Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern saat ini, bahasa daerah setempat mulai jarang
digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Hal itu disebabkan karena
ketidaktahuan generasi masa sekarang yang tidak diberi pengetahuan tentang
bahasa daerah sejak dini, terutama dalam penggunaan bahasa Jawa.
Menurut C. A. Mees (1967:24) bahasa Jawa disebut sebagai bahasa
yang terpenting di antara bahasa-bahasa Austronesia. Alasannya adalah
karena; pertama, bahasa Jawa sebagai bahasa yang bersejarah; kedua, sebagai
bahasa kebudayaan dengan kesusastraan yang luas; ketiga, karena jumlah
penuturnya yang melebihi 40 juta orang. Bahasa Jawa adalah suatu bahasa
daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang
hidup dan tetap dipergunakan dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Bahasa Jawa yang terus berkembang maka diperlukan penyesuaian ejaan
bahasa Jawa.
Makalah ini membahas mengenai silabel, proses pembentukan silabel
dari segi morfologis bahasa Jawa dan yang keunikan satuan gramatikal bahasa
Jawa dari tiga dialek yaitu dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan Tegal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan silabel?
2. Bagaimana proses pembentukan silabel?
3. Bagaimana analisis penerapan proses morfologis dialek Banyumas,
Yogyakarta-Solo, dan Tegal?
4. Bagaimana keunikan kesatuan gramatikal dalam dialek Banyumas,
Yogyakarta-Solo, dan Tegal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian silabel,
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan silabel,
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penerapan proses
morfologis dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan Tegal,
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami keunikan kesatuan
gramatikal dalam dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan Tegal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Silabel
Silabe atau yang disebut juga dengan suku kata menurut Zainuddin
(1992:14), adalah suatu fonem atau lebih yang ditandai oleh satu puncak
penyaringan fonem yang terletak pada vokal.
Silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau
runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu
konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang
patuh pada vokal. (Chaer, 1994:123).
Secara umum, pengertian silabel adalah pemenggalan kata
berdasarkan ucapan. Jenis suku kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suku
kata terbuka dan suku kata tertutup.
Suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri dengan huruf vokal
seperti pada kata “kowe”, terbagi menjadi ko- dan –we. Ko- diakhiri dengan
fonem vokal /o/ dan –we diakhiri fonem vokal /ε/. Sedangkan suku kata
tertutup adalah suku kata yang diakhiri dengan huruf konsonan, seperti pada
kata udan, terbagi menjadi u- dan –dan yang diakhiri dengan huruf
konsonan /n/. Sehingga dapat dikatakan bahwa suku kata adalah pembentuk
kata yang terdiri dari satu atau beberapa fonem yang dilafalkan dalam satu
hembusan napas.
B. Proses Pembentukan Silabel
Proses pembentukan silabel ada dua macam yaitu proses secara
fonologis dan proses secara morfologis. Proses secara fonologis yaitu proses
pembentukan suku kata akibat adanya perubahan bunyi. Sedangkan proses
morfologis ialah proses pembentukan suku kata yang mendapat pengaruh dari
morfem lain.
C. Penerapan Proses Morfologis
Proses morfologis ada tiga macam yaitu afiksasi, komposisi, dan reduplikasi.
1. Proses afiksasi adalah kata yang dibentuk dengan mengimbuhkan
awalan, sisipan, akhiran atau gabungan dari imbuhan-imbuhan itu
pada kata dasar.
a. Awalan (ater-ater) macamnya m-, n-, ng-, ny-
Contohnya:
 n- + tulis = nulis
 n- + tandur = nandur
 ng- + gosok = nggosok
 ng- + ombe = ngombe
 ny- + surung = nyurung
 ny- + colong = nyolong
 m- + balang = mbalang
 m- + brakot = mbrakot
b. Sisipan (seselan) macamnya -um-, -in-, -l-, dan -r-
Contohnya:
 tumeka= t + -um- + eka
 tindak = t + -um- + indak
 krelip = k + -r- + erlip
 krampul = k- + -r- + kampul
 kelelep = k- + -l- + kelep
 kleleg = k- + -l- + eleg
c. Penambang (akhiran) macamnya -ing, -na, -an, -é, -i
Contohnya:
 Wujuding = wujud+ -ing
 Jupukna = jupuk + -na
 Panganan = pangan + -an
 Omahe = omah + -e
 Tekani = teka + N-i
2. Reduplikasi adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan
pengulangan utuh maupun sebagian. Reduplikasi dalam bahasa Jawa
disebut (tembung rangkep) ada 4 macam yaitu:
a. Pengulangan utuh (tembung dwilinnga) adalah kata ulang utuh
atau penuh, reduplikasi atas seluruh bentuk dasar, bisa berupa kata
dasar maupun kata berimbuhan.
Macamnya:
 Dwilingga padha swara
Contoh: abang-abang, guru-guru, kewan-kewan, kanca-kanca.
 Dwilingga semu.
Contoh: ondhe-ondhe, andheng-andheng, ati-ati, undhur-
undhur.
b. Pengulangan utuh dengan dibarengi bunyi (tembung dwilingga
salin swara), reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah
satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih.
Contoh: molak-malik, bola-bali, wira-wiri.
c. Pengulangan awal (tembung dwipurwa), vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e
pepet.
Contoh: lelaku, geguyu, tetuku, leluhur, tetangga.
d. Pengulangan akhir (tembung dwiwasana), pengulangan bagian
belakang leksem.
Contoh: cekikik, besisik, nyemewek.
3. Komposisi (tembung camboran) juga disebut pemajemukan atau
perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang
membentuk suatu kata hasil proses ini bisa disebut padusn leksem,
kompositum atau kata majemuk. Komposisi (tembung camboran)
terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Tembung camboran wutuh, yaitu dua kata yang digabung menjadi
satu tetapi tidak mengurangi jumlah suku kata.
Contoh: naga sari, mata roda, sawo mateng, adi luhur.
b. Tembung camboran wancah (tugel), yaitu kata majemuk yang
terdiri dari dua kata yang disusun bersama dengan mengurangi
jumlah suku kata.
Contoh: dubang (idu abang), lunglit (balung kulit), bangcuk (abang
pucuk)
D. Keunikan Gramatikal Dialek
Setiap bahasa daerah memiliki keunikan gramatikal masing-masing.
Berikut adalah contoh perbedaan gramatikal dialek Banyumas, Yogyakarta-
Solo, dan Tegal.

YOGYAKARTA-
BANYUMAS TEGAL ARTI
SOLO
Inyong arep Aku arep tuku Inyong pan tuku Saya ingin
tuku mendoan mendoan neng mendoan neng membeli
nang kantin kantin kantin mendoan di
kantin
Cici adol Cici bakul Cici adol Cici menjual
brambang nang brambang bawang neng bawang merah
pasar bawang neng pasar di pasar
pasar
Mas, arep lunga Mas, arep lunga Mas, pan lunga Mas, mau
maring ngendi? neng ngendi? ngendi? pergi ke mana?
Berdasar contoh di atas, kami menemukan beberapa keunikan
gramatikal dari dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan Tegal sebagai berikut

YOGYAKARTA-
BANYUMAS TEGAL ARTI
SOLO
Inyong aku Inyong Saya
Arep arep Pen ingin/mau
Nang neng neng Di
Adol bakul dodol Menjual
brambang brambang bawang bawang bawang merah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Silabel
Silabel adalah pemenggalan kata berdasarkan ucapan. Jenis suku kata
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suku kata terbuka dan suku kata
tertutup. Suku kata terbuka adalah suku kata yang diakhiri dengan huruf
vokal sedangkan suku kata tertutup adalah suku kata yang diakhiri dengan
huruf konsonan.
2. Proses Pembentukan Silabel
Proses pembentukan silabel ada dua macam yaitu proses secara
fonologis dan proses secara morfologis. Proses secara fonologis yaitu
proses pembentukan suku kata akibat adanya perubahan bunyi. Sedangkan
proses morfologis ialah proses pembentukan suku kata yang mendapat
pengaruh dari morfem lain.
3. Penerapan Proses Morfologis
Proses morfologis ada tiga macam yaitu afiksasi, komposisi, dan
reduplikasi.
a. Proses afiksasi adalah kata yang dibentuk dengan mengimbuhkan
awalan, sisipan, akhiran atau gabungan dari imbuhan-imbuhan itu
pada kata dasar.
b. Reduplikasi adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi dalam bahasa Jawa disebut (tembung rangkep) ada 4
macam yaitu: pengulangan utuh (tembung dwilinnga),
pengulangan utuh dengan dibarengi bunyi (tembung dwilingga
salin swara), pengulangan awal (tembung dwipurwa), dan
pengulangan akhir (tembung dwiwasana).
c. Komposisi (tembung camboran) juga disebut pemajemukan atau
perpaduan, ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang
membentuk suatu kata hasil proses ini bisa disebut padusn leksem,
kompositum atau kata majemuk. Komposisi (tembung camboran)
terdiri dari atas tembung camboran wutuh dan tembung camboran
wancah (tugel).
4. Keunikan Gramatikal Dialek
Berdasar contoh yang telah dipaparkan di atas, kami menemukan
beberapa keunikan gramatikal dari dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan
Tegal sebagai berikut

YOGYAKARTA-
BANYUMAS TEGAL ARTI
SOLO
Inyong aku inyong Saya
Arep arep Pen ingin/mau
Nang neng neng Di
Adol bakul dodol Menjual
brambang brambang bawang bawang bawang merah

B. Saran
Dalam makalah ini kami hanya membahas mengenai silabel dan
keunikan satuan gramatikal dialek Banyumas, Yogyakarta-Solo, dan Tegal.
Makalah ini dapat dijadikan dasar untuk peneliatian selanjutnya mengenai
dialek bahasa daerah lainnya.
LAMPIRAN

STRUKTUR SILABEL

Suku kata atau silabel memiliki struktur dan kaidah pembentukan yang sederhana.
Suku kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas:

1. Satu vokal (V)


2. Satu vokal dan satu konsonan (VK)
3. Satu vokal dan dua konsonan (VKK)
4. Satu konsonan dan satu vokal (KV)
5. Satu konsonan, satu vokal dan satu konsonan (KVK)
6. Dua konsonan dan satu vokal (KKV)
7. Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KKVK)
8. Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan (KVKK)
9. Tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan (KKKVK)
10. Tiga konsonan dan satu vokal (KKKV)
11. Dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan (KKVKK)
12. Satu konsonan, satu vokal, dan tiga konsonan (KVKKK)

Berikut adalah contoh struktur silabel:

KATA SUKU KATA STRUKTUR SILABEL


a- V
Arep
-rep KVK
a- V
Adol
-dol KVK
Bram- KKVK
Brambang
-bang KVKK
DAFTAR PUSTAKA

Balai Bahasa dan Pasar. 2011. Aksaran Jurnal Bahasa dan Sastra. Bali: Balai Bahasa

dan Pasar

Nuraini. 2012. Pepak Basa Jawa Tuban. Yogyakaerta: Lingkar Media

Poedjosoedarmono, Seopomo. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Tofani, Abi. 2012. Sari-Sari Basa Jawi Pepak. Tuban: Yayasan “AMANAH”

Warsito Singgih. 2008. Kawruh Basa Jawa Surakarta. Surakarta: Berlian Media

Wacana

Anda mungkin juga menyukai