Anda di halaman 1dari 15

Gaza Palestina – terakhir zaman

Oleh : Djong Wanter Apalagi berdasarkan turunan


Sebagai tiga tokoh pembawa risalah
Salam Ya Syam.. Adalah sesama Bani Abraham
Salam Ya Ruh Syuhada Palestin Wahai Umat Beragama..
Tragedi bergenerasi Pewaris risalah samawi
Takbir dan esak histeris bergema membumi Yahudi Kristian dan Islam
agresif Yang terlindung dalam sebenar iman dan
Ketika tanah air dijajah tamu kesadaran
Pengemis bertopeng pengungsi Semoga senantiasa diberkahi
Pasca diterima tuan rumah Kita sedang merayap di penghujung zaman
Atas dasar humanity Dunia sedang di arak menuju gerbang
Lalu dilancarkan penjajahan kehancuran
Berpuluh tahun tanpa sanksi Esensi peperangan hanya terbahagi atas dua
Anjing-anjing global antek dajjal jalan
Bungkam berjemaah tanpa reaksi Entah yang haq dimenangkan
Lantas mengecam aksi balasan faksi/palsu ataukah yang bathil yang menempuh keabsahan
Pejuang yang diteroriskan tentukan arah sebelum berbagai petunjuk
Kemudian lantangkan propaganda media dipurnatugaskan
Atas dalil tragedi kemanusiaan… HEY BAHLOL ... Kampanye armagedon bergelora di bumi Syam
!!! Azan mujahiddin bergemuruh
Langitkan bertakbir sebab tauhid haram
Bangsa-bangsa Arab bergelimang power tenggelam
Berlapis kekayaan..
Kenapa bungkam tanpa suara Wahai Laskar Panji Hitam !!
Elit dunia berkolaborasi dalam fantasi kecam- Jika damai kian mustahil maka keluarlah
mengecam sebab Baitul Maqdis yang dicengkram
Tanpa massifkan reaksi nyata
Lantas berdalih netralitas/neutral Wahai Tentera Jubah Putih !!!
Atas nama hubungan bilateral antara Bergegaslah atas izin tuhanmu sebab Al Aqsa
kepentingan ? kian merintih
Bagaimana bisa bicara ketertiban dunia Kualisi mata satu jangan usik sebab jihad tak
Sementara sembunyi… dihindari dan syahid lebih dicari
kala tetangga dilanda genosida pembinasaan Wahai Al Mahdi mintakan redha tuhanmu dan
Nasrani diludah dalam peribadatan keluarlah sebab bumi Darus Salam sedang
Israel disembah nasrani yang buta logika dibantai
kemanusiaan Demi peradaban hamba dan keadilan sejati umat
bertuhan
Hey !!! Umat Kristian ! Segala bentuk penjajahan di atas dunia harus
Dibantai Yahudi zionis lalu ditunding penyembah dihapuskan
berhala sebab ia penghinaan terhadap nilai kemanusiaan
Bahkan Yahudi ortodoks berbeda faham Perancu visi perdamaian
dibantainya zionis Dan setiap dalang di balik konspirasi genosida
Kenapa masih buta wajib di bumi hanguskan.
Pembantaian terhadap bemacam kaum di Gaza
ialah Hanya manusia berkiblat iblis tanpa iman
Kebiadaban faham pincang terosisme zionisme Yang dapat dibobol benteng kesadaran
Hendak dimaknai sebagai tragedi miris Maka antek kafir dajjal wajib dimusnahkan
kemanusiaan Dengan atau tanpa pengadilan.
Bukan persamaaan identitas Bintang Dawud
MENOREH LUKA DALAM HATI YANG DUKA

Tangismu adalah nyanyian jiwa yang tersayat


Bagaimana ku bisa tertawa di sini
Sedangkan dirimu di sana sedang bertakbir menahan sakit
Ketakutanmu di wajahmu itu
menggambarkan bagaimana rasa gelisahmu
aku rasakan senja di sana tak seindah dongeng
begitu rapuh
ingin rasanya kupelukmu dalam hangat cinta
terdiam dengan tatapan yang begitu kosong
kau tak baik-baik saja
hatimu, perasaanmu, tubuhmu dipenuhi dengan ketegangan

KOTA YANG LUKA


Karya : Mohilis

Peluru-peluru itu pun bergelegar


Menghujani dinding kota Gaza
Hari hening yang terpuruk di ranjang malam
Dinodai teriakan suara nenek tua
juga nangis anak kecil dipangkuan bonda
Perlahan darah syahid itu mengalir lesu
Di celahan batu dan tanah debu

Kota ini begitu lama bertahan


Dengan luka dan sumpahan dendam
Dari kejauhan yang sirna
Bertalu percikan api tanpa mata
Menumpah-larah merahnya di dada langit
Lalu melahap sekian tubuh tak berdosa
Hingga di suatu senja nan berlabuh
Bersaksi pohonan beranting kering itu

Tanah ini dipaliti sejarah penuh duka


Dan air mata warga
Dan bangkitlah dunia, bangkit …
Dan lihatlah derita kota ini
Dari bingkaian jendela insani
Hulurkan tangan rangkulan kasih
Menukangi teratak bertiang keadilan
Di lembayung kemanusiaan

Maka suara-suara tangisan itupun meredam


Berganti setanggi citra kedamaian

KANVAS GAZA PALESTIN


Lakaran lanskap tanah ini
Adalah dari sejuta garisan waktu
Yang tidak akan pernah siap
hanya dengan jalinan palsu harmoni
dari lapisan muka kanvasnya
dari akar leluhur para anbia
ketika memberi makna

Tiada lagi warna-warni kehidupan


Hanya hitam - kelabu – debu jitu
Asap dan jerebu
Menutup ruang setiap penjuru
Adalah panorama lanskap Gaza Palestin
Sehingga kini sampai ke hari ini
Calitan derita tiada penghujung
Di angkasa …
Deruan unggas besi tembaga lapis baja menerpa
Dentuman di sini sana
Silih berganti
adalah irama senada
Berbalas jerit raung anak kecil dan warga tua
Bersahutan meluntur sisa tenaga
terlentang mengadap langit
berharap dilepas segera
dari sengsara sekian lama

dari tuhan yang maha pengurnia

yang ada hanya doa


yang ada hanya meminta
yang ada sekelumit kata yang tiada upaya

Di Tanah Gaza
Karya : Sugit Gendera

Di tanah itu
Cahaya dari api zionis
Memecah malam di langit Gaza
Ratusan roket jatuh dan memburai serpihan
Ledakan berisi racun putih fosforus
Menghancurkan setiap apa di depannya
Menghempas bangunan batu kota Gaza

Ribuan Jasad bergelimpangan hanya sedetik


Daging dan darah bersemburan di tembok yang rebah
Berbaur antara serpihan batu dan debu
Sedang dunia hanya mengecam
.. tetapi tetap bungkam
Dan sesekali seakan berusaha berkata,
“Kami ini sudah teramat peduli, selainnya urusanmu saja”

Apakah tiada lagi secalit rasa kemanusiaan ?


Padamu wahai syaitan zionis ?
Kalau iya, dimanakah ?
Adakah mereka ini binatang ?
Sehingga boleh dimatikan begitu saja ?

Di tanah Gaza
Pejuang kecil dipanggil pulang
Oleh Tuhan yang dengan kasih sayangnya
Menghibur mereka di atas

Di tanah Gaza
Tanah menjadi rebutan
Nyawa seakan tak berharga
Kekuasaan, nafsu, hasrat, menjadi raja

Akankah ini selesai


Akankah ini berakhir
Akankah tidak ada lagi yang harus rebah tak bernyawa
Akankah semuanya kembali damai ?

Biarlah waktu menjawab


Tetapi jangan putuskan bantuan dan doa
Kepada mereka yang menderita
Di tanah Gaza

Aku sedang memerlukan buku putih. Untuk


kisah yang selalu dipalsukan. Bukankah gaza mudah dieja jadi
gizi. Hingga orang-orang bertengkar. Dan menetaknya dengan
mortar
JERNIH—Acep Iwan Saidi adalah budayawan dan penyair yang tinggal di Bandung.
Pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini tersentuh dengan derita Palestina yang
terus berlangsung lama, penuh tipuan, ditutupi aneka permainan citra. Rangkaian puisi
ini ditulis pada rentang 2009-2014. Tetap segar dan aktual, selama Palestina tetap kita
lupakan dari agenda harian umat Islam.

GAZA (1)
Udara jadi dentum
merobek langit
di atas hari yang
dipatri pada
lempeng
asap.
yang tembaga
tidak ada yang menarik
anak-anak dari televisyen
mereka cuma teriak:
“kami ingin sembunyi
dari takdir mortar!”
tapi tak ada dewa
dalam cinema
tidak ada yang menutup layar
sedang kita terus saja
berbincang
Bandung, 2009

GAZA (2)
Kau memintaku menulis rima, selarik saja soal gaza. Tapi, aku
takbisa bermain gitar. Aku sedang butuh buku putih. Untuk
kisah yang selalu dipalsukan. Bukankah gaza mudah dieja jadi
gizi. Hingga orang-orang bertengkar. Dan menetaknya dengan
mortar
langit jadi tembaga, kawan. Dan aku tidak bisa
berlari. Juga ke dalam puisi. Kata-kata taklagi
jadi senjata. Apalagi rima. Sebaliknya, senjata kini telah lama
menjadi abjad, yang dieja tanpa tanda baca. Jangan bertanya
tentang kaca mata. Apalagi zirah. Bukankah itu kisah tentang
sesuatu yang tidak pernah ada
Bandung, 2009

GAZA (3)
Di headline surat khabar, bom itu meledak. Dan kita tersedak.
Di sana, di balik dinding yang miring, seorang bocah mencoba
untuk tidak merinding. “Ketakutan sudah tidak berarti, di
sini”, kata seorang laki-laki renta. Di antara desing peluru yang
mengoyak televisi dan kita yang murung.
Di sana, di bawah pintu yang terkelupas, seorang ibu mencoba
untuk tidak termangu. “Kepedihan sudah tidak berarti, di sini”,
kata seorang laki-laki renta. Di antara granat yang sudah menjadi
gerimis dan kita yang mengepit tabloid.
Di sana, di Gaza, tidak pernah ada berita. Di sini, kita bermimpi
buruk tentangnya
dalam televisyen
Bogor, 2014

GAZA (4)
Ketika bom itu meledak di balik pintu, seorang anak tengah
terlelap di kamar belakang. Ia sedang asyik dengan mimpinya:
tentang mawar yang mekar di halaman sekolahnya. Ia tersenyum
saat katilnya bergoyang. “Aku akan terbang ke masa depan,”
teriaknya Dan ia memang terbang
Tepat ketika bom itu meledak di balik pintu
“Yang kejam adalah sejarah”, tulis seorang politikus senior di
sebuah jurnal. Entah sejarah siapa. Ia tidak pernah berkisah
tentang si anak kecil yang terbang ke masa depan.
Tepat ketika bom itu meledak di balik pintu
Bogor-Bandung, 2014
Bumimu Kembali Berdarah
Oleh : A.M Muhaji

Palestin, bumi mu kembali


berdarah,
Apalah salah mu?
Hingga luka itu kembali bernanah!!
Tatkala umat Islam yang lain,
Bersengkang-mata memburu harta
dan kuasa
Warga Palestin terpaksa bergelut,
Dengan bom dan mortar.

Tatkala umat Islam yang lain,


Sibuk dengan urusan perut telinga,
yang akan jadi perkiraan adalah kiblat pertama umat Islam,
kemanusiaan. Dari bumi mu ini,
Sedang ketika… Lahirnya Para Nabi dan Rasul,
Warga Palestin dipaksa, Dari bumi mu ini juga lah,
Menelan kepiluan, Keadilan kan ditegakkan oleh,
Melihat harta dan nyawa, Insan berjiwa pejuang Al-Quds,
Insan tersayang musnah diragut, Berbanggalah justeru,
Oleh manusia berhati batu. Pemuda pemudi mu
dianugerahkan,
Di manakah umat Islam yang lain?! Allah SWT syahid,
Tatkala warga Palestin, Yang hidup tiada mati
Berdepan dengan kezaliman ini! Usahlah dikau kecewa,
Di manakah Muslimin ? Wahai umat Kami umat Islam tetap
Muslimin. dibelakangmu,
Dimanakah Arab? Wahai Arab Dari jauh kami titipkan doa,
Di manakah semua umat Islam Agar dikau tetap teguh,
semua? Dalam perjuangan maha mulia ini.
Datanglah kepada kami. Ikatkan
kesatuan persaudaraan kita. Percayalah,
Kembalikan kebangkitan ummah Pertolongan dari Allah akan tiba,
Bersatu dengan kami. Melenyapkan kebatilan,
Memancarkan kebenaran,
Wahai saudaraku warga Palestin, Bersabarlah wahai Palestin,
Maafkanlah di atas kelemahan, Sesungguhnya Allah,
Kami Umat Islam, Bersama-sama mereka yang
Janganlah dikau bersedih, bersabar.
Jika Baitul Maqdis….
1. Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu (Karya: Taufik Ismail yang dibacakan pada saat KTT
OKI Tahun 2016)

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah
dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan
lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon
manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan
sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan
surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada
kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi airmataku.

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja
dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang
tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang
muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit
leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra
Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta,
jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu
deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

‘Allahu Akbar!’ dan ‘Bebaskan Palestina!’

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media
cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara,
membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan
Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada
khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap
pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh
kita bacalah ‘laquwwatta illa bi-Llah!’

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu


Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.

Tentang Gaza
Oleh : Zamna Alifi
Palestina, sejenak aku merenung
Bagaiamana jika jiwa raga di kurung
Hak-hak kemanusiaan dipasung
Di kediaman sendiri dikepung

Mereka datang sebagai tamu disambut ramah tamah


Namun perlahan mereka mulai serakah
Menjajah dan menjamah
Menindas orang-orang lemah

Meski senjata zionis terus menggempur


Membuat darah dan airmata deras mengucur
Semangat Palestina takkan pernah luntur
Mempertahankan tanah leluhur walaupun raga harus terbujur

Meskipun raga terpenjara


Perjuangan kan tetap membara
Meskipun kezaliman terus mendera
Perjuangan kan terus bergelora

Palestina masih tertindas


Kebahagiaan mereka dirampas
Di rumah sendiri namun tak bebas
Bersabarlah, hingga tiba saat mereka ditimpa siksa yang keras

Palestina, ini masa yang amat sulit


Tak terbayang seberapa sakit
Saat anak tak berdosa menjerit
Saat peluru menghujam menembus kulit

Palestina, meski kita tidak satu tanah air


Namun tauhid dalam darah ini sama mengalir
Kau tak sendiri kita bersama berjuang hingga akhir
Hingga saat kemerdekaan terukir, Takbir!!!

3. Puisi: Ketika Seorang Ibu Palestina Melahirkan Anaknya (Habiburrahman Saerozi)


Seketika itu satu juta pahlawan Palestina tercipta
Dengan keberanian luar biasa
Dengan dada merah menyala
Bergerak bersama-sama
Bersenjata batu-batu neraka
Siap melumat Israel durjana sejadi-jadinya
Tanpa sisa...

Sekali Lagi, Gaza


Karya: Kayla Sajida
Gaza, tak kan hangus oleh nafsumu hai Israel yang haus darah
Gaza, tak kan pernah mati oleh kelicikanmu wahai laknatullah
Bumi Palestina takkan surut menyeru, mengguncang, memporak-porandakanmu
Bumi Islam tak kan habis mengikis semangat menggempurmu
Karena mereka adalah pilihan
Sebab mereka adalah seruan
Biarpun kemaren kau bangga bisa membunuh ribuan mujahid
Dan melukai jutaan umat
Tak kan ada artinya
Bagi mereka adalah syurga
tetapi bagimu mati adalah akumulasi ketakutan
Kebanggaan picisan yang kau porak porandangan pada dunia
Sekali lagi Gaza
Sekali lagi Palestina
Sekali lagi kukatakan
telah jelas yang haq dan yang bathil

Demikian ulasan tentang beberapa puisi tentang Palestina yang sedih dan menyentuh hati.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Simak ulasan tentang arti birruh biddam nafdika ya aqsa yang belakangan banyak dikaitkan
dengan Palestina dan Israel.
Belakangan ini perhatian publik di seluruh dunia kembali tertuju kepada konflik yang terjadi
antara Israel dan Palestina.
Serangan dan bentrok terjadi hingga memakan banyak korban jiwa dari masyarakat sipil.
Angka kematian akibat serangan ini pun sudah mencapai ribuan jiwa.
Umat Islam di seluruh dunia mengutuk keras tindakan keji tentara Israel.
Yel-yel birruh biddam nafdika ya aqsa terdengar diteriakkan setiap ada aksi bela Palestina di
berbagai tempat.
Simak ulasan tentang arti birruh biddam nafdika ya aqsa yang belakangan banyak dikaitkan
dengan Palestina dan Israel.
Belakangan ini perhatian publik di seluruh dunia kembali tertuju kepada konflik yang terjadi
antara Israel dan Palestina.
Serangan dan bentrok terjadi hingga memakan banyak korban jiwa dari masyarakat sipil.
Angka kematian akibat serangan ini pun sudah mencapai ribuan jiwa.
Umat Islam di seluruh dunia mengutuk keras tindakan keji tentara Israel.
Yel-yel birruh biddam nafdika ya aqsa terdengar diteriakkan setiap ada aksi bela Palestina di
berbagai tempat.
Baca Juga: 2 Doa untuk Palestina dan Masjidil Aqsa Lengkap: Arab, Latin dan Artinya
Arti Birruh Biddam Nafdika Ya Aqsa
Birruh biddam nafdika yaa Aqsa merupakan yel-yel dari bahasa Arab yang diteriakkan oleh
masyarakat Palestina saat melawan tentara Israel.
Adapun arti birruh biddam nafdika yaa aqsa memiliki arti: "Dengan nyawa, dengan darah,
kami akan membelamu ya Aqsha"
Sonora.ID - Simak ulasan tentang bacaan doa untuk Palestina dan Masjidil Aqsa lengkap
dalam arab, latin dan artinya.
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel hingga saat ini belum selesai.
Bahkan beberapa waktu belakangan ini, konflik kembali meletus di Jalur Gaza akibat adanya
penutupan pintu masuk dan keluar di wilayah tersebut.
Konflik ini pun memakan korban jiwa dari kedua belah negara.
Sebagai sesama umat Islam, kita bisa turut mendoakan agar konflik yang terjadi bisa segera
usai.

DOA UNTUK PALESTINE

‫الَّلُهَّم َأِع َّز اِإْل ْس اَل َم ا َو ْلُم سِلِم ين الَّلُهَّم اْنُصْر ِإْخ َو انَنَا اْلُم سِلِم ين الُم َج اِهِد يَن ِفي ِفِلْسِط ين الَّلُهَّم َثِّبْتِإ يَم اَنُهْم َو َأ‬
‫ْنِزِل الَّسِكيَنَة َع َلىُقُلوِبِهم َو َو ِّح ْد ُص ُفوَفُهْم الَّلُهَّم َأْه ِلِك اْلَك َفَر َة َو الُم ْش ِرِكيَن الَّلُهَّم َد ِّمِر ْلَيُهودا َو ِإْسَر آِئل‬
‫َو َشِّتْت َش ْم َلُهم َو َفِّر ْق َج ْم َعُهْم الَّلُهَّم اْنُصْر َع َلى الُم َج اِهِد يَن َأْعَداِئَنا َو َأ ْعَداَء الِّدين ِبَرْح َم ِتَك َيآ َأْر َح َم‬
‫الَّرِحِم يَن َو َص َّلى ُهَّللا َع َلى الَّنِبِّي ُم َح َّم ٍد‬
Allahumma 'a-izzal islama wal muslimina, Allahummanshur ikhwananal musliminal
mujahidina fi filistin, Allahumma tsabbit imanahum wa anzilis-sakinata ‘ala qulubihim wa
wahhid shufufahum, Allahumma ahlikil kafarata wal musyrikina Allahumma dammiril
yahuda wa israila, Wa syattit syamlahum wa farriq jam’ahum, Allahummanshur ‘alal
mujahidina a’daa-ana wa a'daa-addin. Birahmatika ya arhamar-rahimin wa shallallahu
‘alan-nabiy Muhammad.

Artinya: "Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, Ya Allah, tolonglah kaum
Muslimin dan Mujahidin di Palestina, Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah
ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka, Ya Allah, hancurkanlah
kaum kuffar dan kaum musyrikin, Ya Allah, binasakanlah kaum Yahudi dan pasukan Israel
dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka, Ya Allah, menangkanlah kaum Mujahidin atas
musuh kami musuh agama dengan Rahmat-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih, Dan
sampaikanlah Sholawat kami kepada Nabi Muhammad."
Konspirasi dalam kabut penulisan sejarah
Nyanyian Untuk Palestina adalah zaman berkuda yang menjemputi
Oleh : Dima Amyati

Palestina! Palestina!
Lagu-lagu tugur di kubur Daud yang
diziarahi
mushaf-mushaf Ibrani.
Sahara menjaga desir pasir seperti anak-anak. Disorong mereka
menyisir pada abad pelik di antara duka dan pesta.
rahasia pada suara bebatuan tua Aku tahu selalu ada yang tak benar -benar
yang sihir dan sir. dapat dipastikan kebenarannya,
tapi Palestina mengapa benar tak berusai
Apa kabar dunia? Aku tahu di mana-mana kesedihanmu hingga berkurun
ada ledakan, tapi mengapa rudal Zionis anak turun temurun?
Israel
seperti amarah yang abadi? Palestina! Palestina!
Aku tak sanggup menuturkan PBB adalah rumah pesakitan yang
jumlah korban berjatuhan atau bagaimana dikuasai
orang-orang menangis dalam hak veto dan tekanan senjata.
menggenggam Seruan kemanusiaan adalah ilusi optik
batu di masjid yang porak-poranda. dan resolusi damai adalah mainan
kanak yang diatur tetua pembenci
Palestina! Palestina! yang mengadu domba
Kepak sayap Hud-Hud di kisaran tahta karena depresi diburu dendam masa
Sulaiman menukik ke sungai-sungai lampau.
tumpah ruah di jalan Gaza; menjadi laut
bergemuruh dalam misteri Palestina, aku tahu ini apa
gelagat jagat manusia. tapi tak tahu apakah semua perlu
dipulangkan
pada iman bahwa semua akan berakhir seperti Siti Hajar yang menziarahi Makkah
di puncak kedigjayaan kebenaran? sebelum sumur zam-zam mengalir.
O aku bernyanyi membawa pertanyaan
bagi segenap dukamu. Celigor, 2021
Biar kuziarahi puing-puing kota

CERITA ANAK PALESTIN

Setiap hari kita sering bercerita


Cerita kesedihan tanpa akhir
Tapi, hari ini akan jadi yang terakhir
Dan besok kita semua akan pulang
Dengan bebas tanpa kekhawatiran
Dan semua ini akan berakhir
Palestin besok akan bebas

Kini, tidak ada lagi ibu dan ayah


yang menyeka air mataku
Akhirnya aku tidak akan menangis lagi
Sedikit rasa takut itu datang
Tapi aku tidak menunjukkan ketakutan itu
Aku harus membusung dadaku
Menatap tajam ke depan

Jauh di lubuk hati ini,


Sedikitpun tidak ada keraguan lagi
Ada rasa percaya diri dan harapan di mataku
Bahawa Palestin besok akan bebas

Aku sekian lama melihat roket dan bom bersinar di langit


Terbang tinggi di langit dan..
Kemudian jatuh menghempas
lalu merenggut nyawa umat Palestin
Seperti hujan di sinar matahari
Tapi hujan ini tidak memunculkan pelangi

Anda mungkin juga menyukai