Anda di halaman 1dari 6

Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani

NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Sumberdaya Geologi (Air Tanah) Pengertian, Keadaan dan Pergerakan Air Tanah,
Kondisi Air Tanah
Pengertian
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah
(Permen ESDM 02 Tahun 2017). Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di
dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.

Keadaan
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan satu sama lain,
air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat penting; terutama di daerah-daerah dimana musim
kemarau atau kekeringan yang panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai
dipermukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga aliran
sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah.
Secara umum terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi batuan
dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
b. Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir dan lain sebaginya
yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur jenuh.
Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut:
a. Air tanah dangkal (phreatic)
berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan
hingga kedalaman -tergantung kesepakatan - 15 sampai 40 m.
b. Air tanah dalam
berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih dari
40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m).

Pergerakan air tanah


Air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler).
Air tanah bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal
karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi
“volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik
dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
Hidrogeologi (hidrologi air tanah) adalah cabang hidrologi yang berhubungan dengan air tanah
dan didefinisikan sebagai ilmu tentang keterdapatan, penyebaran dan pergerakan air di bawah
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

permukaan bumi (Chow, 1978). Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi
tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air mengalami evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi
dalam bentuk air hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Secara
ringkas dapat dijelaskan bahwa siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu sebagai berikut :
1. Presipitasi = jatuhnya cairan dari atmosfer ke permukaan bumi, dapat berupa hujan air, hujan
es maupun salju; presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan berlangsungnya daur
hidrologi dalam suatu wilayah DAS. Keberlanjutan proses ekologi, geografi dan tata guna
lahan dalam suatu wilayah DAS ditentukan oleh berlangsungnya proses hidrologi. Sekaligus
juga sebagai pembatas bagi usaha pengelolaan sumber daya air permukaan dan sumber daya
air tanah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap presipitasi :
 Terdapat uap air di atmosfer
 Faktor meteorologi (suhu, kelembaban, awan)
 Lokasi/tempat sehubungan dengan sistem sirkulasi secara umum
 Terdapat rintangan alam (pegunungan, dan lain sebagainya)
2. Evaporasi/evapotranspirasi, = berubahnya air menjadi uap yang bergerak dari permukaan
tanah, air dan tumbuhan ke udara. Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari,
permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air
tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 milyar kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya, hampir
80.000 milyar kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 milyar kubik berasal dari daratan,
danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh
daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.
3. Infiltrasi/perkolasi = fenomena meresapnya air kedalam ke dalam tanah – Air bergerak ke
dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal
dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
Kecepatan infiltrasi cenderung menurun secara eksponensial (Horton, 1933) pada saat hujan
meningkat yaiyu apabila curah hujan melebihi kapasitas infiltrasinya.
Kecepatan infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

 Jenis tanaman
 Kondisi permukaan atanah
 Suhu
 Intensitas hujan
 Kualitas air
 Volume simpanan bawah tanah
 Kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
 Sifat-sifat fisik tanah/struktur tanah
4. Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai
dan berakhir ke laut.

Kondisi air tanah


1. Satuan penyusun batuan
Keterdapatan air tanah (groundwater avaibility) disuatu kawasan amat dipengaruhi oleh kondisi
geologis yang meliputi : litologi batuan, struktur dan porositas batuan. Sesuai kondisi geologis di
Indonesia, keterdapatan air tanah di Indonesia pada umumnya dibedakan sebagai berikut :
a. Air Tanah pada Batuan Lepas
Pada umumnya batuan lepas berasal dari berbagai batuan induk berumur kuarter dalam
bentuk endapan aluvial yang terdiri dari material lepas yang berukuran kerikil, pasir lanau
atau lempung. Jenis batuan ini umumnya mempunyai sifat kelulusan yang cukup baik untuk
mengalirkan air tanah. Sebaran air tanah pada jenis batuan lepas ini umumnya terdapat di
derah pantai, cekungan antar gunung dan lembah-lembah sungai. Kerikil dan pasir
merupakan litologi akuifer yang umum dijumpai sebagai wadah air tanah pada batuan lepas.
Air tanah pada pada batuan lepas yang tersebar di dataran aluvial pantai serta cekungan antar
gunung mempunyai potensi yang tinggi sebagai sumber daya air tanah
b. Air Tanah pada Batuan Vulkanik Kuarter
Batuan vulkanik yang berumur kuarter umumnya berbentuk sebagai gunung api banyak
tersebar di Indonesia, daerah resapan berada di bagian atas yaitu di daerah puncak dan bagian
atas kaki gunung dimana merupakan tempat air hujan meresap kedalam tanah dan meresap
dalam akuifer yang alirannya tergantung dari sifat kelulusan batuannya. Aliran air tanah pada
batuan vulkanik kuarter dapat melalui ruang antar butir maupun rekahan. Seperti halnya pada
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

air tanah di batuan lepas, air tanah pada batuan vulkanik merupakan sumber air tanah yang
mempunyai potensi tinggi. Sedang potensi air tanah yang tersimpan pada satuan batuan
volkanik tersier, sangat rendah.
c. Air Tanah pada Batuan Karbonat
Batu gamping dan dolomit merupakan batuan karbonat yang paling banyak tersebar di
Indonesia. Di beberapa tempat batu gamping berkembang menjadi batu gamping karst. Batu
gamping ini merupakan akuifer yang cukup baik setelah batuan vulkanik dan endapan aluvial.
Keterdapatan air tanah pada batu gamping ditentukan oleh kesarangannya, sehingga air tanah
pada jenis batuan ini tersebar tidak merata dan potensinya terutama tergantung pada
intensitas
lubang-lubang pelarutannya.
d. Air Tanah pada Batuan Padu
Batuan padu pada umumnya mempunyai sifat kelulusan air yang rendah. Air tanah terutama
mengisi celahan, rekahan dan bidang lapisan daribatuan. Keterdapatan air tanah pada jenis
batuan ini relatif kecil. Suatu wilayah yang dibatasi batas-batas hidrogeologis, tempat semua
semua kejadian hidrogeologis mencakup proses pengimbuhan, pengaliran, pelepasan air
tanah berlangsung disebut sebagai cekungan air tanah. Keberadaan cekungan air tanah sangat
tergantung kepada kondisi geologi dan hidrologi setempat. Batas-batas cekungan air tanah
tidak selaku sama dengan batas administrasi, batas daerah aliran sungai maupun batas antara
daratan dan lautan dan keberadaannya sering kali tidak dicirikan oleh keberadaan air di
permukaan tanah.
2. Satual areal daerah
Daerah pemanfaatan air tanah pada umumnya dikembangkan pada 3 (tiga) daerah yang cukup
luas dan mempunyai potensi air tanah yang tinggi yaitu :
a. Daerah dataran antar pegunungan
Pada daerah ini lokasi yang diprakirakan mempunyai potensi air tanah tinggi adalah daratan
yang dikelilingi perbukitan yang menjadi sumber imbuhan air tanah. Daratan ini mempunyai
potensi air tanah yang cukup tinggi, dengan catatan tidak terlalu mendekati kaki perbukitan
yang masuk dalam areal perpindahan aliran air tanah (trancient area) sehingga terkadang
mempunyai kedalaman muka air tanah yang relatif dalam dan debit kurang. Satuan batuan
pada areal antar pegunungan biasanya berupa rombahan dan hasil erosi dari batuan
pegunungan disekitarnya sehingga belum terlalu mampat, maka dapat dapat berlaku sebagai
pendukung perlapisan akuifer yang baik.
b. Daerah dataran rendah & pantai
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Pada daerah ini mempunyai potensi air tanah yang cukup baik tergantung dari daerah
imbuhannya. Untuk dataran rendah yang dikelilingi oleh pegunungan, selalu mempunyai
potensi air tanah sangat tinggi sehingga biasanya dapat dilakukan pengembangan air tanah
secara besar-besaran. Akan tetapi wajib memperhatikan kondisi air tanah setempat dan tetap
melakukan konservasi air tanah sebaik-baiknya. Untuk daerah dataran pantai, potensi air
tanah sedang ~ sampai tinggi, apabila terdapat struktur perlipatan ataupun patahan di bibir
pantai, maka struktur tersebut membentuk fenomena alam sebagai bendung alami bawah
tanah.
Maka air tanah tertahan pada struktur bendung bawah tanah tersebut dan sehingga dapat
diturap dengan baik. Akan tetapi apabila terdapat pelamparan perlapisan menerus dari arah
hulu kearah pantai maka perlu diwaspadai tentang lokasi dan kedalaman bidang kontak
antara air tawar dengan air asin (Ghyben-Herzberd Interface). Apabila air tanah diturap
berlebihan maka dapat terjadi intrusi air asin.
c. Daerah lembah sungai
Pada daerah lembah sungai yang luas biasanya mempunyai potensi air tanah cukup tinggi.
Areal ini merupakan daerah patahan dengan igir lembah menjulang tinggi di sisi kiri dan
kanan. Perlapisan tanah merupakan hasil rombakan dari daerah igir lembah yang biasanya
agak kasar dan mempunyai bidang dataran yang relatif sempit. Potensi air tanah terletak pada
lapisan endapan sungai. Pada tahap pra kelayakan dilakukan penentuan lebih rinci mengenai
lokasi, kedalaman pemboran dan ketebalan endapan sungai.
d. Daerah batuan gamping
Batu gamping dan dolomit merupakan batuan karbonat yang paling banyak tersebar di
Indonesia. Di beberapa tempat batu gamping berkembang menjadi batu gamping karst. Batu
gamping ini merupakan akuifer yang cukup baik setelah batuan vulkanik dan endapan aluvial.
Keterdapatan air tanah pada batu gamping ditentukan oleh kesarangannya, sehingga air tanah
pada jenis batuan ini tersebar tidak merata dan potensinya terutama tergantung pada
intensitas lubang-lubang pelarutannya. Formasi batu gamping merupakan rangking ketiga
dalam hal potensi keterdapatan air tanah di Indonesia. Keterdapatan air tanah ditentukan oleh
porositas sekunder dan tersebar tidak merata dan potensinya tergantung oleh banyaknya
saluran pelarutan yang memperbesar rongga dibawah tanah sehingga berkembang menjadi
sungai bawah tanah. Keterdapatan air tanah di formasi batu gamping dapat dibedakan
menjadi dua macam yakni batu gamping berlapis dan dan batu gamping karst dimana
karakteristik keterdapatan air tanah sangat berbeda satu sama lainnya. Batu gamping berlapis
pada umumnya merupakan akuifer yang homogen dimana air tanah mengalir diatara batu
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

gamping itu sendiri, serta melalui pola kompleks dari rekahan dan saluranpelarutan sekunder
sepanjang bidang perlapisan. Sedangkan pada batu gamping karst, air tanah mengalir melalui
celah-celah pada batu gamping pejal yang pada dasarnya merupakan batuan kedap air.

Referensi :
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2017). Modul Geologi dan Hidrogeologi
Pelatihan Perencanaan Air Tanah 2017. /Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan
Konstruksi/, 76.

Anda mungkin juga menyukai