Proposal 2121001 3
Proposal 2121001 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program 1000 hari
pertama kehidupan (HPK), karena kualitas manusia ditentukan sejak awal janin
bertumbuh di dalam tubuh seorang ibu. Salah satu kebijakan nasional dalam
Tahun 2009 bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK).
ganda (double burden) gizi lebih dan kurang. Sebagian anak mengalami obesitas,
namun sebagian lainnya mengalami stunting atau tubuh pendek, kurus, hingga
gizi buruk. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalansi
Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif. Oleh
karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi
bayi yang berumur enam bulan ke atas. ASI eksklusif merupakan makanan terbaik
yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua
zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap
berbagai penyakit. Bayi akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga
percaya diri, serta kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan (Andriani dan
Wirjatmadi 2012).
skala nyeri setelah melahirkan. Dampak positif tersebut sangat membantu ibu
untuk memiliki kondisi tubuh yang lebih sehat serta dapat meningkatkan
produktivitas kerja khususnya bagi ibu pekerja (Karyati dan Islami, 2014).
Pemberian ASI juga mempunyai dampak positif bagi lingkungan yaitu dapat
mengurangi sampah dunia yang berasal dari kaleng susu, karton dan kertas
Namun demikian, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI secara
negara di dunia sangatlah besar. Hal ini dikarenakan masih rendahnya cakupan
Emergency Fund (UNICEF) (2012), data 2012 cakupan rata-rata ASI eksklusif di
Indonesia memiliki rata-rata cakupan ASI hanya sebesar 47%-57% saja. Menurut
54,3%. Cakupan tersebut masih belum memenuhi target cakupan ASI eksklusif
Indonesia, yaitu sebesar 80%. Data terakhir dari Riskesdas tahun 2013
Dibandingkan dengan cakupan tahun 2009 (46.25%), pada tahun 2010 turun
menjadi 36,54%, tapi kembali naik tajam tahun 58,65% dan dalam kurun waktu 3
tahun terakhir (tahun 2011, 2012 dan 2013) terus mengalami peningkatan,
cakupan tahun 2013 sebesar 67,4%. Pada tahun 2017 cakupan ASI eksklusif di
dibandingkan dengan tahun 2016. Meskipun secara umum Kota makassar terjadi
sebesar 41,27%.
Masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Lawrence Green faktor yang mempengaruhi perilaku itu
dibagi menjadi 2, yaitu faktor non perilaku dan perilaku. Yang termasuk faktor
non perilaku diantaranya adalah dimana ASI idak mau keluar dan keadaan ibu
dari faktor perilaku dibagi menjadi 3 faktor, yakni faktor predisposisi, faktor
pengetahuan ibu mengenai penting dan manfaat ASI terutama ASI eksklusif untuk
bayinya, sikap ibu yang menggambarkan apakah ibu setuju untuk memberikan
ASI pada bayinya, dan pengaruh kepercayaan bahwa banyak kerugian dari ASI.
tempat tinggal ibu, dan yang terakhir adalah faktor pendorong yang meliputi
dukungan keluarga salah satunya suami yang dapat berupa semangat dan motivasi
Selain itu dukungan dari petugas kesehatan dalam pemberian motivasi kepada ibu
agar ibu tetap menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan, dan tidak
menganjurkan untuk memberikan susu formula bila keadaan ibu masih dapat
pengetahuan dan motivasi dari seorang ibu. Dengan memiliki pengetahuan yang
cukup dan memiliki motivasi maka seorang ibu akan senantiasa dan berusaha
menyusui bayinya
baik maka dia akan memiliki sikap atau perilaku yang lebih positif terhadap
sesuatu, sehingga pengetahuan tersebut sangat penting untuk mengubah perilaku
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, tatalaksana rumah sakit yang salah, dan
banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah (Suradi, 2004). Dengan
berbekalkan pengetahuan tentang ASI maka ibu akan mengetahui apa yang
didapatkan dengan pemberian ASI kepada bayi sehingga akan berdampak pada
dukungan keluarga serta tempat ibu bekerja menjadi penentu timbulnya motivasi
mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi ibu dengan pemberian ASI
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi ibu dengan
A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
B. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
tingkat pengetahuan dan motivasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja puskesmas I Denpasar Barat. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan
2. Manfaat Praktis
mamajang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun.
lebih. Hal ini karena setelah umur 6 bulan ASI tidak dapat
khusus untuk virus dan bakteri yang dihadapi ibu dan bayinya
malam hari, dari tegukan pertama sampai akhir setiap kali anak
10) kemudian menjadi ASI matur (setelah 10-14 hari). Pada saat
diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI cukup
2007)
a. Protein
mudah larut didalam air, sedagkan kasein tidak mudah larut dan
dalam ASI disebut bile salt stimulated lipase mulai bekerja dalam
Enzim ini tidak terdapat di dalam susu hewan atau susu formula.
Jadi, lemak yng terdapat di dalam ASI dicerna lebih sempurna dan
c. Karbohidrat
total energi pada ASI. Zat gizi ini merupakan komponen utama.
mineral lainnya.
d. Vitamin
lebih sedikit dari formula bayi. ASI terutama kolostrum kaya akan
e. Mineral
sapi. Zat besi ASI 50% dapat diserap sedangkan susu sapi hanya
10%, karena itu bayi yang mendapat ASI eksklusif pada 6 bulan
Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari
hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4
atau ke-7 (kolostrum), berbeda dengan ASI yang keluar dari hari
transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI
menit ke menit.
zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan
zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature).
Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang
sakitnya berat.
c. ASI menigkatkan kecerdasan
pertumbuhan otak.
genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini
sosialisasi (ASAH).
cepat. Pada saat lahir, otak telah mencapai pertumbuhan 25% dari
otak dewasa, dan telah mengandung 100 miliar sel otak (neoron)
70% dari otak dewasa. Selain itu 75-80% sel otak yang sudah
tentram, terutama
karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah
ibu mereka.
berlawanan.
karena gratis.
Eksklusif
a. Umur
emosi yang lebih stabil dibandingkan usia yang lebih muda. Usia
ibu akan mempengaruhi kesiapan emosi ibu. Usia ibu yang terlalu
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
Salah satu alsan yang paling sering dikemukakan bila ibu
2004).
d. Pengetahuan
e. Motivasi
Motivasi bisa datang dari dalam diri individu itu sendiri atau dari
luar individu.
f. Kondisi kesehatan
h. Sikap
(Foot et al, 2005). Sikap berkaitan erat dengan pola pikir dan
sikap yang diyakininya. Sikap juga bagian dari tingkah laku dan
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan suatu aktivitas yang menempatkan
untuk kerja.
2. Tujuan Motivasi
berikut :
b. Meningkatkan produktivitas
d. Meningkatkan kedisiplinan
tugasnya
3. Sumber-sumber Motivasi
a. Motivasi instisik
b. Motivasi ektrins
saja dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman
c. Motivasi terdesak
3) perilaku.(Notoadmodjo, 2010)
a. Tes Proyektif
ada dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang
b. Kuesioner
dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut,
kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita.
c. Observasi Perilaku
a. Faktor Fisik
sesuatu
i. Pengetahuan
pengetahuannya.
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
penciuman, rasa dan raba. Selain itu melalui mata dan telinga
suatu
enam tingkatan :
a. Tahu (know)
1. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang
Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (appication)
materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata.
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
obyek.
ilmiah, dan b) Cara modern atau cara ilmiah, yakni melalui proses
penelitian.
antara lain meliputi : 1). Cara Coba Salah (Trial and Error)
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi
ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau
metode coba salah (coba-coba).
Hal
2) Secara Kebetulan
diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena
yang
beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal- hal yang nyata,
10) Deduksi
yang khusus.
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
ciri atau unsur- unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala.
research method).
3. Sumber Pengetahuan
d. Indra
e. Akal
akal.
f. Intuisi
hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat
4. Pengukuran Pengetahuan
tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan
dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan
k. Sosial ekonomi,
yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.
a. Sosial Ekonomi
bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan
tinggi pula.
karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan
d. Pengalaman
(Lestari, 2015)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Gambar 1.
Tabel1
.
A. Kesimpulan
eksklusif.
p = 0,617.
Lampiran 1
(INFORMED CONSENT)
*penelitian/Wali.
Kuisioner
Penelitian
PETUNJUK PENGISIAN
A. IDENTITAS SAMPEL
Kode Sampel :
Nama Ibu :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Nama Anak :
DAFTAR PERTANYAAN
C. MOTIVASI
Keterangan:
ST : Setuju RG : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
No Motivasi ST RG TS
1 Saya ingin menyusui agar bayi saya lebih sehat
Saya khawatir bila bayi saya tidak mendapatkan ASI sejak
2
dini
Saya tidak merasa takut payudara menjadi berubah apabila
3
saya memberikan ASI kepada bayi saya
Saya tetap berusaha memberikan ASI, walaupun saya sulit
4 menyusui
Saya menghentikan pemberian ASI karena saya sibuk
5
bekerja
Saya akan berhenti menyusui jika payudara saya bengkak
6
dan terasa nyeri
Saya merasa sudah memenuhi kewajiban saya bila saya
7
sudah memberikan ASI saja selama 6 bulan
8 Saya melakukan perawatan khusus pada payudara agar
dapat memberlancar ASI
Saya selalu mengonsumsi makanan yang bergizi agar ASI
9
lancar
10 Saya merasa ASI saja yang saya berikan akan membuat bayi
saya tercegah dari berbagai penyakit
NO Kegiatan YA TIDAK
1. Apakah ibu memberikan ASI saja tanpa
memberikan makanan tambahan ?
2. Apakah karena kesibukan ibu sehari-hari
sehingga ibu memberikan makanan tambahan
atau susu formula ?
3. Apakah ibu mengalami penyakit tertentu
sehingga ibu tidak bisa memberikan ASI ?
4. Apakah ibu pernah dianjurkan oleh dokter
atau bidan disaat ASI ibu tidak / sedikit
keluar ?
5. Apakah jika sibuk ibu menyiapkan ASI perah
?
6. Apakah ibu tidak diperbolehkan oleh suami
memberikan ASI eksklusif ?
7. Apakah di lingkungan sekitar ibu
memperbolehkan memberikan makanan
tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan ?
8. Apakah ibu akan berhenti menyusui bila ASI
ibu tidak keluar atau terjadi masalah pada
payudara ?
9. Apakah ibu ingin menggunakan susu formula
pada bayi karena menurut ibu gizinya lebih
banyak ?
10. Apakah ibu mendukung gerakan pemberian
ASI eksklusif ?
Lampiran 3
𝑁. 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
(𝑁 − 𝑃)𝐷 + 𝑃(1 − 𝑃)
61,25
𝑛=
0,61 + 0,25
61,25
𝑛=
0,86
𝑛 = 71,22
𝑛 = 71 orang
Jadi, jumlah sampel yang akan digunakan penelitian ini sebanyak 71 orang
Untuk pengambilan sampel pada wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar
Barat yaitu dengan cara multi stage random sampling. Yng pertama undi Desa
yang akan dipilih yaitu sebanyak 2 Desa, yang terpilih yaitu Desa Tegal Kertha
dan Kelurahan Pemecutan. Setelah itu tentukan berapa Banjar yang digunakan
Diketahui :
Sampel 71 anak -> dengan rata-rata anak yang berumur 6-24 bulan di setiap
banjar yaitu 10 anak.
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑛𝑎𝑘
71
𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟 =
10
= 10 Banjar
Dari 2 Desa diambil hanya 10 Banjar untuk menentukannya yaitu sebagai berikut :
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟 𝑑𝑖
𝐷𝑒𝑠𝑎 = 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝𝐷𝑒𝑠𝑎 𝑥 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
8
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑡ℎ𝑎 = 𝑥 7 = 3 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟
22
14
𝑃𝑒𝑚𝑒𝑐𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑥 7 = 4 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑎𝑟
22
Dari setiap Desa setelah di random, Banjar yang terpilih sebagai berikut :
Desa Tegal Kertha :
1. Banjar Tegal Wangi (23 baduta)
2. Banjar Mertha Gangga (22 baduta)
3. Banjar Bhuana Asri (17
baduta) Kelurahan Pemecutan :
1. Banjar Kerandan (14 baduta)
2. Banjar Alang Kajeng Gede (10 baduta)
3. Banjar Alang Kajeng Menak (8 baduta)
4. Banjar Penyaitan (9baduta)
Populasi baduta dari 7Banjar yaitu 103 baduta.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dari setiap banjar
yaitu sebagai berikut :
23
1. Banjar Tegal Wangi = x 71 = 16
103
2. Banjar Mertha Gangga = 22 x 71 = 15
103
3. Banjar Bhuana Asri = x 71 = 12
17
103
103
Jadi dari 5 Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat
diambil 2 Desa secara random yaitu Desa Tegal Kertha dan Kelurahan
Pemecutan. Desa Tegal Kertha terdapat 8 Banjar dan Kelurahan Pemecutan
terdapat 14 Banjar, jadi dari 2 Desa tersebut terdapat 22 Banjar. Kemudian dari 8
Banjar yang ada di Desa Tegal Kertha dipilih 3 Banjar secara random yang
terpilih yaitu Banjar Tegal Wangi, Mertha Gangga dan Bhuana Asri. Dari 14
Banjar yang ada di Kelurahan Pemecutan dipilih 4 Banjar secara random yang
terpilih yaitu Banjar Kerandan, Alang Kajeng Gede, Alang Kajeng Menak dan
Penyaitan. Lalu untuk ibu baduta yang akan dijadikan sampel setiap banjar
dirandom untuk dijadikan sampel yang jumlahnya sudah ditentukan dengan cara
proporsional.
Lampiran 4
Ethical
Clearance
Lampiran 5
IP.I9650I01I98602l 0I4
Tembusan disarnoaikan
1. Walikota Denpasar
(sebagai laporan) 2, Yang
Bersangkutan
3. Arsip