LP Fraktur Mandibula
LP Fraktur Mandibula
K
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR MANDIBULA DI RUANG NYI
MAS GANDASARI II RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Disusun oleh
ALIVIA BAITUL ATIQ
D0023004
Fraktur
Breathing (B1) Blood (B2) Brain (B3) Blader (B4) Bowel (B5) Bone (B6)
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Penururnan Perubahan
sekitar sekitar tulang sekitar metabolisme jaringan
sekitar
Spasme otot Inflamasi
Laverasi kulit Laserasi kulit Rasa mual dan
muntah
Terputusnya Peningkatan tekanan Spasme otot Laserasi kulit
Terputusnya vena/
vena/arteri kapiler
arteri
Nafsu makan
Merangsang
menurun Ada luka
Pendarahan Pelepasan histamine neurotransmiser
Pendarahan terbuka
meningkat
Suplai oksigen oleh Protein plasma
Hipotalamus Resiko defisit
darah menurun hilang Sebagai
Kehilangan volume nutrisi
media
Reseptor nyeri cairan masuknya
Kebutuhan oksigen Edema
virus
meningkat
Presepsi nyeri Mk : Risiko
Penekanan pembuluh darah
Ketidakseimbangan
Mk : Risiko
cairan
Takipnae/ dispenae Perfusi jaringan Mk : Nyeri Akut Infeksi
menurun menurun
Mk : Pola napas
tidak efektif
MK : Perfusi perifer
tidak efektif
5. Manifestasi klinis Fraktur Mandibula
Gejala umum fraktur menurut Lukman (2018), adalah sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
Gejala pada fraktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus
pendarahan oral, fungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada
fraktur terbuka, dan deformitas. Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula, akan
terlihat gerakan yang abnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan mandibula
menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar fraktur
mandibula terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras
atau lunak (Sukman, 2016).
Ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula yaitu close reduction dan
open reduction. Pada teknik tertutup (close reduction) yaitu reduksi/ reposisi
fragmen fraktur secara tertutup, reduksi fraktur dan imobilisasi mandibula
dicapai dengan jalan menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular.
Untuk penatalaksanaan kebanyakan fraktur mandibular dan secara spesifik
diindikasikan untuk kasus diman gigi terdapat pada semua segmen atau
segmen edentulous di sebelah proksimal dengan pergeseran yang hanya
sedikit. Pada prosedur terbuka (Open reduction) yaitu reduksi/ reposisi
fragmen fraktur secara tebuka, bagian yang fraktur dibuka dengan
pembedahan, dan segmen direduksi dan difiksasi secara langsung dengan
menggunakan kawat atau plat. Teknik terbuka dan tertutup tidaklah selalu
dilakukan tersendiri, tetapi kadang-kadang dikombinasikan.
Pendekatan ketiga adalah modifikasi dari teknik terbuka , yaitu metode fiksasi
skeletal eksternal. Pada teknik skeletal eksternal pin ditelusupkan ke dalam
kedua segmen untuk mendapatkan tempat perlekatan alat penghubung
(connecting appliance), yang bisa dibuat dari logam atau akrilik, yang
menjembatani bagian-bagian fraktur dan menstabilkan segmen tanpa
melakukan imobilisasi mandibula.
a. Terapi Medis
Pasien dengan fraktur non-displaced atau minimal displace fraktur
condilar dapat diobati dengan analgesic, diet lunak, dan observasi. Pasien
dengan fraktur coronoideus sebaiknya diperlakukan sama. Selain itu,
pasien-pasien ini mungkin memerlukan latihan mandibula untuk
mencegah trismus. Jika fraktur mandibula membatasi gerak, terapi medis
merupakan kontraindikasi.
b. Terapi Bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk mengurangi
komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi secara
terbuka (open reduction) meningkatkan resiko morbiditas.
Close reduction adalah reduksi/ reposisi fragmen fraktur secara tertutup,
untuk penatalaksanaan kebanyakan fraktur mandibular dan secara spesifik
diindikasikan untuk kasus diman gigi terdapat pada semua segmen atau
segmen edentulous di sebelah proksimal dengan pergeseran yang hanya
sedikit.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh dari tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan oleh pasien, keluarga, rekam medik,dan pemberi layanan
kesehatan lainnya. Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan data
didapatkan, kemudian di kelompokkan dan di fokuskan sesuai dengan masalah
yang timbul.
9. Intervensi
Perencanan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhunya kebutuhan pasien (Nikmatur,
2012). Tujuan perencanaan keperawatan adalah sebagai alat komunikasi antar
teman sejawat dan tenaga kesehatan lain, dan meningkatkan keseimbangan
asuhan keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:
- Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan
- Prioritas masalah, dengan kriteria: masalah yang mengancam kehidupan
merupakan prioritas pertama. Masalah yang mengancam kesehatan
seseorang adalah prioritas kedua. Masalah-masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas ketiga.
- Tujuan asuhan keperawatan.
- Rencana tindakan.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
(ASUHAN KEPERAWATAN)
1. Pengkajian
a. Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi: nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin atau belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi: nama lengkap,
jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada masalah batu uretra yaitu biasanya nyeri. Nyeri akut
atau kronik tergantung berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data
pengkajian yang lengkap mengenai data pasien di gunakan :
- Onset : Kapan nyeri terjadi atau kapan nyerinya mulai dirasakan
- Provocation: Apa yang dapat memperburuk terjadinya nyeri
- Quality of pain : bagaimana kualitas nyeri yang dirasakan pasien.
apakah panas, berdenyut, menusuk, tersayat, tertekan dan lain-lain.
- Region Radiation of pain : apakah sakit bisa reda dalam sekejap, apa
terasa sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
- Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
(berdasarkan skala nyeri).
- Treatment : Apa usaha yang dilakukan untuk meredakan nyeri
- Understanding : Bagaimana persepsi klien tentang nyeri, apakah
pernah merasakan nyeri yang sama sebelumnya.
- Value : Tujuan/harapan untuk nyeri yang dirasakan pasien
c. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan faktor yang mempengaruhi keluhan, bagaimana terjadinya,
bagaimana gejalanya.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pemakaian obat (jenis, dosis, cara pemakaian), riwayat masa lalu
tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami, riwayat masuk
rumah sakit, atau riwayat kecelakaan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga yang dimiliki apakah ada
yang sama dialami seperti pasien.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Tanyakan keadaan lingkungan rumah apakah rumah yang ditinggali cukup
memadai dari segi kesehatan (ventilasi yang cukup, kondisi kamar tidur,
apakah ada tempat pembuangan kotoran atau sampah).
g. Riwayat psikososial
Tanyakan tentang masalah psikologis yang dialami pasien yang ada
hubungannya dengan keadaan sosial masyarakat, keluarga, rekan kerja,
atau lainnya.
h. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan tentang persepsi terhadap penyakit atau sakit, persepsi
terhadap kesehatan.
Pola aktivitas latihan
Kemampuan menata diri dengan kemampuan aktivitas seharinya saat
sakit dan sebelum sakit.
Pola nutrisi dan metabolik
Tanyakan tentang perubahan pola nutrisi dan metabolik saat sakit dan
sebelum sakit.
Pola eliminasi
Tanyakan tentang pola eliminasi saat sakit dan sebelum sakit.
Pola istirahat dan tidur
Tanyakan pola istirahat dan tidur saat sakit dan sebelum sakit.
Pola kognitif persepsi
Tanyakan tentang kondisi mental : sadar, bicara tidak jelas, gangguan
pendengaran, penglihatan, penciuman, sensorik.
Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan tentang mekanisme koping yang digunakan pada saat
terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan mekanisme koping
serta tingkat toleransi stres yang pernah atau dimiliki.
Persepsi diri atau konsep diri
Tanyakan persepsi diri pasien dari masalah yang ada, seperti perasaan
cemas, takut.
Pola hubungan dan peran
Tanyakan pekerjaan , status pekerjaan, hubungan dengan pasien atau
keluarga dan peran yang dilakukan.
Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan tentang pantangan dalam agama selama sakit serta
kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-lain.
i. Pemeriksaan fisik
Keadaaan umum
Ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran (komposmentis, apatis,
somnolen, sopor, koma, delirium) dan kesan gizi.
Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kulit, rambut, dan kelenjar getah bening
Meliputi warna (sianosis, pucat,) turgor, kelembapan kulit, adanya edema.
Pemeriksaan kepala dan leher
Inspeksi (melihat), palpasi (menekan), perkusi (mengetuk), dan auskultasi
(mendengarkan).
Pemeriksaan dada
Inspeksi (melihat), palpasi (menekan), perkusi (mengetuk), dan auskultasi
(mendengarkan).
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi (melihat), Auskultasi (mendengarkan), perkusi (mengetuk), dan
palpasi (menekan).
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
b. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi
ini yaitu membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan sesuai dengan perencanaan (Bararah & Januar,
2013). Evaluasi adalah perbandingan sistemik dan terperinci mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan, evaluasi dilakukan
berkesinambungan yang melibatkan klien dan tenaga medis lainnya. Evaluasi
dalam keperawatan yaitu kegiatan untuk menilai tindakan keperawatan yang
telah dipilih untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
dari proses keperawatan (Potter & Perry, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Pedersen & Peterson Fonseca, 2015. Oral and Maxillofasial Surgery 3rd Ed.
Missouri: Elsevier.