Makalah Pengembangan Etika Dan Kepribadian Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

TEORI KEPRIBADIAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM: STRUKTUR

KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pengembangan Kepribadian dan Etika
Konselor
Dosen Pengampu : Drs. Mujidin, M. Si

KELOMPOK 8 :

1. ALYA AZKIA SYIFA (2100001117)


2. UMMI KUSUMA NINGRUM (2100001086)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Struktur keprbadian dalam islam".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga Makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Yogyakarta, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Struktur Kepribadian......................................................................................2
B. Pengertian Struktur Kepribadian Islam............................................................................2
BAB III.................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut James Drever, struktur adalah "komposisi pengaturan bagian- bagian
komponen, dan susunan suatu kompleks keseluruhan." Sedang James P. Chaplin
mendefinisikan struktur dengan "satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur
yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi." Para psikolog menggunakan istilah ini untuk
menunjukkan pada proses-proses yang memiliki stabilitas.2 Berdasarkan pengertian itu,
struktur kepribadian diartikan sebagai "integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang
menyusun kepribadian "Atau lebih tepatnya" aspek-aspek kepribadian yang bersifat relati
stabil, menetap, dan abadi serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan tingkah laku
individu." Kurt Lewin dari Psikologi Medan menyatakan bahwa struktur kepribadian adalah
cara melukiskan sebagai suatu entitas yang terpisah dari hal-hal lainnya yang ada di dunia."

Para ahli umumnya membedakan manusia dari dua aspek, yaitu jasad dan roh. Mereka
sedikit sekali membedakan antara jasad, roh dan nafs, padahal ketiganya memiliki kreteria-
kreteria tersendiri. Jasad dan roh merupakan dimensi manusia yang berlawanan sifatnya.
Jasad sifatnya kasar dan indrawi atau empiris, naturnya buruk, asalnya dari tanah bumi
(ardhiyyah)dan kecenderungannya ingin mengejar kenikmatan duniawi atau
materialSedangkan roh sifatnya halus dan gaib, naturnya baik, asalnya dari hembusan
langsung dari Allah (ilahiyyah) dan kecenderungannya mengejar kenikmatan samawi,
rohaniah dan ukhrawiahMasing-masing dimensi yang berlawanan naturnya ini pada
prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa roh merupakan substansi yang matisedang roh
tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi antara kedua aspek
yang berlawanan ini, sehingga menjadi nafs. Dengan nafs maka masing-masing keinginan
jasad dan roh dalam diri manusia dapat terpenuhi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Struktur Kepribadian?
2. Apa Saja Struktur Kepribadian Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari struktur kepribadian
2. Mengetahui struktur kepribadian islam

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Kepribadian


Menurut James Drever, struktur adalah "komposisi pengaturan bagian- bagian
komponen, dan susunan suatu kompleks keseluruhan." Sedang James P. Chaplin
mendefinisikan struktur dengan "satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur
yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi." Para psikolog menggunakan istilah ini untuk
menunjukkan pada proses-proses yang memiliki stabilitas.2 Berdasarkan pengertian itu,
struktur kepribadian diartikan sebagai "integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang
menyusun kepribadian "Atau lebih tepatnya" aspek-aspek kepribadian yang bersifat relati
stabil, menetap, dan abadi serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan tingkah laku
individu." Kurt Lewin dari Psikologi Medan menyatakan bahwa struktur kepribadian adalah
cara melukiskan sebagai suatu entitas yang terpisah dari hal-hal lainnya yang ada di dunia."

Pada pengertian tersebut menunjukkan tiga elemen pokok, yaitu: Pertama, struktur
kepribadian adalah suatu komponen yang mesti ada dalam setiap pribadiyang menentukan
konsep "kepribadian" sebenarnya; Kedua, eksistensi struktur dalam kepribadian manusia
memiliki ciri relatif stabil, menetap dan abadi. Maksud dari ciri ini adalah bahwa secara
proses psiko- logis aspek-aspek yang terdapat pada kepribadian itu memiliki sunnah yang
menetap sesuai dengan irama dan pola perkembangannya. Secara potensial masing-masing
aspek kepribadian ini menetap dan tidak ada perubahan, namun secara aktual aspek-aspek ini
berubah sesuai dengan lingkungan yang memengaruhinya. Pola seperti merupakan
sunnatullah yang ditetapkan oleh Allah Swt.; Ketiga, Kepribadian individu
merupakanaktualisasi dari proses integrasi sistem-sistem atau aspek-aspek struktur yang
berbentuk seperti berpikir, berperasaan, bertindak, dan sebagainya

Dalam psikologi Kepribadian modern, pembahasan mengenai struktur banyak


dibicarakan pada aliran Psikoanalisis. Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung misalnya
mengungkapkan teori-teori kepribadiannya berdasarkan struktur yang telah dibangun. Teori
mereka berdua disempurnakan oleh para psikolog dari aliran Psikologi Ego seperti Heinz
Hartmann, Harvard Robert White, Ronald Fairbairn, dan Erik Homburger Erikson

3
Sementara dari aliran Psikobehavioristik kurang berminat memba- has struktur atau
unsur-unsur yang relatif tidak berubah dalam kepribadian. Mereka lebih berminat
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengakibatkan respons-respons tertentu yang
pada gilirannya membangkitkan stimulus-stimulus yang memiliki sifat pendorongPara
psikolog yang termasuk kelompok ini adalah John Dollard dan Neal E. Miller. Demikian pula
Burrhus Frederic Skinner dari Psiko-operan. Ia adalah psikolog yang paling tidak berminat
pada variabel-variabel struktur, sehingga perhatiannya dicurahkan pada tingkah laku yang
dapat diubah. Skinner lebih cenderung menentukan tingkah laku dari lingkungan, walaupun
ia tidak menafikan pengaruh hereditas dan dasar-dasar genetik individu." Penafikan struktur
pada aliran Psikobehavioristik menelorkan banyak kritik, di antaranya psikobehavioristik
merupakan aliran Ilmu Jiwa tanpa memiliki konsep jiwa, sehingga ia membahas perilaku
manusia yang tidak berjiwa. Sebagian ahli menggolongkan aliran behavioristik pada Teori
Kepribadian, bukan tergolong Psikologi Kepribadian.

Kehadiran Psikohumanistik membawa nuansa baru dalam teori-teori psikologi,


termasuk masalah struktur kepribadian. Aliran ini mencoba mengakomodasi dua aliran
ekstrim, satu yang menetapkan adanya struktur kepribadian, sementara yang lain menafikan.
Bagaimanapun juga, menurut psikohumanistik, kepribadian manusia ditentukan oleh struktur
kepribadian yang dinamis. Dinamika kepribadian sangat terkait dengan lingkungan di luar
struktur.' Sekalipun aliran ini telah menyatukan dua komponen penting dalam kepribadian
manusia, namun pembahasannya tidak sampai pada masalah-masalah roh yang memiliki
natur transenden dan supernatural, padahal konsep roh menjadi sentral kajian dalam Psikologi
Islam

B. Struktur Kepribadian Islam


Struktur kepribadian yang dimaksudkan di sini adalah aspek-aspek atau elemen-
elemen yang terdapat pada diri manusia yang karenanya kepribadian terbentuk. Pemilihan
aspek ini mengikuti pola yang dikemukakan oleh Khayr al-Din al-Zarkali. Menurut al-
Zarkali, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melalui tiga sudut, yaitu:

1. Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya;

2. Jiwa (psikis); apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat uniknya; dan

3. Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlak, perbuatan, gerakan, dan sebagainya

4
Ketiga kondisi tersebut dalam terminologi Islam lebih dikenal dengan term al jasad,
al-rah, dan al-nafs, Jasad merupakan aspek biologis atau fisik manusia, roh merupakan aspek
psikologis atau psikis manusia, sedang nafs merupakan aspek psikofisik manusia yang
merupakan sinergi antara Jasad dan roh.

Para ahli umumnya membedakan manusia dari dua aspek, yaitu jasad dan roh. Mereka
sedikit sekali membedakan antara jasad, roh dan nafs, padahal ketiganya memiliki kreteria-
kreteria tersendiri. Jasad dan roh merupakan dimensi manusia yang berlawanan sifatnya.
Jasad sifatnya kasar dan indrawi atau empiris, naturnya buruk, asalnya dari tanah bumi
(ardhiyyah)dan kecenderungannya ingin mengejar kenikmatan duniawi atau
materialSedangkan roh sifatnya halus dan gaib, naturnya baik, asalnya dari hembusan
langsung dari Allah (ilahiyyah) dan kecenderungannya mengejar kenikmatan samawi,
rohaniah dan ukhrawiahMasing-masing dimensi yang berlawanan naturnya ini pada
prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa roh merupakan substansi yang matisedang roh
tanpa jasad tidak dapat teraktualisasiOleh sebab itu, perlu adanya sinergi antara kedua aspek
yang berlawanan ini, sehingga menjadi nafs. Dengan nafs maka masing-masing keinginan
jasad dan roh dalam diri manusia dapat terpenuhi.

Firman Allah Swt.: dalam QS Al-A'raf ayat 54 disebutkan "Ingatlah, menciptakan (al-
khalq) dan memerintah (al-amar) itu milik Allah." Al-Ghazali menafsirkan kata al-khalq pada
ayat tersebut dengan alam penciptaan, sedang kata "al-amar" pada ayat tersebut dengan alam
perintah. Alam penciptaan yang bersifat material menghasilkan jasad, sedang alam perintah
yang bersifat spiritual menghasilkan roh manusia." Sinergi dari kedua alam tersebut
menghasilkan nafs (psikofisik) manusia

Para ahli berbeda pendapat dalam memahami roh dan nafsPendapat yang dimaksud
paling tidak dapat dibagi menjadi dua kategoriPertama, roh dan nafs merupakan substansi
yang sama, hanya saja berbeda penyebutannyaDemikian pandangan Ikhwan al-Shafadan para
filsuf

umumnya Abu Bakar ibn al-Anbarî lebih lanjut menguraikan bahwa roh digunakan
untuk penyebutan bentuk laki-laki (mudzakkar), sedang nafs digunakan untuk penyebutan
bentuk perempuan (mu'annas)Demikian tradisi kebahasaan yang berlaku bagi orang Arab."
Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila di dalam Al-Qur'an memberikan arti nafs untuk
penyebutan roh (QS Al-Isra': 85) dan memberikan arti roh untuk penyebutan nafs (QS Al-
An'am: 93),"

5
Kedua, roh dan nafs merupakan substansi yang berbeda. Menurut para Sufi, roh lebih
spesifik daripada nafs, sebab roh naturnya asli, sementara nafs telah memiliki kecenderungan
pada duniawi dan kejelekan.13 Nafs menjadi perantara antara jiwa rasional dengan badan.
Unsur nafs telah terikat dengan badaniah, sedangkan roh tidak.14 Menurut Ibn Abbas,
Manusia memiliki nafs dan roh. Dengan nafs manusia mampu berpikir dan mampu
membedakan yang benar dan yang salah, sebab dalam nafs terdapat aqalSedang dengan roh
manusia dapat hidup karena ia merupakan nyawaRoh merupakan daya hidup (al-hayat) dan
nafs. Ketika ajal kehidupan tiba maka daya hidup dan nafs manusia mengalami kematian (al-
mawt)Ketika manusia tidur maka hanya nafs-nya yang mati. 15 Ibn Luqman lebih lanjut
menyebut roh tersebut dengan nafs hayawâniyyah, sebab ia dapat dipahami oleh manusia.
Sedangkan roh yang misteri dan gaib disebut dengan nafs rúhaniyyah, sebab hanya Allah
yang mengetahui roh ini.

Titus Burckhardt menyebut roh dengan sinar vertikal. Artinya sinaran Tuhan yang
diberikan kepada diri manusia secara langsungSedang nafs merupakan sinar horizontal.
Artinya sinaran Tuhan yang telah menyatu pada tubuh manusia dan menimbulkan tingkah
laku." Muhammad Mahmud membedakan antara roh dan nafs. Pembedaan itu berdasarkan
ciri-ciri kedua komponen itu yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Kata roh disebutkan dalam
Al-Qur'an sebanyak 21 kali, sedang kata nafs disebutkan dalam bentuk tunggal sebanyak 116
kali, dalam bentuk jamak sebanyak 155Roh dapat berarti amîn al-wahîy (QS Al-Syu'ara: 193,
Al-Nahl: 102), rahasia Tuhan yang menjadikan tubuh manusia hidup (QS Al-Hijr: 29, Al-
Sajdah: 9, Al-Tahrim: 12), juga termasuk rahasia Tuhan yang tak satu manusia pun
mengetahui hakikatnya (QS Al-Isra85)Sedangkan nafs merupakan substansi yang di
dalamnya terdapat unsur fisik dan psikis. Abu Hamid Muhammad al-Ghazalî menganggap
roh sebagai nyawa yang selalu ada pada tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan nafs
hanya ada pada diri manusia yang memiliki daya berpikir.19 Pembedaan ini dibenarkan jika
roh yang dimaksud berarti rûh-jasmâni yang artinya sama dengan nyawa, tetapi jika yang
dimaksud roh-rûhâni maka al-Ghazalî menyamakannya dengan nafs.

Beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa roh dan nafs berbeda. Roh adalah
urusan Allah Swt. dan hakikatnya hanya Dia sendiri yang mengetahuinya. Apabila manusia
ingin mengetahuinya maka diperlukan wahyu untuk menjelaskan hal ikhwalnya, sebab
roh bersifat lähûtiyyah. Sedang nafs adalah apa yang ada di dalam diri manusia yang bersifat
nâsûtiyyah. Ia merupakan sinergi antara jasad (fisik) dan roh (psikis)Sinergi psikofisik ini
akan melahirkan tingkah laku, baik tingkah laku lahir maupun tingkah laku batin. Fenomena

6
atau gejala nafs dapat diketahui manusia melalui pemikiran dan perenungan, baik melalui
telaah ayat qur'ani maupun ayat anfusiRoh tidak dapat mati, sebab sifatnya kekal, sedangkan
nafs dapat mati apabila ajal kehidupannya telah tiba. Jadi, substansi al-nafs berasal dari
sinergi substansi al-ruh dan al-jism. Roh adalah nafs yang masih murni dan belum
berhubungan dengan jasad, sedang nafs adalah roh yang telah menyatu dengan jasad.

Berdasarkan pemahaman ini maka aspek-aspek diri manusia dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu aspek fisik yang disebut dengan struktur jismiyyah atau jasadiyyah; aspek psikis
yang disebut dengan struktur rûhaniyyah; dan aspek psikofisik yang disebut dengan struktur
nafsaniyyahMasing-masing aspek ini memiliki natur, potensi, hukum, dan ciri-ciri tersendiri :

1. Struktur Jisim

Jisim adalah aspek diri manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme
fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Pada
aspek ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan,
sebab semuanya termasuk bagian dari alam fisikalSetiap alam biotik-lahiriah memiliki unsur
material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air.23 Sedangkan manusia
merupakan makhluk biotik yang unsur-unsur pembentukan meterialnya bersifat proporsional
unsur tersebut, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang terbaik penciptaannya.

Nyawa atau daya hidup pada diri manusia memiliki batas, yang batas itu disebut
dengan ajal. Apabila batas energi tersebut telah habis, tanpa sebab apa pun manusia akan
mengalami kematian (al-mawt).28 Daya hidup telah menyatu pada semua organ tubuh
manusia yang pusat peredarannya pada jantung. Apabila organ vital manusia rusak atau tidak
berfungsi sebagaimana hukum atau sunnahnya maka daya hidup itu lepas dari tubuh manusia
dan terjadilah apa yang disebut dengan kematian, walaupun sebenarnya daya hidup tersebut
belum habis waktunya. Kerusakan organ tubuh dapat diakibatkan oleh ulah manusia sendiri
seperti bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, kurang menjaga kesehatan, dan terlalu
mengeksploitasi energi fisik dengan kerja di luar kemampuan fisiknya, atau, diakibatkan oleh
menuanya organ manusia sebagai akibat dari proses sunnah Allah.

Ikhwan al-Shafa berpendapat bahwa kematian tubuh manusia itu disebabkan oleh dua
hal, yaitu:

7
1. Mati thabi’i: yaitu mati yang disebabkan oleh jasad yang sudah menua Jasad
tersebut telah berfungsi sepanjang zaman sehingga fungsi itu melemah, alat-alat
indranya berkurang fungsinya, bahkan sebagian fungsi organ tidak bergerak;

2. Mati ardhi: yaitu mati yang disebabkan oleh masuknya sesuatu yang merusak tubuh
manusia, seperti adanya penyakit, dibunuh atau bunuh diri

Anak disleksia dengan tipe visual lebih mengandalkan pendengarannya dari pada
penglihatannya, dengan mendengarkan mereka akan lebih mudah memahami apa
yang sedang dipelajarinya.

Species manusia kebanyakan berkembang biak dengan cara seksual, meskipun


sebagian kecil dengan cara aseksual. Kelahiran Nabi Isa As. dari Maryam misalnya. Ia lahir
dari seorang wanita yang suci dan belum tersentuh oleh laki-laki manapun. Dengan qudrah
dan iradah Allah, Maryam melahikan anak tanpa hubungan seksual (QS Maryam: 16-26).
Kasus semacam itu oleh sebagian mufassir dikatakan sebagai khariq al- 'adat (menyalahi
kebiasaan), karena tergolong mukjizat. Peristiwa itu jika dikaitkan dengan sunnatullah,
sebenarnya bukan sesuatu yang aneh. Hal itu disebabkan reproduksi manusia ada yang terjadi
dengan cara aseksual, hanya saja untuk species manusia ini sangat sulit ditemukan. Kelahiran
Nabi Isa, Nabi Adam, dan Hawa' memang menyalahi sunnatullah yang satu (seksual), tetapi
sebenarnya ia menuju kepada sunnatullah yang lain (aseksual). Peralihan sunnatullah ini
sesuai dengan prinsip sebab-akibat (kausalitas). Dengan demikian, proses reproduksi biologis
manusia dapat dikategorikan dengan empat macam, yaitu:

1.Dilahirkan tanpa ayah-ibu (tanpa pertemuan sperma-ovum), yaitu Nabi Adam As.;
2.Dilahirkan tanpa ibu (tanpa ovum), yakni ibu Hawa' istri Adam
3.Dilahirkan tanpa ayah (tanpa sperma), yakni Nabi Isa As, dan
4.Dilahirkan dengan ayah dan ibu, yakni species manusia pada umumnya.

Penciptaan jasmani bersifat gradual (al-tadarruj). Artinya penciptaan itu bertahap


menurut proses biologis. Dalam teori Ikhwan al-Shafa proses tersebut berdasarkan teori
emanası (al-faydh) dan evolust, yang teori itu selanjutnya minip atau bahkan berkemungkinan
diadopsi oleh Darwin (1809-1882) Al-Qur'an menjelaskan proses penciptaan manusia secara
global. Kondisi itu akhirnya menimbulkan banyak interpretasi. Al-Farabi (783-950 M), Ibn
Maskawaih (w 1030 M.), dan Muhammad ibn Syakir al Kurubi (1287-1363 M.) menyebut

8
proses penciptaan jasad manusia secara evolusi walaupun pengertian evolusi di sini tidak
persis sama dengan teori Darwin

Muhammad Abduh menyatakan, "Seandainya teori Darwin tentang proses penciptaan


manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah maka tidak ada alasan dari Al-Qur'an
untuk menolaknya. Al-Qur'an hanya menguraikan proses penciptaan di awal, tengah, dan
akhir Apa yang terjadi di antaranya tidak dijelaskan. Sementara Abbas al-Aqqad--seorang
ulama Mesir kontemporer- mempersilahkan setiap Muslim menerima atau menolak teori
Darwin berdasarkan penelitian ilmiah, tanpa melibatkan Al- Qur'an sedikit pun, karena Al-
Qur'an tidak berbicara secara rinci tentang proses kejadian manusia pertama.

Jasad memiliki natur tersendiri. Di antaranya:

1. Dari alam ciptaan (al-khalq), yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar,
bergerak dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ (al-Farabi )
2. Dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan tidak berbeda
dengan benda-benda lain (al-Ghazali).37
3. Komponen materi (Ibn Rusyd).
4. Sifatnya material yang hanya dapat menangkap satu bentuk yang konkret, dan
tidak dapat menangkap yang abstrak Jika ia telah menangkap satu bentuk
kemudian perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain maka bentuk pertamanya
lenyap (Ibn Rusyd)
5. Naturnya indrawi, empirik, dan dapat disifati. Ia terstruktur dari dua substansi
yang sederhana dan beraqal, yaitu hayula (vitality) dan shurah (Figure).
Substansinya sebenarnya mati. Kehidupannya bersifat "aradh (accident) karena
berdampingan dengan nafs. Nafs yang menjadikannya hidup begerak dan
memberi daya dan tanda. Ia bersifat duniawi. Jisim manusia memiliki natur buruk.
Keburukan jasad disebabkan oleh (1) ia penjara bagi roh; (2) kesibukannya
mengganggu kesibukan roh untuk beribadah kepada Allah Swt., dan (3) dengan
kesendiriannya, jasad tidak mampu mencapai makrifat Allah (Ikhwan al-Shafa')

2. Struktur Roh

Keunikan esensial psikologi kepribadian Islam dengan psikologi kepribadian yang


lain adalah masalah struktur roh. Karena roh, seluruh bangunan kepribadian manusia dalam
Islam menjadi khas. Roh merupakan substansi (jawhar) psikologis manusia yang menjadi

9
esensi keberadaannya baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu berbeda dengan psikologi
kepribadian Barat yang hanya menerjemahkan roh dengan spirit yang accident ('aradh).
Sebagai substansi yang esensial, roh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri, bukan
sebaliknya. Roh yang menjadi pembeda antara eksistensi manusia dengan makhluk lain.

1. Materialisme. Roh merupakan jisim atau materi, sekalipun berbeda dengan jisim
jasmani. Roh bukanlah bersifat rohani, sebab roh adalah 'aradh (sifat yang baru
datang). Jika badan hancur maka roh pun ikut lenyap.43 roh menjalar ke seluruh
tubuh manusia yang menjadikan kehidupan, gerak, merasa, dan berkehendak. Roh
sebagai darah yang murni dan terhindar dari kotoran, sebab darah merupakan
elemen pokok kehidupan manusia, sedangkan roh tidak lain dari nyawa (al hayah)
2. Spiritualisme (roh merupakan substansi yang bersifat ruhani dan tak satu pun
cirinya bersifat jasmani) Mazhab ini menyatakan bahwa roh itu adalah jawhar
ruhani (substansi yang bersifat rohani) Roh tidak tersusun dari materi, sebab ia
abstrak dan dapat menangkap beberapa bentuk secara sekaligus.
3. Gabungan (materialisme-spiritualisme). Roh merupakan kesatuan jiwa (al-nafs)
dan badan. beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa roh itu memiliki
tiga kemungkinan: Pertama, roh merupakan nyawa. Ia bukan jisim tetapi yang
menghidupkan jisim. Roh ini merupakan aksiden ('aradh), yaitu sesuatu yang baru
dan singgah pada substansi jisim.

Roh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut beberapa ahli roh
memiliki natur:
1. Kesempurnaan awal jisim alami manusia yang tinggi dan memiliki kehidupan
dengan daya (Ibn Sina).47

2. Berasal dari alam perintah (al-amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad.
Hal itu dikarenakan ia dari Allah, kendati pun ia tidak sama dengan zat-Nya (Ibn
Sina). 18

3. Ruh ini merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang bersifat rohani. la dapat
berpikir, mengingat, mengetahui dan sebagainya. Ia juga sebagai penggerak bagi
keberadaan jasad manusia. Sifatnya gaib (al-Ghazali)."

4. Ruh sebagai citra kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik.
Kesempurnaan awal ini karena roh dapat dibedakan dengan kesem- purnaan yang lain
yang merupakan pelengkap dirinya, seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan.

10
Sedangkan disebut organik karena roh menunjukkan jasad yang terdiri dari organ-
organ (Ibn Rusyd).

Secara teoretis, roh manusia terbagi atas dua bagian: (1) roh yang masih murni
berhubungan dengan zatnya sendiri, dan (2) roh yang berhubungan dengan jasmani. Roh
yang pertama disebut dengan roh al-munazzalah, sedang yang kedua disebut dengan al-
gharizah, atau disebut dengan nafsaniah, roh al-munazzalah adalah potensi rohaniah yang
diturunkan secara langsung dari Allah kepada diri manusia. Potensi ini tidak dapat berubah,
sebab jika berubah berarti berubah pula eksistensi dan esensi manusia.

3. Struktur Nafs

Istilah nafs dalam Al-Qur'an memiliki banyak makna. Achmad Mubarak dengan
metode tematiknya, menyebutkan tujuh makna nafs, yaitu diri atau seseorang (QS Ali
Imran:61, Yusuf: 54, Al- Dzariyat 21). nafs memiliki arti psikofisik manusia, yang mana
komponen jasad dan roh telah bersinergi. Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad
dan roh. Apabila ia berorientasi pada natur jasad maka tingkah lakunya menjadi buruk dan
celaka, tetapi apabila mengacu pada natur roh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat.
Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Ahmad ibn Hambal, sinergi dua komponen
itu terjadi ketika janin usta empat bulan dalam kandungan Hadis yang dimaksud adalah

"Sesungguhnya salah satu di antara kaliah diciptakan dalam perut ibunya selama
empat puluh hari dalam bentuk nuthfah, lalu empat puluh hari lagi menjadi 'alagah dan empat
puluh hari menjadi mudhghah. Kemudian Allah menyuruh maqalikat untuk menulis empat
perkara, yaitu amal, rizki, ajar dan celaka-bahagianya, kemudian roh ditiupkan ke dalamnya
(HR al-Bukhari dari 'Abd Allah)"

Menurut al-Ghazali, ayat tersebut memiliki tiga proses penciptaan manusia, yaitu:

1. Taswiyyah, aktivitas yang dilakukan pada tempat penerimaan roh, yaitu tanah (al-
thin) bagi Adam dan air mani (al-nuthfah) bagi anak cucunya. Kondisi taswiyah ini bersih
dan suci dari segala kotoran;

2 Nafkh, menyulutnya cahaya roh pada syaraf air mani. Nafkh merupakan citra dan
hasil Citranya adalah seperti mengeluarkan angin dari Zat yang meniupkan pada lambung
orang yang diberi, sehingga syaraf syarafnya menyalakan nur cahayanya

11
3. Rüh, substansi abadi yang bukan baru datang ('aradh), sebab ia mampu mengenal
dirinya sendiri dan Penciptanya, serta mampu memahami hal-hal yang masuk aqal.

Nafs memiliki beberapa daya dan natur. Menurut Bigot (1950), daya kejiwaan
manusia dengan dichotomi, yaitu: (1) Kemampuan manusi menerima stimulus dari luar.
Kemampuan ini berhubungan dengan pengenalan (kognisi); dan (2) Kemampuan manusia
untuk melahirkan apa yang terjadi pada jiwanya. Kemampuan ini berhubungan dengan motif
dar kemauan (konasi)

Ahli jiwa-falsafi menfokuskan perhatiannya pada aqalsehingga konsep pembagian


jiwanya hanya mencakup daya kognisi dan daya konasiSedang ahli jiwa-tasawufi lebih
menfokuskan perhatiannya pada cita rasa (dzawą), sehingga konsep pembagian jiwanya
hanya mencakup daya emosi dan daya konasiSementara itu, ahli jiwa falsafi-tasawufi
mengungkap tiga daya yang terdapat pada jiwa manusia, yaitu kognisi, konasi, dan emosi.
Pendapat terakhir ini lebih relevan untuk diskursus psikologi, walaupun diperlukan
modifikasi sebagian term-termnya tanpa merubah esensinyaDengan begitu maka pembagian
nafsani manusia adalah:

1. Daya qalb yang berhubungan dengan emosi (rasa) yang berhubungan dengan
aspek-aspek afektif;

2. Daya aqal yang berhubungan dengan kognisi (cipta) (kognitif) yang berhubungan
dengan aspek-aspek kognitif;

3. Daya hawa nafs yang berhubungan dengan konasi (karsa) yang berhubungan
dengan aspek-aspek psikomotorik.

a. Qalbu

Qalbu (al-qalb) merupakan salah satu daya nafsani. Para ahli berbeda pendapat dalam
menentukan maknanya. Sebagian ada yang mengasumsikan sebagai materi organik
(al-'adhuw al-madi), sedang sebagian yang lain menyebutnya sebagai sistem kognisi (jihaz
idraki ma'rift) yang berdaya emosi (al-syu'ür)." Dalam psikologi kontemporer, kata qalbu
lazimnya digunakan untuk makna al-syu'ur (emosi), yaitu perasaan yang diketahui atau
disadari

Al-Ghazali secara tegas melihat qalbu dari dua aspek:

12
1. Qalbu jasmani adalah daging sanubari yang berbentuk seperti jantung pisang yang
terletak di dalam dada sebelah kiri

2. Qalbu rohani adalah sesuatu yang bersifat halus (lathîf)rabbani, dan rohani yang
berhubungan dengan qalbu jasmani. Bagian yang kedua ini merupakan esensi manusia.

Pemaknaan dua aspek tersebut wajar, sebab qalbu merupakan bagian dari nafsaniSetiap
nafsani memiliki komponen fisik dan psikisKomponen fisik tercermin di dalam qalbu
jasmanisedang komponen psikis tercermin di dalam qalbu rohaniQalbu jasmani merupakan
jantung (heart) yang menjadi pusat jasmani manusia" la berfungsi sebagai pusat peredaran
dan pengaturan darahApabila fungsi ini berhenti maka ajal (batas) kehidupan manusia habis
dan terjadilah apa yang disebut dengan kematian. Qalbu jasmani tidak hanya dimiliki
manusia, tetapi dimiliki oleh semua makhluk bernyawa seperti binatangSedang qalbu rohani
hanya dimiliki manusia, yang menjadi pusat kepribadiannya. Kendatipun jantung bersifat
fisik, namun berkaitan erat dengan kondisi psikologisnya. Apabila kondisi psikologis
seseorang normal maka ia berdenyut atau berdetak secara tera- tur, namun apabila kondisi
psikologisnya terlalu senang atau terlalu resah maka frekuensi denyutnya lebih cepat atau
bahkan lebih lambat dari batas normalitas

b. Aqal

Secara etimologi, aqal memiliki arti al-imsâk (menahan), al-ribat (ikatan), al-hajr (menahan),
al-nahi (melarang), dan man'u (mencegah)." Berdasarkan makna bahasa ini maka yang di
sebut orang yang beraqal (al 'aqil) adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa
nafsunya Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistens Nama
lain aqal adalah kulm, nuha, hijr dan hujjah.

Aqal merupakan bagian dari daya nafsani manusia yang memiliki dua makna;
1. Aqal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala Aqal ini lazimnya
disebut dengan otak (al-dimâgh) yang bertempat di dalam kepala.

3. Aqal rohani, yaitu cahaya (al-nûr) rohani dan daya nafsani yang dipersiapkan
untuk memperoleh pengetahuan (al-ma'rifah) dan kognisi

Aqal juga diartikan sebagai energi yang mampu memperoleh menyimpan dan mengeluarkan
pengetahuan. Aqal mampu menghantarkan manusia pada esensi kemanusiaan (haqiqah
insâniyyah). 106 Aqal merupakan kesehatan fitrah yang memiliki daya-daya pembeda antara
hal-hal baik dan buruk, yang berguna dan yang membahayakan. 107 Pengertian di atas dapat

13
dipahami bahwa aqal merupakan daya berpikir manusia untuk memperoleh pengetahuan yang
bersifat rasional dan dapat menentukan hakikatnya.

c. Hawa Nafsu

Nafsu sebagai daya nafsani memiliki banyak pengertian: Pertama, nafsu merupakan
nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin (nafas) yang keluar-masuk di dalam tubuh
manusia melalui mulut dan kerongkongan; Kedua, nafsu merupakan sinergi jasmani-rohani
manusia dan merupakan totalitas struktur kepribadian manusia (lihat pengertian nafsu di
atas); Ketiga, hawa nafsu, yaitu bagian dari daya nafsani yang berarti hawa nafsu yang
memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhabiyyah dan al- syahwaniyyah.

Hawa nafsu memiliki dua daya yang pokok, yaitu: Pertama, Al-Ghadhab adalah suatu
daya yang berpotensi untuk menghindari diri dari segala yang membahayakan122 Ghadhab
merupakan potensi hawa nafsu yang memiliki natur seperti binatang buas (subu'iyyah) yang
memiliki naluri dasar menyerang, membunuh, merusak, menyakiti, dan membuat yang lain
menderita. Namun apabila potensi ini dikelola dengan baik atas bimbingan qalbu maka ia
menjadi kekuatan atau kemampuan (qudrah)Ghadhab dalam terminologi Psikoanalisa disebut
dengan "defense" (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan), yaitu tingkah laku yang berusaha
membela atau melindungi ego terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu; perbuatan
untuk melindungi diri sendiri; dan memanfaatkan dan merasionalisasikan perbuatannya
sendiri.

Kedua, Al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari
segala yang menyenangkan. 123 Syahwat merupakan potensi hawa nafsu yang memiliki
natur binatang jinak (bahimiyyah) yang memiliki naluri dasar seks bebas, erotisme, narsisme,
dan segala tindakan untuk pemuasan

birahiSyahwat dalam terminologi psikologi disebut dengan "appetite", yaitu suatu


hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu), motif atau impuls berdasarkan perubahan keadaan
fisiologiAtau, desire, yaitu satu keinginan dan harapan yang disadari dari suatu perangsang
atau situasi yang tidak menyenangkan atau yang mengakibatkan penolakan.

Prinsip kerja hawa nafsu mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan
berusaha mengumbar impuls-impuls agresif dan seksualnyaApabila impuls-impuls ini tidak
terpenuhi maka terjadi ketegangan diri. Prinsip kerja hawa nafsu ini memiliki kesamaan

14
dengan prinsip kerja jiwa kebinatangan. Oleh karena prinsip inilah maka hawa nafsu
memiliki natur kebinatangan (fithrah hayawaniyyah).

Dalam perspektif psikologis, hawa nafsu memiliki daya konasi (daya karsa). Konasi
(kemauan) adalah bereaksi, berbuat, berusaha, berkemauan, dan berkehendak. Aspek konasi
kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat.124 Hawa
nafsu menunjukkan struktur bawah-sadar atau pra-sadar dari kepribadian manusia. Apabila
manusia mengumbar dominasi hawa nafsunya maka kepribadiannya. tidak akan mampu
bereksistensi secara baik. Manusia model ini memiliki kedudukan sama dengan binatang
bahkan lebih hina (QS Al-A'raf: 179).

Jika qalbu lebih berorientasi pada roh, maka hawa nafsu berorientasi pada jasadDalam
kaitan dengan psikologi, kekuatan jasad yang utama adalah indra. Karena itulah maka potensi
hawa nafsu bersifat indrawi (hissiyyah)Daya indrawi hawa nafsu, dengan meminjam teori Ibn
Sina, terbagi atas dua macam, yaitu (1) indra lahir (external senses) yang dapat dimiliki
hewan dan manusia; (2) indra batin (internal senses) yang hanya dimiliki manusia, kalau
hewan memiliki itupun hanya sedikit. Indra lahir berupa pancaindra (al-hiss al-khams) seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan sentuhan. Sementara indra batin terdiri atas
lima daya, yaitu:

1. Indra bersama (al-hiss al-musytarikah) yang berfungsi menerima, mengatur


dan mengkoordinir bentuk-bentuk dari semua benda-benda empiris yang
diserap oleh pancaindra lahir.
2. Imajinasi retentif (khayal) yang berfungsi representasi (mushawwirah yaitu
melestarikan informasi yang diterima oleh indra bersama untu disalurkan
pada daya yang lain sehingga membentuk gambar (imag suatu benda dalam
pikiran.
3. Imajinasi kompositif (mutakhayyilah) yang berfungsi memisahkan atau
menggabungkan kembali gambar yang telah diterima oleh imajina retentif
dengan beberapa cara, seperti mengkhayalkan manusia terban .
4. Estimasi (waham) yang dapat menangkap makna dan tujuan yang ad pada
benda-benda indrawi, sehingga mampu mengarahkan hawa nafs hewani
untuk bertindak. Pada manusia, daya ini dapat digunakan untuk
menilai mana yang dipercaya dan mana yang fantasi

15
5. Memori (hafizhah) dan rekoleksi (dzâkirah) yang berfungsi sebaga gudang
penyimpanan untuk melestarikan makna atau tujuan daya-daya sebelumnya.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut James Drever, struktur adalah "komposisi pengaturan bagian- bagian
komponen, dan susunan suatu kompleks keseluruhan." Sedang James P. Chaplin
mendefinisikan struktur dengan "satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur
yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi." Para psikolog menggunakan istilah ini untuk
menunjukkan pada proses-proses yang memiliki stabilitas.2 Berdasarkan pengertian itu,
struktur kepribadian diartikan sebagai "integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang
menyusun kepribadian "Atau lebih tepatnya" aspek-aspek kepribadian yang bersifat relati
stabil, menetap, dan abadi serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan tingkah laku
individu." Kurt Lewin dari Psikologi Medan menyatakan bahwa struktur kepribadian adalah
cara melukiskan sebagai suatu entitas yang terpisah dari hal-hal lainnya yang ada di dunia."

Pada pengertian tersebut menunjukkan tiga elemen pokok, yaitu: Pertama,


struktur kepribadian adalah suatu komponen yang mesti ada dalam setiap pribadiyang
menentukan konsep "kepribadian" sebenarnya; Kedua, eksistensi struktur dalam kepribadian
manusia memiliki ciri relatif stabil, menetap dan abadi. Maksud dari ciri ini adalah bahwa
secara proses psiko- logis aspek-aspek yang terdapat pada kepribadian itu memiliki sunnah
yang menetap sesuai dengan irama dan pola perkembangannya. Secara potensial masing-
masing aspek kepribadian ini menetap dan tidak ada perubahan, namun secara aktual aspek-
aspek ini berubah sesuai dengan lingkungan yang memengaruhinya. Pola seperti merupakan
sunnatullah yang ditetapkan oleh Allah Swt.; Ketiga, Kepribadian individu
merupakanaktualisasi dari proses integrasi sistem-sistem atau aspek-aspek struktur yang
berbentuk seperti berpikir, berperasaan, bertindak, dan sebagainya

17
DAFTAR PUSTAKA

Mujib, Abdul,. 2017. Teori Kepribadian: Perspektif Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai