Makalah Balghah
Makalah Balghah
MAKALAH
Disusun :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya, yaitu nikmat iman dan islam yang dengan nikmat itu kita akan
senantiasa dalam ridha Allah SWT. Shalawat serta salam semoga terlimpah
kepada Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, tabi’in, tabi
tabi’innya juga kita selaku umatnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
A. Al-Tauriyah..................................................................................................2
B. Macam-Macam Al-tauriyah.........................................................................3
C. Husna Al-Ta’lil............................................................................................4
A. KESIMPULAN............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balaghah menurut bahasa adalah sampai, adapun menurut istilah adalah
sifat bagi perkatan dan bagi pembicara. Adapun ilmu balaghah dibagi menjadi tiga
yaitu ilmu ma ani adalah suatu ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan perkataan
bahasa arab yang sesuai dengan suatu keadaan. Kemudian ilmu bayan adalah ilmu
yang membahas tasybih, majaz dan kinayah, kemudian ilmu badi menurut
pengertian leksikal adalah suatu ciptaan baru yang tidak ada contoh sebelumnya.
ilmu ini yang membahas tantang muhassinat lafdhiyah dan maknawiyah. Adapun
dalam skripsi ini penulis membahas tentang muhassinat maknawiyah.
Dalam ilmu Badi Almuhsinat Maknawiyah yaitu keindahan-keindahan
makna atau cara memperindah kalam yang menitikberatkan pada memperindah
makna. alam pemabagian pembahasannya, diabagi pada beberapa pokok bahasan,
dintaranya yaitu AL-Tauriyah dan Husnul Al-ta’lil.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi al-tauriyah ?
2. Bagaimana macam macam al-tauriyah ?
3. Bagaimana definisi husnut ta’lil beserta contohnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi al-tauriyah.
2. Untuk mengetahui macam macam al-tauriyah.
3. Untuk mengetahui definisi husnut ta’lil beserta contohnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Tauriyah
,أن يذكر املتكلم لفظا مفراداله معنيان أحدمها قريب ظاهر غري مراد
, ولكنه ورى عنه باملعىن القريب,واألخر بعيد خفى هو املراد بقرينة
فيتوهم السامع ألول وهلة أنه مراد وليس ذلك
Seseorang yang berbicara menyebutkan lafazh yang tunggal, yang
mempunyai dua macam arti. Yang pertama arti yang dekat dan jelas, tetapi tidak
dimaksudkan, dan yang lain makna yang jauh dan samar, tetapi yang
dimaksudkan dengan ada tanda-tanda, namun orang yang berbicara tadi
menutupinya dengan makna yang dekat. Dengan demikian pendengar menjadi
salah sangka sejak semulanya bahwa makna yang dekat itulah yang dikehendaki,
padahal tidak.1
Tauriyah adalah ketika pembicara atau penulis mengutarakan sebuah
lafadz mufrad (polisemi) yang memiliki dua makna, yaitu makna yang dekat dan
makna yang jauh. Makna yang dekat memiliki beberapa petunjuk (qarinah)
sehingga dirasa jelas namun makna itu tidak dimaksudkan, namun makna yang
dimaksud adalah makna yang jauh dan samar-samar.2
)وُه َو اَّلِذ ي َيَتَو َّفاُك ْم ِبالَّلْيِل َو َيْع َلُم َم ا َج َر ْح ُتْم ِبالَّنَه اِر (األنعام
1
Rumadani Sagala, Balaghah, Journal of Chemical Information and Modeling (Bandar
Lampung: FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG, 2019), http://repository.radenintan.ac.id/9298/1/BALAGHAH
PALING LENGKAP.pdf.
2
Ulin Nuha, Studi Ilmu Balaghah (Yogyakarta: Istana Publishing, 2021).
2
kata “ ” جرحتمmemiliki makna dekat "luka "dan makna jauh" berbuat
dosa". Makna dekat dari kata tersebut terasa jelas dan dirasa sebagai makna yang
dimaksud oleh pembicara, terutama setelah didahului oleh qarinah berupa kata
" "يتوّفاكمNamun makna yang diinginkan pembicara makna jauh, yaitu "berbuat
dosa".3
B. Macam-macam Al-Tauriyah
1. Tauriyah Mujarradah
Tauriyah Mujarradah yaitu kalimat yang di dalamnya tidak terdapat
qarinah, baik yang merujuk pada makna yang dekat maupun makna yang
jauh. seperti jawaban nabi Ibrahim as ketika ditanya oleh Tuhan tentang
istrinya. Ia mengatakan ھذه أختىini saudaraku (seagama). Nabi Ibrahim as
memaksudkan kata أختىadalah saudar seagama.4
2. Tauriyah Murasysyahah
Tauriyah Murasysyahah, yaitu ungkapan atau kalimat yang di dalamnya
terdapat qarinah yang merujuk kepada makna yang dekat. Contohnya
dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 47:
3
Yuangga Kurnia Yahya, “Gaya Bahasa Tauriyah Dalam Al-Qur’an,”
Arabiyatuna : Jurnal Bahasa Arab 2, no. 1 (2018): 38,
https://doi.org/10.29240/jba.v2i1.364.
4
Taliqis Nurdianto, Ilmu Balghah Ma’ani, Badi Dan Bayan (Yogyakarta:
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA, 2019).
3
bagi makna yang dekat dapat disebutkan sebelum lafadz yang mengandung
Tauriyah ataupun setelahnya.
3. Tauriyah Mubayyanah
Tauriyah Mubayyanah yaitu kalimat yang di dalamnya terdapat qarinah
yang merujuk pada makna yang jauh, baik muncul sebelum lafadz yang
mengandung Tauriyah ataupun setelahnya. Dinamakan mubayyanah
karena ungkapan tersebut dimunculkan untuk menjelaskan makna yang
ditutupinya. Sebelum itu makna yang dimaksudkan masih samar.5
4. Tauriyah Muhayyanah
Tauriyah Muhayyanah Yaitu tauriyah yang tidak terwujud kecuali dengan
lafazh sebelum atau sesudahnya. Tauriyah muhayyanah sendiri terbagi
menjadi dua :
a. Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafazh yang terletak sebelumnya
b. Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafazh yang terletak
sesudahnya.6
C. Husnul Al-ta’lil
Husnul Al-ta’lil( )حسن التعليلbisa diartikan alasan yang bagus. Dalam
Al-Balaghah Al-Wadhihah, husnut ta’lil didefinisikan:
5
Yahya, “Gaya Bahasa Tauriyah Dalam Al-Qur’an.”
6
Ardiansyah Ardiansyah, “AL-MUHASSINĀT AL-BADI’IYYAH,” Al-
Maslahah Jurnal Ilmu Syariah 12, no. 2 (2017): 447,
https://doi.org/10.24260/almaslahah.v12i2.553.
4
ْأيت بعَّل ٍة،ا ًة أ ِض نًا ِعَّل َة الَّش ِء اْل وَفَة اَألدي أْن ْنِك
َو َي ُر ْع َم ْي ْم ْو َح َر َص ُب ُي َر
َأ بَّيٍة َطريَف ٍة َناِس الَغ اَّلِذ ي ْق ِص ُد ِإَل ِه
ْي َي ُت ُب َر َض َد
Artinya: Pengingkaran seorang sastrawan secara terang-terangan atau
pun terpendam tentang alasan (illat) suatu peristiwa yang telah dikenal umum, dan
ia mendatangkan alas an (illat) lain yang bernilai sastra yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapainya.
Jadi, dalam kajian ilmu balaghah, husnut ta’lil adalah seorang sastrawan
baik secara jelas atau tidak jelas mengingkari (tidak mengakui) penyebab
terjadinya suatu peristiwa yang sebenarnya tetapi ia menyebutkan alasan lain yan
lucu dan sesuai dengan kondisi serta terkadang bersifat menyindir atau pun
memuji.7
Contohnya al-Mughirah bin Habna, penyair Islam dari Bani Tamim,
yang gugur syahid di Khurasan tetap percaya diri dengan penyakit sopaknya, dia
tidak menganggapnya sebagai aib dan dia membuktikan dengan alasan yang riil.
Katanya.
Contoh lain Muslim bin al-Walid, salah seorang penyair besar Daulah Abbasiyah,
dia berkata,
7
Sagala, Balaghah.
5
ِإْن ْق ُد وا ِقي ِبَغِرْي ا ٍة
َنَز َه َي ُع َفْو
ُلِّو ٍة ِعِّز َك اٍن
َو ُع َم ْر َتَب َو َم
َطْبًعا َو لكْن َتَعَّداُك ْم ِم ن- َم ا َقَّصَر اْلَغْيُث َعْن ِم ْص ٍر َو ُتْر َبِتَه ا
اَخْلَج ِل
“Hujan tidak berkurang di Mesir dan sekitarnya karena factor alam, tetapi
karena ia banyak menanggung malu.”
Penyair mengingkari bahwa penyebab berkurangnya hujan di Mesir itu
adalah faktor alam. Sehubungan dengan keingkarannya itu ia menyodorkan
alasan lain, yaitu bahwa hujan itu malu turun di bumi yang dipenuhi oleh
keutamaan dan kemurahan orang yang dipuji karena merasa tidak mampu
bersaing dengan kebaikan orang tersebut.
Dengan demikian, para penyair mengingkari alasan yang telah dikenal
umum bagi suatu peristiwa, lalu ia membuat alasan lain yang sesuai dengan
tujuannya. Ushlub kalimat yang demikian disebut husnut-ta’lil.
8
Khamin and Ahmad Subakir, Ilmu Balghah (Kediri: IAIN KEDIRI PRESS, 2018).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA
Khamin, and Ahmad Subakir. Ilmu Balghah. Kediri: IAIN KEDIRI PRESS, 2018.