Anda di halaman 1dari 8

Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani

NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Mineral dan Batuan


I. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri
dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistematis.Mineral dapat berwujud : batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Sedangkan kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan
padat yang homogen, yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. (Noor, 2014).
A. Sifat Fisik Mineral
1. Bentuk kristal
Perwujudan kenampakan luar, yang terjadi akibat dari susunan kristalnya di dalam. Jika dapat
berkembang tanpa hambatan maka akan memiliki bentuk kristal yang khas, namun apabila
ada hambatan, maka bentuk kristalnya akan terganggu.
2. Berat Jenis
Ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut
dalam susunan kristalnya.
3. Bidang belah
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah
tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Bidang belah
merupakan bidang “lemah” yang dimiliki suatu mineral.
4. Warna
Dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu di dalamnya. Contoh : warna gelap
menandakan adanya unsur besi, sedangkan warna terang menandakan terdapat aluminium di
dalamnya.
5. Kekerasan
Sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan abrasi (abrasive) atau mudah tergores
(scratching). Kekerasan mineral bersifat relatif, apabila dua mineral saling digoreskan, maka
yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan lawannya. Skala
Kekerasan Mohs : 1-10 (lunak-terkeras).
6. Goresan pada bidang
Beberapa jenis mineral memiliki goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan
pyrit, yang sangat jelas dan khas
7. Kilap
Kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu minera. Terdapat dua jenis
kilap : kilap logam dan kilap non-logam (mutiara, gelas, sutera, resin, dan tanah)
B. Sifat Kimiawi Mineral
1. Mineral Silikat
Merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan (sedimen, batuan beku, maupun batuan
malihan/metamorf).
2. Mineral ferromagnesium
- Olivine : warnanya “olive”; berat jenis : 3,27-3,37 ; bidang belahnya kurang sempurna
- Augite : warnanya sangat gelap hijau hingga hitam ; berat jenis : 3,2-3,4 ; bidang
belahnya hampir tegak lurus (membedakan dengan mineral hormblende)
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Hornblende : warnanya hijau hingga hitam ; berat jenis : 3,2 ; bidang belahnya
berpotongan dengan sudut kira-kira 56o dan 124o (pengenalnya)
- Biotite : mineral “mika”, bentuknya pipih dan mudah dikelupas ; dalam keadaan tebal
warnanya hijau tua hingga coklat-hitam ; berat jenis : 2,8-3,2
3. Mineral non-ferromagnesium
- Muskovit : “mika putih” karena warnanya terang : kuning muda, coklat, hijau, atau
merah ; berat jenis : 2,8-3,1
- Felspar : mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Jumlahnya di dalam kerak
Bumi hampir 54%. Nama : “plagioklas” (“arbit” mengandung natrium dan “anorthit”
mengandung kalsium) dan “orthoklas” menandung kalium.
- Orthoklas : warna paling khas: putih abu-abu atau merah jambu; berat jenis : 2,57
- Kuarsa : disebut juga “silika”; satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari
persenyawaan silikon dan oksigen. Warnanya seperti asap/smooky/smooky quartz, umgu,
atau violet.
4. Mineral Oksida
Hasil persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana
dibanding silikat. Lebih keras dan berat dibandingkan mineral lainnya kecuali silikat dan
sulfida. Unsur utama : besi, chroom, mangan, timah, dan alumunium.
5. Mineral Sulfida
Hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dan sulfur (belerang), seperti besi, perak,
tembaga, timbal, seng, dan merkuri. Beberapa merupakan bahan yang memiliki nilai
ekonomis.
6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat
Persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut “karbonat”. Merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen
II. Batuan
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih
mineral. Kejadian dan sifat dari batuan ditentukan
oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau
keadaan mineralnya satu sama lain (tekstur). Pada
mulanya batuan berasal dari magma.
Magma yang mencapai permukaan bumi akan
membeku  batuan beku  terurai karena
panas, hujan, dan aktivitas tumbuhan dan hewan
 hancuran batuan tersangku oleh air , angin, atau
hewan ke tempat lain untuk diendapkan 
batuan sedimen  berubah bentuk dalam waktu
yg lama akibat perubahan temperatur dan tekanan
 batuan metamorf. (Affandy, 2019). Siklus
Batuan :
III. Batuan Beku
a. Pengertian
Jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma dapat berasal dari batuan setengah cair
maupun yg sudah ada (di mantel maupun kerak bumi). Proses pelelehan : kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
b. Struktur
- Ekstrusif  magma yang mencapai permukaan bumi, disebut lava
1. Masif : masa batuan terlihat seragam
2. Sheeting joint : terlihat sebagai lapisan
3. Clumnar joint : batuan terpisah poligonal seperti batang pensil
4. Pillow lava : menyerupai bantal yg bergumpal-gumpal akibat proses pembekuan
di lingkungan air
5. Vesikular : lubang-lubang pd batuan beku akibat pelepasan gas saat pembekuan
6. Amigdaloidal : vesikular yang terisi oleh mineral lain (kalsil, kuarsa, zeolit)
7. Aliran : kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran
- Intrusif  magma yang naik menuju permukaan bumi dan membeku di dalam bumi
1. Konkordan : sejajar dengan perlapirsan di sekitarnya
a. Siil : berupa lembaran dan sejajar dgn perlapisan batuan di sekitarnya
b. Laccolith : berbentuk kubah, perlapisan batuan awalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tubuh batuan
c. Lopolith : berbentuk cembung ke bawah
d. Paccolith : menempati sinklin atau antiklin
2. Diskordan
a. Dyke : memotong perlapisan di sekitarnya, bentuk tabular/memanjang
b. Batolith : memiliki ukuran sangat besar (>100km2) dan membeku pd
kedalaman yg besar
c. Stock : mirip batolith tapi ukurannya lebih kecil
c. Tekstur
1. Tingkat Kristalisasi
a. Holokristalin : hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b. Hipokristalin : disusun oleh kristal dan gelas
c. Holohyalin : hampir seluruhnya disusun oleh gelas
2. Ukuran butir
a. Phaneritic : hampir seluruhnya disusun oleh mineral-mineral berukuran kasar
b. Aphanitic : hampir seluruhnya disusun oleh mineral-mineral berukuran halus
3. Bentuk Kristal
a. Euhedral : sempurna
b. Subhedral : kurang sempurna
c. Anhedral : tidak sempurna
4. Kombinasi bentuk kristal
a. Unidiomorf (automorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal euhedral
b. Hypidiomorf (hypautomorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal euhedral
dan subhedral
c. Allotriomorf (xenomorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal anhedral
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

5. Keragaman antar butir


a. Equigranular : ukuran penyusun batuannya hampir sama
b. Inequigranular : ukuran penyusun batuannya tidak sama
d. Klasifikasi
1. Tempat terbentuk
a. BB Plutonik (dalam)  jauh di perut bumi, di dalam lapisan litosfera, umumnya
berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi, jarang memperlihatkan struktur
visikular. Berdasarkan ukuran dibedakan menjadi 2 :
- Tebular : Relatif kecil, agak dekat dengan permukaan bumi (Siil dan Dyke)
- Masif : berukuran lebih besar, letaknya agak dalam (Laccolith dan Batolit)
b. BB Hypabisal (korok)  tidak jauh dari permukaan bumi, terbetuk pada celak-celah
gunung api, proses pendinginannya relatif vepat
c. BB Vulkanik  di permukaan bumi
d. BB Luar  membeku di luar permukaan bumi (batuan amorf dan batu apung)
2. Warna
a. Terang : terdiri dari mineral-mineral ringan, mudah pecah, kaya silikat, tergolong
batuan bersifat silikat
b. Gelap : terdiri dari mineral-mineral berat, sukar pecah, kandungan silikat terang
tetapi kaya minera-mineral ferromagnesia
3. Kandungan SiO2
a. BB Asam : >65% (granit, ryolit)
b. BB Menengah : 65%-52% (diorit,andesit)
c. BB Basa : 52%-45% (gabbro,basait)
d. BB Ultra Basa : <30%
e. Magma
Suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada dalam litosfir yang terdiri dari ion-ion yang
bergerak bebas, hablur yang mengapung di dalamnya, serta mengandung sejumlah bahan
berwujud gas. Magma yg keluar melalui kegiatan gunung berapi dan mengalir diatas permukaan
bumi dinamakan lava.
f. Proses Pembentukan Magma
Diferensiasi magma : proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang
diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen.
Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal sebagai Mineral
Pembentuk Batuan.
Asimilasi magma : proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke
arah permukaaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa menjadi
asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam.
g. Manfaat Batuan Beku
- Batuan yang memiliki kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk keperluan
pekerjaan laut
- Batuan yang tidak terpengaruh asam baik digunakan di daerah industri
- Batuan yang berat, keras, dan daya tahan besar digunakan sebagai pondasi bangunan
- Batuan berwarna indah dan tidak porus digunakan untuk pelapis dinding atau lantai
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

IV. Batuan Gunungapi


a. Pengertian
Vulkanisma didefinisikan sebagai tempat atau lubang diatas muka bumi dimana daripadanya
dikeluarkan bahan atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal dari bagian dalam bumi ke
permukaan, yang kemudian produknya akan disusun dan membentuk sebuah kerucut atau
gunung.
b. Bahan-bahan yang dikeluarkan pada erupsi gunung berapi
1. Aliran lava  lelehan pijar yang keluar ke permukaan berasal dari magma. Tipe lava :
a. Lava basaltis : paling banyak dikeluarkan berasal dari magma yang bersusunan
mafis, bersuhu tinggi, punya viskositas yang rendah. Menghasilkan 2 macam bentuk
yang khas yaitu : Aa dan Pahoehoe (tali)
b. Lava andestis : mempunyai susunan antara basaltis dan ryholitis, atau intermediate.
Mempunyai sifat fisik kental, tidak mampu mengalir jauh dari pusatnya. Saat
membeku membentuk struktur Aa, kekar tiang, dan struktur bantal.
c. Lava rhyolitis : sangat kental, jarang sekali dijumpai sebagai lava karena sudah
membeku di bawah permukaan sebelum erupsi
2. Gas dan uap  beberapa berasla dari permukaan bumi. Air dari permukaan bumi  uap
 bersentuhan dengan permukaan magma letusan yang hebat.
3. Pirolastika/rempah-rempah gunung api  “pyro” = pijar dan “klastika” = bentuk
fragmental. Terdiri dari fragmen-fragmen pijar berukuran halus (debu) hingga bongkah-
bongkah besar dari semburan letusan.
a. Bom Vulkanik : fragmen >64mm. Akumulasi bom-bom vulkanik (bundar) yg
memadat dan membentuk batuan = aglomerat. Fragmen berukuran bongkah dgn
bentuk menyudut akan memadat dan membentuk batuan sebagai breksi vulkanik
b. Lapili : fragmen 64mm-2mm yg apabila memadat akan membentuk batuan lapili
aglomerat/breksia
c. Debu Vulkanik : fragmen <2mm hingga ukuran debu yg apabila memadat dan
membatu dinamakan tufa (lapili/breksi)
4. Lahar  rempah lepas yang tertimbun pada tubuh gunung api yang kemudian diangkut
oleh media air sebagai larutan pekat dengan densitas tinggi. Bedasarkan cara terjadinya:
lahar dingin dan lahar panas
V. Batuan Sedimen
a. Pengertian
Batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi (mekanik, kimia, maupun organik).
Batuan sedimen yang diendapkan secara mekanik akan menghasilkan batuan seriman
detritus/klasik. Jika diendapkan secara kimiawi akan menghasilkan batuan sedimen kimia. Serta
yang terbentuk dengan bantuan organisme disebut batuan sedimen organik.(CHAERUL, n.d.)
b. Pembentukan
- Secara mekanik  terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen
batuan, memiliki 8 faktor penting :
1. Sumber material/batuan asal
2. Lingkungan pengendapan  darat, laut, udara
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

3. Pengangkutan/transportasi  air (media utama), angin, dan es. Terjadi perubahan


sifat fisik seperti ukuran bentuk dan kebundaran akibat gesekan.
4. Pengendapan  proses terakumulasinya material-material sedimen pada suatu tempat
5. Kompaksi  proses pemadatan sedimen akibat gaya berat/gravitasi dari material
sedimen itu sendiri, terjadi pengurangan volume dan migrasi cairan
6. Lithifikasi/sementasi  proses pengerasan material sedimen akibat terjadinya
peningkatan proses kompaksi/pembatuan
7. Replacement dan rekristalisasi  replacement = proses penggatian mineral oleh
pelarutan kimia sehingga jadi mineral baru. Rekristalisasi = perubahan/pengkristalan
kembali mineral dalam batuan sedimen akibat perubahan temperatur dan tekanan
yang relatif rendah
8. Diagenesis  perubahan yg terjadi setelah pengendapan berlangsung.
- Secara kimia
1. Pelepasan material anorganik/karbon dioksida yang menyebabkan terbentuknya
batuan sedimen spt batu bara
2. Evaporasi : pembentukan material sedimen akibat pengaruh penguapan spy anhidrit
- Secara organik
1. Akumulasi sisa skeletal organisme
2. Kegiatan dari organisme : fotosintesis dan kegiatan bakteri
c. Tipe Batuan
1. Batuan Sedimen Klastik : batuan sedimen yang berasal dari hasil rombakan batuan yang
telah ada berupa batuan beku, metamorf, atau sedimen dan kemudian terangkut melalui
media air, angin, atau gletser, selanjutnya diendapkan dalam suatu cekungan yang
kemudian mengalami proses kompaksi, diagenesa, sementasi dan litifikasi dan pada
akhirnya berubah menjadi batuan sedimen (kerikil, pasir, lanau, dan lempung)
2. Batuan Sedimen Non-Klastik : batuan sedimen yg mengalami pelapukan kimia (batu
garam dan gipsum) dan pelapukan organik (batubara dan gambut)
a. BS Evaporit : hasil proses penguapan (evaporasi) air laut.
b. BS Karbonat : hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia (batugamping dan
dolomit)
c. BS Silika : hasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan
organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges
d. BS Organik : terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras
menjadi batu (batubara)
d. Jenis Batuan
1. Akuatis : akibat adanya pengendapan yang dilakukan tenaga air (breksi, konglomerat,
flood plain, delta)
2. Moraine : terbentuk dari proses pelapisan oleh tenaga glasial
3. Glassial : diendapkan oleh gletser (morena, drimlin)
4. Limnis : terbentuk pada sedimentasi di dasar rawa-rawa atau danau
5. Acolis/Aeris : diendapkan oleh tenaga angin (tanah loss, sand dunes)
6. Sedimen Laut (Marine) : diendapkan di laut (batu gamping, dolomit, napal)
7. Sedimen Darat (Teristris/Kontinen) : diendapkan di darat (endapan sungai (aluvium),
endapan gurun (aeolis), talus)
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

8. Sedimen Transisi : diendapkan di antar darat dan laut (edanapan delta dna rawa-rawa
(limnis))
VI. Batuan Metamorf
a. Pengertian
Metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan
tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang
berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Dua tipe
tekanan :
- Tekanan statis : diakibatkan oleh berat batuan diatasnya, makin dalam, makin tinggi tekanan
- Tekanan dinamis : diakibatkan oleh gerak diatropisme/tektonisme
b. Jenis Batuan
- Kontak : terbentuk akibat adanya sentuhan (kontak) atau berdekatan dengan magma
sehingga batuan mengalami perubahan. Contoh : batu kapur menjadi marmer.
- Dinamo : terbentuk karena mendapat tekanan yang kuat dalam proses pelapisan
(sedimentasi). Contoh : tanah gambut mendapatkan tekanan kuat membentuk batubara.
- Kontak pnuematolik : terbentuk karena masuknya zat atau organisme ke dalam batuan
asal. Contoh : batu topas.
c. Tipe Batuan
- Metamorfosa Kataklastik : metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi mekanis,
seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran satu dan lainnya
disepajang suatu zona sesar / patahan.
- Metamorfosa Burial : metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen yang berada
pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C serta absennya tekanan
diferensial.
- Metamorfosa Kontak : metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan beku dan
merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungan dengan intrusi
batuan beku
- Metamorfosa Regional : metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat luas dimana
tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini
biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat,
seperti Slate, Schists, dan Gneisses.
d. Derajat Metamorfosa :
- Rendah : terjadi pada temperatur antara 200° – 320° C dan tekanan yang relatif rendah.
- Tinggi : terjadi pada temperatur lebih besar dari 320° C dan tekanan yang relatif tinggi.
e. Respon Batuan Terhadap Meningkatnya Derajat Metamorfosa
Batuan yang mengalami proses metamorfosa akan mengakibatkan struktur batuan berubah.
- Slate (Batu sabak) : bentuk batuan metamorf derajat rendah yang tersusun dari hasil
pertumbuhan mineral-mineral lempung dan chlorite berbutir halus, batuan mudah pecah
melalui bidang yang sejajar.
- Schist (Sekis) : Ukuran dari butiran-butiran mineral cenderung akan menjadi besar
dengan meningkatnya derajat metamorfosa.
- Gneiss (Genis) : seiring dengan naiknya derajat metamorfosa maka lembaran-lembaran
dari mineral silikat menjadi tidak stabil
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

- Granulite : pada metamorfosa derajat yang paling tinggi seluruh mineral-mineral


hydrous dan lembaran mineral silikat menjadi tidak stabil.

Referensi :

Affandy, R. (2019). Batuan Sedimen dan Metamorf: Sebuah Tinjauan Ilmiah. Lemah Media Pustaka.
Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=nSbMDwAAQBAJ. Diakses tanggal 23
Februari 2021

CHAERUL, M. (n.d.). PENGANTAR ILMU BATUAN. YCAB Publisher. Retrieved from


https://books.google.co.id/books?id=1ltxDwAAQBAJ. Diaskes tanggal 23 Februari 2021

Noor, D. (2014). Pengantar Geologi. Deepublish. Retrieved from


https://books.google.co.id/books?id=TRdADAAAQBAJ. Diakses tanggal 23 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai