Eksotis (Script Novel) B
Eksotis (Script Novel) B
Eksotis (Script Novel) B
EKSOTIS
PENERBIT:
AKSARA JINGGA
Email: support@aksarajingga.com
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH
Cirebon
Sela Indiana
E k s o t i s | 21
Chapter 1: Saweetie
D
i suatu tempat di tengah laut,
terdapat sebuah pulau yang sangat
indah. Berbentuk hati juga berwarna
merah jambu, seperti gumpalan kapas
mengapung di atas laut. Pulau itu bernama
Saweetie, tempat di mana orang berkulit
putih tinggal, tidak ada warna hitam. Pulau
ini sangat kecil, hanya dihuni kurang lebih
300 jiwa saja. Letaknya juga terpencil,
sehingga keaslian dan keberagamaannya
tetap terjaga, belum tersentuh orang luar.
Hening sejenak.
"Siapa namamu?"
S
ampai suatu hari, Ratu Helen melihat
pria pujaannya duduk berduaan
bersama Ellery, di bangku taman.
Seketika hatinya menjadi panas dan
pikirannya ke mana-mana. Dia merasa
cemburu, tidak bisa berpikir positif. Bergegas
pergi dan tanpa sengaja menabrak penyihir
tua. Dia terkejut, sekaligus takut.
"Ada apa?"
"Buah telle?"
"Tapi ...."
"Siapa itu?"
"Dasar moster!"
"Menjijikkan!"
"Jelek!"
"Monster mengerikan!"
E k s o t i s | 37
"Aku takut!"
E
llery bersembunyi cukup lama, dia
terlalu takut untuk mengintip apalagi
pergi keluar.
P
erlahan, mata sang pria mulai terbuka.
Ia beranjak duduk dibantu Ellery.
Ellery tahu bahwa tubuh pria itu
masih basah kedinginan, dan tidak mungkin
akan cepat kering jika hanya mengandalkan
cahaya matahari. Secara sigap dia
mengumpulkan beberapa ranting, untuk
dijadikan api unggun
"Itu cukup."
"Umm ...."
"Enak kan?"
"Mataya?"
"Ya."
"Kenapa sedih?"
"Tidak."
48 | E k s o t i s
"Ya."
Keheningan sejenak.
"Kejadian buruk?"
---------
Chapter 5: Pulang
"Sekarang, apa tujuanmu Azof?”
"Pulang,"
"Kamu ingat?"
"Tidak apa."
Chapter 6: Mataya
M
ataya, pulau dengan keindahan
yang terpampang nyata, nyaris
sempurna. Penduduk mataya
memiliki warna kulit dan bentuk rambut
yang beragam, tidak ada perbedaan, mereka
saling menghargai satu sama lain. Namun,
kebanyakan dari mereka memiliki warna
kulit mongoloid, mereka juga sangat
menyukai warna sawo matang, mereka
terlihat sangat cantik nan eksotis.
"Kenapa berhenti?"
"Lanjutkan."
"Baik, Mama."
"Ya?"
E k s o t i s | 67
A
zof yang mendengar hal itu langsung
mengeluarkan kata-kata dari
mulutnya, "Aku dan Ellery tidak
memiliki hubungan khusus, kami hanya
teman."
"Caranya?"
"AAAAAAAAA!!!"
"Aku juga."
76 | E k s o t i s
"Aku juga."
Chapter 8: Penyihir?
E
llery bercerita kepada Azof, "Kemarin
saat di pesta. Seseorang mengajak ku
berbicara, dia memberi tahu ku cara
mengembalikan kulit ini, menjadi semula."
"Kamu yakin?"
"Kami juga!"
"Kami juga!"
"Kami juga!"
"Syukurlah."
"Au!"
"Tidak,"
"Apa benar?"
"Mungkin ikan,"
"Tapi ...,"
E k s o t i s | 91
P
enyihir memutar tubuh, tampak
sebuah senyum sinis dari bibirnya,
seperti mengetahui sesuatu.
"Terima kasih!"
“Memangnya apa?”
“Ya,”
“Memangnya apa?”
“Kunci itu?”
D
alam kotak, terlihat satu tangkai
bunga anggrek dengan dua cabang
merekat. Di setiap cabang, terdapat
satu bunga yang tumbuh. Bunga itu
memiliki kelopak yang besar dan segar,
seperti bunga pada umumnya. Bukan cuma
itu, kotak tersebut juga menyimpan sebuah
foto sepasang pria dan wanita yang saling
berpegangan tangan, sangat mesra dan
hangat. Bibir yang tersenyum lebar juga ikut
menghiasi foto, terlihat bahagia, yang
menarik perhatian adalah, tangan Sang
Wanita yang memegang anggrek ungu.
"Ehem."
S
ementara itu, waktu berjalan sedikit
lambat. Tampak Ratu Helen sedang
memandangi kotak dari belakang. Dia
membuka kotak itu dengan hati-hati, meraih
bunga anggrek-nya. Gembira. Ratu
membawa bunga tersebut ke dalam
ruangannya , lalu mencoba menyelesaikan
parfum abadi yang dulu 'tak pernah usai.
"Tapi ...."
Klik
E k s o t i s | 119
@aksarajinggacom
@hoLaWorld05
E k s o t i s | 121
M
ereka berdua mematung takjub di
sana. Ellery heran sekaligus senang
berada di saweetie, dia pulang. Di
sisi lain, Azof terkejut karena akan
keindahan Pulau Berkabut ini. Namun,
lamunan itu hanya bertahan sebentar,
setelah teriakan mengerikan terlontar dari
dalam gua, yang persis di belakang mereka.
"Ratu Helen?"
B
eberapa orang pergi pulang,
meninggalkan; Ellery, Azof, dan Ratu.
Sedangkan, sebagian warga lain
berdiskusi keras, akan tindakan yang perlu
dilakukan kepada ketiga orang ini. Mereka
memutuskan untuk mengurung ratu dalam
istana 'tuk sementara waktu. Sedangkan,
kepada Ellery dan Azof mereka putuskan
untuk mengikatnya pada kaki ramping
patung capung besar, atau yang kerap kali
disebut ikon Pulau Saweetie. Patungnya
berada di Long Garden, jantung pulau
tersebut.
"Benar."
"Ellery?"
E k s o t i s | 135
Show me off
E
llery dan Azof terdiam, mereka
termenung menatap satu sama lain
dengan penuh rasa heran, sekaligus
senang. Mata Ellery berbinar, dari sekian
lamanya, dia baru mendapat perhatian itu
kembali. Dia amat sangat senang,
senyumnya 'tak henti hilang, dia menangis
bahagia. Ditambah lagi dengan mendekatnya
seorang warga bersama buket bunga tulip
putih di tangannya. "Ini untukmu Ellery."
"Namun kenapa?"
"Tapi ...."
"Betul!"
S
emua orang pergi menuju istana,
tempat disembunyikan-nya sang ratu.
Ellery menunggu semuanya untuk
jalan terlebih dahulu, dan mengikutinya dari
belakang. Dia berjalan bersama Azof, dia
tidak ingin meninggalkan dan melupakannya.
Karena terlalu sibuk dengan warga Saweetie.
S
ekitar 7 hari Azof di saweetie, dia ingin
pulang, berjumpa dengan rakyat
mataya dan kedua orang tuanya,
rumah. Dia merasa harus segera pulang,
takut akan semua warga Mataya yang
menunggu. "Aku ingin pulang, tapi
bagaimana caranya, di luar saweetie sangat
berkabut?"
"Hati-hati!"
I
ni bukan akhir perjalanan Ellery,
perjalanan Ellery masih sangat jauh dan
panjang. Sekarang, dia sedang tour di
Pulau Bubble, menari dengan diiringi
suasana segar, berdampingan langsung
dengan beberapa gelembung berukuran
sedang. Ellery terlihat sangat percaya diri,
tidak ada lagi rasa malu dalam dirinya.
Tariannya sempurna.
"Kamu cantik."
"Duduk saja."
"Kamu mengenalku?"
"Aku juga."
B
eberapa hari berlalu, Ellery sudah
menyelesaikan tariannya di Pulau
Bubble. Ellery kini sedang menunggu
kedatangan sepucuk surat, yang akan
membuka perjalanannya menuju Tasela,
Gala. Akan tetapi, Ellery tidak ingin hanya
diam menunggu saja, dia pun akan
melanjutkan tariannya di pulau; Three,
Mataya, Fresh People, serta pulau-pulau
lainnya. Tujuan terakhir dan terbesar Ellery
adalah Gala, pulau terbesar dalam semua
benua. Letaknya jauh dari Saweetie, terpisah
antara 9 sampai 10 pulau. Ellery
menyelesaikan tournya selama 3 bulan, dan
kembali beristirahat di rumahnya, Saweetie.
Selama berbulan-bulan, Ellery masih belum
menerima satu pun surat dari Gala.
168 | E k s o t i s
Untuk Ellery...
S
aat Ellery sibuk memandang
keeksotisan Pulau Gala, mendadak
seorang lelaki berseragam rapi datang
menghampirinya. Lelaki itu berbicara pada
Ellery, "Halo Nona, Saya pegawai dari Gala!"
katanya sopan. "Mari saya antar ke Tasela!"
"Ya, boleh."
"Terima kasih."
182 | E k s o t i s
E
llery menunggu sabar, untuk Sang
Pelayanan dengan nampan berisi
secangkir kopi. Proses menunggu itu
sanggatlah tidak membosankan, banyak hal
yang dapat Ellery lakukan, salah satunya
ialah memperhatikan sekeliling. Sedari
menunggu, mata Ellery tidak habis
menangkap banyak hal, yang baru dilihatnya
dalam sekian lama dia membuka mata.
"Terima kasih!"
186 | E k s o t i s
"Baiklah, Mama!"
"Hmm."
190 | E k s o t i s
E
llery menyelesaikan urusan kecilnya
bersama secangkir kopi, sekarang
hasratnya sudah terpenuhi, dia
beranjak bangun dari kursi dan pergi setelah
membayar. Baru saja Ellery melangkah,
tidak jauh dari kursi juga tidak jauh dari
pintu, sebuah bahu menabraknya dengan
keras, bahu itu berasal dari seorang gadis
yang memiliki awak seusianya. Namun, Sang
Gadis menggunakan jubah besar yang
membalut penuh tubuh rampingnya,
sehingga Ellery tidak dapat melihat wajah
yang menabraknya barusan. Tapi itu bukan
masalah, persentuhan bahu bukanlah
sebuah kejahatan, kecuali itu murni
disengaja.
E k s o t i s | 191
"Baiklah."
"Menabrakmu?"
"Benarkah itu?"
"Sama-sama,"
E k s o t i s | 197
E
llery melanjutkan tujuan untuk
sampai di asrama. Ellery merasa
kebosanan sedikit demi sedikit mulai
melandanya, dan itu tidak boleh dibiarkan.
Dia mulai bermain sendirian, dengan cara
menghitung ubin batu yang muncul di
permukaan tanah rata. Ellery berjalan di
atas batu-batu tersebut, lalu tanpa disadari,
Ellery sudah berada di bagian batu terakhir,
tepatnya di depan pintu Asrama Tasela.
Pintu itu berdiri begitu tegak dan berani,
seperti tidak ada seorang pun berani
menyenggolnya, bahkan angin besar
sekalipun. Saat pertama kali sampai, hati
Ellery sangat bergembira, membuka gagang
pintu pun penuh senyum yang
memperlihatkan gigi. Di dalam sana, Ellery
mendapat banyak sambutan dari beberapa
E k s o t i s | 199
"Kami mengagumimu!”
Brak!
S
emuanya keluar mengenakan pakaian
yang berbeda-beda, sesuai dengan ciri
khas dari pulau sendiri. Terlihat
sangat mencolok, sedap dipandang.
Semuanya tampak berseri bahagia, terhadap
pelatihan pertama yang secepatnya akan di
mulai. Tujuan utama pelatihan ini adalah,
membuat mereka bersinar terang, dan lebih
istimewa dari para pegiat seni lainnya.
Mereka akan menari di atas panggung besar
Tasela, dengan keindahan seni di atas rata-
rata, dibarengi bantuan aura Tasela di
belakang mereka.
Kretek!
"Ellery!?"
"Ada darah!!"
"Mengerikan!"
T
ibalah Ellery dan semua orang di ruang
pengobatan. Sesegera mungkin para
perawat mengobati luka Ellery. Namun,
ketika hendak diobati, alangkah terkejutnya
mendapati sebuah kelopak bunga berwarna
merah indah, tertanam di telapak kaki Ellery.
Awalnya mereka tidak terkejut dengan hal
tersebut, mereka berpikir bahwa kelopak
tersebut hannyalah sebuah kelompok biasa
yang menempel, karena keringat ataupun
semacamnya, tapi saat meraih kelompoknya,
tiba-tiba Ellery merintih kesakitan. Bingung,
padahal mereka menyingkirkannya dengan
tangan kosong.
"Silakan, Nona!"
S
ang gadis terlihat begitu cantik,
membuat Ellery takjub dan
bersemangat untuk mengajaknya
berbicara. "Halo, aku Ellery!"
"Baiklah, maaf."
232 | E k s o t i s
P
erlahan Azof membuka lilitan perban
kaki Ellery. Membersihkan lukanya
dari serpihan batu kecil,
menyingkirkannya dengan lembut, agar
tidak menimbulkan rasa sakit. Akan tetapi,
suatu hal menyita perhatiannya. Azof
tampak heran sekaligus takjub, akan bunga
yang menempel pada telapak kaki Ellery.
Bunganya sungguh cantik dan mewah,
dengan mahkota besar berwarna merah.
"Selalu kuingat!"
"Ayo!!"
E
llery dan Azof berjalan mendekat,
suara obrolan itu mulai terdengar
samar-samar. Para petinggi itu
terlihat begitu serius sampai membuat Ellery
sedikit takut. Dan saat memperhatikan dari
tempat berdiri, tidak disengaja Joanna
melihatnya, dia bergegas melambaikan
tangan dan menyapa. Joanna menghampiri
dan memberi ajakan, bergabung dalam
obrolan. Ellery dan Azof menyetujuinya,
mereka ingin berdiskusi bersama, ingin
mengetahui isi dari obrolan serius itu.
Mereka juga berharap, bahwa akan ada
solusi yang di dapat dari diskusi ini, solusi
memperbaiki keadaan. Diskusi tersebut
memakan waktu yang cukup lama. Awalnya
mereka berencana menurunkan sebuah
perintah, melalui perantara alat yang dapat
E k s o t i s | 241
E
llery menarik semua manik mata
penduduk Gala, pastinya Ellery tidak
sendiri melakukannya. Ellery dan
Sang Lagu sukses di sana, mereka membuat
semua orang menoleh, dan keributan pun
mereda. Tapi bukan berarti Ellery
menghentikan tariannya sesuai tujuannya
tercapai. Ellery masih menari, dan
menyelesaikan tariannya hingga lagu itu
selesai, tidak menyisakan embelan melodi di
belakang.
"Terima kasih."
E
llery, Azof, Joanna, dan lainnya, kini
memikirkan solusi dan tindakan apa
yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Mereka berdiskusi, saling memberitahu
pengetahuan mereka, mengenai seseorang
yang memiliki kekuatan sihir hebat. Ada
pikiran untuk melakukan hal itu,
mengundang orang sakti untuk membantu
masalah ini. Tapi mereka berpikir kembali,
akan terasa aneh jika orang lain mengetahui
masalah ini, orang yang berada di luar Gala.
Apalagi jika orang tersebut ikut campur,
rasanya lebih aneh dan tidak nyaman.
Alhasil mereka tidak mengambil ide itu, dan
mencoba memikirkan jalan lain.
E
llery membuka kenop manis milik
pintu, dan ketika pintu tersebut
hampir terbuka sepenuhnya, dia
langsung disuguhkan oleh pemandangan
aneh dalam kedai. Jumlah pengunjung
masih sama seperti dahulu, tampak jelas
dari meja-meja yang terpenuhi. Dalam hati
Ellery berkata, "Dengan kondisi sekarang,
ternyata masih ada orang yang duduk di
sini."
"Ellery!"
L
izzo bingung mengapa Ellery bisa
mengetahui nama itu, dan bagaimana
Ellery dapat mengatakan kelopak
merah, dengan nama Sia sebagai elemen
utama keindahan kelopak tersebut. Karena
penasaran Lizzo pun menanyakannya, dan
betapa terkejutnya dia, setelah mendengar
jawaban, bahwa Ellery memiliki kelopak
tersebut di bawah telapak kakinya. Ellery
menceritakan semua kenyataan yang ada
pada Lizzo, tanpa mengurangi atau melebihi
apa pun, termasuk bagaimana awal mula
kelopak itu tumbuh. Lizzo terus mendengar
dan berpikir, mencoba menyambungkan
semua kejadian dalam pikirannya. Selama
Ellery bercerita, selama itu juga Lizzo
berpikir. Hingga saat-saat di mana Ellery
E k s o t i s | 273
Azof tersenyum.
E
llery dan Azof keluar dari Rumah Kopi
milik Lizzo, dan langsung dihadapkan
pada kecanggungan dunia luar. Rata-
rata penduduk Gala akan memberi
senyuman, pada setiap wajah yang saling
berhadapan. Namun, sepertinya
penampakan itu ‘tak akan ada lagi, karena
semua orang kini memasang wajah muram
penuh kesedihan, kepala mereka tertunduk
menghadap tanah menyembunyikan rasa
malu. Mereka berlalu lalang seperti biasa,
tapi suasana sekitar terasa hampa, seolah
tersihir mantra. Suara-suara obrolan senyap
menghilang. Semua orang bagaikan orang
asing, tidak mengenal satu sama lain,
rasanya mustahil. Gala benar-benar sunyi,
seakan hampir mati.
282 | E k s o t i s
E
llery semakin khawatir, dia bergegas
berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Berkeliling lama mencari keberadaan
Azof, dan semakin lama juga dia melihat
keanehan Gala. Pusing, bola matanya sedari
tadi mengambil warna abu, tidak ada warna
lain, kecuali pantulan cermin dari dirinya
sendiri. Mata Ellery seperti mata kucing,
hanya dapat menangkap beberapa warna
saja, terbatas. Namun, Ellery terus mencari
dan mencari tapi ‘tak kunjung dapat, dibuat
gila olehnya. Akan tetapi, keajaiban kembali
hadir, dia melihat Azof sedang duduk di atas
rerumputan dengan orang lain, terlihat
sedang membicarakan sesuatu. Orang yang
sedang mengobrol dengan Azof, tidak asing
menurut penglihatan Ellery, Joanna. Ellery
dapat melihat Azof dengan sangat muda,
E k s o t i s | 289
"Siap!!"
E k s o t i s | 303
E
llery dan Azof pergi berjalan menuju
hutan terlebat, kawasan Gala. Baru
saja beberapa langkah, tetapi kembali
terhenti kala Joanna berteriak memanggil.
Napasnya sedikit terengah karena berlari
kecil, dan begitu sampai dia merogoh
kantong pakaiannya yang lebar. Sesuatu
keluar dari sana, berbentuk tabung
transparan berisi smeraldo. Tabung bersama
bunganya itu, dia serahkan pada Ellery dan
Azof. Smeraldo yang sama seperti waktu
insiden besar terjadi. Joanna ingin Ellery dan
Azof menyimpannya selama perjalanan, bisa
jadi nanti berguna, mereka diizinkan
memiliki dan menggunakannya.
"Tapi Azof?"
"Baiklah!"
"Perbaiki kainnya?"
T
ak Tik Tuk
"Berlian."
Akh.
"Hm!!"
320 | E k s o t i s
E
llery dan Azof berusaha keras di sana,
mencoba melepas tali yang mengikat
tangan. Tubuh dan air bergerak
heboh, seakan beradu kecepatan. Entah
keanehan apa lagi, air laut tiba-tiba pasang.
Dari yang hanya mencapai pinggang, kini
mencapai dada. Hampir menelan keduanya.
Membuat mereka panik bertambah gelisah.
Mereka bergerak lebih cepat dari sebelumnya,
bertujuan untuk segera lolos. Akan tetapi,
ikatan tali tersebut sanggatlah kuat, hingga
masih terbentuk rapi meski sudah mencoba
untuk di rusak beberapa kali. Peluang untuk
selamat sanggatlah kecil, keadaan laut
sedang tidak baik-baik saja, tidak
bersahabat. Puluhan, mungkin ratusan kali
mereka mendapat amukan lautan pasang,
menerjang tubuh dengan ganas, sampai-
E k s o t i s | 321
"Aku ikut!!"
"Apakah kuat?"
T
idak terhitung berapa jejak yang sudah
Ellery dan Azof lewati, yang pasti
mereka sudah jauh, sampai-sampai
tidak mengenal keberadaan sekarang.
Selama membuntuti, mereka berjalan
dengan penuh keyakinan, tapi kini
keyakinan itu tergoyah kecil, setelah melihat
jejak yang mendadak terputus, persis di
lapang kosong berpasir tandus. Seperti
dipotong dengan sengaja, tidak ingin siapa
pun mengetahui keberadaannya. Ellery dan
Azof sempat kebingungan, mereka berhenti
tepat di depan gua. Gua itu duduk diam di
pinggir berbatuan laut, dan miliki lorong
sederhana seperti pintu masuk, dan
sepertinya hanya bisa dilalui manusia dan
hewan kecil, tidak dengan seekor kuda. Jika
dipikirkan lagi, mestinya kuda-kuda itu akan
E k s o t i s | 329
"Hm, setuju!"
"Berbahaya??"
P
enasaran. Ellery dan Azof masuk
melewati dinding yang membelah. Lalu
setelah mereka berhasil masuk,
dinding besar itu kembali tertutup, terentak
keras menciptakan guncangan kasar dengan
suara menggelegar. Menakutkan, semua
kuda mengangkat kepalanya, berhenti
memakan rerumputan dan menoleh pada
arah dinding berdiri. Menatap Ellery dan Azof
dengan tatapan penuh intimidasi. Para kuda
berjalan mendekat mengitari keduanya,
tidak ada celah membuat ketakutan cepat
datang menghampiri. Keributan terjadi,
suara bising tercipta. Para kuda berhenti
membuat jarak, selepas dekat dengan Ellery,
Azof. Sehabis itu kuda terbesar seperti kuda
waktu itu, terus berjalan mendekat.
E k s o t i s | 337
Tok
Tok
Tok
"Seperti kita."
"Mencurigakan."
A
zof berujar tiba-tiba, "Sia, bayi kecil
yang di tepis oleh Gala, benar?" Hal itu
menyebabkan Sia menghentikan laju
berjalannya, tapi tidak menoleh.
A
khirnya Sia kembali normal, dia
terdiam dalam pelukan Ellery, air
matanya jatuh perlahan membasahi
pipinya yang halus, menghanyutkannya
sangat jauh hingga tenggelam. Sia
membendung banyak air mata, di dalam
kantung kecil matanya. Ellery merasakan
perasaan Sia sekarang, dia menepuk-nepuk
bahu berduri kecil tersebut, hati-hati dan
penuh kasih sayang. Tidak mau terlihat jelas,
Sia menutup matanya rapat-rapat dan
menangis diam. Ellery dan Azof tidak berkata
apa-apa kala itu, hanya diam dan akan
berbicara ketika waktunya sudah tepat, dan
keadaan sudah membaik. Selama tubuh Sia
dalam dekapan Ellery, dia terlihat tidak
mempunyai tenaga, kosong.
354 | E k s o t i s
S
etelah sekian lama duduk menunggu
di luar tanpa kepastian. Saat-saat di
mana yang dinantikan mereka pun
ter-tunai. Pintu rumah Sia terbuka, bukan
ulah angin maupun hal tertentu. Pintu
benar-benar terbuka oleh tangan Sia sendiri.
"Antahlah."
366 | E k s o t i s
H
ari demi hari berganti, dan kini luka
Ellery sudah tidak ada, sembuh.
Matahari membantunya,
menyinarkan cahaya dan mematikan
kelopak. Kelopak yang tumbuh di telapak
kaki Ellery mengering, dan dapat terlepas
dengan mudah. Semesta terlalu
menyayanginya, hingga melakukan hal
tersebut untuknya. Lalu di hari yang berlalu
itu, mereka bertiga konsisten akan
pemulihan kelopak mawar. Berjemur sampai
semua kelopak benar-benar kembali pulih.
Selama itu, Ellery dan Azof selalu berusaha
membuat Sia berbicara, juga bermain
bersama merekatkan hubungan. Susah
sekaligus canggung kala mengobrol dengan
Sia, sikapnya yang cuek lagi dingin
membuatnya sulit didekati, mungkin karena
E k s o t i s | 369
Sia mengangguk.
P
agi berganti Siang, area Gala kini
pasak terpenuhi oleh pendatang.
Untungnya Gala sangat ulas, hingga
mampu menampung banyak pendatang dari
pulau luar. Ketika Azof sedang mencari
tempat duduk untuk dirinya menonton,
mendadak dia mendapatkan sesuatu.
Seseorang menepuk punggungnya halus. Ia
adalah Asa-ibunda Azof. Rupanya Asa, suami,
beserta lainnya datang ke Gala.
TAMAT
E k s o t i s | 389
TENTANG PENULIS
Salam
Wattpad: @hoLaWorld05