Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
DEMAM TYPOID
DISUSUN
WIDYA ULFA ( 2202033 )
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mari panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan.
Laporan pendahuluan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
pembimbing, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan pendahuluan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah membantu dalam
pembuatan laporan pendahuluan ini.
Laporan pendahuluan ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan satu persyaratan mata
kuliah Keperawatan Dasar I Dan II di program studi D3 Keperawatan STIKES Panakkukang.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat
2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
halus(terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis
oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak di dalam makrofag dan masuk ke
sirkulasi darah (bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi
selama 7-14 hariBakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plakpayer.
Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan translokasike dalam folikel limfoid
intestin dan aliran limfe mesenterika danbeberapa bakteri melewati sistem
retikuloendotelial di hati dan limpa.Pada fase ini bakteri juga melewati organ hati dan
limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di
sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darahuntuk kedua kalinya
(bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofagmengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, makaterjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah
sitokin.Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya demam, malaise,myalgia,
sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama
dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat
timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus di minggu ketiga. Terbentuknya
ulkusini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salahsatu komplikasi
yang cukup berbahaya dari demam typhoid
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun antibodi yang dihasilkan
tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah
1: 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif
dari infeksi salmonella typhí.
6.Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam
1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas kien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utamu
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau dernam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam
beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan.
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diet/sensitive misalnya buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak. Penurunan
lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa
pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
b) Pola eliminasi
Eliminasi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan
demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka
segala kebutuhan dibantu. Pembatasan aktivitas kerja sampai dengan efek proses penyakit.
d) Pola kenyamanan (nyeri)
Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan defakasi). Titik nyeri
berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, foofobia.
e) Pola aktifitas, tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh, kelemahan, kelelahan,
malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, merasa gelisah dan ansietas.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak
psikologi klien.
g) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, permbaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami
kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
h) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus
bed rest total.
1) Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dinmwat di rumah sakit
sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
j) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya
k) Pola tata nilai dan kepercayaan Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total
dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38- 41° C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah, takhikardi (respon
terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri) Kemerahan, area ekimosis (kekurangan
vitamin K). Hipotensi termasuk postural.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut
agak kusam. Kulit dan membran mukosa seperti turgor buruk. kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas). mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas,
terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel
darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000-4000 /mm²
ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu hilangnya cosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium
panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat
rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
2) Pemeriksaan urine Didaparkan proteinuria ringan (<2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan
lekosit dalam urine.
3) Pemeriksaan tinja Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus
dan perforasi
4) Pemeriksaan bakteriologis Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella
dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun antibodi yang dihasilkan
tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah
1: 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif
dari infeksi Salmonella typhi.
6) Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
komplikasi akibat demam tifoid.
H.Diaonosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/z/27866481?sid=361497381704933036
https://www.academia.edu/37736740/LAPORAN_PENDAHULUAN_DEMAM_THYPOID