Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CITAPEN
Jalan Raya Veteran III Tapos RT 01/03 Desa Citapen Kecamatan Ciawi
Tlp/SMS 085752503518 email : citapenpuskesmas@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS CITAPEN NOMOR :
440/SK- 80 a/PKMCTP/IX/2023

TENTANG
PANDUAN TRIASE DI PUSKESMAS CITAPEN

KEPALA PUSKESMAS CITAPEN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja, Puskesmas


Citapen dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu khususnya Upaya Kesehatan Perorangan (UKP);
b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan klinis
di Puskesmas Citapen khususnya pelayanan kegawat daruratan,
maka dipandang perlu diatur tentang Panduan Triase
melalui Keputusan Kepala Puskesmas Citapen.;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144);
4. Undang – Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014
tentang Keperawatan;
5. Undang – Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 2019 tentang
Kebidanan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 296
Tahun 2008 tentang Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 46 Tahun
2015, Tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/
1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CITAPEN TENTANG


PANDUAN TRIASE DI PUSKESMAS CITAPEN.
KESATU : Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera
(emergensi) harus diidentifikasi melalui proses triase.
KEDUA : Proses triase sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu harus
dilakukan sesuai dengan panduan triase.
KETIGA : Panduan triase sebagaimana tercantum dalam lampiran ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan
ini.
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari ada kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Ciawi
Pada Tanggal : 4 September 2023

KEPALA,

dr. Tuniroh
Penata Tk 1
NIP. 198511272014122001
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
CITAPEN
NOMOR: 440/SK- 80 a/PKMCBYT/I/2023
TENTANG PANDUAN TRIASE DI
PUSKESMAS CITAPEN

PANDUAN TRIASE

A. PENDAHULUAN
Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage
, ditirukan dalam bahasa Indonesia yaitu triase yang berarti sortir. Kini istilah tersebut
lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap orang yang
memerlukan perawatan di UGD.
Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawat
daruratannya sehingga menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan
gawat darurat secara cepat dan akurat. Penderita yang masuk dalam sistem triase,
segera diserahkan keruang periksa sesuai dengan sifat kegawatan penyakit dan jenis
pertolongan yang dibutuhkan. Dokter dan perawat mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu
dalam waktu 10 menit.

B. TUJUAN TRIASE
Tujuan dari triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan kriteria klinis,
bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi atau administrasi. Standar sistem triase
bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi pelayanan darurat
berbasis Puskesmas dan untuk menjamin kemudahan akses terhadap pelayanan
kesehatan di seluruh lapisan masyarakat

C. FUNGSI TRIASE
Triage adalah mempunyai fungsi penting dalam pemberian pelayanan di
instalasi gawat darurat, dimana sejumlah orang dengan berbagai kondisi yang sama
dapat datang ke UGD pada waktu yang bersamaan. Meskipun sistem triase mungkin
berfungsi dengan cara yang sedikit berbeda tergantung sejumlah faktor lokal,namun
sistem triase yang efektif memberikan dampak yang penting berikut ini:
1. Sebagai sebuah tempat masuk tunggal untuk semua pasien datang (bersifat
ambulans dan non-ambulans), sehingga semua pasien memperoleh proses
penilaian yang sama.
2. Lingkungan fisik yang sesuai untuk melakukan melakukan pemeriksaan
singkat. Juga diperlukan lingkungan yang memberikan kemudahan untuk pasien
menyampaikan kondisi klinis, memperoleh rasa aman dan persyaratan
administrasi, serta ketersediaan peralatan pertolongan pertama serta tersedianya
fasilitas cuci tangan.
3. Sebuah sistem penerimaan pasien yang terorganisir akan memungkinkan
kemudah aliran informasi kepada pasien dari unit triase sampai ke seluruh
komponen instalasi gawat darurat , dari pemeriksaan sampai penanganan pasien
4. Didapatnya data yang tepat waktu untuk kebutuhan pemberian pelayanan,
termasuk sistem untuk memberitahukan kedatangan pasien dengan ambulan
dan pelayanan gawat darurat lainnya.

D. RUANG LINGKUP TRIASE


Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem prioritas.
Prioritas adalah penentuan atau penyeleksian mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan :
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2. Dapat meninggal dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.
Ruang lingkup Triase di Puskesmas di bagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Triase sehari-hari
Semua pasien yang datang akan dilakukan Triase oleh dokter jaga UGD atau
perawat yang kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai
dengan kegawatdaruratannya.
2. Dalam keadaan bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar
Puskesmas.
E. PRINSIP TRIASE
Prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan triase:
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat
darurat.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat.
Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam
proses anamnesa.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan kondisi pasien.
Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik
dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu
pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien.
Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya memenuhi semua
yang ada di atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan
menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan
keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dalam keadaan
kritis serta memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya.

F. SKALA/LABEL TRIASE
1. Label Merah
Pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi
a. Gangguan jantung yang mengancam.
b. Gangguan pernafasan.
c. Syock oleh berbagai causa.
d. Trauma kepala dengan pupil anisokor.
e. Perdarahan eksternal massif.
f. Luka bakar > 50 % atau luka bakar didaerah thorak.
g. Tension pneumothoraks.
2. Label Kuning
Pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara.
a. Pasien dengan resiko syock (pasien dengan gangguan jantung , trauma
abdomen berat).
b. Fraktur multiple.
c. Fraktur femur / pelvis.
d. Luka bakar derajat II dan III.
e. Gangguan kesadaran / trauma kepala.
f. Pasien dengan status yang tidak jelas.

3. Label Hijau
Pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda.
a. Fraktur minor.
b. Luka minor dan luka bakar minor.
c. Medical /non bedah.

4. Label Hitam
Pasien yang telah meninggal dunia

G. TATA LAKSANA TRIASE


1. Proses triase dimulai ketika pasien masuk pintu UGD. Petugas UGD
menanyakan riwayat penyakit dan melakukan pengkajian singkat (tidak boleh
lebih dari 5 menit ) untuk menentukan sifat kegawatan penyakit dan jenis
pertolongan yang diberikan.
2. Pasien ditempatkan sesuai dengan label :
a. Label Merah :
1) Dokter dan perawat melakukan resusitasi sesuai dengan keadaan
pasien.
2) Monitor tanda-tanda vital ( tensi, suhu, nadi, pernafasan )
3) Cyto pemeriksaan laboratorium, dan radiologi (bila dibutuhkan).
4) Permintaan darah ke PMI ( bila dibutuhkan).
5) Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien
memungkinkan untuk ditransfer , pasien dapat dipindahkan.
b. Label Kuning :
1) Dokter dan perawat melakukan pertolongan medik sementara sesuai
dengan kondisi pasien.
2) Setelah pertolongan pertama dilakukan, dokter melakukan
pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan keperawatan.
3) Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien
memungkinkan ditransfer , pasien dapat dipindahkan.

c. Label Hijau.
1) Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan keadaan pasien.
2) Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya.
3) Pasien diberi resep obat dan penjelasan mengenai rawat jalan.
4) Apabila diperlukan dokter dapat mengadakan pemeriksaan lanjutan.

d. Label Hitam :
Pasien yang datang sudah dalam kondisi meninggal dunia.

3. Apabila pasien perlu dirujuk ke Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan prosedur
rujukan.

KEPALA,

dr. Tuniroh
Penata Tk 1
NIP. 198511272014122001

Anda mungkin juga menyukai