Filsafat Ilmu Dan Filsafat Integrasi Ramadhan
Filsafat Ilmu Dan Filsafat Integrasi Ramadhan
Oleh :
MUH RAMADAYAN YAMIN
2023040202015
selalu tercurah kan kepada baginda Rasulullah SAW, sang idolah sejati yang
kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dr. Muh. Shaleh, M.Pd. yang telah
membimbing penulis selama ini. Tentunya makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
B. Pengertian Multidisiplin...............…………....................................7
C. Pengertian Transdisiliner........................................................9
A. Latar Belakang
Ilmu memiliki peran yang sangat penting dalam Islam. Tidak ada agama yang
seperti Islam dan tidak ada kitab suci seperti Al Qur’an yang sangat mengutamakan ilmu,
dan memerintahkan penganutnya untuk mencari ilmu. Islam adalah agama keselamatan
hakikatnya semua yang ada di alam raya ini termasuk hasil cipta dan karsa (budaya)
manusia merupakan milik dan berasal dari Allah SWT.Saat ini kita memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, terlihat dari cabang-
cabangnya. Kondisi ini didukung oleh gereakan spesialisasi bidang-bidang kajian. Pada
dasarnya perkembangan cabang-cabang ilmu bermula dari dua kelompok besar, yaitu
filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu alam (natural sciences) dan non ilmu-
ilmu alam (non natural sciences)Allah SWT memberi perangkat bagi manusia untuk
memproduksi ilmu pengetahuan didasarkan dari potensinya yang berupa akal, indra dan
in putnya berupa alam raya dan isinya yang masih asli dan input produksi manusia itu
sendiri.Ilmu pengetahuan pada perkembangannya dapat berasal dari sumber agama atau
sumber empiris atau yang menjadi penggabungan keduanya. Keterpaduan ilmu agama
Islam dengan ilmu pengetahuan atau sebaliknya mengandung pengertian bahwa pada
dasarnya seluruh ilmu bersumber dari Allah SWT dan pada akhirnya semua manifestasi
C. Tujuan
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program
penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis (Prentice,
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Studi interdisipliner yang
dimaksud adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang
normatif secara bersamaan. Pentingnya pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari
hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya dalam
mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya
dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik
misalnya. Contohnya dalam memahami ayat al qur’an seperti tentang poligami, walaupun
secara tekstual memiliki makna adanya kebolehan seorang melakukan poligami, tapi
kajian budaya lokal, kajian psikologis seorang istri, norma sosial atau adat dimana kita
Istilah yang perlu diketahui maknanya dulu adalah multidisipliner yang terangkai
dengan pendidikan Islam. Pemahaman terhadap makna multisipliner ini sangat membantu
pendidikan Islam multidisipliner. Namun terdapat beberapa istilah lainnya yang memiliki
multidisipliner dengan istilah lainnya yang mirip itu. Setya Yuwana Sudikan melaporkan
istilah ini muncul dengan penekanannya masing masing sehingga masih bisa dibedakan
dengan jelas istilah satu dengan istilah lainnya. Dari enam istilah tersebut, ada tiga istilah
multidisipliner.
Pendekatan interdisipliner ini memiliki ciri utama sudut pandang ilmu serumpun yang
terintegrasi. Masih menurut Prentice yang dikutip Rahmat, trandisipliner adalah upaya
mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu
serumpun yang relevan secara terpadu. Yang dimaksud dengan ilmu serumpun ialah
ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun Ilmu-Ilmu Kealaman
(IIK), rumpun Ilmu Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Budaya (IIB) sebagai
alternatif. Ilmu yang relevan maksudnya ilmu-ilmu yang cocok digunakan dalam
pemecahan suatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang
digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain
secara tersirat (implicit) merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau
uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri
atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan indisipliner ini adalah
B. Multidispliner
hanya berdasarkan satu disiplin saja, tapi melibatkan beberapa disiplin lain secara
bersamaan. Dengan begitu, dapat memperkaya persepektif dari beberapa disiplin ilmu.
Multidisiplin bersifat adiktif, yaitu pendekatan dari berbagai disiplin tana terjadi interaksi
antar disiplin.
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak
lmu yang relevan. Ilmu ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu
Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH)
pendekatan ini dengan tegas tersurat dikemukakan dalam suatu pembahasan atau uraian
termasuk dalam setiap urain sub-sub uraiannya bila pembahasan atau uraian itu terdiri
atas sub-sub uraian, disertai kontribusinya masing masing secara tegas bagi pencarian
jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan
multidisipliner ini adalah multi banyak ilmu dalam rumpun ilmuyang sama
C. Trandisipliner
Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan
relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil
pendidikan formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut.
Ilmu yang berada di luar keahlian yang akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau
lebih ilmu. Namun, biasanya untuk keperluan kedalaman pembahasan orang itu hanya
menggunakan satu ilmu saja di luar keahliannya itu. Ilmu yang relevan digunakan bisa
dalam rumpun Ilmu Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu sosial (IIS), atau rumpun
Ilmu Ilmu Humaniora (IIH) sebagai alternatif. Penggunaan ilmu atau ilmu-ilmu dalam
pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini bisa secara tersirat atau tersurat, tetapi
akan lebih baik dan biasasnya memang tersurat. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan
karena dianggap melanggar etika keilmuan oleh para ahli ilmu terutama oleh mereka
yang ilmunya digunakan oleh orang yang bukan ahlinya itu. Akan tetapi, dewasa ini hal
itu dimungkinkan karena pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(ipteks) lagi pula kompleksnya permasalahan yang pada umumnya sulit dipecahkan oleh
hanya dengan pendekatan satu ilmu (pendekatan monodisipliner) saja. Bahkan pada saat
yang sama diterima baik oleh kalangan ilmuan termasuk oleh ilmuan ahlinya asalkan
dalam pemecahan suatu masalah itu menunjukkan kualitas dan kebenaran yang memadai.
memecahkan suatu masalah menggunakan satu ilmu di luar ilmu keahliannya itu
b) ilmu yang digunakan berada dalam rumpun ilmu yang sama dengan ilmu
keahlian utamanya
c) memahami dengan baik ilmu yang digunakan di luar keahlian ilmu utamanya
itu
d) menunjukkan hasil dengan kualitas dan kebenaran yang memadai. Ciri pokok
pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau
melintasnya.
bukan sesuatu yang baru. Hanya saja popularitasnya mulai tampak setelah karya Amin
Abdullah diterbitkan di penghujung tahun 2020 Maraknya acara bedah buku atas buku ini
mengingat pada masa ketika dan pasca pandemi Covid-19, kolaborasi beragamdisiplin,
baik dalam lingkup Multi,Inter,dan juga Lintas Disiplin ilmu (Transdisiplin) menjadi
suatu yang mutlak dalam memahami kompleksitas kehidupan umat. Pun begitu juga
dengani lmu-ilmu keislaman, mau tidak mau, harus “duduk bareng” dengan kajian sains
Selain itu, di tahun yang sama, lahir juga karya serupa yang juga berfokus pada
pendidikan Islam dan semangat integrasiny Akni bukunya Mujamil Qomar Pendidikan
Linearitas ilmu dan pendekatan Monodisiplin dalam rumpun ilmu agama akan berbias
Keseluruhan ikhtiarini pada gilirannya mengarah kan kita untuk mengkonstruk ulang
metodologi ilmu-ilmu keislaman, yang dimulai dari filsafat ilmu dan filsafat ilmu-ilmu
keislaman itu sendiri hingga ke proses dan implementasinya dalam praktik pendidikan
menjadi hal yang urgent bagi keilmuan agama baik di masa sekarang ataupundi masa
yaitu ilmu agama, ilmu flsafat, dan ilmu umum (sains), dengan tujuan mempertemukan
lagi sains dengan ilmu-ilmu agama. Adapun pengejawantahnnya pada ranah materi
dalam paket kurikulum. Kedua, model penamaan mata kuliah yang menunjukkan model
korelasi antara 2 (dua) disiplin ilmu, sains dan agama. Ketiga, model pengintegrasian
materi ajar/kuliah ke dalam tema-tema suatu mata pelajaran atau mata kuliah
BAB III
PENUTUP
ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu-ilmu Humaniora (IIH). Ilmu-ilmu Kealaman (IIK) khususnya
adalah disiplin ilmu yang mempelajari penggunaan anestesi; Dermatologi adalah ilmu
yang mempelajari kulit dan penyakitnya; Kedaruratan medis adalah ilmu yang
memusatkan pada diagnosis, dan perawatan dari penyakit akut seperti trauma. Ilmu
penyakit dalam berpusat pada masalah penyakit sistemik terutama pada pasien dewasa
seperti masalah penyakit yang dapat merusak seluruh tubuh. Ilmu ini banyak menurunkan
Rheumatologi. Di pihak lain, Ilmu-ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu-ilmu Humaniora (IIH)
Dalam Ilmu-ilmu Kealaman (IIK), para peneliti yang berbeda keahliannya saling
dalam Ilmu-ilmu Sosial (IIS) dan Ilmu-ilmu Humaniora (IIH), seorang ahli berkeinginan
lebih komprehensif. Oleh sebab itu, munculnya berbagai bidang ilmu bantu seperti:
Sosiologi Sastra, Psikologi Sastra, Antropologi Sastra, Filsafat sastra, Ekologi Sastra, dan
terakhir Cultural Studies (Kajian Budaya). Teori-teori baru pun bermunculan yang
merupakan gabungan atau perpaduan teori-teori sebelumnya karena para ahli merasa
Saran
Di sarankan kepada pembaca, supaya lebih memahami tentang
selain makalah ini. Karena makalah ini jauh dari kata Sempurna untuk di jadikan
sebuah buku pedoman dalam sistem pembelajaran dan penulis mengharapkan saran
Adamson, Joni and Kimberly N. Ruffin (ed.). 2013. American Studies, Ecocriticism, and
Citizenship: Thinking and Acting in the Local and Global Commons. New York:
Routledge.
Albrecht, Milton C. dkk. (eds.) 1970. The Sociology of Art and Literature: a Reader.
Jalasutra.
Barker, Chris and Dariusz Galasin Aski. 2001. Cultural Studies and Discource Analysis:
2002. Making Sense of Cultural Studies: Central Problems and Critical Debates.
Martin and Anne Beezer. 2005. Reading into Cultural Studies. London - New York:
Routledge. Campbell, Neil and Alasdair Kean. 1997. American Cultural Studies:
Jujun S. Suriasumanteri. Islam dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik, Jakarta
Gramedia,1993
Kontowijoyo, islam sebagai ilmu: epistimologi, metodologi dan etika, jakarta
Teraju,2005
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat (V; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992),
Lukman Hakim, Filsafat ilmu dan logika Dialektika perubahan (Klaten;
Lakeisha,2020)
Radeneaea Imri’atun Istikomah dan Abdul Wachid, Filsafat Sebagai Landasan
Ilmi Dalam Pengembangan Sain, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol.4, No.1, P.61,2021
Bambang Sugianto, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (wonosobo; Bambang
Sugianto, 2018)