Gaza Palestina
Gaza Palestina
Di Tanah Gaza
Karya : Sugit Gendera
Di tanah itu
Cahaya dari api zionis
Memecah malam di langit Gaza
Ratusan roket jatuh dan memburai serpihan
Ledakan berisi racun putih fosforus
Menghancurkan setiap apa di depannya
Menghempas bangunan batu kota Gaza
Di tanah Gaza
Pejuang kecil dipanggil pulang
Oleh Tuhan yang dengan kasih sayangnya
Menghibur mereka di atas
Di tanah Gaza
Tanah menjadi rebutan
Nyawa seakan tak berharga
Kekuasaan, nafsu, hasrat, menjadi raja
GAZA (1)
Udara jadi dentum
merobek langit
di atas hari yang
dipatri pada
lempeng
asap.
yang tembaga
tidak ada yang menarik
anak-anak dari televisyen
mereka cuma teriak:
“kami ingin sembunyi
dari takdir mortar!”
tapi tak ada dewa
dalam cinema
tidak ada yang menutup layar
sedang kita terus saja
berbincang
Bandung, 2009
GAZA (2)
Kau memintaku menulis rima, selarik saja soal gaza. Tapi, aku
takbisa bermain gitar. Aku sedang butuh buku putih. Untuk
kisah yang selalu dipalsukan. Bukankah gaza mudah dieja jadi
gizi. Hingga orang-orang bertengkar. Dan menetaknya dengan
mortar
langit jadi tembaga, kawan. Dan aku tidak bisa
berlari. Juga ke dalam puisi. Kata-kata taklagi
jadi senjata. Apalagi rima. Sebaliknya, senjata kini telah lama
menjadi abjad, yang dieja tanpa tanda baca. Jangan bertanya
tentang kaca mata. Apalagi zirah. Bukankah itu kisah tentang
sesuatu yang tidak pernah ada
Bandung, 2009
GAZA (3)
Di headline surat khabar, bom itu meledak. Dan kita tersedak.
Di sana, di balik dinding yang miring, seorang bocah mencoba
untuk tidak merinding. “Ketakutan sudah tidak berarti, di
sini”, kata seorang laki-laki renta. Di antara desing peluru yang
mengoyak televisi dan kita yang murung.
Di sana, di bawah pintu yang terkelupas, seorang ibu mencoba
untuk tidak termangu. “Kepedihan sudah tidak berarti, di sini”,
kata seorang laki-laki renta. Di antara granat yang sudah menjadi
gerimis dan kita yang mengepit tabloid.
Di sana, di Gaza, tidak pernah ada berita. Di sini, kita bermimpi
buruk tentangnya
dalam televisyen
Bogor, 2014
GAZA (4)
Ketika bom itu meledak di balik pintu, seorang anak tengah
terlelap di kamar belakang. Ia sedang asyik dengan mimpinya:
tentang mawar yang mekar di halaman sekolahnya. Ia tersenyum
saat katilnya bergoyang. “Aku akan terbang ke masa depan,”
teriaknya Dan ia memang terbang
Tepat ketika bom itu meledak di balik pintu
“Yang kejam adalah sejarah”, tulis seorang politikus senior di
sebuah jurnal. Entah sejarah siapa. Ia tidak pernah berkisah
tentang si anak kecil yang terbang ke masa depan.
Tepat ketika bom itu meledak di balik pintu
Bogor-Bandung, 2014
Bumimu Kembali Berdarah
Oleh : A.M Muhaji
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah
dan mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan
lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon
manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan
sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan
surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada
kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi airmataku.
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja
dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang
tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang
muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit
leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra
Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta,
jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu
deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media
cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara,
membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan
Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada
khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap
pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh
kita bacalah ‘laquwwatta illa bi-Llah!’
Tentang Gaza
Oleh : Zamna Alifi
Palestina, sejenak aku merenung
Bagaiamana jika jiwa raga di kurung
Hak-hak kemanusiaan dipasung
Di kediaman sendiri dikepung
Demikian ulasan tentang beberapa puisi tentang Palestina yang sedih dan menyentuh hati.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Simak ulasan tentang arti birruh biddam nafdika ya aqsa yang belakangan banyak dikaitkan
dengan Palestina dan Israel.
Belakangan ini perhatian publik di seluruh dunia kembali tertuju kepada konflik yang terjadi
antara Israel dan Palestina.
Serangan dan bentrok terjadi hingga memakan banyak korban jiwa dari masyarakat sipil.
Angka kematian akibat serangan ini pun sudah mencapai ribuan jiwa.
Umat Islam di seluruh dunia mengutuk keras tindakan keji tentara Israel.
Yel-yel birruh biddam nafdika ya aqsa terdengar diteriakkan setiap ada aksi bela Palestina di
berbagai tempat.
Simak ulasan tentang arti birruh biddam nafdika ya aqsa yang belakangan banyak dikaitkan
dengan Palestina dan Israel.
Belakangan ini perhatian publik di seluruh dunia kembali tertuju kepada konflik yang terjadi
antara Israel dan Palestina.
Serangan dan bentrok terjadi hingga memakan banyak korban jiwa dari masyarakat sipil.
Angka kematian akibat serangan ini pun sudah mencapai ribuan jiwa.
Umat Islam di seluruh dunia mengutuk keras tindakan keji tentara Israel.
Yel-yel birruh biddam nafdika ya aqsa terdengar diteriakkan setiap ada aksi bela Palestina di
berbagai tempat.
Baca Juga: 2 Doa untuk Palestina dan Masjidil Aqsa Lengkap: Arab, Latin dan Artinya
Arti Birruh Biddam Nafdika Ya Aqsa
Birruh biddam nafdika yaa Aqsa merupakan yel-yel dari bahasa Arab yang diteriakkan oleh
masyarakat Palestina saat melawan tentara Israel.
Adapun arti birruh biddam nafdika yaa aqsa memiliki arti: "Dengan nyawa, dengan darah,
kami akan membelamu ya Aqsha"
Sonora.ID - Simak ulasan tentang bacaan doa untuk Palestina dan Masjidil Aqsa lengkap
dalam arab, latin dan artinya.
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel hingga saat ini belum selesai.
Bahkan beberapa waktu belakangan ini, konflik kembali meletus di Jalur Gaza akibat adanya
penutupan pintu masuk dan keluar di wilayah tersebut.
Konflik ini pun memakan korban jiwa dari kedua belah negara.
Sebagai sesama umat Islam, kita bisa turut mendoakan agar konflik yang terjadi bisa segera
usai.
الَّلُهَّم َأِع َّز اِإْل ْس اَل َم ا َو ْلُم سِلِم ين الَّلُهَّم اْنُصْر ِإْخ َو انَنَا اْلُم سِلِم ين الُم َج اِهِد يَن ِفي ِفِلْسِط ين الَّلُهَّم َثِّبْتِإ يَم اَنُهْم َو َأ
ْنِزِل الَّسِكيَنَة َع َلىُقُلوِبِهم َو َو ِّح ْد ُص ُفوَفُهْم الَّلُهَّم َأْه ِلِك اْلَك َفَر َة َو الُم ْش ِرِكيَن الَّلُهَّم َد ِّمِر ْلَيُهودا َو ِإْسَر آِئل
َو َشِّتْت َش ْم َلُهم َو َفِّر ْق َج ْم َعُهْم الَّلُهَّم اْنُصْر َع َلى الُم َج اِهِد يَن َأْعَداِئَنا َو َأ ْعَداَء الِّدين ِبَرْح َم ِتَك َيآ َأْر َح َم
الَّرِحِم يَن َو َص َّلى ُهَّللا َع َلى الَّنِبِّي ُم َح َّم ٍد
Allahumma 'a-izzal islama wal muslimina, Allahummanshur ikhwananal musliminal
mujahidina fi filistin, Allahumma tsabbit imanahum wa anzilis-sakinata ‘ala qulubihim wa
wahhid shufufahum, Allahumma ahlikil kafarata wal musyrikina Allahumma dammiril
yahuda wa israila, Wa syattit syamlahum wa farriq jam’ahum, Allahummanshur ‘alal
mujahidina a’daa-ana wa a'daa-addin. Birahmatika ya arhamar-rahimin wa shallallahu
‘alan-nabiy Muhammad.
Artinya: "Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, Ya Allah, tolonglah kaum
Muslimin dan Mujahidin di Palestina, Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah
ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka, Ya Allah, hancurkanlah
kaum kuffar dan kaum musyrikin, Ya Allah, binasakanlah kaum Yahudi dan pasukan Israel
dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka, Ya Allah, menangkanlah kaum Mujahidin atas
musuh kami musuh agama dengan Rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih, Dan
sampaikanlah Sholawat kami kepada Nabi Muhammad."
Konspirasi dalam kabut penulisan sejarah
Nyanyian Untuk Palestina adalah zaman berkuda yang menjemputi
Oleh : Dima Amyati
Palestina! Palestina!
Lagu-lagu tugur di kubur Daud yang
diziarahi
mushaf-mushaf Ibrani.
Sahara menjaga desir pasir seperti anak-anak. Disorong mereka
menyisir pada abad pelik di antara duka dan pesta.
rahasia pada suara bebatuan tua Aku tahu selalu ada yang tak benar -benar
yang sihir dan sir. dapat dipastikan kebenarannya,
tapi Palestina mengapa benar tak berusai
Apa kabar dunia? Aku tahu di mana-mana kesedihanmu hingga berkurun
ada ledakan, tapi mengapa rudal Zionis anak turun temurun?
Israel
seperti amarah yang abadi? Palestina! Palestina!
Aku tak sanggup menuturkan PBB adalah rumah pesakitan yang
jumlah korban berjatuhan atau bagaimana dikuasai
orang-orang menangis dalam hak veto dan tekanan senjata.
menggenggam Seruan kemanusiaan adalah ilusi optik
batu di masjid yang porak-poranda. dan resolusi damai adalah mainan
kanak yang diatur tetua pembenci
Palestina! Palestina! yang mengadu domba
Kepak sayap Hud-Hud di kisaran tahta karena depresi diburu dendam masa
Sulaiman menukik ke sungai-sungai lampau.
tumpah ruah di jalan Gaza; menjadi laut
bergemuruh dalam misteri Palestina, aku tahu ini apa
gelagat jagat manusia. tapi tak tahu apakah semua perlu
dipulangkan
pada iman bahwa semua akan berakhir seperti Siti Hajar yang menziarahi Makkah
di puncak kedigjayaan kebenaran? sebelum sumur zam-zam mengalir.
O aku bernyanyi membawa pertanyaan
bagi segenap dukamu. Celigor, 2021
Biar kuziarahi puing-puing kota