Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

KADAR KARBONAT

NAMA : Septia M. F. A., Muchamad Fauzi M., Anisah R.

NIM : D500190072/D500190073/D500190075

Kelompok/Kelas : 4C/2B

Hari/Tanggal Percobaan : 16 Mei 2020

Asisten : Layla Fitri Romadhoni

Dosen : Anisa Ur Rahmah, Ph.D

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
I. Tujuan Percobaan

Mengetahui kadar karbonat dalam sampel secara kualitatif dan secara


kuantitatif.

II. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian

Karbonat adalah salah satu senyawa IIA alamiah yang paling melimpah.
Kelarutan semua karbonat normal, dengan pengecualian karbonat dari
logam-logam alkali, serta ammonium, tidak larut dalam air. Sedangkan
bikarbonat dalam kalsium, larut dalam air. Ion bikarbonat adalah zat amfoter
yang dapat bereaksi dengan asam atau basa. Ion bikarbonat merupakan zat
yang tidak stabil. Jika dipanaskan, ion bikarbonat akan terurai membentuk
ion karbonat(Khopkar,1998).

Ion karbonat dan bikarbonat adalah salah satu bagian dari golongan basa.
Umumnya ion-ion ini banyak ditemukan pada batu kapur atau batu tulis
yang digunakan sebagai campuran bahan-bahan bangunan. Dalam
penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat dalam suatu cuplikan,
digunakan metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu
bagian analisis volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi.
Titrasi asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan asam
sebagai larutan standar(Underwood,2002 ).

Pada dasarnya bikarbonat bersifat alkalis karena bereaksi dengan ion H+.
Selain itu bikarbonat juga berperan sebagai asam dengan melepas ion
H+(Effendi,2003).

HCO3- + H+ H2O + CO2………………………………………(1)

HCO3- H+ + CO32-………………………………………………(2)

Asam karbonat adalah asam diprotik membentuk garam karbonat. Kedua


garam ini bersifat basa dalam air, segingga dapat dititrasi oleh asam kuat
secara bertahap. indikator yang digunakan untuk titrasi adalah fenolftalein
dengan perubahan warna dari merah ke tidak berwarna. Fenolftalein dengan
jangkauan pH 8,0 sampai 9,6 merupakan indikator yang cocok untuk titik
akhir pertama, karena pH larutan NaHCO3 berjumlah 8,35. Metil Orange
dengan jangkauan pH 3,1 – 4,4. Metil orange bekerja sebagai indikator
tahap kedua dengan perubahan warna dari kuning menjadi warna jingga atau
kuning kemerahan. cocok untuk titik akhir kedua(Chang,2007).

Uji terhadap hidrogen karbonat dengan adanya karbonat normal dengan


menambahkan kalsium klorida yang berlebihan kepada suatu campuran
karbonat dan hidrogen karbonat, karbonat diendapkan secara kuantitatif.
Dengan menyaring larutannya dengan tepat, ion-ion hydrogen karbonat
lolos kedalam filtrat. Setelah menambahkan ammonia kepada filtrat, kita
memperoleh endapan atau keruhan yang putih jika hidrogen karbonat
(Vogel, 1985).

Kebanyakan reaksi hidrogen karbonat dalah sama dengan reaksi karbonat.


Uji untukmembedakan hydrogen karbonat dan karbonat adalah sebagai
berikut: (Vogel, 1985).

1. Pendidihan

Hydrogen karbonat akan terurai bila didihkan. CO2 yang terbentuk dapat
diidentifikasi dengan air kapur

2. Magnesium sulfat

Penambahan MgSO4 kepada hydrogen karbonat yang diinginkan tidak


menimbulkan pengendapan dengan memanaskan campuran, terbentuk
endapan putih maganesium karbonat. Gas CO2 yang terbentuk dapat
dideteksi dengan air kapur.

3. Merkurium (III) Klorida


Tidak ada endapan dengan hydrogen karbonat. Namun, dalam karbonat
normal ada endapan merkurium (III) karbonat basa (3HgO, HgCO3,
Hg4CO3) yang cokeat kemerahan.

4. Uji padat

Sedikit hydrogen karbonat alkali dipnaskan pada tabung reaksi yang


kering, gas CO2 dilepaskan. Gas ini dapat diidentifikasi dengan air
kapur. Residu akan melepaskan CO2 jika setelah di dinginkan, dituang
HCl encer.

5. Uji Terhadap Karbonat dengan Adanya Karbonat Normal

Caranya dengan menambahkan CaCl2 yang berlebih kepada suatu


campuran karbonat normal dan hydrogen karbonat. Karbonat di
endapkan secara kuantitatif, dengan menyaring larutan dengan cepat,
ion-ion bikarbonat lolos ke dalam filtrat. Setelah menambahkan
ammonia ke filtrat, diperoleh endapan atau kekeruhan putih jika
bikarbonat ada.

Campuran karbonat dan bikarbonat dapat ditentukan dengan


menggunakan indikator phenophtalein dan indikator metil
orange(Underwood, 2002).

• Fenolphtalein

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang


tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna
terang karena anionnya.

• Metil jingga

Metil Jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonik dimana di dalam
suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya
memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga
bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu
perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya.

B. Sifat-sifat Ion Karbonat dan Bikarbonat

• Sifat Ion Karbonat (Soedarmadji, 1990)

1. Karbonat, logam-logam alkali, dan ammonium tidak larut dalam air.

2. Karbonat dalam larutan basa lemah bila digunakan untuk menitrasi asam
lemah di daerah trayek pH pp(phenophtalein) berubah menjadi karbonat.

• Sifat Ion Bikarbonat (Soedarmadji, 1990)

1. Bikarbonat dalam kalsium, stronsium, borium, dan magnesium larut


dalam air

2. Bikarbonat dan logam-logam alkali larut dalam air tetapi kurang larut
dibandingkan karbonat-karbonat normal.

3. Tidak stabil

4. Bikarbonat adalah zat amfoter dapat bereaksi dengan baik.

5. Bila dipanaskan terurai membentuk karbonat

C. Analisa Asidi-Alkalimetri

Reaksi titrasi adalah reaksi menambah larutan ke dalam buret sampai


jumlah zat yang direaksikan dapat ekivalen. Tetapi reaksi titrasi juga
mempunyai syarat syarat, yaitu (Khopkar, 1998) :

1. Cepat dan reversible

2. Ada petunjuk air titrasi

3. Berlangsung sempurna dan persamaan jelas.

4. Larutan baku mudah di dapat sehingga konsentrasi mudah berubah


ketika disimpan
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis
titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar
(asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

Asidimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku


asam untuk menentukan jumlah basa yang ada (Daintith, 1997). Garam dari
asam karbonat yang mengandung ion karbonat , CO32- , ion bebasnya
mempunyai struktur segitiga menyebidang. Karbonat logam dapat bersifat
ionik atau dapat mengandung ikatan logam karbonat kovalen (karbonat
kompleks) melalui satu atau dua atom oksigen. Karbonat dari logam alkali
semua larut, tetapi karbonat lain tidak larut; semua bereaksi dengan asam
mineral melepaskan karbon dioksida (Daintith, 1997).

Indikator adalah suatu zat yang warnanya tergantung pada pH larutan di


mana zat tersebut ada di dalamnya. Indikator dapat digunakan dalam bentuk
padat atau cair. Metil jingga berwarna merah di bawa pH 3 dan kuning di
ata pH 4,5. Phenolphtalin todak berwarna di bawah pH 8,5 dan berwarna
merah jambu di atas pH 9,5 (Wertheim, 2000).

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen


iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang
biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah
suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat
aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar
primer (Basset, J, 1994).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut
titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen
(setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus
terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata,
yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam
sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu
reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).

Secara umum asidimetri dan alkalimetri biasanya diartikan sebagai titrasi


yang menyangkut asam dan basa. Diantaranya reaksinya adalah (Harjadi,
1993) :

a. Asam kuat dan basa kuat

b. Asam kuat dan basa lemah

c. Asam lemah dan basa kuat

d. Asam lemah dan basa lemah

e. Asam kuat dan garam dari asam lemah

f. Asam kuat dan garam dari basa lemah

D. Campuran Karbonat

Missal akan dibuat campuran antara NaOH, Na2CO3, NaHCO3, maka titrasi
dapat menggunakan apa yang terdapat, zat tunggal atau campuran, karena
adanya kemungkinan reaksi antara zat-zat yang di campur. Bila ada NaOH
dan NaHCO3 dicampur, maka terjadi reaksi membentuk Na2CO3 serta hasil
akhir pencampuran terdapat pencampuran tunggal atau bercampur dengan
NaOH, dan NaHCO3, tergatung dari zat mana yang lebih banyak ketika
dicampurkan. Cara titrasi ini sudah dibicarakan. Kiranya baik untuk dicatat
bahwa hasil titrasi dapat menyatakan secara kualitatif susunan
campuran(apa yang ada) disamping susunan kuantitatif (Harjadi,1993).

Campuran karbonat dan bikarbonat, atau karbon hidroksida dapat dititrasi


dengan HCl standar. Pada titik akhir pp NaOH dinetralkan lengkap Na2CO3
separuh dinetralkan dan HNO3- belum bereaksi. Dari titik akhir pp ketitik
akhir metil oranye karbonat akan dinetralkan. Hanya beberapa tetes titran
akan diperlukan oleh NaOH untuk menurunkan pH dari 8 ke 4 dan ini dapat
dikoreksi oleh suatu blanko indikator (Underwood, 2002).

E. Metode Kadar Karbonat Dalam analisis kuantitatif

Kadar karbonat menggunakan metode asidimetri. Metode asidimetri


merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang
bersiat basa dengan menggunakan baku asam. Asidimetri adalah asam yang
digunakan untuk menitrasi basa bebas, sedangkan alkametri adalah basa
yang digunakan untuk menitrasi asam bebas. Reaksi penetralan atau
asidimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam
penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidimetri ini melibatkan
titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang
berasal dari asam lemah. Reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan
ion hidroksida untuk membentuk air (Harjadi, 1993).

F. Manfaat Karbonat dan Bikarbonat

Kalsium karbonat (CaCO3) dapat digunakan dalam berbagai aplikasi seperti


perekat, sealant, makanan, obat-obatan, cat, pelapis kertas, semen, dan
bahan kontruksi. Dilaporkan bahwa pasar global kalsium karbonat pada
tahun 2011 dan 2016 masing-masinh sekitar 81 dan 98 ton. Nilai tambah
mineral karbonat melalui teknologi karbonasi mineral ex situ dapat
mengurangi sebagian biaya keseluruhan dalam CCS dan juga proses
karbonasi mineral in situ memiliki banyak aplikasi inrial-menyediakan
metode yang tepat untuk pembuangan dan daur ulang.(Chang, R., dkk,
2017).
III. Alat dan Bahan

A. Alat

Berikut beberapa alat yang digunakan dalam analisis kadar karbonat


dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam analisis kadar karbonat.


No. Nama alat Ukuran (mL) Jumlah
1. Botol timbang - 1
2. Buret 50 1
3. Corong kaca - 1
4. Erlenmayer 200 ; 100 1;2
5. Gelas beker 250 ; 100 1;2
6. Hot plate - 1
7. Kaca arloji - 1
8. Karet hisap - 1
9. Labu ukur 250 ; 100 1;3
10. Pengaduk kaca - 1
11. Pipa U - 1
12. Pipet tetes - 1
13. Pipet ukur 10 1
14. Pipet volume 10 1
15. Tabung reaksi - 1
B. Bahan

Berikut ini beberapa bahan yang digunakan dalam analisis kadar


karbonat dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam analisis kadar karbonat.


No. Nama bahan Massa (g) Volume Densitas Kadar
(mL) (g/mol) (%)
1. Aquades - Secukupnya - -
2. CaCO3 1,407035 - - 99,5
3. HCl 11,09797 9,326028 1,19 37
4. Methyl orange - 12 tetes - -
5. Na2CO3 - 15 - -
6. NaHCO3 - 15 - -
7. NaOH - - 99
8. Natrium 6,132583 - - 99,5
boraks

9. phenolphtalein - 6 tetes - -
IV. Digram Alir

1. Pembuatan Larutan Boraks 0,32 N

Boraks Kaca Neraca


6,1325 g arloji analitik

Gelas beker Aquades


100 mL secukupnya

Labu Ukur 100 Aquades


hingga
mL
tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 1. Diagram alir pembuatan larutan boraks 0,32 N.

2. Pembuatan Larutan HCl 0,45 N


𝐻𝐶𝑙
9,326 Pipet ukur Labu ukur Aquades
mL 10 mL 250 mL secukupnya

Labu ukur Aquades


Kocok hingga homogen hingga tanda
250 mL
batas

Gambar 2. Diagram alir pembuatan larutan HCl 0,45 N

3.Standarisasi Larutan Boraks dengan HCl


Larutan boraks HCl
10 mL 10,1333 mL

Erlenmeyer 2 tetes PP Buret

Titrasi

Perubahan warna dari bening


menjadi ungu

Catat volume 𝐻𝐶𝑙

Ulangi standarisasi sebanyak tiga kali

Catat volume rata-rata

Gambar 3. Diagram alir standarisasi larutan boraks dengan HCl.

4. Pembuatan Larutan NaOH

𝑁𝑎𝑂𝐻 Botol Gelas beker Aquades


1,979 g timbang 250 mL secukupnya

Labu ukur Aquades hingga


100 mL tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 4. Diagram alir pembuatan larutan NaOH


5. Pembuatan Larutan CaCO3

𝐶𝑎𝐶𝑂3 Kaca Gelas beker Aquades


1,407 g arloji 250 mL secukupnya

Labu ukur Aquades hingga


100 mL tanda batas

Kocok hingga homogen

Gambar 5. Diagram alir pembuatan larutan CaCO3

6. Analisis Kualitatif Karbonat

Larutan 𝐶𝑎𝐶𝑂3 15 mL 𝑁𝑎𝑂𝐻 10 mL

Erlenmeyer Tabung reaksi

Pipa U

CaCO3 dipanaskan pada suhu 85-90°C


selama kurang lebih 2 jam

Hot Plate

Mengamati endapan putih

Gambar 6. Diagram alir analisis kualitatif karbonat

7. Analisis Kuantitatif Karbonat


𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 5 mL + 𝑁𝑎𝐻 𝐶𝑂3 5 mL 𝐻𝐶𝑙

Erlenmeyer 2 tetes PP
Buret

Titrasi

Perubahan warna dari bening


menjadi ungu

Catat volume 𝐻𝐶𝑙

2 tetes indikator methyl orange

Titrasi hingga terjadi perubahan warna dari oramge menjadi


merah bata

Catat volume HCl

Ulangi titrasi 3 kali

Catat volume rata-rata HCl

Gambar 7. Diagram alir analisis kuantitatif karbonat


V. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Percobaan

Dari percobaan analisis karbonat yang telah dilakukan, diperoleh hasil


sebagai berikut :

1. Data hasil standarisasi larutan HCl dengan natrium boraks pada analisis
kadar karbonat

Tabel 3. Hasil standarisasi larutan HCl dengan natrium boraks.


No. Larutan Volume (mL) Volume Rata-rata
I II III
1. HCl 10,1 10 10,3 10,13333333
2. Natrium boraks 10 10 10 10

2. Data hasil analisis kualitatif karbonat dalam sampel pada analisis kadar
karbonat.

Tabel 4. Hasil analisis kualitatif karbonat dalam sampel.


No. Langkah Percobaan Perubahan yang terjadi
1. NaOH dengan CaCO3 Ada sedikit endapan
3. Data hasil analisis kuantitatif karbonat dalam sampel pada analisis kadar
karbonat.

Tabel 5. Hasil analisis kuantitatif karbonat dalam sampel + pp.


No. Larutan Volume (mL) Volume Rata-rata
I II III
1. HCl 17,2 17,3 17 17,16666667
2. Sampel + pp 10 10 10 10

Tabel 6. Hasil analisis kuantitatif karbonat dalam sampel + pp + mo.


No. Larutan Volume (mL) Volume Rata-
I II III rata

1. HCl 29,8 29,9 29,7 29,8


2. Sampel + pp + mo 10 10 10 10

B. Pembahasan

Analisi kadar karbonat dalam percobaan menggunakan dua langkah


yang di gunakan yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan cara proses pemanasan dan mengenai endapan yang
terbentuk. Sedangkan analisis kuantitatif yaitu analisis yang dipakai untuk
menentukan kadar suatu zat dengan cara titrasi. Metode yang digunakan
adalah titasi Asidimetri yaitu titrasi yang melibatkan basa bebas atau basa
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah,
dengan suatu basa standar.

Titrasi analisis kualitatif kadar karbonat dengan memanaskan larutan


CaCO3 di dalam Pipa U pada suhu 85-90 C selama kurang lebih 2 jam.
Karbondioksida yang dihasilkan akan bereaksi dengan NaOH dan
menghasilkan sedikit endapan. Adanya endapan, menandakan bahwa
sample tersebut mengandung sedikit karbonat. Reaksi yang terjadi adalah :
2 NaOH + CaCO3 NaCO3 + Ca(OH)2……….…..…………….(3)
CaCO3 CaO + CO2……………………………………………(4)

2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O……………………………..(5)

Sedangkan pada analisis kuantitatif karbonat terjadi sebanyak dua


kali. Reaksi awal Na2CO3 dan reaksi kedua NaHCO3 yang sama-sama
bereaksi dengan asam klorida (HCl). Jadi, dari hasil analisis kadar karbonat
dalam sampel yang dideteksi dengan cara memanaskan sampel.

Standarisasi HCl dengan larutan boraks dilakukan dengan cara


memberi indikator sebanyak 2 tetes indikator phenolphthalein kedalam
erlenmeyer yang berisi larutan boraks, kemudian di standarisasi dan di titrasi
hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu. Larutan asam
klorida (HCl) merupakan larutan standard sekunder dimana konsentasinya
mudah berubah sehingga harus di standarisasi dengan larutan primer contoh
larutan boraks. Dihasilkan perubahan warna oleh larutan standartnya itu
sendiri atau penambahan indikator. titik yang terjadi pada saat penambahan
indikator yang diebut dengan titik akhir titrasi, titik akhir titrasi sampai
dengan titik akhir teoritis (ekivalen). Titik ekivalen adalah jumlah teoritis
yang ekivalen dan jumlah titran mencapai jumlah yang teoritis.

Na2CO3 dan NaHCO3 yang di tempatkan di elenmeyer dan


ditambahkan indikator Phenolptalein dan methly orange masing masing 2
tetes. Kemudian di titrasi dengan asam klorida (HCl) reaksi yang terjadi :

NaCO3 + HCl NaCl + NaHCO3


PP

Terjadi perubahan warna pada reaksi diatas dari warna bening menjadi
ungu. Indikator pp di gunakan karena sifat asamnya, sehingga dapat
bereaksi dengan larutan basa (NaCO3). Indikator Phenolptalein bereaksi
pada pH 8,3 – 10. Selanjutnya larutan tadi ditambah dengan indikator methyl
orange dengan jangkauan pH 3,1-4,4 sebanyak dua tetes karena larutan
tersebut memiliki pH yang sesuai dengan trayek methyl orange kemudian
dilakukan titrasi kembali dengan larutan HCl yang ditandai dengan
perubahan warna dari orange menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi
adalah :

NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3

Mo

Natrium karbonat mengandung atom natrium, karbon, oksigen dan


memiliki massa molar 106 g/mol. Sedangkan natrium bikarbonat
mengandung atom natrium, karbon, oksigen bersama dengan atom
hydrogen dan memiliki massa molar adalah 84 g/mol.

Natrium karbonat digunakan sebagai bahan baku industri gelas kaca,


industri sabun dan detergen, industri kertas, industri tekstil, dan industri
metalurgi. Natrium bikarbonat digunakansebagai ragi untuk memasak,
untuk produksi baking powder, sebagai agen pengendalian hama, dan untuk
alkalinitas.

Pengaplikasian Natrium bikarbonat dalam dunia industri maupun


kehidupan sehari-hari yaitu dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kaca
dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam kolam renang untuk
menetralkan efek korosi dari klorin dan menaikkan pH.

Natrium bikarbonat untuk alkalinitas. Alkalinitas itu sendiri


merupakan pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam lemah. Salah
satu peran alkalinitas yaitu sebagai sistem penyangga. Bikarbonat yang
terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi yang berperan
sebagai penyangga perairan terhadap perubahan pH. Jika basa kuat
ditambahkan kedalam perairan maka basa akan bereaksi dengan asam
karbonat membentuk garam bikarbonat dan karbonat jika asam yang
ditambahkan kedalam perairan maka asam akan digunakan untuk
mengonversi karbonat menjadi bikarbonat dan bikarbonat menjadi asam
karbonat. Sehingga menyebabkan perairan dengan nilai alkalinities’ total
yang tinggi tidak mengalami perubahan pH secara drastis.
Penentuan kadar karbonat juga terdapat pada peraturan standar baku
mutu air, khususnya air minum. Air minum yang sehat memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan mikrobiologi. Dikhawatirkan adanya
kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, diperkirakan
mineral itu adalah ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) dalam
bentuk garam karbonat. Hal ini dapat dilihat bila sabun atau deterjen yang
digunakan sukar berbusa dan dibagian dasar peralatan yang di pergunakan
untuk merebus air terdapat kerak atau endapan. Ditetapkan standart
persyaratan konsentrasi Ca sebesar 75 – 200 ml/l.

C. Perhitungan

1. Normalitas HCl dari standarisasi HCl dengan boraks

Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi pada berat


ekivalen dalam gram per liter larutan. HCl merupakan senyawa
sekunder sehingga kenormalannya tidak dapat diukur secara teoritis
karena mudah menguap. Oleh sebab itu, dalam menghitung normalitas
HCl perlu distandarisasi dengan boraks terlebih dahulu, karena boraks
merupkan garam normal yang bersifat basa sehingga dapat bereaksi
dengan HCl. Normalitas HCl dari standarisasi dengan boraks adalah
0,3157 N yang didapatkan dari perhitungan 10,1333 mL volume HCl
dengan 10 mL volume boraks 0,32 N. perhitungannya dapat dilihat
dibawah ini :

V HCl x N HCl = V Boraks x N Boraks

10,1333 x N HCl = 10 x 0,32

= 0,315789 N

2. Menghitung Massa Karbonat dan Bikarbonat dalam Sempel

Untuk menghitung massa karbonat dan bikarbonat dalam sampel


diperlukan berat molekul Na2CO3 106 g/mol dan berat molekul NaHCO3
84 g/mol serta normalitas HCl 0,315789 N. Untuk menghitung massa
Na2CO3 menggunakan rumus [2(𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐻𝐶𝑙+𝑝𝑝 ) × 𝑁𝐻𝐶𝑙 ×
𝑏𝑚 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 100
× ] dan didapatkan massa Na2CO3 sebesar 5,746316 g.
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 10
Untuk menghitung massa NaHCO3 menggunakan rumus
[2(𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐻𝐶𝑙+𝑝𝑝+𝑚𝑜 − 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐻𝐶𝑙+𝑝𝑝 ) × 𝑁𝐻𝐶𝑙 ×
𝑏𝑚 𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂3 100
× ] didapatkan hasil massa NaHCO3 adalah 3,3511518
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 10
g. Untuk mengetahui perhitungannya lebih rinci dapat dilihat dibawah
ini :

D1. : BM Na2CO3 = 106 g/mol , valensi =2

BM NaHCO3= 84 g/mol, valensi = 1

NHCl=0,315789N

V rata-rata HCl+pp= hasil standarisasi kuantitatif karbonat

=17,16667mL

V rata rata HCl+pp+mo= hasil standarisasi kuantitaif karbonat


= 29,8 ml

D2 : massa Na2CO3 dan massa NaHCO3?

D3 : Massa Na2CO3 =[2(Vrata-rata HCl+pp)x NHCl x

= 34,33334 x 0,315789 x 530

= 5.746,316 mg

= 5,746316 g

Massa NaHCO3 = [( Vrata – rata HCl + PP + mo – V rata-rata HCl

+ PP)x N HCl x

= 12,63333 x 0,315789 x 840

= 3.351,1518 mg
= 3,3511518 g

3. Menghitung kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel

Dalam menghitung kadar karbonat dan bikarbonat dalam sampel,


diperlukan massa Na2CO3 seberat 5,746316 g dan massa NaHCO3
seberat 3,3511518 g yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya.
𝑚 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3
Untuk menghitung kadar Na2CO3 menggunakan rumus ×
10
100% didapatkan kadar Na2CO3 57,46%. Untuk menghitung kadar
𝑚 𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂3
NaHCO3 menggunakan rumus × 100% didapatkan kadar
10
NaHCO3 33,51%. Untuk mengetahui perhitungan secara lebih jelas
dapat dilihat dibawah ini :

D1 : Massa Na2CO3 = 5,746316 gram

Massa NaHCO3 = 3,3511518 gram

W = 10

D2 : Kadar karbonat dan bikarbonat?


𝑚 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3
D3 : Kadar Na2CO3 = × 100%
10

5,746316
= × 100%
10

= 57,46316%
𝑚 𝑁𝑎𝐻𝐶𝑂3
Kadar NaHCO3 = × 100%
10

3,3511518
= × 100%
10

= 33,511518%
VI. Kesimpulan

Dari percobaa analisis kadar karbonat yang telah dilakukan, kita dapat

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penentuan kadar karbonat secara kualitatif terdapat sedikit endapan


yang diakibatkan dari memanaskan CaCO3 dengan larutan NaOH. Adanya
endapan, menandakan bahwa sample tersebut mengandung sedikit
karbonat.
2. Pada penentuan kadar karbonat secara kuantitatif menggunakan titrasi
asidimetri dengan indikator pp serta mo dan larutan HCl standar. Dari titrasi
tersebut kita memperoleh kadar Na2CO3 adalah 57,46316% dan kadar
NaHCO3 adalah 33,5116%
DAFTAR PUSTAKA

Chang. 2007. “Kimia Dasar Konsep-konsep Inti”. Jakarta: Erlangga


Chang, R., dkk. 2017.”Calcium carbonate precipitation for CO2 storage and
utilization: A review of the carbonate crystallization and polymorphism”.
Fontiers in Energy Research, 5:17.
Daintith, J., 1997, “Kamus Lengkap Kimia”. Jakarta : Erlangga
Day, R.A. dan Underwood A.L. 2002. “Analisis Kimia Kuantitatif”. Edisi VI.
Jakarta : Erlangga.
Harjadi, W. 1993.”Ilmu Kimia Analitik Dasar”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Herpandi, dkk. 2019. “Efektivitas Natrium Bikarbonat(NaHCO3) Terhadap
Karakterisik Fisikokima dan Sensori Keripik Tulang Ikan Putak(Notopetrus
notopetrus)”.Jurnal Pengolahasan Hasil Perikanan Indonesia.22(2) :263272

Keenan,C. 1980. “Ilmu Kimia Untuk Universitas”. Edisi VI. Jakarta : Erlangga

Khopkar,S.M . 1998.”Konsep Dasar Kimia Analitik”. Universitas Indonesia.


Jakarta.

Soedarmadji, Slamet 1990.”Teknik Analisis Biokimia”. Yogyakarta: Liberty

Vogel . 1985.” Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semi Mikro”.
Edisi ke – 5. Jakarta : PT.Kaliman Media Pustaka.

Wertheim, J.2000. “Kamus Kimia Bergamba”r. Jakarta : Erlangga


VII. Lampiran

Analisis Galat

1. Standarisasi HCl

a. Galat Acak

b. Galat sistematis

= 0,05

c. Galat penggabungan

2. Analisis Kuantitatif Karbonat dalam Sampel + pp


a. Galat acak

b. Galat sistematis

= 0,05

c. Galat penggabungan

3. Analisis Kuantitatif Karbonat dalam Sampel + pp + mo


a. Galat acak

b. Galat sistematis

= 0,05

c. Galat penggabungan

Anda mungkin juga menyukai