Anda di halaman 1dari 89

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


DIREKTORAT TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

DRAFT LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN RIP DAN DED


PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
KABUPATEN BANGKA BARAT

Tahun 2023
1. PENDAHULUAN

Penyusunan RIP dan DED Pelabuhan Penyeberangan Bakit perlu dilakukan mengingat:

Belum tersusunnya rencana area pengembangan, rencana pentahapan


pembangunan seluruh fasilitas Pelabuhan beserta tahapan kebutuhan
pembiayaan;

Ketersedian lahan pembangunan pelabuhan menuntut adanya perencanaan


yang baik, konsisten, dan realistis untuk pengembangan kedepan;

Mendapatkan suatu rincian detail terkait kebutuhan pembangunan


pelabuhan dengan fasilitas pokok dan penunjangnya;

Rencana pembangunan pelabuhan belum memiliki desain konstruksi;

Peningkatan kebutuhan angkutan penyeberangan yang pesat


2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud
❑ Sebagai pedoman dalam pengembangan, pembangunan dan operasionalisasi
kegiatan kepelabuhanan;
❑ Sebagai alat pengendalian dan pengawasan segala kegiatan kepelabuhanan;
❑ Sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran dalam mengidentifikasi kegiatan
kepelabuhanan ke dalam rencana kegiatan kepelabuhanan pada jangka pendek,
menengah dan panjang.

Tujuan
❑ Untuk memperoleh gambaran kondisi eksisting;
❑ Memperoleh gambaran kondisi operasional pelabuhan proyeksi jangka pendek hingga
jangka panjang terkait kegiatan transportasi di wilayah studi;
❑ Untuk menyiapkan dokumen pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang bersifat
teknis dan berskala/terukur;
❑ Untuk mendapatkan dokumen spesifikasi teknis dan rencana anggaran biaya sebagai
acuan pelaksanaan pembangunan pelabuhan.
3. LINGKUP UMUM KEGIATAN

Rekomendasi Pembuatan
Analisis dan pembangunan & laporan dan
Survey
Penyajian Data pengembangan dokumen
pelabuhan. lelang.

•Penyusunan Rencana
•Survey Pendahuluan Induk Pelabuhan
•Survey Topografi •Pembuatan peta &
•Survey Bathymetri layout
•Survey Hidrography •Pemodelan
•Survey Penyelidikan hidrooseanografi ;
Tanah •Pemodelan struktur
bangunan.
•Penyusunan Laporan
Survey
4. ORIENTASI LOKASI PEKERJAAN
❑ Bakit merupakan salah satu desa di Kec.
Parittiga, Kab. Bangka Barat, Prov. Bangka
Belitung.
❑ Terletak ± 75 km dari ibu kota Kab. Bangka Barat
(Kecamatan Muntok).
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.1 TINJAUAN KEBIJAKAN

KP 432 TAHUN 2017 RENCANA INDUK PELABUHAN


NASIONAL (RIPN)
❑ Berdasarkan KP 432 Tahun 2017, lokasi
rencana simpul angkutan penyeberangan
di Bakit/Tanjung Ru (Bangka Barat) belum
termasuk dalam arahan pengembangan
pelabuhan penyeberangan.

RENCANA TATA RUANG


PERDA NO.2/2014 WILAYAH PROV. KEP.
BABEL
❑ Pengembangan jaringan transportasi
sungai, danau dan penyeberangan
meliputi peningkatan dan pengembangan
jalur penyeberangan.
❑ Salah satu rencana pengembangan
jaringan transportasi ASDP adalah rencana
pengembangan Pelabuhan
Penyeberangan di simpul Tanjung Ru (Kab.
Bangka Barat) dan simpul Belinyu (Kab.
Bangka).
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.1 TINJAUAN KEBIJAKAN

PERDA NO.1/2014
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAB. BANGKA BARAT

❑ Dalam rencana pengembangan jaringan angkutan penyeberangan, salah satu arahan


pengembangan alur dan Lintas penyeberangan adalah pada lintasan Tanjung Ru – Belinyu
❑ Namun dalam RTRW Kab. Bangka Barat tersebut juga terdapat adanya arahan
pembangunan jembatan Tanjung Ru – Tanjung Gudang Belinyu

RZWP3K PROV.
PERDA
KEP. BANGKA
NO.3/2020
BELITUNG
❑ Lokasi rencana
Pelabuhan
Penyeberangan Bakit
berada Zona Perikanan
Budi Daya, sub zona budi
daya laut (KPU-BD-BL-008)
yang berada di Perairan
Teluk Klabat Dalam.
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.1 TINJAUAN KEBIJAKAN

PERDA NO.3/2020 RZWP3K PROV. KEP. BANGKA BELITUNG


Aturan dalam pemanfaatan ruang Zona Perikanan Budidaya dalam Perda No.3 Tahun 2020 (Pasal 49) :
a. Kegiatan yang diperbolehkan dilakukan dalam zona Perikanan Budi Daya terdiri atas:
1. budi daya laut skala kecil dengan metode, alat dan teknologi yang tidak merusak ekosistem di wilayah pesisir; dan
2. kegiatan penangkapan ikan skala kecil pada saat tidak terdapat kegiatan budi daya.
b. Kegiatan yang tidak diperbolehkan dilakukan dalam zona Perikanan Budi Daya terdiri atas:
1. kegiatan budi daya yang menggunakan metode, alat dan teknologi yang dapat merusak ekosistem di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
2. pemasangan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon;
3. penangkapan ikan dengan alat menetap dan/atau bergerak yang mengganggu kegiatan budi daya laut;
4. penangkapan ikan yang menggunakan bom dan/atau bahan peledak, bius dan/atau bahan beracun, serta
menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak ekosistem di Wilayah Pesisir;
5. pembuangan sampah dan limbah;
6. wisata olahraga air;
7. pertambangan; dan
8. industri.
c. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat dalam zona Perikanan Budi Daya terdiri atas:
1. budi daya laut skala menengah sampai besar dengan metode, alat dan teknologi yg tdk merusak ekosistem di Wil Pesisir;
2. penelitian dan pendidikan;
3. pengembangan minawisata;
4. monitoring dan evaluasi;
5. pemanfaatan air laut;
6. kegiatan penunjang pertahanan dan keamanan Negara; dan
7. pembangunan terminal khusus.

Rekomendasi terkait kesesuaian rencana kegiatan pembangunan pelabuhan


Usulan penyeberangan bakit dengan RZWP3K Prov. Kep. Bangka Belitung
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.1 TINJAUAN KEBIJAKAN

DLKR PERAIRAN TERM.BELINYU, PEL. PANGKALAN BALAM

BAKIT
❑ Berdasarkan peta Rencana Batas DLKR
Perairan Terminal Belinyu Pelabuhan
Pangkalan Balam, lokasi rencana
pelabuhan bakit berada di dalam area
DLKR Perairan Terminal Belinyu
Pelabuhan Pangkalan Balam
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.1 TINJAUAN KEBIJAKAN
DOKUMEN KESESUAIAN KETERANGAN
NO ASPEK
ADA TIDAK YA TIDAK
• KP 432 Tahun 2017 (Sub Lampiran A4, Pelabuhan Laut yang
Rencana Induk
digunakan untuk melanyani Angkutan Penyeberangan) belum
1 Pelabuhan Nasional V - - V
terdapat Rencana Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan di
(RIPN)
lokasi Bakit
• Dalam Perda No. 2 tahun 2014 Tentang RTRWP (Pasal 14), terdapat
rencana pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Ru
2 RTRW Provinsi V - V -
(Kabupaten Bangka Barat) – Pelabuhan Belinyu (Kabupaten
Bangka);
• Dalam Perda No. 1 tahun 2014 tentang RTRWK (Pasal 12), terdapat
rencana pengembangan Alur dan lintas penyeberangan Tanjung
Ru – Belinyu.
3 RTRW Kabupaten/Kota V - V -
• Rekomendasi Bupati Bangka Barat N0.HB.02/61/DISPERKIMHUB/2023
mengenai kesesuaian dan keterpaduan dengan RTRWK Bangka
Barat
• Lokasi rencana Pelabuhan Penyeberangan Bakit berada Zona
4 RZWP3K Provinsi V* - - -
Perikanan Budi Daya, sub zona budi daya laut (KPU-BD-BL-008)
DLKR/DLKP Pelabuhan • Lokasi rencana pelabuhan bakit berada di dalam area DLKR
5 V - - V
Sekitar Perairan Terminal Belinyu Pelabuhan Pangkal Balam.
Lokasi rencana pelabuhan tidak berada/berbatasan dengan kawasan
Lokasi tidak berada lindung merujuk pada:
dalam area kawasan • Peraturan Daerah (Perda) No.3 Tahun 2020 tentang RZWP3K,
6 V - V -
lindung / konservasi • Rekomendasi Bupati Bangka Barat N0.HB.02/61/DISPERKIMHUB/2023
alam mengenai kesesuaian dan keterpaduan dengan RTRWK Bangka
Barat.
Lahan Area Darat • Sertifikat Hak Pakai No. 00008 Desa/ Kelurahan Bakit (luas 10.127m2),
7 V - V -
Pelabuhan dgn pemegang hak pakai tanah Pemprov. Kep. Bangka Belitung.
• Surat Keterangan Bupati Bangka Barat No.
Lahan Akses Jalan
8 V - V - 500.11/348/DISPERKIMHUB/2023 mengenai Akses Jalan Pelabuhan
Pelabuhan
Penyeberangan Bakit – Mantung.
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.2 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN/DERMAGA (TRANS TIGA BABEL)
❑ Studi Kelayakan Pembangunan
Pelabuhan/Dermaga (Trans Tiga Babel)
telah mengindentifikasikan Lokasi
Rencana Pembangunan di mantung
(Kab. Bangka), dan Tanjung Gading (Kab.
Bangka) Tanjung Ru (Kab. Bangka Barat),
tanjong Gading (Kab. Bangka Selatan)
❑ Terdapat 3 lokasi alternatif pada lokasi
rencana pembagunan Pelabuhan di
Tanjung Ru (Kab. Bangka Barat), yaitu :
1. Pantai Ru 1
2. Bakit
3. Bakit (Jetty)
2

3
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.2 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN/DERMAGA (TRANS TIGA BABEL)
❑ Lokasi di simpul Bakit/Tanjung Ru yang layak dan
menjadi prioritas/terpilih untuk dikembangkan dan
ditindak lanjuti dengan studi berikutnya adalah
lokasi Bakit (Jetty).
❑ Beberapa rekomendasi dalam Studi Kelayakan
Pembangunan Pel./Dermaga Penyeberangan
(Trans Tiga Babel) adalah:
1. Pengembangan pelabuhan penyeberangan di
lokasi prioritas dapat dilanjutkan ke studi
berikutnya.
2. Simpul yang tidak masuk dalam RTRW Provinsi
maupun Kabupaten, agar menjadi bahan
dalam review lokasi pelabuhan
penyeberangan yang disarankan atau
direkomendasikan.
3. Peran aktif pemerintah daerah terkait lokasi
rencana pel. penyeberangan yang
terpilih/prioritas, berkaitan dengan status lahan
(harus atas nama pemerintah daerah) dan
peningkatan akses jalan ke lokasi pekerjaan.
5. TINJAUAN KEBIJAKAN DAN STUDI TERKAIT
5.2 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN/DERMAGA (TRANS TIGA BABEL)
ALTERNATIF TERPILIH LOKASI PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Lokasi : Bakit Jetty


Desa/Kecamatan/Kab : Bakit –Kec. Parit Tiga Kab
Bangka Barat
Kondisi Jalan Akses : Jalan Tanah Pjg ±750m
Pelabuhan lebar 4m
Jumlah Penduduk Kec : 36.298 Jiwa (BPS 2022)
Parit Tiga
6. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
6.1 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
❑ Provinsi Kepuluan Bangka Belitung memiliki
batas geografis 104o 50' - 109o 30' Bujur
Timur dan 00o 50' - 04o 10' Lintang Selatan.
❑ Batas Wilayah Provinsi Kep. Bangka Belitung:
• Utara – Laut Natuna;
• Selatan – Laut Jawa;
• Barat – Selat Bangka;
• Timur – Selat Karimata.
❑ Petumbuhan ekonomi Provinsi Kepulaun Bangka
❑ Wilayah administrasi terdiri dari 6 kabupaten
Belitung pada tahun 2022 sebesar 4,40%, lebih
dan 1 kota, dengan pulau utama adalah P.
rendah dibandingkan tahun 2021 (5,0%).
Bangka dan Belitung.
❑ Jumlah penduduk ± 1,494 Juta Jiwa, dengan
laju pertumbuhan 1,52% pada tahun 2022.
6. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
6.1 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Sumber: puprprkp.babelprov.go.id

Sumber: KMPUPR No.248/KPTS/M/2015


6. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
6.1 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Sumber: PVMBG
6. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
6.2 KABUPATEN BANGKA BARAT ❑ Secara Geografis, Kab. Bangka Barat terletak
antara 01°00’ - 02°10’ Lintang Selatan dan 105°00’
- 106°00’ Bujur Timur.
❑ Batas wilayah Kab. Bangka Barat adalah:
• Utara – Laut Natuna;
• Selatan – Selat Bangka;
• Barat – Selat Nangka;
• Timur – Kabupaten Bangka.
❑ Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan,
dengan luas wilayah ± 2.888,15 km2

❑ Perekonomian Kabupaten Bangka Barat tahun


2022 tumbuh sebesar 2,01 %, naik 0,20% ❑ Jumlah penduduk ± 209.791 Jiwa, dengan laju
dibandingkan tahun 2021. pertumbuhan 2,672% pada tahun 2021
6. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
6.3 KECAMATAN PARITTIGA
❑ Kecamatan Parittiga terletak
di daratan Pulau Bangka
dengan Luas 354,11 Km2.
❑ Batas-batas wilayah:
• Utara – Laut Cina Selatan;
• Selatan – Kecamatan
Jabus;
• Barat – Ketab Kecamatan
Jabus;
• Timur – Teluk Kalabat.
❑ Wilayah administrasi terdiri
dari 10 kelurahan/desa,
dengan pusat kecamatan di
Desa Puput
❑ Jumlah penduduk ± 36.056
Jiwa, dengan kepadatan
penduduk ± 102 jiwa/km2.
❑ Sebagian besar wilayah
merupakan daerah pesisir
pantai dengan topografi
relatif datar.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.1 IDENTIFIKASI LOKASI RENCANA PELABUHAN

Area Lahan Darat yg sdh


dibebaskan Pemda = 10.127,5
m2

Lokasi Terpilih
Bakit Jetty

Area Trestle & Dermaga a) Lokasi rencana Pelabuhan Penyeberangan Bakit adalah di desa
Penyeberangan Bakit Kec. Parit Tiga, jarak lokasi ke pusat Kota Kab. Bangka
Barat (Muntok) adalah ± 101 km atau 2 jam jalan darat.
b) Pembangunan Dermaga dibutuhkan panjang Causeway
dan/atau Trestle ± 225 - 240 m pada kedalaman rencana sea
bed > -4.0 mLws;
c) Status Lahan darat adalah Tanah Negara untuk rencana
Pelabuhan Penyeberangan Bakit saat ini sudah dibebaskan dan
proses sertifikat Hak Milik seluas 10.127,5 m2;
d) Kondisi Lahan Darat adalah Tanah pekarangan dan kebun
dengan topografi lahan datar;
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.1 IDENTIFIKASI LOKASI RENCANA PELABUHAN

Jalan Provinsi

Jalan Akses
Akses Jalan 1000 m dan lebar 7 m

Area Darat

Akses Jalan masih berupa Jalan Tanah

Area Perairan

Area Darat rencana Pelabuhan


7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.1 IDENTIFIKASI LOKASI RENCANA PELABUHAN

❑ Lahan darat yang


dirancanakan digunakan
sebagai area darat
pelabuhan adalah Tanah
Milik Negara untuk
rencana Pelabuhan
Penyeberangan Bakit
❑ Status lahan saat ini sudah
dibebaskan dengan
Sertifikat Hak Pakai No.
00008 Desa/ Kelurahan
Bakit (luas 10.127m2) a/n
Pemprov. Kep. Bangka
Belitung.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.1 IDENTIFIKASI LOKASI RENCANA PELABUHAN
❑ Kondisi eksisting lokasi rencana area darat
berupa lahan kosong/tidak terbangun
dengan kontur relatif landai/datar
❑ Terdapat patok batas lahan yang telah
dibebaskan/milik pemerintah daerah
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.2 IDENTIFIKASI LOKASI RENCANA JALAN AKSES PELABUHAN

❑ Terdapat jalan provinsi


yang menghubungkan
lokasi rencana
pelabuhan dengan ibu
kota kecamatan/
kabupaten dengan
lebar 4-5 m (perkerasan
asphalt)
❑ Jalan akses menuju
lokasi pelabuhan masih
berupa jalan tanah
dengan Panjang ±500
m dan lebar 7m yang
merupakan hibah
pemerintah daerah.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.3 SURVEY TOPOGRAFI DARATAN
Pengukuran Pengukuran
Pemasanga Pengukuran Pengukuran
Kerangka Kerangka Peta
n situasi profil
Dasar Dasar Topografi
Benchmark detail melintang
Horisintal Vertical

❑ Titik referensi mengacu pada sistem koordinat kartesian Universal Transverse Mercator (UTM) dan geodetic
system. Datum yang digunakan adalah World Geodetic System 1984 (WGS 84);
❑ Kondisi lahan berupa semak-semak, ilalang, dengan topografi lahan dan kelerengan lahan relatif
landau/datar.

BM 01

Toleransi Ketelitian Poligon

CP 01 BM 02
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.3 SURVEY TOPOGRAFI DARATAN
❑ Survey Topografi dilakukan pada lokasi rencana area
darat pelabuhan dan jalan akses pelabuhan
❑ Luas area pengukuran topografi ±15 Ha
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.3 SURVEY BATHYMETRI PERAIRAN

Kedalaman tranduscher 0,5 m


7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
24
7.3 SURVEY BATHYMETRI PERAIRAN
Kedalaman perairan
Jarak kedalaman - 1 m dari pinggir pantai sejauh ± 136 m
Jarak kedalaman - 2 m dari pinggir pantai sejauh ± 171 m
Jarak kedalaman - 3 m dari pinggir pantai sejauh ± 185 m
Jarak kedalaman - 4 m dari pinggir pantai sejauh ± 208 m
Jarak kedalaman - 5 m dari pinggir pantai sejauh ± 225 m
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.4 SURVEY PENGAMATAN PASANG SURUT
❑ Palem pasut dipasang pada area perairan di lokasi kedalaman -1,0 mLws atau berjarak ±130 m dari garis pantai

MENGHITUNG MUKA AIR ACUAN REFERENSI KESIMPULAN KONSTANTA PASANG SURUT


Prog. Admiralty Palem LWS MSL HWS Satuan Palem LWS MSL HWS Satuan Konstanta Pasut
Admiralty
Hingest Water Spring (HWS) = 401.6 273.3 129.9 0.0 cm 4.016 2.733 1.299 0.000 m S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
Amplitudo 271.7 11.7 7 7.9 75.9 38.1 0.8 0.3 1.9 25
Mean High Water Spring (MHWS) = 381.3 253.0 109.6 -20.3 cm 3.813 2.530 1.096 -0.203 m
Beda fase 0 258.9 280.4 121.9 169.4 100.1 85.8 118.8 280.4 169.4
Mean High Water Level (MHWL) = 337.5 209.2 65.8 -64.1 cm 3.375 2.092 0.658 -0.641 m Konstanta Pasut
Mean Sea Level (MSL) = 271.7 143.4 0.0 -129.9 cm 2.717 1.434 0.000 -1.299 m Least Square
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
Mean Low Water Level (MLWL) = 213.1 84.8 -58.6 -188.5 cm 2.131 0.848 -0.586 -1.885 m Amplitudo 27.168 1.362 2.81 0.33 4.675 6.005 0.139 0.044 2.872 12.592
Mean Low Water Spring (MLWS) = 140.3 12.0 -131.4 -261.3 cm 1.403 0.120 -1.314 -2.613 m Beda fase -48.2 31.61 -23.0 -51.1 -7.49 -54.68 18.48 -88.74 -23.13
Lowest Water Spring (LWS) = 128.30 0.0 -143.4 -273.3 cm 1.283 0.000 -1.434 -2.733 m
PERHITUNGAN TYPE PASANG SURUT (BILANGAN FORMZAL)

FORMULA Program Admiralty Program Least Square


AK1+AO1 114 11
F= = 6.096 = 2.560
AM2+AS2 18.7 4
BILANGAN F = 6.096 mixed type (semi diurnal dominant) 2.560 mixed type (semi diurnal dominant)

Hasil perhitungan data pasang surut:


❑ Tipe pasang surut di lokasi adalah tipe campuran, cenderung
diurnal (mixed dominantly semidiurnal tides), nilai F = 2,56.
❑ Tunggang pasang surut di lokasi adalah 2,733 m.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.5 SURVEY PENGAMATAN ARUS DAN SAMPEL SEDIMEN
❑ Pengukuran arus dan sampel sedimen pada area perairan di lokasi kedalaman ±-7,0 mLws atau berjarak ±260 m
dari garis pantai
Grafik Kecepatan Arus di Kolam Pelabuhan

STA ARUS

Prosentase Arah dan Kecepatan Arus di Kolam


Pelabuhan
Kecepatan (m /dtk)
Arah Jum lah
STA PASUT < 0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.3 > 0.3
Utara 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Timur Laut 23.0 1.0 0.0 0.0 24.0
Timur 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Tenggara 9.0 0.0 0.0 0.0 9.0
Selatan 10.0 2.0 0.0 0.0 12.0
Barat Daya 14.0 1.0 0.0 0.0 15.0
Barat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Barat Laut 15.0 0.0 0.0 0.0 15.0
Prosentase Kejadian 75.0
Prosentase Data Tidak Tercatat 0.0
Prosentase Kejadian Total 75.0

❑ Kecepatan arus maksimum di kolam pelabuhan adalah sebesar


0,139 m/detik dengan arah arus dominan dari Timur Laut, Barat
Daya dan Barat LAut.
❑ Secara umum kecepatan arus di kolam pelabuhan dan alur-
pelayaran relatif kecil, yaitu < 0,056 m/detik.
❑ Sampel sedimen selanjutnya akan diuji di laboratorium untuk
digunakan dalam analisis sedimentasi
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.6. ANALISIS DAN PEMODELAN GELOMBANG

❑ Peramalan gelombang
Distribusi Total Arah dan Kecepatan Angin
berdasarkan data angin sebagai
pembangkit utama gelombang
dan daerah pembentukan
gelombang (Fetch).

❑ Data angin yang digunakan adalah


data angin BMKG Bangka Belitung
(Stasiun Meteorologi Depati Amir)
dari tahun 2008 sampai dengan 2022
❑ Presentase kejadian angin yang
paling sering terjadi dari arah Utara
dengan total kejadian 10%.
❑ Kecepatan angin didominasi pada
kecepatan angin < 5 knots.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.6. ANALISIS DAN PEMODELAN GELOMBANG ❑ Tinggi gelombang di perairan laut dalam
❑ Kawasan Pembangkitan Gelombang (Fetch) Pel. Bakit, dominan dari arah Tenggara dgn
Pelabuhan Penyeberangan Bakit prosentase 8,22 %.
Rencana Pelabuhan
Bakit

Laut

Pulau
Bangka

❑ Distribusi Total Arah dan Tinggi Gelombang


Pelabuhan Penyeberangan Bakit ❑ Gelombang rencana 50 tahunan untuk
arah Timur, Tenggara, Selatan, dan Barat
Tinggi Gelombang (m)
Arah
0.02 - 0.50 0.50 - 1.00 1.00 - 1.50 1.50 - 2.00 >= 2.00 Total
Daya adalah sebesar 0.6 m, 0,6 m, 1,1 m
Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 dan 0,7 m.
Timur Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Timur 6.64 0.00 0.00 0.00 0.00 6.64
Periode Nilai Ekstrim Tinggi Nilai Ekstrim Perioda
Tenggara 8.21 0.01 0.00 0.00 0.00 8.22
Selatan 6.90 0.71 0.00 0.00 0.00 7.61 Ulang Gelombang (m) Gelombang (det)
Barat Daya 1.34 0.03 0.00 0.00 0.00 1.38 (tahun)
T TG S BD T TG S BD
Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Barat Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 50 0.6 0.6 1.1 0.7 3.1 3.1 3.9 3.3
Bergelombang = 23.85
Tidak Bergelombang (calm ) = 76.10
Tidak Tercatat = 0.04
Total = 100.00
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
❑ Tinggi gelombang hasil refraksi/difraksi arah Selatan
7.6. ANALISIS DAN PEMODELAN GELOMBANG
❑ Pemodelan Transformasi Gelombang dilakukan
menggunakan software Mike 21
❑ Tinggi gelombang hasil refraksi/difraksi arah Timur

❑ Tinggi gelombang hasil refraksi/difraksi arah Barat Daya

❑ Tinggi gelombang hasil refraksi/difraksi arah Tenggara

❑ Dari hasil simulasi transformasi gelombang dari tinggi


gelombang rencana periode ulang 50 tahun di Laut
dalam ke kolam pelabuhan dapat disimpulkan bahwa
gelombang di area kolam Pelabuhan paling tinggi
adalah sebesar 54 cm dari arah Selatan.
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.7. ANALISIS DAN PEMODELAN ARUS
Distribusi arus kondisi pasang
❑ Pemodelan arus yang digunakan
adalah dengan model numerik Flow
Model FM dari Program MIKE 21
❑ Berdasarkan hasil simulasi pemodelan
arus saat kondisi pasang dapat
disimpulkan bahwa kecepatan arus
berkisar 0.15 m/dtk.

Distribusi arus kondisi Surut

❑ Sedangkan hasil simulasi


pemodelan arus saat kondisi surut
dapat disimpulkan bahwa
kecepatan arus berkisar 0.015 m/dtk
7. SURVEY DAN IDENTIFIKASI KONDISI LOKASI RENCANA PELABUHAN
7.8. ANALISIS DAN SEDIMENTASI PERAIRAN

❑ Contoh sedimen diambil di 2 titik


perairan yang masing pada tiga
kedalaman (0,2d; 0,6d dan 0,8d).
❑ Parameter/input analisis dan
pemodelan sedimentasi diperoleh
dari hasil lab. sampel sediment yang
diambil.

❑ Kenaikan dasar laut akibat


sumber sedimen layang dari
laut selama simulasi 360 jam
atau 15 hari mencapai ±0.00032
m/15 hari atau ± 0.0064
m/bulan atau ± 0.0078 m/tahun
atau ± 1 cm/tahun di sekitar
lokasi dermaga Pelabuhan
Penyeberangan Bakit.
❑ Hasil kondisi sedimentasi masih
terbilang sangat kecil sehingga
tidak menyebabkan
pendangkalan di area kolam
pelabuhan
8. ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH
8.1 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
❑ Rata-rata pertumbuhan ekonomi Prov. Kep. Bangka
❑ Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kep. Bangka Belitung
Belitung selama tahun terakhir adalah 4,40 % per
2022 sekitar 1,64% (2021, 1,52%).
tahun.
❑ Kabupaten dengan laju pertumbuhan tertinggi adalah
❑ Pada tahun 2021 perekonomian Provinsi Kep. Bangka
Pangkal Pinang
Belitung mengalami kenaikan sebesar 5,05 %.

❑ Estimasi dan Proyeksi jumlah penduduk di Provinsi Kep.


Bangka Belitung pada tahun 2029 adalah 1.586,40 ribu
jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 1.802,54 ribu ❑ Pada tahun 2029 PDRB Provinsi Kep. Bangka Belitung
jiwa pada tahun 2044. diestimasikan sebesar Rp. 68.581,06 milyar, dan pada
tahun 2044 diperkirakan menjadi sebesar Rp. 98.927,35
milyar.
8. ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH
11.2 Kabupaten Bangka Barat ❑ Pada tahun 2029 PDRB Kab. Bangka Barat
diestimasikan sebesar Rp. 11.126,81 Juta, dan
❑ Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bangka Barat 2022 pada tahun 2044 diperkirakan menjadi sebesar
sekitar 2,67 % Rp. 12.495,53 juta.
❑ Estimasi perkembangan penduduk pada tahun 2029 adalah
230.275 jiwa dan di tahun 2044 menjadi 281.156 jiwa,

❑ Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor


basis dengan nilai LQ tebesar di Kabupaten
Bangka Barat.
❑ Struktur ekonomi di Kabupaten Bangka Barat didominasi oleh
Industri Pengolahan (44,59 %) kemudian disusul dengan
Pertanian, kehutanan, dan perikanan (13,26 %),
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.1 PEMBAGIAN ZONA DAN JARINGAN PERGERAKAN
Zona pergerakan di lokasi kegiatan di bagi
menjadi 14 zona pergerakan dengan unit
analisis Kecamatan yang meliputi
Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten
Bangka

Jaringan yang melayani pergerakan di lokasi kegiatan terdiri dari jaringan


jalan dan jaringan penyeberangan. Jaringan penyeberangan
menghubungkan antara Bakit (Kecamatan Parittiga Kec. Bangka Barat)
dengan Belinyu (Kec. Belinyu Kab. Bangka)
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.2 BANGKITAN PERGERAKAN

Bangkitan pergerakan orang dan barang dilokasi kegiatan dianalisis dari Data ATTN dan
dikalibrasi menjadi pergerakan saat ini dengan mempertimbangkan faKtor laju pertumbuhan
penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.3 DISTRIBUSI PERGERAKAN
Distribusi Pergerakan Orang
Simpang Puding Mendo
O-D Muntok Jebus Parittiga Kelapa Belinyu Riau Silip Pamali Bakam
Teritip Tempilang Sungailiat Besar Barat Merawang S Oi
Muntok 0 1.351 1.341 3.314 1.154 1.229 2.635 3.026 1.044 665 1.984 749 815 842 20.148
Jebus 1.351 0 672 549 340 474 1.293 1.199 470 220 590 254 311 292 8.015
Parittiga 1.339 671 0 566 467 738 3.405 2.384 981 377 984 463 599 492 13.466
Simpang Teritip 3.319 549 568 0 534 569 1.162 1.408 479 306 893 344 379 391 10.901
Tempilang 1.152 339 467 532 0 625 1.156 1.836 555 404 1.153 454 497 515 9.686
Kelapa 1.227 473 738 567 625 0 1.848 2.410 839 465 1.247 536 638 619 12.231
Belinyu 2.596 1.274 3.362 1.143 1.141 1.824 0 8.863 3.612 1.190 3.102 1.599 2.148 1.466 33.319
Sungailiat 2.974 1.178 2.348 1.382 1.808 2.373 8.844 0 5.266 3.656 11.423 7.622 9.598 3.176 61.650
Riau Silip 1.027 463 967 470 547 827 3.606 5.270 0 697 1.831 965 1.295 813 18.777
Puding Besar 653 216 371 300 398 458 1.187 3.656 696 0 2.291 990 1.002 670 12.889
Mendo Barat 1.950 580 969 877 1.135 1.228 3.096 11.423 1.829 2.291 0 3.723 3.059 1.778 33.939
Merawang 735 250 456 337 447 527 1.593 7.615 963 989 3.720 0 1.910 766 20.308
Pamali 800 305 590 372 489 627 2.142 9.589 1.293 1.001 3.056 1.910 0 861 23.035
Bakam 828 287 485 384 507 610 1.464 3.179 813 671 1.779 767 862 0 12.637
S Dd 19.951 7.936 13.334 10.795 9.591 12.111 33.432 61.857 18.841 12.933 34.053 20.376 23.112 12.679 291.000

Distribusi Pergerakan Barang


O-D Muntok Jebus Parittiga Simpang TeritipTempilang Kelapa Belinyu Sungailiat Riau Silip Puding Besar Mendo Barat Merawang Pamali Bakam S Oi
Muntok 0 2.256 2.232 5.551 1.915 2.040 3.625 4.145 1.436 910 2.716 1.023 1.114 1.156 30.120
Jebus 2.254 0 1.117 918 563 785 1.777 1.640 646 300 807 347 425 401 11.982
Parittiga 2.297 1.151 0 974 797 1.257 4.813 3.355 1.387 530 1.384 650 841 694 20.130
Simpang Teritip 5.446 901 929 0 871 928 1.570 1.895 647 411 1.202 462 509 527 16.297
Tempilang 1.962 577 793 909 0 1.058 1.622 2.563 778 564 1.609 633 693 720 14.480
Kelapa 2.100 809 1.257 973 1.063 0 2.604 3.381 1.182 653 1.748 750 893 871 18.284
Belinyu 4.463 2.189 5.757 1.970 1.950 3.115 0 12.495 5.113 1.677 4.372 2.247 3.022 2.072 50.443
Sungailiat 5.267 2.085 4.142 2.454 3.181 4.175 12.897 0 7.678 5.307 16.578 11.036 13.906 4.625 93.332
Riau Silip 1.806 813 1.694 829 955 1.444 5.222 7.597 0 1.004 2.638 1.387 1.863 1.175 28.427
Puding Besar 1.159 383 655 534 702 808 1.735 5.318 1.017 0 3.332 1.436 1.455 978 19.513
Mendo Barat 3.451 1.026 1.708 1.556 1.997 2.159 4.512 16.576 2.666 3.324 0 5.388 4.429 2.587 51.380
Merawang 1.319 448 814 606 796 940 2.353 11.195 1.422 1.454 5.466 0 2.802 1.129 30.744
Pamali 1.434 547 1.052 668 871 1.117 3.161 14.090 1.907 1.471 4.488 2.798 0 1.269 34.873
Bakam 1.451 503 846 675 883 1.063 2.113 4.568 1.173 964 2.555 1.099 1.237 0 19.131
SD 34.412 13.689 22.999 18.619 16.543 20.889 48.003 88.818 27.052 18.569 48.895 29.257 33.186 18.205 439136

Distribusi pergerakan orang dan barang dilokasi kegiatan dianalisis dengan


mempertimbangkan factor aksesibilitas antar zona pergerakan
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.4 DESIRE LINE PERGERAKAN

❑ Pola pergerakan penumpang di Kabupaten Bangka Barat sebagian besar menuju ke arah
pusat kegiatan di Kabupaten Bangka (Sungai Liat). Sedangkan pergerakan dari dan ke
arah Bakit (Parittiga) relatif kecil.

❑ Pola pergerakan barang hampir sama dengan pola pergerakan penumpang, dimana
pola pergerakan yang tinggi berada di Kabupaten Bangka, sedangkan pergerakan di
Kabupaten Bangka Barat relatif lebih kecil.
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.5 Pemodelan Pembebanan Lintas Jaringan Penyeberangan

Proyeksi Beban Lintas Jaringan Penyeberangan Bakit-Belinyu


Beban Lintas Jaringan Bakit-Belinyu
Pergerakan Orang Pergerakan Barang Pergerakan Orang Pergerakan Barang
Tahun (Orang/Tahun) (Ton/Tahun) (Orang/Hari) (Ton/Hari)
Proyeksi Bakit Belinyu Bakit Belinyu Bakit Belinyu Bakit Belinyu
2023 16.669 16.911 28.981 23.709 46 46 79 65
2024 17.502 17.757 30.430 24.894 48 49 83 68
2025 18.378 18.644 31.952 26.139 50 51 88 72
2026 19.296 19.577 33.549 27.446 53 54 92 75
2027 20.261 20.555 35.227 28.818 56 56 97 79
2028 21.274 21.583 36.988 30.259 58 59 101 83
2029 22.338 22.662 38.837 31.772 61 62 106 87
2030 23.455 23.795 40.779 33.361 64 65 112 91
2031 24.628 24.985 42.818 35.029 67 68 117 96
2032 25.859 26.235 44.959 36.780 71 72 123 101
2033 27.152 27.546 47.207 38.619 74 75 129 106
2034 28.510 28.924 49.567 40.550 78 79 136 111
2035 29.935 30.370 52.046 42.578 82 83 143 117
2036 31.432 31.888 54.648 44.707 86 87 150 122
2037 33.003 33.483 57.380 46.942 90 92 157 129
2038 34.654 35.157 60.249 49.289 95 96 165 135
2039 36.386 36.915 63.262 51.754 100 101 173 142
2040 38.206 38.760 66.425 54.341 105 106 182 149
2041 40.116 40.698 69.746 57.059 110 112 191 156
2042 42.122 42.733 73.234 59.911 115 117 201 164
2043 44.228 44.870 76.895 62.907 121 123 211 172
9. ANALISIS PERMINTAAN JASA ANGK. PENYEBERANGAN
9.6 Prakiraan Kebutuhan Pergerakan Moda Angkutan Penyeberangan

1. Pada Jangka Pendek (5 tahun), kebutuhan pergerakan angkutan kapal penyeberangan (kap.=
120 penumpang & 14 kend.) diperkirakan dapat dipenuhi dengan jumlah trip kapal 2 trip/hari.
2. Pada Jangka Menengah (10 tahun), kebutuhan pergerakan angkutan kapal penyeberangan
(kap.= 120 penumpang & 14 kend.) diperkirakan dapat dipenuhi dengan jumlah trip kapal 3
trip/hari.
3. Pada Jangka Panjang (20 tahun), kebutuhan pergerakan angkutan kapal penyeberangan
(kap.= 120 penumpang & 14 kend.) diperkirakan dapat dipenuhi dengan jumlah trip kapal 4
trip/hari.
10. KARAKTERISTIK KAPAL RENCANA

❑ Penentuan ukuran kapal mempertimbangkan


karakteristik wilayah, dimana lintasan
penyeberangan Bakit – Belinyu memiliki jarak lintasan
yang relatif pendek (± 3 mile) serta memiliki
karakteristik perairan yang relatif tenang &
terlindung.

❑ Karakteristik kapal rencana adalah kapal ferry


dengan kapasitas s/d 300 GT, sebagai referensi
digunakan kapal yang sudah beroperasi di sekitar
lokasi rencana yaitu KMP Putri Leanpuri (243 GT)
dengan panjang kapal (Loa) = 32, 745 m.
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.1 Estimasi dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Daratan

Berdasarkan analisa kebutuhan ruang fasilitas Pelabuhan Penyebrangan Bakit, diperkirakan


kebutuhan luasan total lahan sampai dengan tahun rencana (tahun 2043) masih mencukupi
dimana ketersediaan luas lahan lokasi Pelabuhan Penyeberangan Bakit saat ini (10.127,5 m2).
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.2 Estimasi dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perairan
❑ Karakteristik kapal rencana yang akan dilayani adalah kapal ferry dengan kapasitas bobot s/d 250
GT, sebagai referensi digunakan karakteristik kapal yang sudah beroperasi di sekitar lokasi rencana
pelabuhan yaitu KMP Putri Leanpuri (243 GT, Panjang/Loa = 32, 745 m).
❑ Kedepan dapat dimungkinkan adanya peningkatan kapasitas kapal dengan ukuran s/d 500 GT (Loa
= ± 35 s/d 37 meter) guna mengakomodir peningkatan lalu lintas penyeberangan di Pelabuhan
Penyeberangan Bakit
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.3 USULAN LAYOUT PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Alternatif 1, Pembangunan fasilitas sandar/dermaga dengan kapasitas sandar kapal penyeberangan rencana
hingga 500 GT dengan fasilitas penghubung berupa trestle (245 x 6 m)
❑ Lahan dengan
legalitas yang jelas
serta dapat
menampung
aktivitas dan
fasilitas-fasilitas yang
ada di daratan.
❑ Rencana
peninggian elevasi
area darat sampai
dengan elevasi
rencana..
❑ Penataan sirkulasi,
drainase dan ruang
terbuka hijau (RTH)
di area darat
pelabuhan.
❑ Pembangunan
beberapa fasilitas
darat pelabuhan.
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.3 USULAN LAYOUT PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Alternatif 1, Pembangunan fasilitas sandar/dermaga dengan kapasitas sandar kapal penyeberangan rencana
hingga 500 GT dengan fasilitas penghubung berupa trestel.

▪ Dermaga Moveable Bridge → 1 unit


▪ Breasting Dolphin (BD) → 3 unit.
▪ Mooring Dolphin (MD) → 3 unit.
▪ Catwalk Beton
▪ Trestle → Panjang ±245 m, Lebar 6,0 m

DOLPHIN=3 unit

DERMAGA MB

TRESTLE =±245 m
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.3 USULAN LAYOUT PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Alternatif 2, Pembangunan fasilitas sandar/dermaga dengan kapasitas sandar kapal penyeberangan rencana
hingga 500 GT dengan fasilitas penghubung berupa causeway (115 m) & trestle (130,5 m).
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.3 USULAN LAYOUT PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Alternatif 2, Pembangunan fasilitas sandar/dermaga dengan kapasitas sandar kapal penyeberangan rencana
hingga 500 GT dengan fasilitas penghubung berupa causeway (115 m) & trestle (130,5 m).

▪ Dermaga Moveable Bridge → 1 unit


▪ Breasting Dolphin (BD) → 3 unit.
▪ Mooring Dolphin (MD) → 3 unit.
▪ Trestle → Panjang 140 m, Lebar Jalan 6,0 m
▪ Causeway → Panjang 112 m, Lebar 8,0 m

DOLPHIN=3 unit

DERMAGA MB

TRESTLE =130,5 M
CAUSEWAY
=115 M
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.4 USULAN LAYOUT PENGEMBANGAN AREA DARAT PEL. PENYEBERANGAN BAKIT
Toll gate

J. Timbang

Gerbang masuk Shelter Pengemudi

Area Parkir
Menyebrang

Shelter Angk. Umum

Suar Darat

Area Parkir Penjemput Cause way

Terminal Penumpang &


Mushola
Kantor
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.5 KONSEP ZONASI PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Penataan zonasi kawasan Pelabuhan merujuk pada konsep zonasi dalam PM 91 Tahun 2021 Tentang Zonasi Di Kawasan
Pelabuhan Yang Digunakan Untuk Melayani Angkutan Penyeberangan.
❑ Dalam penataan zonasi kawasan Pelabuhan Penyeberangan ini dibagi dalam 4 zonasi, yaitu Zona A s/d D, sedangkan
Zona E tidak dimasukkan mengingat ketersediaan lahan pelabuhan diperkirakan masih mencukupi untuk menampung
kebutuhan parkir kendaraan penyeberang
1) Zona A (Untuk Orang)
▪ A1 = Loket dan parkir kendaraan
pengantar/ penjemput penumpang;
▪ A2 = Ruang tunggu calon penumpang;
▪ A3 = Pemeriksaan tiket penumpang.
2) Zona B (Untuk Kendaraan)
▪ B1 = Penempatan jembatan timbang
dan toll gate;
▪ B2 = Antrian kendaraan sebelum masuk
kapal (sudah memiliki tiket);
▪ B3 = Antrian kendaraan siap masuk
kapal (sudah memiliki tiket).
3) Zona C (Fasilitas Vital)
▪ Dermaga dan Fasilitasnya;
▪ Bungker
▪ Fas Air Tawar
▪ Fasilitas Lainnya
4) Zona D (Daerah Khusus Terbatas)
▪ D1 berada pada wilayah khusus
terbatas yang berfungsi sebagai
perkantoran; dan
▪ D2 berada pada area komersial
dalam kawasan Pelabuhan
Penyeberangan
5) Zona E (Kantong Parkir Diluar Pelabuhan
Penyeberangan)
▪ area parkir untuk antrian Kendaraan
yang sudah memiliki tiket namun
belum waktunya untuk masuk Pel.
Penyeberangan;
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.5 KONSEP SIRKULASI PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Penataan sirkulasi kendaraan di area pelabuhan meliputi kendaraan yang akan menyeberang, kendaraan
yang akan keluar, serta kendaraan pengantar dan penjemput

Jalan Akses Pelabuhan ± Area Parkir Menyebrang


250 m
Gerbang masuk

Cause way

Shelter

Terminal Penumpang

Area Parkir Penjemput Musholla


11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.5 KONSEP SIRKULASI PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
❑ Penataan sirkulasi kendaraan di area pelabuhan meliputi kendaraan yang akan menyeberang, kendaraan
yang akan keluar, serta kendaraan pengantar dan penjemput

Gerbang masuk Area Parkir Menyebrang

Jalan Akses Pelabuhan ±


250 m

Cause way

Shelter

Terminal Penumpang
Area Parkir Penjemput

Musholla
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.6 PERSPEKTIF RENCANA PENGEMBANGAN PEL. PENYEBERANGAN BAKIT
11. ESTIMASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FAS. PELABUHAN
11.6 PERSPEKTIF RENCANA PENGEMBANGAN PEL. PENYEBERANGAN BAKIT
12. USULAN DLKR/DLKP PELABUHAN
❑ Batas-batas daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan ditetapkan dengan
koordinat geografis untuk menjamin kegiatan kepelabuhanan.
❑ Daerah lingkungan kerja Pelabuhan Penyeberangan, meliputi daerah lingkungan kerja daratan yang
digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, serta daerah lingkungan kerja perairan yang
digunakan untuk kegiatan area sandar, perairan tempat labuh, kolam pelabuhan dll.
❑ Daerah lingkungan kepentingan Pelabuhan Penyeberangan merupakan perairan pelabuhan di luar daerah
lingkungan kerja perairan yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan
darurat dll.
❑ Usulan batas-batas DLKr/DLKp Pelabuhan Penyeberangan dengan memperhatikan RZWP3K Prov Babel
12. USULAN DLKR/DLKP PELABUHAN
12.1 PETA USULAN DLKR/DLKP PERAIRAN PEL. PENYEBERANGAN BAKIT
12. USULAN DLKR/DLKP PELABUHAN
12.2 PETA USULAN DLKR DARATAN PEL. PENYEBERANGAN BAKIT
13. INDIKASI AWAL KELAYAKAN LINGKUNGAN
13. RONA LINGKUNGAN AWAL
❑ Secara umum rencana pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Bakit tidak tidak berada di dalam dan/atau
berbatasan langsung dengan Kawasan lindung/konservasi, hal ini dilhat dari posisi lokasi rencana pelabuhan
terhadap peta RTRWK Bangka Barat dan RZWP3K Prov. Bangka Belitung, serta peta penggunaan tanah Bangka
Barat (area belukar).
❑ Tinjauan lingkungan ini masih bersifat indikatif, dimana keterkaitan lokasi pelabuhan dengan kawasan
lindung/konservasi ditinjau dari posisi pelabuhan pada peta guna lahan dan perairan dari instansi terkait

❑ Indikasi potensi dampak yang


disebabkan oleh kegiatan
pembangunan dan operasional
pelabuhan, antara lain:
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna
Lahan
2. Penurunan Kualitas Udara dan
Peningkatan Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air Laut dan
Kualitas Air Permukaan
4. Perubahan Pola Arus Laut,
Gelombang dan Garis Pantai
5. Gangguan Terhadap Biota Perairan

❑ Merujuk pada Permenlh No.5 Tahun


2012, arahan kajian lanjutan dalam
rencana pengembangan Pelabuhan
Penyeberangan Bakit ini adalah
penyusunan dokumen UKL/UPL.
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.1. KRITERIA PERENCANAAN DESAIN STRUKTUR DERMAGA

1. SNI 1725:2016 tentang Pembebanan untuk Mutu Beton


Jembatan. ❑ Kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c = 25 MPa.
2. PIANC (2002). Guidelines for the Design of Fender ❑ Modulus elastis beton, Ec = 4700√fc’ = 23500 MPa.
Systems. ❑ Angka poison, Ʋ = 0,2
3. BS 6349 Part 1 dan Part 4 (1994). Code of Practice for ❑ Modulus geser, G = Ec / [ 2(1 + Ʋ)] = 9791.67 MPa.
Design of Fendering and Mooring Systems. ❑ Koefisien muai panjang untuk beton, α = 1.0.E-05 oC
4. OCDI (2002). Technical Standards and Commentaries
for Port and Harbour Facilities in Japan. Mutu Baja Tulangan
5. SNI 1727:2020 tentang Beban Desain Minimum dan ❑ Baja tulangan diameter 13 mm BJTS-420, tegangan
Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan Struktur leleh min. fy = 420 MPa.
Lain. ❑ Baja tulangan diameter <13 mm BJTS-280, tegangan
6. SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan leleh min. fy = 280 MPa.
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
Dan Non-Gedung. Mutu Tiang Pancang
7. SNI 2833:2016 tentang Perencanaan Jembatan ❑ ASTM A252 Grade B sesuai SNI 8052:2014. Tegangan
Terhadap Beban Gempa. leleh minimum, fy = 240 MPa.
8. SNI 2847:2019 tentang Persyaratan Beton Struktural
Untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan.
9. SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural.
10. SNI 8052:2014 tentang Pipa Baja untuk Pancang.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga Spesifikasi Umum 2018
Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2 Tahun 2020).
12. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor
06/SE/Db/2021 tentang Panduan Praktis
Perencanaan Teknis Jembatan.
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.1. KRITERIA PERENCANAAN DESAIN STRUKTUR DERMAGA
ITEMS Deskripsi Keterangan

Tipe Dermaga dan Tipe Dermaga Sandar Moveable Bridge


Kapal Rencana Breasthing dan Mooring Dolphin
Tipe Dermaga Bongkar Muat
Jenis Kapal dan Bobot GT (ton) Ferry Ro-ro, bobot 500 GT
Panjang keseluruhan, LOA (m) 54.00
Lebar (m) 14.00
Tinggi (m) 4.00
Sarat air (draft) (m) 2.60
Kondisi Sandar Kecepatan Sandar Maks, (m/det) 0.30
Sudut Sandar Maks. (O) 10.0

Kedalaman Air Kedalaman Air Minimal yg Dibutuhkan (m) - 5.0 m LWS

Breasting Dolphin Panjang (m) x Lebar (m) 5,0 x 4,0

Mooring Dolphin Panjang (m) x Lebar (m) 4,0 x 4,0

Trestle Beton Panjang (m) x Lebar (m) 130,5 x 6,0

Causeway Panjang (m) x Lebar (m) 115 x 8,0

Elevasi top Dermaga m LWS + 4.25

Kondisi Perairan Kondisi Bathimetri dan Topografi Perairan cukup baik > -5,0 mLWS
Kedalaman kolam pelabuhan LWS (m) - 5,0 s/d -17,5 mLWS
Kedalaman alur pelayaran LWS (m) - 15,0 s/d -20.0 mLWS
Elevasi pasang surut LWS (m) + 0.00
MSL (m) + 1.25
HWS (m) + 2.733
(5 -10) knot atau (2,572 – 5,144) m/s dan arah
Angin dominan (m/s) 90° (Timur)
Arus dominan (m/s) 0,18 m/s dan arah 225° (barat daya)
Tinggi Gelombang laut Hmax (m) 2,50 m
Gelombang di pelabuhan (m) 0,50 m
Kondisi tanah dasar Pasir kelanauan; warna coklat muda
kedalaman rerata d=26,50 m nilai NSpt rerata=
Kedalaman tanah keras, NSpt 32
Daerah Gempa (SNI 03-1726-2019) Zone 2
Jenis Tanah Situs Tanah Sedang (SD)
Kondisi Pembebanan Beban Hidup Dermaga dan Trestle (kg/m 2) 2,0 ton/m2
Gangway (kg/m 2) 500 kg/m2
Beban Hidup terpusat Truk Tronton dan mobil Tangki
Kend. Golongan VIII (panjang 12 m - 16 m)

Beban Berthing kapal Kapal Ro-ro 500 GT EA= 40 kNm; dan RF=303.7 ton
Beban Tambat/Bollard gaya bollard maks.= 18,03 ton Bollard Baja tuang kap.25 ton
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.2. RESUME DATA PENYELIDIKAN TANAH
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.3. DENAH FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Dermaga Moveable Bridge

Dolphin

Dermaga MB

Causeway
84m Trestle 165,5m

65
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

SISTEM PEMODELAN STRUKTUR DERMAGA (SAP2000 V14.2.2)

❑ PEMODELAN BREASTHING DOLPHIN EKSISTING ❑ PEMODELAN TRESTLE DAN DERMAGA

❑ PEMODELAN MOORING DOLPHIN EKSISTING ❑ PEMODELAN CATWALK


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PEMBEBANAN STRUKTUR DERMAGA DAN KOMBINASI BEBAN ❑ KOMBINASI PEMBEBANAN STRUKTUR DERMAGA

1. BEBAN MATI Beban mati yang bekerja pada struktur


dermaga :
• Beban plat lantai kendaraan t=25cm
• Berat finishing t=5cm
• Beban balok memanjang dan
melintang
• Beban poer/pilecap
• Beban boulder/bollard
• Beban Fasilitas lainya

2. BEBAN HIDUP Beban hidup yang bekerja pada struktur


dermaga :
• Beban uniformly distributed load (UDL)=
1,587 ton/m2
• Beban roda kendaraan T = 25 ton Sumber: Port of Long Beach Wharf Design Criteria (POLB),2012

3. GAYA BERTHING Gaya berthing yang bekerja pada struktur 6. GAYA GEMPA
dermaga :
Analisis pembebanan gempa yang digunakan
• Kapal terkecil 250 GT
adalah analisis dinamik yaitu metode respons
• Kapal terbesar 500 GT
spektrum. Beban gempa dihitung berdasarkan SNI
4. GAYA MOORING Beban Mooring/Tarikan kapal disebabkan 1726:2019, “Tata Cara Perencanaan Ketahanan
oleh gaya tarik kapal akibat bobot kapal Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
atau pengaruh angin dan arus. Gaya yang Gedung”,
terbesar diambil sebagai gaya horisontal
yang bekerja pada mooring dolphin dan
untuk merencanakan desain Bollard.
5. GAYA GELOMBANGEnergi total gelombang adalah jumlah energi
kinetik dan energi potensial. Energi
gelombang berubah dari satu titik ke titik
yang lain sepanjang satu panjang
gelombang, L, dan energi rerata dihitung
dengan persamaan:
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PERHITUNGAN NILAI FIXITY POINT TIANG PANCANG TRESTLE DAN DERMAGA

3.55 m
2.90 m

4.00 m
5.00 m

4.426m
5.70 m
+

11.976 m
Panjang tiang
tertanam sampai
Panjang
tanah kerasTiang yg tertanam
sampai Tanah Keras
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PEMBEBANAN STRUKTUR TRESTLE


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
C. BEBAN GEMPA
PEMBEBANAN STRUKTUR DERMAGA 1. Perhitungan Gaya Geser Akibat Gempa
a. Menentukan Periode pendek (Ss) dan Periode 1 detik (S1) dengan peta gempa
- Untuk Ss menggunakan peta respon spekta 0,2 detik probabilitas 2%.
- Untuk S1 menggunakan peta respon spekta 1 detik probabilitas 2%.
Untuk Wilayah Bakit-Bangka Barat diperoleh nilai : Ss = 0.287 ( Ss=>0,25- 0,5)
PERHITUNGAN DESAIN GEMPA PADA TRESTLE S1 = 0.143 ( S 1=> 0,1-0,2 )
b. Menentukan Kelas Situs (lokasi)
Untuk Indonesia yang sering digunakan adalah kelas C (keras), D (sedang), E (lunak)
dari hasil uji boring tanah di lokasi, termasuk kelas situs : D (s e dang) Di dapat N-Spt rerata hi ngga kedalaman 26,47 m= 31,8556
A. DATA BAHAN STRUKTUR hasil pembacaan tabel Koefisien Situs,didapat: Fa = 1.57 Jadi ni lai N-Spt = 15 - 50; sesuai SNI-2012 tabel 3 Klasi fi kasi Tanah
Fv = 2.31
Dimensi Platform/Lantai Trestle : 6.0 x 50.0 meter c. Menghitung SMS dan SM1
SMS = Ss x Fa = 0.451
Upper Structure : Platform Beton mutu K-300 SM1 = S1 x Fv = 0.330
d. Menghitung SDS dan SD1
Sub Structure : Pilecap Beton mutu K-300
SDS = 2/3 x SMS = = 0.300
Jenis Pondasi : Tiang Pancang Baja SD1 = 2/3 x SM1 = = 0.220
e. Menggambarkan grafik respon spektranya
Desain Gempa Sesuai SNI 03 - 1726 - 2019 T0 = 0,2 x SD1/ SDS = = 0.147 TL = 12.0 dtk (Periode gempa untuk wilayah Bangka Barat)
Ts = SD1/ SDS = = 0.733
Wilayah gempa : Zone 2 f. Menentukan nilai R (faktor reduksi gempa)
Faktor keutamaan gedung & bangunan : 2.0 Tentukan kategori resiko bangunan (Kategori I sampai IV), lihat tabel;
Faktor daktilitas : 1.0 dilihat tabel, maka bangunan dermaga termasuk Kategori I-II
g. Menentukan Kategori Desain Gempa
Klasifikasi jenis tanah : Tanah Sedang
Untuk Bangka Barat dengan S DS = 0.300 dan SD1 = 0.220
maka kategori desain gempanya adalah B dan D
B. BEBAN PLAT LANTAI h. Menentukan sistem gedung yang akan dipakai
1. Beban mati di atas platform Trestle : Untuk Bangka Barat dengan kategori desain gempa = B
Termasuk risiko gempa = Menengah , sehingga harus menggunakan sistem SRPMM (sistem rangka pemikul momen Menengah)
(Sistem rangka pemikul momen biasa)
i. Mentukan nilai R dengan menggunakan tabel,
Total Self Weight (Trestle) = 6.0 x 50.00 x 0.30 x 2.5 = 225.00 Ton/m Koefisien modifikasi respons, R yang nilainya bergantung pada sistem struktur yang digunakan
6.0 x 50.00 x x 2.5 = 0.00 Ton/m Nilai R ini dapat ditetapkan dari SNI Tabel 21, untuk bangunan yang tidak menyerupai gedung
Balok Induk Memanjang 40/70 cm 0.40 x 0.70 x 50.00 x 2.50 = 35.000 Ton/m j. Menentukan periode getar alami struktur (T),
Karena periode fundamental struktur belum dapat ditentukan, maka ditentukan periode fundamental perkiraan, Ta.
Balok Induk Melintang 40/70 cm 0.40 x 0.70 x 50.00 x 2.50 = 35.000 Ton/m
Ta = Ct . hnx , dengan tabel didapat nilai;Ct dan x; Ct = 0.0466
Pile Cap type 1 (100 x 100 x 120) cm 1.00 x 1.00 x 26.00 x 2.50 = 65.000 Ton/m tipe s truktur : rangka baja pem ikul m om en x= 0,8 x= 0.90
rangka beton pem ikul m om en x= 0,9 hn = 15.00 m

Total Dead Load and Selfweight (DL) = 360.00 Ton s is tem s truktur lainnya x= 0,75 Ta = 0.533 detik
k. Menghitung Koefisien respons seismik, C s
1.200 T/m2 percepatan spektrum respons : Sds = 0.300
2. Beban Hidup di atas platform Trestle : faktor modifikasi respon : R= 3.00
faktor keutamaan gempa : Ie = 1.00
Cs = 0.100
Direncanakan beban hidup yang bekerja di atas platform q = 1587.0 kg/m2 = 15.870 kN/m2 Nilai CS yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak perlu melebihi;
percepatan spektrum respons : Sd1 = 0.220
Trestle Area ( 6,0 x 50,0 ) 6.0 50.0 = 300.00 m2 T= 0.533
Cs ≤ 0.138
Jumlah Tiang Pancang dlm unit Trestle = 26.00 bh Nilai CS tidak boleh kurang dari;
Sds = 0.3004
Beban Hidup tiap Titik Pancang =( 1.587 x 300.00 ) / 26.00 = 18.31 Ton/ point load TP
Ie = 1.00
Total Live Load (LL) =( 15.870 x 300.00 ) = 4761.00 Ton Cs = ≥ 0.010
0.0132
l. Menghitung berat seismik efektif, W
Berat seismik efektif harus menyertakan semua beban mati dan beban lainnya sesuai SNI pasal 7.7.2.
Untuk penentuan nilai beban bisa mengacu pada SNI 03-1727-2013
3. Beban Total di atas platform Breasting Dolphin :
W = 15502.500 kN
m. Menghitung gaya geser dasar, V
Wtotal (Seismic load design) = WDL + 0,250 *WLL Gaya geser dasar diperoleh dari perkalian koefisien respons seismik dengan berat seismik efektif
Cs = 0.1001
W = 15502.500 kN
= 360.00 + 1190.25 = 1550.25 Ton
V = 1552.2826 kN
W total = 15502.50 kN n. Menghitung Distribusi vertikal gaya gempa, Fx
F x = C vx . V , dengan : Cvx = Faktor distribusi vertikal
dimana nilai Cvx : V = Geser dasar seismik (kN)
wx dan wi = Berat seismik efektif total struktur (W) pada tingkat i atau x, (kN)
hx dan hi = Tinggi tingkat i atau x yang diukur dari dasar struktur (m)
k = eksponen yang berhubungan dengan periode getar struktur,
untuk struktur dengan T ≤ 0,5 detik, k = 1
untuk struktur dengan T ≥ 2,5 detik, k = 2
untuk struktur dengan 0,5 ≤ T ≤ 2,5 detik, k harus sebesar 2

section node Zi Wi Wi.Zi Vi Fi Fi/node

Platform Trestle 26.0 15.0 15502.50 232537.50 1552.283 1552.28 59.70 kN/Tiang

Total (Wi.hi) = 232537.50 kN


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
PERHITUNGAN GAYA BERTHING KAPAL
Energi Berthing Untuk a = Energi Berthing Untuk a =
Bobot Kapal
00 (E) 100 (E)
DATA KAPAL FERRY
Panjang Lebar Draft EN EN
EF=0,5*EN EF=0,5*EN
Bobot Kapal Tinggi Kapal Panjang Kapal Freeboard Kecepatan Sandar (Ultimate) (Ultimate)
Kapal Kapal/Beam Kapal
GT
(h) (LOA) (Lpp) (B) (D) (F) Sejajar Tegak Lurus Ton-m Ton-m Ton-m Ton-m
GT m m m m m m m/s m/s

500 3.0 45.4 38.5 12.00 2.00 2.00 0.15 0.30 500 0.932 1.863 1.067 2.133

Energi Berthing Kondisi 1


Sudut benturan kapal ( a ) = 0 derajat
log(DT)=0,65
Bobot Kapal 0.5B l = LOA/4 tan d d R g cos g log (DT)
7+0,909*log(
GT m m derajat m derajat
500 6.00 11.34 0.529 27.89 12.83 62.11 0.468 3.110 2.699

Kecepatan Koef.
Displacement Added Radius Koef. Koef. Koef.
Tambat Virtual Weight Koef. Block Hidrodin Energi Berthing (E)
Tonnage Weight Ration Eksentrisitas Softness Berthing
maks. amik
EN
(Wd) (Vn) (Wa) (W) (Cb) (Cm) (K) (Ce) (Cs) (Cc) Desain (Ultimate
)
Ro-ro Open
V = LppxBxdraftxCb Hard Fender
m/s ton ton vessel (0,7- (0.19 Cb + 0.11) LOA structure Ton-m Ton-m
D=V x y x C (0,9)
0,8) (1,0)
500.00 0.30 97.36 597.36 0.750 1.333 11.451 0.5652 0.90 1.00 0.465 1.861

Energi Berthing Kondisi 2


Sudut benturan kapal (a) = 10 derajat
Bobot Kapal 0.5B l = LOA/4 tan d d R g cos g

GT m m derajat m derajat

500 6.00 11.34 0.529 27.89 12.83 52.11 0.614

Kecepatan Koef. Defleksi fender yang dipilih adalah 45% dan menghasilka 𝑅𝑅 = 100% dan nilai 𝐸𝑅 = 40%.
Displacement Added Radius Koef. Koef. Koef.
Tambat Virtual Weight Koef. Block Hidrodin Energi Berthing (E) Adapun klasifikasi Jenis fender yang dipilih yaitu:
Tonnage Weight Ration Eksentrisitas Softness Berthing
maks. amik
EN n nilaiTipe Fender : KVF 400 H
(Wd) (Vn) (Wa) (W) (Cb) (Cm) (K) (Ce) (Cs) (Cc) Desain
(Ultimate
Ro-ro Open
– 𝐸𝑅 : 40.0 kNm > 𝐸𝐴 = 32.8 kNm
(0.19 Cb + Hard Fender
ton m/s ton ton vessel (0,7- structure Ton-m Ton-m – 𝑅F : 303.7 kN
0.11) LOA (0,9)
0,8) (1,0)
500.00 0.30 97.36 597.36 0.750 1.333 11.451 0.6534 0.90 1.00 0.538 2.151 Beban yang diaplikasikan pada struktur dermaga rencana adalah reaction rated (𝑅𝑅 )
dikalikan dengan persentase reaction rated, sehingga diperoleh:
𝑅 rencana = 303.7 𝑥 100% = 303.7 kN
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PERHITUNGAN GAYA MOORING AKIBAT ANGIN DAN ARUS


Properti Kapal Fery Kapal Fery Keterangan Properti Kapal Fery Kapal Fery Keterangan
b). Beban Mooring akibat Angin d). Beban Maksimal pada Titik Tambat Kapal
BOBOT KAPAL (GT) 500.0 750.0 Gross Ton
BOBOT KAPAL (GT) 500.0 750.0 Gross Ton
pa 0.001 0.001 massa jenis angin, kN/m3
βh 45 45 Sudut Stern/head line (βh)
kec. Angin max., U 90.00 90.00 kec. Angin, km/jam
βh 90 90 Sudut Breast line (βh)
25.00 25.00 kec. angin mak, 1 m/s = 3,6 km/jam
12.75 12.75 kec. angin mak, 1knot = 0,51 m/s
βh 10 10 Sudut Spring line (βh)

Al 24.00 20.40 Beam x freeboard βv 25 25 Sudut vertikal (βv)


At 90.70 79.56 Loa x freeboard RT = FT / (cosβv.cosβh) 180.318 212.258 Beban Maks. pd titik tambat arah Transversal, KN
Koef. tekanan angin arah sejajar kapal, untuk RL = FL / (cosβv.cosβh) 22.401 19.186 Beban Maks. pd titik tambat arah Longitudinal, KN
Cw-x 1.5 1.5
rectangular cross section
Koef. tekanan angin arah tegak lurus kapal, jadi gaya bollard 500 GT = 18.032 < kap bollard desain 25 ton
Cw-y 2.3 2.3
untuk rectangular cross section
Ftw = ½ * p* U^2 * At* Cw-y 65.191 57.184 Gaya Mooring akibat angin arah transversal, KN
Flw = '= ½ *p * U^2 *Al *Cw-x 11.250 9.563 Gaya Mooring akibat angin arah longitudinal, KN

Properti Kapal Fery Kapal Fery Keterangan

a). Beban Mooring akibat Arus


BOBOT KAPAL (GT) 500.0 750.0 Gross Ton
S 462.57 477.36 0,85 x Loa x Beam
Vx 0.80 0.80 kec arus max. sejajar pantai, m/s
p 1024.0 1024.0 massa jenis air laut, kg/m3
Cc 4.5 4.5 Nilai maksimum grafik koef.tekanan arus
Vy 0.80 0.80 kec arus max. tegak lurus pantai, m/s
A 77.000 103.900 Luasan = Lbp x Draft
Ftc = 1/2 .p.Cc.Vy^2.A 113.541 153.207 Gaya Mooring akibat arus arah transversal, KN
Flc = 0,0014.S.Vx^2 0.414 0.428 Gaya Mooring akibat arus arah longitudinal, KN
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Beban Mati Tambahan Lantai Trestle (Air hujan + Lantai


PEMBEBANAN VERTIKAL PADA STRUKTUR TRESTLE DAN DERMAGA Aspal)

Dimensi Trestle Dermaga MB


Panjang 100.0 meter 16.0 meter
Lebar 6.0 meter 8.0 meter
Balok Dudukan 1000 x 1200 mm Konstruksi Baja IWF
Balok Induk 400 x 700 mm Konstruksi Baja IWF
Balok Anak 300 x 500 mm Konstruksi Baja IWF
Pelat Lantai 250 mm Grating Baja
Pile Cap 1000 x 1000 x 1200 mm 2700 x 3000 x 10500 mm

Tiang Pancang SPP Ø 457 mm, t = 12 mm SPP Ø 508 mm, t = 12 mm

Beban Mati Akibat Berat Sendiri Pilecap Beban Terbagi Rata (BTR) Lantai Trestle

73
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PEMBEBANAN HORISONTAL PADA STRUKTUR TRESTLE DAN DERMAGA Transfer Beban Angin Kendaraan Lantai
Trestle

Transfer Gaya Gelombang pada Tiang Pancang


Trestle
Transfer Gaya Rem Lantai
Trestle

74
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PEMBEBANAN GEMPA PADA STRUKTUR TRESTLE DAN DERMAGA

Spektrum Respons Beban Gempa Dinamik Respons


Desain Spectrum
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PENGECEKAN PELAT LANTAI TRESTLE DERMAGA


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
PENGECEKAN BALOK INDUK TRESTLE DERMAGA
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PENGECEKAN BALOK ANAK TRESTLE DERMAGA


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Hasil analisa struktur Trestle (P-M Ratios), Hasil analisa struktur breasthing dolphin (frame forces),

Hasil analisa struktur Trestle (Aksial Forces), Hasil analisa struktur breasthing dolphin (Joint reaction),
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PENGECEKAN STRUKTUR TIANG PANCANG DERMAGA


Gambar Pemodelan SAP2000 : Trestle
1. Resume daya dukung tiang pancang baja (Trestle) :

2. Resume daya dukung tiang pancang baja (Breasthing Dolphin) : Gambar Pemodelan SAP2000 : Breasthing Dolphin
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

PENGECEKAN STRUKTUR TIANG PANCANG DERMAGA

Gambar Pemodelan SAP2000 : Mooring Dolphin


3. Resume daya dukung tiang pancang baja (Mooring Dolphin)

4. Resume daya dukung tiang pancang baja (CAtwalk) :


Gambar Pemodelan SAP2000 : Catwalk/Gangway
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Gambar Denah Dermaga Moveable Bridge


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Gambar Breasthing dolphin dan mooring dolphin


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.4. DESAIN STRUKTUR PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT

Rekomendasi untuk mendapatkan struktur beton yang baik di lingkungan laut :


1) Penggunaan bahan dasar beton (seperti agregat) dan beton berkualitas baik, dengan menggunakan
semen type 2 khusus untuk ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
2) Pemberian selubung beton dengan ketebalan tertentu yang sesuai dengan kondisi lingkungan yang akan
dihadapi. Semakin korosif lingkungan, semakin tebal selimut beton yang dibutuhkan.
3) Pengontrolan lebar retak yang boleh terjadi pada beton bertulang saat dikenakan beban layan (service
load). Semakin korosif lingkungan semakin kecil lebar retak yang boleh terjadi pada beton.
4) Untuk retak memanjang lebar retakan bervariasi min. lebar 2 mm dan kedalaman berkisar 30 – 40 mm
dipilih metode penanganan berupa injeksi low viscosity epoxy resin kedalam slab, dengan material Nitofill
EPLV/Conbextra EP 10 untuk diinjeksi kedalam beton, sedangkan untuk penutup akhir/sealer digunakan
Nitomortar FC.
5) Untuk perlindungan terhadap beton dan tulangan (menghindari korosi), maka struktur beton di laut harus
dibuat dengan kandungan semen minimum 420 kg/m3 (setara mutu beton K300 kg/cm2) dan selimut
beton tidak boleh kurang dari 7 cm dan tidak boleh menggunakan agregat ekspansif.
6) Proses perawatan beton / curing harus dilakukan. Cara-cara konvensional yang dilakukan adalah
dengan penyemprotan, penggenangan / perendaman, ditutup lembaran plastic, dll. Proses perawatan
beton tersebut membutuhkan perhatian khusus dalam pelaksanaanya sehingga tidak praktis.
7) Kondisi Pile cap dan tiang pancang mengalami spalling dan keropos agar dilakukan proteksi dengan
menggunakan metode wrapping FRP.
8) Pelapisan zat anti karat (zincrich/epoxy) untuk pencegahan terhadap resiko korosi pada tulangan.
14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.5. DESAIN PERKERASAN JALAN DAN AREA PARKIR

Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang


DESAIN PERKERASAN JALAN RIGID BETON disarankan
tebal pelat dowel

Data Tebal Perkerasan Rigid perkerasan meter panjang jarak

inci mm Inci mm inci mm inci mm


Jenis perkerasan : Beton bersambung dengan tulangan
Jenis bahu : Diperkeras 6 150 0.75 19 18 450 12 300

Umur rencana (tahun) : 20 7 175 1 25 18 450 12 300


JSK : 5.41 E+07
8 200 1 25 18 450 12 300
Faktor keamanan beban (FKB) : 1.1
Kuat tar ik lentur beto n (f’cf) umur 28 hari : 4.11 MPa 9 225 1,25 32 18 450 12 300

Jenis lapisan pondasi : Lean concrete 10 250 1,25 32 18 450 12 300


CBR tanah dasar (%) :5
11 275 1,25 32 18 450 12 300
CBR efektif (%) : 15
12 300 1,5 38 18 450 12 300
Tebal taksiran plat beton (mm) : 250
Tebal taksiran lean concrete (mm) : 100 13 325 1,5 38 18 450 12 300
Lebar plat (m) : 2 x 3,5m 14 350 1,5 38 18 450 12 300
Panjang plat (m) : 6,0m
Koef. gesek plat beton dengan pondasi bawah :1.3
SKETSA SAMBUNGAN DOWEL & TIE
Kuat tarik ijin baja (MPa) : 240
BARS
Berat isi beton (kg/m3) : 2400
DOWEL Ø24
Tulangan memanjang Ø 12 mm jarak : 15 cm Sambungan susut.

39

155

Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C)


225 Selaput pemisah antara ruji
450 dan beton

DETAIL SAMBUNGAN DOWEL

TIE BARS Ø16


Sambungan memanjang dengan sistem penguncian.
62

31
155
15,5
77,5

375

750

DETAIL SAMBUNGAN TIE BARS


14. DESAIN FASILITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
14.6. DESAIN BANGUNAN FASILITAS DARAT PELABUHAN
15. ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BAKIT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

Anda mungkin juga menyukai