Laporan Kasus Neoplasma Cyst Ovarium (NOC)
Laporan Kasus Neoplasma Cyst Ovarium (NOC)
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepanitraan Klinik Senior
Pada Departemen Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara
Oleh :
Pembimbing :
dr. Cut Elfina Zuhra, Sp.OG, Subsp. Obginsos (K)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Neoplasma Ovarium Kistik”. Penyusunan laporan kasus ini
sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Departemen Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan di Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Aceh Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Cut Elfina
Zuhra, Sp.OG, Subsp. Obginsos (K) selaku preseptor selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior pada Departemen Ilmu Kebidanan dan penyakit
kandungan atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan
bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neoplasma merupakan masa jaringan abnormal, tidak terkendali, dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal, tumbuh terus menerus terus bertransformasi
dan terus membelah. Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem
reproduksi wanita adalah Neoplasma Ovarium Kistik (NOK) atau yang biasa
dikenal dengan sebutan kista ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu tumor
jinak (neoplasma) ginekologi, tumor jenis ini memiliki risiko tinggi berkembang
menjadi tumor ganas (maligna) yang disebut sebagai kanker ovarium. paling sering
dijumpai pada wanita masa subur, umumnya pada wanita usia lebih tua diatas 50
tahun, post menopause, dengan hampir 80% kasus (1)(2).
Menurut data WHO (2015) di seluruh dunia terdapat 234.000 wanita yang
terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika Serikat pada
tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak 32.680 wanita
dengan angka kematian sebesar 54,57 %. Angka kejadian kista ovarium tertinggi
ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000. Insiden di Amerika
Selatan tercatat sebanyak 7,7 per 100.000 relatif lebih tinggi bila dibandingkan
dengan angka kejadian di Asia dan Afrika. Sedangkan di Asia Tenggara dimana
Indonesia termasuk di dalamnya, insiden kista ovarium mencapai 6,6%, Di
Indonesia sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah
penyakit yang mengenai sistem reproduksi salah satunya yaitu kista ovarium (3)
Berdasarkan data Kemenkes RI (2015), angka kejadian kista ovarium di
Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 penderita diantaranya sekitar 13.900
jiwa meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis
sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut. Perjalanan penyakit yang
berlangsung secara diam diam dianggap sebagai silent killer sehingga pasien
umumnya tidak menyadari sudah menderita kista ovarium. Oleh karena itu, penting
mengetahui diagnosis dan tata laksana neoplasma ovarium kistik sehingga deteksi
dini dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas akibat penyakit tersebut.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S.F
Jenis Kelamin : Perempuan
No.Rekam Medis : 05.03.65
Umur : 40 Tahun
Alamat : Gampong Matang Kumbang, Kec. Bhaktiya, Kab.
Aceh Utara
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Status Obstetri : G2P1A0
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : Selasa , 05 Desember 2023
Tanggal keluar : Sabtu, 09 Desember 2023
Tanggal pemeriksaan : Rabu, 06 Desember 2023
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Buang air kecil tidak Lampias
2.2.2 Keluhan Tambahan
Poliuri, Nyeri Haid, perut terasa nyeri dan keras pada perabaan
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
pasien a.n Ny. S, datang ke IGD rsu cut meutia dengan keluhan gangguan
berkemih , gangguan berkemih yang di alami Ny,S berupa kencing yang
terasa tertahan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit , keluhan tersebut
baru kali pertama di alami oleh Ny. S , keluhan tambahan lainnya yang di
alami oleh Ny. S adalah peningkatan frekwensi buang air kecil (miksi) ,
keluhan tersebut sudah di rasakan oleh pasien sejak 10 hari sebelum masuk
rumah sakit , Ny. S mengatakan bahwa ia dapat mengalami berkemih setiap
2 jam sekali , dan keluhan tersebut kerap menggangu kualitas tidur nya di
malam hari, keluhan lainya yang di alami oleh Ny.s berupa nyeri pada
2
3
seluruh perut, keluhan nyeri perut sudah di rasakan oleh Ny.s pada saat
mengalami menstruasi terakhir kalinya sebelum masuk rumah sakit,
keluhan nyeri perut yang di alami oleh Ny. S disertai dengan perut yang
terasa kembung, mual dan nyeri kepala pada pasien.
2.2.4 Riwayat Obstetri
- Riwayat Persalinan : Pasien memiliki 1 orang anak laki-laki & saat ini
telah berusia 19 tahun , persalinan ditolong oleh bidan
- Riwayat Kehamilan : Pasien tidak pernah memiliki gangguan selama
menjalani kehamilan
- Riwayat Abortus : Pasien memiliki riwayat abortus sebanyak 1 kali dan
dialami oleh pasien pada kehamilan nya yang pertama
- Riwayat Menstruasi : Berdasarkan anamnesis dengan pasien tidak
didapatkan gangguan menstruasi dan pasien pada saat ini masih
mengalami menstruasi , siklus menstruasi 23 s/d 25 hari , dengan lama
haid selama 4-7 hari , dengan durasi penggantian pembalut sebanyak 7
s/d 8 kali perhari
- Riwayat Pernikahan & Status Seksual: Berdasarkan anamnesis pasien
mengatakan saat ini sudah memasuki usia pernikahan yang ke-19 tahun
,usia pasien saat menikah pada saat berusia 21 tahun , gangguan
berhubungan seksual disangkal oleh pasien.
- Riwayat Keluarga Berencana (KB) : Berdasarkan anamnesis dengan
pasien dikatakan bahwa pasien pernah menggunakan KB dengan
metode KB suntikan selama 2 s/d 3 tahun
Oedema : Oedema(-)
Anemia : Anemia (-)
Pigmen : Hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
2. Kepala
Tengkorak : Normocepali
Rambut :Warna rambut hitam, Ikal Sebahu, tidak mudah
dicabut, distribusi merata
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-), palpebra normal, gerakan bola mata
normal, pupil bulat, isokor (+/+), diameter
(2mm/2mm), reflek cahaya langsung/ reflek cahaya
tidak langsung (+/+), kejernihan lensa mata (jernih)
Telinga : Bentuk normal (eutrofilia), discharge (-/-), Sekret (-
/-), darah (-/-),otorea (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum nasi (-/-),
pernapasan cuping hidung (-), konka hipertrofi : tidak
dilakukan pemeriksaan
Mulut : Lidah normoglosia, tidak kotor, tidak tremor, bibir
pucat (-), mukosa mulut tidak hiperemis, tonsil tidak
hiperemis, arcus faring simetris, uvula ditengah,
pulse lip breathing (-)
3. Leher
4. Axilla
6
5. Jantung
7. Genitalia
2. USG
Keterangan :
Uterus : Dalam batas normal
Adnexa : Massa kistik, ukuran 9x8 cm
Kesan :
Massa ovarium kistik 9x8 cm
3. Elektrokardiogram (EKG)
Keterangan :
1.Sinus : rythm
10
2. HR : 92 bpm
3.Axis : normo axis
4. P wave : normal
5. PR interval : 0,20
6. durasi QRS : 0,08
7. Segmen ST : normal
8. LVH, RVH : (-)
Kesan : EKG normal
2.5 Resume
Pasien A.N Ny. S, Datang Ke IGD RSU Cut Meutia dengan keluhan
gangguan berkemih, gangguan berkemih yang di alami Ny.S berupa kencing
yang terasa tertahan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit , keluhan tersebut
baru kali pertama di alami oleh Ny.S, keluhan tambahan lainya yang di alami
oleh Ny.S adalah peningkatan frekwensi buang air kecil (miksi), keluhan
tersebut sudah di rasakan oleh pasien sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit
, Ny.S mengatakan bahwa ia dapat mengalami berkemih setiap 2 jam sekali,
dan keluhan tersebut kerap menggangu kualitas tidur nya di malam hari,
keluhan lainya yang di alami oleh Ny.S berupa nyeri pada seluruh perut,
keluhan nyeri perut sudah di rasakan oleh Ny.S pada saat mengalami menstruasi
terakhir kalinya sebelum masuk rumah sakit , keluhan nyeri perut yang di alami
oleh Ny.S disertai dengan perut yang terasa kembung, mual dan nyeri kepala
pada pasien. Dari permeriksaan fisik didapatkan bekas insisi operasi, panjang
±7 cm pada lipatan axilla kanan & kiri, bekas luka operasi (insisi), bentuk
horizontal tegak lurus sepanjang 10 cm sewarna dengan kulit abdomen, teraba
massa (+) diabdomen, dari pemeriksaan laborarotium tanggal 7/12/23
didapatkan leukosit 17.95 ribu/ul, pemeriksaan EKG didapatkan kesan normal,
dari pemeriksaan USG didapatkan massa ovarium kistik berukuran 9x8 cm.
2.6 Diagnosa kerja
Neoplasma ovarium kistik susp.ganas
2.7 Tata laksana
1. Non farmakologi
2. Personal hygiene
3. Konsumsi gizi seimbang
2. Farmakologi
3. Rencana terapi
1. Laparatomi
2.8 Prognosis
Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad functionam : Dubia ad bonam
Quo Ad sanationam : Dubia ad bonam
2.9 Follow up
Tanggal SOAP Terapi
06/12/2023 S/ Pasien mengeluhkan nyeri perut
1. IVFD Ringer Lactate Fls 20
H+1 (+), mual (-), muntah (-), BAK (+)
gtt/i
(07.30 Wib)
O/ 2. Inj. Ketorolac 30 mg vial/ 8
KU: Baik , GCS E4V5M6 jam
TD: 110/80 mmhg
3. Inj Omeprazole 40 mg amp/
N: 87 x/i
RR: 18x/i 12 jam
T: 36°C
P/ Laparatomi (07/12/2023)
07/12/2023 S/ Pasien mengeluhkan nyeri
1. IVFD Ringer Lactate Fls 20
H+2 dibagian luka post operasi (+),
gtt/i
(12.30 Wib) mual (-),muntah (-)
O/ 2. Inj. Ceftriaxone 2gr/24 j
KU: Baik, GCS E4V5M6
3. Inj. Ketorolac 30 mg vial/ 8
TD: 120/80 mmhg
jam
N: 80 x/i
RR: 19x/i 4. Inj Omeprazole 40 mg amp/
12
T: 36,7°C 12 jam
P/ Laparatomi
08/12/2023 S/ Pasien mengeluhkan nyeri
1. IVFD Ringer Lactate Fls 20
H+3 dibagian luka post operasi (+),
gtt/i
(07.30 Wib) mual (-),muntah (-)
O/ 2. Inj. Ceftriaxone 2gr/24 j
KU: Baik, GCS E4V5M6
3. Inj. Ketorolac 30 mg vial/ 8
TD: 120/80 mmhg
jam
N: 80 x/i
RR: 19x/i 4. Inj Omeprazole 40 mg amp/
T: 36°C 12 jam
P/
09/12/2023 S/ Pasien mengeluhkan nyeri
1. Cefixime 100 mg 2x1
H+4 dibagian luka post operasi (+),
(07.30 Wib) mual (-),muntah (-) 2. Asam folat 1mg 3x1
3. Ranitidin 150 mg 3x1
O/
KU: Baik, GCS E4V5M6 4. Neurodex 1x1
TD: 120/80 mmhg
N: 80 x/i
RR: 19x/i
T: 36°C
P/ PBJ
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kista neoplastik pada ovarium atau Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)
adalah kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium. Kista ovarium
umumnya jinak dan fungsional. Kista ini muncul dari pertumbuhan sel
berlebihan di dalam ovarium (neoplastik) dan dapat bersifat jinak atau ganas
(5).
3.2 Epidemiologi
Menurut data WHO (2015) secara global di seluruh dunia terdapat
234.000 wanita yang terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 %
meninggal. Di Amerika Serikat pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita
kista ovarium sebanyak 32.680 wanita dengan angka kematian sebesar 54,57
%. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju,
dengan rata-rata 10 per 100.000. Insiden di Amerika Selatan tercatat sebanyak
7,7 per 100.000 relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di
Asia dan Afrika. Sedangkan di Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk di
dalamnya, insiden kista ovarium mencapai 6,6% (3).
Di Eropa, penelitian dengan uji coba skrining skala besar melaporkan
21,2% kejadian kista ovarium pada wanita sehat pascamenopause. Berdasarkan
data Kemenkes RI (2015), angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada
tahun 2015 sebanyak 23.400 penderita diantaranya sekitar 13.900 jiwa
meninggal dunia (4) .
Data Di RSU H. Adam Malik Medan terdapat jumlah seluruh penderita
kista ovarium tahun 2008-2009 sebanyak 47 orang. Di Rumah Sakit Dr.
Pirngadi Medan dari bulan Januari 2010- Oktober 2010 penderita kista ovarium
pada wanita usia subur terdata sebanyak 34 kasus. Kemudian berdasarkan data
di RSUP Sanglah Denpasar dengan penelitian retrospektif, dilaporkan terdapat
102 penderita kista ovarium pada periode 1 Januari hingga 30 Juni 2018. Angka
13
14
kejadian kista ovarium tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 40–47 tahun
(23,52%) (6)(7)
3.3 Klasifikasi Neoplasma Ovarium Kistik
Kista ovarium terbagi atas kista fisiologis/fungsional dan kista patologi.
Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau
regresi dan Pertumbuhan ini dapat dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan
bersifat fungsional. Beberapa jenis kista fungsional adalah kista folikuler, kista
korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma. Kista ovarium yang bersifat
neoplastik melibatkan pertumbuhan sel ovarium yang tidak normal atau
disebabkan oleh mutasi genetik pada sel yang menyebabkan pertumbuhan
neoplastik
3.4 Etiologi
Etiologi neoplasma ovarium kistik fungsional adalah kista folikular dan
kista luteal yang berasal dari sel fisiologis. Sedangkan kista patologis bisa
19
berasal dari seluruh sel dan jaringan ovarium. Namun sel epitel permukaan
(mesothelium) merupakan sel yang paling sering berkembang menjadi kista
patologis ganas. Kebanyakan kista neoplastik ganas berasal dari sel epitel
permukaan (mesothelium), yaitu kista adenomakarsinoma epitel ovarium. Kista
patologis jinak dapat berupa kistadenoma serosa dan musinosa. Neoplasma
ovarium kistik atau kista ovarium dapat terjadi karena pengaruh genetik dengan
gen BRCA 1 dan BRCA 2 dan mutasi gen repair seperti MSH2, MLH1, PMS1
dan PMS2(9).
3.5 Faktor risiko
Beberapa faktor risiko terkait Neoplasma ovarium kistik (5)(10):
1. Faktor usia
Neoplasma ovarium kistik dapat terjadi pada semua usia, namun lebih
sering terjadi pada usia reproduksi. Kista fungsional jarang terjadi setelah
menopause. Kista luteal terjadi setelah ovulasi pada wanita usia reproduksi.
Kebanyakan kista neoplastik jinak terjadi selama masa reproduksi pada
rentang usia yang luas
2. Pengobatan infertilitas
Pasien yang diobati dengan gonadotropin atau agen induksi ovulasi
lainnya dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari sindrom
hiperstimulasi ovarium.
3. Kehamilan
Pada kehamilan, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
ketika kadar hCG mencapai puncaknya.
4. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme dapat merangsang pertumbuhan ovarium dan kista. Hal
ini disebabkan kesamaan antara subunit alfa TSH dan hCG
5. Penggunaan tamoxifen
Penggunaan tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional
jinak. Tamoxifen dapat menyebabkan pembentukan kista ovarium.
Tamoxifen dapat menyebabkan pertumbuhan folikel ovarium yang
berlebihan, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar estradiol dan
mengakibatkan kistik pada ovarium (11)
20
6. Merokok
Merokok adalah salah satu dari sedikit faktor risiko yang telah
diidentifikasi untuk neoplasma kista ovarium. Merokok diketahui
mempengaruhi gonadotropin dan hormon pada ovarium (12)
7. Ligasi tuba
Kista fungsional telah dikaitkan dengan sterilisasi ligasi tuba.
3.6 Patofisiologi
Patofisiologi neoplasma ovarium kistik melibatkan pertumbuhan sel
ovarium yang tidak normal. Pertumbuhan ini dapat dipengaruhi oleh siklus
menstruasi dan bersifat fungsional, atau disebabkan oleh mutasi genetik pada
sel yang menyebabkan pertumbuhan neoplastik Kista ovarium dapat timbul
akibat stimulasi yang berlebihan terhadap gonadotropin yaitu Gestational
tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma), fungsi ovarium
ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel permukaan ovarium
mengalami perubahan neoplastik, zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus
eksogen dan hidrokarbon dan pada pasien yang sedang diobati akibat kasus
infertilitas dimana terjadi induksiovulasi melalui manipulasi hormonal
(5)(10)(13).
Kista neoplastik dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. sejauh ini,
keganasan palingsering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosadan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial
(5)(10)(13)
21
3.7 Diagnosis
3.7.1 Manifestasi klinis
Neoplasma ovarium kistik seringkali tanpa gejala, terutama bila
ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak
nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas
kadang kala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis ke
jaringan sekitar. Pada nyeri yang tiba-tiba, unilateral dan tajam, perlu
dipikirkan kemungkinan rupturnya kista.Diagnosis pasti penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena gejalanya mirip dengan keadaan lain
seperti endometriosis, radang panggul, atau kehamilan ektopik Gejala-
gejalanya dapat berupa(8)(13):
1. Perut yang terasa penuh, berat, mual, dan kembung
2. Sulit buang air kecil atau buang air kecil tidak lampias karena karena
tekanan pada anus dan kandung kemih
3. Disuria
4. Siklus menstruasi tidak teratur, berupa oligomenorea atau polimenorea
5. Disminorea
22
6. Dispareunia
7. Nyeri panggul yang menetap atau hilang timbul yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
3.7.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai (10)(13):
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital sangat penting terutama bila terjadi
komplikasi berupa ruptur kista dan torsio ovarium. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya syok
hemoragik atau syok neurogenik pada pasien.
2. Pada pemeriksaan palpasi, kista berukuran besar mungkin teraba di
perut. Namun, pada pasien obesitas, hal ini sulit dilakukan.
3. Tanda-tanda peritonitis seperti nyeri tekan pada perut atau distensi
abdomen juga dapat diperiksa jika terjadi perdarahan masif akibat
rupturnya kista
3.7.2 Pemeriksaan penunjang
1. USG
Dengan pemeriksaan USG ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih.
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga abdomen yang bersifat bebas dan yang tidak.
Neoplasma ovarium kistik dibagi menjadi 2 jenis yaitu benigna dan
maligna. Umumnya lebih banyak ditemukan jenis yang benigna.
Penting untuk membedakan apakah massa yang ditemukan
merupakan lesi yang jinak atau ganas. USG dapat membedakan apakah
massa tersebut jinak, intermediet, atau ganas berdasarkan ciri ukuran,
kalsfikasi dan septa yang terdapat pada gambaran tersebut. Kista yang
terlihat simple tetapi mempunyai sebuah septa tipis (single thin
septation) < 3mm atau kalsifikasi pada dinding massa dapat dikatakan
massa tersebut kebanyakan benigna / jinak (14)(15)(16).
23
Gambar 3. 6 : USG menunjukan kista ovarium dengan massa pada area hipoekoik
(a) (b)
Gambar 3. 7 : CT Scan menunnjukan Kistadenoma musinosa
bilateral pada wanita berusia 27 tahun (a) potongan axial, (b) potongan sagital
4. MRI
MRI lebih spesifik untuk neoplasma ovarium kistik dibandingkan
CT-Scan, selain itu juga lebih aman untuk ibu hamil. Namun pemeriksaan
MRI tidaklah murah. Pemeriksaan MRI memiliki kontras jaringan lunak
yang lebih baik dibandingkan CT scan, terutama dalam mengidentifikasi
lemak dan produk darah, serta dapat memberikan gambaran yang lebih
baik mengenai organ asal massa adneksa. Pada MRI, komponen
sebaceaus dari kista dermoid ovarium mempunyai intensitas signal yang
tinggi pada T1-W, hampir sama dengan lemak retro peritoneal.
Sedangkan pada T2-W intensitasnya bervariasi, biasanya mendekati
intensitas lemak (13)(18) (19).
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bukanlah pemeriksaan diagnostik utama
kista ovarium, namun dapat membantu memperkirakan diagnosis
banding. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
antara lain(5)(13)(17):
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
25
3.10 Prognosis
Prognosis neoplasma ovarium kistik jinak baik. Angka kekambuhan
kista kompleks adalah 7,6% setelah laparoskopi dan 0% setelah laparotomi.
Perubahan ganas dapat terjadi pada kista dermoid dan endometrioma dalam
persentase kecil. Pada wanita pascamenopause, angka keganasan pada kista
meningkat sebesar 36-39% (5)(18).
Jika telah berkembang menjadi kanker ovarium, Kelangsungan hidup
5 tahun pada pasien kanker ovarium tergantung pada stadium kankernya.
Semakin dini kanker ditemukan, semakin besar peluang pasien untuk
30
3.11 Komplikasi
Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi, ruptur, perdarahan, dan
transformasi ganas.
1. Ruptur kista
Ruptur atau pecahnya kista ovarium umumnya terjadi pada kista
korpus luteum. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri yang tiba-tiba,
unilateral, dan tajam. Takikardia, hipotensi, dan tanda peritonitis jika
terjadi perdarahan massif (10)(26)(27)
2. Torsi Ovarium (kista terpuntir)
Neoplasma ovarium kistik dengan diameter > 4 cm memiliki rata-
rata kejadian torsi atau puntiran sekitar 15%. Sebagian besar kasus torsi
terjadi pada wanita muda, namun 17% kasus dapat terjadi pada wanita
prapubertas dan pascamenopause.menopause. Gejala yang dapat timbul
antara lain nyeri hebat disertai mual dan muntah. Nyeri hebat disebabkan
oleh infark pembuluh darah ovarium. Infark ini disebabkan oleh
penyumbatan vena dan arteri akibat rotasi pedikel pembuluh darah
ovarium selama torsi (10)(26)(27)
3. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya,adanya
asites dalam hal ini mencurigakan neoplasma ovarium kistik berkembang
menjadi keganasan atau malignancy (10)(26)(27)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien a.n Ny.S, datang ke IGD RSUD Cut Meutia dengan keluhan
gangguan berkemih, gangguan berkemih yang di alami Ny.S berupa buang air kecil
yang terasa tertahan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan tersebut baru
kali pertama di alami oleh Ny.S, keluhan tambahan lainya yang di alami oleh Ny.S
adalah peningkatan frekwensi buang air kecil (miksi), keluhan tersebut sudah di
rasakan oleh pasien sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit,Ny.S mengatakan
bahwa ia dapat mengalami berkemih setiap 2 jam sekali, dan keluhan tersebut kerap
menggangu kualitas tidur nya di malam hari , keluhan lainnya yang di alami oleh
Ny.S berupa nyeri pada seluruh perut, keluhan nyeri perut sudah di rasakan oleh
Ny.S pada saat mengalami menstruasi terakhir kalinya sebelum masuk rumah sakit
,keluhan nyeri perut yang di alami oleh Ny.S disertai dengan perut yang terasa
kembung, mual dan nyeri kepala pada pasien.
Sulit buang air kecil atau buang air kecil tidak lampias pada neoplasma
ovarium kistik disebabkan karena karena tekanan oleh massa kistik pada anus dan
kandung kemih. Tekanan tersebut dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada
tungkai bawah. Kista yang memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin
membesar, sedangkan pada kista yang ganas memberikan keluhan sebagai nyeri
perut, perut terasa membesar, perut kembung dan sering diikuti dengan mual. Nyeri
perut dan nyeri ketika menstruasi. Pada Kista ovarium yang sudah berubah menjadi
ganas, gejalanya lebih beragam akibat kemungkinan terjadinya metastasis, baik di
daerah sekitar abdomen atau payudara Dismenorea atau nyeri ketika menstruasi
merupakan faktor risiko kejadian kista ovarium. Dismenorea primer lebih
disebabkan karena pengaruh hormon.Sedangkan dismenorea sekunder adalah nyeri
yang dirasakan akibat adanya masalah ginekologi seperti mioma, kista ovarium,
dan lainya (19) (28) (29).
Pada pemeriksaan fisik dijumpai bekas insisi operasi, panjang ±7 cm pada
lipatan axilla kanan & kiri, bekas luka operasi (insisi), bentuk horizontal tegak lurus
sepanjang 10 cm sewarna dengan kulit abdomen, teraba massa (+) diabdomen. Pada
pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan kesan infeksi dengan leukosit
31
32
17.95 ribu/ul ,pemeriksaan EKG kesan dalam batas normal, pada pemeriksaan USG
didapatkan kesan massa kistik ovarium berukuran 9x8 cm.
Dengan pemeriksaan USG ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih. apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga abdomen
yang bersifat bebas dan yang tidak. USG dapat membedakan apakah massa tersebut
jinak, intermediet, atau ganas berdasarkan ciri ukuran, kalsifikasi dan septa yang
terdapat pada gambaran tersebut. Kista yang terlihat simple tetapi mempunyai
sebuah septa tipis (single thin septation) < 3mm atau kalsifikasi pada dinding massa
dapat dikatakan massa tersebut kebanyakan benigna / jinak. Lesi dengan ‘thick
septation’ atau penebalan dinding (> 3mm), papillary projection, dan komponen
solid dengan aliran darah yang ditemukan pada Doppler Ultrasound dapat dikatakan
neoplasma ovarium maligna. Pasien diberikan terapi non farmakologi berupa
Istirahat yang cukup, menjaga personal hygiene,konsumsi gizi seimbang dan terapi
farmakologi berupa IVFD Ringer Lactate Fls 20 gtt/i, Inj Ketorolac 30 mg vial/ 8 jam,
Inj Omeprazole 40 mg amp/ 12 jam, Profenid supp/4 jam, ceftriaxone 2 gr/24 jam.
RL merupakan cairan elektrolit isotonik golongan kristaloid berguna untuk
menambah elektrolit tubuh agar mengembalikan keseimbangan tubuh, mengganti
cairan tubuh yang hilang. Profenid supp dan ketorolac merupakan NSAID non-selektif
yang menghambat aktivitas enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) dalam
mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin. Ketorolac dan profenid adalah obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang diindikasikan untuk pengobatan nyeri akut
dengan intensitas sedang hingga berat. Ceftriaxone adalah sebagai antibiotik dengan
mekanisme aksi menghambat dinding sel bakteri. Ceftriaxone berperan dalam melawan
berbagai mikroorganisme, terutama bakteri gram negatif. Sebagai sefalosporin generasi
ketiga, ceftriaxone adalah antibiotik spektrum luas. Dibanding sefalosporin generasi
pertama dan kedua, ceftriaxone memiliki aksi yang lebih baik dalam melawan bakteri
gram negatif, dan memiliki efikasi yang lebih rendah dalam melawan infeksi bakteri
gram positif.
Farmakologi omeprazole adalah sebagai penghambat pompa proton (proton
pump inhibitor/PPI). Penghambatan pompa proton oleh omeprazole akan
mengakibatkan penghambatan sekresi asam lambung yang ireversibel. omeprazole
33
34
DAFTAR PUSTAKA
10. Schallert EK, Abbas PI, Mehollin-Ray AR, Price MC, Dietrich JE, Orth RC.
Physiologic ovarian cysts versus other ovarian and adnexal pathologic
changes in the preadolescent and adolescent population: Us and surgical
follow-up. Radiology. 2019;292(1):172–8.
11. Lee S, Kim YH, Kim SC, Joo JK, Seo DS, Kim KH, et al. The effect of
tamoxifen therapy on the endometrium and ovarian cyst formation in patients
with breast cancer. Obstet Gynecol Sci. 2018;61(5):615–20.
12. Holt VL, Cushing-Haugen KL, Daling JR. Risk of functional ovarian cyst:
35
36
16. McNamara MC, Brook R. How long should we follow simple ovarian cysts
with pelvic ultrasonography? Cleve Clin J Med. 2018;85(10):745–7.
18. Russell MD, Rutherford AI, Ellis B, Norton S, Douiri A, Gulliford MC, et
al. Management of gout following 2016/2017 European (EULAR) and
British (BSR) guidelines: An interrupted time-series analysis in the United
Kingdom. Lancet Reg Heal - Eur. 2022;18:1–11.
21. Marko J, Marko KI, Pachigolla SL, Crothers BA, Mattu R, Wolfman DJ.
Mucinous neoplasms of the ovary: Radiologic-pathologic correlation.
Radiographics. 2019;39(4):982–97.
22. Bridwell RE, Koyfman A, Long B. High risk and low prevalence diseases:
Ovarian torsion. Am J Emerg Med. 2022 Jun;56:145–50.
23. Kairys N, Roepke C. Tubo Ovarian Abscess. In Treasure Island (FL); 2023.
26. Farghaly SA. Current diagnosis and management of ovarian cysts. Clin Exp
37