Kelas : PBSA VI A Fakultas : Dharma Acarya Mata Kuliah : Seni Sakral
Resume materi Seni Sakral 14 April 2022
Tari Rejang TariRejang merupakan seni tari yang tergolong seni sakral,yang dikelompokkan kedalam tari wali, yang hanya dipentaskan dan dihaturkan ditempat yang sakral atau suci kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tari Rejang sering disebut tari Rejang Dewa dan tari Rejang Renteng. a) Tari Rejang Dewa Tari Rejang Dewa difungsikan sebagai pemendak para dewa untuk turun dari kahyangan ke jagat raya, dimana upacara itu dilaksanakan. Tari ini dipercayauntuk menjemput Dewata Nawa Sangga. Dalam agama Hindu, Dewata Nawa Sangga adalah sembilan (9) penguasa yang menjaga di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali. Tari Rejang Dewa biasanya ditarikan oleh sembilan (9) orang penari Penarinya adalah wanita (anak-anak atau para gadis) yang belum menikah, dimanasembilan orang ini disimbolkan sebagai bidadari untuk menjemput para dewa dan beristana di pura. Para penari rejang pada umumnya memakai pakaian adat atau pakaian upacara, dengan memakai hiasan bunga–bunga emas di kepalanya dan hiasan-hiasan lainnya sesuai kebiasaan desa masing-masing, dan sebelum penari rejang melakukan pementasan terlebih dahulu disucikan dengan berbagai sesaji.
b) Tari Rejang Renteng
Tari Rejang Renteng ini merupakan pengembangan dari Dinas KebudayaanProvinsi Bali pada tahun 1999 yang terinspirasi dari tarian Renteng di Banjar AdatSaren, Desa Pekraman Mujaning Tembeling, Desa Dinas Batumadeg, Dusun SarenSatu, Nusa Penida. Tari Rejang Renteng memberikan makna kepada semua orang yang ada di bumi ini untuk melepas ego pribadi. Setiap orang harus mencapai bagian terbaik dan harus menyamakan ritme dengan orang lain di lingkungannya, tanpa ada rasa iri dan dengki, tanpa saling mendahului (tanpa persaingan), sehingga menjadi pribadi penuh kasih dan siap saling membantu menuju jalan yang diberkati Tuhan.Tari Renteng memiliki makna renta atau tua yang merupakan tarian sakral yang ditarikan pada saat wali atau piodalan di Pura, setiap piodalan harus ngayah, kalaudi pura yang lainnya harus dipendak. Tarian ini ditarikan oleh para pemangku danpara wanita yang sudah menikah.Gerakan tarian yang ada di dalam Renteng tersebut ada pada pengawak sajadan itupun gerakannya dilakukan berulang- ulang membentuk pola lantai lurus ke belakang dengan jumlah ganjil, berputar membentuk lingkaran dengan gerakan yang sederhana yang diulang-ulang sampai terakhir menuju ke luar pura.