Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR SI. 11 / HK 501 / Phb - 80


TENTANG
PERIZINAN PENYELENGGARAAN
KOMUNIKASI RADIO ANTAR PENDUDUK

MENTERI PERHUBUNGAN

Menimbang : a. Bahwa perlu memberi kesempatan kepada masyarakat untuk


memanfaatkan komunikasi radio telepon untuk menjalin
hubungan sosial masyarakat ;

b. Bahwa komunikasi radio telepon tersebut tidak boleh digunakan


untuk kegiatan-kegiatan yang merugikan negara dan masyarakat

c. Bahwa berhubungan dengan itu perlu menetapkan ketentuan-


ketentuan persyaratan serta perizinan komunikasi radio telepon
antar penduduk.

Mengingat : 1. Undang - Undang Telekomunikasi Nomor 5 tahun 1964 tentang


penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
nomor 6 Tahun 1963 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Tahun 1963 Nomor 65) menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Tahun 1964 Nomor 59)

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pengesahan


Konvensi Telekomunikasi Internasional (Internasional
Telekomunication Convention) Malaga Terremolines, 1973
(Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 56) ;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1974 tentang
Telekomunikasi Untuk Umum (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 27) ;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1974 tentang


Perusahaan Umum Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 50) ;
5. Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok dan Susunan Organisasi Departemen dan
Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1979 tentang Perubahan
Susunan Organisasi Departemen Perhubungan ;

6. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 1973 tentang Kebijaksanaan


untuk mengadakan pungutan dan atau menentukan besarnya
tarif supaya mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan
Menteri Keuangan ;

7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 91 / OT.002 / Phb-80


dan Nomor KM. 164 / OT / 002 / Phb tentang Organisasi Tata
Kerja Departemen Perhubungan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PERIZINAN


PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI RADIO ANTAR PENDUDUK

BAB I
KETENTUAN - KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Direktur Jenderal ialah Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
b. PERUMTEL ialah Perusahaan Umum Telekomunikasi yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1974 ;
c. Komunikasi Radio ialah sistem telekomunikasi dengan menggunkan gelombang radio;
d. Komunikasi Radio antar penduduk ialah komunikasi radio yang menggunakan band
frekuensi yang ditentukan secara khusus untuk komunikasi telepon radio jarak pendek
di dalam negeri ;
e. Perangkat komunikasi radio antar penduduk ialah sekelompok alat telekomunikasi
yang memungkinkan penyelenggaraan komunikasi radio antar penduduk ;
f. Izin ialah sertifikat yang diberikan untuk penyelenggaraan komunikasi radio antar
penduduk ;
g. Pemegang Izin ialah setiap orang yang mendapatkan sertifikat untuk
menyelenggarakan komunikasi radio antar penduduk serta bertanggung jawab atas
pemakaiannya.

Pasal 2
Kegiatan-kegiatan komunikasi radio antar penduduk diatur dan diawasi oleh Direktur
Jenderal.

BAB II
PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI RADIO
ANTAR PENDUDUK

Pasal 3
(1) Setiap orang yang berminat dapat menyelenggarakan komunikasi radio antar
penduduk.
(2) Penggunaan perangkat radio untuk komunikasi radio antar penduduk harus mendapat
izin dari Direktur Jenderal berdasarkan surat permohonan menurut
ketentuanketentuan yang ditetapkan untuk itu.
(3) Direktur Jenderal menetapkan jenis dan jangka waktu izin komunikasi radio antar
penduduk.

Pasal 4
(1) Perangkat Komunikasi radio antar penduduk yang digunakan harus perangkat
komunikasi radio hasil perakitan / produksi dalam negeri.
Direktur Jenderal dapat memberikan persetujuan untuk penggunaan perangkat-
perangkat bukan buatan dalam negeri yang telah didaftarkan dalam batas waktu yang
ditetapkan.
(2) Jenis dan spesifikasi teknik perangkat komunikasi radio antar penduduk yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan komunikasi radio antar penduduk ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
(3) Perangkat komunikasi radio antar penduduk sebelum dioperasikan terlebih dahulu
harus diuji untuk mendapatkan "setifikat Kelaikan" dari Direktur Jenderal atau pihak
lain yang ditunjuk atas kuasanya.
(4) Perangkat komunikasi radio antar penduduk dilarang disambung ke dalam jaringan
telekomunikasi untuk umum atau komunikasi radio lainnya.

Pasal 5
(1) Band frekuensi yang dialokasikan untuk komunikasi radio antar penduduk ditentukan
sebagai berikut :
a. Band frekuensi 26,960 MHz sampai dengan 27,410 MHz, dibagi menjadi 40 aluran
yaitu :
Aluran Frekuensi (MHz) Aluran Frekuensi (MHz)
1 26,965 21 27,215
2 26,975 22 27,225
3 26,985 23 27,235
4 26,005 24 27,245
5 27,015 25 27,255
6 27,025 26 27,265
7 27,035 27 27,275
8 27,055 28 27,285
9 27,065 29 27,295
10 27,075 30 27,305
11 27,085 31 27,315
12 27,105 32 27,325
13 27,115 33 27,335
14 27,125 34 27,345
15 27,135 35 27,355
16 27,155 36 27,365
17 27,165 37 27,375
18 27,175 38 27,385
19 27,185 39 27,395
20 27,205 40 27,405

b. Aluran 9 atau frekuensi 27,065 MHz diperuntukkan penyampaian berita-berita


gawat-darurat, yang menyangkut keamanan negara, ketertiban umum,
keselamatan jiwa dan harta benda manusia.

(2) Band frekuensi dengan aluran-alurannya tersebut ayat (1) pasal ini merupakan band
frekuensi dan aluran-aluran yang digunakan bersama, tidak khusus diperuntukkan
bagi satu orang pemegang izin dan tidak dilindungi dari gangguan elektromagnetik
yang merugikan.

Pasal 6
Pemancar radio yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku antara
lain :
a. Hanya diperbolehkan menggunakan modulasi AM baik dengan DSB (Double Side
Band) maupun dengan SSB (Single Side Band).
b. Emisi yang diperbolehkan adalah radio teleponi.
c. Harus memakai kristal sebagai oscilator.
d. Dilarang menggunakan penguat daya (power amplifier).
e. Daya pemancar maksimum adalah :
1) DSB sebesar 4 watt "carrier" power"
2) SSB sebesar 12 watt "peak envelope power"
f. Antena harus omnidirectional.
g. Pancaran gelombang harminik harus ditekan sekecil-kecilnya, sehingga tidak
mengganggu komunikasi radio lain.

Pasal 7
Persyaratan-persyaratan teknik untuk bangunan antena, ditetapkan oleh Direktur
Jenderal.

Pasal 8
(1) Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi bagi pemohon izin adalah sebagai
berikut :
a. Warga Negara Indonesia berusia 18 Tahun ke atas ;
b. Berkelakuan baik yang dikuatkan dengan Surat Keterangan dari Kepolisian.
(2) Setiap pemegang izin diharuskan menjadi anggota Organisasi Komunikasi Radio
Antar Penduduk.
(3) Tata cara pendirian Organisasi Komunikasi Radio Antar Penduduk diatur oleh Direktur
Jenderal.

Pasal 9
(1) Kegiatan-kegiatan komunikasi radio antar penduduk dapat dilakukan dalam Wilayah
Indonesia sekedar tidak ditetapkan lain oleh Direktur Jenderal.
(2) Pemegang Izin hanya berhubungan dengan pemegang izin lainnya di dalam wilayah
Republik Indonesia.
(3) Pemegang izin hanya diperkenankan melakukan pembicaraan tentang :
a. Kegiatan-kegiatan kepramukaan, olah raga dan kegemaran lainnya ;
b. Kegiatan masalah sosial, masyarakat dan pembinaan masyarakat desa, kota dan
daerah ;
c. Masyarakat, keselamatan jiwa manusia dan harta benda.
d. Menyampaikan berita-berita mengenai gangguan keamanan umum, ketertiban

(4) Pemegang izin dilarang melakukan :


a. Pembicaraan dengan tujuan politik dan mengganggu ketertiban masyarakat;
b. Pembicaraan kegiatan perdagangan dan berita-berita sandi;
c. kegiatan-kegiatan komunikasi radio dengan tujuan mendapatkan imbalan uang /
pembayaran;
d. Komunikasi radio dengan pemancar radio antar penduduk lain yang jarak lebih dari
50 Km dan mengganggu komunikasi radio lainnya.

Pasal 10
(1) Setiap pemegang izin sebelum mengadakan hubungan diharuskan penyebutan nama
panggilan seperti yang tertera dalam izin dan menyebutkan tempat di mana ia berada.
(2) Nama panggilan juga harus disebutkan pula akhir hubungan.
(3) Setiap pemegang izin diwajibkan memberikan prioritas penyampaian berita-berita
yang menyangkut keamanan umum, ketertiban masyarakat, keselamatan jiwa
manusia dan harta benda.
(4) Komunikasi Radio hanya dapat dilakukan setiap kali paling lama 5 menit. Apabila akan
diteruskan harus dengan selang waktu setiap kali minimum 5 menit, kecuali untuk
penyampaian berita-beriata tersebut ayat (3) Pasal ini.
(5) Semua pembicaraan harus dilakukan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan menjaga sopan santun dan tata susila.

Pasal 11
(1) Setiap pemegang izin berkewajiban untuk :
a. Membantu Pemerintah dan mendahulukan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Segera melaporkan kepada yang berwajib bila menemui kegiatan atau menerima
berita-berita yang membahayakan keamanan negara, mengganggu ketertiban
umum, melanggar tata susila dan membahayakan keselamatan jiwa manusia serta
harta benda.
c. menjaga agar komunikasi radionya tidak di salah gunakan oleh orang lain.
d. segera melaporkan kepada yang berwajib bila menemui pelanggaran terhadap
ketentuan tersebut pasal 9 Keputusan ini.

(2) Untuk memudahkan pengawasan, kepada setiap pemegang izin diwajibkan :


a. Melekatkan izin pada pemancarnya;
b. Memasang papan nama / tanda khusus di halaman rumah untuk stasiun radio
tetap;
c. Memasang tanda khusus pada tempat yang mudah diketahui untuk perangkat
radio bergerak.
(3) Pemegang izin harus bertanggung jawab atas pemakaian komunikasi radio antar
penduduk yang berada di bawah penguasaannya.
(4) Setiap pemegang izin bertanggung jawab atas segala pelanggaran terhadap
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 12
Setiap pemegang izin dilarang memindahkan perangkat komunikasi radionya kepada
pihak lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Direktur Jenderal.

Pasal 13
(1) Wewenang pengujian perangkat komunikasi radio antar penduduk tersebut pasal 4
ayat (3) Keputusan ini sampai ditentukan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal,
dilimpahkan kepada PERUMTEL.
(2) Untuk pengujian perangkat komunikasi radio tersebut ayat (1) pasal ini dikenakan
biaya pengujian sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) setiap perangkat yang akan
dipakai.
(3) Penagihan dan penerimaan biaya pengujian tersebut ayat (2) oasal ini dilakukan oleh
dan untuk PERUMTEL.

Pasal 14
(1) Setiap permohonan izin dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 10.000,- (sepuluh
ribu rupiah) setiap pemancar.
(2) Pemegang izin setiap tahunnya wajib membayar biaya izin sebesar Rp 36.000,- (tiga
puluh enam ribu rupiah) setiap pemancar kepada Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi.
(3) Biaya administrasi dan biaya izin tersebut ayat (1) dan ayat (2) pasal ini wajib disetor
ke Kas Negara.

BAB III
PEMASUKAN PERAKITAN DAN PENGUASAAN PERANGKAT
KOMUNIKASI RADIO ANTAR PENDUDUK

Pasal 15
(1) Setiap pemasukan perakitan dan penguasaan perangkat komunikasi radio antar
penduduk harus mendapat izin terlebih dahulu dari Direktur Jenderal.
(2) Untuk mendpatkan izin tersebut ayat (1) pasal ini harus diajukan permohonan tertulis
sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

BAB IV
PENGAWASAN DAN BERLAKUNYA IZIN

Pasal 16
(1) Pengawsan kegiatan komunikasi radio antar penduduk diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.
(2) Setiap pemegang izin dan Organisasi Komunikasi Radio Antar Penduduk tersebut
pasal 8 ayat (3) dan (4), Keputusan ini wajib membantu Pemerintah dalam
mengadakan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran.

Pasal 17
(1) Izin tidak berlaku apabila :
a. Dicabut;
b. Telah habis masa berlakunya;
c. Pemegang izin meninggal dunia;
d. Pemegang izin menjadi tidak mampu melakukan tindakan hukum atau ditempatkan
dibawah pengampunya (curatele);
e. Perangkat komunikasi radio antar penduduk dipindah tangankan kepada pihak
lain.
(2) Dalam hal pemegang izin meninggal dunia atau tidak mampu melakukan tindakan
hukum sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini, ahliwaris atau pengampunya wajib
segera melaporkan dan menyerahkan Surat Izin kepada Direktur Jenderal.
(3) Ahli waris atau pengampu dapat mengajukan permohonan izin untuk memindah-
tangankan perangkat komunikasi radio antar penduduk kepada pihak lain, sesuai
dengan ketentuan tersebut pasal 3 ayat (2) dan pasal 12 Keputusan ini.

Pasal 18
(1) Pencabutan dan tata cara pencabutan Izin dilakukan oleh Direktur Jenderal.
(2) Terhadap pencabutan Izin tersebut ayat (1) pasal ini tidak diberikan ganti rugi.
(3) Organisasi Komunikasi Radio Antar Penduduk tersebut pasal 8 ayat (3) dan (4)
Keputusan ini dapat mengusulkan pencabutan izin apabila mengetahui bahwa
anggotanya melakukan pelanggaran.

BAB V
KETENTUAN HUKUM

Pasal 19
(1) Setiap orang yang menyelenggarakan komunikasi radio antar penduduk atau
menguasai perangkat komunikasi radio antar penduduk tanpa mempunyai izin yang
sah menurut Keputusan ini, dapat dituntut sesuai dengan ketentuan pasal 24 dan 25
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1964 tentang Telekomunikasi.
(2) Pemegang izin yang melanggar ketentuan-ketentuan pasal 4, pasal 5, pasal 6, pasal
7, pasal 8 ayat (3) pasal 9, pasal 10 dan pasal 11, pasal 12, pasal 13, pasal 14 ayat
(1) dan (2) dan pasal 16 ayat (2) Keputusan ini, dikenakan pencabutan izinnya.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN PENUTUP

Pasal 20
Setelah jangka waktu 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Keputusan ini, izin hanya
diberikan terhadap penyelenggaraan komunikasi radio antar penduduk yang
menggunakan perangkat komunikasi radio antar penduduk hasil perakitan produksi dalam
negeri tersebut pasal 4 ayat (1) Keputusan ini.

Pasal 21
(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Keputusan ini diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
(2) Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 6 Oktober 1980

MENTERI PERHUBUNGAN

ttd

ROESMIN NURJADIN

Anda mungkin juga menyukai