi kamu mengatakan beberapa, apakah


jumlahnya melebihi satu?" tanya Joanna
kembali.

Azof mengangguk. "Tiga."

"Apa terasa sakit, Ellery?" Joanna


memandang Ellery.

"Jika tidak tersentuh atau tergeser dari


tempatnya, itu tidak terasa sakit. Tapi terasa
tidak nyaman." Jawab Ellery.

"Tapi ada yang lebih aneh dari itu, sebuah


nama cantik terukir di tubuh kelopak, SIA."
Kata Azof.
258 | E k s o t i s

"SIA?!" Raut wajah Joanna mendadak sangat


terkejut.

"Apa Nona mengetahui sesuatu?" tanya


Ellery.

Joanna diam, sepertinya susah untuk


menjawab. Tapi entah kenapa, teman-teman
Joanna juga membuat ekspresi yang sama.
Sepertinya mereka menyembunyikan
sesuatu. Joanna diam selama beberapa saat,
lalu membuka mulut dan memberanikan diri
untuk bercerita. "Dahulu, terlahirlah bayi
perempuan cantik, dengan mata hitam pekat
berbentuk kelopak bunga, kelopak yang
berpelukan merapat satu sama lain,
menciptakan keindahan yang nyata. Gadis
kecil juga memiliki kelopak mawar berwarna
merah, yang tumbuh di daun telinga kirinya.
Tapi seluruh warga Gala sanggatlah
membenci orang bernyawa, dengan kelopak
bunga mawar tumbuh sebagai
kepribadiannya. Demi masa depan Gala,
semua warga akan membuang siapa pun
yang berdaun telinga mawar. Apa pun jenis
dan warnanya, mawar tetaplah mawar. Gala
berpikir bahwa bunga mawar mempunyai
aura negatif, yang mampu mendatangkan
E k s o t i s | 259

keburukan pada pulaunya yang sempurna.


Gala menganggapnya sebagai buruk rupa."
Cerita panjang Joanna dari gadis mawar.
Yang dimaksud gala bukan hanya sekadar
pulau, tetapi seluruh rakyat.

Cerita itu membuat siapa saja yang


mendengar pasti terkejut. Ellery dan Azof
tidak menyangka, hanya karena ingin
sempurna, Gala melakukannya.
Menyingkirkan salah satu anggotanya, yang
dianggap cacat tidak sempurna. Kejam.
Semua rakyat menutupnya rapat-rapat,
tidak mau generasi muda apalagi orang luar
sampai mengetahuinya.

"Apa bayi yang dikatakan Nona Joanna,


adalah kelanjutan dari cerita Mama?" batin
Ellery.

"Sekarang, di mana bayi itu?" tanya Azof


pada Joanna.

"Antahlah, mungkin sudah mati dimakan


hewan buas di sana, karena begitu lahir kami
langsung membuangnya ke dalam hutan."
Tutur Joanna.
260 | E k s o t i s

"Bagaimana Nona bisa mengetahui bahwa


bayi terlahir pada saat itu? Dan bagaimana
Nona bisa mengetahui nama bayi perempuan
tersebut, Sia?" Tanya Azof kembali.

"Mudah untuk mengetahui bayi berkelopak


bunga terlahir. Orang yang bertugas
membantu persalinan, biasanya akan
merasa takut dengan Sang Bayi, ia bergegas
berlari dengan suara yang berkoar-koar
mendatangkan keributan, karena saking
takutnya akan bayi berkelopak mawar,"
Tidak ada rasa bersalah di dalam
perkataannya. "Mengenai nama, sudah
terukir di kelopaknya. Memang, saat itu
kelopak Sia sanggatlah kecil, tapi entah
kenapa itu sangat mencolok, menarik
mataku untuk terus menatap, bahkan aku
merasa bahwa dia menyuruhku untuk
mengingatnya."

"Apa semua ini berhubungan dengannya?"


Penuh curiga Azof mengatakannya.

"Antahlah, apakah dia masih hidup


sekarang." Tidak tahu yang dipikirkannya
sekarang, tapi terdengar jelas bahwa Joanna
tidak ingin Azof mencurigai hal tersebut.
E k s o t i s | 261

"Tapi ‘ku rasa ...." Perkataan Azof terpotong


dengan sendirinya, seusai melihat arah
Ellery duduk.

"Ada apa Azof?" tanya Joanna sambil


mengikuti arah mata Azof. Dia juga
keheranan dengan Ellery, yang terduduk
mematung dengan mata terkunci pada
sebuah batu, sepertinya Ellery memikirkan
sesuatu. "Ellery?" sapa Joanna dalam
lamunan Ellery.

Seketika Ellery terlepas dari lamunannya.


"Iya?" ucapnya spontan. Namun, yang lebih
mengherankan lagi, dia langsung mengajak
Azof untuk menemui seseorang. "Azof! Ayo
temani aku!" ucapnya bersemangat.

"Ha?" Azof keheranan.

"Bisakah kamu membantuku berjalan?"


tanya Ellery lagi.

"Baiklah, tetapi kita akan ke mana?" Azof


mencoba mengurangi rasa herannya.

"Sebaiknya kita bergegas untuk berangkat!"


Ellery bangkit dengan tongkatnya. Azof pun
berdiri mengikuti, dan membantunya untuk
262 | E k s o t i s

berdiri. "Nona Joanna, kami pamit terlebih


dahulu. Nona-nona, kami pamit." Ellery
berpamitan pada semuanya.

"Ya." Joanna masih bingung.

Ellery dan Azof memunggungi Joanna dan


lainnya. Azof melangkahkan kaki mengikuti
tujuan yang ada dipikirkan Ellery, tujuan
yang hanya diketahuinya seorang. Selama
berjalan, Azof hanya diam mengikuti langkah
Ellery, yang berjalan saja masih dibantu
olehnya. Azof tidak bertanya atau pun
mengatakan sesuatu, dia hanya setia
menemani. Ketika langkah Ellery seperti
tergesa-gesa, Azof mencoba untuk
melakukan pergerakan lambat agar Ellery
mengikutinya. Tapi Ellery keras kepala, dan
tetap terus melanjutkan langkahnya yang
cepat itu.

Ellery dan Azof berjalan melewati beberapa


warna kelabu yang berlalu lalang, yang
sedari tadi terus menatap mereka. Akan
tetapi, mata Ellery dan Azof sudah terkunci
pada satu arah, yakni depan. Mereka
menghiraukan orang-orang yang menatap,
terus berjalan sebagai mestinya, hingga
sebuah pemandangan membuat Azof
E k s o t i s | 263

mengira tujuan Ellery, yaitu sebuah


bangunan putih klasik besar yang berdiri
kokoh, Asrama Tasela. Lebih meyakinkannya
lagi, Ellery berhenti sebelum mendekati
asrama, memandangnya dengan penuh
harapan dan terdengar embus napas berat,
dari hidungnya.

Kemudian selang beberapa saat, Ellery


melanjutkan langkahnya, dan tebakan Azof
salah. Ternyata pemikiran Ellery dan dirinya
benar-benar berbeda. Azof mengira Ellery
akan masuk ke dalam asrama, dan bertemu
teman-teman. Sebenarnya Azof tidak
mengetahui tempat tinggal Ellery di Pulau
Gala, tapi karena Ellery berhenti di sekitar
asrama, jadi dia hanya menebak saja. Ellery
memasuki sebuah pintu berwarna coklat,
yang menghalangi aroma semerbak harum
kopi keluar dari sana. Rumah Kopi. Azof
tidak bisa menebak lagi, akan apa yang nanti
dilakukan Ellery di dalam sana, yang bisa
dilakukannya sekarang hannyalah menuruti
langkahnya, menemani.
264 | E k s o t i s

Chapter 30: Memanggil

E
llery membuka kenop manis milik
pintu, dan ketika pintu tersebut
hampir terbuka sepenuhnya, dia
langsung disuguhkan oleh pemandangan
aneh dalam kedai. Jumlah pengunjung
masih sama seperti dahulu, tampak jelas
dari meja-meja yang terpenuhi. Dalam hati
Ellery berkata, "Dengan kondisi sekarang,
ternyata masih ada orang yang duduk di
sini."

Akan tetapi, itu bukanlah hal yang dimaksud,


yang dimaksud di sini adalah hilangnya
keramaian yang para pelanggan ciptakan,
yang terdengar hanya bisikan kekhawatiran
yang menginginkan selesainya
permasalahan. Keresahan menumpuk dalam
pikiran semua orang, cara mereka berbicara
E k s o t i s | 265

pun ‘tak sama seperti dahulu, terlihat bibir


mereka bergerak tidak nyaman, rongga
tenggorokan mereka seperti tercekat. Cara
mereka mengobrol sangat menyinggung satu
sama lain, saling berbisik. Lebih parahnya
lagi, mereka hanya berbisik bersama
temannya yang berada satu meja. Rakyat
Gala kini saling membentuk kelompok.

Terdengar suara mencolok saat Ellery


membuka pintu, suara kerincing lonceng
yang tergantung di belakangnya. Membuat
semua mata menoleh, menciptakan
kesunyian. Semua orang menatap Ellery dan
Azof, bersama tatapan iri disertai tanda
tanya, mengapa dua orang itu yang hanya
memiliki warna sekarang. Merinding, mereka
mengunci mata pada Ellery dan Azof. Namun,
Ellery tetap pada tujuannya, dan menarik
tangan Azof dengan tenaga kecil, seperti
ingin memberi tahu sesuatu padanya. Ellery
menuntun pria itu hingga meja tender,
menyuruhnya untuk duduk di sana,
sementara dirinya sendiri sibuk memanggil,
mencoba mengeluarkan seseorang dari
belakang meja tender.

"Ma! Mama!" Teriaknya.


266 | E k s o t i s

Tidak ada sahutan dari dalam sana, hanya


tatapan aneh dari rakyat Gala yang
menatapnya dari kursi pelanggan. Tapi
untungnya Ellery tidak menyerah dan
mencoba kembali.

"Apakah Mama ada di dalam? Kumohon


jawab aku!"

Sama saja, tidak terjadi apa-apa. Sepertinya


Lizzo tidak ada di dalam, dan mungkin saja
memiliki kesibukan di luar. Namun, Ellery
tidak mau percaya begitu saja. Dia terus
berusaha untuk menemui Lizzo sekarang,
membuat Azof bingung dan kasihan. Di satu
sisi Azof tidak mengetahui siapa itu Lizzo,
dan di sisi lain dia merasa kasihan, karena
sedari tadi Ellery tidak mendapat jawaban.
Sesekali Azof menasihati, untuk pergi
terlebih dahulu dan datang kembali lagi
nanti. Akan tetapi, semuanya seperti
percuma saja, keyakinan akan Lizzo ada di
dalam sangat kuat, membuat Ellery tidak
gentar untuk terus membujuknya keluar.
Banyak kata yang dikeluarkan Ellery dari
mulutnya, hanya untuk mengeluarkan Lizzo.

"Padahal aku ingin membahas Sia


dengannya." Keluh Ellery pada dirinya
E k s o t i s | 267

sendiri, dengan suara rendah. "Azof, kamu


benar. Sebaiknya kita pergi saja dari sini,
dan kembali lagi lain kali." Kepalanya
tertunduk ke bawah, kecewa.

Azof terdiam sejenak. "Apa tidak apa-apa jika


pergi sekarang? Apa nanti tidak akan
menyesal?" ucap Azof sebelum Ellery bangkit
dari tempat duduknya. Azof tidak ingin,
usaha yang sudah di lakukan Ellery dengan
sungguh-sungguh, malah terbuang percuma.

"Tidak apa-apa!" Ellery mencoba mengurangi


kekhawatiran Azof, dia tersenyum. "Kita
nanti ke sini lagi." Tambahnya manis.

"Kutanya sekali lagi, apa tidak apa?"

"Hm!" tangannya melambai-lambai kecil


seolah benar tidak apa-apa.

"Baiklah." Azof mengulurkan tangan untuk


Ellery berdiri dari kursi.

Ellery menanggapi tangan besar Azof,


setelahnya mengambil tongkat yang
tersandar di meja tender, tepat di samping
tempatnya berdiri. Lalu mereka berdua
berjalan keluar. Dua langkah dapat terhitung,
268 | E k s o t i s

dan kembali terhenti oleh sesuatu, kala


seseorang memanggil namanya dari
belakang.

"Ellery!"

Spontan keduanya menoleh bersama,


mencari sumber panggilan. Mata mereka
berkeliling dan mendapatkannya. Ellery
terkejut pada seseorang yang barusan
memanggilnya. Orang yang membuat dia
menyerah pun akhirnya mau keluar dari
persembunyian, Lizzo. Lizzo berteriak
dengan sedikit napas yang memburu.
Terlihat juga ekspresi wajah lega darinya,
setelah dapat melihat Ellery yang menyahut
teriakannya, menoleh ke belakang.

"Mama?" ucap Ellery yang tampak senang.

"Mama??" tanya Azof penasaran. Azof


mengira bahwa Lizzo adalah ibu Ellery.

Lalu Lizzo mendekati mereka, dan


menanyakan sesuatu pada Ellery. "Bisakah
kita berbicara?"
E k s o t i s | 269

Mereka bertiga duduk di kursi meja tender.


Susunan tempat mereka duduk seperti ini,
Azof-Ellery-Lizzo. Azof ingin Ellery dan Lizzo
dapat mengobrol dengan mudah. Akan
mengganggu jika Azof duduk di tengah
mereka, terasa tidak nyaman. Pandangan
Lizzo dalam berbicara akan berganti, tidak
fokus pada Ellery saja. Azof ingin pandangan
Lizzo tidak terbagi saat berbicara. Sebelum
pembicaraan dimulai, Lizzo menyuguhkan
secangkir kopi untuk Ellery dan Azof, lalu
duduk pada tempatnya.

"Maaf karena tidak menjawab panggilanmu,


Ellery," ujar Lizzo setelah duduk di kursi.
Lizzo tidak mau keluar lantaran malu akan
penampilannya sekarang, tidak mempunyai
warna. "Aku malu dengan diriku yang seperti
ini." Pengakuan Lizzo.

"Mama masih sangat cantik, senyum Mama


juga manis," Ellery menyemangati. "Jadi
tersenyumlah!" tambahnya yang seolah
mengajari Lizzo tersenyum.

"Terima kasih," Lizzo memegang tangan


Ellery, dia tersenyum. "Oh iya, kamu siapa?"
Lizzo melepaskan tangannya dari tangan
Ellery, dan menatap Azof. Sontak, Ellery
270 | E k s o t i s

langsung memundurkan tubuhnya ke


belakang, agar Lizzo dan Azof dapat
mengobrol dengan enak. Tapi secara spontan,
satu tangan Azof hadir di belakang pinggang
Ellery, mewaspadai hal buruk terjadi, tetapi
Azof tidak memegang pinggangnya, hanya
memegang angin.

"Azof!" mengulurkan tangan yang satunya


untuk bersalaman.

"Hai Azof!" Lizzo membalas uluran tangan


Azof, keduanya berkenalan. "Aku Lizzo! Jika
tidak keberatan, panggil saja Mama, semua
yang ada di sini memanggilku seperti itu,
termasuk Ellery." Joanna melebarkan
bibirnya.

"Senang bertemu denganmu, Mama!"

"Senang bertemu denganmu juga, Azof!"


jawabnya.

"Aku akan diam mendengarkan, jadi


nyamanlah ketika mengobrol."

"Terima kasih Azof. Tapi akan lebih baik jika


kamu bergabung, dengan obrolan kami."

"Baiklah." Dibarengi tawa ringan.


E k s o t i s | 271

Lizzo tersenyum pada Azof, dan melanjutkan


obrolannya, kali ini dia memandang Ellery.
"Oh iya, apa kamu mengatakan 'Sia' tadi,
saat aku belum keluar?"

"Hm," Ellery membenarkan pertanyaan itu.


"Tadinya aku mau membahas Sia dengan
Mama."

"Apa kamu mengetahui siapa itu Sia?" Lizzo


kembali bertanya.

"Tidak. Tapi nama itu terukir jelas, di salah


satu kelompok berwarna merah."
272 | E k s o t i s

Chapter 31: Kunci

L
izzo bingung mengapa Ellery bisa
mengetahui nama itu, dan bagaimana
Ellery dapat mengatakan kelopak
merah, dengan nama Sia sebagai elemen
utama keindahan kelopak tersebut. Karena
penasaran Lizzo pun menanyakannya, dan
betapa terkejutnya dia, setelah mendengar
jawaban, bahwa Ellery memiliki kelopak
tersebut di bawah telapak kakinya. Ellery
menceritakan semua kenyataan yang ada
pada Lizzo, tanpa mengurangi atau melebihi
apa pun, termasuk bagaimana awal mula
kelopak itu tumbuh. Lizzo terus mendengar
dan berpikir, mencoba menyambungkan
semua kejadian dalam pikirannya. Selama
Ellery bercerita, selama itu juga Lizzo
berpikir. Hingga saat-saat di mana Ellery
E k s o t i s | 273

hampir mencapai akhir ceritanya, tetapi


Lizzo masih dalam lamunan.

"Jadi, apakah Mama mengetahui cara


pengobatan kelopak ini, agar bisa lepas dari
diriku?" tanya Ellery selepas menceritakan
semuanya.

"Apa kalian mau melihat sesuatu?" Tiba-tiba


Lizzo keluar dari lamunannya.

Azof terkejut akan jawaban Lizzo yang keluar


dari topik pembicaraan. Tangan kanannya
yang sedari tadi memainkan cangkir kopi,
dan dengan tangan kiri yang menyanggah
kepala, seketika terlepas semua,
pandangannya beralih pada Lizzo, tapi tanpa
berbicara satu kata pun.

"Apa?" tanya Ellery.

"Mari, kutunjukkan sesuatu pada kalian."

Ellery mengangguk sembari mengikuti


langkah Lizzo, yang berjalan terlebih dahulu
di depannya, dan di ikuti langkah Azof dari
belakang. Lizzo membawa mereka berdua
pada sebuah pintu, yang berada di pojok
ruang Rumah Kopi. Terlihat seperti ruang
274 | E k s o t i s

kosong, atau pun ruang penyimpanan


perabotan-perabotan tidak dibutuhkan,
gudang. Lizzo mengambil kunci usang, pada
salah satu kantong yang menempel pada
pakaiannya, dan memasukkan ujung kunci
pada mulut lubang kunci. Tidak ter-
bayangkan oleh Ellery dan Azof, sebuah
ruang bersih dan nyaman, hadir di belakang
pintu tua berdebu tebal itu. Ruang tersebut
tersusun rapih, perabotan yang ada di dalam
juga masih bagus dan layak, bukan barang-
barang yang tidak lagi dibutuhkan, ruang
tersebut layaknya tempat tinggal.

"Ini adalah tempatku bersantai." Ucap Lizzo


setelah membuka pintu.

"Tidak heran jika semuanya berwarna


coklat." Ujar Azof yang diam-diam
memperhatikan.

Terdengar tawa dari mulut Lizzo. "Rupanya


kamu memperhatikan."

Azof tersenyum.

"Azof memang seperti itu, penuh perhatian."


Terus terang Ellery.
E k s o t i s | 275

"Benarkah? Aku baru mengetahuinya


sekarang." Canda-an Lizzo.

Lalu setelah sedikit lama mengobrol santai,


Lizzo kembali membawa Ellery dan Azof pada
pembicaraan mendalam. Lizzo menyuruh
mereka berdua untuk mengikutinya kembali,
menuju pada rak kayu yang terpasang kokoh
di tembok ruangan. Lizzo membuka rak
tersebut, mengambil sebuah sapu tangan
dari dalam sana. Saputangan yang terlihat
menggembung seperti menutupi sesuatu.
Benar saja, ketika Lizzo membelah
tumpukan-tumpukan kain, terdapat sebuah
bunga cantik berkelopak besar berwarna
merah. Lizzo membuat Ellery dan Azof
tercengang, mereka tidak menyangka bahwa
Lizzo memiliki bunga yang sangat indah. Tapi
Ellery dan Azof juga bertanya-tanya, di mana
Lizzo mendapatkan bunga tersebut, dan
mengapa tidak menyimpannya sekaligus
dengan akar dan batang, pertanyaan
tersebut sekarang menjajah pikiran Ellery
dan Azof.

"Apa yang kalian pikirkan tentang ini?" tanya


Lizzo.
276 | E k s o t i s

"Hanya sebuah bunga, bunga yang sangat


cantik," Jawab Ellery polos. "Tapi bunga apa
itu?"

"Memang, bunga ini terlihat cantik. Tapi ...


sangat jahat," tutur Lizzo. "Bunga ini adalah
bunga mawar, kecacatan gala."

“Mawar?” tanya Ellery dalam hati.

"Kenapa berkata seperti itu, Mama?" tanya


Azof.

"Ellery bilang, bahwa dia memiliki kelopak


yang tumbuh di telapak kaki, dan aku yakin
bahwa kelopak tersebut sangat mirip,
dengan kelopak-kelopak bunga mawar ini."
Lizzo menyerahkan sapu tangan yang
menggendong bunga tersebut, pada tangan
Ellery.

Ellery menerima pemberian Lizzo, sambil


berkata, "Memang persis, tapi kelopak
milikku tidak sebesar dan sebanyak ini."

"Jika kelopak yang ada di kaki Ellery itu baru


tumbuh, pastilah hanya berjumlah beberapa.
Tapi nanti lihatlah kembali, kelopak tersebut
E k s o t i s | 277

akan bertambah, dan menjadi semakin


banyak!" ujar Lizzo sangat yakin.

"Mungkin rasa tidak nyaman di telapak kaki


ini, berhubung dengan itu," Ellery ter-
selimuti oleh kegelisahan. "Apa yang harus
kulakukan, Ma?"

"Maaf, Mama tidak tahu," menghembus


napas panjang. "Tapi, kemungkinan besar
semua ini berhubungan dengan Sia."

"Sia?" tanya Azof.

"Bayi cacat yang kami buang saat 18 tahun


lalu."

Azof kembali membuka mulutnya, "Di mana


kalian membuangnya?"

"Saat itu kondisi sangat gelam, hanya bulan


dan bintang sebagai penerang. Tapi anehnya,
aurora terlihat sangat jelas nan indah malam
itu, cahayanya pun hampir mengalahkan
semua bintang yang ada. Jadi, aku tidak
benar-benar mengetahuinya," Lizzo melipat
tangan, menengadahkan kepalanya. "Entah
kenapa, aku merasa semuanya berhubungan
278 | E k s o t i s

dengan Sia. Tapi di mana dia sekarang?"


tanyanya pada diri sendiri.

"Di mana Mama mendapatkan bunga mawar


itu?" tanya Azof lagi.

"Aku mendapatkannya dari salah satu penari


Tasela dulu," raut wajah Lizzo tampak sedih.
Dia menyimpan kelopak bunga mawar yang
pernah tumbuh, di tubuh salah satu penari
Tasela dahulu. Dan sekarang, kelopak
tersebut sudah tercabut bersama dengan
nyawa sang penari, mereka berdua seperti
benalu dan inangnya. Namun, lebih aneh lagi
jika melihat keadaan kelopaknya sekarang,
mereka terus bermekaran hingga sempurna,
menjadi sebuah bunga. Tidak ada salah satu
dari mereka yang layu atau pun mati, walau
tidak memiliki tangkai juga akar yang
melengkapi. Akan tetapi, kini mereka
berubah dan 'tak seperti dulu lagi, mereka
melemas tidak segar, mahkotanya kusut, hal
itu terjadi setelah keributan ini terjadi.

Ellery mengajukan pertanyaan, "Kejadian ini


pernah terjadi sebelumnya?"

"Jika dihitung, mungkin sudah 4 kali hal ini


terjadi. Biasanya terjadi pada salah satu
E k s o t i s | 279

penari Tasela, penari dengan tarian paling


indah. Kejadian tersebut hanya terjadi saat
menjelang Hari Besar Gala saja, terutama
pelatihan." Sekian kalinya Lizzo menjelaskan.

"Semua karena seseorang," ucap Azof.

"SIA." Kata mereka serempak.

Mereka bertiga membicarakannya lebih


dalam, mencari solusi bersama atas semua
permasalahan. Lizzo banyak bercerita
mengenai Sia, dia menjelaskannya secara
hati-hati, dan tidak ingin meninggalkan
sesuatu yang penting. Tidak masalah bila
ceria itu panjang dan lebar, karena Lizzo
merasa senang tidak keberatan, dia sudah
terbiasa mengobrol panjang.

Lalu tidak terasa obrolan itu sudah ngawur


dan ke mana-mana. Mereka sudah
berbincang terlalu lama, lelah. Ellery dan
Azof memutuskan untuk berhenti mengobrol,
dan keluar dari Rumah Kopi milik mama.

"Mama, kita sampai di sini saja dulu!" Ellery


memberi senyumnya pada Lizzo, dia merasa
tidak enak.
280 | E k s o t i s

"Baiklah, maaf ya karena Mama banyak


bicara!?"

"Tidak masalah Ma!"

"Benar!" tambah Azof. "Kalau begitu, kami


pamit,"

"Dadah Mama, sampai jumpa!" Ellery mulai


melangkah mendekati daun pintu, bersama
Azof.

"Baiklah, dah!" Lizzo mengayunkan


tangannya di udara.
E k s o t i s | 281

Chapter 32: Senyap

E
llery dan Azof keluar dari Rumah Kopi
milik Lizzo, dan langsung dihadapkan
pada kecanggungan dunia luar. Rata-
rata penduduk Gala akan memberi
senyuman, pada setiap wajah yang saling
berhadapan. Namun, sepertinya
penampakan itu ‘tak akan ada lagi, karena
semua orang kini memasang wajah muram
penuh kesedihan, kepala mereka tertunduk
menghadap tanah menyembunyikan rasa
malu. Mereka berlalu lalang seperti biasa,
tapi suasana sekitar terasa hampa, seolah
tersihir mantra. Suara-suara obrolan senyap
menghilang. Semua orang bagaikan orang
asing, tidak mengenal satu sama lain,
rasanya mustahil. Gala benar-benar sunyi,
seakan hampir mati.
282 | E k s o t i s

Lalu Ellery dan Azof berjalan, melangkah


pergi menjauhi Rumah Kopi, berpindah.
Mereka berjalan menuju tempat asrama
duduk. Walaupun arah tempat Azof
beristirahat di gala, bukan arah yang sama
dengan Asrama Tasela berada, tetapi Azof
pergi ke sana, mengantarkan Ellery agar
selamat sampai tujuan, dalam pantauannya.
Rasa takut bercampur khawatir ada dalam
diri mereka masing-masing, bukannya
bermaksud berburuk sangka atau memiliki
pikiran negatif, tetapi rasa itu terasa sangat
kuat, karena di sana hanya mereka yang
memiliki warna, yang lain tidak: Benda,
tumbuhan, hewan, serta manusia. Satu-
satunya warna yang tersisa adalah, warna
yang ada pada diri Ellery dan Azof, coklat,
sisanya hanya kelabu.

Setelah sampai depan pintu asrama, Ellery


mengucap terima kasihnya untuk Azof,
karena sudah mengantarkan pulang,
"Terima kasih, Azof."

"Um," jawab Azof singkat yang disusul


lambaian tangan.
E k s o t i s | 283

Saat berada dalam asrama, Ellery sudah bisa


menebak dan siap untuk tidak ternganga,
atas suasana yang terjadi dalam asrama
yang tidak jauh berbeda, dengan keadaan
yang ada di luar, sama-sama mati. Suara
alunan musik yang dulu menggema dalam
ruangan, kini tidak kembali terdengar. Para
penghuni tidak terlihat, semuanya
mengisolasi diri dalam kamar masing-masing.
Semua jendela penghubung alam luar gala
kini tidak terlihat lagi, terhalang oleh kain-
kain besar nan panjang, gorden. Semua
cahaya yang dihasilkan jendela hilang,
membuat ruang asrama menjadi gelap.
Keadaan asrama benar-benar hancur, rasa
senang dibarengi kagum yang pernah Ellery
rasakan, sekarang berubah menjadi
ketakutan. Ellery merasa seolah-olah dia
sendirian dalam asrama tersebut.

Meskipun ter-selimuti rasa takut, Ellery


tidak pergi berlari keluar untuk kabur. Ellery
tetap masuk dalam kamarnya, dan tidak
mencari penginapan di luar. Layaknya
kemarin, dia bermalam di kamarnya. Ellery
tidur dengan kegelisahan yang menemani,
tapi kegelisahan itu pun usai, Ellery bangun
saat mentari memasuki jendela kamarnya,
284 | E k s o t i s

menyentuh kulitnya dengan lembut. Ellery


bergegas lari setelah bangun dari tidurnya,
memeriksa situasi luar kamar. Dia sangat
bersemangat, berharap bahwa kondisi akan
lebih baik dari kemarin. Namun, kenyataan
pahit selalu menyambarnya. Keadaan masih
tetap, bahkan terasa lebih dingin. Dingin dan
gelap. Walaupun matahari sudah
menampakkan dirinya, tetapi gorden jendela
masih saja tertutup, membuat cahaya sulit
masuk, dan tidak bisa menerangi penjuru
ruang asrama. Ellery juga tidak mendengar
suara siapa pun di sana, bahkan suara
terkecil pun. Tidak bisa menebak apa yang
dilakukan orang-orang di dalam, sehingga
tidak ada yang mau keluar.

Rasa kecewa pasti jelas di rasakan Ellery,


bayangan bahwa keadaan sudah kembali
normal, membaik sedikit demi sedikit, kini
pecah berantakan. Dia hanya bisa mematung
penuh kecewa. Ellery berdiri melamun dalam
lorong asrama, tatapannya kosong. Namun
dalam lamunannya, pikiran dan otaknya
terus bekerja, mencari solusi yang tidak
kunjung ada, pikirannya buntu. Akan tetapi,
ide kecil terlintas di kepalanya, yaitu
membuka satu persatu gorden penutup kaca
E k s o t i s | 285

transparan. Ellery berlari, menghampiri satu


jendela terdekat dari jangkauan. Ellery
meremas kain gorden dengan kedua
tangannya, berusaha menarik gorden ke sisi
terpinggir jendela.

Kemudian, gorden itu terbuka. Rasanya


mudah, dia mulai melangkahkan kakinya
kembali, menuju jendela lainnya, lalu sama
seperti yang sebelumnya, Ellery membuka
kain gorden tersebut, dan keganjilan terjadi
lagi. Saat Ellery sudah membuka lima gorden,
tiba-tiba jumlah itu berkurang menyisakan
dua, sisanya tertutup. Ellery curiga, dia
melihat sekeliling untuk mencari siapa yang
menutupnya kembali. Namun, saat Ellery
mengecek, tidak ada siapa pun di sana,
hanya ada dia dan beberapa gorden besar.
Karena bingung, Ellery pun melanjutkan
pekerjaannya lagi. Ellery membuka gorden
berikutnya, dan dia dikejutkan oleh sebuah
tangan yang menepuk pundaknya. Ellery
menoleh, menyahut panggilan seseorang.
Betapa terkejutnya dia, setelah melihat siapa
yang menepuk pundaknya tersebut. Orang
itu adalah penghuni asrama, yang dulu
mengaku sebagai pengagum tariannya. Tapi
sekarang, rasa hangat tersebut tidak terasa
286 | E k s o t i s

lagi. Ia menatap Ellery, dengan pesan yang


terukir jelas di wajahnya. Menatap dengan
tatapan kurang baik, seperti tidak suka.

"Jangan lakukan ini lagi." Dengan nada


rendah terselimut kemarahan yang sangat
tinggi.

Ellery langsung terdiam, tubuhnya membeku


di tempat. Cengkeramanya pada gorden
sekarang mengudar. Ellery melemah disertai
ketakutan, sampai tidak larat berkata, dan
tidak tahu apalagi yang harus dilakukan.
Sebenarnya Ellery takut akan penampilan
pengagumnya itu, yang hampir menyerupai
monster. Ia tidak seperti dulu yang
berpenampilan bagus dan rapih, sangat
teratur. Rambutnya menyerupai semangkok
mie, persis sekali. Sungguh, baju yang
dikenakannya kusut dan membuatnya
semakin tidak karuan. Namun, sepertinya ia
acuh, tidak memedulikannya. Ia juga
langsung pergi setelah menarik dan menutup
gorden terakhir.

Setelah ditinggal sendiri, Ellery masih


terdiam melamun dalam kegelapan pagi,
sampai-sampai matahari terasa lebih hangat
dari sebelumnya, siang. Untungnya semua
E k s o t i s | 287

itu berakhir. Ellery merasa, bahwa cahaya


matahari terasa sangat hangat, walau di
situasinya sekarang. Cahaya matahari itu
seperti mengajaknya untuk keluar, dan
menemukan harapan lain yang masih tersisa.
Ellery menerima ajakan tersebut, dengan
kondisi kakinya sekarang, Ellery berjalan
cepat menuju tempat kamarnya berada.
Berganti pakaian, dan segera keluar
setelahnya.

Ellery pergi menuju arah pintu keluar,


memakai sandal rotannya, lalu membuka
pintu. Dia berkeliling mencari keberadaan
Azof. Karena belum sempat menanyakan
lokasi tempatnya di Gala, jadi Ellery
berkeliling cukup lama. Selama mencari
tempat tinggal Azof, dia banyak melihat
kejanggalan di sana. Semua orang
mengenakan masker, dan bahkan ada yang
sampai memakai payung, meski tidak hujan
dan matahari masih dalam batas wajar.
Namun, yang tidak wajar adalah, posisi
payung yang menenggelamkan wajah, hingga
mencapai dagu sekali pun.
288 | E k s o t i s

Chapter 33: Tepian Pulau

E
llery semakin khawatir, dia bergegas
berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Berkeliling lama mencari keberadaan
Azof, dan semakin lama juga dia melihat
keanehan Gala. Pusing, bola matanya sedari
tadi mengambil warna abu, tidak ada warna
lain, kecuali pantulan cermin dari dirinya
sendiri. Mata Ellery seperti mata kucing,
hanya dapat menangkap beberapa warna
saja, terbatas. Namun, Ellery terus mencari
dan mencari tapi ‘tak kunjung dapat, dibuat
gila olehnya. Akan tetapi, keajaiban kembali
hadir, dia melihat Azof sedang duduk di atas
rerumputan dengan orang lain, terlihat
sedang membicarakan sesuatu. Orang yang
sedang mengobrol dengan Azof, tidak asing
menurut penglihatan Ellery, Joanna. Ellery
dapat melihat Azof dengan sangat muda,
E k s o t i s | 289

karena warna yang tersisa di gala hannyalah


warna Ellery dan Azof.

"A-z!!" nyaris Ellery memanggil namanya.


Ellery membatalkan panggilannya terhadap
Azof, karena dia tahu bahwa Azof sedang
berbicara dengan Joanna, terlihat dari mimik
wajahnya. Karena penasaran, Ellery pun
berjalan mendekati mereka, dengan langkah
biasa sembari menetralkan napas. Saat
langkahnya dekat, mendadak seseorang
memanggil namanya.

"Ellery!" panggil Joanna, seperti memanggil


untuk mengajak Ellery mendekat padanya.

Lantas panggilan tersebut membuat langkah


Ellery berpacu cepat, cepat-cepat ingin
sampai. "Nona." Ellery memeluk Joanna
dengan napas yang terengah-engah.

"Kamu baik, Ellery?" tanya Joanna khawatir.

"Sangat baik." Jawabnya seraya melepas


pelukan.

"Tapi napasmu, terdengar tidak baik."


Joanna mengutarakan rasa kepeduliannya.
290 | E k s o t i s

"Itu bukan apa-apa, hanya karena terlalu


bersemangat saja," Ellery memberi senyum,
mencoba meredakan kekhawatiran Joanna.
Tapi raut wajah Joanna masih tetap sama,
tidak berubah dan masih khawatir. "Aku
menggunakan banyak tenaga untuk berjalan
tadi, alhasil menjadi cepat lelah." Ellery
berharap Joanna tidak khawatir lagi.

"Minum terlebih dahulu." Azof menyodorkan


minuman pada Ellery.

"Terima kasih, Azof!" Saat ini Ellery tidak


mementingkan urusannya bersama Azof,
untuk sekarang terpenting adalah
kekhawatiran Joanna mereda.

"Ya sudah, minumlah minuman itu, dan


duduk." Joanna seperti seorang ibu,
walaupun tidak mempunyai seorang anak.

"Baik Nona, terima kasih." Ucap Ellery.


Joanna duduk terlebih dahulu dan disusul
Ellery. Mereka bertiga duduk saling
bersebelahan, melingkar.

Mereka duduk berkelompok, dan segera


memulai pembicaraan. Ellery merasa,
minggunya kali ini terpenuhi oleh diskusi.
E k s o t i s | 291

Hari itu bersama Lizzo, dan kini Joanna. Bagi


Ellery ini tidak memberatkannya, ini seperti
petualangan yang begitu mengagumkan.
Topik diskusi sekarang ialah, rakyat yang
serempak mengenakan penutup wajah.
Selama dalam perbincangan, semuanya
banyak bicara dan berargumen, tampak
fokus. Mereka heran, peristiwa wabah itu
bukanlah penyakit, melainkan menyerupai
sihir seseorang, benar-benar murni dari sihir.
Namun, selepas diperhatikan dengan
saksama, mereka tersadar, masker itu
adalah wajah baru semua rakyat, yang
semata-mata dimanfaatkan untuk menutupi
kemaluan. Mereka semua merasa lebih baik
jika melakukan hal tersebut, menutupi
wajah dengan masker atau pun payung, dan
benda-benda lainnya. Semua rakyat nyaman
dibuatnya, sebab tidak ada yang melihat juga
mengenal dengan mudah.

Di tepian pulau di bawah pohon rindang,


mereka mendapat solusi lain, yakni
membawa semua warga pergi keluar,
menyeberangi laut dan menitipkannya pada
pulau seberang. Hanya sementara, sampai
para pengurus membersihkan semuanya. Itu
juga semata-mata untuk memberi
292 | E k s o t i s

kegembiraan pada semua rakyat, berharap


jiwa mereka akan menjadi tenang, serta
dapat merampas kesedihan yang di alami
semua orang.

Tidak berniat hanya sekadar mencoba,


Joanna mengeluarkan tangannya melewati
perbatasan pulau, dan tidak sengaja dia
langsung mendapat tamparan keras dari
Gala. Joanna tersungkur mendekap tanah,
tertampar oleh dinding bening, yang
mendadak muncul bersamaan dengan
wabah. Agaknya Joanna dan lainnya sama-
sama tidak mengingat kejadian lalu, di mana
seluruh warga asli seperti terlarang untuk
keluar. Semuanya menjadi bingung kala
melihat Joanna, tampak dari semua orang
yang berdiskusi. Joanna itu lupa, karena
keadaan yang kaku.

"Bagaimana kita akan membuktikannya, jika


mengeluarkan satu bagian tubuh saja tidak
bisa." Tutur Joanna.

"Coba aku yang keluar," Azof bangun dari


rerumputan, melangkah menonjol keluar.
Dapat, Azof keluar dengan selamat tanpa
memperoleh apa pun, mulus tidak ada
perlawanan. Tentu saja, dia bukanlah
E k s o t i s | 293

penduduk sana, memungkinkan baginya


mondar-mandir di depan pintu perbatasan.
Ketika Azof berada di luar, bajunya yang
kelabu kembali berwarna, dan saat di dalam,
anonim. Di luar, Azof memandang penuh
mereka-mereka yang tersisa, dan tanpa
mengatakan apa pun, dia mengulurkan
tangannya kembali ke dalam Gala, meraih
tangan Joanna dan berupaya
mengeluarkannya. Perlahan genggam
tangannya mengeluarkan telapak Joanna,
tanpa perihal buruk. Semuanya tercengang
tidak menyangka akan keajaiban kecil tadi.

Azof tidak menarik seluruh tubuh Joanna,


hanya bagian tangan tidak mencapai siku.
Selama beberapa menit itu terjadi, selama itu
juga pasang mata melihat. Waktu terus
terlewati dan teguh tidak memperoleh hasil,
konsisten pada kelabu yang membosankan.
Azof memasukkan kembali tangan Joanna
dengan hati-hati, dia berbalik masuk ke
dalam Gala, ulang menjadi kelabu.

"Jika cara kerjanya seperti ini, maka akan


susah," Ellery bangkit berdiri.

"Benar, aku setuju." Azof berpendapat sama


dengan Ellery.
294 | E k s o t i s

Ellery memberi saran, "Akan membuang


waktu jika kita terus berdiri di sini.
Bagaimana jika kita menemui Mama Lizzo,
Pemilik Rumah Kopi? Aku yakin dia dapat
membantu!"

"Pemilik Rumah Kopi?" tanya Joanna.

"Ya, sepertinya dia dapat membantu." Ujar


Ellery.

"Bukan masalah, jika kita mencobanya


sekarang, benar?" Kata Azof.

"Iya, tidak apa-apa." Joanna setuju dengan


pendapat Ellery.

"Berangkat." Penuh semangat Ellery


mengantar Azof dan Joanna.
E k s o t i s | 295

Chapter 34: Ambisi


"Mama, maaf tidak memberi tahu terlebih
dahulu, sebelum mengajak orang-orang
untuk menemuimu, dan membahas
mengenai bunga bermahkota merah itu."
Ellery meminta maaf, karena membawa
orang lain sebelum meminta izinnya, apalagi
membahas hal sensitif, mawar.

"Tidak apa-apa, Manis." Lizzo tampaknya


mengerti.

"Terima kasih, Mama!" Ellery mengangguk


kecil. "Ma, kita kembali bersama Nona
Joann-" perkataannya terpotong.

"Joanna?" Lizzo terkejut mendengar satu


nama ini, yang disebutkan Ellery di awal
perkenalan.
296 | E k s o t i s

"Mama Lizzo?" tidak segan-segan Joanna


memeluk Lizzo dengan hangat. Mereka
adalah teman lama yang saling melepas
rindu, walaupun berbeda 5 tahun usianya,
mereka berteman dekat. Namun, sebagai
yang muda, rasa hormat kepada Lizzo tidak
pernah luruh. "Lama tidak bertemu, Mama."

"Mari duduk." Ajak Lizzo kepada semua, dan


setelah semuanya terduduk, dia pergi dan
tidak lama setelahnya, dia kunjung bersama
sapu tangan berisi bunga mawar. Lizzo
menaruhnya di atas meja, agar semuanya:
Ellery, Azof, Joanna, dapat melihat dengan
jelas. Lizzo tidak khawatir tentang orang lain
yang akan melihat, karena di sana sudah
tidak ada pelanggan, semuanya sudah keluar
setelah mendapatkan perintah. Perintah
tersebut diturunkannya sebelum mengambil
bunga. Itu juga bukan asal perintah, Lizzo
mengatakannya dengan lembut dan sopan,
supaya tidak terjadi kesalahpahaman.

"Mama masih menyimpannya?" tanya


Joanna.

"Iya, kusimpan rapat-rapat. Aku takut jika


semua orang akan mengetahui
keberadaannya." Tutur Lizzo rendah.
E k s o t i s | 297

"Aku kira ia sudah lenyap, karena mungkin


seseorang sudah membakarnya.”

"Apa yang membuat kalian kemari?" tanya


Lizzo memulai percakapan panjang.

"Membahas nama cantik itu lagi, Ma," kata


Ellery. "Apa Mama mau membantu?"
tanyanya.

"Um, mungkin hanya sedikit."

"Tidak apa-apa, terima kasih." Yang


terpenting bagi Ellery adalah, masalah
terpecahkan walau berangsur.

Lalu mereka berempat berunding, hingga


mendapat pemikiran bagus. Rupanya
kehadiran Lizzo di tengah sangat membantu,
dia berpendapat bahwa, semua masalah ini
berhubungan dengan mawar yang
disimpannya selama ini. Lizzo menceritakan
semua itu pada mereka, dan perlahan
semuanya mulai mencurigai mawar tersebut.
Sambil mendengarkan perkataan Lizzo, mata
mereka terus terpaku pada huruf-huruf yang
terukir di sana. Dan yang menjadi
pertanyaan, di mana keberadaan Sia
sekarang, dan bagaimana keadaan serta
298 | E k s o t i s

rupanya. Memang Lizzo mempunyai banyak


sekali informasi, tetapi Sia tidak termasuk di
dalamnya, bahkan tempat Sia dibuang pun
dia tidak ingat. Dua kata yang mampu
mengejutkan mereka, sekaligus penerang
permasalahan.

"Aku ingat," mendadak Joanna


mengatakannya. Dia ingat tempat dulu Gala
mengasingkan Sia. "Dalam luasnya hutan, di
bawah sinar aurora yang sangat cantik.
Tidak tahu bagaimana setelahnya, di sana
tidak ada siapa pun, jadi kemungkinan besar
Sia sudah tercabik hewan buas."

Ellery tidak mau meyakini hal tersebut, "Itu


masih kemungkinan. Bagaimana jika aku ke
sana, memastikannya?"

Perkataan Ellery mengejutkan semua orang.


Tidak menyangka, Ellery dapat berkata
demikian. Azof yang mendengar langsung
masuk pembicaraan. "Kita bicarakan lagi,
oke?"

"Kenapa menundanya, Azof?" Lanjut Ellery.

"Tapi kesempatan bertemu Sia sanggatlah


kecil." Joanna menerangkannya kembali.
E k s o t i s | 299

"Mustahil, Ellery." Lizzo menepuk pelan


pundak Ellery.

"Kita belum pernah mencobanya," Ellery


mengambil tangan Lizzo seraya mengelus
lembut, agar Lizzo tidak terlalu cemas.
"Percaya padaku. Aku akan berangkat lalu
kembali." Ellery bersikeras ingin mencari Sia,
demi Gala dan kehidupan semua orang.

Semuanya merasa bingung, harus


menanggapi Ellery bagaimana lagi.
Ambisinya untuk menemukan Sia
sanggatlah besar, sulit untuk dicegah.

"Baiklah, aku akan ikut." Akhirnya Azof mau


menyetujui keinginan Ellery.

"Mau dicegah bagaimana lagi ... aku juga


ikut!" ujar Joanna tersenyum bangga kepada
Ellery.

"Semuanya ikut? Aku juga ikut!!" Lizzo


bersemangat.

"Jika semuanya pergi, siapa yang akan


menjaga gala? Apa gala akan baik-baik saja?"
tanya Ellery yang tidak dibalas oleh siapa
pun. Rupanya mereka semua melupakan itu.
300 | E k s o t i s

Setelah menunggu cukup lama, barulah


seseorang menjawab.

"Nona akan diam di sini menjaga gala. Mama


tetap tinggal, berjuang di sini dengan
membuat kebahagiaan kecil dalam secangkir
kopi. Dan pastikan juga, jumlah
pelanggannya masih sama, tidak berkurang
sedikit pun, dengan begitu keadaan masih
berjalan seperti biasa." Pikir Azof panjang,
dengan adanya warga yang masih mau
mengopi di situasi sekarang, berarti keadaan
masih bisa terkontrol, "Bagaimana?"

Ketiga manusia cantik itu menjawab tanpa


ragu, "Setuju!"

"Kita mulai rencananya besok. Matahari


akan beristirahat, sebaiknya kita pun sama."
Joanna memandang luar lewat jendela.

Semuanya berdiri dari kursi, berpelukan


untuk hari esok, dan pulang ke rumah
masing-masing. Seperti biasa, Azof
mengantar Ellery terlebih dahulu. Walaupun
Rumah Kopi dan asrama berdampingan, Azof
tetap mengantarkannya.
E k s o t i s | 301

Pagi datang bersama matahari, cerah


bersinar. Ellery siap dengan perbekalannya,
yang berada dalam tas selempang kecil.
Ellery menyiapkannya sedari malam tadi,
karena sudah terbiasa saat hendak
berangkat tour. Dia keluar asrama, dan
seperti biasa dihidangkannya lagi
penampakan suram, dingin dan sunyi.
Semua warga tetap berperilaku canggung,
enggan mengobrol dengan sesama.
Melihatnya membuat Ellery panas, semangat
untuk menemukan Sia kini meningkat pesat.
Hari ini atau esok dia harus bertemu Sia,
tidak boleh pulang sebelum berhasil.
Ambisinya kini benar-benar gila.

Ellery duduk di bangku depan Rumah Kopi,


menunggu kedatangan Azof. Sambil
menunggu, Ellery mengayun-ayun kakinya
yang menggantung. Matanya selalu tertuju
pada kain cantik, pembungkus telapak
kakinya. Ellery merasa, semakin bertambah
hari, semakin bertambah tidak nyaman dan
sakit. Sampai tertidur pun dia
merasakannya, tergantung. Sekarang, disela
menunggu kedatangan Azof, tangan Ellery
gatal ingin membuka perban itu. Langkah
pertama, dia menekuk punggungnya agar
302 | E k s o t i s

bisa menyentuh kaki, kemudian jemari


tangannya yang lentik perlahan membuka
ikatan kain. Namun, saat baru mengupas,
seseorang memanggilnya dari arah depan.

"Ellery!" Azof memanggil, di sertai lambaian


tangan.

"Azof!" membalas lambaian tangan Azof, dia


menepiskan niatnya membuka perban.

"Siap untuk berangkat?!"

"Siap!!"
E k s o t i s | 303

Chapter 35: Pijakan Ranting

E
llery dan Azof pergi berjalan menuju
hutan terlebat, kawasan Gala. Baru
saja beberapa langkah, tetapi kembali
terhenti kala Joanna berteriak memanggil.
Napasnya sedikit terengah karena berlari
kecil, dan begitu sampai dia merogoh
kantong pakaiannya yang lebar. Sesuatu
keluar dari sana, berbentuk tabung
transparan berisi smeraldo. Tabung bersama
bunganya itu, dia serahkan pada Ellery dan
Azof. Smeraldo yang sama seperti waktu
insiden besar terjadi. Joanna ingin Ellery dan
Azof menyimpannya selama perjalanan, bisa
jadi nanti berguna, mereka diizinkan
memiliki dan menggunakannya.

"Ambillah ini, dan segera masukkan ke


dalam tas. Jangan sampai warga melihat
304 | E k s o t i s

bunganya. Aku takut kerusuhan terjadi


nanti." Joanna risau, warga Gala akan
merasa iri dengan smeraldo, yang tidak
kehilangan warna. "Jangan sampai hilang,
dan gunakanlah di saat kalian butuh!"

Begitu menanggapi Ellery langsung


membawanya masuk dalam tas. "Terima
kasih, kami akan menjaganya Nona."

"Terima kasih banyak, Nona. Akan kami


ingat itu." Azof merasa bersyukur, karena
telah diberi kepercayaan membawa smeraldo.

Ellery dan Azof melanjutkan petualangnya.


Joanna melambaikan tangan dari belakang,
berharap yang terbaik untuk keduanya.

Tibalah Ellery dan Azof di hutan, keduanya


saling percaya dan segera memasukinya.
Dari luar, hutan itu tampak lebat dan luas,
terdapat banyak semak belukar di sana,
tumbuh tinggi tidak terjaga, membuatnya
tampak buruk. Tidak ada jalan setapak dan
minim pencahayaan, membuat risiko buruk
dapat kapan saja menghampiri, mereka
harus pandai berjaga juga berhati-hati. Tapi
E k s o t i s | 305

untungnya, cahaya matahari dapat masuk


dan menerangi, ia menerobos melalui celah
daun kecil milik pohon tinggi, yang
menghalangi. Jarang bunga tumbuh di sana,
sehingga tampak polos dengan pohon, kayu,
dan batu saja. Namun, jika ditelisik lebih
dalam, senyatanya hutan ini menyimpan
keindahan tersendiri. Di mana di setiap
malam, aurora datang menghiasi langit,
bersanding dengan ribuan bintang.
Dedaunan lembatnya menciptakan
ketenangan, apalagi jika tersentuh angin.
Hewan-hewan kecil berlarian hidup senang,
dan burung berkicau-an bebas. Meskipun
terdapat banyak semak, langkah mereka
tidak terhalang, lancar seperti biasa. Karena
sebagian dataran tidak tertutup, sehingga
memudahkan Ellery dan Azof untuk berjalan.
Akan tetapi dengan keindahannya itu, hutan
tersebut tampak mati dan hampa.
Dikarenakan semua warna yang hilang.

Penuh keberanian, Ellery serta Azof


menyusuri setiap pepohonan, melewati
jalanan terjal. Mereka berkeliling, mencari
tanda akan adanya suatu kehidupan dari
manusia. Misalkan: gubuk, jejak kaki, alat
berburu dan semacamnya. Namun, dari
306 | E k s o t i s

sekian banyaknya tempat yang dikunjungi,


tidak ada satu pun tanda yang di dapat.
Hanya kicauan burung, dan tidak ada suara
manusia, terkecuali mereka sendiri. Akan
tetapi, Ellery dan Azof tidak pantang
menyerah, mereka terus berkeliling mencari
Sia.

Mereka terus berjalan dan berjalan, hingga


'tak sengaja menginjak sesuatu, mereka
jatuh dalam kubangan dalam layaknya
sumur. Seperti sengaja di buat, seseorang
pasti menggali tanahnya, lalu menutupinya
menggunakan beberapa ranting serta
ratusan daun kering, yang disusun
sedemikian rapi berkamuflase dengan tanah.
Ellery dan Azof jatuh dalam perangkap,
mereka jauh dari dataran luas, di bawah
sana begitu gelap nan pengap. Terkejut.
Mereka berteriak meminta tolong pada yang
berada di atas, tapi tidak mendapat jawaban.
Percuma, sekencang apa pun berteriak pasti
tidak akan terjadi apa-apa, karena di sana
tidak ada siapa-siapa.

"Bagaimana ini, Azof?" tanya Ellery panik.

"Jangan panik, kita akan keluar dari sini."


Ucap Azof dengan tenang. Sebenarnya dia
E k s o t i s | 307

juga tidak tahu, bagaimana caranya untuk


keluar dari lubang.

Lalu Ellery menunggu dengan sabar, sampai


Azof menemukan solusinya. Ellery tidak
hanya mengandalkan Azof, dia juga
mengandalkan pikirannya.

Sebuah solusi untuk memanjat lubang pun


terpikirkan oleh Azof, dan dia bergegas
melakukannya. Azof memanjat dinding
lubang dengan sekuat tenaga, bertekad cepat
keluar lalu mengeluarkan Ellery, tetapi tidak
berhasil. Azof terus terjatuh, membuat
pakaiannya sedikit kotor. Azof tetap mencoba
dan mencoba, tapi hanya berbuah kegagalan.

Ellery mengulurkan tangan, pada Azof yang


terduduk di tanah, "Sudahlah, tidak usah
dipaksakan, Azof. Istirahatlah terlebih
dahulu." Dia juga kasihan melihat Azof yang
sedari tadi terus bekerja keras.

"Sebentar," Azof memungut ranting-ranting


yang ikut terjatuh bersamanya tadi, dan
bangkit menggunakan tenaganya sendiri,
karena tangannya terlalu sibuk memegang
ranting, jadi tidak bisa menerima bantuan
Ellery. "Mungkin jika seperti ini, kita dapat
308 | E k s o t i s

keluar." Azof menancapkan setengah dari


tubuh ranting pada dinding tanah.
Menyusunnya seperti tangga kecil berbentuk
horizontal.

"Apa yang akan kamu lakukan dengan itu?"


Ellery mengerutkan alisnya.

"Pijak, dan naiklah ke atas. Ini seperti tangga,


Ellery hanya perlu menaikinya!"

"Tapi Azof?"

"Aku akan menyusul nanti." Azof


mempersilakan Ellery untuk ke atas terlebih
dahulu, dia ingin menjaganya. Azof juga
khawatir dengan kaki Ellery yang belum
sembuh, pasti akan sulit jika Azof ke atas
sebelum Ellery, dan membantunya dari atas.
Lebih baik membantu dari dalam sana, agar
jika terjadi kecelakaan dia cepat
menanganinya.

Sedikit demi sedikit Ellery menaiki tangga


ranting, beberapa pijakan berhasil
dilewatinya, tanpa berhenti dan melihat ke
bawah, dia melangkah. Tidak sengaja, Ellery
salah mengambil pijakan, membuatnya tidak
seimbang sampai nyaris terjatuh. Namun,
E k s o t i s | 309

beruntung Azof menyanggah tubuhnya


dengan sigap.

"Terima kasih, Azof." ucap Ellery yang lemas


gemetaran.

"Em. Naiklah ke atas dan jangan melihat ke


bawah, tidak perlu takut!"

"Baiklah!"

Akhirnya, yang diharapkan telah terwujud,


Ellery mencapai atas dengan selamat tanpa
luka. Sekarang giliran Azof. Karena kayu
pijakan sudah terpakai, alhasil kekuatannya
menjadi berkurang, posisinya pun kendur
tidak tertata lagi. Sebelum Azof menaikinya,
dia membereskannya terlebih dahulu:
mencabut satu persatu, dan
memasukkannya kembali, di dinding yang
belum pernah ditancap sebelumnya, agar
kuat kembali. Setalah selesai, naik satu
tingkat dan hasilnya kuat. Lalu Azof
bertahap naik lebih tinggi sampai mencapai
ranting akhir. Namun, sayangnya dia
tergelincir. Beruntung, Ellery bergegas
menggapai tangan Azof, yang tidak terlalu
jauh dari permukaan. Dia menarik tangan
Azof dengan sekuat tenaga, dan berakhir di
310 | E k s o t i s

dasar. Beban Azof yang berat 'tak larat untuk


ototnya yang kecil. Mereka berdua sama-
sama tersungkur dari ketinggian, sakit.

"Rasanya sakit?" ujar Azof pertama kali


mendarat, dia memegang kaki Ellery yang
terluka.

"Hanya sedikit!" serunya menerbitkan


senyum.

"Perbaiki kainnya?"

"Tidak perlu, biarkan saja seperti ini,"

Melihatnya, tatapan Ellery yang penuh


ketulusan. Azof menjadi iba dan merasa
bersalah, dirinya merasa gagal menjaga
Ellery. "Maafkan aku."

"Apa? Ini bukan salah Azof," tanggapan


Ellery yang dibalas senyuman.

Azof bangkit berdiri dan mencari akal


penyelesaian. Dia sudah gerah berlama-lama
di sana. Matanya menjelajah sekeliling,
memperhatikan semuanya, mencari apa pun
yang dapat membuatnya dan Ellery keluar
dari lubang.
E k s o t i s | 311

Chapter 36: Kuda Hitam

T
ak Tik Tuk

Terdengar suara riuh sepatu besi


yang di entakkan. Sungguh
terdengar jelas sampai membuat
bulu kuduk merinding. Ketukan
yang dibuatnya begitu cepat dan keras,
membuat pertanyaan ringan dalam lubuk
dada. Siapa yang memakainya. Entah itu
siapa, tapi pasti sesuatu yang bertubuh
besar.

"Berlian."

"Tidak ada berlian di sini,"

"Memang. Kuda itu-sebuah berlian," Azof


bicara tentang seekor kuda yang berdiri
gagah di atas lubang. Kuda itu sangat
312 | E k s o t i s

karismatik dengan warnanya, meski hanya


satu warna. Bulunya terlihat halus, walau
hanya dilihat dari bawah lubang. Rambut
lehernya panjang terurai bebas, berayun
bersama ayunan angin. Sangat gagah,
kakinya yang jenjang menjadi tumpuannya
dalam berdiri. Bukan hanya kaki, leher dan
kepala yang panjang pun memperkuat
keindahannya.

"Kenapa Azof memanggilnya, Berlian?"

"Mama memberitahu, bahwa kuda layaknya


berlian, sangat indah dan mewah.
Bentuknya yang simetris membuat siapa
saja kagum akan parasnya. Warnanya yang
eksotis juga memperkuat karismatiknya."
Azof ingat akan perkataan Mama Asa.

"Kuda berwarna hitam memang sangat indah,


dan aku baru melihatnya sekarang. Dulu,
kuda yang ada di Saweetie hanya berwarna
putih, juga warna-warna ringan lainnya,
semisal merah jambu dan tosca, tidak ada
yang seperti ini. Ini sangat mengagumkan!!"
ujar Ellery bersemangat sampai melupakan
rasa sakit selepas terjatuh.
E k s o t i s | 313

Kuda hitam berdiri gagah di depan lubang,


memandang dalam Ellery dan Azof, seperti
meng-isyaratkan sesuatu. Akan tetapi,
dengan adanya kuda tersebut, Azof jadi
menemukan sebuah ide. Ide baru yang dapat
membuat dirinya juga Ellery keluar, dari
ruang pengap itu. Secara telaten, Azof
membuat untaian panjang dari beberapa
sampah hutan, menyulamnya menjadi rantai
kuat nan rapi. Azof beranggapan, bahwa
semesta mengirim bantuannya, lewat seekor
hewan berkarisma tinggi, yang dikenal
sebagai kuda.

"Hap," batin Azof sebelum mengalungkan


untaian itu di leher Sang Kuda. "Dapat."
tambahnya senang. Kini hewan besar itu
dalam genggamannya, dengan tergesa dia
mengikat tubuhnya juga Ellery, menjadi satu
dalam ikatan tali. Kemudian menariknya
seperti tuas, agar terangkat dan keluar dari
lubang, bersama Ellery. Benar saja,
kekuatan kuda itu mampu membuat Ellery
dan Azof terbangun, mereka menyentuh atas,
bebas.

Akan tetapi, kejanggalan terjadi kala itu.


Sang kuda bertingkah aneh, ia menyeret
314 | E k s o t i s

kasar tubuh Ellery dan Azof. Tubuh mereka


menyapu tebalnya rumput, dan padatnya
berbatuan, mereka meraup semuanya, lalu
menciptakan goresan-goresan tipis di kulit.

Kuda itu membawa Ellery dan Azof pada


hamparan pasir putih, yang terletak jauh di
dalam hutan, laut lepas. Suara gemuruh
ombak begitu jelas terdengar, angin-angin
bertiup keras, dan ribuan kuda berjejer
melingkar 'tak sempurna, mengosongkan
bagian paling tengah. Begitulah situasi di
sana. Namun dari semua itu, satu yang
menjadi sorotan, yaitu kuda terbesar dan
berambut paling panjang, yang berdiri di titik
pusat.

Lambat laun Azof mulai menyadari, bahwa


sesungguhnya semesta tidak menurunkan
bantuan. Hewan itu ber-pemilik, sesosok
misteriuslah yang memegang kekuasaan, ia
duduk di antara kuda terbesar dari
kawanannya, ia diam penuh estetika,
posturnya seperti menunggu. Postur
tubuhnya ramping dan tegap, seperti tidak
bisa tergoyah, kaki jenjangnya yang
melayang di atas kuda, seakan
menggambarkan bentuk tubuhnya yang
E k s o t i s | 315

tinggi. Ia begitu berkarisma, rambutnya yang


lurus menyibak ke angkasa, dan berakhir
menyentuh leher, melihatnya seakan teringat
kuda. Cantik, meskipun setengah dari
wajahnya tertutup rambut. Visualnya yang
cantik juga di dapat dari berbagai poin,
bukan hanya rambut, pakaian. Sosok ini
mengenakan gaun hitam panjang menggapai
mata kaki, gaun itu ketat di bagian atas dan
mulai melonggar, ketika meluruh ke bawah.
Diketahui juga, baju anggun itu memiliki dua
belahan panjang, di tiap sisi sampingnya,
mungkin ini menyebabkannya mudah untuk
menunggang kuda. Dari penampilannya,
dapat disimpulkan ia adalah perempuan.

Akh.

Kuda itu berhenti di tengah kerumunan


golongannya, tepat di hadapan sang
perempuan misterius. Ia menyerahkan Ellery
dan Azof kepada sang perempuan, layaknya
memberi persembahan pada penguasa.
Anehnya, kuda itu langsung pergi setelah
menurunkan Ellery dan Azof, dan ikut
masuk dalam lingkaran kuda-kuda lainnya.
Rasa takut menyelimuti keduanya, jantung
316 | E k s o t i s

berdenyut cepat, takut membayangkan


sesuatu yang belum terjadi.

Tampak mencurigakan, dua biah pilar kayu


berdiri tegak di tengah laut, tertutup-i air
juga hampir memakan setengahnya. Pilar
tersebut terlihat kokoh, setelah beberapa kali
terguncang kuatnya ombak. Menakutkannya
lagi, perempuan itu turun dari kudanya,
mengambil satu objek dari balik punggung.
Benda itu berwarna hitam panjang dan
mempunyai penutup. Lalu ia melangkah,
dengan tangan yang sibuk membuka
penutup benda. Terlihat sebilah pisau tajam
keluar dari sana, sangat mengkilap.
Kemudian, menyodorkannya pada leher
Ellery.

Ellery dan Azof panik, tidak berbuat apa-apa.


Jika mereka kabur dengan berlari, arah apa
yang akan di ambil, sementara semua arah
sudah terkunci, oleh kuda-kuda hitam yang
mengelilingi. Tidak mau hanya diam saja,
Azof pun memberontak. Berdiri membantah
tudingan pisau. Namun, saat Azof baru saja
akan berdiri, pisau tersebut beralih
E k s o t i s | 317

mengarahnya dekat, hal tersebut terjadi


berbarengan dengan berdirinya Azof.

"Azof!" teriak Ellery yang mendapat


sambutan bilah pisau, dia panik. Sekarang
tangan Sang Perempuan terpenuhi pisau.
Lalu secara sengaja ia memaksakan Ellery
dan Azof untuk berjalan jongkok ke belakang,
merasakan perairan. Mereka berdua terus
menurut dan membentur pilar kayu itu.
Mereka berhenti. Perlu di waspadai, ia
berjalan membelakangi pilar,
mengumpulkan tangan Ellery juga Azof, dan
mengikatnya satu persatu dengan sangat
kencang, terlihat jelas dari jenis simpul yang
digunakan, simpul mati. Namun, saat Ellery
mendapat giliran, mendadak matanya
membesar dan terpaku ke depan. Cukup
lama, hingga perempuan itu balik ke tepi dan
meninggalkannya.

"HAK!" teriaknya setelah menaiki kuda. Ia


pergi, dan di susul kuda-kuda lain dari
belakang. Lingkaran seni itu pun perlahan
memudar, hancur berangsur dengan rapi.
318 | E k s o t i s

Kala itu juga, Azof langsung berupaya


melepaskan ikatannya sendiri. Energi Azof
banyak terkuras oleh itu, ikatan yang kuat
lagi kencang, serta ombak menghantam
hebat membuatnya kewalahan. Di samping
perjuangan Azof, Ellery hanya diam
ternganga.

"Ellery?" panggil Azof memastikan. Sapaan


Azof tidak mendapat jawaban dan mencoba
mengulang, "Ellery?!" sedikit lantang
berusaha menyadarkan, dia juga
mengguncang tubuhnya.

"Ya?" jawab Ellery yang seperti tidak siap. Dia


menoleh, "SIA!!" spontan Ellery.

"Kita cari setelah ini,"

"Bukan. Sia, barusan di depan kita!!" histeris


Ellery.

"Sia?" Azof masih tidak mengerti.

"Ya! Dia adalah Sia!!" Ellery tidak bisa


mengontrol dirinya sekarang.

"Coba tenangkan dirimu."


E k s o t i s | 319

"Sia, nama itu terukir, di tubuh kuda yang


terbesar! Meskipun kecil, tapi sangat
mencolok di mataku!" Ellery tidak bisa
mengontrol diri.

"Jika dia benar-benar Sia, lebih baik kita


cepat keluar dari sini, dan pergi
menyusulnya."

"Hm!!"
320 | E k s o t i s

Chapter 37: Ombak

E
llery dan Azof berusaha keras di sana,
mencoba melepas tali yang mengikat
tangan. Tubuh dan air bergerak
heboh, seakan beradu kecepatan. Entah
keanehan apa lagi, air laut tiba-tiba pasang.
Dari yang hanya mencapai pinggang, kini
mencapai dada. Hampir menelan keduanya.
Membuat mereka panik bertambah gelisah.
Mereka bergerak lebih cepat dari sebelumnya,
bertujuan untuk segera lolos. Akan tetapi,
ikatan tali tersebut sanggatlah kuat, hingga
masih terbentuk rapi meski sudah mencoba
untuk di rusak beberapa kali. Peluang untuk
selamat sanggatlah kecil, keadaan laut
sedang tidak baik-baik saja, tidak
bersahabat. Puluhan, mungkin ratusan kali
mereka mendapat amukan lautan pasang,
menerjang tubuh dengan ganas, sampai-
E k s o t i s | 321

sampai ingin masuk menenggelamkan. Ellery


tampak melemah sekarang, mungkin semua
tenaganya kini berubah menjadi buih.

"Tenang!!" tiba-tiba Azof mengatakannya.


Azof memakai suara tinggi, bukan berarti dia
sedang marah, dia melakukannya karena
keadaan. Jika Azof tidak berteriak, gemuruh
ombak akan memakannya. "Kita hanya perlu
bergerak tenang, seperti air!!" tambahnya.

"Air di sini sangat jauh dari kata tenang,


Azof!!" Ellery tidak ingin suaranya hanyut
bersama buih.

"Pejamkan matamu, dan kembalilah


mencoba melepaskannya!" Azof bicara
mengenai ikatan di tangan.

Ellery mencoba tenang, dia melakukan


semua yang Azof katakan. Begitu juga
dirinya, Azof langsung melakukan apa yang
dia katakan pada Ellery, menutup mata dan
bergerak seperti air. Benar saja, keajaiban
terjadi setelah beberapa menit terlewati. Air
berhenti meraung, ombak berhenti
menerjang, air bergerak sejatinya. Laut
berubah drastis, dari yang bergerak heboh
kini menjadi sangat tenang. Air laut juga
322 | E k s o t i s

membantu, ia mengendurkan ikatan tali.


Perlahan tapi pasti, ikatan tali keduanya
mengendur memberi rongga. Di antara
mereka, Azof ‘lah yang terlebih dahulu
terbebas, karena mata Ellery yang masih
tertutup, alhasil dia pun tidak mengetahui
bahwa Azof sudah terbebas, dan Azof juga
tidak membuat suara berisik, yang
mengisyaratkan bahwa dirinya sudah lepas,
jadi dapat dipastikan bahwa Ellery tidak
mengetahui perihal ini. Atas dasar
kepedulian yang besar, Azof membantu
Ellery membuka tali, peduli sesama
membantu Ellery. Untungnya, tali tersebut
sudah 'tak sekencang awal, hingga Azof
hanya perlu melakukan hal ringan saja.

Tangan Ellery sudah terbebas, yang perlu


dilakukannya sekarang hannyalah berdiri,
dan berjalan mengeluari area perairan, yang
airnya hanya mencapai lutut ketika berdiri.
Namun jika dilihat dari keadaannya
sekarang, Ellery tidak mungkin bisa berjalan,
apalagi tidak menggunakan sanggahan,
rasanya tidak mampu. Azof mengerti akan
kondisi itu, dia memapahnya keluar dari
perairan, menjadikan dirinya sebagai
E k s o t i s | 323

sanggahan. Azof membawa Ellery hingga


dataran kering.

"Terima kasih, Azof." Ucap Ellery.

"Sama-sama," Azof mencari ranting-ranting


kering yang berada di sekitar. "Aku tidak
mempunyai baju hangat untuk dipinjamkan,
tapi aku bisa menghangatkan sedikit." Pria
itu memberi kehangatan lewat api kecil yang
dibuatnya.

"Semuanya seperti awal, terjebak dalam air


dan setelahnya membuat api unggun.
Apakah ini pengulangan?" Ellery mengingat
kenangan saat pertama kali pertemuannya
dengan Azof.

"Tidak, ini adalah petualangan yang berbeda.


Tapi mungkin prosesnya saja sedikit sama."

"Hm ... kita akan bertualang lagi!!" Ellery


mencoba membangkitkan semangatnya,
agar tidak merasa terlalu dingin. "Setelah
semua ini, mari berjalan kembali! Kita sudah
mengetahui bentuk dari Sia!!"

"Baiklah, setelah semua ini!!"Azof tidak kalah


bersemangat dari Ellery.
324 | E k s o t i s

Mereka beristirahat lama memulihkan


tenaga, sekaligus mengeringkan pakaian,
dengan duduk di bawah sinar matahari
langsung. Selama menunggu pakaian kering
kembali, mereka terus bercengkerama,
memanfaatkan waktu dengan baik dan
menganggapnya sebagai waktu beristirahat.
Namun, saat mereka asyik mengobrol,
mendadak suara aneh terdengar. Suara itu
berasal dari cacing perut Azof yang meronta,
rupanya dia lapar.

"Hahaha, sepertinya perutku membutuhkan


sesuatu." Azof bangkit setelah tertawa.

"Ya, hahaha. Sesuatu yang mengenyangkan."

"Aku akan mencari sesuatu dalam hutan."


Azof memegang perutnya, khas seseorang
yang mengalami gejala kelaparan.

"Aku ikut!!"

"Tidak perlu, Ellery di sini saja,"

"Bagaimana jika petualangan kita dimulai


dari sini?" tanya Ellery antusias. "Kita bisa
melakukan keduanya secara bersamaan,
mencari makanan dan jejak Sia. Kita dapat
E k s o t i s | 325

mempersingkat waktu." Ellery meyakinkan,


lagian akan bosan jika terus berdiam, dia
harus bergerak dan bekerja. Beruntungnya
baju mereka sudah kering, jadi tidak
mengganggu gerak badan.

"Mungkin akan lebih baik.” Azof menyetujui.

Sehabis mendapat persetujuan Azof, dia


berjalan mendekati semak-semak dekat
pantai, membungkuk dan meraih sesuatu
yang menyangkut dalam dahannya, tas
selempang. Sepertinya perbuatan ombak,
mungkin tidak menginginkannya sehingga
tidak menyeret tas itu masuk, dalam
perutnya yang biru dan luas. Tapi saat
hendak mengambil tas, mata Ellery
menangkap batang kayu panjang berukuran
sedang, terkapar di samping semak, dia
mengambilnya untuk dijadikan pengganti
dari tongkat pertama yang hilang. Sebelum
memakai, Ellery mencoba ketahanan kayu
tersebut, lalu hasilnya seperti yang
diinginkan.

"Dari mana Ellery mendapatkannya?"

"Dari balik semak itu," pernyataan Ellery. "Ini


tongkat baru, Azof,"
326 | E k s o t i s

"Apakah kuat?"

"Ya, ayo berangkat!"

Beberapa langkah terbuat, mereka


dikejutkan oleh sesuatu. Banyak tapak
sepatu kaki kuda terukir mengerikan, di atas
indahnya pasir pantai. Mereka langsung
berpendapat, bahwa jejak kaki kuda tersebut
adalah, jejak dari para kuda tadi. Mereka
juga sempat bertanya-tanya, mengapa jejak
hanya terukir di sana, dan mengapa tapak
sepatu kuda ketika membentuk lingkungan
tidak dapat terlihat, hanya dataran pasir
polos. Itu semua dapat terjawab dengan logis.
Saat ombak besar terjadi, banyak pasir yang
terbawa oleh arusnya, menyapu apa saja
yang ada di depan, termasuk jejak sepatu
kaki kuda.

Mereka terkejut, rasa lapar hangus seketika.


Ellery dan Azof fokus dengan jejak kaki.
Tujuan awal kini tersingkir, oleh rasa
keingintahuan akan ujung dari tanda itu,
mereka memilih untuk mengikutinya,
meskipun begitu jauh dan memerlukan
waktu yang tidak singkat. Menimbulkan
tanda tanya, mengapa jejak kaki tersebut
E k s o t i s | 327

seperti hanya berjalan di atas pasir laut,


bukannya di atas tanah hutan.

Tidak terhitung berapa jejak yang sudah


Ellery dan Azof lewati, yang pasti mereka
sudah jatuh, sampai-sampai tidak mengenal
keberadaan sekarang. Selama membuntuti,
mereka berjalan dengan penuh keyakinan,
tapi kini keyakinan itu tergoyah kecil, setelah
melihat jejak yang mendadak terputus,
persis menjadi lapang kosong berpasir
tandus. Jejak terpotong itu seperti terpotong
dengan sengaja, layaknya tidak ingin siapa
pun mengetahui keberadaannya dari
pemiliknya. Ellery dan Azof sempat
kebingungan, mereka berhenti tepat di depan
gua. Gua itu duduk diam di pinggir
berbatuan pantai, dan miliki lorong
sederhana sebagai pintu masuk, dan
sepertinya itu hanya bisa dilalui manusia
dan hewan kecil, tidak dengan seekor kuda.
Jika dipikirkan lagi, mestinya kuda-kuda itu
akan berada di depan gua, dan lebih pastinya
lagi Ellery dan Azof dapat melihat pasukan
kuda tersebut. Tapi nyatanya tidak, mereka
berdua tidak melihat apa-apa.
328 | E k s o t i s

Chapter 38: Dinding

T
idak terhitung berapa jejak yang sudah
Ellery dan Azof lewati, yang pasti
mereka sudah jauh, sampai-sampai
tidak mengenal keberadaan sekarang.
Selama membuntuti, mereka berjalan
dengan penuh keyakinan, tapi kini
keyakinan itu tergoyah kecil, setelah melihat
jejak yang mendadak terputus, persis di
lapang kosong berpasir tandus. Seperti
dipotong dengan sengaja, tidak ingin siapa
pun mengetahui keberadaannya. Ellery dan
Azof sempat kebingungan, mereka berhenti
tepat di depan gua. Gua itu duduk diam di
pinggir berbatuan laut, dan miliki lorong
sederhana seperti pintu masuk, dan
sepertinya hanya bisa dilalui manusia dan
hewan kecil, tidak dengan seekor kuda. Jika
dipikirkan lagi, mestinya kuda-kuda itu akan
E k s o t i s | 329

berada di depan gua, dan lebih pastinya lagi


Ellery dan Azof dapat melihat pasukan kuda
tersebut. Tapi nyatanya tidak, mereka
berdua tidak melihat apa-apa.

Mereka lanjut berjalan menggunakan insting,


berjalan jauh tidak menemukan apa pun.
Langkah mereka terhenti kembali, terhalang
oleh sebuah dinding batu besar. Dinding
tersebut sangat aneh, seperti dibuat oleh
seseorang, dan mengapa juga dibuat tepat di
tengah area, hingga menghalangi jalan.
Dinding batu tersebut berdiri kokoh,
memanjang dari tengah laut hingga
menyentuh tanah hutan, mengerikan. Dari
sisi laut, dinding tersebut terlihat berlumut
tebal, dan di sisi hutan, dinding tersebut
berubah menjadi hijau sebab tertutup
tanaman jalar. Tapi anehnya, di tanaman
jalar tersebut hanya ada satu jenis bunga,
mawar merah. Memiliki ranting panjang juga
duri banyak, berselimut daun-daun kecil
dengan bulu halus, seperti tangkai mawar
pada umumnya. Kejanggalan besar terlihat
di sana, dinding beserta seluruh yang
menempel padanya memiliki warna, seperti
tidak mengalami apa yang dialami Gala
sekarang.
330 | E k s o t i s

"Bunga ini seperti bunga yang disimpan oleh


Mama." Ellery mendekati bunganya, tetapi
tidak menyentuh apalagi memetik.

"Ya, ini sangat mirip dengan yang mama


simpan. Tapi kenapa begitu banyak dan
berwarna?"

"Mungkin-kah mawar yang disimpan mama,


merupakan salah satu bagiannya?" Ellery
bertanya balik.

"Mungkin saja seperti itu." Azof juga


mempunyai banyak pertanyaan di dalam
kepala.

"Menurutku ini sangat mengagumkan,


bagaimana bunga dapat tumbuh sebesar dan
secantik ini, di tempat yang tak layak. Dan
bagaimana juga seluruh Gala tidak pernah
mengetahuinya?" Ellery mengatakannya,
karena mengingat tingkah Lizzo yang
menyembunyikan bunga mawar. Bunga-
bunga itu besar serupa ukuran angsa
dewasa, tetapi itu masih ukuran biasa.
Terdapat satu bunga mawar terbesar di sana,
sebesar sampan kecil nelayan, terletak di
tengah-tengah dinding bersanding indah di
antara mawar lain. "Apa sesuatu yang besar
E k s o t i s | 331

telah terjadi dahulu? Antara mawar dan


Gala?"

"Mari cari tahu!!"

"Hm, setuju!"

Perempuan berkulit manis itu berlari melihat


sekeliling tembok, "Azof, bukankah ini terlalu
rapi jika disebut tanaman liar?" Ellery
mengatakannya bukan tanpa sebab, karena
memang tanaman itu tumbuh dengan sangat
rapi.

"Iya, seperti seseorang tinggal di dekat sini,


dan merawatnya. Ayo cari di sekeliling
terlebih dahulu."

"Aku akan mencari di sisi hutan, dan Azof


sisi dekat laut," Ellery berjalan pada
tujuannya, dan Azof juga berjalan mengikuti
arah perintah.

Ellery memeriksa dindingnya dengan


saksama, dan tidak menemukan sesuatu
yang salah, hanya sebuah pembatas biasa.
Tidak puas dengan itu, matanya terus
berkeliling mencari petunjuk, dia melihat:
langit, pohon, lalu rumput. Dapat.
332 | E k s o t i s

Rerumputan liar itu banyak menyimpan


kayu-kayu panjang, yang memiliki tubuh
berujung runcing, juga menonjol ke atas,
seolah menjadikannya sebagai jebakan atau
pun pagar. Berjejer rapi tanpa adanya celah,
membuat siapa saja yang melewati akan
tertancap juga tergores. Seseorang harus
terbang dan melompat agar bisa sampai, di
seberang.

Ellery memundurkan diri dan kembali pada


titik awal, dia melihat Azof yang masih
menelusuri area sekitar pantai. Dikarenakan
pekerjaannya yang sudah selesai, dia
menghampiri Azof, barang kali dia bisa
membantunya di sana.

Azof berjalan di antara perairan dangkal,


mencoba mengitari dinding yang ujungnya
tidak mencapai tengah laut. Dia berpikir itu
adalah satu-satunya cara, untuk dapat
menerobos masuk. Azof cukup yakin untuk
mendekatinya, karena air yang dangkal. Dia
mencoba mendekatinya perlahan. Namun,
baru saja dia melangkah, dan air sudah
menenggelamkan seluruh pinggangnya itu,
sontak dia ternganga, pupil matanya
E k s o t i s | 333

mengarah ke bawah dan menemui sebuah


lubang besar, berwarna hitam gelap layaknya
jurang. Sangat dalam, dan Azof hampir saja
mencicipinya.

Pria itu segera membatalkan niat dan


berbalik badan, mendapati Ellery yang sudah
menginjak perairan. "Ellery?"

"Kenapa dengan wajahmu, Azof?" tanya


Ellery setelah melihat wajah Azof yang
tampak tidak baik-baik saja."Sebaiknya kita
keluar dari perairan ini," tegas Azof menarik
Ellery keluar. "Di sana berbahaya."

"Berbahaya??"

"Ehem, sebuah jurang menganga di dalam


laut." Jawab Azof sembari berjalan
berbarengan dengan Ellery. Perempuan itu
tidak membantah, dia mempercayai Azof dan
ikut ke darat.

Tiba-tiba cahaya keluar dari tas kecil Ellery.


Mereka berdua terkejut olehnya, segera
mungkin mereka membuka kenop kancing
itu, pintu masuk tas Ellery. Dilihatnya
sebuah tabung berisi smeraldo yang
membentang cahaya terang. Dibawa tabung
334 | E k s o t i s

itu ke atas di tangan Azof. Mereka melongo


memandang, cahaya yang dikeluarkan
smeraldo kini lebih terang dari sebelumnya.
Cahaya itu mendatangkan warna baru dalam
Gala: charcoal, hitam, putih, dan warna
lainnya yang termasuk dalam monokrom.
Smeraldo membuat Gala kini jauh dari kata
membosankan, sekarang Gala sangat
menakjubkan. Namun, keajaiban tidak habis
begitu saja, cahaya smeraldo yang
membentang memengaruhi bunga mawar
terbesar, di dinding itu. Cahayanya memutar
kelompok sang bunga, membuat lumut-
lumut kecil bergoyang, dan tanah sedikit
bergetar. Dinding tinggi nan besar itu
membelah. Satu dinding menerobos air laut,
lalu sisanya yang berhias tangkai rambat,
menerjang hutan pasak mematahkan
ranting-ranting ramping. Dinding itu seperti
gorden teater yang terbuka, tenang dan tidak
tergesa.

Menakjubkan. Dinding itu menampilkan


keindahan, yang amat baru di mata Ellery
juga Azof. Walau dilihat dari jauh, semua
yang ada di dalam begitu jelas dipandang,
semuanya seperti di kekuasaan lain, area itu
memiliki warna dan sangat lengkap. Pohon-
E k s o t i s | 335

pohon besar tumbuh baik di sana, di


bawahnya terdapat rerumputan lebat
menutupi tanah, banyak hal menakjubkan di
sana. Namun, cukup sunyi karena hanya
ada kuda liar saja, nan jumlahnya 'tak
terhitung itu. Akan tetapi, sesuatu membuat
perhatian yang besar, sampai terpaku
karena kecantikannya, aurora. Aurora hadir
di dalam sana, memancarkan warnanya ke
penjuru langit hingga masuk dalam air.
Aurora tersebut berwarna biru bersanding
bersama hijau, khas. Warna itu tetap jelas
walau di siang hari.
336 | E k s o t i s

Chapter 39: Itu Siapa?

P
enasaran. Ellery dan Azof masuk
melewati dinding yang membelah. Lalu
setelah mereka berhasil masuk,
dinding besar itu kembali tertutup, terentak
keras menciptakan guncangan kasar dengan
suara menggelegar. Menakutkan, semua
kuda mengangkat kepalanya, berhenti
memakan rerumputan dan menoleh pada
arah dinding berdiri. Menatap Ellery dan Azof
dengan tatapan penuh intimidasi. Para kuda
berjalan mendekat mengitari keduanya,
tidak ada celah membuat ketakutan cepat
datang menghampiri. Keributan terjadi,
suara bising tercipta. Para kuda berhenti
membuat jarak, selepas dekat dengan Ellery,
Azof. Sehabis itu kuda terbesar seperti kuda
waktu itu, terus berjalan mendekat.
E k s o t i s | 337

Tidak disangka, Azof pun ikut berjalan maju


mendekati Sang kuda. Mata mereka saling
mengunci, perlahan tangan Azof mengudara
amat perlahan menyentuh wajah kuda,
setenang mungkin dia melakukannya, agar
tidak menyebabkan kerusuhan. Azof
menempelkan jidatnya pas dengan jidat Sang
kuda. Cukup lama, dia seperti berbicara
melalui batin diri mereka sendiri, tapi yang
pasti itu adalah cara Azof meredam
kemarahannya.

Hati-hati Azof melepas tangannya, beralih


pada tangan Ellery dan menggenggamnya.
Ellery hanya diam tidak berkata. Takjub
akan sesuatu yang Azof lakukan.

Azof menggandengnya, lalu sedikit demi


sedikit memundurkan tubuh sang kuda,
membuat gerombolan itu cacat. Benar saja,
ketika kuda paling besar memundurkan
tubuhnya, para kuda lain bergeseran
mempersilakannya untuk berjalan. Perlahan
gerombolan mulai terbelah, semua kuda
memisahkan diri memecah kerumunan,
termasuk kuda terbesar itu.
338 | E k s o t i s

"Huh." Hela napas Azof setelah keluar


gerombolan. Misi menemukan Sia masih
berlaku sampai dia memutar tubuh kuda.

Mereka berdua berjalan mundur dengan


langkah penuh kewaspadaan, tanpa
memalingkan pandangan dari para kuda.
Mereka berjalan terbalik, takut akan kuda
yang kembali mendekat. Melangkah dan
melangkah menelusuri jalan berbatu. Jalan
yang dimulai dari awal masuk sampai tidak
tahu ujungnya, karena kabut asap. Kabut
asap tebal menutupi area, area tidak jauh
dari tempat para kuda tadi. Ayunan langkah
tetap bekerja, mengantarkan mereka pada
siluet besar yang terlihat dari dalam kabut.

"Apa itu?" tanya Ellery merapatkan alis.

Langkah membawa mereka pada sebuah


rumah layaknya istana kecil, berwarna hitam
kental ber-ornamen jaring laba-laba di setiap
sudut. Selain jaring laba-laba, banyak sekali
bunga mawar yang merambat, menghiasi
tembok batu. Istana itu tersusun dari
banyaknya batu besar yang bersatu,
membuatnya tampak alami membaur
dengan alam, estetika.
E k s o t i s | 339

Mereka berdua tiba di depan pintu istana,


selanjutnya Ellery mencoba untuk mengetuk
pintu, mencari keberadaan manusia di
dalam sana. "Halo?" sapa Ellery berbarengan
dengan tangan yang memukul daun pintu.

"Apa ada orang??" ujar Azof setelah tidak


kunjung mendapat jawaban.

Tok

Tok

Tok

Tidak ada perubahan atau pun hasil, tidak


ada orang yang membuka pintu. "Sepertinya
memang tidak ada orang." Ellery menyatakan
pendapat.

"Tapi, bagaimana kalau kita coba masuk ke


dalam?"

"Ya, barangkali kita akan menemukan


seseorang, dan menanyainya."

Mereka membuka pintu istana dan


memasukinya, tidak lupa setelah masuk,
mereka menutup pintu kembali. Betapa
takjubnya mereka, kala melihat isi dari
340 | E k s o t i s

istana yang tampak megah, besar dan luas.


Setiap sudutnya terdapat sebuah lilin
sebagai sember penerang. Semuanya
berwarna, membuat ternganga.

"Wahhh." Ellery takjub.

"Siapa yang mempunyai ini semua?" tanya


Azof penasaran.

"Halo?" Ellery mencoba menjawab


pertanyaan Azof, dengan cara mengetes
apakah ada orang lain di sana. Suaranya
langsung menggema, menyebar ke seluruh
ruangan.

"Seluruh ornamen dalam sini berwarna."

"Seperti kita."

"Mencurigakan."

Saat sedang membicarakan ornamen ruang


istana, mendadak suara entak kaki
terdengar, semakin jelas dan keras, seperti
melangkah menghampiri Ellery dan Azof.
Mereka panik, bergegas mencari tempat
persembunyian. Untungnya ada vas besar di
sana. Mereka memanfaatkannya untuk
dijadikan tempat persembunyian,
E k s o t i s | 341

meringkukkan tubuh, mengintai dari


belakang dinding sofa, agar terhindar dari
ketahuan. Seseorang berdiri lama di sama,
menoleh lambat melihat sekeliling. Menatap
penuh kecurigaan, sepertinya ia merasa ada
yang aneh, mungkin mengganjalnya,
keberadaan Ellery dan Azof.

Setelah melihat tidak ada kecurigaan, ia


pergi meninggalkan ruangan, berjalan ke
ruang lain. Secara kompak Ellery dan Azof
mengikuti orang itu, pemilik rumah.

"SIA?" batin keduanya, dan secara tidak


sengaja mereka menoleh bersama, menatap
manik mata satu sama lain.

"Ayo." Kata Azof sangat rendah, seperti


berbisik.

Mereka membayanginya dengan mengendap-


endap, bertindak pelan tanpa menimbulkan
suara, sulit agar membuatnya senyap.
Menjadi bayangan, ternyata mengantarkan
mereka pada sebuah ruang peristirahatan,
yang tampaknya adalah kamar. Keduanya
mengintai dari dekat pintu masuk, terlihat
bahwa sosok itu berdaun telinga berkelopak
bunga, yang berarti juga salah satu anggota
342 | E k s o t i s

dalam Gala. Mengejutkan. Jenis bunga yang


dimilikinya ialah mawar merah, bunga yang
diyakini Gala sebagai buruk rupa.
Bentuknya sama indah dengan yang Lizzo
simpan, juga yang berada di dinding. Namun
anehnya, kelopak mawar terlihat memiliki
bercak darah yang mengotori. Ditambah lagi
tingkah aneh dari sang wanita, sangat gila. Ia
mengoyak kasar telinganya dengan tangan
sendiri, seperti mencoba melepaskannya.
Tapi untungnya, akar bunga merekat sangat
kuat, jadi tidak mudah tercabut setelah
diperlakukan kasar. Akan tetapi, tindak
tingkahnya mengakibatkan akar di lehernya
terlihat lebih jelas, berwarna hitam pekat.

Awalnya Ellery dan Azof akan diam


membiarkan. Namun, selepas diperhatikan
wanita itu semakin menjadi. Ia kukuh dan
tidak berhenti mengaruk, yang senyatanya
sulit terkupas.

"Sia?!!" teriak Ellery meski tidak tahu pasti


siapa wanita itu, tapi Ellery yakin bahwa ia
adalah seseorang yang dicarinya.

Gadis itu spontan berhenti mengaruk,


memutar tubuh ke belakang mencari asal
suara. Ia menoleh, sontak wajahnya yang
E k s o t i s | 343

cantik tertangkap seseorang, Ellery dan Azof.


Ia terkejut sekaligus marah, bagaimana
orang asing bisa memasuki wilayahnya.
Sekarang ia benar-benar tertangkap, Sia
terungkap. Telinga yang berlumur darah,
rambut rapi terurai ke atas, dia merogoh
kantong kecil di punggungnya, menatap
Ellery dan Azof penuh kecurigaan. Merasa
terintimidasi, Sia mengambil pisau panjang
miliknya, yang menempel di belakang
panggung.

"Siapa kalian?!" sentak Sia kesal. Sia


menodongkan bilah pisau menggunakan
kedua tangan. Sama seperti kejadian di tepi
laut, hanya saja kini posisi Sia jauh dari
mereka, berjarak beberapa langkah.

"Kami dari Gala, mencarimu!" seru Ellery.

"Gala?! Aku tidak ingin berurusan lagi! Lebih


baik kalian pergi dari sini! Sebelum aku
berlaku kasar!!" Penuh amarah Sia
mengatakannya.

"Tenanglah terlebih dahulu. Kami hanya


ingin ...." perkataan Ellery yang tidak
terselesaikan.
344 | E k s o t i s

"PERGILAH SEKARANG!" ujar Sia


meninggalkan keduanya, dengan amarah
yang mengganjal.
E k s o t i s | 345

Chapter 40: Bayi Kecil

A
zof berujar tiba-tiba, "Sia, bayi kecil
yang di tepis oleh Gala, benar?" Hal itu
menyebabkan Sia menghentikan laju
berjalannya, tapi tidak menoleh.

"Kamu tumbuh begitu baik di sini, apa tidak


ingin kembali pada tempat dulu?" tanya
Ellery.

"Buang kemarahanmu, dan mari bicara baik-


baik." Tutur Azof.

"Gala dalam kekacauan sekarang, aku yakin


Sia dapat membantu." Ellery mencoba
meluluhkan hati Sia.

Tangan Sia mengepal setelah mendengar itu,


napasnya memburu berat, dia berkata
dengan nada rendah, "Pergilah."
346 | E k s o t i s

"Mari bicarakan masalahmu dengan Gala


terlebih dahulu, dan setelahnya kita beralih
ke masalah yang Gala alami sekarang.
Mungkin ini sangat menyakitkan untukmu,
di asingkan selama belasan tahun, dan baru
ada yang mencari sekarang. Datang dengan
tujuan tertentu, pasti sangat
menjengkelkan." Ellery mencoba
mengurutkan semuanya terlebih dahulu.

"Egois." Sia masih menggunakan suara


rendahnya.

"Bukan hanya itu tujuan kami mencarimu,


kami juga ingin, membawamu ke Gala dan
menjadi bagian dari mereka kembali."
Dengan ramah Ellery mengatakannya.

"Aku sudah muak dengan semua ini, pergi


dari sini! Dan jangan pernah datang
kembali!" Sia tidak menatap Ellery dan Azof
ketika berbicara.

"Gala menginginkanmu." Azof kembali


mengejutkan semuanya.

"Gala tidak menginginkanku!!" sentaknya


dengan sangat keras.
E k s o t i s | 347

"Mungkin terjadi kesalahpahaman dahulu,


kita bisa mencari kebenarannya bersama."
Ellery mengulurkan kedua tangannya,
bersiap-siap kala Sia mau menerima
ajakannya.

"Kamu tidak akan mengerti!" Sia mencoba


membantah.

Ellery melangkahkan kakinya 2 langkah ke


depan, "Bagaimana aku bisa mengerti, jika
Sia tidak mau menceritakannya."

Mendadak Sia melepas mantel yang


menutupi lengan dan dadanya. Mengejutkan,
kenyataannya Sia menyembunyikan sesuatu
yang besar, di dibalik mantel tersebut.
Bukan kulit putih cantik yang menjadi
sorotan, melainkan kulit bercorak bulu halus
menyakitkan, seperti bulu-bulu daun mawar.
Bukan cuma itu, duri juga terlihat di sana,
jumlah duri terlihat lebih sedikit dari jumlah
bulu halus. Bulu-bulu tersebut hampir
menutupi seluruh permukaan kulit, tetapi
duri-duri hanya berjumlah beberapa, dan itu
menyebar.

"Lihatlah sekarang! Apa sudah mengerti?!"


Sia menatap Ellery. "Keputusan Gala untuk
348 | E k s o t i s

membuangku adalah keputusan yang paling


tepat! Aku tidak pantas hidup dengan
mereka-mereka yang memiliki
kesempurnaan!! Tidak ada yang bisa
kubanggakan untuk diriku sendiri, menatap
diri dari pantulan air pun rasanya ‘tak
nyaman, aku tahu apa yang orang rasakan
ketika melihatku!!"

"Yang kamu lihat dalam air itu sebenarnya


tanggapan orang-orang padamu!" sentak
Azof yang tampak tulus.

Ellery sempat terdiam sejenak, dan kembali


bergerak. Berjalan mendekati Sia, "Kamu
begitu cantik."

Melihat gerakan Ellery yang mendekati


dirinya, Sia pun langsung menodongkan
pisau kecil, yang membuat Ellery terkejut
hingga memundurkan tubuh, takut akan
bilah pisau yang nantinya menyentuh
dengan nakal. Segera Azof mendekat, tetapi
niatnya tersebut gagal terlaksana. Azof
berhenti, kala melihat tangan Ellery yang
perlahan menggapai tangan Sia. Ellery
memeluk tangan Sia yang mengepal keras
memegang pisau, Ellery memeluk tangan Sia
E k s o t i s | 349

dengan telapak tangannya. Sempat terkejut,


tapi Ellery tidak ingin memperlihatkannya.

"Turunkan senjatamu." Ellery berupaya


meluluhkan hati Sia.

Seketika Sia terjatuh, dia juga merintih


kesakitan, seperti mengekspresikan keadaan
daun telinganya. Memang, keadaan bunga
mawar Sia sudah sangat memprihatinkan.
Runtuh, terhitung 2 kelopak jatuh dari
tempatnya. Sia mengelus ragu daerah daun
telinga, tampak sangat menyakitkan. Warna
bunga mawarnya pun sedikit memudar.
Terlihat warna kelabu 'tak sempurna di
bagian tubuh kelopak merah. Akan tetapi,
yang dikhawatirkan ialah mawar Sia juga
akan ikut berubah, seperti bunga-bunga
yang ada di Gala, begitu pun warna sekitar.
Keadaan Sia buruk, dia terduduk lemas di
atas dinginnya lantai.

"Sia, apa yang terjadi denganmu?" tanya


Ellery mengikuti Sia, menemaninya di bawah
sana. Ingin sekali Ellery membantu, tapi dia
tidak tahu cara apa yang harus dilakukan,
untuk masalah ini. Ellery juga baru melihat
hal tersebut, kelopak jatuh dari tempatnya.
Dia merasa, bahwa keadaan Sia sangat
350 | E k s o t i s

kacau, kerusakan yang dialami daun


telinganya begitu parah, rasa sakitnya sudah
mendalam.

Sia tidak menjawab, dia hanya


memperhatikan rasa sakitnya. Sia ingin
bangkit, tapi rasa sakit memperdayakannya.
Dia hanya bisa menahan dan berdiam. Azof
ingin memindahkan posisi duduk Sia, tapi
Sia tidak mau. Mau bagaimana lagi, Ellery
dan Azof tidak bisa berbuat apa-apa, mereka
hanya bisa mengikuti keinginan Sia. Mereka
berdua duduk bersama menenangkan gadis
mawar. Namun, yang dilakukan Sia itu
terlampau batas, telapak tangannya terus
mengibas-ngibas area daun telinga, layaknya
menampar. Membingungkan, di saat dirinya
di puncak permasalahan, kelakuannya tetap
saja menggila. Sia kembali mencoba melepas
kelopak-kelopak bunga yang lain, sampai
semuanya benar-benar lepas, pikirannya
sudah terpatok. Sebenarnya Sia sudah tahu,
konsekuensi apa yang didapat dari
perbuatannya itu, sakit. Akan tetapi, Sia
tetap gigih ingin menyingkirkan bagian yang
dirasa kecacatan. Menurutnya, dengan
lepasnya semua mahkota mawar, dia dapat
memasuki Gala.
E k s o t i s | 351

Ellery memegang tangan Sia, mencegahnya


melakukan hal bodoh itu. Ellery
menggenggam erat-erat, meski tangan Sia
terselimut bulu-bulu kecil menyakitkan. Sia
terus memberontak kala tangannya di
pegang, kelakuannya semakin agresif
membuat keadaan bertambah panik dan
bingung. Azof berniat untuk menggotong
paksa Sia, selanjutnya membawa Sia ke
kursi besar dalam ruang. Akan tetap, Ellery
langsung membantah perbuatan Azof. Ellery
memberi kode dengan menggelengkan kepala.
Beruntungnya, Azof berada di belakang
punggung Sia, sehingga Ellery dapat mudah
dalam menyampaikan kode isyaratnya.

Azof mengurungkan niatnya, dan Ellery


mengambil tindakan mulia, memeluk tubuh
Sia yang banyak meronta. Sia seakan
menolak, tapi Ellery berjuang memeluk
dengan tulus. Rasanya aneh, tubuh Ellery
seakan tertusuk jarum-jarum kecil.
Meskipun demikian, Ellery tidak melepas
pelukannya, dan tidak membuat gerak
mencurigakan, dia tenang seolah tidak ada
penghalang.
352 | E k s o t i s

"Kenapa gadis kribo ini diam saja? Apa tidak


merasa aneh setelah memelukku?" batin Sia
heran. Perlahan dia bersikap tenang.
Pelukan Ellery mencairkan es di lubuk Sia,
menyentuh dengan lembut dan memberi
kehangatan.
E k s o t i s | 353

Chapter 41: Pulang?

A
khirnya Sia kembali normal, dia
terdiam dalam pelukan Ellery, air
matanya jatuh perlahan membasahi
pipinya yang halus, menghanyutkannya
sangat jauh hingga tenggelam. Sia
membendung banyak air mata, di dalam
kantung kecil matanya. Ellery merasakan
perasaan Sia sekarang, dia menepuk-nepuk
bahu berduri kecil tersebut, hati-hati dan
penuh kasih sayang. Tidak mau terlihat jelas,
Sia menutup matanya rapat-rapat dan
menangis diam. Ellery dan Azof tidak berkata
apa-apa kala itu, hanya diam dan akan
berbicara ketika waktunya sudah tepat, dan
keadaan sudah membaik. Selama tubuh Sia
dalam dekapan Ellery, dia terlihat tidak
mempunyai tenaga, kosong.
354 | E k s o t i s

"Sia bisa menceritakan semuanya padaku,


dengan perlahan." Ujar Ellery setelah di rasa
tangisan Sia sudah lama.

Seperti sebuah sihir, dengan mudahnya Sia


menceritakan apa yang dialaminya sekarang,
menangis disebabkan oleh kondisi, dan
beberapa hal lainnya. Selama Sia hidup,
tidak ada seorang pun yang mau dan berani
untuk menyentuhnya, berdekatan pun
orang-orang akan pergi menjauh. Tapi
berbeda dengan Ellery, dia malah mendekat
dan berbincang, bahkan hingga memeluk.
Semua itu sangat berarti untuk Sia, hal yang
disangka tidak akan bisa didapatkannya,
kini terwujud. Sebuah kehangatan
didapatkannya sekarang.

"Terima kasih ...." Hampir saja Sia


menceritakan semuanya, tapi dia kembali
menghentikan perkataannya. Dia bangkit
berdiri. Membuat Ellery dan Azof ikut
bangkit.

"Apa rasanya lebih baik?" tanya Ellery sambil


mengangkat tubuhnya ke atas, berdiri.

Lagi-lagi Sia tidak menjawab, dia


meninggalkan Ellery dan Azof, dengan kepala
E k s o t i s | 355

yang menunduk ke bawah. Langkahnya yang


penuh ketegasan tidak terlihat lagi. Kepala
yang mendongak ke atas memperlihatkan
pesonanya yang kuat, kini hilang. Sia tidak
mempunyai tenaga. Tatapannya hanya
melihat lantai rumah yang hitam,
menyembunyikan matanya yang berair. Sia
pergi menuju ruang lain dalam sana. Sia
memasuki ruang tersebut, dan sesegera
menutup pintu.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"


tanya Ellery pada Azof.

"Sekarang kita keluar dari sini terlebih


dahulu, duduk di luar menunggunya di
sana."

"Baiklah." Sebenarnya Ellery masih ingin


berada di sana, tidak ingin terlalu jauh dari
Sia.

Lalu Ellery dan Azof pergi keluar, duduk di


tangga kecil pintu masuk rumah. Duduk
hingga sangat lama, mereka tidak bisa
melihat waktu dan suasana. Tidak ada jam
sebagai petunjuk waktu, ditambah lagi
dengan suasana yang ada di sana. Dua
warna yang selalu mewarnai langit di sana,
356 | E k s o t i s

buru dan hijau, warna aurora. Mereka tidak


tahu bahwa keadaan sudah malam. Tapi
untungnya tubuh merasakan, Ellery dan
Azof tidur. Meski tidak nyaman dan dingin.
Tidak ada pilihan lain, mereka
membutuhkan tenaga cukup untuk esok
hari.

Waktu berlalu. Tubuh Ellery dan Azof


terbangun dengan sendirinya, sebab tubuh
sudah merasa cukup tenaga. Seperti
rutinitas awal di pagi hari, mata mereka
terbuka perlahan, dan uap kecil keluar dari
mulut. Ellery dan Azof memulihkan nyawa
sebelum memulai misi kembali. Walaupun
keadaan masih terlihat sama, tapi keduanya
merasa, bahwa pagi telah datang.

"Pagi Azof!!" sapaan penyemangat.

"Pagi juga Ellery!" jawab Azof tidak kalah


bersemangat.

Mereka menilik sekitar, barangkali atau


sesaat yang lalu Sia keluar. Tapi nyatanya
tidak, kehadiran Sia tidak terbaca. Biarpun
terdapat jendela sebagai penghubung ke
E k s o t i s | 357

dalam juga jalan mengintai, tapi mereka


tidak melakukannya, bertujuan menjaga
privasi Sia. Hal tersebut juga tidak sopan jika
dilakukan, mengganggu ketenangan
seseorang. Mereka menjaga mata dan jarak
dari keberadaan jendela.

Ellery dan Azof membuang banyak waktu di


luar, hingga menemui kejenuhan. Namun,
kejenuhan hanya mampir sebentar, pintu
rumah Sia terbuka lambat oleh angin,
membuat keduanya dapat melihat ke dalam.
Tidak di sengaja, mereka melihat seorang
balerina menari dengan sangat indah, tepat
di bawah sebuah sinar. Penari tersebut
memakai gaun yang sangat panjang, dan
terlihat seperti payung mengembang ketika
diputar. Ia menari dengan indah. Sangat
sunyi, tidak ada suara musik sebagai
peneman tari. Bibir Sang penari juga hanya
diam tertutup, tidak mengeluarkan melodi-
melodi ringan, apalagi syair yang
mengandung banyak makna. Wajahnya tidak
berekspresi, hanya datar yang terpampang.
Gaun hitam yang dikenakannya juga diam
tidak bersuara, dan berayun tenang. Tidak
ada orang lain di dalam rumah itu, hanya
ada Sia. Berarti yang 'tak lain dan bukan
358 | E k s o t i s

orang lain, adalah Sia. Sia menari dalam


rumahnya sendiri tanpa seorang penonton.
Entah apa yang melandasi pikirannya,
hingga dia menari.

Mereka berdua melihat tarian Sia hingga


terselesaikan. Awalnya hanya mata Ellery
dan Azof yang memandang, tapi sekarang
mata Sia juga ikut memandang, mata mereka
saling dipertemukan. Tatapan Sia tetap sama,
penuh kecurigaan juga tidak biasa.

"Mari pulang ke Gala, bersama-sama kita


akan menari di pulau indah itu." Bujuk
Ellery sebagai percakapan pertamanya,
setelah beberapa waktu berlalu.

Lagi dan lagi, Sia tidak menjawab. Akan


tetapi, untungnya kali ini Sia langsung pergi.
Tampak penyesalan di raut wajahnya yang
datar, penyesalan yang sepertinya tidak
dapat terungkap. Sia berdiri mematung.

"Keluarlah." Ajak lembut Ellery.

Sia tidak menyetujui akan ajakan itu, dia


masih tidak mau keluar dari sana. Sia hanya
E k s o t i s | 359

berdiri mematung pada tempatnya, dan


pintu rumah tiba-tiba tertutup sendiri. Angin
berembus lebih dingin, menyentuh kulit
tubuh Ellery dan Azof. Keduanya hanya
mampu menghela napas, mencoba sabar
mengertikan posisi Sia.

"Apa yang harus kita lakukan untuknya?"


tanya Ellery cemas.

"Lebih baik menunggunya keluar dengan


sendiri."
360 | E k s o t i s

Chapter 42: Aurora

S
etelah sekian lama duduk menunggu
di luar tanpa kepastian. Saat-saat di
mana yang dinantikan mereka pun
ter-tunai. Pintu rumah Sia terbuka, bukan
ulah angin maupun hal tertentu. Pintu
benar-benar terbuka oleh tangan Sia sendiri.

"Masuklah." Sia mengatakannya dengan


nada rendah.

Ellery dan Azof terkejut, sempat tidak


menyangka bahwa Sia akan berbicara pada
mereka. Namun, mereka tidak ingin berlama-
lama lagi di luar, mereka pun segera masuk
setelah mendapat ajakan. Ketiganya duduk
di kursi besar dalam sana. Suasana tampak
sunyi dan canggung, semuanya diam tidak
bersuara. Mengejutkan lagi, Sia yang
E k s o t i s | 361

membuka obrolan dari ketiga orang tersebut,


membukanya dengan bercerita.

"Aku seorang pendosa ...," Ujar Sia yang


mengejutkan Ellery dan Azof. "Semua
kejadian ini berhubungan denganku."
Tuturnya lagi dengan tatapan yang
mengarah pada tangannya, yang bertumpu
pada paha tertutup gaun hitam longsor.

"Apa yang membuatmu berkata demikian?"


tanya Azof sedikit melongo.

"Ya memang semua ini salahku." Sia tampak


merasa bersalah.

"Apa Sia bisa menceritakan semuanya


terlebih dahulu?" tanya Ellery.

"Masa itu, ide yang menurutku sangat bagus


datang dalam pikiran; membuang semua
kelopak yang menempel pada daun telinga.
Diri ini pun melaksanakan pemikiran
tersebut, selama beberapa hari. Pikiran
dibutakan olehnya, rasa sakit yang begitu
dalam 'tak terlalu terasa olehku. Setiap hari,
bahkan setiap saat aku mencoba melepas
kelopaknya satu persatu, hingga seperti ini,"
Sia meraba halus daun telinganya.
362 | E k s o t i s

"Sebelumnya aku tidak merasakan apa-apa,


sebelum kondisi separah ini. Warna akar
pada leher bertambah pekat menjadi hitam,
membuat corak mengerikan, sepertiku.
Sering kali melihat wajah ini di kubangan
yang sangat besar, tepi laut. Tapi tidak bisa,
aku melihat bahwa diriku ini terlihat lebih
mengerikan, dari sebelumnya. Amarah
membuatku semakin bertekad, untuk
membuang semua kelopak-kelopak ini.
Entah memakai tangan kosong maupun
dengan benda tajam, pisau atau pun
pedang." Sia tetap menunduk.

Ellery dan Azof mendengarkan cerita Sia


dengan baik, tanpa menyalahnya. Lalu cerita
Sia kembali berlanjut, "Hari demi hari
terlewati, kondisi kelopak mawarku semakin
memburuk, dan aku masih berusaha
membuang semuanya. Semakin aku
berusaha, semakin buruk kondisi mawarku.
Kukira hanya keadaan saja yang memburuk,
tapi nyatanya salah dan keadaan sekitar ikut
memburuk, maksudku Gala."

"Apa maksud dari semua itu?" tanya Ellery


serius.

"Kekacauan Gala." Jawabnya singkat.


E k s o t i s | 363

"Berarti Sia adalah pusat?" tanya Ellery


spontan, "Maksudku, Sia berhubungan
dengan Gala?"

"Sebab mawar itu?" Azof menambah


pertanyaan.

"Ya, ‘ku pikir seperti itu. Saat itu keadaan


kelopak bunga ini sangat parah, akar-akar
di leher menambah panjang juga pekat. Dan
di momen itu sekalian, mendadak semua
warna di tempatku berkerlap-kerlip, karena
panik sekaligus bingung, aku pergi menuju
gala secara mengendap-endap. Lalu sesuatu
yang mengerikan terjadi, semua warna
hilang kala itu, tepat pada langkah
pertamaku hari itu ...."

Azof menemukan kejanggalan dari perkataan


Sia, dia bertanya, "Hari itu? Apakah
sebelumnya pernah datang ke Gala?"

"Beberapa kali," Sia jujur pada Ellery dan


Azof, "Semuanya tampak normal saja selama
beberapa hari ke belakang, semua warna
masih terpampang jelas di mana-mana."

"Sebelum semua pembicaraan ini berjalan


jauh, aku ingin bertanya. Siapa yang
364 | E k s o t i s

membantu Sia selama ini, dari lahir hingga


sekarang?" Ellery bertanya, mungkin saja dia
dapat petunjuk dari jawaban Sia.

"Aurora adalah ibuku." Lalu Sia menjelaskan


semuanya secara terperinci dan jelas. Dari
sejak kedatangan Sia dalam hutan,
semuanya sudah ter-gambarkan, langit
begitu cerah menyambut kedatangannya.
Aurora tampak begitu jelas, dengan bintang-
bintang menghiasi tubuhnya. Udara 'tak
sedingin biasanya, berbeda dengan malam
yang sudah berlalu. Rerumputan bergoyang
seirama, seolah menerima kehadirannya.
Tampaknya semua suka. Terlebih lagi,
aurora sangat menjaga Sia, menetralkan
udara dingin, dan memunculkan begitu
banyak bintang sebagai peneman Sia kecil.
Terkadang aurora bernyanyi untuk
menemani tarian Sia.

Sesuatu yang dikatakan Sia pasti


mengejutkan Ellery dan Azof.

"Aurora? Si cantik yang selalu menari di


angkasa?" tanya Azof.

"Ya, dia selalu menemani dan menjagaku."


Jawab Sia tersenyum tipis.
E k s o t i s | 365

"Apakah Aurora marah?" tanya Ellery dengan


volume rendah.

"Sepertinya begitu." Suara Sia terdengar


lebih lemah.

"Ini hanya pendapatku. Sia barusan bilang,


semua elemen hutan termasuk aurora
berbuat baik, di malam dirinya dilahirkan.
Sepertinya, mereka senang akan keindahan
bunga mawar milik Sia, dan menerimanya
sebagai anggota keluarga baru. Namun Sia
mencoba menghilangkannya, dan beberapa
sudah berhasil di singkirkan. Semuanya
marah karena itu, dan aurora
menghilangkan semua warna dalam Gala.
Apakah benar?" Azof memberi simpulan, dan
Sia menanggapi pertanyaan tersebut dengan
anggukan kepala.

Sunyi terpampang nyata setelah itu.

"Apa ada cara untuk memperbaiki


kelompoknya, Sia?" tanya Ellery.

"Antahlah."
366 | E k s o t i s

"Angkatlah kepalamu, Sia." Ucap Ellery yang


melihat Sia terus menunduk ke bawah.

Sia mengangkat kepalanya perlahan,


menuruti perkataan Ellery.

Lalu mereka mengobrol bersama, walau rasa


ke tidak nyaman-an terasa dari aura Sia.
Tapi itu wajar baginya. Meski seperti itu
obrolan tetap berjalan lancar, tanpa adanya
masalah. Berdiskusi hingga sebuah
pemikiran datang. Mereka berencana untuk
menumbuhkan kelopak-kelopak Sia, yang
telah berkurang jumlahnya. Biasanya, bunga
memerlukan matahari untuk bisa tumbuh
mekar sempurna, dan mereka pun
berpendapat, bahwa bunga yang Sia miliki
dengan bunga-bunga yang lain sama,
memerlukan cahaya matahari. Kebingungan
sempat memengaruhi hati Sia, dia tidak ingin
mawar itu tumbuh di daun telinganya, tapi
dia juga merasa bersalah, mau tidak mau
harus menumbuhkannya kembali.

Begitu mendapat kesetujuan dari Sia,


mereka pun langsung menjalankannya.
Keluar dari tebok besar dan duduk di bawah
E k s o t i s | 367

sinar matahari, seharian di sana hingga


matahari berpulang. Benar saja, keadaan
mawar bertambah baik, kelopaknya segar
dan mengembangkan. Sayangnya, keadaan
tidak memungkinkan untuk mendapatkan
kelopaknya dengan cepat. Ada saat-saat di
mana bulan menggantikannya. Mereka
bertiga harus kembali ke rumah Sia.
Kegiatan itu akan tetap berlanjut selama
surya terpancar, dan akan berhenti sampai
semua kelopak mawar lengkap.
368 | E k s o t i s

Chapter 43: Berlubang

H
ari demi hari berganti, dan kini luka
Ellery sudah tidak ada, sembuh.
Matahari membantunya,
menyinarkan cahaya dan mematikan
kelopak. Kelopak yang tumbuh di telapak
kaki Ellery mengering, dan dapat terlepas
dengan mudah. Semesta terlalu
menyayanginya, hingga melakukan hal
tersebut untuknya. Lalu di hari yang berlalu
itu, mereka bertiga konsisten akan
pemulihan kelopak mawar. Berjemur sampai
semua kelopak benar-benar kembali pulih.
Selama itu, Ellery dan Azof selalu berusaha
membuat Sia berbicara, juga bermain
bersama merekatkan hubungan. Susah
sekaligus canggung kala mengobrol dengan
Sia, sikapnya yang cuek lagi dingin
membuatnya sulit didekati, mungkin karena
E k s o t i s | 369

Sia juga tidak tahu caranya mengobrol,


sebab tidak terbiasa. Tapi untungnya, semua
kerja keras Ellery dan Azof tidak terbuang
begitu saja, sedikit demi sedikit Sia mau
membuka mulut dan berbicara. Tidak apa-
apa walau hanya beberapa kata, terpenting
Sia sudah menunjukkan rasa nyamannya
sedikit. Perkembangan Sia tidak hanya
sampai di sana, hari ke hari sikapnya
semakin membaik. Kecanggungan nyaris
hilang dari dirinya, kini perbincangan
dengannya sudah semakin panjang.

Lalu sampailah mereka pada saat yang


menggembirakan, kelopak Sia hampir
sepenuhnya sempurna. Semuanya membaik,
hubungan ketiganya kini berubah drastis,
akrab. Mereka mengobrol dan tertawa
bersama.

"Kamu sangat cantik, Sia." Tutur Ellery kala


melihat Sia tertawa, dengan rambutnya yang
terus bergoyang, mengikuti guncangan angin
sekalian gerak tubuh. Sia sangat cantik kala
itu, bibirnya tersenyum lepas dan matanya
menyipit, Ellery tidak berbohong.

"Ellery adalah yang pertama mengatakannya,


terima kasih." Sia tersenyum lebih lebar.
370 | E k s o t i s

"Sama-sama!" Ellery membalas senyuman


Sia. "Senang rasanya, kelopak Sia akan
lengkap dan sempurna!"

"Hm, tersisa satu hari untuk besok!" ujar


Azof bersemangat.

"Besok Gala akan pulih," Sia seperti tidak


sabar. "Kegelapan sir-" ucap Sia yang
tercegah oleh munculnya warna kelabu, di
salah satu kuda hitam miliknya.

Salah satu kuda milik Sia mengalami


perubahan warna, persis di hadapannya.
Awal mula hanya berkedip-kedip. Namun,
setelah dibiarkan lama kuda itu bertukar
sepenuhnya, menjadi kelabu dan berbeda
dari yang lain. Mencolok.

Sia sangat cemas akan itu, dia berlari


kencang menghampiri kudanya.
Meninggalkan Ellery dan Azof, juga obrolan
yang belum usai. Lalu setibanya di hadapan
kuda kelabu, Sia langsung membelai juga
memeluknya. Dia khawatir tentang keadaan
salah satu temannya itu.

"Warnanya!" ucap Sia disela belainya


terhadap kuda.
E k s o t i s | 371

"Warna kelabunya mencapai rumah Sia,"


tutur Azof yang sudah berada di belakang
gadis mawar. Untungnya mereka bertiga
sedang mengobrol di halaman rumah Sia,
jadi mereka melihat sangat jelas tentang
kondisi di sana.

"Benar! Kondisi ini sudah sangat parah!"

"Bagaima-" kata Sia yang lagi-lagi terpotong,


kali ini terpotong oleh suatu yang
mengerikan. Seluruh area rumah bertukar
dan menjadi warna monokrom, yang tadinya
kelabu hanya satu, kini beberapa. Namun,
itu sangat tidak menyenangkan, sebab air
dan aurora juga ikut berubah. Sinar aurora
lenyap.

"AURORA!" teriak Sia menyaksikan


lenyapnya sang ibu.

Ellery dan Azof tidak berkata apa-apa.


Mereka mencoba memberi Sia waktu untuk
'tak diganggu, mereka membiarkannya
menangis, mendiamkan Sia sendiri cukup
lama dan menghampirinya . Di samping itu,
Ellery dan Azof berpikir keras mengenai
warna ini, mengapa menyentuh rumah Sia?
Jika memang benar semua berhubungan
372 | E k s o t i s

dengan Sia, berarti perlu dibicarakan.


Namun, kini kelopak Sia hampir sembuh,
kelopaknya sampai akhir mahkota, tapi
kenapa keadaan Gala menambah buruk, ini
tidak baik.

Layaknya pusat terbesar pulau megah, Gala.


Sebuah sinar merah anggun terpancar dari
bawah laut, sangat terang tapi tidak
menyilaukan, sinarnya begitu besar mampu
menerjang lebatnya hutan, mencapai kota.
Cahaya dengan mudah menarik pupil mata.
Ellery, Azof, dan Sia terkejut tapi takjub,
mereka berlari cepat ketepian melupakan
kuda. Berlarian sangat cepat untuk
memastikan, entah itu keajaiban atau
malapetaka. Gala sungguh mengerikan.

Setibanya di batas perairan, spontan


ketiganya melepas sandal rotan, menyelam
bersama dalam air bercahaya itu. Dilihatnya
sebuah batang panjang milik bunga mawar,
dari atas hingga dasar batang itu terpenuhi
oleh jutaan bunga, menempel beraturan
indah layaknya ber-penjaga. Semua bunga
itu, dari yang besar hingga kecil, dari yang
tidak berduri dan berduri, semuanya
memiliki warna beragam. Akan tetapi,
E k s o t i s | 373

warnanya tidak sempurna seperti akan luruh.


Namun, yang lebih mencengangkan ialah
warna kelopak yang terus berkelap-kelip,
seperti ingin padam. Pertanyaan yang
pertama kali muncul adalah, "Mengapa para
bunga bertumbuh di sana?"

Bersama kegigihan dan kekuatan dalam


berenang, mereka berhasil mengepakkan
tangan mencapai batang. Mereka mencapai
dasar pulau, mengitari batang besar mawar.
Terpampang akar besar kepunyaan mawar,
dan dapat diperkirakan bahwa bunga itu
sudah tumbuhan amat lama, ia berusia tua.
Dari bawah mereka mencoba
memperhatikan saksama, warna dan spesies
bunga di tubuh tangkai mawar yang beragam,
tidak ada yang sama. Tidak terhitung jumlah
seluruh bunganya. Jenisnya pun beragam,
hampir seluruh bunga cantik dalam Gala ada
di sana. Tapi meskipun terdapat banyak
spesies, mereka menjadi satu. Mereka
dipersatukan oleh tangkai mawar yang
sangat besar. Semua bunga ada dalam
pengawasan tangkai mawar. Selain itu,
smeraldo tersebar di penjuru batang,
374 | E k s o t i s

bercahaya halus membuat normal kondisi


dasar laut, memudahkannya untuk di selami.

"Bunga-bunga?" ucap Ellery dalam hati.

Mereka bertiga terus berkeliling mengitari


bunga. Sebentar, dan Azof langsung memberi
kode untuk sama-sama pergi, ke darat lalu
membicarakannya. Memberi kode cepat-
cepat juga Azof beralaskan tujuan, Azof
khawatir salah saru mereka akan tumbang
di dalam air, karena menyelam di kedalaman
tanpa alat pembantu.

Sesampainya di dataran kering tepian laut,


Azof menyampaikan tanggapannya.
"Seluruhnya berlubang," Azof menyibak
rambut keritingnya yang ringan, "Banyak
kerang menggerogoti batang ranting tersebut,
dan mungkin itulah penyebabnya."

"Tapi tumbuhan apa itu?" Sia sangat bingung.

Di keramaian bangunan penduduk Gala,


terdapat sebuah bangunan besar, rumah
bagi banyaknya buku. Perpustakaan pulau.
Di sana terdapat berbagai jenis buku, dari
pengetahuan hingga sejarah atau apa pun,
semuanya tersedia. Perpustakaan Gala
E k s o t i s | 375

menyediakannya. Namun, satu buku yang


paling menyangkut dari pertanyaan Sia,
ialah buku yang berjudul "FOR SOMEDAY"
oleh Sela Indiana. Dalam lembar ceritanya,
penulis tidak menuliskan aksara, ia hanya
menggambarkan saja menggunakan cat air.
Digambarkan sebuah tangkai raksasa,
dengan beribu-ribu jenis bunga berwarna
cantik, terlihat juga beberapa warga dengan
khas bunga cantik di daun telinga,
semuanya tersenyum dan bunga-bunga
tampak berseri. Sama seperti saat ini, dalam
tangkai raksasanya terdapat satu bunga,
yang tumbuh sangat besar dari pada bunga-
bunga yang lain, mawar merah. Mawar besar
tersebut duduk di tengah keramaian warga,
dan smeraldo berpencar menyebarkan
cahaya kecilnya yang indah. Selain itu,
terdapat beberapa penduduk Gala di sana,
lengkap dengan bunga yang melekat pada
daun telinga, semuanya bergandengan di
sana. Terlihat juga beberapa warga yang
memiliki kelopak mawar, beberapa. Hasil
dari coretan cat air itu terlihat sangat hangat,
semuanya bersatu menciptakan rasa
tersebut.
376 | E k s o t i s

Ketiganya langsung melontarkan argumen


dan saling menghubungkan. Dari diskusi,
mereka sama-sama menyatakan bahwa
bunga-bunga indah dalam laut sebagai
kumpulan, dari semua bunga yang ada
dalam Gala, dan hanya memiliki satu macam
dalam satu individu. Setiap kelahiran baru di
Gala, otomatis bayi akan mendapatkan
bunga cantik di daun telinganya. Jika ada
spesies bunga baru tumbuh, berarti bunga
tersebut tidak hanya tumbuh di daun telinga,
melainkan di tubuh mawar dalam laut itu.
Namun, pertumbuhan di daun telinga dan di
tangkai raksasa berbeda, pertumbuhan akan
lebih cepat tubuh di tangkai raksasa. Jikalau
seseorang sudah tidak bernyawa, dan bunga
yang dipunyainya layu dan mengering
perlahan, tapi tidak dengan di sana. Bunga
yang sudah menempel di tangkai raksasa,
tidak akan mati dan mengering, kecuali hal
tertentu yang tidak terduga, lalu tidak akan
lagi muncul atau ada dalam daftar jenis
bunga, untuk kelahiran bayi baru Gala.
Mereka bertiga menyimpulkannya secara
matang-matang, juga yakin akan simpulan
ini.
E k s o t i s | 377

Selanjutnya, setelah diskusi berakhir


simpulan, mereka bertiga langsung sepakat
memulai tugas, menyelam kembali dan
menyembuhkan tangkai mawar, yang
walaupun mereka tidak tahu kapan akan
terselesaikannya itu. Tangkai mawar
memiliki banyak cabang dan sangat panjang,
menyulitkan. Jumlah mereka hanya tiga
sedangkan bunga-bunga berjumlah ribuan,
pastilah akan sangat memakan waktu.
Melelahkan, tapi itu yang harus dilakukan
ketiganya sekarang, jika tidak mereka lalu
siapa lagi.

Sebelum menyelam kembali, mereka


memikirkan solusi untuk membuat batang
membaik, tidak berlubang. Dan
beruntungnya Azof mengerti dan tahu cara
merawat tanaman, dia pun memberikan
arahan pada Ellery dan Sia. Mencari pohon
kelapa terdekat lalu mengambil sabut-
sabutnya. Berhubung tidak ada pohon yang
tumbuh di dekat mereka, alhasil harus
mencarinya lebih jauh. Azof mendapatkan
peran sebagai pemanjat pohon, dia akan
mengunduh pohon kelapa dan
menjatuhkannya ke bawah. Sementara
Ellery dan Sia mengambili semua serabut
378 | E k s o t i s

buah tersebut. Sudah sedikit lama mereka


bertiga berada di sana, dan sabut kelapa
yang terkumpul juga sudah sangat banyak.
Tidak ada kantung besar atau pun wadah
yang bisa digunakan, untuk menampung
serabutnya. Ellery dan Sia hanya
mengandalkan bawahan gaun yang
dikenakannya saja, dan Azof juga tidak bisa
membawa banyak. Walaupun mereka sudah
banyak membuat wadah dari daun pohon
kelapa, tapi tetap saja merasa kurang. Tidak
mau pusing mereka bergegas pergi, menuju
tempat di mana tanaman raksasa itu hidup.
Segera menyelam dan mengobati tubuh
tangkai. Mereka menempelkan sabut itu
pada tangkai bolong dan mengikatnya,
menggunakan daun-daun panjang yang
tumbuh dalam hutan, yang dirasa kuat
untuk urusan tali menali. Hebatnya, selama
mereka di bawah sana, pernapasan tidak
terlalu berat seperti air pada umumnya,
tidak biasa.

Mereka terus menali dan menali hingga


sabut kepala habis, sementara sabut yang
mereka bawa tidakkah sebanyak itu. Jadi,
mereka harus ke atas dan mencari sabutnya
kembali. Mereka melakukan hal tersebut
E k s o t i s | 379

selama berkali-kali, hingga 'tak terhitung.


Kelelahan tampak jelas dari wajah mereka.

"Semangat, kita pasti bisa!!" Ellery berusaha


menyalakan api yang hampir padam.
"Selama kita bekerja keras dan kompak, kita
pasti akan mendapat hasil sesuai!!"

Mendengar kata penyemangat, Azof serta Sia


tersenyum dan semangat berkobar lagi.

Mereka bertiga terus mengulang tanpa henti.


Akan tetapi, sepertinya tangkai raksasa
tersebut sanggatlah luas, lubang-lubang
seperti tidak ada habisnya. Saat tenaga
Ellery dan yang lain hampir habis karena
terlalu banyak naik turun air, sesuatu
bermunculan dari atas atau dataran kering.
Saat itu ketiganya di dalam air, jadi sesuatu
itu tidak dapat terlihat jelas, seperti rabun.
Lalu banyak sosok mulai terlihat jelas saat
air terguncang, mereka melihat banyak
orang terjun ke dasar laut, seraya membawa
sabut kelapa di genggaman tangan. Orang-
orang tersebut menempelkan sabutnya ke
tubuh tangkai raksasa yang berlubang,
seperti yang dilakukan Ellery dan lainnya.
380 | E k s o t i s

Merasa bingung, mereka bertiga naik ke


permukaan. Mengejutkan, terlihat banyak
orang di sana, dari yang memiliki bunga di
daun telinga sampai tidak. Mereka semua
bekerja ramai-ramai, ada yang bertugas
mencari sabut, menyelam, dan lainnya.
Ekspresi ketiganya kini terkejut, dan lebih
parahnya lagi. Mereka melihat ekspresi
seluruh warga yang terkejutnya melebihi
mereka. Hampir seluruh yang berada di sana
melongo membuat tanda tanya. Sia pun
merasa tidak nyaman olehnya. Saat Ellery
hendak membuka mulutnya, tiba-tiba
sapaan keras dari mulut seseorang terdengar
begitu jelas, dan menggema membuat
mulutnya tertutup kembali.

Setelah itu, semuanya memberi sapa ramah


lewat tepuk tangan. Terlihat akur dan damai,
permusuhan di antara keduanya seperti
menghilang, Sia dan Gala. Mereka bekerja
sama membangun Gala kembali, menutup
batang yang berlubang, mereka saling bahu-
membahu, dan pekerjaan itu sangat cepat
terselesaikan.
E k s o t i s | 381

"Ellery!" teriak Lizzo. Dia berlari


menghampirinya, dan disusul langkah
Joanna dari belakang.

"Aku benar-benar merindukan kalian!"


Joanna melepas pelukan, dia menepuk
bangga pundak Azof.

Azof menanggapi Joanna hanya dengan


tersenyum. Sedikit rasa bingung masih
menghantui pikirannya.

"Dia benar-benar mawar." Lizzo terlihat


kagum melihat parasnya.

"Wujud aslinya benar cantik." Joanna


melempar pujian tulusnya.

"Dia adalah Sia, gadis berkelopak mawar!"


ucap Ellery tegas memperkenalkan Sia
kepada semua.

Semua orang berkumpul di depan rumah Sia,


membicarakan masalah yang pernah terjadi
sangat lama dahulu. Mereka saling meminta
maaf dan berjanji akan menghargai satu
sama lain. Di sana juga Sia mengungkapkan
sesuatu.
382 | E k s o t i s

"Aku ingin meminta maaf kepada semuanya,


atas kekacauan yang telah banyak
kuperbuat." Pengakuan Sia di depan umum.

"Memangnya apa yang kamu lakukan Sia?"


tanya Joanna mewakili yang lain.

"Duri beracun itu. Aku mencabut duri dari


tubuh ini, dan menyebarkannya di Tasela tak
beraturan, membuat seseorang terluka."

Sontak semua orang terkejut akan


pernyataan itu, bagaimana Sia bisa
melakukannya. Apalagi sampai mencabut
durinya sendiri untuk perbuatan itu, yang
justru akan membuat dirinya sendiri menjadi
sakit. "Aku juga memberikan racun pada
duri kecil itu,"

"Tapi kenapa Sia melakukannya?"

"Dan kenapa pula hanya penari yang


terbilang paling cantik saja?"

"Semua karena rasa iri yang ada dalam


hatiku, aku ingin mereka tidak tampil dan
mendapat banyak perhatian." Dari suaranya
terasa bahwa Sia menyesali perbuatannya.
E k s o t i s | 383

"Aku mengerikan itu, Sia" Lizzo memeluk


tubuh Sia yang berhias duri. "Maaf, karena
dahulu kita membenci dan menepiskanmu,"

Ellery juga melebarkan senyumnya, dia


memaafkan Sia dengan segala perbuatan
tidak terpujinya, dan dia menjawab, "Baiklah,
aku memaafkanmu!"

Sia mengangguk.

"Apakah Sia ingin pulang? Ke Gala, tinggal di


sana?" tanya serempak semua orang.

Mata sia melolong, air matanya menetes


membanjiri pipi, dia mengangguk antusias.
Sia ingin pulang dan hidup dengan banyak
orang, meski dia harus berjauhan dengan
aurora. Seperti merestui, aurora muncul
perlahan kala itu, menghiasi langit.
Semuanya tampak senang melihat
keindahan aurora, begitu juga Sia, dia dapat
tinggal bersama di dalam Gala.

"Akhirnya semua ini terselesaikan." Syukur


Ellery dengan suara kecil seperti berbisik
pada Azof, dia juga tersenyum.
384 | E k s o t i s

"Semua masalah ini selesai." Azof membalas


senyum Ellery.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"


tanya keduanya berbarengan.

"TASELA!!" seseorang meneriakkannya.


"Mari kita rayakan kegembiraan ini di sana!"
katanya bersemangat.

Sebelum pergi meninggalkan hutan, Sia


melambaikan tangannya pada aurora, dan
diikuti semua orang. Ini bukan
perpisahannya dengan aurora, Sia akan
tetap pulang ke rumah dulu, walau hanya
sebentar. Lalu semuanya berjalan bersama
memasuki hutan, bertahap masuk area
pemukiman. Membereskan kekacauan dan
menggelar pertunjukan besar di siang hari.
Namun, sebelum itu mereka menyiapkan
semuanya dulu, dari mulai kerusakan
barang-barang dan lain-lain, semua
membersihkan; seluruh warga Gala, juga
warga pulau tetangga. Dari peristiwa
melelahkan itu, pengunjung Gala terus
meningkat drastis. Rata-rata dari mereka
ingin melihat gadis mawar menari, di atas
teater terbesar dari teater mana pun,
sekaligus rasa saling menghargai.
E k s o t i s | 385

Chapter 44: Akhir

P
agi berganti Siang, area Gala kini
pasak terpenuhi oleh pendatang.
Untungnya Gala sangat ulas, hingga
mampu menampung banyak pendatang dari
pulau luar. Ketika Azof sedang mencari
tempat duduk untuk dirinya menonton,
mendadak dia mendapatkan sesuatu.
Seseorang menepuk punggungnya halus. Ia
adalah Asa-ibunda Azof. Rupanya Asa, suami,
beserta lainnya datang ke Gala.

"Mama! Papa!" sesegera Azof memeluk kedua


orang tuanya. Lalu mereka banyak
mengobrol dan bersenda gurau.

Sementara Ellery, dia sedang menemani Sia


di belakang teater. Ellery menunggu
persiapan Sia, khawatir bahwa dia masih
386 | E k s o t i s

tidak terbiasa dengan orang lain. Namun,


saat semuanya hampir dimulai, kala posisi
Sia tepat di hadapan tirai, tiba-tiba dia
memundurkan tubuhnya. Kalimat tidak
ingin menari sempat terucap dari mulutnya,
menari di depan beberapa orang saja belum
pernah, apalagi di dengan banyak orang, Sia
menjadi sangat gemetar. Ellery mencoba
menguatkan Sia dengan cara menggenggam
tangannya, tapi Sia tetap tidak ingin tampil.
Ellery tidak ingin menghancurkan harapan
orang tentang ingin melihat Sia, dan dia juga
tidak ingin sia terus bersembunyi. Alhasil
Ellery mengambil langkah yang melibatkan
dirinya sendiri, yaitu menari bersama
menemani Sia. Cukup lama sia mengambil
keputusan, dan akhirnya dia mau. Sesegera
mungkin Ellery berganti pakaiannya
melaraskannya dengan yang Sia kenakan,
ballerina dress lengkap dengan sepatunya
yang cantik.

Selepas selesai berpakaian, dan hendak


tampil. Ellery mendekati Joanna, "Nona,
terima kasih atas bantuanmu."
menyerahkan smeraldo padanya.
E k s o t i s | 387

"Sama-sama ...," perkataan Joanna


terpotong. "Te-terima kasih banyak, karena
banyak membantu Gala, aku tidak tahu jika
tidak ada Ellery dan Azof, bagaimana jadinya
Gala nanti, terima kasih!" matanya berkaca
dan memeluk Ellery.

Sesegera Ellery membalas pelukannya,


"Sama-sama, Nona. Tidak perlu seperti itu."
Ellery tertawa kecil, agar Joanna tidak terlalu
serius.

"Kamu sangat cantik, Ellery!" Joanna


melepas pelukannya.

"Terima kasih, Nona!" kemudian Ellery


meninggalkan Joanna dan menghampiri Sia.

Ellery berjalan menghampiri Sia, dan


bertanya sesuatu padanya, "Siap?"

Ellery dan Sia menari dengan sangat indah,


setiap gerakannya mengandung makna,
mereka benar-bebar indah, menarik semua
perhatian dari Gala, dan itu merupakan
kebanggaan tersendiri. Mereka menari
diiringi lagu Black Swan, dari mulut
Smeraldo yang terbuka lebar. Walaupun
bentuk bunganya kecil, suara yang
388 | E k s o t i s

dihasilkan smeraldo begitu kencang, hingga


duduk penonton terjauh pun berhasil di
gapai. Ketiganya berhasil membuat penonton
terperangah, oleh kecantikan dan keindahan
yang mereka tampilkan. Semuanya duduk
diam tanpa mengobrol, menghormati dan
menikmati tampilan. Dan di saat yang
berbarengan, warna-warna Gala kembali lagi,
sangat menakjubkan seperti ombak, warna
itu terus merambat memengaruhi benda
terdekat, membuatnya ikut berwarna. Kini
Gala seperti semua. Tidak. Kini Gala jauh
lebih indah dari sebelumnya, Gala mendekati
makna sempurna yang sebenarnya.

TAMAT
E k s o t i s | 389

TENTANG PENULIS

Sela Indiana & Seli Indiani-penulis pemula,


yang lahir pada 5 Maret 2008, di kota
Cirebon. Warna favorit Sela adalah ungu,
lebih tepatnya ungu lembut menyerupai
coklat dan pink. Sedangkan Seli, ia
menyukai warna abu-abu dan kuning,
seperti hujan dan mentari, hangat lagi
lembut.

Kami berdua mengikuti beberapa


ekstrakurikuler di sekolah, seperti pramuka,
seni, dan mading. Kami juga bergabung
dengan berapa komunitas literasi (online).
Alhamdulillah, kami memiliki banyak teman
yang menyenangkan, dan itu sangat
membuat kami senang.

Terima kasih untuk semua yang ikut terlibat


di sini. Terutama untuk Seli Indiani. Kata-
kata apa yang harus diucapkan, untuk
mengungkapkan terima kasih yang besar ini,
dan permohonan maaf yang bagaimana lagi
yang harus diekspresikan. Terima kasih
banyak Seli, dan Sela meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
390 | E k s o t i s

Sebelum mengakhiri ini, Sela


ingin memberitahu. Tarian Ellery yang
terakhir menggunakan lagu ‘Black Swan'
oleh BTS, tapi melodi yang digunakan
bukan melodi asli lagu tersebut. Melodi
yang digunakan seperti yang ada pada
video Youtube dengan judul video, “BTS
‘Black Swan' Art Film Performed by MN
Dance Company”.

Salam

Sela Indiana & Seli Indiani

Wattpad: @hoLaWorld05

Anda mungkin juga menyukai