Anda di halaman 1dari 39

ANTARA PANDEMI & KEMISKINAN

DI KAB KUNINGAN PROV. JAWA BARAT

Dr. Ardi Adji


Pokja Kebijakan TNP2K

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia

19 Agustus 2021 1
Tingkat Kemiskinan dan
Jumlah Penduduk Miskin 2014-2021
Terjadi Penurunan Jumlah Penduduk Miskin Dalam 5 Tahun Terakhir
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)

29 13

Presentase Penduduk Miskin (%)


28 12
11.25 11.22 11.13
10.96 10.8610.70
27 10.64 11
10.12 10.1910.14
9.82 9.66 9.78
26 9.41 9.22 10

25 9

24 8
28.28 27.73 28.59 28.51 28.01 27.76 27.77 26.58 25.95 25.67 25.14 24.79 26.42 27.55 27.54
23 7
Mar-14

Sep-15

Sep-16
Sep-14

Mar-16

Sep-17
Mar-15

Mar-17

Sep-18

Sep-19
Mar-18

Mar-19

Mar-20

Sep-20

Mar-21
Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Tingkat Kemiskinan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik,; Berdasarkan Data Susenas Bulan Maret & September

2
Tingkat Kemiskinan dan Jumlah
Penduduk Miskin Berdasarkan Provinsi
Maret 2021
Tingkat Kemiskinan menurut Provinsi (%) Jumlah Penduduk Miskin (000)

BALI 4.53 KALIMANTAN UTARA


DKI JAKARTA KEP. BANGKA BELITUNG
KALIMANTAN SELATAN MALUKU UTARA
KEP. BANGKA BELITUNG KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TENGAH KEP. RIAU
KEP. RIAU SULAWESI BARAT
KALIMANTAN TIMUR GORONTALO
SUMATERA BARAT SULAWESI UTARA
BANTEN BALI
MALUKU UTARA KALIMANTAN SELATAN
RIAU
PAPUA BARAT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
JAMBI
SULAWESI UTARA
BENGKULU
JAMBI
JAWA BARAT SULAWESI TENGGARA
SULAWESI SELATAN MALUKU
SUMATERA UTARA KALIMANTAN BARAT
INDONESIA 10.14 SUMATERA BARAT
SULAWESI BARAT SULAWESI TENGAH
JAWA TIMUR RIAU
SULAWESI TENGGARA DKI JAKARTA
JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA
LAMPUNG NUSA TENGGARA BARAT
DI YOGYAKARTA SULAWESI SELATAN
SUMATERA SELATAN ACEH
SULAWESI TENGAH BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT PAPUA
BENGKULU LAMPUNG
ACEH SUMATERA SELATAN
GORONTALO NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU SUMATERA UTARA
NUSA TENGGARA TIMUR
JAWA TENGAH
PAPUA BARAT
JAWA BARAT
PAPUA
JAWA TIMUR
0 5 10 15 20 25 30 0 1000 2000 3000 4000 5000
Sumber: BPS, Maret 2020

3
Kondisi Kemiskinan Kab. Kuningan Lebih Tinggi dari Nasional dan
Jawat Barat (Maret 2019)
Tingkat Kemiskinan Jawa Barat lebih rendah dari Sebagian besar penduduk miskin di Jawa
tingkat kemiskinan Nasional, sedangkan Kab. Barat berada di wilayah Perkotaan
Kuningan Lebih tinggi dari Nasional (%)

12.82
2,725.91

9.79

7.88

1,194.33

Kab Kuningan Prov Jawa Barat Indonesia Perkotaan Jabar Perdesaan Jabar
Sumber: BPS, Maret 2020
Dari 3,920 230 jiwa Penduduk Miskin di
Jawa Barat, 2,7 juta berada di Perkotaan
4
Kab Kuningan Termasuk kedalam urutan 3 Kab/Kota Termiskin di
Prov Jawa Barat

5
Dari Sisi Jumlah Penduduk Miskin, setara dengan 139 ribu Jiwa

6
Penurunan jumlah penduduk miskin dalam 10 tahun belakangan ini mencapai
30 ribu jiwa (sekitar 3000 jiwa per tahun), apabila tidak dilakukan percepatan,
diperkirakan butuh waktu 41 Tahun lagi (2061) agar kemiskinan Kab.Kuningan
mencapai 0 % ☺

7
Penurunan jumlah penduduk miskin dalam 10 tahun belakangan ini mencapai 13 ribu jiwa
(sekitar 1300 jiwa per tahun)

8
Kuningan menjadi salah satu wilayah priritas penurunan
Kemiskian di Jawa Barat

9
Tingkat Kerentanan Kemiskinan di Indonesia Relatif
Tinggi
Mencegah individu dan rumah tangga untuk
jatuh atau bertahan dalam kemiskinan.

20 1,6 x GK = Rp. 734.315 (96,59 Jut


18 35,74%)
Mobilitas 1,2 x GK = Rp. 550.736 (48,39 Jut
Jumlah Orang Miskin (juta)

15 17,91%)
masyarakat Garis Kemiskinan September 20
keluar masuk 13
Rp 458.947 (27,55 juta, 10.19 %)
kemiskinan 10
tinggi karena: 8
5
• Sakit
• Bencana 3
• Usia 0
250,000 500,000 750,000 1,000,000 1,250,000 1,500,000
Pengeluaran Per Kapita (IDR)

10
Tingkat Kerentanan Kemiskinan di Kab Kuningan, Jawa Barat
Relatif Tinggi
Distribusi Pengeluaran Konsumsi per Kapita Kab Kuningan, Jawa Barat: Maret 2019

1,7 x GK

1,5 x GK
Jumlah

GK:: 123 ribu jiwa (11.41%)

Pengeluaran per kapita (Rp)


Catatan: Garis kemiskinan (GK) BPS (Kab Kuningan) berdasarkan data Susenas Maret
2019 adalah Rp 340.775

Jika Garis Kemiskinan di Kuningan Meningkat 50%, maka jumlah


penduduk miskin meningkat 2x lipat dari keadaan saat ini (Penduduk di
Kab. Kuningan Sangat rentan Jatuh kedalam Kemiskinan 11
Karakteristik Kemiskinan Kab
Kuningan, Jawa Barat

12
Kemiskinan dan Ketimpangan di Wilayah Kantong
Kemiskinan di Kab Kuningan, Jawa Barat 2019

Karakteristik Kab
Kab Kuningan Kota Bandung Jawa Barat
Majalengka

Indikator Kemiskinan

Tingkat Kemiskinan (P0) 11.41 10.06 3.38 6.91

Kedalaman Kemiskinan (P1) 1.24 1.39 0.47 1.09

Keparahan Kemiskinan (P2) 0.18 0.28 0.10 0.24

Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 123.160 121.060 84.670 3.399.160

Sumber: Susenas Maret 2019

Penduduk Miskin di Kab. Kuningan Mencapai 123 ribu jiwa, 11.41 % dari Total Populasi,
dengan Tingkat Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,24 dan Tingkat Keparahan Kemiskinan
0,18. Kondisi ini menunjukkan jarak konsumsi perkapita penduduk miskian terhadapa Garis
Kemiskinan sebesar 1.24 kali, dan ketimpangan antar penduduk miskih sangat rendah yakni
0,18 ( kondisi karakteristik penduduk miskin cenderung homogen)
13
Karakteristik Kondisi Perumahan Total Rumah Tangga di Jawa Barat
Karakteristik
Kab. Kuningan Kab. Majalengka

Anggota Rumah Tangga 5 4

Lantai Tanah (%) 1.07 4.25

Tidak Memiliki Akses Sanitasi Layak (%) 7.32 21.77

Tidak Memiliki Akses Air Minum Layak (%) 19.01 34.42

Dinding Terluas Bukan Tembok 5.87 17.68

Sumber: Susenas Maret 2018, diolah


Pada aspek perumahan, ada 19% RT di Kab Kuningan yang tidak memiliki sumber Air
Minum

14
Karakteristik Demografi Rumah Tangga Miskin Kab Kuningan

Kuningan Majalengka

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Orang) 5 4

Kepala Rumah Tangga Perempuan (%) 9.43 12.62

Usia Kepala Rumah Tangga (Tahun) 50 56

Kepala RT perempuan 9,43% dengan Usia KRT rata2 50 Tahun

Sumber: Susenas (2018), diolah

15
Karakteristik Ketenagakerjaan Rumah Tangga Miskin Kab Kuningan

Kuningan Majalengka

Jumlah Anggota Rumah Tangga (Orang) 5 4

Tidak Bekerja (%) 45.27 40.13

Bekerja di Sektor Formal (%) 40.64 45.38

Bekerja di Sektor informal (%) 7.89 10.4

Bekerja di Sektor Pertanian (%) 24.98 22.43

Bekerja di Sektor Non Pertanian (%) 29.83 37.44

Usia Kepala Rumah Tangga (Tahun) 50 56

Sumber: Susenas (2018), diolah

16
Karakteristik Kondisi Pendikikan Penduduk Miskin di Kab
Kuningan, Provinsi Jawa Barat

Penduduk Miskin Usia 15+ Menurut Pendidikan yang


Ditamatkan di Kab. Kuningan 2019
69.87

15.62 14.51

< SD Tamat SD/SLTP SLTA +


Sumber: Susenas Maret 2019

Dari 100 penduduk Miskin di Kab Kuningan Usia 15+, 16 Berpendidikan SD


kebawah, 70 Tamatan SD/SLTP dan 15 yang Tamat SLTA keatas
17
Angka Melek Huruf dan Angka Partisipasi Sekolah
Penduduk Miskin di Kab. Kuningan 2019

100.00 100.00 100.00

99.23

15-24 th 15-55 th 7-12 th 13-15 th


Angka Melek Huruf Angka Partisipasi Sekolah
Sumber: Susenas Maret 2019

Angka Melek Huruf dan Partisipasi Sekolah Hampir mencapai 100 %

18
Penduduk Miskin Usia 15+ Menurut Status Bekerja di Kab. Kuningan
2019

53.42

33.05
26.81
19.77
13.53

Tidak Bekerja *) Di Sektor Informal Di Sektor Formal di Sektor Pertanian Bekerja Bukan di
Sektor Pertanian
Sumber: Susenas Maret 2019

Dari 100 penduduk Miskin di Kab. Kuningan Usia 15+, Dari 47 yang Bekerja (33
orang di sektor informal dan 14 orang di sektor Formal, dan 20 Bekerja di
Sektor Pertanian serta 27 Bekerja di Sektor Non Pertanian

19
Persentase Pengeluaran Perkapita untuk Makanan di
Kab. Kuningan 2019
68.08

60.17
59.15

Miskin Tidak Miskin Miskin + Tidak Miskin


Sumber: Susenas Maret 2019

68% dari Pengeluaran perkapita penduduk miskin


di Kuningan digunakan untuk Konsumis Makanan

20
Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menggunakan
Air Layak dan Jamban Sendiri/Bersama di Kab.
Kuningan 2019

97.67

66.20

Air Layak Jamban Sendiri/Bersama

Sumber: Susenas Maret 2019

34% Penduduk Kab. Kuningan yang tidak punya akses Air Layak dan
2% Tidak Mempunyai Jamban Sendiri/Bersama

21
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap
Usaha Mikro di Indonesia

22
23
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Pencari Nafkah dan Rumah Tangga

Berhenti • 24% pencari nafkah berhenti


Bekerja bekerja pada awal Mei 2002.
24% Pendapatan
• Di antara 76% yang tetap bekerja,
Menurun terdapat 64% yang mengalami
Pencari
penurunan pendapatan.
Nafkah
Tetap 64% • 90% pencari nafkah yang
Bekerja berprofesi di bidang non-pertanian
dan berkecimpung di usaha mikro
76% dan kecil mengalami penurunan
Pendapatan pendapatan.
Tetap/
• Sektor pertanian menjadi
Meningkat
penyangga bagi pencari nafkah,
36% setidaknya 8% pekerja berpindah
ke pertanian.

Bank Dunia
Periode survei: : 1-17 Mei 2020
(N=4.338 rumah tangga)
24
Sumber: Bank Dunia, 2020, Indonesia High-Frequency Monitoring of COVID-19 Impacts.
Kiat Rumah Tangga Menghadapi
Guncangan Ekonomi Akibat Pandemi
Mengurangi Belanja Non-Makanan 73%

Mengurangi Belanja Makanan 68%

Bantuan Pemerintah 55%

Berkegiatan Yang Meningkatkan Pendapatan 54%

Meminjam Teman & Keluarga 35%

Tabungan 32%

Menunda Cicilan 31%

Menerima Bantuan Teman & Keluarga 29%

Belanja Secara Kredit 22%

Menjual Aset 15%

Bank Dunia
Periode survei: : 26 Mei-5 Juni 2020
(N=4.338 rumah tangga)
25
Sumber: Bank Dunia, 2020, Indonesia High-Frequency Monitoring of COVID-19 Impacts.
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pelaku Usaha

6 dari 10 perusahaan pernah


melakukan penutupan usaha
Tutup secara
• Hanya 36,1% perusahaan yang tidak permanen,
pernah menutup usahanya sejak 1.6%
Maret 2020. Membuka
usaha setelah
• Terdapat 40,3% perusahaan yang penghentian Keputusan
sementara, perusahaan,
kembali membuka usahanya pada 66%
40.3% Tutup
Juni 2020 setelah menghentikan sementara,
sementara kegiatannya. 22%
Kebijakan
• 22% perusahaan masih menutup Tetap buka, Pemerintah,
usaha di Juni 2020, yang sebagian 36.1% 34%
besar merupakan keputusan
perusahaan sendiri.
• Sedangkan 1,6% perusahaan tutup
secara permanen.

Bank Dunia & Bappenas


Periode survei: : 15 Juni-23 Juni 2020 (N=850 perusahaan)
26
Sumber: Bank Dunia & Bappenas, 2020, COVID-19 Impact on Firms in Indonesia: Results from the COVID-19 Business Pulse Survey.
OPERASIONAL PERUSAHAAN DI TENGAH PANDEMI
secara rata-rata di Jawa Barat ada sebanyak 6 dari setiap 10
perusahaan masih beroperasi seperti biasa

27
Sumber: Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 Terhadap Pelaku Usaha, BPS 2020
Kesulitan Yang Dihadapi Perusahaan di Indonesia
Proporsi
Perusahaan
100% 86% 82% 77%
80%
64%
60%
40% 27% 24% 22% 16%
20% 9%
0%
Penjualan Penurunan Kekurangan Mengurangi Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Menyatakan
turun penjualan arus kas biaya mencicil membayar membayar membayar pailit atau
(y-o-y) lebih dari 20% pegawai kredit gaji tagihan sewa: bangkrut
utilitas: listrik, kantor,
Proporsi gas kendaraan,
Perusahaan peralatan
40%

27.8% 29.5%
30% 24.7% 26.7% Usaha mikro
21.5%
19.8% 17.8%
20% 15.5% Usaha kecil &
14.2%
11.2% 11.6% menengah
10% 7.9%
5.4%
4.8% Usaha besar
0.7%
0%
Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Menyatakan
mencicil membayar membayar membayar sewa: pailit atau
kredit gaji tagihan utilitas: kantor, kendaraan, bangkrut
listrik, gas peralatan
28
Sumber: Bank Dunia & Bappenas, 2020, COVID-19 Impact on Firms in Indonesia: Results from the COVID-19 Business Pulse Survey.
Mengurangi Biaya Pegawai Dalam Mengatasi
Penurunan Penjualan
74% Usaha Kecil dan Menengah Memilih Mengurangi Biaya Pegawai

Proporsi Usaha Mikro Usaha Kecil & Menengah Usaha Besar


Perusahaan
100% 90%
81% 84%
79%
80% 74%
62%
58%
60% 53%
42%
40%

20%

0%
Penjualan menurun Penurunan penjualan Mengurangi biaya
lebih dari 20% pegawai

1) PHK,
Bank Dunia & Bappenas 2) mengurangi jam kerja,
Periode survei: : 15 Juni-23 Juni 2020 3) mengurangi upah,
(N=850 perusahaan) 4) terpaksa cuti di luar tanggungan.
29
Sumber: Bank Dunia & Bappenas, 2020, COVID-19 Impact on Firms in Indonesia: Results from the COVID-19 Business Pulse Survey.
Upaya Penyesuaian Model Bisnis Menghadapi COVID-19
• Memanfaatkan teknologi digital dalam
penyesuaian model bisnis adalah suatu pilihan.
Misalkan penggunaan internet, media sosial, Proporsi
Perusahaan
atau aplikasi:
100%
- Secara keseluruhan, 42% perusahaan 91% Seluruh Jenis Usaha
mengarah ke model bisnis digital. 90% Usaha Mikro
- 91% usaha besar memulai ataupun 80% Usaha Kecil & Menengah
meningkatkan pemanfaatan teknologi digital. 70% Usaha Besar
- Usaha kecil & menengah yang telah 58%
60%
memanfaatkan teknologi digital sekitar 58%.
50% 42%
- Sedangkan, usaha mikro hanya 32%.
40% 32%
• Tidak banyak perusahaan yang melakukan
investasi untuk penambahan peralatan baru, 30%
perangkat lunak, atau solusi digital (secara umum 20% 18%
hanya 4% dari keseluruhan perusahaan). 11%
10% 4% 5%
- Kajian ini belum menemukan usaha mikro
yang melakukannya. 0%
Memanfaatkan Menambah Menghasilkan
• Penyesuaian dengan cara menghasilkan jenis teknologi investasi jenis produk
barang atau jasa yang baru bukan menjadi suatu digital terkait atau jasa yang
pilihan di masa ini (terdapat pada 5% dari peralatan baru
perusahaan yang menjadi responden). digital

30
Sumber: Bank Dunia & Bappenas, 2020, COVID-19 Impact on Firms in Indonesia: Results from the COVID-19 Business Pulse Survey.
Usulan Rekomendasi

31
1| Mengupayakan Pertumbuhan Inklusif
• Pekerja miskin eksisting di Kab. Kuningan Lebih Dari 100
penduduk Miskin di Kab. Kuningan Usia 15+, Dari 47 yang
Bekerja (33 orang di sektor informal dan 14 orang di sektor
Formal, dan 20 Bekerja di Sektor Pertanian serta 27 Bekerja
di Sektor Non Pertanian dengan pendapatan per kapita
yang rendah
• Inisiatif untuk yang existing miskin adalah
Enterpreunership & Innovation perlu diarahkan ke sektor
pertanian.
• Memanfaatkan program perguruan tinggi yang berada di
Sektor dan Wilayah kantong kemiskinan:
• Menjadi partner inkubasi bisnis
• Diberdayakan megembangkan wilayah kantong
kemiskinan melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

32
2| Ekpansi Fiskal Dapat Mendorong Konsumsi Rumah
Tangga dan Pemulihan UMKM

• Krisis Covid-19 kali ini juga menghantam kelompok menengah


dan rentan yang biasanya belum tersentuh bantuan sosial. Saat
ini, perluasan cakupan perlindungan sosial masih menjadi
tantangan utama
• Dengan menurunnya permintaan selama pandemi, ekspansi
fiskal menjadi solusi utama pemerintah untuk menolong rumah
tangga miskin dan UMK. Bantuan sosial akan membantu
meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat yang menjadi
penopang perekonomian nasional (62% dari PDB).
• Tantangannya terbesar dalam ekspansi fiskal selama pandemi
COVID-19 adalah memastikan belanja perlindungan sosial
efektif dalam meningkatkan daya beli/konsumsi, menahan
laju peningkatan kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
• Bantuan sosial yang saat ini disalurkan pemerintah rata-rata
menyumbang sekitar 16% di perkotaan sampai dengan 21% di
pedesaan dari total pengeluaran rumah tangga. Peningkatan
nilai manfaat program dapat menjadi langkah pertama
pemerintah untuk membantu perekonomian masyarakat.
33
33
3 | Meningkatkan Efektivitas Pemanfaatan Anggaran
Pememerintah Pusat dan Daerah

• Manfaatkan Dana Desa untuk BLT-D (Bantuan Langsung Tunai Desa) untuk
menahan dampak Covid-19
• Sasaran penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah keluarga miskin non
PKH/Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) antara lain: 1) kehilangan mata
pencaharian; 2) belum terdata (exclusion error); dan 3) mempunyai anggota
keluarga yang rentan sakit menahun/kronis. (permendesa-nomor-6-tahun-2020) 34
4 | Meningkatkan Antisipasi terhadap Peluang Resesi
Ekonomi Dampak Covid-19, diperlukan*:

• Kepemimpinan yang tangguh dan kuat dalam pelayanan kesehatan,


bisnis, pelayanan untuk masyarakat luas.

• Langkah-langkah terukur dalam pemberian bantuan dan segera


diimplementasikan dan tepat sasaran bagi yang terdampak covid-19.
• Perencanaan jangka menengah dan panjang diperlukan untuk
menyeimbangkan kembali dan memberi energi kembali perekonomian
setelah krisis ini.
• Rencana pembangunan sosial ekonomi yang luas termasuk rencana
sektor demi sektor dan mendorong ekosistem kewirausahaan agar
mampu bertahan → “perhatikan sekitar kita mulai dari tetangga”
• Pemerintah dan lembaga keuangan harus lebih bijaksana dan harus
terus-menerus memonitoring dan mengevaluasi kembali keadaan
perekonomian dan memastikan janji ‘apa pun yang dibutuhkan'
benar-benar diimplementasikan.

*Nicola, et al, 2020, The socio-economic implications of the coronavirus pandemic (COVID-19): A review, International
Journal of Surgery 78 (2020) 185–193
35
5 | Upaya Penurunan Kemiskinan dan Ketimpangan
Selama dan Pasca Covid-19

Menurunkan Beban Pengeluaran Meningkatkan Pendapatan


Bantuan Sosial dan Subsidi: Pemberdayaan UMKM
• Kecukupan Pangan dan Energi • Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
• Kredit Usaha Rakyat
Keluarga:
• Akses Layanan Kesehatan Pengembangan Ekonomi Lokal
• Akses Layanan Pendidikan: • Padat Karya Tunai Dana Desa
• Memperkecil Kerentanan: • Pengembangan Badan Usaha Milik Desa
• Produk Unggulan Kawasan Perdesaan

Jaminan Sosial (Jamsos) Akses Pekerjaan


• Program Pra Kerja
• Kesehatan: Program Indonesia Sehat - • Padat Karya Tunai (Dana Desa & Kemenaker)
JKN
• Ketenagakerjaan: JKK, JKm, JHT-JP (PU Respon Kebijakan COVID-19
dan BPU) • Restrukturisasi Kredit
• Bantuan Modal Kerja Produktif
Jaring Pengaman Sosial COVID- • Pembiayaan Koperasi
19 → Membantu konsumsi
• Mengkonsolidasikan dan Menyederhanakan Program • Mendorong Pertumbuhan Ekonomi inklusif
• Meningkatkan Cakupan dan Manfaat • Menciptakan Nilai Tambah dan Pendapatan
• Menyempurnakan Ketepatan Sasaran • Mempertahankan UMK selama COVID-19
• Menjaga kesejahteraan selama COVID-19
36
36
6 | Reformasi Pemberdayaan UMKM

• Usaha Mikro Kecil (UMK) mendominasi perekonomian Indonesia dalam jumlah


maupun kemampuan untuk menyerap tenaga kerja. Namun demikian, secara rata-
rata UMK memiliki produktivitas yang masih rendah.
• Selama pandemik COVID-19, kebijakan PSBB dan cadangan kas yang rendah telah
memaksa banyak UMK menutup usaha. UMK yang bertahan banyak menggunakan
modal usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak akan bertahan
dalam jangka panjang
• Program PEN belum benar-benar menyasar UMK, terutama yang unbankable
• Pemberdayaan UMK akan mendorong peningkatan produktivitas, penguatan
resiliensi, dan kemampuan beradaptasi dengan gejolak perekonomian.
Implikasinya, UMK akan berperan penting dalam penanggulangan kemiskinan dan
juga perbaikan ekonomi
• Untuk meningkatkan koordinasi dan konsensus diantara K/L, dibutuhkan strategi
dan program pemberdayaan yang lebih integratif, komprehensif dan koheren
• Usulan perbaikan program pemberdayaan UMKM diharapkan mampu memetakan
status desain, cakupan, dan mekanisme program pemberdayaan saat ini yang bisa
dijadikan sebagai basis perbaikan program di masa mendatang

3737
7 | Pengembangan Ekonomi Lokal

Pengembangan ekonomi lokal (desa) bertujuan untuk meningkatkan pendapatan


masyarakat desa yang dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas tata kelola
pemerintahan desa dan penguatan lembaga sosial ekonomi desa
1. Peningkatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa dilakukan dengan
penerapan APBDesa yang afirmatif terhadap kegiatan pelayanan umum dan
ekonomi produktif desa. Penyusunan program dan anggaran APBDesa harus
berbasis kinerja dalam rangka mendorong penciptaan peluang kerja. Dalam hal
ini, program PKTD dapat dijadikan contoh yang baik
2. Penguatan lembaga sosial ekonomi desa dapat difokuskan pada penguatan
BUMDesa/ BUMADesa sebagai instrumen penggerak ekonomi lokal desa,
melalui:
a) Match-maker’ di antara potensi desa/komoditas unggulan desa yang dapat
dikembangkan dengan dinamika peluang pasar yang ada,
b) Optimalisasi peran BUMDesa/BUMADesa sebagai ‘institutional guarantee’
dan mampu meningkatkan ‘mutiplier’ dari aktivitas ekonomi lokal.

Digitalisasi pada kedua strategi tersebut menjadi sangat penting dalam upaya
peningkatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa dan percepatan
pengembangan ekonomi lokal desa 38
38
Terima kasih

39

Anda mungkin juga menyukai