Anda di halaman 1dari 18

Edisi September 2023

REFUGE
Jesuit Refugee Service Indonesia
Menemani, Melayani dan Membela Hak-Hak Para Pengungsi

Br Michael Schöpf SJ, Direktur JRS Internasional


berbincang dengan Feruzul, seorang pengungsi
Rohingya di Pidie, Aceh.
Visitasi Br. Michael Schöpf, SJ.

Ia juga terkesan dengan kesadaran yang


muncul di antara para pengungsi untuk
“pergi keluar” melakukan kegiatan-
kegiatan yang positif dan tidak
mengurung diri di rumah atau kamar
dalam masa tunggu yang tidak pasti ini.
Kegiatan-kegiatan psikososial dan
edukasional yang dilakukan akan
mereduksi tingkat stress dan sekaligus
Per September 2023 ini, JRS telah meningkatkan kapasitas para
memiliki direktur internasional yang pengungsi.
baru. Namanya adalah Michael Ernst
Schöpf, SJ, seorang bruder Jesuit asal Selanjutnya, Br. Michael mengajak JRS
Jerman. Br. Michael menggantikan Rm. Indonesia untuk terus mengembangkan
Thomas H. Smolich, SJ, yang telah kolaborasi yang lebih baik dengan
memimpin JRS International sejak 2015. lembaga-lembaga lain demi
Kita ucapkan selamat jalan untuk Rm. keberlanjutan pelayanan terhadap para
Tom dan selamat datang untuk Br. pengungsi yang masih memerlukan
Michael. perhatian. Mencermati situasi
pengungsi di Indonesia yang menjadi
Menjelang perutusan menjadi direktur dampingan JRS, ia melihat arah
internasional, kita bersyukur bahwa Br. strategis JRS International untuk
Michael berkesempatan mengunjungi mengembangkan pelayanan MHPSS
JRS Indonesia pada 29 Juni s/d 4 Juli (mental health and psychosocial),
2023 lalu. Disertai Christian Ender, livelihood, pendidikan, dengan tetap
seorang photo-videographer dari memiliki kemampuan dalam
Jerman yang mendokumentasikan memberikan respons kedaruratan,
kunjungan ini, kita mendampingi Br. sangat relevan untuk diintegrasikan ke
Michael mengunjungi proyek JRS di dalam rencana strategis JRS Indonesia.
Aceh, Bogor, dan Jakarta. Br. Michael
dapat berjumpa dan bercakap-cakap
dengan para pengungsi Rohingya yang
tinggal di kamp pengungsi Padang Tiji,
Pidie, Aceh Besar, juga pengungsi
lainnya di Cisarua dan Cipayung, Bogor,
dan di Ciputat, Jakarta.

Dari kunjungan singkat ini, Br. Michael


melihat bernilainya unsur penemanan
yang dilakukan JRS Indonesia terhadap
para pengungsi yang didampingi.

1 Jesuit Refugee Service Indonesia


Mengapa Kami Menggalang Dana?
Martinus Dam Febrianto, SJ

Romo Dam mengibarkan bendera untuk melepas pelari kategori 2,5 km

PENGGALANGAN dana melalui event


lari dengan intensi untuk mendukung
Baru saja berlalu, Pukat KAJ
karya JRS Indonesia bagi para
(Profesional dan Usahawan Katolik
pengungsi lintas batas ini bukan yang
Keuskupan Agung Jakarta)
pertama di tahun ini. Sebelumnya, para
menyelenggarakan penggalangan
alumni SMA Kolese Kanisius Jakarta
dana melalui event yang bertajuk
telah menyelenggarakan CC64k “Run
Run4U 2023 “Compassion for
for Education”. JRS Indonesia menjadi
Common Good”. JRS Indonesia dan
salah satu penerima donasi, yang
LDD (Lembaga Daya Dharma)
selanjutnya diperuntukkan bagi
menjadi penerima donasi yang
program edukasional dan psikososial
“intentio dantis”-nya adalah untuk
para pengungsi di wilayah Bogor. Jadi,
membantu para pengungsi lintas
hanya terpaut dua bulan, telah diadakan
batas yang tinggal di wilayah
dua event lari untuk pengungsi yang
Keuskupan Agung Jakarta.
dilayani JRS.

2 Jesuit Refugee Service Indonesia


Mengapa melalui event lari? Sebelum
pandemi, Judul
penggalangan dana
dilakukan di gereja-gereja paroki yang
dikelola para Jesuit, baik di KAJ
Penulis
maupun KAS (Keuskupan Agung
Semarang). JRS datang ke paroki-
paroki dan melakukan penggalangan
dana secara langsung. Namun,
pandemi Covid-19, yang sangat
membatasi aktivitas umat ke gereja,
telah membatasi pula kesempatan JRS
untuk melakukan penggalangan dana
umat melalui fundraising langsung di
paroki-paroki. Tentu saja, paroki
Penyerahan simbolis sumbangan yang tertentu dan keuskupan, misalnya
diperoleh dari Run4U 2023
Paroki Katedral Jakarta dan KAJ, tetap
Mungkin muncul pertanyaan: Mengapa dapat dan telah membantu JRS
JRS menggalang dana dari umat dan melalui sumbangan dari dana paroki
masyarakat Indonesia secara umum? atau keuskupan, tanpa JRS harus
Mengapa dengan cara berlari dan datang dan melakukan public
berdonasi? Apakah acara semacam ini awareness maupun fundraising
efektif? Apakah di masa mendatang langsung ke umat yang menghadiri
akan dilakukan cara-cara seperti ini? Misa mingguan. Namun, jumlah yang
diterima tentu akan lebih kecil
Mengapa menggalang dana domestik? dibandingkan penggalangan dana
Ada dua alasan. Pertama, JRS perlu langsung. JRS pun perlu membuka
melakukannya karena hal itu berbagai jalan baru penggalangan
disyaratkan untuk memperoleh dana dana dan event lari untuk donasi
dari pendonor luar negeri yang masih menjadi salah satu jalan itu.
menjadi sumber utama pendanaan
program JRS Indonesia. Dana domestik JRS segera menerima ajakan kerja
mesti ada. Kedua, konflik-konflik baru, sama untuk penggalangan dana.
misalnya invasi Rusia ke Ukraina, telah Pertama, dari alumni Kolese Kanisius
mengalihkan perhatian masyarakat yang telah beberapa kali
internasional terhadap isu pengungsi di menyelenggarakan event lari sekaligus
Afrika, Timur Tengah, atau Asia, ke penggalangan dana. Kedua, dari Pukat
gelombang pengungsian baru di Eropa. KAJ yang setiap tahun rutin
Perhatian dan sumber daya dari luar menyelenggarakan event lari untuk
negeri untuk pengungsi di Indonesia menggalang dana bagi intensi-intensi
pun berkurang, termasuk pendanaan, tertentu.
sementara para pengungsi di Indonesia
tetap memerlukan bantuan. Untuk
kelangsungan pelayanan, kita harus
melakukan penggalangan dana
domestik.

3 Jesuit Refugee Service Indonesia


Kedua tawaran ini kami terima dengan
senang hati. CC64k “Run for Education”
Apakah Judul
penggalangan dana ini
berhasil? Tentu saja kita bersyukur atas
diselenggarakan pada 13-14 Mei 2023 sumbangan yang Penulis
diperoleh dari
dengan kategori 64k, 32k, 16k, dan 6.4k, kegiatan ini. Semua dana yang
sementara Run4U “Compassion for diberikan kepada JRS Indonesia akan
Common Good” diselenggarakan secara dipergunakan untuk menutup
hybrid dari 1 Juli sampai dengan kekurangan dana tahun 2023 ini, untuk
puncaknya pada 27 Agustus 2023 di program edukasional dan psikososial
Kawasan QBIG BSD City. CC64k diikuti JRS untuk para pengungsi di Bogor
oleh sekitar 1300 pelari dan Run4U 2023 (sumbangan CC64k) dan program
diikuti total 3000 peserta (berlari, pendampingan para pengungsi di
berjalan, bersepeda). Pada kedua event Jakarta (sumbangan Run4U). Meskipun
lari dan penggalangan dana ini, JRS tidak 100% menutupi kebutuhan 2023,
atau pengungsi bukan menjadi satu- penggalangan dana melalui dua event
satunya organisasi atau kelompok lari ini telah memberikan dampak yang
penerima manfaat (beneficiaries). Ada signifikan. Selain dana yang terkumpul
BLK Don Bosco di Sumba dan Ursuline cukup besar, awareness mengenai isu
Foundation pada CC64k, kemudian pengungsi lintas batas telah meningkat
LDD pada Run4U. Lembaga-lembaga di kalangan umat.
ini dilibatkan dan juga menjadi
penerima donasi yang terkumpul.

4 Jesuit Refugee Service Indonesia


Penyerahan simbolis sumbangan yang diperoleh dari CC 64K 2023

Penggalangan dana melalui event lari, Ke depan, perlu dilakukan cara-cara


sekali lagi, hanya satu jalan yang bisa yang lain. JRS berharap dapat datang
dilakukan. Saya tidak berpikir bahwa lagi ke paroki-paroki dan melakukan
tahun depan JRS akan melakukan hal penggalangan dana secara langsung.
yang persis sama. Dua event lari yang Ini penting, selain untuk mendapatkan
telah terlaksana ini pun lebih-lebih donasi, untuk tetap memelihara
merupakan buah inisiatif dan kerja perhatian umat akan situasi saudara-
keras dari para alumni Kolese Kanisius saudari kita yang tersingkirkan dari
dan kemudian teman-teman Pukat KAJ negeri atau tempat asal mereka, lalu
atau usulan dari Bapak Kardinal harus hidup di pengungsian.
Ignatius Suharyo. Sekali lagi kita
berterima kasih atas inisiatif dan segala JRS juga mengharapkan partisipasi
daya upaya yang telah dilakukan demi berkelanjutan umat Allah, misalnya,
keberhasilan penggalangan dana dengan secara berkala mengirimkan
sekaligus penyadaran publik mengenai sumbangan ke Yayasan JRS Indonesia.
isu pengungsi ini. Beberapa umat sudah melakukannya.
Kami menantikan partisipasi lebih
banyak umat Katolik dan masyarakat di
Indonesia untuk “berjalan bersama”
mereka yang terbuang dan terpaksa
pindah!

5 Jesuit Refugee Service Indonesia


Bersama-sama Memeriahkan
Hari Kemerdekaan
Fahrian Saleh

SIANG itu, matahari cukup terik, suhu Kedua komunitas warga itu membaur.
udara di salah satu kawasan puncak Baik warga lokal maupun pengungsi
Bogor terasa lebih panas dari hari-hari mendaftarkan diri di setiap perlombaan
sebelumnya. Tak biasa memang, yang ada seperti estafet bendera, balap
apalagi lokasi di kawasan puncak Bogor kelereng, tusuk jarum, balap karung,
selama ini dikenal dengan udaranya tarik tambang, hingga perlombaan
yang sejuk dan dingin dibandingkan lainnya seperti estafet air dan bola
daerah sekitarnya. terong, yang terbagi dalam 3 kategori
yaitu anak-anak, remaja dan dewasa.
Teriknya mentari mulai terasa sejak jam
sembilan pagi, saat warga sekitar RT 02, Semua peserta sangat antusias untuk
RW 02 Kampung Burujul, Cisarua, Jawa mengikuti perlombaan. Bahkan, warga
Barat mulai memadati satu titik lokasi di lokal, hingga sebagian pengungsi yang
wilayah tersebut, sembari memakai hanya menonton perlombaan itu juga
baju berwarna merah dan juga atribut tak kalah bersemangat. Terpantau,
merah-putih. Tujuannya, tentu saja gemuruh suara dari para penonton
untuk memeriahkan peringatan terdengar meramaikan kegiatan pada
kemerdekaan Republik Indonesia yang Kamis, 17 Agustus 2023.
ke-78.

Menariknya, tidak hanya kalangan


warga lokal saja yang mulai
berdatangan. Para pengungsi yang
tinggal di sekitar Cisarua juga ikut hadir
untuk terlibat dalam momen sekali
setahun tersebut. Para pengungsi
tersebut berasal dari Afghanistan,
Pakistan, Iraq, Iran, Yemen, Somalia,
Sudan hingga Palestina. Kehadiran
mereka seakan dinanti karena menjadi
tamu dalam terselenggaranya kegiatan
tahunan itu.

6 Jesuit Refugee Service Indonesia


“Bagus juga kalau bareng-bareng
gini, dari masyarakat lokal, terus
juga ada pengungsi yang selama
ini tinggal di wilayah sini. Kayak
jadi akrab begitu”
“Ayo, ayo ayo, menang-menang. Ambil
bolanya, ambil kelerengnya, ayok yang
kompak, horeee,” teriak beberapa
kelompok penonton pada saat
perlombaan dimulai. Lantunan musik
khas 17 Agustus yang diputar panitia
dengan speaker juga menambah
meriahnya kegiatan tersebut. Semuanya
menjadi satu dan saling berkumpul
tanpa melihat keberagaman latar
belakang masing-masing.

“Bagus juga kalau bareng-bareng gini,


dari masyarakat lokal, terus juga ada
pengungsi yang selama ini tinggal di
wilayah sini. Kayak jadi akrab begitu.
Seorang pengungsi anak mengikuti
Mereka (komunitas pengungsi) juga
lomba makan kerupuk.
bisa tahu soal 17-an dan kita juga bisa
ketemu mereka ngumpul di acara ini,” Banyaknya lomba yang dilaksanakan
kata salah satu warga kepada pada hari itu rupanya semakin
perwakilan JRS Indonesia. membakar semangat peserta, mereka
mendaftar lebih dari satu lomba.
Di beberapa momen juga terlihat antar Antusiasme tersebut juga terlihat dari
warga lokal dan pengungsi berfoto kalangan pengungsi yang mengambil
bersama dan saling memuji paras bagian dalam lomba-lomba itu. “I want
mereka masing-masing. Sesekali, to join this game, please write my name
pengungsi yang sudah pandai berbicara for eat crackers, aku ingin menang di
bahasa Indonesia atau warga lokal yang perlombaan tersebut,” kata salah satu
sedikit bisa berbahasa Inggris saling peserta lomba yang berasal dari
berbincang satu dengan lainnya Afghanistan kepada JRS Indonesia.
sembari melemparkan senyum masing-
masing. “Ayo, take picture bareng- Saat itu, pihak JRS juga berperan
bareng Sister, Brother,” ucap warga sebagai penerjemah untuk panitia atau
yang ikut hadir di lokasi tersebut. Meski warga lokal yang belum mahir
agak canggung dan tersipu malu berbahasa Inggris. Sesekali juga
mereka semua berfoto bersama, memantau proses perlombaan
mengabadikan momen berharga berlangsung.
tersebut.

7 Jesuit Refugee Service Indonesia


Selain itu, momen menarik lainnya
adanya pementasan Kungfu yang
diinisiasi oleh kelompok pengungsi yang
bernama Kungfu Future Builder. Dengan
beranggotakan enam orang, mereka
memamerkan keahliannya di hadapan
ratusan penonton yang ada. Berbagai
atraksi mulai dari gerakan kungfu
hingga memecahkan batu cukup
memukau warga lokal dan juga
kelompok lainnya. Sayangnya,
pementasan tersebut hanya
berlangsung selama 15 menit saja yang
diakhiri dengan tepukan tangan
penonton secara bersamaan. “Sekali lagi,
mohon jangan ditiru ya, atraksi ini
hanya dilakukan oleh profesional saja,
Anak-anak antusias mengikuti kegiatan
perayaan kemerdekaan.
ayo beri tepuk tangan untuk kelompok
Kungfu,” kata salah satu panitia yang
“Make it fair ya, don’t cheat. Enjoy the berperan sebagai MC. Perlombaan pun
game”, kalimat itu sering kali diucapkan dilanjutkan dan terus berlangsung
pihak JRS yang sedang memantau hingga selesai pada pukul 17.00 WIB.
perlombaan berlangsung, khususnya
ketika lomba makan kerupuk dimulai. Kepada JRS, salah seorang guru di salah
Para peserta lomba pun dengan satu kelompok belajar pengungsi
semangat mengikuti lomba tersebut, Cisarua mengaku bersyukur diundang
meski ada yang dinyatakan kalah atau dan meramaikan kegiatan peringatan
tidak lagi bisa melanjutkan lombanya kemerdekaan Indonesia. Hal ini menjadi
karena kerupuk yang dimakan jatuh ke momen hiburan sekaligus pembelajaran
tanah. Tak ada raut kesedihan yang bagi mereka yang belum terlalu
terlihat, semuanya ikut menikmati mengenal kegiatan yang digelar
jalannya perlombaan. setahun sekali ini. Dia bahkan merasa
seperti bertemu dengan saudara-
Teriknya mentari, debu yang saudara barunya selama hidup di
berterbangan tak menjadi penghalang, Indonesia.
warga lokal dan kelompok pengungsi
menyatu di lokasi yang disebut dengan
Lapangan Sucahyo tersebut. Bahkan ada "Refugees and Indonesians, we are
momen menarik saat waktu istirahat celebrating together, which is very
makan siang berlangsung karena tanpa important and also very fun... I feel
ada aba-aba dari panitia, kelompok like we are brother and sister, it is
pengungsi dan warga lokal menyatu
very amazing for me, I never get
dalam permainan sepak bola. Mereka
bekerja sama untuk memasukkan bola di experience like this"
gawang lawan tim masing-masing.

8 Jesuit Refugee Service Indonesia


“I'm from Afghanistan, we are Sekaligus menjadikan momen ini untuk
celebrating the Independence day of meningkatkan relasi atau hubungan
Indonesia, it feels so amazing. Refugees antar kelompok pengungsi dan warga
and Indonesians, we are celebrating lokal sekitar.
together, which is very important and
also very fun. I think from now on we Untuk informasi, dari tahun 2022, JRS
should celebrate together because Indonesia membuat satu program
everyone needs freedom. I feel like we tahunan yaitu collaborative event.
are brother and sister, it is very amazing Program ini memanfaatkan momen
for me, I never get experience like this,” peringatan kemerdekaan untuk
ucapnya sambil tersenyum. mengenalkan adat dan budaya
Indonesia kepada kelompok pengungsi
Tak hanya itu, seorang guru lainnya di wilayah Cisarua Bogor, Jawa Barat.
yang juga berasal dari kelompok belajar Selain itu, program ini juga bertujuan
pengungsi sempat mengungkapkan untuk menciptakan dan meningkatkan
antusiasme muridnya untuk ikut relasi yang baik antar kelompok
kegiatan ini beberapa hari lalu. “Kamu pengungsi dan warga lokal sekitar.
tahu Brother, saya bahkan menerima
banyak pesan dari orang tua murid Pada tahun 2022, JRS juga bekerja sama
pengungsi yang bertanya soal melakukan kegiatan serupa di lokasi
kegiatan hari ini. Mereka ingin yang berbeda yaitu Desa Batulayang
mendaftarkan anak mereka dalam dengan melibatkan kelompok
perlombaan peringatan 17 Agustus pengungsi dan warga lokal sekitar. Event
2023,” ujarnya. Hingga pada akhirnya, tahunan ini menjadi hal yang sangat
mereka merasa momen ini menjadi dinanti, khususnya bagi kelompok
penting dan sangat dibutuhkan untuk pengungsi yang saat ini berada di
mengenal lebih banyak tentang budaya wilayah Indonesia sembari menunggu
Indonesia. proses penempatan mereka di negara
ketiga.

9 Jesuit Refugee Service Indonesia


Berteman dengan Bukan Teman
Lino M. Sanjoyo

Bagi saya, Pertemuan Nasional


(Pernas) JRS Indonesia 9-11 Mei 2023
mirip SPBU, sasana pengisian bahan
bakar baru bagi mental, fisik dan
pengetahuan para peserta. Alam
pegunungan Puspanita Eco-Spiritual
Center Ciawi, tempat Pernas, sangat
mendukungnya. Saya merasakan
demikian mungkin karena sudah
absen dari all-team meeting tahunan
sekitar 5 tahun, atau mungkin karena Yang cukup istimewa adalah perasaan
Pernas-Pernas JRS Indonesia dikemas bersemuka dengan sosok-sosok JRS
spesial daripada pertemuan akbar lama sebagai narasumber, Adrianus
lainnya. Suyadi SJ dan Ali Aulia Ramly. Ada
kebanggaan yang terpompa dari
Acara-acara Pernas disusun dan kedalaman. Sesuai inisial nama mereka,
dibawakan secara menarik. Ada keduanya layak mendapat kredit A
dukungan dari para pelindung dalam sejarah pelayanan JRS di masa
lembaga, pendalaman nilai dan team silam. Bahkan, menurut saya, nama
building oleh 27 peserta. Jelas, saya mereka melegenda di jajaran generasi
merasa beruntung dapat mengikuti JRS Indonesia. Itu berkat andil besar
seluruh Pernas yang diadakan JRS yang telah diperankan.
Indonesia sepanjang sejarah
keberadaannya, kendati baru tiga kali Adrianus Suyadi SJ adalah pastor
dan Pernas kedua diadakan telah lebih mantan direktur nasional JRS yang
dari satu dekade yang lalu. membawa JRS Indonesia bertransisi dari
pelayanan pengungsi internal kepada
Berbagai rasa membersit saat pengungsi lintas batas. Beliau
berjumpa dengan seluruh anggota JRS memandu peserta dalam menggali
Indonesia. Kematangan wajah-wajah kembali salah satu pilar misi JRS, yaitu
lama memberi rasa nyaman dan at penemanan. Materi ‘usang’ itu terasa
home. Pesona wajah-wajah baru segar dibawakan dengan kejenakaan
menyemikan semangat setara baterai paradoks-paradoks yang mendalam
fully charged. Restu wajah pengayom yang menuai senyuman di bibir para
provinsial dan pembina yayasan peserta lama dan geleng kepala para
menggulirkan rasa mantab dan secure. peserta baru.

10 Jesuit Refugee Service Indonesia


Ali Aulia adalah perintis proyek JRS Persyaratan dan batasan dalam kisi-kisi
Indonesia di Aceh sebelum tsunami perlindungan terkesan meredupkan
yang menapakkan karya kemanusiaan binar sentimental penemanan. Seperti
Yesuit di tanah rencong. Tidak seperti di ada pagar-pagar kesangsian terhadap
wilayah Indonesia Timur, karya JRS trust dalam penemanan. Kedekatan
masih berlanjut di sana hingga yang menjadi ciri penemanan seakan
sekarang. Ada kebanggaan lain ditolak dengan keharusan berjarak,
terhadap beliau sebagai eks putra JRS hanya dengan maksud menjauhkan
karena menduduki jajaran penting prasangka pelanggaran terhadap
UNICEF Indonesia di bidang penemanan. Kita seakan diminta
perlindungan anak. Bidang yang membangun penemanan dengan
disampaikan secara daring ini terasa bukan teman. Penghargaan terhadap
berbobot dan legitimate. martabat dan niat baik kita untuk
menolong tampak diragukan.
Saat berdiskusi mengenai Romantisme accompany, makan roti
perlindungan, suhu perbincangan bersama, seakan ditaburi oleh
terasa meninggi ketika ada diskusi ketidaknyamanan kecurigaan potensi
contoh kasus. Kami mengkritisi eksploitasi dan pelecehan.
beberapa situasi hipotetis saat seorang
anak pengungsi yang kehujanan di Pastor Yadi SJ memberikan suluh untuk
jalan harus ditolong walaupun kita memahami makna dan penerapan
sendirian demi kemanusiaan, atau misal penemanan yang menjadi legasi para
saat emergensi apakah anak-anak pendiri JRS. Pusaka-pusaka dokumen
dapat diminta membantu menjadi JRS dibuka untuk didalami: Everybody’s
penerjemah ketika orang dewasa tidak Challenge, Consolation and Action, Side
ada yang paham bahasa dan mereka by Side, dan kutipan-kutipan dokumen-
tidak keberatan, atau bagaimana ada dokumen kepausan lainnya.
rasa enggan melapor jika indikasi- Ditunjukkan di dalamnya kaitan erat
indikasi pelanggaran batasan penemanan dengan perlindungan.
perlindungan terjadi oleh sesama rekan
kerja.

To accompany is a practical and


effective action. Not
infrequently it is precisely the
way in which protection is
given.

(JRS, Everybody’s Challenge,


hlm. 85)

11 Jesuit Refugee Service Indonesia


Sebagai perbuatan praktis, penemanan Menurut Paus Fransiskus, ada unsur
menjadi wujud suatu nilai, bukan nilai pemberdayaan pengungsi di sana: “It’s
itu sendiri, dan sangat erat terkait not enough to give a sandwich if it isn’t
dengan unsur perlindungan. Untuk itu accompanied by the possibility of
JRS mengikuti pokok-pokok yang learning to stand on one’s own feet.”
dijabarkan dalam dokumen-dokumen (Paus Fransiskus, Visiting Centro Astalli,
perlindungan seperti Kebijakan JRS JRS Italy, in 2013). Kira-kira seperti itulah
mengenai Perlindungan Anak dan harapan membangun penemanan
Kebijakan JRS mengenai Perlindungan dengan pengungsi, yang tidak
terhadap Eksploitasi Seksual. Dalam sembarang berteman dengan seorang
dokumen tersebut dirincikan teman.
bagaimana kita bersikap dan
memperlakukan pengungsi yang Hospitality is “deeply human and Christian
menjauhkan kita dari keriskanan value that recognizes the claim that someone
perlakuan salah dan eksploitasi. has, not because he or she is a member of my
family or my community or my race or my faith,
Dalam dokumen gereja Katolik but simply because he or she is a human being
Sollicitudo Rei Socialis, nilai yang who deserves welcome and respect.” (Nicolas
diwujudkan dalam penemanan adalah
Adolfo, SJ, Superior Jendral SJ)
solidaritas (Kevin O’Brien, SJ,
Consolation and Action, hlm. 31) dan
Acara-acara kebersamaan tim di akhir
hospitalitas. Solidaritas ini diterapkan
sesi Pernas terasa men-simulasi-kan
dengan landasan kesadaran tanggung
kedua nilai di atas. Tim bisa berprihatin
jawab akan kebaikan dan kesejahteraan
bersama saat nonton film The
bersama.
Swimmers, tertawa bersama dalam
acara api unggun, membuat strategi
“Solidarity is a firm and persevering bersama, kalah atau menang bersama
determination to commit oneself to dalam game outbound, tegang
bersama dan basah bersama dalam
the common good, that is to say, to
flying fox dan arung jeram dan tidak
the good of all and of each lupa kenyang bersama saat menyantap
individual, because we are all really jamuan makan di refter.
responsible for all.”
Akhir kata, doa-doa di setiap sesi yang
(Paus Yohanes Paulus II) berpuncak pada ekaristi setiap sore
menjadi harapan dan permohonan JRS
Lebih lanjut, wujud penemanan bukan
Indonesia bagi karya pengungsi.
sekadar sikap solider sebagai anggota
Semoga Roh Allah selalu menemani dan
keluarga, komunitas, bangsa dan iman,
mengaruniai inspirasi bagi pribadi-
akan tetapi merupakan sikap
pribadi tim untuk berkontribusi dengan
penyambutan, hospitalitas, yang
semakin baik bagi kepentingan
menjunjung tinggi penghormatan
pengungsi. Amin.
kepada martabat pengungsi sebagai
sesama manusia.

12 Jesuit Refugee Service Indonesia


PERNAS 2023: Selepas Satu Dekade

Fransisca Asmiarsi

KAPAN terakhir kali Pertemuan Sesi perkenalan awal yang dipandu oleh
Nasional (PERNAS) JRS Indonesia Vembri Turanto berhasil membuat
diselenggarakan?! Pertanyaan ini atmosfer PERNAS semakin cair dan
muncul ketika Direktur JRS Indonesia, menyenangkan. Celotehan yang kocak
Romo Martinus Dam Febrianto, SJ dan kelucuan lainnya yang muncul
membawakan pengantar Pertemuan ketika itu menjadi energi positif yang
Nasional JRS Indonesia 2023. membangun keakraban. Hari pertama
Pertanyaan ini membawa ingatanku PERNAS diisi dengan sesi berbagi
pada PERNAS JRS tahun 2012 di informasi tentang kegiatan masing-
Yogyakarta. Ya, sepuluh tahun yang lalu. masing tim JRS dari Jakarta, Bogor,
Itulah jawabannya! Aceh, Medan, dan Yogyakarta yang
dikemas dalam nuansa yang santai tapi
Terlepas dari berbagai alasan kesibukan serius. Proses refleksi dan diskusi
maupun adanya variasi fokus pelayanan tentang penemanan pada hari kedua
yang sedang dijalankan oleh JRS yang ditemani oleh Adrianus Suyadi, SJ
Indonesia saat ini, PERNAS tahun ini menjadi topik yang menarik sekaligus
telah meninggalkan kesan tersendiri sebagai pengingat arti penemanan dan
untuk masing-masing anggota keluarga bentuk konkret penemanan dalam
besar JRS Indonesia. Ya, sebuah aktivitas sehari-hari sesuai peran atau
keluarga besar yang sepakat untuk posisi tiap orang di JRS.
bertemu, ingin lebih saling mengenal
atau melepas rasa rindu, ingin berbagi
kisah dan pergulatan masing-masing di
tiap lokasi layanan JRS, dan pastinya…..
refreshing bareng! Kebetulan, tempat
pertemuan yang sejuk, nyaman, penuh
dengan pohon yang hijau rindang, dan
penyajian makanan yang enak dan
sehat makin mendukung nuansa
kebersamaan yang terjalin antar
peserta. Tempat itu bernama Puspanita
Eco Spiritual Center di Ciawi, Bogor
Timur yang kami tempati untuk
berdinamika bersama selama empat
hari, tanggal 9 s.d. 12 Mei 2023.

13 Jesuit Refugee Service Indonesia


Ketua Yayasan JRS Indonesia, Provinsial
Jesuit Indonesia, dan Direktur JRS Asia
Pasifik menyampaikan apresiasi dan
harapan bagi JRS Indonesia di masa kini
dan mendatang secara daring. Secara
khusus, Provinsial Jesuit Indonesia
mengharapkan agar JRS lebih banyak Romo Dam membuka acara pernas JRS 2023
melakukan advokasi dalam rangka
perubahan kebijakan. Direktur JRS Asia Esoknya, acara team building dimulai!
Pasifik memberikan ajakan untuk Sehabis sarapan, semua peserta
berefleksi dan berimajinasi bersama berkumpul di lapangan mengikuti
tentang gambaran besar bagi masa permainan-permainan yang menguji
depan terutama dengan adanya kekompakkan, komunikasi, dan
berbagai perubahan yang terjadi di kepemimpinan. Ada yel-yel juga lho..!
dunia saat ini yang berdampak bagi Setelah itu, peserta memulai perjalanan
kehidupan generasi berikutnya. Selain dengan mobil menuju Cijeruk, tempat
itu, apresiasi disampaikan oleh Ketua untuk menikmati flying fox dan arung
Yayasan JRS Indonesia untuk semua jeram. Saling mengguyur air dan
anggota keluarga besar JRS atas karya teriakan-teriakan terdengar ketika
dan komitmen untuk berjalan bersama perahu rafting mulai bergerak
dengan para pengungsi, orang-orang diombang-ambingkan arus sungai.
yang dilayani JRS. Acara team building ditutup dengan
foto bersama di dekat bendungan dan
Seorang narasumber, Ali Aulia Ramly, makan siang bersama di tempat rafting.
dari UNICEF Indonesia yang diundang Sungguh, pengalaman yang tak
dan hadir secara daring pada hari ketiga terlupakan!!
berbagi tentang Child Safeguarding.
Paparan yang disajikan sangatlah PERNAS JRS Indonesia 2023, bukanlah
menginspirasi untuk memperkuat pertemuan biasa, tapi lebih sebagai
komitmen JRS dalam rangka sebuah perayaan kebersamaan. Tak
perlindungan dan keselamatan anak. melulu bicara tentang hal-hal berat, tapi
Tak kalah pentingnya, narasumber juga ngobrol santai penuh makna. Tak
menyinggung tentang pentingnya sekadar senda gurau, tapi membangun
perlindungan bagi kelompok rentan relasi, kekompakan, dan keterbukaan
dewasa. Sesi Child Safeguarding juga untuk saling mengenal dan memahami.
dirangkai dengan diskusi kelompok. Tak heran jika sebagian besar peserta
Proses diskusi semakin menarik ketika PERNAS JRS Tahun 2023 menantikan
para peserta antusias memunculkan PERNAS berikutnya tanpa harus
kasus-kasus di lapangan terkait Child menunggu hingga dekade berikutnya.
Safeguarding dengan kondisi tertentu Terima kasih, JRS dan teman-teman
yang berbeda konteks. atas kebersamaan menggembirakan ini.
Sampai jumpa di PERNAS JRS
berikutnya!! ;-)

14 Jesuit Refugee Service Indonesia


Pengalaman Relawan

“Selama saya menjadi relawan JRS, saya bisa


mengerti bagaimana kita menghargai orang lain
yang mungkin orang lain itu sama sekali tidak kita
kenal. Sehingga ketika meninggalkan JRS, ada rasa
kehilangan. Yang biasa kita lakukan bersama mereka
itu tidak dapat kita lakukan lagi. Ada rasa iba
melihat kondisi darurat pengungsi dan tergerak
untuk membantu mereka dengan apa yang saya
bisa. Dalam menyambut pengungsi, saya berusaha
hadir dan diterima mereka saat memberikan
makanan dengan senyuman, gerak tubuh, dan
tingkah laku meskipun ada kendala bahasa.”

Elianur
(seorang relawan JRS di Ladong, Aceh Besar ketika
respon darurat bagi pengungsi Rohingya di Aceh
Besar selama sebulan).

“Saya mendapatkan wawasan baru dan mengetahui


suasana di kamp pengungsi di Ladong, Aceh Besar.
Dukungan rohani dan dukungan praktis bagi para
pengungsi haruslah kita berikan dengan
sepenuhnya, supaya para pengungsi tetaplah
semangat dengan menjalani hidupnya. Pengungsi
adalah manusia, mereka berhak diperlakukan
seperti saya juga sebagai manusia.”

Nanda alias Inyak


(seorang relawan JRS di Ladong, Aceh Besar ketika
respon darurat bagi pengungsi Rohingya di Aceh
Besar selama sebulan).
HARI MIGRAN DAN PENGUNGSI SEDUNIA

Pada Minggu Pekan XXV, 24 Usaha yang dimaksud adalah


September 2023, bersama seluruh memastikan suatu kondisi di mana
Gereja kita merayakan Hari Migran setiap manusia secara setara berbagi
dan Pengungsi Sedunia ke-109. kebaikan bersama, dihormati hak-hak
dasariahnya, dan dapat memiliki jalan
Tema yang diangkat Paus Fransiskus kepada “suatu pengembangan manusia
adalah: “Bebas untuk memilih seutuhnya”. Itulah jalan kepada hidup
bermigrasi atau tetap tinggal” (Free to yang bermartabat dan sepenuhnya.
choose whether to migrate or to stay).
Paus mengatakan bahwa gelombang Pada kesempatan ini, Paus
migrasi perlu disadari merupakan mengundang segenap pihak turut
buah dari fenomena yang kompleks mengusahakan agar, pada setiap kasus,
dan bervariasi. Acap kali, ini adalah migrasi adalah buah dari keputusan
bukanlah buah keputusan yang bebas, bebas. Kita semua diundang untuk
melainkan pilihan yang terpaksa menunjukkan rasa hormat sebesar-
dibuat. besarnya terhadap martabat setiap
migran. Caranya adalah dengan
Keluarga Kudus terpaksa mengungsi menemani dan mengatur gelombang-
ke Mesir untuk menghindari Herodes. gelombang migrasi sebaik mungkin,
Pada masa kini, berbagai konflik, membangun jembatan-jembatan
bencana alam, atau demi hidup lebih (bukannya tembok penghalang), serta
bermartabat, telah mendorong gerak melebarkan jalur-jalur bagi migrasi
migrasi dari tanah asal ke negeri lain. yang teratur dan aman. Di tempat yang
Kitab Kejadian menceritakan bencana dipilih secara bebas untuk membangun
kelaparan yang mendasari Yakub dan masa depan, entah itu di negeri sendiri
anak-anaknya mencari perlindungan atau pun di negeri lain, penting selalu
di Mesir. Sebagian migran masa ini ada komunitas yang menyambut,
pun meninggalkan negeri atau tempat melindungi, membela, dan
mereka karena kemiskinan atau mengintegrasikan setiap orang, tanpa
kesulitan luar bisa kalau tetap pembedaan, dan tanpa pengucilan.
bertahan hidup di tanah mereka.
Migrasi, sekali lagi, sering kali Akhirnya, Paus Fransiskus
merupakan keterpaksaan. menambahkan bahwa jalan sinodal
yang tengah berlangsung di dalam
Padahal, demikian kata Paus, migrasi Gereja dapat membimbing kita untuk
seharusnya merupakan pilihan bebas. melihat dalam diri mereka yang paling
Manusia semestinya bebas memilih rentan (yang di antaranya adalah para
untuk tinggal atau bermigrasi. Namun, pengungsi dan migran) teman-teman
untuk dapat menjadikan migrasi seperjalanan yang istimewa, untuk
sebagai suatu pilihan bebas ternyata dicintai dan diperhatikan sebagai
memerlukan usaha. saudari dan saudara.

16 Jesuit Refugee Service Indonesia


Doa untuk Hari Migran dan Pengungsi Sedunia ke-109

Allah, Bapa Yang Maha Kuasa,


berilah kami rahmat
untuk bekerja tanpa kenal lelah
demi keadilan, solidaritas dan perdamaian,
sehingga semua anak-anak-Mu dapat menikmati
kebebasan untuk memilih
bermigrasi atau tetap tinggal.

Berilah kami keberanian untuk mengecam


segala kengerian di dunia,
dan untuk memerangi setiap ketidakadilan
yang merusak keindahan anak-anak-Mu
dan keharmonisan rumah (kami) bersama.

Dukunglah kami dengan kekuatan Roh-Mu,


agar kami dapat mencerminkan kasih-Mu yang lembut
kepada setiap migran yang Engkau tempatkan
di jalan kami,
dan untuk menyebarkan di setiap hati dan situasi
budaya perjumpaan dan kepedulian.

www.jrs.or.id

@jrs.indonesia

indonesia@jrs.or.id

Jika Anda tergerak mendukung


pelayanan kami, Anda dapat
memberikan donasi melalui rekening

a.n Yayasan JRS Indonesia


BCA 0374400777

Jesuit Refugee Service Indonesia

Anda mungkin juga menyukai