proses pengulangan bentuk asal atau bentuk dasarnya proses pengulangan bermacam-
macam yaitu
(1) pengulangan secara utuh (murni)
(2) pengulangan dengan diikuti perubahan fonem disebut dengan kata ulang berubah
fonem
(3) pengulangan bentuk asal yang tidak jelas identifikasinya disebut dengan kata ulang
semu
(4) pengulangan sebagaian dengan pengulangan suku pertama bentuk asalnya disebut
dengan kata ulang dwi purwa
(5) pengulanagn sebagaian dengan pengulangan suku akhir disebut dengan kata ulang
dwi wesana
1. Kata ulang murni Pengulangan secara utuh terhadap bentuk dasar dan bentuk asal
Contohnya:
aa ee
aa ii
aa uu
aa ee
aa oo
b)
a e
a i
a u
a e
a o
c) u a ai
Contoh:
a) Srendeng --- > srandang- srendeng
Kirig --- > karag- kirig
Grurut --- > grarat-grurut
Glilik --- > glalak-glilik
Seeb --- > saab-seeb
b) Sriut --- > sriat-sriut
Tuding --- > tudang-tuding
Dengok --- > dengak-dengok
Kipek --- > kipak- kipek
Sledet --- > sledat-sledet
c) Aying --- > uyang-aying
d) Bading --- > budang badig
3. Kata ulang semu Kata ulang yang unsur-unsurnya tidak dapat diidentifikasikan lagi
sebagai bentuk asal atau bentuk dasar. Kata ulang yang harus diucapkan kedua katanya
agar memiliki arti. Contohnya:
paketel tel
pakenyit-nyit
pakenbyar-byar
2) Makna Kata Ulang Makna kata ulang bermacam –macam. Makna dasarnya ialah
menunjukkan banyak atau jamak, bermacam-macam (kwantitas), sangat, mengeraskan
pengertian (kwalitas), berulang-ulang (frekuensi).
a. Menyatakan banyak, jamak, bermacam-macam:
Gede- gede
Ibu - ibu
Cenik-cenik
Bapak- bapak
b. Menyatakan sangat, mengeraskan pengertian, atau benda yang, menjadi inti frase:
Dueg - dueg
Enggal-enggal
Angkih- angkih
Belog-belog
c. Menyatakan perbuatan gerak-gerik yang berulang-ulang, atau banyak pelakunya
Kecog-kecog
Matumpuk-tumpuk
Jerit-jerit
d. Menyatakan perbuatan, gerak-gerik berulang-ulang dengan tidak teratur:
Tolah tolih
Dengak-dengok
e. Menyatakan pelaku banyak, perbuatan berulang-ulang:
Pakebyar-byar
Pakeber-ber
f. Menyatakan perbuatan yang dilakukan berbalasan:
Tuek-tinuwek
Raksa-rumaksa
g. Menyatakan tingkat paling
Sabagus -bagus
Sasida- sidaan
Sajegeg-jegeg
h. Menyatakan cara atau hasil perbuatan atau biasa dikenai perbuatan:
Dedaaran
Geguritan
i. Menyatakan benda yang menyerupai, perbuatan yang menyerupai bentuk asal:
Jaran-jaranan
Uma-umahan
j. Tidak mengandung pengertian yang jelas, tetapi sebagai bentuk variasi; seperti
dijumpai dalam pengulangan dwi purwa dan kata ulang semu sebagai berikut:
Tetelu
Lelima