Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPOID

DISUSUN
WIDYA ULFA ( 2202033 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR


TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mari panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan.

Laporan pendahuluan ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
pembimbing, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan pendahuluan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah membantu dalam
pembuatan laporan pendahuluan ini.

Laporan pendahuluan ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan satu persyaratan mata
kuliah Keperawatan Dasar I Dan II di program studi D3 Keperawatan STIKES Panakkukang.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat

untuk kita semua.


A. Defenisi
1. Pengertian Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan, dan minuman
yang terkontaminasi .Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang
sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran
2. Etiologi
Demam Typhoid penyakit typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thposa /
Eberthela thyposa yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup
baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada
suhu 70oC dan antiseptik.
Salmonella thyphosa mempunyai 3 macam antigen yaitu:
a. Antigen O: Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)
b. Antigen H: Hauch (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifattermolabil.
c. Antigen V: kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman danmelindungi O antigen
terdapat fagositosis.
Salmonella parathyphi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada duasumber penularan Salmonella
typhi yaitu pasien dengan demam thypoiddan pasien dengan carrier. Carrier adalah orang yang
sembuh dengandemam typoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinjadan air
kemih selama lebih dari satu tahun.

B. Patofisiologi Demam Typhoid


Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Bakteri
Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif ananerob fakultatif. Bakteri Salmonella
akan masuk kedalam tubuh melalui oral bersama dengan makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung olehasam lambung.
Sebagian bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di
ileum dan jejunum untuk berkembangbiak. Bila sistem imun humoral mukosa (IgA) tidak
lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus
halus(terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis
oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak di dalam makrofag dan masuk ke
sirkulasi darah (bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi
selama 7-14 hariBakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plakpayer.
Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan translokasike dalam folikel limfoid
intestin dan aliran limfe mesenterika danbeberapa bakteri melewati sistem
retikuloendotelial di hati dan limpa.Pada fase ini bakteri juga melewati organ hati dan
limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di
sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darahuntuk kedua kalinya
(bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofagmengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, makaterjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah
sitokin.Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya demam, malaise,myalgia,
sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama
dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat
timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus di minggu ketiga. Terbentuknya
ulkusini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salahsatu komplikasi
yang cukup berbahaya dari demam typhoid
C. Patwhay
D. Manifestasi Klinis Demam Typhoid
Gejala klinis demam typhoid yang terjadi ialah pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunaster
singkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.Sedangkan, jika infeksi
melalui minuman masa tunas terlama berlangsung30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin
ditemukan gejala prodromal,yaitu perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut.
a. DemamDemam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat febris remitten
dan suhu seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat setiap hari, menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur
turun dan normal pada akhir minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah,
lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang diseratai tremor,anoreksia,
mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung,hepatomegali, dan spenomegali,
kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan keasadaran Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah. Masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan
rincian sebagai berikut:
1) Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore haridan malam hari. Dengan keluhan
dan gejala demam, nyeri otot,nyeri kepala, anoreksia, dan mual batuk, epistaksis,obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak perut.Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial.

2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
halus(terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis
oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak di dalam makrofag dan masuk ke
sirkulasi darah (bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi
selama 7-14 hariBakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plakpayer.
Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan translokasike dalam folikel limfoid
intestin dan aliran limfe mesenterika danbeberapa bakteri melewati sistem
retikuloendotelial di hati dan limpa.Pada fase ini bakteri juga melewati organ hati dan
limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di
sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darahuntuk kedua kalinya
(bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofagmengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, makaterjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah
sitokin.Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya demam, malaise,myalgia,
sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama
dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat
timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus di minggu ketiga. Terbentuknya
ulkusini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salahsatu komplikasi
yang cukup berbahaya dari demam typhoid

E. Pemeriksaan Penunjang Demam Typhoid


1. Pemeriksaan Darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi,
hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam
peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000-4000/mm ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada
minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin. Laju endap darah meningkat.
2. Pemeriksaan urin
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
3. Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella typhi dan biakan darah tinja,
urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5. Pemeriksaan serologis

Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun antibodi yang dihasilkan
tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah
1: 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif
dari infeksi salmonella typhí.
6.Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam

F. Penatalaksanaan Demam Typhoid


pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu perawatan, diet dan obat-obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah- ubah pada waktu-waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia
hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi air kemih.
2. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring. kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena usus perlu diistirahatkan.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini dapat diberikan dengan
aman pada pasien demam tifoid.
3. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:
a.Kloramfenikol
b. Thiamfenikol
c. Ko-trimoksazol
d. Ampisillin dan Amoksisilin
e. Sefalosporin generasi ketiga
f. Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik:
a Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).
b. Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
c. Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta
berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.

G. Fokus pengkajian Keperawatan


Dasar data atau data fokus pengkajian klien dengan demam thypoid antara lain:

1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas kien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utamu
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau dernam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam
beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan.
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali, penurunan berat badan, tidak toleran
terhadap diet/sensitive misalnya buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak. Penurunan
lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa
pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
b) Pola eliminasi
Eliminasi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan
demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka
segala kebutuhan dibantu. Pembatasan aktivitas kerja sampai dengan efek proses penyakit.
d) Pola kenyamanan (nyeri)
Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (mungkin hilang dengan defakasi). Titik nyeri
berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, foofobia.
e) Pola aktifitas, tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh, kelemahan, kelelahan,
malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare, merasa gelisah dan ansietas.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak
psikologi klien.
g) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, permbaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami
kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
h) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus
bed rest total.
1) Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dinmwat di rumah sakit
sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
j) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya
k) Pola tata nilai dan kepercayaan Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total
dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38- 41° C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah, takhikardi (respon
terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri) Kemerahan, area ekimosis (kekurangan
vitamin K). Hipotensi termasuk postural.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut
agak kusam. Kulit dan membran mukosa seperti turgor buruk. kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas). mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas,
terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel
darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000-4000 /mm²
ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu hilangnya cosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium
panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat
rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
2) Pemeriksaan urine Didaparkan proteinuria ringan (<2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan
lekosit dalam urine.
3) Pemeriksaan tinja Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus
dan perforasi
4) Pemeriksaan bakteriologis Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella
dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Adapun antibodi yang dihasilkan
tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah
1: 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif
dari infeksi Salmonella typhi.
6) Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
komplikasi akibat demam tifoid.

H.Diaonosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/z/27866481?sid=361497381704933036
https://www.academia.edu/37736740/LAPORAN_PENDAHULUAN_DEMAM_THYPOID

Anda mungkin juga menyukai