Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 5

NAMA : SELVIA FEBRIANA (20070016)


DEVITA KURNIA (20070018)
SELVIA OKTA DINI (20070020)
Aspek Perilaku Yang Mempengaruhi
Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi
sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian atau kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor – faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor – faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi –
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab – akibat antara makanan dan kondisi
sehat – sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental,
karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan
mempunyai tantangan yang besar dan mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai
dampak neatif terhadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mudah mengubah pola pikir
ataupun sosial budaya masyarakat . Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih
banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang di hadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solus
bersama masyarakat mejadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial –budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari – hari , pandangan norma dan nilai,
agama, bahasa, kesenian , dan hal – hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
A. Aspek Sosial Budaya Kehamilan
Selain menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya, kehamilan juga dapat menimbulkan
kekhawatiran pada wanita pada trimester 1, 2 dan 3. dengan menerapkan enejemen asuhan kebidanan
diharapkan bidan memperhatikan kebutuhan dasar manusia dalam aspek bio-psiko-sosial-budaya dan spiritual.
Tingkat kebutuhan tiap individu berbeda – beda . Masa kehamilan dan persalinan pada manusia di deskripsikan
oleh Bronislaw Malinawski (1927) sebagai fokus perhatian yangsangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu
hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi dan moral atau kesulilaan berdasarkan tujuan untuk
menciptakan keseimbangan fisi antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai kesejahteraan dan
kebagaiaan. Kondisi tersebut dihadapkan pada kenyataan adanya trauma persalinan dalam masyarakat, yang
mengakibatkan ansietas pada ibu hamil (Malinowski, 1927).
Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan karena menganggap masa tersebut
kritis karena dapat membahayakan bagi janin atau ibunya. Tingkat kekritisan ini dapat di pandang berbeda oleh
setiap individu, dan di respon oleh masyarakat dengan berbagai strategi atau sikap, seperti upacara kehamilan,
anjuran dan larangan secara tradisional. Disamping itu, masyarakat secara umum berperilaku mementingkan
memelihara kesehatan kehamilan, sesuai pengetahuan kesehatan modern dan tradisional. Strategi – strategi
tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan persalinan ideal tanpa gangguan
(Danandjaja,1980; Swasono, 1998)
Terlepas dari sudut pandang masyarakat tentang masa kehamilan dan persalinan yang kritis, terdapat
berbagai pandangan budaya (tuntutan budaya), serta faktor – faktor sosial lainnya dalam kepentingan
reproduksi. Hal tersebut meliputi:
1.Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu
2.Mengatur Wktu kelahiran
3.Sikap menerima tidaknya kehamilan
4.Kondisi hubungan suami istri
5.Kondisi ketersediaan sumber social
6.Pengalaman perorangan mengatasi dan mengahadapi komplikasi persalinan dll.
Berbagai pandangan dan faktor – faktor sosial tersebut dapat menjadi stressor yang mendukung
pandangan bahwa masa hamil dan berasalin dianggap kritis dan mengakibatkan kekhawatiran bagi
warga masyarakat. Pada kehamilan dan saat menjelang kelahiran, aspek financial juga dapat menjadi
masalah jika ibu hamil dan pasangannya belum bekerja, berhenti bekerja, atau dengan penghasilan
yang kurang. Ibu hamil mungkin tinggal di rumah kontrakan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dan dalam lingkungan kumuh sehingga membuat ibu rentan terhadap kekurangan gizi pada masa
kehamilan. Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan tertentu yang sangat dipengaruhi
oleh lingkungn sosial budaya dan adat istiadat tertentu, seperti itos “mitos” :
1.Tidak boleh makanan yang berbau amis
2.Tidak boleh mempersiapkan keperluan untuk bayi sebelum lahir
3.Ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan
bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain.
4.Anak laki – laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan dan lain sebagainya.
Yang menentukan kuantitas, kualitas, dan jenis – jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya
dikonsomsi oleh anggota – anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, atau kebiasaan,
yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga
adalah ibu dengan kata lain, ibu mempunyai peran sebagai gatekeeper keluarga.
B. Aspek Sosial Budaya Persalinan

Persalinan normal adalah satu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala dan tanpa komplikasi. Persalinan/partus di bagi menjadi 4 kala yaitu kala I,II,III dan IV.
1.Kala I
Periode persalinan ini dimulai dari pembukaan 1 cm sampai 10 cm (lengkap). Dalam kala ini ada
beberapa fase, yaitu :
a.Fase laten : pembukaan servik kurang dari 3 cm, servik membuka perlahan selama fase ini dan
biasannya berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
b.Fase aktif : kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit, lama ontraksi 40 detik atau lebih dan mulas ,
pembukaan dari 4 cm sampai 10 cm ( lengkap) dan terdapat penurunan bagian terbawah janin.
2.Kala II
Periode ini dimulai dari ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda dan gejala persalinan kala
II meliputi :
a.Ibu ingin mengejan
b.Prenium menonjol
c.Vulva dan anus membuka
d.Meningkatnya pengeluaran darah dan lender
e.Kepala telah turun didasar panggul.
Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat di lakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks lengkap
dan kepala bayi terlihat pada introitus vagina.
3.Kala III
Periode ini di mulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar 15-30 menit setelah
bayi lahir. Pada persalinan kala III ,miometerium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus ini
menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, plasenta akan terlepas dari dinding uteri. Setelah lepas, plasenta akan turun ke segmen
bawah rahim .
Tanda – tanda pelepasan plaswnta meliputi:
a.Bentuk uterus globuler
b.Tali pusat bertambah panjang ( tanda afeld)
c.Semburan darah tiba tiba
Cara pelepasan plasenta ada dua, yaitu :
a.Cara schultze
Pelepasan di mulai pada bagian tengah plasenta dan terjadi hematoma retroplasentae yang selanjutnya mengangkat
plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin.
Bagian plasenta yang tampak pada vulva adalah permukaan fetal, sedangkan hematoma sekarang berada dalam kantong
yang berputar balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada pendarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang
kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta lahir darah banyak mengalir.
b. Cara ducan
Pelepasan di mulai dari tepi plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding rahim. Jadi pendarahan sudah ada
sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara keseluruhan . Pelepasan secara
ducan sering terjadi pada plasenta letak rendah.
4.Kala IV
Periode ini dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV meliputi :
1.Kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
2.Perkiraan pengeluaran darah
3.Laserasi atau luka episiotomy pada parineum dengan pendarahan aktif dan
4.Keadaan umum serta tanda – tanda vital ibu
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat
terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Di daerah pedesaan kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasannya dilakukan di rumah. Data survey kesehatan
rumah tangga tahun 1992 menunjukan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang
pernah di lakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan
ibu.
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa alasan
antara lain :
1.Dikenal secara dekat
2.Biaya murah
3.Mengerti dan dapat membantu dalam uppacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak
4.Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada .
Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menetuukan hasil persalinan yaitu
kematian atau betahan hidup. Secara medis, penyebabklasik kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia
( keracunan kehamilan). Kondisi – kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dan
proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya penangan yang kurang baik tetapi, juga karena ada faktor
keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, didaerah pedesaan, keputusan perawatan medis yang akan dipilih
harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami yang sering kali menjadi panik melihat keadaan
kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala – gejala tertentu saat prsalinana dapat menghambat tindakan yang
seharusnya dilakukan secara tepat. Tidak jarang pula nasihat yang di berikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang
di ambil.
Pantangan atau anjuran yang berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya:
1.Ada makanan tertentu yang sebaiknya di konsumsi untuk memerbanyak produksi ASI
2.Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi
Secara tradisional ada praktik – praktik yang di lakukan dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan
kesehatan ibu misalnya;
1.Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula.
2.Memasukan ramuan – ramuan seperti daun – daunan kedalam vagina dengan maksd untuk membersihkan
darah dan cairan yang keluar karena proses kelahiran.
3.Memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (iskandat et al, 1996).
C. Aspek Sosial Buadaya Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.
Tujuan perawatan masa nifas yaitu :
1.Memulihkan kesehatan umum penderita
2.Mendapatkan kesehatan emosi yang stabil
3.Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
4.Memperlancar pembentukan ASI, dan
5.Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik.
Keadaan psikologis pada masa nifas meliputi insting keibuan,yang merupakan perasaan dan dorongan yang di bawah sejak manusia di lahirkan, yang ada dalam
seseorang wanita untuk menjadi seorang ibu yang selalu memberi kasih sayang kepada anaknya. Sikap ini berada dengan sikap pria dewasa. Walaupun mereka
menyukai anak bayi,tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita. Reaksi ibu setelah melahirkan ditemukan oleh tempramennya. Bila ibu bertempramen
gembira, biasannya menjadi ibu yang lebih sukses,sedangkan ibu yang selalu murung kemungkinan mengalami kesulitan dalam tugasnya sebagai seorang ibu.
Selainitu, kemungkinan pula timbul reaksi kecemasan reaksi kekecewaan karena kedatangan bayinya belum di harapkan. Untuk mengadakan penyesuaian
tersebut kemungkinan ibu dapat mengatasinya sendiri atau memerlukan bantuan. Oleh karena itu tugas, bidan untuk memberi bantuan yang merupakan
bimbingan agar ibu dapat mengatasi masalahnya. Kebutuhan ibu masa nifas meliputi:

1.Kebutuhan fisik

Selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti istirahat, makanan yang bergizi, lingkungan bersih dilakukan
pengawasan dan perawatan yang sempurna serta pengertian dari lingkungan setelah ibu pulang nanti.

2.Kebutuhan psikologis

Kebutuhan bagi tiap – tiap individu bahwa manusia dapat diakui,dihargai,,diperhatkan oleh manusia lainn. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
psikologis,bidan dan keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana dan menunjukan rasa simpati dan menghormati.

3.Kebutuhan sosial,

Ibu dipenuhi dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga mendampingi ibu bila murung, menunjukan rasa sayang pada bayi,memberi bantuan dan pelajaran
yang di butuhkan untuk mengembalikan kesehatannya.
E.Aspek Sosial Budaya Terkait Bayu Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu). Bayi baru lahir yang di lahirkan dalam kondisi normal mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1.Berat badan 2500-4000gram.
2.Panjang badan 48-52cm
3.Lingkar badan 30-38cm
4.Lingkar kepala 33-35cm
5.Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit kemudian menurun sampai 120-160 denyut /menit
6.Pernapafasan pada menit pertama kira-kira 80 kali/menit kemudian menurun sampai 40 kali/menit.
7.Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks kseosa.
8.Rambut lanugo tidak terlihat. Rambut tampak sempurna
9.Kuku agak panjang dan lemas
10.Pada bayi laki-laki testis sudah turun, pada bayi perempuan genetalia labia mayora telah menutupi labia minora.
11.Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12.Reflek mono sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkangerakan tangan sepertimemeluk
13.Reflek graff sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tanganmaka akan menggenggam
14.Eliminasi urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
Beberapa aspek sosial budaya yang dilakukan dikalangan masyarakat indonesia terkait denganbayu lahir, antara lain:
1.Bayi harus memakai gurita supaya perutnya tidak membuncit
2.Bayi di bedong supaya tidak mudah terkejut, juga menghangatkan badanya
3.Bayi saat dimandikan ditarik – tarik hidungnya agar menjadi lebih mancung
4.Ari-arinya harus dicuci bersih sebelum dikubur supaya bau badan tidak bau nantinya
5.Ibu tidak boleh membiasakan duduk dalam posisi tidur waktu menggendong bayi agar dahi bayi tidak maju (jenong atau nonong)
6.Bayi baru lahir diberi minum grape water agar perutnya tidak kembung
7.Bayi baru lahir diberikan minum kopi stetes agar tidak terkena penyakit stroke
8.Bayi baru lahir rambutnya dipotong atau dibotakin dan beri minyak kemiri atau lidah buaya agar rambutnya tumbuh cepat dan hitam
9.Bayi cegukan diberi tisu basah atau kertas dibasahi dikening agar cegukannya hilang
10.Sapu lidi atau bangle bumbu dapur ditaruh disebelah bantaluntuk mengusir hantu jahat
11.Bulu mata digunting agar lentik
12.Dagu lancip akibat sering ditarik
13.Dibawah bantal bayi ditaruh gunting lipat dan ditempat tidurnya dipukul –pukul menggunakan sapu lidi agar bayi tidur nyenyak
14.Bayi yang baru lahir tidak boleh difoto agar tidak menjadi narsis ketika dewasa
15.Bayi tidak boleh diiajak keluar rumah sebelum berusia 40hari
16.Terkait makanan pada bayi baru lahir, ibu dilarang makan pedas, nanti fases bayi ada cabe rawit utuh, padahal maksudnya adalah mencegah
bayi mengalami sakit perut jika ibu mengonsumsi makanan pedas, makan semangka menyebabkan perut bayi besar dan keras sebab “sawan”
semangka dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai