Anda di halaman 1dari 94

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur selalu kami panjatkan kepada


Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan
karunia-Nya kam mampu menyelesaikan novel dengan
judul ‘Dutch Side’. Novel ini berkisah tentang seorang
pemuda belanda yang menaruh perasaan terhadap
Wanita bangsawan, di novel ini diceritakan
perjuangannya untuk mendapatkan cintanya. Di novel
ini juga diceritakan era kolonial-Belanda pergantian ke
Jepang.

Di dalam menulis novel ini, kami sadar bahwa


kami tidak akan bisa menyelesaikannya tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Mereka telah
menyumbangkan energi dan pikirannya di dalam
penyusunan novel sehingga memiliki alur seperti
sekarang ini.

Sebagai manusia kami sadar bahwa novel yang


kami buat masih belum pantas jika disebut sebagai
sebuah karya yang sempurna. Kami sadar tulisan kami
masih banyak memiliki kesalahan, baik dari tata bahasa
maupun teknik penulisan itu sendiri. Maka kami
meminta adanya masukan yang membangun agar kami

1
semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih
memperbaiki kualitas novel kami selanjutnya.

Tarutung, 20 September 2023

Ketua Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR ......................................................................... 1
BAB 1 Aku ............................................................................... 4
BAB 2 Jatuh Hati .................................................................. 15
BAB 3 Belum Gagal .............................................................. 28
BAB 4 Tak Menyangka.......................................................... 41
BAB 5 Ambigu ....................................................................... 55
BAB 6 Mereka Datang........................................................... 68
BAB 7 Selamat Tinggal ......................................................... 79

3
Bab 1

Aku
Kau membuatku mengerti arti dari afeksi

4
“Allahuakbar…Allahuakbar”.

Adzan berkumandang, pemandangan tak lain dari orang-


orang pribumi yang berjalan menuju masjid, anak-anak yang
berlarian membawa sarung di pundaknya, dan para bujangan
yang melulu hanya membicarakan kerasnya bekerja dan menjadi
pelayan bagi negeri Wilhelmina yang agung. Matahari sendiri
mulai malas menampakkan dirinya dan memilih untuk tenggelam
di dalam luasnya samudera. Terlihat para bangau yang
beterbangan dan terlihat seperti konvoi pasukan Belanda ketika
ingin menyerang pasukan Diponegoro.

Terlihat seorang laki-laki muda Netherland di depan


halaman rumah yang membuat mata orang yang lewat terpenuhi
oleh objek datar yang berwarna hijau itu. Sesekali laki-laki muda
itu melamun, memandangi dedaunan hijau kesukaannya yang ada
di halaman sebuah rumah yang luas sambil bercerita dengan salah
seorang jongos. Ia tampaknya sangat riang gembira sambil
menikmati senja di sore hari. Wajahnya sekali terkena sinar senja
menampakkan pesonanya. Rambutnya terlihat sangat rapi, belah
pinggir gaya khas anak Belanda tahun 1800-an. Sepertinya
banyak anak-anak perempuan yang tergila-gila kepadanya.
Benar, dia sangat tampan…

Lelaki muda itu merupakan keturunan bangsawan kaya


raya yang lahir di negeri Hindia Belanda. Ayahnya, Nicholas van
Jacob yang merupakan keturunan Netherland memiliki kebun
anggur yang sangat luas. Dahulu kala pada abad pertengahan,
keluarga van Jacob tinggal di Rotterdam. Mereka awalnya
menjalankan bisnis mereka dengan sangat lancar tanpa
kekurangan suatu apapun. Usaha mereka sangat terkenal disana

5
dan sangat laris. Dalam satu hari, banyak pelanggan yang datang
ke toko mereka mencapai ribuan. Hingga pada suatu saat usaha
keluarga van Jacob gulung tikar.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki membuat


kondisi perdagangan bangsa Eropa mengalami kemandegan, tak
terkecuali usaha yang dijalankan oleh keluarga van Jacob.
Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Ottoman pada Mei 1453,
setelah 53 hari dikepung oleh pasukan Mehmed II. Konstantin XI
selaku raja pun terbunuh saat ibu kota kekaisaran Bizantium dan
Romawi Timur jatuh ke tangan muslim. Konstantinopel yang
terletak di tepi pantai Laut Marmara di dekat Selat Bosporus
merupakan kota transit rempah-rempah di sekitar Laut Tengah
yang menghubungkan ekspedisi barang-barang antara bangsa
Eropa dan Asia.

Bangsa Turki Utsmani banyak membuat peraturan yang


menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama dalam
memperoleh rempah-rempah. Orang-orang Eropa sangat terkejut
dan melihat peristiwa ini sebagai bencana bagi peradaban mereka.
Mereka khawatir kerajaan Eropa lainnya akan bernasib sama
dengan Konstantinopel. Tentu keadaan ini mendorong leluhur
keluarga van Jacob untuk mencari jalan lain ke pusat penghasil
rempah-rempah dan tanaman tropis di Asia, termasuk Hindia
Belanda. Berbekal sedikit info, mereka berkelana dengan
keluarga mereka yang lain menjelajahi samudera.

Dengan bantuan Jan Huygen van Linschoten, yakni orang


Belanda yang pernah ikut bangsa Portugis ke Indonesia,
penjelajah Belanda mendapatkan informasi mengenai rute
penjelajahan samudra dari negara Belanda. Informasi mengenai
perjalanan bangsa Portugis yang kemudian menjadi rute
perjalanan Belanda ke Indonesia. Dari empat kapal yang

6
diberangkatkan, hanya tiga di antaranya yang berhasil
mengalahkan kesulitan perjalanan karena kurangnya pengalaman
untuk pelayaran jauh. Keluarga van Jacob selamat dan
memulai penjelajahan samudra yang dilakukan bangsa Belanda
menuju timur menempuh rute Belanda - Pantai Barat Afrika -
Tanjung Harapan - Samudra Hindia - Selat Sunda – Banten.
Sesampainya di Banten, banyak masalah yang mereka hadapi
dengan warga setempat. Belanda diusir, mereka kemudian
mencari tempat yang bisa mereka tinggali. Hingga mereka
menemukan Djogjakarta.

Ketika sampai di Yogyakarta, keluarga Van Jacob mulai


merintis lagi usaha kebun anggurnya dari nol. Sebenarnya,
mereka merasa sangat lelah dengan semua yang terjadi. Tetapi,
hal baik datang padanya, sungguh ia merasa berkat Tuhan
melimpah dalam hidupnya. Tanpa menunggu waktu yang lama,
mereka mampu mengekspansi hasil perkebunannya itu ke
berbagai negeri. Bahkan, usaha perkebunan anggur nya yang
didirikan di Hindia Belanda jauh lebih laris dibandingkan pada
saat ia di Belanda. Perusahaan ii turun-temurun dan diwariskan
ke salah satu keturunan keluarga Van Jacob yang bernama
Nicholas.

Marry Goddard, yang telah berganti nama setelah dinikahi


Nicholas van Jacob menjadi Marry van Jacob, merupakan
perempuan cantik keturunan Belanda yang sangat dermawan dan
rendah hati. Ia salah satu perempuan yang sangat dihormati di
kota Djokjakarta kala itu. Marry Goddard tumbuh dalam keluarga
yang sangat bersahaja. Ibunya, Marsha Dorothy, merupakan
wanita elegan nan baik yang mengetahui cara membawa diri dan
mendidik anaknya dalam lingkungan barunya di Hindia Belanda.

7
Karena itu, tak ada orang yang tak salut melihat kepiawaian
ibunya dalam mengurus dan membesarkan Marry Goddard.

Marry anak seorang pebisnis Belanda yang sangat besar.


Ayah Marry, Zico Goddard dan ibunya Marsha Dorothy ingin
sekali menikahkan putri nya yang cantik itu dengan laki-laki yang
sukses sebangsa mereka. Karena keinginan kedua orangtua nya
yang besar itu, Zico dan Marsha berencana membawa putrinya ke
pesta antar keluarga Belanda minggu depan. Sehari sebelum
pesta, Marsha mengajak Marry membeli gaun dan sepatu. Marsha
tidak sabar membawa Marry ke pesta itu. Layaknya seperti
kelakuan anak-anak yang sangat antusias dibawakan ibunya ke
taman. Suaminya, Zico hanya bisa tertawa melihat kelakuan
istrinya yang tak seperti biasanya.

“Sayang, kita harus membeli gaun dan sepatu untukmu.


Kau sangat cantik dan menawan, siapa yang tidak mau dengan
perempuan secantik dirimu, Marry? Ditambah dengan gaun dan
sepatu elegan, para lelaki pasti akan tertarik padamu.” Ucap
Marsha pada putri kesayangannya itu.

“Itu semua berkat kecantikan mu, Ibu. Aku mendapat


kecantikan dari kamu, aku sangat menyayangimu!” Ucap Marry
sambil memeluk ibunya dengan sangat erat.

Dari kecil, Marry sudah sangat biasa jika ada orang yang
mengatakan bahwa dirinya cantik, tetapi dia tidak sombong dan
tetap rendah hati. Ia malah terkadang malu dan tak tahu harus
berkata apa selain terima kasih jika orang-orang menyebut
dirinya cantik. Sebenarnya, sudah banyak lelaki Belanda hilir
mudik datang ke rumahnya mencoba untuk melamarnya, tetapi
belum ada seorang pun lelaki yang sesuai dengan keinginan
hatinya.

8
Marry Goddard bukan tipe wanita yang mudah jatuh
cinta, tapi dia tak pula berani menolak para lelaki terang-terangan.
Seolah mendapat harapan, para lelaki ini tak henti melakukan
pendekatan. Mereka bukan orang sembarangan, kebanyakan
adalah orang-orang Belanda yang punya kedudukan di Hindia
Belanda.Ketika Marry sudah mulai merasa risih, dia biasanya
mendatangi pria-pria itu, lalu mengungkapkan seribu alasan
tentang penolakannya.

“Ibu, anak tuan tanah itu terus menerus mendatangiku!”


Pada suatu siang, ia melapor kepada ibunya.

“Itu berita bagus sekali, nak! Aku tak pernah melihatmu


berpacaran. Lelaki itu bernama Johan, bukan? Dia cukup
tampan!” Marsha menggenggam kedua tangan Marry, wajahnya
berseri-seri.

Tentu saja hal tersebut membuat Zico dan Marsha


kebingungan melihat putrinya dan tidak tahu harus mengatakan
apa lagi. Seringkali Zico dan Marsha meminta maaf kepada
keluarga lelaki karena perbuatan putrinya itu. Tetapi, kedua orang
tuanya tak merasa keberatan, mereka berpikir alangkah lebih baik
jika Marry benar-benar bisa memilih seseorang.

~ SEMINGGU KEMUDIAN ~

Benar saja, Marry sangat menawan dengan gaun ditambah


sepatu hak tinggi yang dibelikan ibunya kepadanya. Ia bak
bidadari yang tinggal di bumi. Zico dan Marsha sangat takjub
melihat putrinya itu. Dengan terburu-buru, Zico memanggil
jongos untuk mengantar mereka ke pesta itu. Di pesta itu, Marry
bertemu dengan seorang lelaki keturunan Netherland bernama
Nicholas van Jacob. Nicholas jatuh cinta saat pandangan pertama

9
kepada Marry si putri cantik nan menawan itu. Nicholas
mengajak ia berkenalan, mereka berbincang-bincang dengan
waktu yang tidak singkat. Ayah dan Ibu Marry sangat senang
melihat putrinya yang keasikan dengan Nicholas. Mereka merasa
ada kemajuan dalam diri putrinya saat itu.

Setelah pertemuan di pesta itu, Nicholas menjadi sering


berkunjung ke rumah Marry dan berkenalan dengan kedua orang
tua Marry yang sudah lama menantikan momen-momen
menyenangkan putrinya itu. Marry yang awalnya biasa saja lama-
lama luluh melihat Nicholas yang semakin akrab dengan kedua
orang tuanya. Bahkan, tak jarang kedua orangtua nya menanti-
nanti kedatangan Nicholas dengan tak sabar. Laki-laki itu
memang pintar, kegigihannya untuk mendapatkan hati Marry
mendapat respons yang sangat positif dari Tuan Goddard dan
Nyonya Dorothy.

Terkadang, Nicholas menemani Marry untuk menyiram


tanaman di halaman rumahnya.

“Lihatlah, Nicholas, bunga yang ku tanam semuanya


terlihat indah dan segar. Aku sangat suka memandangnya.” Ucap
Marry.

“Sama sepertiku, Nona. Aku juga sangat suka


memandangi mu. Kau terlihat bagai bunga yang indah.” Rayu
Nicholas. Wanita itu tersenyum, pipinya memerah menandakan
malu bahwa dirinya sedang malu.

Nicholas berniat untuk mengajak Marry berkunjung ke


rumahnya, sekalian berkenalan dengan keluarga van Jacob. Ia
sudah memiliki keseriusan untuk menikahi Marry. Ini waktu yang

10
pas untuk menanyakan tentang hal tersebut pada Marry, pikir
Nicholas dalam hatinya.

“Marry, bagaimana jika nanti malam kita makan malam


di rumahku? Ibuku sudah menghidangkan masakan yang enak.
Apakah kau mau datang?” tanya Nicholas setelah mereka sudah
siap menyiram tanaman.

“Manusia bodoh mana yang mau menolak ajakan untuk


makan gratis di rumah seseorang? Tentu saja aku mau!” Marry
tertawa gembira mengusili Nicholas.

“Ah, kau ini, menyebalkan!” Nicholas memukul pelan


pundak Marry hingga gadis itu mengaduh, pura-pura kesakitan.

Lama kelamaan, Marry jatuh hati pada laki-laki itu. Tanpa


menanti lama, Nicholas berhasil menaklukkan hati wanita itu dan
meminangnya. Wanita itu yang kelak akan menemaninya hidup
di Hindia Belanda. Pernikahan mereka pun digelar. Pernikahan
mereka sangat syahdu dan meriah. Entah berapa ratus orang yang
yang bergunjing tentang keberuntungan Marry, karena pesta
sedemikian mewah. Semua orang termasuk para inlander ikut
tenggelam dalam kebahagiaan Nicholas dan Marry. Tak heran,
sebelum menikah, pasangan dua sejoli itu sudah sibuk
memikirkan tentang rencana-rencana masa depan yang akan
mereka bangun bersama, termasuk pesta pernikahan yang akan
mereka adakan.

”Marry, kau terlihat sangat cantik…” Mata Nicholas


berkaca-kaca. Sang istri segera menyodorkan sapu tangan putih
bermotif bunga pada suaminya.

11
“Jangan menangis, Sayang. Kau tak mau terlihat sedih di
hadapan semua orang, kan?” Marry bertanya sambal tersenyum.

“Aku hanya tak menyangka waktu berjalan begitu cepat.


Rasanya baru kemarin aku berjumpa dengan di pesta, dan
sekarang … ah.” Air mata Nicholas terus bercucuran.

“Setelah ini, kau mau apa, Nicholas? tanya Marry pada


suaminya.

“Aku ingin segera memiliki anak secepatnya, istriku! Aku


ingin rumah kita ramai oleh suara anak-anak kecil!” Nicholas
tertawa sambil tak henti mengecup pipi perempuan yang baru saja
dinikahinya.

Pasangan suami istri muda itu tengah di mabuk asmara.


Keduanya sering terlihat berjalan-jalan sambil memamerkan
kemesraan dan kebahagiaan mereka. Terkadang, keduanya juga
terlihat berkumpul bersama sahabat-sahabat nya.

Tuan Goddard dan Nyonya Dorothy adalah kedua orang


tua yang paling berbahagia melihat putrinya kini memiliki suami.
Setidaknya, Marry takkan lagi mematahkan hati banyak pria di
kota mereka, pikirnya. Bagaimana tidak, jika dihitung-hitung,
gadis cantik itu telah memberikan harapan kepada puluhan lelaki
yang berusaha untuk mempersuntingnya. Namun, tidak seorang
pun di antara mereka yang benar-benar bisa mendapatkan Marry.

Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak.


Rumah mereka kini benar-benar terasa ramai, diwarnai tawa,
tangis, dan jeritan seorang bayi laki-laki. Mereka memberi nama
anak itu Fritz Hubert van Jacob. Umurnya belum sampai sebulan,
tetapi rambutnya sudah sangat lebat. Anak itu berambut cokelat,

12
matanya berwarna biru, hidungnya bagai dipahat. Wajahnya
terlihat sangat cemerlang, sangat mirip dengan ayahnya,
Nicholas. Siapapun yang melihat selalu berpendapat bahwa Fritz
adalah anak yang paling tampan yang pernah mereka lihat.
Banyak orang merasakan hangatnya sukacita atas kelahiran buah
hati Nicholas van Jacob dan Marry van Jacob, termasuk para
inlander sekalipun.

Keluarga mereka sangat bahagia. Kehidupan berlangsung


dengan lancar tanpa kendala. Sejak kehadiran Fritz, keluarga van
Jacob seperti mendapat berkah bertubi-tubi. Selain suasana
rumah yang kini menjadi hangat dan penuh tawa, bisnis Nicholas
berkembang pesat, bahkan mampu meraup banyak keuntungan
dari perkebunan anggur yang kini dia jalankan. Tak hanya itu,
sang istri Marry van Jacob selalu ikut mendukung Nicholas
dengan baik. Ia bahkan terkadang ikut bekerja untuk membantu
perusahaan anggur itu mengekspor hasil olahannya ke luar
negeri.

Tuan Goddard dan Nyonya Dorothy, orang tua Marry,


selalu membanggakan betapa tampannya cucu mereka di hadapan
semua orang, hingga kadang-kadang orang-orang bosan
mendengarkan cerita mereka yang berulang-ulang.

Pasangan suami istri itu terkenal baik pada semua orang,


tak terkecuali pada para inlander yang bekerja bersama mereka.
Tak ada yang tak mencintai keluarga van Jacob.

”Aku sangat bahagia, Nicholas. Semua adalah berkat


Tuhan, yang dibawa Fritz ke dalam keluarga kita.” itu yang selalu
diucapkan Marry kepada suaminya.

13
Hidup sudah ada dalam genggam, mereka semua hidup
dalam damai di atas puncak kebahagiaan yang selalu mereka
impikan.

14
Bab 2

Jatuh hati
“Ia berdiri dengan kedua tangan terikat
Dan kedua kaki yang terpancang ke tanah
Kala mereka mulai bertegur sapa
Ia tak tahu caranya beranjak
Mata mereka bagai simpul yang tak juga terurai
Bertukar harapan yang berderai-derai
Kisah yang memaksa untuk dimulai”
“Aku jatuh hati padamu pada pandangan pertama”

15
Matahari mulai bangun dari redupnya cahaya,
memadamkan embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari
hawa dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru.
Sinar matahari pagi menembus jendela kamar fritz.

“Bangun, Fritz!”

Suara khas ibu Fritz terdengar nyaring di langit langit


kamar. Fritz membuka mata, masih terpicing sebelah. Fritz masih
melamun di pinggir tempat tidurnya, ibunya masih teriak sambil
mengomel, selagi dia belum beranjak dari tempat tidurnya,
ibunya takkan berhenti. Fritz segera tersadar dari lamunannya,
tergesa-gesa meraih jam weker di meja kecil di sebelah tempat
tidurnya. Ia mematikannya dengan cepat, berharap bisa
mengakhiri teriakan keras ibunya.

Dengan terburu-buru, Fritz beranjak dari tempat tidur dan


mengenakan seragam sekolahnya yang tergantung rapi di dinding
lemari. Ia melepaskan piyama tidurnya dan menggantinya dengan
seragam. Fritz cepat-cepat menyisir rambutnya, mencoba
merapikan diri semampunya, sambil mencoba untuk tetap bangun
dan mengusir rasa kantuk yang masih menghantui. Ketika Fritz
akhirnya siap, ia membuka jendela kamar yang masih diterpa oleh
sinar matahari pagi yang cerah. Udara segar memasuki kamar,
memberikan semangat baru baginya. Fritz merasa lebih siap
menghadapi hari ini. Ibu Fritz sudah menunggu di ruang makan
dengan sarapan pagi yang lezat.

"Jangan lupa makan dengan baik, Fritz.", kata ibunya


sambil tersenyum.

"Hari ini adalah hari penting sekali, karena hari ini hari
pertamamu sekolah bukan?"

16
Setelah sarapan selesai, Fritz mengambil tas sekolahnya
yang sudah siap di dekat pintu. Ia memberikan pelukan hangat
pada ibunya sebelum berangkat. Fritz memulai perjalanannya ke
sekolah dengan sepeda, melalui jalan-jalan yang berliku di kota
Jogja. Saat Fritz melintasi jalan-jalan kota, ia melihat bangunan-
bangunan tua dengan arsitektur kolonial Belanda yang megah.
Bangunan-bangunan tersebut menjulang tinggi dengan balkon-
balkon indah yang menghadap ke jalan. Beberapa di antaranya
sudah mulai terlihat usang dan dibiarkan tak terawat, sementara
yang lain masih terlihat megah.

Ia mengayuh sepedanya melewati lapangan luas


digunakan sebagai tempat pesta-pesta rakyat Belanda. Di sudut-
sudut jalan, terdapat lampu-lampu jalan klasik. Ketika Fritz
melintasi jalan-jalan kota, ia melihat banyak tentara Belanda yang
berpatroli di sekitar area penting. Mereka mengenakan seragam
coklat dengan helm baja yang mengkilap, menjaga ketertiban
dengan cermat. Bendera Belanda berkibar tinggi di beberapa
bangunan penting, mengingatkan semua orang akan kekuasaan
penjajah.

Tank-tank besar Belanda berkeliaran di jalan-jalan yang


seharusnya menjadi jalur sepeda dan pejalan kaki. Fritz
mengayuh sepedanya dengan hati-hati di samping jalan yang
dipenuhi tank-tank berwarna hijau tua. Tank-tank itu menggema
dengan suara berat mesinnya. Pemandangan Tank Tank Belanda
yang melintas di jalan jalan merupakan sebuah pemandangan
biasa bagi warga sekitar. Tank melintasi jalanan tak kenal waktu.

Tiba-tiba, hampir sampai di sekolah, mata Fritz tertuju


pada seorang gadis cantik yang sedang membawa sepeda, hendak
menuju sekolah juga. Ia adalah seorang pesona yang berjalan di
antara dunia biasa dengan penuh keanggunan. Gadis itu seperti

17
embun pagi yang menari di atas daun, segar dan memikat.
Rambutnya jatuh berombak seperti sungai yang mengalir tenang,
dan sorot matanya bagai bintang yang bersinar di langit malam.
Senyumnya menghiasi wajahnya seperti sinar matahari pertama
yang memancar, menghangatkan hati siapapun yang melihatnya.
Fritz merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak, dan dunianya
hanya berputar di sekitar Gadis cantik itu. Dia merasa getaran
dalam hatinya, seperti melodi yang harmonis di dalam benaknya.

Tiba-tiba, ketika Gadis cantik itu mengendarai sepedanya


menuju sekolah, sesuatu yang mengerikan terjadi. Sepeda gadis
itu tersandung oleh sebuah batu yang tidak terlihat, membuatnya
hampir terjatuh dan langsung menuju arah sebuah tank Belanda
yang sedang melaju perlahan di dekatnya. Fritz, yang berada tak
jauh dari situ, melihat kejadian ini dengan mata terbelalak. Tanpa
berpikir panjang, ia merespons dengan cepat dan refleks.

Dengan gerakan yang cepat dan berani, Fritz meloncat ke


depan, menarik gadis itu dari sepedanya dengan gesit, sementara
sepeda mereka berdua terjatuh dengan suara gemuruh yang
menggema di antara tank-tank besar itu. Detik itu, mereka berdua
berdiri di samping tank yang besar dan mengerikan. Fritz merasa
seolah-olah dunia mereka berdua berhenti berputar. Matanya
kembali bertemu dengan mata gadis cantik itu, tetapi kali ini
dalam keadaan yang sangat berbeda. Rasa takut dan syukur
memenuhi wajah mereka berdua.

Fritz merasa seolah-olah dia telah tersapu oleh badai


emosi yang mendalam ketika matanya kembali bertemu dengan
mata gadis itu di samping tank itu. Walaupun mereka berdua
merasa ketakutan oleh situasi yang berbahaya, ada juga getaran
yang berbeda di antara mereka. Ini adalah pandangan pertama
mereka, dan dalam keadaan yang sangat tidak biasa.

18
Saat itu, di antara gemuruh tank-tank besar dan kekacauan
sekitar, Fritz merasa seolah-olah dunia mereka berdua hanyalah
mereka berdua. Tatapan mereka saling terkunci, dan walaupun
tidak ada kata yang terucap, ada pemahaman yang dalam di antara
mereka. Mungkin itu adalah karena mereka berdua sedang
menghadapi situasi yang mengancam nyawa, atau mungkin itu
adalah keajaiban romantis yang tak terduga.

Fritz merasa detak jantungnya meningkat, dan meskipun


mereka berada dalam bahaya, dia merasa beruntung bisa berada
di samping gadis cantik ini. Pandangannya pada gadis itu menjadi
semakin dalam, dan dia merasa seolah-olah telah menemukan
sesuatu yang sangat istimewa dalam momen yang tidak biasa ini.
Sementara tank-tank besar masih berderu di sekitar mereka, Fritz
dan gadis itu saling bertatapan, merasa bahwa apapun yang terjadi
selanjutnya, mereka akan menghadapinya bersama. Meskipun
mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, mereka tahu bahwa
pandangan pertama mereka telah membawa mereka pada
petualangan yang tak terlupakan dan mungkin juga pada awal
cerita cinta yang mendalam.

Setelah kecelakaan tank yang menegangkan, Fritz dan


gadis itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka
masing-masing ke sekolah baru tanpa berkenalan. Meskipun
momen yang mereka alami cukup dramatis, keduanya merasa
bahwa mereka mungkin tidak akan bertemu lagi dan bahwa itu
hanya merupakan pertemuan kebetulan di tengah kekacauan.

Fritz melanjutkan perjalanannya ke sekolah baru dengan


perasaan campuran. Dia terus memikirkan gadis yang baru saja
dia selamatkan, tetapi dia merasa bahwa situasi yang tidak biasa
tadi tidak memberinya kesempatan untuk memulai sebuah
percakapan. Fritz berharap bahwa dia mungkin akan bertemu

19
dengan perempuan itu lagi suatu hari nanti, tetapi untuk saat ini,
dia harus fokus pada perjalanannya ke sekolah baru.

Fritz dan perempuan itu melanjutkan perjalanan mereka


ke sekolah baru, tanpa tahu apa-apa tentang satu sama lain.
Namun, siapa tahu, mungkin nasib akan membawa mereka
bersama di masa depan, dan mereka akan memiliki kesempatan
untuk memulai perkenalan yang sebenarnya. Momen pandangan
pertama mereka yang singkat akan selalu menjadi kenangan yang
tak terlupakan dalam perjalanan hidup mereka.

Fritz tiba di sekolah barunya dengan bangunan yang


memiliki arsitektur khas Belanda, di mana Belanda memiliki
kekuasaan dan pengaruh besar di daerah tersebut. Sekolah itu
merupakan sebuah bangunan dengan arsitektur yang
mencerminkan gaya Belanda kolonial. Dengan ciri-ciri arsitektur
kolonial Belanda. Bangunan ini mungkin memiliki atap bergaya
Belanda dengan genteng merah, jendela besar dengan bingkai
kayu yang khas, dan mungkin terdapat balkon atau teras yang
mengelilingi bagian luar bangunan.

Fritz bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS),


yang merupakan sekolah yang didirikan pada masa penjajahan
Belanda di Indonesia. HIS adalah sekolah yang pada awalnya
didirikan oleh Belanda untuk mendidik anak-anak pribumi atau
penduduk asli, sementara sekolah-sekolah Eropa biasanya
diperuntukkan bagi anak-anak orang Belanda atau orang Eropa.
Sekolah HIS memiliki kurikulum yang mencakup pendidikan
dasar dalam mata pelajaran seperti bahasa Belanda, agama,
matematika, dan pengetahuan umum. Tujuan utama sekolah HIS
adalah untuk mengajarkan budaya dan bahasa Belanda kepada
anak-anak pribumi agar mereka dapat berfungsi dalam
administrasi kolonial dan memahami budaya Belanda.

20
Fritz terus mencari-cari ruangan kelasnya dengan mata
yang semakin gelisah, semakin bingung karena tampaknya dia
tidak dapat menemukan petunjuk yang benar. Hatinya mulai
berdebar-debar karena dia tidak ingin terlambat untuk kelas
pertamanya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dalam
langkahnya yang ragu, dia berjalan melewati siswa-siswa yang
sibuk dengan kegiatan mereka. Fritz mencari petunjuk yang dapat
membantunya menemukan ruang kelasnya, tetapi dia merasa
semakin kebingungan. Dia tidak tahu harus bertanya kepada
siapa, dan tatapan cemasnya mulai mencari-cari sesuatu yang bisa
membantunya.

Tiba-tiba, di tengah kebingungannya, dia melihat seorang


gadis dari kejauhan. Matanya seketika tertuju pada gadis itu, dan
dia merasa ada sesuatu yang ajaib dalam pertemuan mereka. Fritz
memutuskan untuk mendekati gadis itu dan bertanya,

"Maaf, apakah kamu juga mencari ruangan kelas?", tanya Fritz.

Gadis itu menoleh dan tersenyum lega.

"Ya, aku benar-benar bingung. Ini hari pertama ku di sini,


dan aku tidak tahu harus mencari ruangan kelasku dimana.", balas
Anom.

Ketika mata mereka berdua bertemu, Fritz tersadar bahwa gadis


itu adalah gadis yang, tadi dia selamatkan dari kecelakaan tank.
Matanya bertemu dengan mata gadis itu, dan keduanya saling
mengenali. Rasa terkejut dan kebingungan melintas di wajah
mereka. Mereka tidak pernah berbicara satu sama lain sejak
kejadian itu, dan sekarang mereka bertemu di sekolah baru dalam
situasi yang sama-sama membuat mereka kebingungan. Namun,
ada juga rasa ajaib di antara mereka, karena mereka merasa

21
bahwa pertemuan ini mungkin tidak hanya kebetulan. Fritz
mencoba tersenyum lembut pada gadis itu, mencoba mengatasi
perasaan kebingungannya.

"Bukankah kau gadis yang ku selamatkan tadi?", dia


bertanya dengan lembut. Gadis itu tersenyum, mengenali Fritz.

"Ya, itu benar. Kaulah yang menyelamatkanku tadi


bukan?"

“iya itu benar nona”, jawab Fritz

Mereka berdua kemudian melanjutkan pencarian mereka


bersama-sama, mengobrol sepanjang jalan

“Siapakah namamu nona?”, tanya Fritz kepada gadis itu

“Perkenalkan namaku Anom, aku benar-benar berterima


kasih atas pertolonganmu tadi.”, ucap Anom dengan lembut
sambal menatap mata Fritz

Ketika Fritz dan Anom berkenalan, Fritz merasa


terpesona oleh kecantikan dan pesona Anom. Wajah Anom yang
cerah dan mata yang memancarkan keceriaan membuatnya
menarik perhatian Fritz. Tatapannya yang hangat dan
senyumannya yang ramah membuat Fritz merasa nyaman di
sekitarnya.

“Bagaimana denganmu? Siapakah namamu?” lanjut


Anom yang kebingungan melihat wajah Fritz yang terus
memandang wajahnya.

22
Fritz tersenyum lembut, dan masih terpesona oleh kecantikan
Anom. Ia menjawab dengan suara yang hangat,

"Saya Fritz, Anom. Senang bertemu denganmu."

Fritz dan Anom akhirnya tiba di kelas baru mereka.


Mereka mencari tempat duduk masing-masing di dalam kelas
yang ramai oleh siswa-siswi baru.

Anom tampak sangat serius dan fokus pada pelajaran. Dia


duduk di barisan depan dan membuka buku-bukunya dengan
tekun. Wajahnya dipenuhi dengan ketekunan saat dia mencatat
dengan cermat saat guru mengajar. Anom adalah siswi yang
pintar dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam
pelajarannya. Anom juga merupakan siswi yang teladan dan
pendiam, baginya pelajaran adalah hal yang terpenting.

Fritz, di sisi lain, duduk beberapa kursi di belakang Anom.


Dia juga antusias terhadap pembelajaran, tetapi saat ini
perhatiannya sedikit teralihkan oleh pandangan ke arah Anom.
Fritz menyaksikan dengan kagum ketekunan dan semangat Anom
dalam mengikuti pelajaran. Saat pelajaran berjalan, Fritz
semakin tertarik pada kepribadian Anom. Dia tahu bahwa Anom
adalah seorang siswi yang hebat, dan dia merasa tertarik untuk
mengenalnya lebih baik dan mungkin bahkan berbagi
pengalaman belajar bersama Anom.

Selama pembelajaran di kelas yang baru, perasaan Fritz


terhadap Anom semakin dalam. Setiap kali dia melihat Anom
dengan tekun dan fokus pada pelajarannya, hatinya semakin
terpikat. Dia merasa kagum dengan semangat belajar Anom dan
rasa tanggung jawabnya terhadap pendidikannya. Fritz mulai
mengagumi ketenangan Anom dalam menghadapi pelajaran yang

23
mungkin sulit. Dia melihat betapa pintar dan tekun Anom dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.

Meskipun teman di sebelahnya mencoba untuk berbicara


tentang pelajaran atau pertanyaan guru, Fritz tidak dapat
berkonsentrasi. Matanya terus terpaku pada Anom yang sedang
sangat fokus pada pelajaran. Teman di sebelahnya mulai merasa
bingung dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu,

"Fritz, mengapa kamu tampak begitu terganggu? Apa


yang begitu menarik di depan sana?"

Fritz terkejut, menyadari bahwa dia telah lupa sepenuhnya


tentang pertanyaan temannya. Dia tersenyum kecut dan
menjawab,

"Oh, maaf. Saya sedang terganggu oleh sesuatu yang tidak


penting. Bagaimana dengan pelajaran kita tadi?"

Teman di sebelahnya mungkin merasa aneh dengan


respons Fritz, tetapi Fritz tidak dapat menyembunyikan
perasaannya. Anom telah mencuri perhatiannya dengan
pesonanya yang luar biasa.

Setelah Fritz mencoba untuk kembali berkonsentrasi pada


pelajaran, ia masih merasa gelisah karena kehadiran Anom yang
begitu mencuri perhatiannya. Dia merasa ingin sekali berbicara
dengan Anom, tetapi tidak tahu bagaimana cara memulai
percakapan. Setelah beberapa saat, ketika guru memberikan jeda
dalam pelajaran, Fritz memutuskan untuk mengambil langkah
pertama. Dia berbisik pelan pada Anom,

"Anom, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

24
Anom yang masih fokus pada bukunya, mengangguk dengan
lembut, "Tentu, Fritz. Ada yang ingin kamu tanyakan?"

Fritz merasa sedikit gugup, tetapi dia ingin tahu lebih


banyak tentang Anom.

"Apa hobi atau minat yang paling kamu nikmati di luar


sekolah dan pelajaran kita?"

Anom tersenyum, matanya bersinar saat dia berbicara


tentang minatnya. Mereka mulai berbicara tentang segala hal, dari
musik hingga buku. Selama percakapan mereka, Fritz merasa
semakin yakin bahwa Anom adalah sosok yang istimewa, bukan
hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena kepribadian dan
minatnya yang mendalam. Dia merasa Anom adalah gadis yang
unik, dia belum pernah bertemu dengan sosok seperti Anom
sebelumnya. Anom mampu membuatnya terpikat hingga seperti
ini.

Setelah percakapan singkat dengan Anom, Fritz kembali


berkonsentrasi pada pelajaran. Namun, temannya yang duduk di
sebelahnya, yang sebelumnya bertanya tentang pelajaran, masih
tampak penasaran dan ingin tahu. Teman Fritz berkata dengan
nada penasaran,

"Fritz, tadi kamu tampak sangat teralihkan oleh Anom.


Siapa dia?", tanya Fritz dengan tersenyum dan menjawab dengan
hati-hati,

"Anom adalah seorang teman baru di sekolah ini. Kami


baru saja bertemu hari ini, aku menyelamatkannya dari
kecelakaan yang hampir saja menimpanya tadi pagi."

25
Teman Fritz tampaknya semakin penasaran,

"Teman baru, ya? Tetapi kamu tampak sangat tertarik


padanya. Ada yang spesial tentang dia?", tanya temannya.

Fritz merasa sedikit gugup dalam menjawab pertanyaan


tersebut. Dia ingin menjaga perasaannya terhadap Anom sebagai
sesuatu yang pribadi, setidaknya untuk sementara waktu. Namun,
dia juga tidak ingin menyembunyikan temannya.

Fritz menjawab dengan lembut, "Anom adalah orang


yang hebat. Dia sangat cerdas dan tekun dalam belajar. Aku
hanya mengaguminya."

Teman Fritz mungkin merasa bahwa ada lebih banyak


dibalik kata-kata Fritz, tetapi dia tidak meneruskan
pertanyaannya lebih jauh. Mereka berdua kembali fokus pada
pelajaran, tetapi Fritz masih terus merenung tentang Anom, dan
perasaannya yang semakin dalam terhadap perempuan itu.

Matahari terbenam dengan indah di ufuk barat saat Fritz


mengakhiri hari pertamanya di sekolah baru. Ia bersepeda pulang
dengan senyum yang menghiasi wajahnya, merenungkan tentang
semua yang telah terjadi hari ini. Yang paling penting, dia merasa
beruntung telah bertemu Anom, perempuan yang telah mencuri
hatinya dengan pandangan pertama. Fritz mengayuh sepedanya
menuju pulang. Pikirannya selalu melayang ke Anom,
perempuan yang telah mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Saat dia mengayuh pedalnya melewati jalan-jalan kota Jogja yang
ramai, bayangan Anom selalu mengisi pikirannya. Fritz
membayangkan momen-momen indah yang telah mereka
bagikan saat pertama kali bertemu, senyuman manis Anom, dan
pesona gadis itu yang tak lekang dari ingatannya. Dia berpikir

26
tentang percakapan mereka, tawa mereka, dan rasa hangat yang
selalu dia rasakan ketika bersama Anom.

Pada perjalanan pulang, Fritz merenung tentang masa


depan mereka. Dia membayangkan dirinya dan Anom bersama-
sama, menjalani petualangan-petualangan yang indah, dan
berbagi kebahagiaan bersama. Impian-impiannya tentang masa
depan dengan Anom selalu memberinya semangat dan
kegembiraan saat dia mengayuh sepedanya pulang. Fritz tahu
bahwa perasaannya pada Anom adalah sesuatu yang istimewa
dan kuat. Dia berharap bahwa suatu hari nanti, impian-impian itu
akan menjadi kenyataan, dan mereka akan bisa menjalani
perjalanan pulang bersama-sama, bukan hanya dalam bayangan,
tetapi dalam kenyataan yang manis.

27
Bab 3

Belum gagal
Cerita ini masih jauh dari akhir. Jadi, jangan khawatir jika
segala sesuatunya berjalan dengan sangat lambat.

28
Matahari yang perlahan mulai terbit dari Timur menelisik
ke sela-sela jendela kamar seorang pemuda yang masih setia
bergelung di kamarnya dengan selimut tebalnya. Dengan nuansa
kamar putih gading yang sangat khas dengan tambahan furniture-
furniture jadul serta kasur yang cukup besar membuat siapapun
yang berada di dalamnya pasti merasa tenang dan nyaman.

“ugh.... hoam..”, uapnya.

Ya, pemuda itu adalah Fritz , setelah mengumpulkan


nyawanya Fritz pun mulai bangun dari kasurnya dan bergegas
bersiap-siap ke sekolah . Friz keluar dari kamarnya bergegas
menuju ruang makan, sunyi itulah yang frizz rasakan saat
berjalan menyusuri Lorong-lorong rumahnya yang bernuansa
klasik yang sangat kental dengan warna putih dan coklat yang
mendominasi, hanya ada jongos-jongos yang berlalu lalang
mengerjakan pekerjaannya masing-masing, Friz pun sampai di
ruang makan . Karena semua anggota keluarnya sering
bepergian baik keluar kota maupun negara untuk urusan
pekerjaan, maklumlah keluarga kaya raya.

“ Pagi Den , Apakah aden siap untuk memulai hari ini? “


tanya bi marni, salah seorang jongos keluarga Van Jacob di
Jogja, Bi Marni ini adalah jongos yang dikhususkan untuk
merawat Fritz di Jogja , hal inilah yang menyebabkan bi marni
agak sedikit lebih dekat kepada Fritz.

“ekhm.. tentu saja bi.” ,jawab Fritz dengan senyuman tipis


khasnya.

“Ini den, dimakan sarapannya supaya makin semangat


den hahahaha”, tawa bi marni memecah keheningan di rumah
keluarga van Jacob yang megah dan besar tapi begitu sunyi,

29
karena tawa dari bi marni yang sangat renyah Fritz tersenyum
Kembali lebih lebar dari senyuman sebelumnya. Friz pun segera
menyelesaikan sarapannya dan pergi ke taman belakang
rumahnya menuju Gudang untuk mengambil sepeda jadulnya,
dia pun mulai mengayuh sepedanya menuju sekolahnya
melewati banyak orang-orang yang berlalu-lalang dengan
senyuman tipis khasnya yang menyapa orang-orang
disekitarnya.

Fritz telah sampai di sekolah barunya HIS (Hollandsch-


Inlandsche School) sekolah dirian belanda dimana orang-orang
yang bersekolah di sekolah ini hanya anak-anak kalangan atas.
Friz melangkahkan kakinya masuk kedalam rasa gugupnya pun
kian menumpuk , ketika memasuki sekolah itu Friz melihat ada
banyak pohon-pohon yang menghiasi sekolah itu, ada lapangan
luas di tengah-tengah bangunan kelas, terlihat asri dengan
perpaduan nuansa sekolah yang terlihat klasik didominasi putih
gading. Friz pun merasakan ketenangan karena nuansa sekolah
ini membuatnya nyaman, sepanjang Friz berjalan dia tak
kunjung menemukan ruangan kelas nya, frizz terlihat
kebingungan , di tengah kebingungannya frizz melihat seorang
gadis yang juga tengah berjalan di depannya tanpa mengulur
waktu frizz langsung menghampirinya dengan sedikit berlari.

“Permisi Nona bisakah kau membantuku?”, tanya frizz


dengan sedikit menepuk pundak gadis itu.

Betapa terkejutnya gadis itu tiba-tiba ada seorang pemuda


yang menepuk pundak nya, gadis itu pun mulai berbalik ke arah
pemuda itu setelah meredakan keterkejutannya

“Iya, apa ada yang bisa kubantu?,” tanyanya kepada


pemuda itu.

30
Betapa terkejutnya Fritz ternyata gadis itu
adalah gadis yang ditolongnya kemarin karena tertabrak tank,
Fritz tersenyum kecil. Dengan rambut Panjang hitam legam
yang di kepang dengan pita merah serta pipinya juga yang
sedikit merona menambah kesan manis gadis ini, tentu saja
dengan manik mata berwarna hazel khas orang Indonesia
membuat orang-orang yang menatapnya terhanyut ke dalam
manik mata indah itu.

‘Aku benar-benar sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya


padamu Anom’, lirih Fritz dalam hatinya.

“Bisakah kamu membantuku menemukan kelas kita


Kembali Anom sepertinya aku lupa jalan?”, tanya Fritz pada
gadis itu dengan kikuk sambal menggaruk kepala.

“Tunggu dulu, kamu lupa kelasmu Fritz? Dasar pria


aneh”, tanya gadis itu.

“hei kita baru saja masuk semalam Anom wajar saja aku
lupa letak kelas kita bukan?”, tanya Fritz dengan sedikit
kekasihnya.

“ya pernyataanmu mungkin benar tetapi aneh saja kamu


masih muda baru semalam kekelas bisa-bisanya sudah lupa.”,
terang gadis itu.

“iya Anom iya aku memang pria pikun, jadi bisakah kau
membantuku mencari kelas kita?”, tanya Fritz.

“Tentu saja bisa, kenapa tidak?”, lanjut gadis itu.

31
Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kelasnya
dengan diselingi obrolan-obrolan kecil.

“Anom sudah sarapan?”, tanya Fritz kepada gadis itu.

Gadis yang mendengar pertanyaan itu pun mulai


mengerutkan keningnya karena mendengar ucapan basa-basi
dai pria disampingnya ini.

“Huh...kamu memang benar-benar pria yang aneh tentu


saja aku sudah makan .”, kata gadis itu.

“Apa yang aneh Anom, siapa tau kamu belum makan


kan?”, kata fritz.

Gadis itu masih berusaha untuk bersabar menghadapi


tingkah absurd pria disampingnya ini.

“iya Fritz iya kamu tidak salah”, jawab gadis itu dengan
senyuman manisnya.

‘manis’, ucap Fritz dalam hatinya.

Keduanya Kembali hening menuju perjalanan ke kelas.

“ngomong-ngomong memangnya sopan ketika sudah


dibantu tidak mengucapkan terima kasih bahkan tidak berusaha
membalas kepada yang menolongnya ?”, kata Fritz memecah
keheningan.

“Huh.. setidaknya aku sudah berusaha untuk berterima


kasih kepadamu,memangnya kamu tidak ikhlas membantuku
sehingga mengharapkan imbalan? dan menurutku Ketika kita

32
membantu tidak perlu mengharapkan imbalan”, kata gadis itu
dengan sedikit lesu.

“Aduh bukan begitu maksudku, bukan karena aku tidak


ikhlas membantumu hanya saja aku ingin kamu benar-
benar dekat denganku Anom jadi aku ingin kita sesering
mungkin untuk berinteraksi bisa kan? ”, Ucap Fritz sedikit
kikuk.

“Dasar aneh, memangnya begitu sulit untuk mengajakku


berinteraksi sehingga kamu harus bersikap seperti ini ya
walaupun aku agak sedikit ogah-ogahan melihat sikapmu yang
absurd ini”, Jawab gadis itu dengan sedikit kesal.

Fritz pun memegang bahu Anom menghadapnya dengan


mata yang saling bersitatap.

“Jadi bisakah kau memberitahuku semua tentang dirimu


Anom?“ ,Kata Fritz.

“Tidak ada, kebetulan juga kita baru berkenalan Fritz


bagaimana mungkin aku memberitahumu semua tentangku.”,
Ucap Anom dengan tegas.

“Kamu meragukanku Anom?’’, kata Fritz

“Bukan begitu Fritz bukan karena aku meragukanmu


hanya saja kita belum terlalu dekat tidak baik menceritakan
tentang hal pribadimu terhadap seseorang yang belum lama kita
kenal.”, Ucap Anom

“Lantas bagaimana caranya agar aku bisa dekat


denganmu Anom.”, Kata Fritz.

33
“Mungkin kita bisa semakin dekat dengan sering bertemu
Fritz.”, Akhir Anom.

Tak terasa mereka telah sampai di depan kelasnya .


Mereka pun mulai memasuki ruangan kelasnya dengan Anom
yang memulai pertama kali memasuki ruangan kelasnya .

Fritz setelah kejadian tadi menjadi sering senyam-senyum


sendiri seperti seorang pemuda yang baru jatuh cinta sampai-
sampai dia hanya menghayal selama pembelajaran berlangsung.
Berbeda dengan Anom yang sangat- sangat terlihat begitu serius
mengikuti pembelajarannya, terlihat bahwa Anom adalah anak
gadis yang pintar pendiam dan baik membuat Fritz si pemuda
yang sedikit lumayan dingin dan tertutup ini jatuh cinta
kepadanya. Selama pembelajaran berlangsung dikelas juga Fritz
tak henti-hentinya menatap kepiawaian Anom bahkan papan
tulis dan guru yang mengajar di depannya itu pun tidak lagi
menarik dipandangnya hingga sang guru yang menyadari itu
semua pun sedikit kesal dan menegur Fritz.

“Hey Fritz aku tahu Anom memang seindah itu tetapi


tidak bisakah kamu sedikit berkonsentrasi dan mendengarkanku
memberi penjelasan disini?”, Kata Guru itu

Fritz yang mendengarkan itu pun sedikit tersentak kaget


saat mendengar guru itu dia pun sedikit salah tingkah dengan
wajah yang merah padam hingga ke kuping nya serta tersenyum
kikuk sambil berpaling dari menatap Anom karena yang ditatap
telah menyadarinya dan Kembali menatap Fritz , manik mata
hazel yang bertabrakan dengan manik mata biru milik Fritz
saling bertubrukan saling bersitatap membuat kedua jantung
pemilik manik mata itu berdetak tak karuan walau hanya

34
bertatap beberapa detik saja, keduanya pun saling melepaskan
tatapannya .

“Ahk tidak bu aku tidak ada memandang Anom sedari


tadi, aku hanya menghayal”, kata Fritz mengelak

Anom pun yang merasa Fritz berbohong hanya terdiam


padahal jelas-jelas tadi mereka bersiatap. Anom berusaha untuk
tenang tetapi didalamnya jantungnya berdetak tak karuan.
Bagaimana tidak , seorang Wanita normal pasti akan salah
tingkah melihat ada seseorang yang terang-terangan
menatapnya sedari tadi..

“Bagaimana kamu bisa mengelak Fritz jelas-jelas aku


memperhatikanmu menatap Anom sedari tadi “ tegas Guru itu

“Anom apakah kalian memiliki hubungan?”,jelas Guru


itu

Anom yang mendengar namanya dipanggil agak sedikit


linglung tetapi tetap berusaha tenang.

“Tidak Bu Aku tidak sedekat itu dengan Fritz kami hanya


saling mengenal saja”, terang Anom.

“Bagaimana orang yang baru saling mengenal bisa


Bersama-sama datang ke kelas dan saling bertatap-tatapan”,
Lanjut Guru itu.

“Tidak bu itu hanya kebetulan saja kami bertemu di depan


tadi”, kata Anom.

35
“Baiklah kalian belum terlalu mengenal bukan? Tolong
Anom pergi ambil buku seni di perpustakaan dan Fritz bantulah
Anom untuk membawa buku itu supaya kalian sedikit lebih
dekat”, kata Guru itu dengan tersenyum.

Mungkin Guru ini sangat menyetujui kedekatan kedua


anak muda ini bagaimana tidak dia bahkan menyuruh keduanya
untuk pergi ke perpustakan agar keduanya bisa sedikit lebih
dekat.

Dengan keadaan sedikit terpaksa dan ada rasa dongkol di


hati Anom dia pun pergi terlebih dahulu keluar kelas
meninggalkan Fritz yang masih baru saja berdiri dari kursinya,
dengan agak tergesa-gesa Fritz berlari kecil menyesuaikan
langkahnya dengan Anom yang berjalan sedikit cepat dengan
kaki kecilnya dengan kesal.

“Anom apakah kamu marah terhadapku karena kejadian


di kelas tadi ?”, kata Fritz.

“Bagaimana mungkin aku tidak kesal karenamu aku harus


membuang-buang waktu mengambil buku di perpustakaan yang
penuh debu padahal lebih baik aku duduk di kelas dengan
nyaman mengikuti pembelajaran.”, kata Anom.

“Maaf kan aku Anom ini semua memang salahku maaf


telah membuatmu kesal.”, jawab Fritz.

“Iya aku sangat kesal Fritz waktu belajarku sia-sia


bagaimana kamu bisa seceroboh itu menatapku sedari awal
pembelajaran?”, jawan Anom.

36
“Aku sangat-sangat benar meminta maaf kepadamu telah
membuatmu risih, membuang waktumu. Bagaimana caraku
agar aku dapat menebus kesalahanku Fritz?”, Kata Fritz dengan
perasaannya yang amat-amat merasa bersalah.

“Sudahlah Fritz lupakan marilah segera pergi ke


perpustakan dan segera mengambil buku itu agar waktu yang
terbuang tidak semakin banyak.”, lanjut Anom.

Fritz yang sangat merasa bersalah pun akhirnya hanya


mengikuti apa yang diperintahkan oleh Anom saja agar dia tidak
semakin kesal.

Mereka pun memasuki ruangan yang sangat-sangat


berdebu dengan tumpukan-tumpukan buku tebal yang sangat
banyak.

“uhuk..uhuk”, batuk Anom.

“Sudahlah Anom biarlah aku sendiri saja yang mengambil


buku-buku itu”, Kata Fritz.

“Biarlah aku ikut membantu supaya pekerjaan ini lebih


cepat selesai”, Kata Anom.

“Baiklah Anom kalau memang itu maumu”, Kata Fritz.

Anom dan Fritz pun segera menumpuk buku-buku


tentang seni dan segera membawanya ke dalam kelasnya. Kelas
pun segera berakhir dan para murid-murid bergegas untuk
pulang, berbeda dengan fritz yang masih senantiasa setia
menunggu Anom di depan kelasnya.

37
“Hei Anom bisakah aku Mengantarmu?”, Kata Fritz.

“Tidak usah Fritz aku bisa pulang sendiri pulanglah


segera ke rumahmu pasti orang rumahmu mengkhawatirkanmu
bila kamu terlambat pulang.”, Kata Anom.

“Tidak apa-apa Anom aku hanya ingin dekat denganmu


jadi biarkanlah aku mengantarmu pulang, orang rumah tidak
akan mengkhawatirkan Anom jadi tidak perlu khawatir.”, lanjut
Fritz.

“Sudahlah Fitz tak perlu terus bersikukuh aku tak akan


pulang bersamamu, biarkan aku pulang sendiri.”, Kata Anom.

Setelah mengatakan hal tersebut Anom bergegas pergi


meninggalkan Fritz yang masih setia menatap punggung Anom
yang perlahan mulai mengecil karena semakin jauh. Fritz yang
ditinggalkan bahkan ditolak oleh Anom terlihat sangat sedih
berjalan menuju rumahnya.

Tetapi perjuangan pemuda itu tidak berhenti begitu saja,


sejak saat dia ditolak oleh Anom kemarin Fritz semakin gencar
mendekati Anom setiap harinya dia selalu memiliki rencana
untuk menawarkan Anom untuk diantarkan ke rumahnya oleh
Fritz, tetapi tetap saja walau sudah berbagai ribu cara yang telah
dilakukan oleh Fritz tidak ada gunanya Anom tetap dengan
pendiriannya bahwa dia tidak ingin diantar pulang oleh Fritz.

Fritz selalu saja berusaha untuk terus berpikir sebenarnya


apa yang terjadi dengan Anom kenapa dia selalu menolak untuk
diajak untuk diantarkan olehnya. Pikirin Fritz menjadi
berkelana dan untuk terakhir kalinya Fritz mengajak Anom
pulang bersama.

38
“Anom aku sudah sangat lelah untuk mengajakmu pulang
Bersama, sudah berbagai cara kulakukan agar aku bisa pulang
bersamamu, tetapi kenapa kau selalu saja menolakku? Aku
benar-benar sangat lelah jadi aku mohon tolonglah ayo pulang
bersamaku.”, Mohon Fritz kepada Anom.

“Sudah kukatakan berapa kali Fritz aku benar-benar tidak


bisa pulang bersamamu berbagai cara apapun yang kamu
lakukan aku benar-benar tidak akan bisa pulang bersamamu jadi
tolong cukuplah berusaha mengajakku untuk pulang”, kata
Anom.

“Apakah kamu tidak bisa menghargaiku usahaku


Anom?”, tanya Fritz.

“Bukan begitu fritz bukan aku tidak menghargaimu


kenyataannya memang aku benar-benar tidak bisa pulang
bersamamu jadi berhentilah berusaha sudah cukup sampai hari
ini saja.”, Kata Anom.

“Setidaknya berikan aku penjelasan Anom tolonglah


jangan seperti ini aku hanya ingin dekat denganmu apakah
salah? Salahkah aku bila jatuh hati padamu kumohon berilah
penjelasan.”, Kata Fritz

“Sudahlah Fritz tak ada yang perlu dijelaskan lagi aku


ingin pulang ke rumahku, selamat tinggal tak usah berusaha lagi
Fritz semua usahamu akan sia-sia aku benar-benar tidak bisa.”,
kata Anom.

Anom lagi dan lagi pergi meninggalkan Fritz sendiri


dengan menatap kepergian dirinya. Fritz yang diam-diam
mematung dan berpikir keras menyusun rencana bagaimana

39
kalau dia membuntuti Anom saja, jika Anom tidak dapat
memberi tahu apa alasannya biarkanlah Fritz yang mencari tau
semuanya sendiri. Fritz pun mulai menyusun strategi dimana di
hari selanjutnya dia akan membuntuti Anom sepulang sekolah
besok.

Fritz Pun pergi meninggalkan sekolah dan pulang ke


rumahnya.

40
Bab 4

Tak menyangka

K e i n d a h a n m u mengguyarkan fokusku, polos parasmu


membuatku lupa akan jati diriku, hanya kamu yang
mampu meluluhkanku. ~Fritz

41
Semakin bertambahnya waktu, Fritz semakin ingin
tahu tentang siapa Amon sebenarnya, dia mulai mencari banyak
informasi tentang Anom, dia berusaha mendekati Anom lewat
banyak cara, namun ternyata Fritz tidak mendapatkan balasan
atas rasa ingin tahunya dari pribadi yang kian menghantui
pikirannya saat itu. Fritz merasa gundah,usahanya untuk
mendekati Anom selalu saja gagal, dia sempat berpikir hendak
menyerah dan berusaha menghilangkan niatnya yang hendak
mendekati Anom. Suatu ketika Fritz mendapati Anom yang
sedang berjalan bersama seorang pribumi yang sangat dia
kenal,namanya Alia, Alia adalah anak seorang jongos yang sudah
lama bekerja di rumah Fritz.

Fritz memperhatikannya dari jauh, dalam hatinya


bertanya, “Siapakah dia sebenarnya, mengapa dirinya cukup
akrab dengan seorang pribumi yang jelas dia tahu merupakan
kelompok indliader yang jelas jelas tampilannya sangat jauh dari
paras cantik Anom yang elegan”.

Fritz berjalan mendekati 2 sosok gadis yang sangat ia


kenal, “Alia…,sedang apa dirimu disini, siapa gadis ini Alia?”,
kata Fritz yang berpura pura seolah tak mengenal gadis itu.

“Dia Anom tuan, teman lama yang selalu membantu saya


paham akan pelajaran sekolah ”, jawab Alia.

“Baiklah lanjutkan saja Alia, saya pamit duluan”. Anom


yang terdiam mendengar percakapan kedua belah pihak, sontak
bertanya “siapakah Fritz Alia?”

”Dia Fritz tuan muda dari keluarga tempat kami


mengabdi.”, balas Alia.

42
Anom memang merupakan gadis yang memiliki hati yang
baik, dia selalu berusaha untuk membantu teman teman
pribuminya memahami apa yang dipahaminya. Anom merupakan
gadis yang memiliki pemikiran yang cerdas sehingga dia selalu
mudah untuk memahami yang diajarkan padanya, selain itu, dia
memiliki ketertarikan dan kebiasaan membaca buku. Bahkan
bukan hanya buku dia juga sangat tertarik membaca Koran
sehingga dia juga tahu banyak peristiwa yang kerap kali terjadi
masa itu.

Pagi yang cerah dengan sendu tawa yang kian bertebaran


di HIS menjadi panorama tersendiri yang mampu
membangkitkan semangat kala itu. Fritz melangkah dengan
begitu tegasnya menandakan dia siap menjalani hari itu dengan
baik,seperti biasa sederetan perempuan Belanda dan juga pribumi
menatapnya dengan tatapan tertarik,memang tampang Fritz
dengan wajah Belandanya selalu bisa memperkeruh suasana.
Namun berbeda dengan Anom yang sama sekali tidak tertarik
padanya, yahh….. dia memang berbeda dari yang lainnya. Tapi
justru hal itu yang membuat Fritz semakin tertarik padanya.
Pandangan Fritz tertuju ke depan,berjalan dengan gagah tak
menghiraukan pandangan dan sorakan orang orang tentang
dirinya. Satu tujuannya kali,itu ruang kelas.

Fritz duduk terdiam menikmati suasana riuh ruang kelas,


dimatanya orang orang bagaikan angin yang berlalu lalang dalam
ruang itu, tiada satupun yang mampu mengalihkan fokusnya kali
itu, pikirannya pagi itu berbeda dengan hari biasanya, rindu
meliputi dirinya hari itu. Dia sangat kangen pada keluarganya
yang jauh darinya, yang memang sudah sangat lama rasanya tak
berjumpa dan mengunjunginya di negeri jajahan Belanda
tersebut. Bayangan wajah ayah dan ibunya menghantui dirinya

43
yang membuat rasa kangennya kian melonjak, perlahan beberapa
bulir air mata membasahi wajah tampannya yang membuat wajah
Fritz terlihat penuh dengan kegundahan. Tak lama menyadari
ruang kelas yang semakin riuh, Fritz perlahan mengusap air
matanya.

Fritz mengalihkan pandangannya pada jendela kelas yang


mampu menembus pandangannya pada suasana luar kelas.
Suasana di luar kelas rasanya lebih riuh daripada suasana dalam
kelas, memang begitulah suasana yang selalu terjadi di HIS, riuh
sebelum jam belajar mulai. Di HIS biasanya guru yang mengajar
adalah guru perempuan yang merupakan keturunan campuran
antara Belanda dan pribumi, mereka digaji dengan gaji yang
tergolong kecil. Suasana riuh luar kelas sontak menjadi hening
dikarenakan jam belajar yang telah tiba. Fritz merupakan salah
satu golongan Belanda yang memiliki kecerdasan dalam dirinya,
jadi tak jarang dia selalu diunggulkan oleh guru yang masuk di
HIS

Pada mereka yang jauh dari mata

Rindu yang terbalut kegundahan ini kian


menghantuiku, dirimu dan bayangmu selalu
menghampiri pikiranku dan menambah keriuhan
pikiranku, kali ini bukan lagi pikiran tentang
bagaimana aku menjalani hariku tanpa kalian, tapi
tentang kapankah kita bisa berjumpa dan bercanda
tawa seperti dulu kala,yang seolah mampu membuat
kita tak pernah memikirkan kata pisah. Andai
kalian tahu diriku sangat merindukan

44
kalian,pertanyaan” tentang bagaimana kabar
kalian sekarang? Apa yang kalian lakukan
sekarang? Kapan rindu ini terbalas? menjadi
kecambuk tersendiri dalam pikiranku. Rasanya
sudah begitu lama aku bertumbuh disini, tanpa
peluk dan perhatian dari kalian.Bahkan tulisan
yang sampai padaku sama sekali tak mampu
mengurangi rasa rinduku.

Secaring kertas itu menjadi bukti bisu tentang perasan


Fritz kala itu, secaring kertas dengan kata kata yang berlabuh di
atasnya menjadi penyimpan gundahnya. Pandangan mata
nanarnya menggambarkan kepedihan dan kehampaannya. Tiba
tiba 1 suara yang menyebut namanya berlabuh dan
mengguyarkan perasaannya. “Fritz”, kata guru yang masuk di
kelasnya.

Fritz sontak menjawab “ya bu?”

“Silahkan selesaikan soal ini!!”, Fritz maju tanpa sebuah


persiapan, yang membuatnya tak mampu menjawab soal yang
sudah terdapat di papan tulis. Hal itu membuat guru dan temannya
heran dan bertanya tanya tentang mengapa Fritz tak bisa
menjawab pertanyaan itu, karena bukan Fritz namanya kalau
tidak bisa menjawab dan menyelesaikan berbagai pertanyaan
apalagi pertanyaan dasar matematika seperti saat itu.

“Fritz bisakah kau menemui ibu di kantor nanti?”

45
“baik bu.”, kata Fritz sambil menggelengkan kepala
pertanda dia menyetujui bahwa dia akan datang menemui guru
tersebut.

Jam istirahat tiba, selang guru yang tak lama berlalu Fritz
mengikuti guru tersebut dari belakang. Di Kantor Fritz ditanya
“Kamu kenapa Fritz? Tidak biasanya kamu seperti itu, soal yang
ibu berikan pun tak mampu kau jawab.”

“Pikiran saya hanya lagi terfokus pada hal lain bu” jawab
Fritz.

“Apa itu Fritz?” tanya guru itu

“saya sangat merindukan keluarga saya bu” jawab Fritz


dengan suara terbatah batah berusaha keras menahan air matanya.
Sontak guru tersebut memeluknya, sebab tak biasanya Fritz
memperlihatkan kegundahannya pada siapapun. Fritz menghela
nafas panjang berusaha menetralkan perasaannya. “Saya tidak
apa apa bu, hanya rindu saja” ungkap Fritz.

Dengan kegundahan dalam hati dan mata sembabnya


Fritz berjalan keluar kantor dan melewati lorong kelas menuju
kelasnya, dia melewati orang orang tanpa mengatakan satu
katapun, langkahnya hening tanpa menitipkan satu katapun dari
mulutnya. Namun pandangannya tiba pada sosok perempuan
yang akhir akhir ini sempat terlupakan olehnya karena
kegundahannya. Ya…. dia Anom, perempuan yang telah lama
dinanti nantikan dan satu satunya perempuan yang mampu
menarik perhatiannya dengan cepat. Bisa dibilang dia adalah
cinta pertama Fritz seumur hidup Fritz.

46
Gugur sudah kegundahan Fritz, pikirannya telah dialihkan
oleh sesosok perempuan yang mampu mengalihkan pikirannya
hanya karena Anom lewat dari hadapan matanya. Setelah pulang
sekolah Fritz mendapati Anom yang sedang duduk di
taman,dibawah pohon yang rindang, Fritz memandangi Anom
dari kejauhan dan berpikir apakah dia harus mendatangi Anom
atau harus pergi sesegera mungkin tanpa harus menyapanya.
Namun keputusan Fritz kali itu adalah menemui dan mendekati
Anom kali itu.

Fritz menguatkan tekadnya dan perlahan berjalan menuju


pohon rindang tempat Anom duduk, tanpa aba aba dan kata
mempersilahkan dari pribadi yang telah terlebih dahulu disana,
Fritz langsung duduk. Anom hanya diam membisu membiarkan
Fritz duduk tanpa mengalihkan fokusnya dari buku yang sedang
dia baca. Fritz mengumpulkan keberanian dalam dirinya untuk
memulai pembicaraan dan memecahkan hening yang sedang
melingkupi kedua belah pihak.

“Anom, bisakah saya berbicara denganmu?” tanya Fritz


dengan hati hati, Anom mengalihkan fokusnya dan menutup buku
yang sedang di abaca dari tadi.

“Bisa tuan, silahkan.”, kata Anom.

“panggil saja saya Fritz, jangan panggil saya tuan”, jawab


Fritz.

“Mengapa kau berada disini Anom? Mengapa kau tidak


kembali ke rumahmu?”, tanya Fritz.

“Aku memang sudah terbiasa seperti ini Fritz, aku


menghabiskan sekitar 30 menit waktu pulang sekolah saya

47
dengan menikmati udara segar di taman ini sambil membaca
buku.”, balas Anom.

“ohhh begitu ternyata. Hmmm, Anom… bisakah aku


lebih dekat denganmu?” tanya Fritz dengan tegas.

“Maaf Fritz aku tahu kamu siapa dan kamu tidak tahu aku
siapa, perbedaan diantara kita sangat jauh dan aku yakin disaat
kau tahu tentang siapa aku sebenarnya kamu akan menghilang
dan memilih menjauhiku, lagi pula bagaimana mungkin kau bisa
menyukai wanita sepertiku dengan tulus sedangkan engkau
adalah seorang Netherland yang mendiami,menguasai dan
menjajah tanah airku”, jawab Anom yang sontak membuat Fitz
terkejut dengan perkataan Anom yang sangat di luar nalarnya.

Fritz berbaring menatap langit langit kamar dengan


pikirannya yang masih sangat ribut, dia memikirkan kejadian tadi
siang dan perkataan Anom. Dia bertanya tanya mengapa Anom
mengatakan hal seperti itu padanya, apakah benar seorang
Belanda tak mungkin mencintai salah seorang penduduk di negeri
jajahan nenek moyangnya. Apakah memang tidak mungkin
seorang penduduk pribumi mencintai seorang Belanda seperti
dirinya, apakah benar bangsanya telah sangat melukai bangsa
tempat nya hidup saat ini, apakah orang Belanda sejahat itu pada
mereka. Apakah sangat mustahil baginya mendapatkan Anom?
Dan tiba tiba pikirannya mendarat pada pertanyaan “Siapa Anom
sebenarnya?” bukankah dia seorang pribumi?. Kini perhatiannya
dan pikirannya terpusat pada “Siapa Anom sebenarnya”

Pagi hari itu dengan persiapan yang matang sebagai


bentuk dari hasil pikirannya yang ribut 1 malam, Fritz
memutuskan untuk menemui Anom kembali dan berbicara
padanya. Fritz berusaha mencari Anom di seluruh penjuru

48
sekolah,dia berlari kesana kesini dan nihil, dia tidak menemukan
Anom disana. Fritz mengurungkan niatnya dan berharap besok
hari mungkin dia akan bertemu Anom disekolah.

Keesokan harinya dengan niat yang sama Fritz kembali


mencari Anom di sekolah, dia berlari kesan kemari hanya untuk
menemukan wajah yang ingin ditemui sejak kemarin. Akhirnya
usahanya saat itu tidak menjadi sia sia, dia menemukan sosok
yang dicarinya dengan wajah berbinar yang sedang bercanda
tawa dengan teman perempuannya. Jantung Fritz berdetak sangat
cepat,jantungnya seolah ingin copot saat memandangi wajah
Anom yang sangat elegan dan cantik itu. Dia mengumpulkan
segala keberanian yang tersisa dan dia mencoba menetralkan
nafasnya, dengan langkah perlahan dia mendekati Anom dan
berkata pada Anom “ Anom bisakah kita berbicara sebentar, ada
hal yang perlu kuluruskan padamu”, Anom terdiam memandang
pribadi yang tengah memotong pembicaraannya dengan
temannya, namun tak lama kemudian dia mengiyakan permintaan
sosok Netherland yang tengah berusaha mendekati dirinya akhir
akhir ini.

Mereka menepih menjauhi teman Anom yang sedari tadi


tengah berbicara dengan Anom, mereka berhenti di lorong
sekolah dan Fritz dengan tidak sungkan memulai pembicaraan,
“Anom memang betul saya adalah anak Netherland yang sedang
menumpang melanjutkan hidup di negeri yang menjadi jajahan
nenek moyang kami yang kau sebut sebagai tanah airmu,
namun…………”, perkataannya menjadi terhenti oleh bel yang
menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai, Fritz kembali
mengurungkan niatnya dan menahan perkataanya.

“Kita lanjutkan pulang sekolah saja di tempat kemarin”,


kata Anom.

49
Setelah pulang sekolah Anom kembali meminjamkan
buku pada perpustakaan sekolah dan membawanya pulang, di
perjalanan pulang dia singgah pada satu taman di daerahnya yang
memang selalu menjadi tempat kesukaannya untuk
menghabiskan buku yang telah dipinjam dari perpus sekolah. Dia
duduk pada pohon rindang yang dibawahnya terdapat rerumputan
yang indah, dia mengeluarkan buku dari tas kecilnya. Tujuannya
kali ini berbeda dengan hari hari sebelumnya, hari ini tujuan
utamanya adalah menunggu seseorang yang belum sempat
menghabiskan pembicaraannya tadi pagi. Selang beberapa menit
Anom membaca buku, Fritz tiba dan seperti biasa Fritz langsung
duduk tanpa kata mempersilahkan dari Anom. “Anom ijinkan aku
melanjutkan perkataanku.”, pinta Fritz.

“Baiklah Fritz lanjutkan saja” kata Anom.

“Anom…… memang betul saya adalah anak Netherland


yang sedang menumpang melanjutkan hidup di negeri yang
menjadi jajahan nenek moyang kami yang kau sebut sebagai
tanah airmu, namun aku bukanlah mereka yang telah merenggut
kebahagian bangsamu, aku hanyalah anak yang sedang
ditugaskan untuk mengurus bisnis yang ada disini oleh
keluargaku di Netherland, aku sama sepertimu Anom, aku
hanyalah manusia biasa yang juga punya hati, bangsaku memang
sangat bersalah memperlakukan bangsamu dengan semena
menanya bahkan memerintahkan bangsamu untuk melakukan
kerja rodi hanya untuk kepentingan bangsa kami, namun aku
bukanlah bagian pemerintah Belanda yang ditugaskan untuk
memperlakukan bangsamu seperti itu Anom, satu malam aku
bertanya pada diriku, apakah tidak kesempatan bagiku untuk
menjadi seseorang yang berharga buatmu ataukah hanya sekedar
mendekatimu, apa bedaku dengan pria di luar sana Anom,

50
bukankah perasaan itu tidak dapat kita kontrol? Memang apa
salahnya jika aku mencintaimu Anom? Bukankah cinta yang
kuberikan padamu itu tulus? Apa salahku Anom? Katakan
padaku, apa salahku Anom? Apakah menjadi seorang Belanda ini
adalah salahku? Hingga kau harus menjaga jarak dariku. Apakah
salah hati ini Anom? hingga aku tak layak untuk menitipkan rasa
padamu”, tanya Fritz dengan panjang lebar sambal
mengernyitkan dahinya.

Anom dengan hati lembutnya meneteskan air mata, dan


dia memeluk sosok yang tengah terbalut dengan kegundahannya
dengan perkataan yang mulai terbata bata menahan air matanya
agar tidak jatuh. Namun ternyata pelukan itu mampu semakin
menyayat hatinya, yang membuat air matanya jatuh. Mereka
berdua menangis dengan perasaan yang sulit diartikan.

Sejak peristiwa itu Anom tak lagi menghindari Fritz


seperti yang sudah”,dia tak lagi merasa takut dan benci terhadap
sosok Fritz yang ternyata sangat ramah dan humoris yang
semakin membuat Anom semakin menjadi periang. Hal itu
disadari oleh sang ayah, sikap yang tak seperti biasanya kini
membuat ayah bertanya tanya apa yang terjadi pada putrinya.
Sang ayah bertanya pada Anom perihal apa yang membuatnya
menjadi sangat periang, Anom hanya menanggapi dengan sebuah
senyuman yang membuat sang ayah semakin bingung.

Secarik kertas itu tiba di tangan Anom, seketika Anom


terlihat sangat bahagia, tersipu bercampur geli menghampiri
dirinya. Dia hanya tersenyum kearah sosok yang mengirimi dia
surat yang menurutnya sangat indah itu.

51
Bel pulang berbunyi menandakan sekolah hari itu telah
selesai, ramai menjadi ciri khas sekolah itu saat pulang sekolah.
Anom berjalan menuju gerbang, sesosok suara menghentikan
langkahnya,,,, yah siapa lagi kalau bukan dia…..yahhh dia Fritz.
Fritz dengan senyumannya yang menyungging menghampiri
sosok Anom. Mereka berdua berbincang sembari berjalan hendak
pulang. Kali itu Fritz memberanikan diri untuk menemani Anom
sampai ke rumahnya . Tak lama berjalan sebuah kompleks indah
warga Keraton menyapa pandangan mata dari kedua belah pihak.
Fritz terpesona dengan indahnya tatanan perumahan daerah istana
Keraton tersebut.

“Mengapa kita kesini Anom?”, tanya Fritz.

“Disinilah tempatku tinggal Fritz” jelas Anom. Sontak


Fritz terkejut menyadari bahwa selama ini yang bersamanya
adalah seorang putri Keraton yang merupakan keturunan dari
Sultan Hamengkubuwono IX. Seketika perasaan Fritz hiruk
pikuk, dirinya hanya mampu terdiam mencerna kata kata yang
telah Anom katakana. “Mari masuk Fritz”, kata Anom tanpa
menyadari keberadaan yang tak memungkinkan untuk Fritz
berada disana. Sontak tanpa memikirkan akibat yang akan
diterimanya Fritz melangkahkan kaki memasuki gerbang istana .

Keberadaannya sebagai seorang Belanda dengan paras


yang sangat persis seperti warga Netherland membuat dirinya
sangat mudah dikenali oleh orang orang di istana tersebut
termasuk para pengawal yang sedang melakukan tugasnya
berjaga pada hari itu. Para pengawal tersebut langsung berlari ke
arah Fritz dan menodongkan senjata ke arahnya. Hal itu sangat
membingungkan hati Fritz dan membuatnya hanya terpaku tanpa
mengeluarkan sepatah katapun. Anom yang melihatnya tegas
berkata “turunkan senjata kalian, dia hanyalah teman sekolahku

52
dari HIS, aku yang mengizinkannya datang kesini. Pengawal
tersebut menurunkan senjatanya memenuhi permintaan dari sang
putri. Fritz sontak menghembuskan nafas pertanda lega,
pikirannya tenang setelah senjata tersebut perlahan tak lagi
berada di hadapannya. Rasa terkejut itu membuat Fritz langsung
keluar dari gerbang istana dan berlari pulang tanpa mengatakan
satu katapun kepada Anom. Fritz merasa takut, otaknya masih
saja bertanya tanya apa yang terjadi sebenarnya, dia masih
bingung dan masih tidak percaya dengan apa yang telah
dilihatnya.

Namun dia mampu mengendalikan emosinya dan


berusaha untuk menemui Anom di kediamannya hendak
memastikan Anom baik baik saja, ia melayangkan berbagai siasat
agar dia mampu masuk ke daerah istana, dia berusaha mencari
siasat agar dia mampu masuk tanpa diketahui dan dikenali oleh
pegawai istana tersebut. Kali ini usahanya ternyata berhasil, dia
berhasil masuk ke dalam istana dengan menyamar sebagai
seorang pribumi, dia berhasil sampai di depan kamar Anom. Dia
mengetuk kamar Anom namun ketokan itu sama sekali tidak
mendapat balasan dari seseorang yang dia nantikan. Dia berusaha
mencari keberadaan Anom di luar kamar itu, dia mengelilingi
setiap bagian istana tersebut dengan tergesa gesa sampai dia tidak
sadar menginjak suatu batu yang membuatnya tergelincir dan
terjatuh.

Penyamaran yang dia lakukan sontak terungkap saat


seorang pegawai istana melihatnya tanpa satupun yang tersisa
dari aksesoris samara tersebut. Fritz yang tidak sadar akan
keberadaannya kali itu hanya tersenyum saja seolah tidak ada
yang terjadi. Namun pegawai tersebut sontak berteriak yang
membuat pengawal istana mendekat ke arah mereka. Fritz yang

53
sama sekali tidak curiga hanya mematung menyaksikan perilaku
pegawai istana tersebut. Fritz tiba tiba di sekab pengawal dan
dibawa menuju raja Sultan Hamengkubuwono IX, peristiwa itu
sampai ke telinga Anom yang membuat Anom segera berlari ke
ruang raja dan menyaksikan Fritz berdiri tepat di depan raja.
Anom menyaksikan Fritz yang sedang ditanya oleh sang ayah
seperti orang yang sedang di introgasi. Sultan Hamengkubuwono
IX melontarkan pertanyaan pada Fritz “Apakah tujuanmu datang
kesini? Siapa kamu dan mengapa kamu ada disini? Apakah kamu
ingin menyelidiki sesuatu di istana?”, bentak raja kearah Fritz .

Fritz hanya terpaku terdiam tanpa mengucapkan sepatah


katapun. Badannya gemetaran memandang ke arah lantai.
Menyadari situasi yang semakin mencekam Anom masuk ke
ruangan itu dan menjelaskan segalanya kepada Sultan. Sultan
percaya dengan perkataan putri satu satunya itu. Hal itu membuat
Fritz lolos dari cekaman raja tersebut dan membuat Fritz kembali
ke kediamannya

54
Bab 5

Anom mulai merasakan

Aku mencari-cari akar tembok pemisah antara kita. Aku


menemukannya walau itu terasa seperti Semeru yang kau coba
cabut akarnya.

55
Fritz semakin sering pergi ke keraton untuk menjumpai
Anom, alasan awalnya adalah untuk belajar tata krama Jawa.
Setelah Fritz mengerti tata krama Jawa, setelah itu Fritz meminta
Anom untuk mengajarinya bahasa Jawa. Awalnya Fritz
kesusahan mengucapkan bahasa Jawa karena logatnya sangat
kebarat-baratan. Anom tertawa terbahak bahak ketika mengajari
Fritz. Dalam seminggu Fritz mampu menguasai semua tata krama
dan bahasa jawa, mulai dari bahasa Jawa kasar hingga halus.
Anom pun semakin menyukai Fritz karena Fritz mampu
mempelajari sesuatu dengan cepat dan tekad dia yang sangat
tinggi dalam mempelajari sesuatu. Keesokan harinya saat di
sekolah, Fritz berbicara kepada Anom bahwa Fritz ingin kerumah
Anom sepulang sekolah. Anom memperbolehkan Fritz. Sepulang
sekolah Fritz dan Anom berjalan menuju rumah Anom.

Saat perjalanan menuju Keraton tampak mata penduduk


di daerah tersebut yang sinis melihat Fritz. Fritz tahu bahwa
daerah tersebut tidak menyukainya karena ia adalah keturunan
Belanda. Dalam hati Fritz sebenarnya ia tidak menyetujui
penjajahan ini, ia ingin penjajahan ini segera berakhir dan perang
dunia segera berakhir.

“Kali ini terasa berbeda, Anom. Penduduk disini


menatapku dengan sinis, apakah aku akan baik baik saja Anom?”,
kata Fritz.

“Kamu akan baik baik saja Fritz, percaya padaku.”

Sesampainya dirumah Anom, seperti biasa ibu Anom


menjamu Fritz dengan minuman dan makanan. Ibu Anom sangat
senang setiap Fritz datang, karena Fritz sangat ramah dan berhati
tulus. Namun beberapa saat sebelum Fritz pulang, Fritz diam
diam dengan sembunyi menguping perbincangan ibu Anom

56
dengan Anom di dapur. Fritz mendengar bahwa Ibu Anom
menyukai kedatangan Fritz, tetapi tanggung jawab Anom
menjadi terganggu, dan Ibu Anom tidak ingin Anom dimarahi
Ayahnya karena ia tidak melaksanakan tanggung jawabnya.

Fritz pun berpikir, bahwa ia akan membantu Anom setiap


datang kerumahnya. Sejak saat itu Fritz selalu membantu Anom
setiap ia datang kerumahnya.

Fritz akhirnya semakin sering mengunjungi Anom di


Keraton. Anom selalu menyambut Fritz dengan baik. Dan ada
perasaan tidak enakan Anom kepada Fritz, karena Fritz selalu
membantu pekerjaan Anom. Fritz berkata kepada Anom bahwa
ia melakukan semua ini supaya Anom memiliki waktu luang
untuk belajar, karena jika Anom melakukan pekerjaannya
sendirian ia akan kelelahan dan tidak memiliki waktu luang untuk
belajar. Pekerjaan Anom cukup berat, setiap pagi ia harus
memastikan sawahnya teraliri air dengan baik, sepulang sekolah
Anom harus menyiapkan makanan buat ternak sapi, ayam, dan
kambing. Setelah itu Anom harus mengelola kotoran ternak
tersebut untuk dijadikan pupuk pertaniannya . Semua hal itu ia
lakukan sejak saudara saudaranya telah menikah dan kondisi
ekonomi Keraton yang memburuk selama masa penjajahan,
disamping itu Ibu Anom juga sudah tua. Jadi Anom sadar bahwa
semua itu harus menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu,
Anom sangat berterimakasih kepada Fritz karena semua
perbuatan baik yang telah dilakukan olehnya.

Hari demi hari Anom semakin merasakan cinta dari Fritz


yang tulus. Cinta Anom pun semakin bertumbuh.

Suatu hari Fritz diminta oleh Ayahnya untuk ikut wajib


militer di Belanda, karena lawan sekutu semakin kuat. Fritz

57
sangat sedih mendengar permintaan tersebut. Karena ia tahu
bahwa mungkin ia tidak akan bertemu lagi dengan Anom.

Fritz memohon pada ayahnya agar Fritz tidak harus


mengikuti pelatihan di Belanda. Tapi ia meminta untuk
melatihnya di Indonesia. Permintaan tersebut ditolak oleh
ayahnya. Keesokan harinya Fritz menemui Anom, ia berkata
kepada Anom bahwa dia akan mengikuti wajib militer, dan
kemungkinan dia akan ikut berperang melawan Jepang. Anom
sedih mendengarnya, ia menangis dan tidak dapat berkata apa-
apa. Fritz menghibur Anom dan ia berjanji akan datang kembali
dengan selamat.

Fritz melakukan pelatihan militer. Fritz ditunjuk menjadi


bagian tim pemecah kode perang. Ia diandalkan karena ia
memiliki kemampuan berlogika yang sangat baik. Setelah
mengikuti pelatihan sebulan, Fritz pun langsung terjun ke
peperangan, ia berhasil memecahkan beberapa kode acak dalam
perang. Akhirnya pasukan yang diikuti Fritz menang. Tidak
sampai disitu Fritz pun diminta untuk memecahkan kode Nazi
dalam peperangan di laut Atlantis. Pada saat itu sekutu
mengalami kesulitan besar dalam peperangan melawan Nazi.
Kesulitannya ialah kapal kapal persenjataan sekutu harus
melewati laut Atlantis untuk sampai ke titik perang. Dan itu salah
satu kunci kemenangan sekutu. Tetapi karena keganasan kapal
selam Nazi, kapal sekutu selalu hancur di laut Atlantis. Sekitar
lima ribu kapal sekutu telah hancur di laut tersebut. Pihak
sekutu telah mencatat semua kode perang Nazi, tetapi kode
perang tersebut sangatlah rumit. Oleh karena itu sekutu
merancang penangkapan salah satu kapal Nazi. Akhirnya terdapat
satu kapal. Ditemukan satu mesin kode tersebut, mesin tersebut
dinamai Enigma oleh sekutu. Mesin tersebut sangat rumit. Karena

58
setiap huruf yang ditekan akan mengirimkan huruf yang acak dan
sangat tidak teratur. Mesin tersebut memiliki
158.962.555.217826.360.000 kombinasi, kode tersebut
dianggap sangat mustahil untuk dipecahkan. Oleh karena itu
pihak sekutu mengumpulkan pemecah kode terbaik termasuk
Fritz, serta pakar matematika terbaik. Dan Fritz menjadi satu tim
dengan ahli matematika bernama Alan Turing.

Alan turing terobsesi dengan mesin. Sebelum dia direkrut


menjadi tim pemecah kode, dia sudah membuat jurnal yang
berjudul “Bisakah Mesin Berpikir?”. Setelah direkrut Alan
Turing, ia langsung bekerja membuat mesin, karena dia punya
keyakinan bahwa mesin enigma hanya dapat dikalahkan dengan
mesin juga. Karena jika manusia mencoba memecahkan kode
tersebut, jika ada 10 orang yang masing masing mencoba 1 kode
tiap menit dan bekerja 24 jam. Maka butuh 20 juta tahun untuk
manusia memecahkan kode tersebut. Oleh karena itu Alan Turing
membuat mesin berpikir.

Dan Fritz membantu sebagai asisten Alan Turing. Setelah


mesin itu tercipta mereka menganalisis kode enigma. Dan mereka
menemukan kelemahan kode enigma setelah dianalisis melalui
bahasa dan matematis, salah satunya adalah ada kata yang
berulang pada kode enigma dan kata kata itu disembunyikan Nazi
oleh laporan cuaca yang setiap jam 6 pagi diberitakan. Kata itu
yang di input di mesin Turing. Dan mesin itu otomatis akan
menemukan settingan enigma. Ketika di input di mesin enigma,
kata aslinya pun keluar. Setelah itu mesin berpikir tersebut
diperbanyak dan kapal sekutu pun dapat lolos dari kapal selam
Nazi. Akhirnya sekutu dapat mengungguli perang tersebut. Fritz
merasa kasihan pada Alan Turing karena penemuannya tidak
diakui, karena Ia bekerja dalam sumpah tidak membocorkan

59
rahasia enigma. Walaupun begitu Fritz sangat senang karena
dapat bekerja dengan orang sejenius itu.

Setelah itu Fritz diijinkan pulang oleh ayahnya, kembali


ke Indonesia. Ia bertemu kembali dengan Anom. Mereka berbagi
cerita apa yang terjadi selama mereka berpisah. Anom terkesan
dengan pengalaman Fritz.

Setelah mereka berbagi cerita, Fritz mengutarakan perasaan


cintanya pada Anom dan ia ingin menikahi Anom. Fritz bertanya
pada Anom apakah Anom ingin menjadi istri Fritz.

"Aku mencintaimu dan aku ingin menikah denganmu,


tetapi Ayahku nampaknya tidak menyukaimu, bukan karena
sifatmu, tetapi karena sejak awal Ayahku sangat membenci orang
Belanda, dan juga di Keraton ada stigma bahwa pribumi yang
menjadi istri seorang Belanda hanya akan dijadikan gundik.”,
jawab Anom.

"Aku akan mencoba meyakinkan Ayahmu bahwa aku


tidak seperti yang ia pikirkan.", jawab Fritz.

“Mari kita bekerja sama.", Jawab Anom dengan senyum hangat.


Keesokan harinya Fritz mengunjungi rumah Anom dan seperti
biasa Fritz membantu Anom dalam pekerjaannya. Setelah itu
seperti biasa Fritz dan Anom berbincang bincang di taman
Keraton sambil bermesraan, hal itu dilihat Ayah Anom.

"Aku akan mencoba meyakinkan Ayahmu bahwa Aku


tidak seperti yang ia pikirkan.", jawab Fritz.

"Mari kita bekerja sama.", jawab Anom dengan senyum


hangat.

60
Keesokan harinya Fritz mengunjungi rumah Anom dan
seperti biasa Fritz membantu Anom dalam pekerjaannya. Setelah
itu seperti biasa Fritz dan Anom berbincang bincang di taman
Kraton sambil bermesraan, hal itu dilihat Ayah Anom. Ayah
Anom marah melihat Anom tetapi ia menyimpan amarah tersebut
di dalam hatinya. Senja pun tiba, pulanglah Anom kerumahnya.
Anom pun makan malam bersama keluarganya dan setelah
makan malam, mulailah Ayahnya berbicara kepada Anom,

”Mengapa kamu sebegitu dekatnya dengan pria itu? Ayah


tidak setuju jika kau dekat dengan dia, kamu sendiri ‘kan sudah
tahu sifat orang Belanda seperti apa terhadap pribumi, mereka
selalu memandang rendah kita.”, ujar ayahnya.

“Dia berbeda dengan pria lain, Ayah, dia itu orang yang sangat
tulus dan ia sangat tangguh dalam berjuang untuk memperoleh
sesuatu.” jawab Anom.

“Apakah kau menyukainya?” tanya ayahnya

“Ya, aku sangat menyukainya” jawab Anom

“Mengapa kamu sebodoh itu bisa menyukainya? Mereka


itu penjajah, mungkin saja dia memanfaatkanmu untuk
kepentingan politik mereka, seperti keluarga kita yang berada di
Surabaya setelah menikah dengan Belanda, semua tanah mereka
diambil untuk membuat perkebunan tebu, lalu ia ditinggalkan
dengan suaminya orang belanda itu. Pokoknya aku tidak akan
berkehendak kau dekat dengannya. Mulai besok kau jangan lagi
bertemu dengannya.", ucap Ayahnya dengan amarah.

"Kenapa berpikir seburuk itu tentangnya, dia jelas tidak


seperti yang ayah pikirkan. Aku akan membawa dia kemari dan

61
menyadarkan Ayah bahwa ia tidak seburuk yang Ayah pikirkan.",
Jawab Anom

"Ayah tidak peduli dengan pembelaanmu, pokoknya


patuhi kata bapak.", jawab Ayah.

Malam itu adalah malam yang terburuk yang pernah


Anom rasakan. Anom menangis di kamarnya, ia merasa bahwa
tanpa Fritz hidupnya akan sangat hampa.

Keesokan harinya Fritz seperti biasa datang ke Keraton


untuk menemui Anom. sesampainya digerbang Kraton, Fritz
dilarang untuk masuk oleh penjaga Kraton. Lalu Fritz bertanya, "
Mengapa aku dilarang untuk masuk?".

"Ayahanda Anom memerintahkan kami untuk


mencegahmu masuk kedalam.", jawab penjaga tersebut. Setelah
itu Fritz pulang. Ia berpikir kenapa ia diperlakukan sebegitu
parahnya.

Sejak saat itu Fritz tidak dapat bertemu lagi dengan


Anom. Setelah 3 minggu berlalu, Akhirnya Fritz teringat bahwa
Anom pernah mempelajari sandi morse selama mereka
bersekolah. Jadi Fritz juga mendekati kawan Anom bernama
Putri, Fritz menceritakan masalah ia tidak dapat menemui Anom.
Jadi Fritz meminta Putri untuk bertemu dengan Anom lalu
memberikan kertas yang berisi sandi morse tersebut. Putri tidak
mengetahui isi surat tersebut. Surat tersebut berisi Alasan Fritz
tidak dapat menjumpai Anom, perasaan Fritz karena tidak dapat
bertemu dengan Anom, Pertanyaan bagaimana caranya mereka
dapat bertemu. Setelah Anom menerima surat tersebut ia
membaca lalu Anom berkata pada putri bahwa tiga hari lagi putri

62
harus kembali untuk mengantarkan surat yang harus disampaikan
kepada Fritz.

Selama 2 hari Anom memikirkan cara Untuk menemui


Fritz, Akhirnya Anom memutuskan untuk kabur dari keraton saat
malam hari. Ia menulis surat untuk Fritz surat tersebut berisi
bahwa pada hari minggu, pukul 11 malam, Anom akan
menjumpai Fritz didepan rumah Fritz. Anom kabur dengan cara
cerdik, ia telah lama mengetahui bahwa rumah tersebut memiliki
kunci cadangan, Anom mencuri kunci cadangan tersebut dari
ayahnya. Pada hari minggu ia keluar rumah lalu mengunci rumah
tersebut dari luar, selanjutnya untuk lolos dari penjaga Keraton,
Anom berpura pura menjadi kuntilanak dari kejauhan, penjaga
gerbang tersebut berlari ketakutan. Lalu pintu gerbang tersebut
pun tidak berpenjaga, dan Anom dapat keluar dari gerbang
tersebut. Pada hari ketiga Putri Pun datang untuk memberikan
surat tersebut kepada Fritz. Setelah surat tersebut sampai kepada
Fritz, Fritz membacanya dan ia sangat senang karena perjuangan
yang akan dilakukan Anom untuk menemuinya.

Hari minggu pun tiba Anom melancarkan strateginya, ia


berhasil keluar dari Keraton dan sampai didepan rumah Fritz tepat
pukul 11 malam. Mereka bertemu dan karena saking rindunya
mereka berpelukan dan berciuman. Lalu mereka saling berbagi
cerita seperti biasanya.

"Kenapa kau terlihat sangat lemas Fritz? wajahmu


berkeriput.", tanya Anom

"Aku mendapat mimpi seram setelah aku menulis surat


denganmu, aku melihat ada tentara Jepang datang dan semua
orang Belanda melarikan diri, lalu aku menembak kepalaku

63
sendiri. Aku punya perasaan hal itu akan terjadi. Karena beberapa
kali mimpiku menjadi kenyataan.", jawab Fritz.

"Aku sangat sangat berharap itu tidak akan terjadi padamu


Fritz, Aku akan terus berdoa supaya itu tidak akan terjadi
padamu.", balas Anom

"Aku betul betul merasa hal itu akan terjadi, jika


diperhatikan Jepang semakin kuat di perang dunia ini. Ada
kemungkinan Jepang akan kemari. Karena sebenarnya negara
negara diluar sana telah mengetahui keistimewaan negeri ini.
Mulai dari iklimnya sangat bagus, sehingga berbagai tanaman
dapat tumbuh subur di negeri ini. Negeri ini juga kaya akan
rempah rempah, dan banyak lagi Sumber Daya Alam di negeri
ini, oleh karena itu sebenarnya dunia menginginkan negeri ini.",
jawab Fritz.

"Jangan membuatku takut Fritz, aku tak mau


kehilanganmu.", balas Anom dengan wajah cemas.

"Aku berharap pihak Amerika segera mengembangkan


bom yang mematikan, karena aku mendengar cerita dari temanku
yang beberapa hari yang lalu ia datang kemari. Ia tinggal di
Amerika, ia bekerja di pabrik pengembangan Bom nuklir.
katanya itu adalah senjata paling mematikan yang pihak
amerika akan uji coba.”, Kata Fritz.

"Apa itu bom nuklir?", Tanya Anom

"Begini sejarah awalnya, Ada ilmuwan bernama Albert


Einstein ia menemukan kesetaraan massa dengan energi. Jadi
massa seutuhnya dapat diubah menjadi energi. Energi yang
dihasilkan sangat besar walaupun massa yang digunakan sedikit,

64
susah menjelaskannya dengan rumus. Tapi seperti itu intinya.
Setelah penemuan kesetaraan massa dan energi, para orang
ilmuwan berkumpul untuk memikirkan bagaimana caranya
memecah inti Atom, setelah mendapat teknik bagaimana cara
memecah inti Atom, mereka memutuskan menggunakan
uranium, atom uranium yang intinya paling mudah dipecah. Kira
kira seperti itu penjelasannya.", jawab Fritz

"Kau sangat pintar Fritz, wawasanmu sangat luas.", puji


Anom.

"Bagaimana keadaan di Keraton?", tanya Fritz

"Makin maju, karena pihak Belanda membangun pipa-


pipa untuk mengalirkan air bersih ke rumah penduduk, serta
memperbaiki jalan yang rusak. Walaupun mereka menjajah kami
mereka juga membangun negeri ini, Aku berharap penjajahan ini
segera berakhir."

" Aku juga berharap seperti itu.", jawab Fritz

" Sudah jam 2 Pagi, waktunya aku untuk pulang kerumah.


Bahagia sekali dapat berjumpa denganmu.", jawab Anom.

"Aku juga sangat bahagia dapat berjumpa denganmu. Aku


akan mengantarmu sampai jalan menuju pintu gerbang. Oh iya,
Bagaimana kamu menghadapi penjaga gerbang tersebut?
Bagaimana jika engkau dilaporkan kepada Ayahmu karena kau
melarikan diri saat malam hari?", tanya Fritz.

"Tenanglah Fritz, mereka tidak mungkin melaporkannya


karena jika mereka melaporkannya mereka akan dikenakan

65
sanksi, karena membiarkan gerbang kosong tanpa penjagaan.",
jawab Anom.

"Kau sangat cerdik Anom. Tak kusangka kau bisa


seberani ini. Aku kagum padamu.", jawab Fritz.

Akhirnya Fritz pun mengantarnya sampai ke gerbang


keraton, dan penjaga tersebut mempersilahkan Anom masuk.
Penjaga tersebut tidak mungkin melaporkan Anom dan Fritz,
karena pada dasarnya mereka tidak becus dalam menjaga. Anom
tiba dirumah pukul 4 Pagi tanpa ketahuan oleh Ayahnya.

Fritz Pun tiba dirumah lalu ia tertidur, Ia mendapat mimpi


yang sama lagi, bahwa Ia akan menembak kepalanya sendiri
dengan pistol. Fritz Pun terbangun dan ia menangis, Ia benar
benar takut bahwa hal itu akan terjadi padanya. Keesokan harinya
juga ia mendapat mimpi yang serupa, tapi di mimpi ini ia melihat
ada gas di sebuah parit sebelum ia menembak kepalanya, Fritz
pun terbangun kembali. Ia sangat ketakutan dan kesadarannya
seperti terbagi.

Fritz menulis surat kepada Anom, tentang mimpi yang


dialami dia, ia sangat ketakutan. Fritz ingin bertemu dengan
Anom. Karena hanya Anom yang dapat membuat hatinya lega.

Setelah Anom membaca surat tersebut Anom meminta


dengan sangat kepada Ayahnya untuk diizinkan menemui Fritz.
Awalnya Ayah Anom menolak, tetapi setelah Ayahnya melihat
ekspresi Anom yang sangat sedih dan kecewa, serta kegigihan
Anom yang terus meminta agar diizinkan untuk menemui Fritz,
ketegasan Ayahnya pun luntur. akhirnya Ayah Anom
mengizinkan Anom Pergi untuk Kali ini. Ayah Anom memberi
tahu kepada penjaga Gerbang, bahwa kali ini Anom diizinkan

66
untuk pergi menemui Fritz. Anom Pun bersiap siap untuk
menemui Fritz.

Setelah berjumpa dengan Fritz, Fritz berkata bahwa ia


ingin menjumpai Ayah Anom. Fritz ingin meyakinkan Ayah
Anom, kalau iya tidak seperti yang Ayah Anom pikirkan. Anom
Pun setuju. Mereka Pun berjalan menuju rumah Anom.
Sesampainya di depan rumah Anom. Ayah Anom dengan rasa
benci terhadap bangsa penjajah langsung mengusir Fritz agar
pergi dari Keraton dan melarang ia untuk menemui Anom Lagi.
Fritz dengan sangat sedih pergi dan meneteskan air mata. Anom
tidak dapat berbuat apa apa karena ia dihadang oleh penjaga
Keraton untuk menemui Fritz, Ia hanya berkata, "Maafkan aku
Fritz karena aku tidak dapat berbuat apa-apa." Ibu Anom melihat
hal itu dan ia mulai membela Fritz. Ibu Anom berkata kepada
Ayahnya bahwa Fritz sebenarnya adalah orang baik. Akhirnya
terjadi perdebatan di keluarga tersebut.

67
Bab 6

Mereka datang
Bila bersamamu semua akan terasa lebih mudah

68
Matahari terbenam di ufuk barat, menggantikan langit
biru cerah dengan warna-warni kemerahan yang memukau.
Angin lembut mengusap wajah-wajah orang-orang yang
berkumpul di pinggiran pelabuhan. Peristiwa besar yang telah
lama dinanti-nantikan akan segera terjadi - kedatangan tentara
Jepang ke tanah air Indonesia.

Tak lama setelah matahari terbenam, pantai pelabuhan


menjadi saksi kedatangan armada Jepang yang mendalam. Kapal-
kapal perang besar dan kapal-kapal transportasi penuh dengan
pasukan Jepang memenuhi perairan. Bendera Merah Matahari
terbang di atas kapal-kapal itu, memberikan kesan kuat bahwa
kekuatan Jepang telah tiba.

Orang-orang di sekitar pelabuhan mengamati dengan


campur aduk rasa penasaran dan ketegangan. Beberapa di antara
mereka adalah pekerja pelabuhan yang telah melihat banyak
kapal datang dan pergi, tetapi kali ini terasa berbeda. Mereka bisa
merasakan perubahan besar di udara.

Begitu Jepang datang ke Indonesia, angin berubah. Kabar


ini menggema di seluruh nusantara, menggetarkan hati setiap
orang. Semua orang berbicara tentang peristiwa ini. Ada sesuatu
yang mendebarkan dalam merasakan sejarah sedang berubah di
depan mata mereka. Di kota Jogja yang damai, berita yang heboh
mulai menyebar seperti api di hutan kering. Jepang telah datang
ke Indonesia, dan berita itu membawa kekacauan di seluruh
negeri. Jepang adalah kekuatan besar yang tak terbantahkan.

Berita tentang kekalahan Belanda di setiap lini


peperangan menggema di seluruh Indonesia seperti guntur yang
menggelegar. Saat matahari terbenam di langit timur, sebuah
armada kapal perang Jepang muncul di horison, membawa kabar

69
kemenangan yang penuh dengan harapan. Pada saat itu, pulau-
pulau Indonesia yang berjajar di antara Samudra Hindia dan Laut
Jawa menyaksikan peristiwa yang akan mengubah nasib mereka.

Di pulau Jawa, tentara Jepang yang kuat dengan senjata


modern dan taktik perang yang canggih mengejar tentara Belanda
yang terpaksa mundur. Setiap lini peperangan menjadi saksi bisu
dari kemenangan Jepang yang telak. Di hutan-hutan lebat, di
ladang-ladang subur, dan di kota-kota bersejarah, perang
berlangsung dengan intensitas yang luar biasa.

Pertempuran di darat adalah awal dari kekalahan Belanda.


Tentara Jepang yang terlatih dengan baik dengan senjata api
modern dan artileri memberikan tekanan yang tak tertahankan
pada pasukan Belanda yang sudah lelah setelah bertahun-tahun
berperang di bawah matahari tropis yang panas. Setiap
pertempuran menjadi pertempuran kehidupan dan mati, dan
Belanda mulai merasa terjepit dalam pelukan kekalahan.

Di laut, armada Jepang menguasai perairan sekitar


Indonesia. Kapal-kapal perang Jepang yang kuat dan pesawat
terbangnya yang mematikan, memastikan bahwa Belanda tidak
bisa mendapatkan pasokan atau bantuan dari luar. Dengan ini,
Jepang memutuskan jalur persediaan Belanda dan membuat
mereka semakin terisolasi.

Di langit, pesawat-pesawat tempur Jepang melintasi


langit-langit Indonesia, mengejar pesawat Belanda yang berusaha
menghindari pengejaran. Pertempuran udara yang berkecamuk di
atas kepala saksi bisu dari kekalahan Belanda dalam domain ini.
Kecepatan dan ketepatan serangan Jepang membuat Belanda
kesulitan bertahan dalam pertempuran udara. Tidak ada yang bisa

70
menghindari berita bahwa Belanda kalah di setiap lini
peperangan.

Namun, kemenangan Jepang datang dengan harga yang


mahal. Puluhan ribu tentara Belanda yang berjuang dengan gagah
berani di medan perang harus merasakan pahitnya nasib sebagai
tawanan perang. Hampir semua tentara Belanda jatuh ke tangan
Jepang, mereka mendapati diri mereka dalam situasi yang
mencekam. Mereka adalah tawanan perang, terpisah dari pasukan
mereka yang terhuyung-huyung dalam kekacauan pertempuran.
Kehidupan mereka tergantung pada penilaian dan kebijaksanaan
para penjaga Jepang yang kejam. Para tawanan Belanda
dikumpulkan dalam penjara-penjara sementara yang terbuat dari
bambu dan kayu. Tempat-tempat ini adalah simbol dari
kekuasaan Jepang yang tidak berbelas kasihan. Mereka harus
tidur di lantai yang keras dan sempit, tanpa cukup ruang untuk
bergerak. Kondisi sangat buruk dan memprihatinkan, dan
makanan yang diberikan kepada mereka hanya secukupnya untuk
bertahan hidup. Kehidupan mereka menjadi gejolak dan penuh
ketidakpastian. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi
selanjutnya. Jepang dikenal karena perlakuan yang kejam
terhadap tawanan perang.

Para tentara jepang juga tanpa ampun mengeksekusi


tawanan Belanda. Darah Belanda mengalir di tanah Indonesia,
mengingatkan semua orang akan harga yang mahal yang harus
dibayar dalam perang ini. Malam yang kelam telah tiba di penjara
tawanan Jepang. Hujan gerimis turun pelan, memberikan
sentuhan yang lebih suram pada suasana yang sudah tegang. Para
tawanan Belanda dipaksa untuk berbaris di depan sebuah dinding
yang terbuat dari bambu yang kasar. Mereka terdiam, wajah-
wajah mereka pucat dan mata mereka penuh ketakutan.

71
Para penjaga Jepang yang kejam berdiri dengan senapan
bayi mereka yang siap ditembakkan. Mereka berdiri dengan sikap
dingin dan tanpa belas kasihan. Sebuah eksekusi massa akan
segera dimulai. Seorang perwira Jepang berdiri di depan barisan
tawanan dan mulai memberikan perintah dengan suara keras.
Tawanan-tawanan, yang tidak memiliki pilihan selain tunduk
pada perintah ini, merasakan detak jantung mereka semakin
cepat.

"Semua orang, berbaris rapi di sini! Hitung mundur akan


dimulai sekarang." Semua Tawanan Belanda berbisik satu sama
lain

"Semoga Tuhan melindungi kita."

Perwira Jepang yang mulai menghitung mundur "Sepuluh...


sembilan... delapan..."

Perwira Jepang menghitung mundur dari angka sepuluh.


Setiap hitungan membuat napas para tawanan semakin terengah-
engah. Keringat dingin mengalir di dahi mereka, dan mata mereka
terus memandang ke depan, menatap kematian yang mendekat.
Ketika hitungan mencapai nol, senapan bayi para penjaga Jepang
meletus dengan suara menggelegar. Ledakan-letakan itu
menghancurkan kedamaian malam dan memenuhi udara dengan
asap mesiu. Tubuh-tubuh para tawanan Belanda jatuh seperti
boneka yang terbuang, darah mengalir dan meresap ke dalam
tanah basah oleh hujan gerimis.

Eksekusi tersebut berlangsung dengan kecepatan yang


mengerikan. Senapan bayi melepaskan tembakan demi tembakan,
merenggut nyawa para tawanan dengan cara yang sangat kejam.
Suara letusan senjata dan jeritan keputusasaan menciptakan

72
simfoni kematian yang menakutkan. Ketika semua tawanan
sudah tak bernyawa, penjaga Jepang tetap tenang dan tanpa
ekspresi. Mereka memerintahkan pekerjaan berikutnya,
memerintahkan untuk membersihkan mayat-mayat tawanan dan
menguburkannya dalam sebuah liang kubur yang sederhana.
Tidak ada air mata, tidak ada penyesalan, hanya dinginnya
kenyataan kekejaman perang.

Para tawanan Indonesia yang masih hidup dipaksa untuk


membantu dalam pekerjaan yang mengerikan ini. Mereka harus
mengubur saudara-saudara mereka sendiri, yang beberapa saat
yang lalu masih hidup dan bernapas. Keheningan yang tegang
memenuhi udara, dipecah hanya oleh suara tanah yang
dikuburkan kembali.

Setelah berlangsungnya serangkaian pertempuran di


berbagai wilayah, Belanda akhirnya menyadari bahwa mereka
tidak dapat lagi mempertahankan kendali mereka atas Indonesia.
Pasukan Jepang telah berhasil mengalahkan Belanda di hampir
semua lini peperangan, dan situasi semakin tidak menguntungkan
bagi Belanda. Mereka akhirnya mengakui kekalahan mereka dan
melakukan penyerahan kepada Jepang secara resmi.

Penyerahan Belanda adalah berita besar yang


menghebohkan seluruh Indonesia. Ini menandai akhir dari
berabad-abad penjajahan Belanda dan membawa perubahan besar
dalam dinamika kekuasaan di wilayah tersebut. Meskipun
penyerahan ini seharusnya menjadi momen penting untuk
merayakan kemerdekaan, dalam cerita ini, penyerahan Belanda
juga menjadi salah satu faktor yang memicu kesulitan bagi Fritz.

Sultan Hamengkubuwono IX yakni Ayah dari Anom yang


memang sangat tidak setuju putrinya yang amat disayanginya

73
harus Bersama dengan Fritz si pemuda Belanda itu pun mulai
menghalalkan berbagai cara untuk membuat Anom dan Fritz
berpisah tapi apalah daya keduanya sudah saling mencintai. Ayah
Anom yang telah mendengar kabar bahwa Jepang yang telah
menawan para orang Belanda pun mengambil kesempatan ini,
Ayah Anom pun mulai merencanakan semuanya , dia diam-diam
menjumpai para tentara Jepang semua dilakukannya tanpa
sepengetahuan putrinya tentunya.

Sebenarnya ada rasa takut yang dirasakan Ayah Anom ini


bagaimana tidak dia harus menjumpai Jepang yang notabenenya
sedang perang dengan Belanda, tetapi dia meyakinkan dirinya
bahwa semuanya akan berakhir baik jika dia melakukan semua
ini karena ini semua demi putrinya bahkan bila disuruh untuk
mengakhiri hidupnya demi putrinya dia siap, akhirnya setelah
mengumpulkan keberanian dia menjumpai kepala perang Jepang.
Supaya tidak ketahuan putrinya karena dia takut putrinya akan
marah kepadanya karena dia hampir saja membahayakan
nyawanya pergi kesana, bagaimana tidak dia seperti
menumbalkan dirinya sendiri.

Ayah Anom pun mulai menuntun sepedanya menjauh dari


pekarangan rumahnya yang begitu luas sebelum pergi dia
menghampiri para pekerja-pekerja di rumahnya.

“Hei kemarilah sebentar”, Katanya kepada para pekerja


kebun yang asik sedang mengerjakan tugasnya. Pekerja itu pun
tentu saja bergegas menghampiri tuannya dengan sedikit terheran
apa yang sedang tuannya ini lakukan dengan menuntun
sepedanya tak biasanya dia seperti itu.

“Ada apa tuanku”, Jawab pekerja itu dengan sedikit


tertunduk agar terlihat sopan.

74
“Aku akan segera pergi, kalau nanti putriku dan istriku
mencariku beritahu mereka bahwa aku pergi untuk mencari udara
segar”, Kata ayah Anom.

“Baik Tuan”, pekerja itu pun segera pergi dari sana walau
dia penasaran apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh tuannya
ini tidak biasanya dia pergi dengan sepedanya.

Ayah Anom pun mulai mengayuh sepedanya menuju


markas Jepang yang samar-samar ditaunya setelah sampai disana
dia pun masuk.

“Permisi bisakah aku bertemu dengan kepala tentara


disini?”, Kata ayah Anom.

Para tentara yang ada disitu pun terkejut bagaimana bisa


seorang bangsawan berani datang ke markas mereka menjumpai
mereka datang dengan sendiri. Jepang yang memang ingin
membina hubungan baik dengan orang-orang Indonesia Pun
menjawab mereka dengan sangat baik.

“Ada apa tuan, apa gerangan yang membuatmu datang


kesini dengan sendirinya”, kata para tentara Jepang itu.

“Begini aku datang kemari karena ada sesuatu informasi


yang akan kuberitahukan kepadamu, menurutku informasi yang
akan kuberikan ini sangat menguntungkan bagimu”, Kata ayah
Anom.

Para tentara Jepang itu pun mulai tertarik kira-kira apa


yang akan dibicarakan oleh pria tua bangsawan ini.

75
“Dengar dengan baik tuan, ada seorang Belanda yang
telah lulus dan keluar dari tahanan tuan, dia dengan beraninya
berkeliaran dengan bebasnya di tanah yang telah
menjadi kepunyaan kami dan tentunya kepunyaan kalian juga.
Bukankah kita adalah saudara tua? Yang tentunya harus saling
membantu satu sama lain. Massa kalian dengan
mudahnya membiarkan dia berkeliaran dengan bebasnya di
negri ini, bukankah itu akan membahayakan posisi kalian?
bukankah akan lebih mudah baginya melaporkan segala sesuatu
yang terjadi kepada pihak musuh. Bukankah hal tersebut akan
sangat mengancam ketenangan kita? Dengar tuan, sudah
seharusnya kita saling membantu mengamankan negri ini”,kata
Ayah Anom.

“Terimakasih tuan, anda sangat membantu kami dan tentu


saja kami akan sangat menghargai anda akan jasa anda yang besar
itu, namun bagaimana menurut anda? Apa yang harus kita
lakukan agar kita dapat menangkapnya dengan mudah? Tentu
saja dia telah tahu dan hafal dengan trik yang kami layangkan
sebelumnya, dan kali ini dia pasti memiliki rencana yang cukup
matang untuk lolos dari kami”, kata Tentara Jepang

“Tenang tuan, saya akan membantumu menangkapnya.


Dia sangat sering berkeliaran di kerajaan kami, dan dia cukup
akrab dengan putriku, bukankah hal itu akan sangat
menguntungkan bagi kita ? Kali ini aku akan membiarkannya
semakin bebas keluar masuk ke istanaku,aku juga akan
membiarkannya menedekati putriku dan aku akan
memperlakukannya dengan baik. Bukankah dengan begitu akan
semakin mudah buat kita mengawasi tingkah lakunya dan
mengetahui kemana saja dia pergi, dengan begitu kita dapat
mengatur waktu yang tepat untuk mengepung dan menangkapnya

76
“Ide yang bagus tuan, kami setuju akan ide anda”,kata
Tentara Jepang

Ayah Anom pulang dengan senyuman menyungging di


wajahnya, perasaan bahagia kali itu melingkupi dirinya,
dikarenakan rencana untuk menangkap Fritz dan
menyerahkannya ke pihak Belanda akan terjadi dalam waktu
dekat.

Tepat Ketika matahari telah bersinar begitu cerahnya,


ayah Anom menghampiri Anom dan berkata pada Anom “
putriku, aku sangat menyayangimu, tidak ada satupun didunia ini
yang lebih berharga bagi ayah, kelak kamu yang akan
meneruskan tahta ayah oleh karena itu apapun yang ayah lakukan
adalah baik buatmu, dengar putriku kali ini ayah akan
mengijinkan kamu menemui Fitz sesuka hatimu, kamu pun dapat
mengajaknya sesuka hatimu ke istana ini, ayah tidak akan
mengancamnya dan tidak akan melukainya”. Dengan perasaan
yang tak tergambarkan Anom memeluk sang ayah dan berkata
“terimakasih ayah, ayah memang yang terbaik,aku sangat
menyayangi ayah”

Dengan putusan kali itu maka Fritz menjadi lebih sering


berkunjung ke tempat Anom dan berinteraksi dengan Anom
dengan begitu mudahnya. Rasa bahagia melingkupi kedua belah
pihak saat itu, baik Anom maupun Fritz tidak ada yang menaruh
kecurigaan kepada sikap sang ayah yang cukup drastis berubah.
Sang raja yang telah melihat kemungkinan yang cukup baik untuk
melayangkan rencananya mengabari pihak Jepang dan bersiap
hendak menangkap Fritz saat itu. Fritz dan Anom yang tengah
berbincang bincang di lingkungan kerajaan Keraton sangat
terkejut ketika melihat beberapa tentara Jepang memasuki istana

77
tersebut dengan mudahnya, namun tak sedikit pun mereka
menaruh kecurigaan akan hal yang menjanggalkan itu.

Sang ayah dengan sengajanya memanggil Anom dan


mengalihkan perhatian Anom dari Fritz, dengan segera tentara
Jepang menyergap Fritz, tanpa perlawanan Fritz jatuh ke tangan
Jepang. Menyadari percakapan antara ayah dan anak itu sudah
tidak jelas, Anom permisi kepada sang ayah untuk kembali
menemui Fritz, Anom berlari ke arah Fritz dan begitu heran dan
kaget hatinya melihat Fritz yang telah terjatuh dan dibawa kabur
oleh pihak Jepang. Hal itu sangat menggundahkan hatinya, ia
terjatuh ditempat dengan perasaan kalang kabut, dia masih saja
tidak tahu akan apa yang telah terjadi saat itu.

78
Bab 7

Selamat tinggal dan kita

berjumpa lagi

Apa kau tau apa yang lebih menyakitkan dari cinta? Kau
tidak akan pernah tau karena “tak ada” ialah jawabannya.

79
Dadaku sesak ingin mati. Aku berlari dari kenyataan yang
begitu menyakitkan. Aku menuruti hatiku dibandingkan akal
sehatku. Aku tak mengingat lagi kapan pertama kali aku pernah
menginjakkan kaki di dunia. Hatiku terbakar bagai bunga yang
tersibak lahar ketika gunung berapi memutuskan untuk
meledakkan dirinya. Kendati dunia masih memilikimu sebagai
bunga petangnya, namun aku merasa bahwa jurang kehampaan
ku sudah didepan mata. Apa benar kita masih akan bersama?

Fritz tak benar-benar kehabisan akal ketika pak tua itu


memutuskan untuk mengeksekusinya. Berkat kelihaian dan
kelentukan badannya, ia mengelabui penjaga keamanan dan
berhasil mengambil kunci penjara. Ia pun bergegas keluar,
sebelum para pasukan penjaga yang garangnya bukan main bak
singa yang tiba-tiba muncul di tengah hutan menghampiri
mereka. Sebelum ia ditahan, ia memang sudah meminta Anom
untuk membantunya keluar dari penjara. Dan ketika ia keluar dari
penjara, Anom sudah menyambutnya dan menyiapkan sebuah
topi dan pakaian baru. Mereka pun melarikan diri ke arah selatan
hanya dengan berjalan kaki. Mereka menyisakan noda sepatunya
di tanah tanpa menyadari tatapan yang sedari tadi sudah
menghantui mereka. Tatapannya membuat siapapun yang
melihatnya langsung membayangkan akhir dunia ini. Fritz dan
Anom tak menyadari bahwasannya mereka tak akan baik-baik
saja.

Fritz dan Anom sampai di sebuah desa mati tak bernama


di daerah Gunung Kidul. Mereka berniat untuk bermalam disana.
Tatapan itu pun membuntuti sampai ke selatan. Anom yang sedari
tadi gelagatnya menampakkan seseorang yang sedang merinding
pun lantas membalikkan badan untuk melihat wajah siapa yang
terdapat di belakangnya. Tak ada apapun di belakangnya selain

80
belantara rumput hijau yang sangat asri disitu. “Akan lebih baik
jika kita percepat tapakan kaki kita Fritz. Sedari tadi tak kunjung
henti firasat burukku mengikuti Langkah kita”, ujar Anom
sembari menarik tangan Fritz.

“Kau tidak salah. Si kakek tua itu pasti telah menyuruh


pasukan terhormatnya dan Jepang untuk memburu kita”, kata
Fritz sambal berlari.

Mereka sampai pada sebuah gubuk yang ada di pelosok


desa tersebut. Gubuk kecil yang masih berisikan sebuah guci dan
beberapa balok kayu tersebut masih bisa memberikan kehangatan
yang cukup sebagai sebuah tempat pelarian. Mereka juga
mendapati sekarung gandum ketika mereka membuka sebuah
lemari kecil di dalam gubuk tersebut. Anom tak merasakan
sedikitpun kekhawatiran sampai Fritz menunjukkan
kegelisahannya berkali kali. Fritz berkali-kali menggigit kukunya
sebagai pertanda bahwa ia memiliki firasat aneh yang sedari tadi
memenuhi ubun-ubunnya. “Kau terlihat seperti orang dungu yang
kebingungan. Kita sudah mendapatkan tempat persembunyian
yang bahkan lebih baik dari parit-parit pada perang dunia 1?”,
tanyanya sembari melepas sepatu mahalnya yang membuat
kakinya sedikit lecet karena berlari.

“Apakah kau tidak merasa aneh, mengapa sebuah desa


mati bisa memiliki gubuk yang berisikan makanan yang cukup
untuk dimakan selama 3 hari? Apa kau tak berpikir bahwa
mungkin saja gubuk ini sengaja dibuat sebagai jebakan dari
pelarian kita?”, ujar Fritz.

Anom terkejut bukan main ketika mendengar pernyataan


dari Fritz yang tidak dia pikirkan sejak awal. Fritz memang orang
yang selalu berpikir tajam dan mau memperkirakan apa yang

81
akan terjadi kedepannya. Itulah mengapa ia bisa mengetahui
bahwasannya ada jebakan yang sudah tersedia di depannya.
“Mereka sengaja mengarahkan kita ke arah sini sejak awal. Aku
memiliki sedikit firasat karena sejak dikota, beberapa tentara
Jepang ditempatkan di titik tertentu, tapi mereka hanya membuat
gertakan agar arah perjalanan kita mengarah ke tempat ini. Kukira
itu hanyalah sebuah kebetulan. Namun sekarang ku tau itu
memanglah siasat.”, kata Fritz dengan muka pucat setengah mati.

“Jadi yang kau maksud, para manusia bermata sipit itu


sengaja mengarahkan kita ke sini dan berniat untuk mengepung
kita?”, tanya Anom.

“Tak lain dan tak bukan.”, jawab Fritz.

Dengan sisa tenaga yang sudah terkumpul setelah


beristirahat selama sejam, mereka berniat untuk pergi dari gubuk
itu. Walaupun sudah kesal terhadap sepatu mewah pemberian
datuk yang beberapa bulan lalu menawarkan diri untuk
menikahinya, Anom tetap memakainya karena goresan kakinya
masih basah dan membuat kakinya terlalu sakit jika ia tak
memakai sepatunya. Mereka berlari dengan sisa tenaga mereka
menuju arah perbukitan.

Naas adalah kata yang tidak bisa diganti untuk


menggambarkan kondisi mereka setelah mendaki perbukitan.
Mereka melihat jurang di depan mereka yang tidak sampai
panjang truk peleton Belanda jaraknya. Mereka tak bisa
melarikan diri lagi, karena sudah pasti tentara Jepang dan tentara
keraton telah berada di bawah bukit untuk memburu mereka.
Anom mengajak Fritz untuk mengakhiri hidup mereka bersama
dengan lompat ke jurang yang dalamnya lebih dalam daripada
lobang-lobang yag pernah dilihat Fritz semasa hidupnya. Fritz

82
yang selalu berpikiran optimis menjawabnya dengan tatapan sinis
dan segera menarik tangan Anom menuju suatu tumpukan semak-
semak yang cukup lebat. Fritz melihat sejenak ke atas semak-
semak untuk memastikan keadaan sekitar. Ia tak melihat
pemandangan lain selain pepohonan yang tinggi dan rindang serta
burung -burung yang berpindah-pindah pohon untuk memberi
makan anak-anaknya. Ia juga tak mendengar suara aneh apapun
di hutan itu selain suara kicauan burung dan suara angin yang
yang berkali-kali menyenggolkan badan tak berwujudnya ke
pepohonan disitu. Dengan hati-hati juga ia berani menyimpulkan
bahwa mereka sudah aman.

Sejam sudah mereka dibalik semak-semak itu dan tak


satupun tentara Jepang dan Keraton mendatangi keberadaan
mereka. “Bukankah aneh jika kita tak melihat mereka
menghampiri kita? Aku sudah memprediksi dengan hebat bahwa
mereka akan menyisiri hutan dengan berbagai peleton, bahkan
kemungkinan terkecilku bahwa mereka akan membakar hutan ini
jika orang Jepang yang memimpin mereka.” , kata Fritz sembari
merapikan rambutnya yang terlihat seperti model-model di koran
Amerika.

“Bukankah berarti aman bagi kita untuk turun kebawah?


Aku yakin hal-hal tadi hanyalah kebetulan. Kau terlalu parno
dengan apa yang terjadi. Ilusi mu lebih kuat dari apapun yang ada
di dunia ini. Bahkan takhayul pun takut dengan orang sepertimu.”
, ujar Anom dengan nada mengejek.

“Berpikirlah secara rasional. Apapun yang kau pikirkan


tentangku, aku memikirkan semuanya dengan matang dan penuh
dengan pertimbangan. Suruh mulutmu untuk tidak berceletuk.” ,
ujar Fritz dengan mukanya yang sudah merah karena kesal Anom
berkata seperti itu padanya.

83
Mereka pun terdiam sejenak. Hanya suara terpaan angin
dan air mengalir yang terdengar dari kejauhan. Saking heningnya,
mereka bisa saling mendengar detak jantung dan darah mengalir
pada nadi mereka satu sama lain. Mereka menjadi canggung. Jika
dewi Aphrodite melihat secara langsung apa yang terjadi di hutan
itu, maka ia akan menghujankan ramuan indahnya yang tak lain
berisikan perasaan-perasaan hangat di dalamnya.

“Aku minta maaf, bukan maksudku berbicara seperti itu.”,


kata Fritz dengan malu-malu.

“Aku juga minta maaf karena tidak percaya padamu.”,


kata Anom dan mereka pun memegang tangan satu sama lain,
memejamkan mata, dan tak sadar mereka menautkan bibir
mereka di saat-saat menegangkan itu. Suasananya sangat hangat
dan terlihat seperti cerita Romeo dan Juliet.

Di sisi lain, tentara Jepang dan keraton yang mulai bosan


menunggu pun mulai diperintahkan untuk maju menyisiri hutan.
Mereka terdiri dari lima peleton pasukan Jepang dan puluhan
partisipan dari keraton. Memang tak banyak, walaupun untuk
mengejar dua orang yang tak memiliki senjata apapun terkesan
terlalu ramai. Teriakan tenko henkai banzai yang terdengar asing
di telinga tentara keraton mulai diteriakkan tentara Jepang.
Penyisiran dimulai, dan mereka mulai memasuki daerah bawah
bukit. Pantulan Cahaya dari bayonet-bayonet bisa terlihat dari
jarak satu kilometer.

Fritz dan Anom sepakat untuk menyusuri perbukitan ke


arah timur dan turun setelah itu, agar tak satupun dari serdadu
mengetahui keberadaan mereka. Ketika sudah sampai di timur
perbukitan, Fritz tersadar bahwa ia tak sengaja meninggalkan
gelang milik ayahnya yang ia sangkutkan ke sebuah ranting

84
ketika mereka saling canggung satu sama lain. Ia takut bahwa
para serdadu akan mengetahui jejak mereka setelah melihat
gelang yang ia sangkutkan. Namun ia sadar bahwa mereka telah
berjalan sejauh empat kilometer dari tempat sebelumnya. Fritz
berpikir bahwa aman saja dan mereka tidak akan terlacak karena
sudah cukup jauh dari tempat persembunyian awal mereka. Ia tak
menyadari bahwa sebagian serdadu diarahkan ke arah timur dan
arah barat. Mereka adalah orang-orang yang cukup cepat dan
fleksibel dalam melacak keberadaan.

“Apa menurutmu sudah aman sampai sejauh ini?” , tanya


Anom.

“Aku tak yakin.”, balas Fritz.

Anom yang sedang berjalan cepat dengan Fritz tanpa


sengaja menginjak batu yang berukuran seperti bayi baru lahir. Ia
tak berpikir bahwa itu merupakan suatu bahaya. Namun, batu
tersebut terjatuh dan menggelinding ke arah beberapa tentara, dan
mereka tersadar bahwa ada yang aneh dari arah timur. Sang
komandan hanya berkata bahwa itu mungkin hanyalah seekor
babi hutan yang lari. Namun karena komandan tersebut tidak
memiliki kharisma dan tidak menakutkan, semua serdadu yang
diarahkan ke arah timur sepakat untuk mengikuti arah batu
berasal.

Fritz merasa bahwa mereka sudah cukup jauh ke arah


timur dan ia memutuskan untuk turun bersama dengan Anom.
Mereka turun dengan sedikit cepat. Anom tak sadar jika sepatu
yang ia pakai memantulkan sedikit cahaya dan membuat salah
seorang serdadu melihat sebuah cahaya yang bergerak. Serdadu
yang curiga tersebut mengajak kedelapan rekannya untuk pergi
menyusuri daerah itu. Ia semakin yakin ketika melihat sebuah

85
semak-semak yang bergerak di dekatnya. Ketika ia menghampiri
semak-semak itu, ternyata hanyalah seekor babi hutan yang baru
melahirkan. Para tentara yang mulai mempercayai perkataan
komandannya itu pun langsung turun karena merasa bahwa
insting mereka telah gagal.

Anom dan Fitz masih turun ke bawah tanpa mengetahui


apapun yang terjadi pada para serdadu selama pelarian mereka.
Sang Komandan yang terduduk melihat pergerakan aneh yang
terlihat seperti manusia sedang berlari. Ia yang tersadar pun
menembak ke arah tersebut. Tembakannya tak mengenai apapun
walau membuat para serdadu mengetahui incaran yang mereka
cari telah didepan mata. Sang Komandan berteriak bahwa mereka
ada disini. Para serdadu yang melihat mereka segera melepas
peluru-peluru, namun tak satupun hasil pelatuk tersebut mengenai
mereka. Anom dan Fritz berlari dan berlindung di balik tumpukan
pasir. Naas mereka tak mengetahui bahwa itu adalah sebuah
jebakan. Serdadu mengepung mereka dari belakang. Salah satu
komandan berteriak dalam Bahasa jepang. Anom memang tak
mengetahui arti Bahasa tersebut, tapi ia yakin komandan Jepang
tersebut berkata kurang lebih “Mereka ada disini, kepung mereka
dari depan.”

Anom segera memberi isyarat kepada Fritz untuk pergi


dari tempat itu. Fritz memegang tangan Anom dan bergegas
untuk lari. Pergerakan mereka terbaca oleh salah satu tentara.
Mereka menghujani Fritz dan Anom dengan peluru. Fritz yang
melihat sebuah parit yang sepertinya sudah ada sejak pertama kali
Jepang ke Indonesia segera mendorong Anom ke parit tersebut
dan menyuruhnya untuk menutup diri dengan tumpukan kayu dan
besi kawat agar tidak ketahuan. Fritz sengaja membuat Anom

86
selamat sendiri di dalam parit, agar ketika ia menyerahkan diri
mereka hanya menembaki dirinya dan bukan Anom.

“Tunggulah disini hingga aku kembali. Jika aku tidak


kembali, tunggulah hingga fajar esok hari menyingsing. Jika
setelah fajar aku tidak kembali, maka kau bisa membuat
kesimpulan antara aku mati atau ditangkap. Jika kau melihat
mayatku disitu, maka kecuplah keningku dan ucapkan selamat
tinggal untukku.”, ujar Fritz sembari mengambil kayu-kayu untuk
menutup parit tempat Anom berada.

“Hey, tidakkah begitu suram apa yang baru keluar dari


mulutmu? Sangat sakit jika aku melihatmu nanti hanya terkapar
dan bahkan tak bisa menatapku lagi. Berjanjilah padaku untuk
tetap hidup dan kita menikah serta memiliki anak dan cucu lalu
mati di usia senja kita.”, kata Anom dengan memelas.

Setelah perpisahan tersebut, Fritz dengan nyalinya yang


lebih hebat daripada Sangkuriang ketika membuat candi segera
merobek bajunya yang berwarna putih dan mengikatnya pada
sebuah batang kayu sebagai tanda untuk menyerah. Komandan
tentara Jepang yang melihatnya segera mengangkat tangan guna
mengisyaratkan kata ‘tahan’ pada prajuritnya. Fritz tak sengaja
menginjak sebuah pengikat ranjau yang membuat sebuah ledakan
seratus meter dari sebelah kanannya. Para serdadu yang mengira
bahwa itu adalah sebuah perlawanan segera menghujaninya
dengan peluru. Fritz berlari, namun tembakan itu berhasil
mengenai tangan kanan dan bahu kirinya. Ia tetap berlari sampai
sebuah peluru mengenai kaki kirinya. Ia terjatuh di sebuah
kubangan lumpur. Peluru-peluru tersebut masih terus
menghujaninya. Rasa sakit yang terlalu hebat itu membuatnya
pingsan dan tak sadarkan diri.

87
“Hei Fritz, dimana kau menaruh botol anggurnya? Itu
adalah salah satu koleksiku yang paling hebat.”, ujar ayah Fritz.

“Tunggu sebentar ayah, botol ini terlihat begitu keren dan sudah
lama sekali.”, balas Fritz sembari memegangi botol yang dibuat
pada tahun 1890 tersebut.

Setelah percakapan tersebut, Fritz menaruh botolnya dan


bergegas berpakaian untuk pergi ke Rotterdam bersama
keluarganya guna menghadiri acara natal yang dibuat oleh
kakeknya. Ia bertemu dengan berbagai keluarganya. Ia berjumpa
kembali dengan seseorang yang amat dibencinya, yaitu
sepupunya sendiri yang bernama Smith. Smith adalah seseorang
yang cukup tampan dan fisiknya tak kurang dari fisik seorang pria
seksi. Ia juga orang yang berkharisma dan memiliki daya pikat
terhadap wanita. Namun sifat buruknya hanya diketahui bagi
orang yang telah mengenalnya dari lama. Tak ada satupun wanita
yang pernah menjadi kekasihnya lebih dari dua bulan. Yang
paling lama bernama Diana dan alasan mengapa Ia bisa bertahan
lama dengan Smith adalah karena Ia diancam akan dihancurkan
rumahnya. Smith memang anak seorang saudagar kaya. Tak
satupun dari Van Jacob bersaudara yang menjadi orang miskin,
termasuk ayah Fritz merupakan orang kaya. Itulah yang menjadi
alasan mengapa Smith bisa menjadi orang yang semena-mena. Ia
sudah meniduri semua orang yang pernah berpacaran dengannya.
Ada beberapa dari mereka yang terpaksa melakukannya karena
dia diancam oleh Smith akan dihancurkan rumah orang tuanya.

Fritz beberapa kali memalingkan muka agar tak diajak


bicara oleh saudaranya itu. Namun, ia tertangkap oleh saudaranya
saat hendak menaruh kaos kaki natal dekat perapian milik
kakeknya. Ia sejatinya cukup kesal saat Smith langsung

88
merangkulnya begitu menemuinya, namun ia berusaha untuk
menahan kekesalannya itu.

“Hey, bukankah sudah lama sekali kita tidak berjumpa?


Aku sangat merindukanmu dengan baumu yang seperti feses
itu.”, kata Smith sembari mengejeknya ketika pertama kali
bertemu.

“Singkirkan tangan busukmu itu. Kau hanya


menggunakannya untuk meniduri orang dan mengancam orang.
Hendaklah kau simpan baik-baik tangan busukmu itu agar tak
sering menyentuh orang-orang yang bersih tangannya.”, ujar
Fritz sembari meledek.

Keadaan menjadi panas. Smith melayangkan pukulannya


ke arah Fritz. Namun, Fritz berhasil mengelak. Fritz memanglah
orang yang jago dalam berbagai hal. Tak hanya pandai berlogika,
ia juga pandai menggunakan fisiknya. Itulah yang membuat ia
lebih dikagumi wanita daripada Smith yang hanya bermodalkan
tampangnya saja. Fritz pun melayangkan sebuah pukulan telak
yang membuat Smith pingsan di tempat. Keluarga pun
berdatangan karena aksi yang dilakukan oleh mereka berdua ini.
Nicholas langsung menamparnya dengan keras dan berkata, “Aku
tak pernah membesarkanmu menjadi seseorang yang memukuli
orang lain.” Ayah Fritz pun menamparnya sekali lagi sampai
kakek Fritz yang sudah setengah tuli itu pun bisa mendengarnya.

Usai kejadian tersebut, Fritz langsung dikurung di loteng


milik kakeknya. Sebenarnya, ia bisa saja melarikan diri karena ia
memiliki kelihaian dan juga cara berpikir yang cepat serta pernah
mengikuti latihan intelegensi. Namun karena ia tahu sepertinya
itu memang salahnya juga, ia mengurungkan niatnya untuk

89
melarikan diri dan memilih untuk tetap tinggal di loteng tersebut
hingga fajar tiba.

Itulah hal yang paling diingatnya dari semua kejadian


dalam hidupnya. Sebuah hari dimana untuk pertama kalinya ia
menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Tak lama, sebuah
kebisingan muncul dibenaknya. Suara dari berbagai manusia
yang tidak bisa ia artikan maksudnya. Para tentara Jepang sedang
berbincang mengenai seonggok daging manusia yang ada di
hadapannya. Merekaa ingin memastikan apakah ia sudah mati
atau belum. Ketika ingin mencoba menusuk tubuh Fritz dengan
bayonet, sang komandan meminta hal tersebut untuk dihentikan,
karena ia ingin menghormati jasad tubuh seseorang yang telah
mati. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk lanjut
mencari Anom.

Fritz sudah tersadarkan diri sejak lama. Tangannya sudah


mati rasa untuk digerakkan. Kakinya sudah tak sanggup lagi
untuk sekedar menopang tubuhnya. Hari pun mulai berganti
menjadi pagi yang baru. Sewaktu komandan Jepang tadi
menyuruh anak buahnya untuk pergi, ia tahu bahwa Fritz masih
hidup. Ia memiliki rasa kemanusiaan dan tidak ingin membunuh
Fritz karena tidak merusak kepentingan Jepang. Ia berkata dengan
Fritz ketika pendengarannya masih samar, “Tunggulah sejenak
hingga fajar tiba, kami mungkin akan pergi sebentar lagi, aku
akan menolongmu kabur”, katanya dalam Bahasa Hindia
Belanda.

Ketika matahari mulai menampakkan dirinya, Fritz


mencoba untuk bangkit dari tempatnya. Para tentara Jepang yang
belum mendapatkan Anom langsung memundurkan misi dan
Bersiap pergi ke arah utara karena mungkin Anom melarikan diri
kesana. Fritz kebingungan, padahal ia sudah menyuruh Anom

90
untuk mencarinya ketika fajar. Fritz pun bangkit dengan
menyeret badannya ke sebuah ranting pohon dan berusaha berdiri
dengan menarik badannya ke pohon tersebut. Ia yang sudah
sempoyongan mencoba berlari walau berkali-kali terjatuh.
Kepalanya sudah berlumuran darah karena terjatuh suatu ia
berlari dari tembakan tadi. Ia berusaha pergi ke parit tempat ia
menyembunyikan Anom.

Sampailah ia ke tempat dimana ia menaruh Anom


didalamnya. Ia berusaha membuka besi-besi itu walau sangat
berat dengan satu tangan. Ketika ia berhasil membukanya, ia
cukup girang karena bisa melihat Anom. Namun ia heran,
mengapa Anom tidak menyapanya ketika ia membuka tutup parit
tersebut. Ia pun turun ke dalamnya dan memeriksa keadaan
Anom.

“Anom, apakah kau baik-baik saja?”, tanyanya sembari


memegang dan menggoyangkan tubuh Anom.

Ia merasakan tubuh yang begitu dingin. Ketika ia


mencoba untuk memegang lehernya, ia tak mendapati suatu
detakan yang mengalir di nadinya. Pikirannya terbutakan oleh
kalang kabut. Iaa seolah tak mempercayai jika orang yang sangat
dicintainya sudah pergi. Ia menangis, meringkuk, sesekali
mendapati tubuh Anom dan berteriak dengan keras “Seandainya
aku tetap bersamamu, akan lebih bahagia jika kita mati bersama.”
Ia melihat ke arah kanan dan mendapati sebuah tabung gas
monoksida yang bocor di dalam parit tersebut. Ia tak tahu harus
berbuat apa, tak lain dari meratapi kematian kekasihnya, dan
menangis tersedu-sedu. Tak sekali dua kali ia bergumam
menyalurkan penyesalannya yang begitu dalam. Andai ia tak
memasukkannya ke parit dan membiarkan Anom lari, mungkin

91
tentara Jepang tidak akan menembaknya karena Fritz lah sasaran
yang sebenarnya.

Fritz sudah diambang mulai mempercayai kenyataannya.


Bagai bunga yang memberi kehangatan bagi setiap orang yang
melihatnya, dan tiba-tiba orang tersebut mendapati bunga itu
layu, seperti itu jugalah perasaan Fritz kepada Anom. Ia melihat
sebuah benda yang tak asing tergeletak di dekatnya. Ia
mengambil benda tersebut yang merupakan pistol milik pasukan
Belanda. “Aku meminta maaf jika aku tidak bisa
menyelamatkanmu, aku hanya berharap jika kita bisa bersama
lagi.”, kata Fritz. Ia Bersiap menarik pelatuk tersebut dan
mengarahkannya ke kepalanya. Untuk terakhir kali dalam
hidupnya, ia mengucapkan “Selamat tinggal dan kita berjumpa
nanti.”

Aku tak bisa berkata sesuatu yang begitu berarti. Hatiku


kaku, dan lisanku dingin untuk mengungkapkan segalanya. Namun,
ketika bunga petang menghampiriku, aku terbang melayang tak karuan
kemana arahnya. Kiranya aku menjumpaimu di kahyangan nanti
kekasihku.

92
Penulis
Sari Mariati Simbolon

@sarismbln

SMA Negeri 3 Tarutung

S
Tabitha Hasiani Hutagalung

@delightful_bii

SMA Negeri 3 Tarutung

Sabrina Renala Manalu

@sabrina_rnla

SMA Negeri 3 Tarutung

93
Blessi T. A. O. Harianja

@blessi_hrj

SMA Negeri 3 Tarutung

Sahala Leonhard Tumanggor

@sahala_leonhard

SMA Negeri 3 Tarutung

Andrian Raja Noel Tampubolon

@rajaa.noel

SMA Negeri 3 Tarutung

Justin Wismar Tobing

@justintob20_

SMA Negeri 3 Tarutung

94

Anda mungkin juga menyukai