Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS

YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA


DI RSUD AMBARAWA

ARTIKEL

DISUSUN OLEH:
TAUFIIKURRAHMAN
010114A121

PROGRAM STUDI KEPERAWAATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA
DI RSUD AMBARAWA

Taufiikurrahman*, Suwanti, **, Imron Rosyidi, ***


Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
e-mail: opickr11@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan


kepuasan atau kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator dari kualitas hidup
diantaranya yaitu, dimensi kesehatan fisik, dimensi kesejahteran pisikologis, dimensi
hubungan social, dan dimensi kesehatan lingkungan.
Tujuan :Mengetahui gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa.
Metode :Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jumlah populasi 81 responden
dan sampel 41 responden diambil menggunakan metode accidental sampling. Alat
pengambilan data menggunakan skala kualitas hidup dari WHOQOL-BREF. Analisa data
menggunakan program SPSS versi 23.0.
Hasil : Gambaran kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi kesehatan
fisik memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak 23 orang (56,1%) sedangkan 18 orang
(43,9%) memiliki kualitas yang baik, dimensi kesehatan psikologi memiliki kualitas hidup
buruk, yaitu sebanyak 24 orang (58,5%), sedangkan 17 responden (41,5%) memiliki
kualitas hidup yang baik, dimensi hubungan sosial memiliki kualitas hidup baik, yaitu
sebanyak 21 orang (51,2%), sedangkan 20 orang responden (48,8%) memiliki kualitas
hidup buruk, dimensi lingkungan memiliki kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 2 oarng
(53,7%), sedangkan 19 orang responden (46,3%) memiliki kualitas hidup buruk, dan
gambaran kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa memiliki kualitas
hidup buruk sebanyak 25 orang (61,0%), sedangkan 16 orang responden (39,0%) memiliki
kualitas hidup baik.
Saran : Berdasarkan hasil penelitian diharapkan keluarga lebih mengetahui pentingnya
dukungan dan motivasi keluarga maupun kerabat selama terapi hemodialisa sehingga dapat
meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien yang lebih tinggi.

Kata kunci : kualitas hidup, gagal ginjal kronik, hemodialisa


Kepustakaan : 36 (2006-2016)
ABSTRACT

Background: Quality of life is a codition where a person gains satisfaction or enjoyment


in everyday life. The indicators of the quality of life, are dimension of physical health,
dimension of psychological, social dimension, dimension of environmental health.
Objective: To know the description of life quality of the patients suffering from chronic
renal failure who went under hemodialysis in Ambarawa General Hospital.
Method: The study used a descriptive method with 81 population and 41 respondent as
the samples taken by using accidental sampling method. The data collecting tool used the
life quality scale of WHOQOL-BREF. Data analysis used SPSS version 23.0.
Result: The description of the quality of life of patients with chronic renal failure seen
from the physical health dimension had a poor quality of life, as many as 23 people
(56.1%) while 18 people (43.9%) had a good quality, the dimension of psychology health
had a poor quality of life, namely as many as 24 people (58.5%), preferably 17 respondents
(41.5%) had a good quality of life, the dimensions of social relations have a good quality
of life, as many at 21 people (51.2%), while 20 respondents (48 , 8%) had a poor quality of
life, the environmental dimension has a good quality of life, as many at 2 people (53.7%),
while 19 respondents (46.3%) had a poor quality of life, and the description of the quality
of life of patients suffering from chronic renal failure undergoing hemodialysis have a poor
quality of life of 25 people (61.0%), while 16 respondents (39.0%) had a good quality of
life.
Suggestion: Based on the results of the study, it is hoped that the family will be more
aware about the importance of family support and motivation during hemodialyisis
therapy so that it can improve the quality of life for the patients.

Keywords : Quality of life, chronic renal failure, hemodialysis


References : 36 (2006-2016)

PENDAHULUAN menjalani hemodialisa mempersepsikan


Kualitas hidup merupakan keadaan kualitas hidupnya pada tingkat rendah
dimana seseorang mendapatkan kepuasan dengan kondisi fisik merasa kelelahan,
atau kenikmatan dalam kehidupan sehari- kesakitan dan sering gelisah, pada kondisi
hari. Kualitas hidup tersebut menyangkut psikologis pasien tidak memiliki motifasi
kesehatan fisik dan kesehatan mental untuk sembuh, secara hubungan sosial
yang berarti jika seseorang sehat secara dan lingkungan pasien menarik diri
fisik dan mental maka orang tersebut dari aktifitas di masyarakat dan 42,9%
akan mencapai suatu kepusan dalam pada tingkat tinggi. Hasil penelitian
hidupnya. Kesehatan fisik itu dapat tersebut menunjukkan bahwa kualitas
dinilai dari fungsi fisik, keterbatasan hidup penderita GGK dalam tingkat
peran fisik, nyeri pada tubuh dan persepsi rendah akan tetapi ada hampir dari
tentang kesehatan.Kesehatan mental itu setengah dari penderita yang tetap
sendiri dapat dinilai dari fungsi sosial, mempunyai kulitas hidup dalam kategori
dan keterbatasan peran emosional (WHO, tinggi walaupun sedang menjalani terapi
2012). Selain itu indikator dari kualitas hemodialisa.
hidup diantaranya yaitu, Dimensi Prevalensi gagal ginjal kronik
kesehatan fisik, Dimensi kesejahteran berdasarkan data dari Riskesdas pada
pisikologis, Dimensi hubungan social, tahun 2013 jawa tengah menduduki
dan Dimensi hubungan dan lingkungan. peringkat ke-4 dengan presentase 0,3% .
Hasil penelitian Ibrahim (2009) Gagal ginjl kronik, meningkat tajam pada
menunjukkan bahwa 57.2% pasien yang kelompok umur 35-44 tahun (0,3%),
diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan dimensi psikologis,dimensi lingkungan,
umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada dan dimensi social.
kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Data yang diperoleh dari dimensi
Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih fisik, semua pasien mengungkapkan
tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi merasakan nyeri pada seluruh tubuh dan
lebih tinggi pada masyarakat perdesaan lemas pada awal penyakitnya.Nyeri
(0,3%), tidak bersekolah (0,4%), dirasakan ketika pasien melakukan
pekerjaan wiraswasta, aktivitas berat. Semua pasien juga
petani/nelayan/buruh 0,3%. (Riskesdas, mengungkapkan ketika dipasng AV
2013). Fistula (Akses Vaskular Fistula) akan
Di Jawa Tengah pasien yang merasakan nyeri dan setelah hemodialisa
menderita penyakit Gagal Ginjal Kronik selse akan merasakan pusing dan sakit
dan menjalani hemodialisa juga terus kepala serta lemas yang terkadang
meningkat. Di Kota Semarang mengganggu untuk perjalanan
menunjukkan bahwa bulan Maret 2010 pulang.semnjak harus menjalani
sampai Maret tahun 2011 telah dilakukan hemodialisa, aktivitas fisik dari ketiga
5621 tindakan hemodialisa, dengan rata- pasien akan terganggu dan tidak
rata 18 pasien/ hari. Urutan penyebab maksimal seperti dahulu sebelum
gagal ginjal pasien hemodialisa dari menjalani hemodialisa. Dua pasien yang
tahun 2014 masih sama dengan tahun baru menjalani hemodialisa selama 1
sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi bulan harus istirahat toatal dan tidak
meningkat menjadi 37% diikutu oleh bekerja, kemudian 1 pasien yang sudah
nefropati diabetika sebanyak 27% menjalani hemodialisa selama 3 bulan
glomerulofati primer memberi proporsi terakhir dan suad bisa melakukan
yang cukup tinggi sampai10% dan pekerjaan rumah tangga secara mandiri.
nefropati obsktruktif pun masih memberi Data yang diperoleh dari dimensi
angka 7% angka ini cukup tinggi hal ini psikologi. 2 pasien mengatakan bahwa
bisa diminimalkann dengan menambah pada awal didiagnosa gagal ginjal dan
jenis etiolgi pada IRR. Penyebab kematia harus menjalani hemodialisa,mereka
terbanyak pada pasien hemodialisa adalah berfikir negative tentang hidupnya.
kardiovaskuler(K1) sebanyak 59% masih Seperti ( kenapa saya sakit seperti ini
cukup banyak penyebab kematian padahal saya masih muda?). satu pasien
diindonesia diketahui (17%) karena mengatakan bahwa dirinya sudah
pasien meninggal diluar rumah menerima kondisi sejak awal didiagnosa.
sakit(Renal Registry,2014). Data yang diperoleh dari diemnsi
Berdasarkan data yang didapat dari hubungan social, ketiga pasien
rekam medik RSUD ambarawa bahwa mengatakan masih dapat berhubungan
pasien yang menjalani hemodialisa pada dengan orang lain secara baik masih bisa
tahun 2014 berjumlah 1.539 orang, pada mengunjungi kerabat dekat. Ketiga
tahun 2015 berjumlah 1.792 orang , dan pasien sudah mendapat dukungan yang
pada tahun 2016 berjumlah 2.104 penuh dari anggota keluarga dan teman.
orang.Hal ini membuktikan bahwa yang Data yang diperoleh dari dimensi
menjalani hemodialisa di RSUD lingkungan yaitu ketiga pasien
ambarawa mengalami peningkatan setiap mengatakan bahwa pembiyaan
tahunnya. hemodialisa ditanggung oelh pemerintah
Studi pendahuluan yang dilakukan karna mereka terdaftar di BPJS. Hanya
pada tanggal 14 November 2017.Dari saja untuk transportasi harus
wawancara yang dilakukan kepada 3 menggunakan uang sendiri.Pada awalnya
pasien yang menjalani hemodialisa 2 pasien belum mengetahui alur untuk
didapatkan data mengenai dimensi fisik, hemodialisa dengan program BPJS
kemudian dijelaskan oleh perawat HASIL DAN PEMBAHASAN
ruangan.Akses kesehatan yang tidak 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi
teralalu jauh dari rumah membuat ketiga Berdasarkan Jenis Kelamin pasien
pasien mudah untuk mendapatkan Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
pelayanan. Hamper dari seluruh kualitas Hemodialisa di Rumah Sakit
hidup pasien berubah semenjak harus Ambarawa
menjalani hemodialisa. Mereka telah Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
mengetahui hemodialisa akan dilakukan (%)
Laki-laki 28 68,3
seumur hidup.
Perempuan 13 31,7
World Health Organization of Life Jumlah 41 100,0
mengemukakan kualitas hidup adalah Berdasarkan tabel 1 dapat
persepsi individu dalam diketahui bahwa dari 41 responden
kemampuan,keterbatasan,gejala serta pasien Gagal Ginjal Kronik yang
sifat psikososial hidupnya dalam konteks Menjalani Hemodialisa di Rumah
budaya dan system nilai untuk Sakit Ambarawa, lebih banyak
menjalankan peran dan fungsinya didominasi oleh pasien laki-laki, yaitu
(WHOQLoL dikutip dalam Nurchayati sejumlah 28 orang (68,3%).
2010). Berdasarkan latar belakang 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi
masalah tersebut, maka peneliti tertarik Berdasarkan Umur Pasien Gagal
untuk melakukan penelitian tentang Ginjal Kronik yang Menjalani
gambarankualitas hidup pada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi Ambarawa
hemodialisa di RSUD Amabarawa. Persentase
Umur Frekuensi
(%)
Dewasa Akhir (36-45 7 17,1
METODE PENELITIAN th)
Jenis penelitian yang dilakukan Lansia Awal (46-55 th) 13 31,7
adalah penelitian deskriptif, Penelitian ini Lansia Akhir (56-65 th) 13 31,7
dilakukan di RSUD Ambarawa Manula (> 65 th) 8 19,5
Jumlah 41 100,0
Kabupaten Semarang pada tanggal 27-29
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Juni 2018,populasi dalam penelitian
Berdasarkan Lama Menderita Gagal
sejumlah 81 orang, Teknik pengumpulan
Ginjal Kronik pada Pasien yang
data dalam penelitian ini menggunakan
Menjalani Hemodialisa di Rumah
teknik sampling yang digunakan adalah
Sakit Ambarawa
accidental sampling sampel sebanyak 41 Lama Menderita Persentase
orang dengan menggunakan rumus Frekuensi
GGK (%)
Slovin, Alat pengumpulan data dalam < 1 Tahun 22 53,7
penelitian ini yaitu kuisioner Untuk 1-2 Tahun 9 22,0
mengukur kualitas hidup menggunakan > 2 Tahun 10 24,4
Jumlah 41 100,0
alat ukur (instrumen) kuisioner
WHOQoL. Variabel kualitas hidup akan Berdasarkan tabel 4.3 dapat
diukur dengan menggunakan skala diketahui bahwa dari 41 responden
kualitas hidup dari WHOQOL-BREF pasien Gagal Ginjal Kronik yang
(Lopez & Snyder, 2008). Skala tersebut Menjalani Hemodialisa di Rumah
terdiri dari 26 aitem, yang sudah terbagi Sakit Ambarawa, lebih banyak
dalam 4 dimensi yaitu kesehatan fisik, didominasi oleh pasien yang baru
psikologis, hubungan sosial, lingkungan. menderita GGK < 1 tahun, yaitu
sejumlah 22 orang (53,7%).
PEMBAHASAN (0,6%). Hal ini sesuai dengan teori
A. Karakteristik Responden yang mengatakan bahwa fungsi renal
1. Jenis kelamin akan berubah bersamaan dengan
Dari hasil penelitian ini bahwa pertambahan usia. Sesudah usia 40
pasien gagal ginjal kronik yang tahun akan terjadi penurunan laju
menjalani hemodialisis di RSUD filtrasi glomerulus secara progresif
Ambarawa, jenis kelamin laki-laki hingga mencapai usia 70 tahun,
lebih banyak yaitu 28 orang (68,3%) kurang lebih 50% dari normalnya.
bila dibandingkan dengan jumlah Fungsi tubulus, yang termasuk
perempuan yang berjumlah 13 orang kemampuan reabsorpsi dan pemekatan
(31,7%).Berdasarkan data dari juga berkurang bersamaan dengan
Riskesdas pada tahun 2013.Jawa peningkatan usia (Shidarta, 2008).
Tengah menduduki peringkat ke-4 Hasil penelitian ini didukung oleh
dengan presentase 0,3% . Prevalensi penelitian yang menyebutkan bahwa
pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari usia responden tertinggi berada pada
perempuan (0,2%), rentang usia 46-65 tahun sebanyak 32
Hal ini selaras dengan pendapat orang (53,3%) (Dewi, 2015).
Levey (2010) bahwa laki laki lebih 3. Lama menderita gagal ginjal kronik
rentan terkena gangguan ginjal Hasil penelitian ini menunjukkan
daripada wanita seperti penyakit batu bahwa lama pasien gagal ginjal kronik
ginjal.Perempuan mempunyai hormon menjalani hemodialisa di RSUD
esterogen lebih banyak. Hormon Ambarawa paling tinggi < 1 tahun
esterogen berfungsi untuk sebanyak 22 responden (53,7%) dan
menghambat pembentukan cytokin yang paling sedikit 1-2 tahun (22,0%).
tertentu untuk menghambat osteoklas Rentang waktu lama menderita gagal
agar tidak berlebihan menyerap tulang, ginjal kronik sangat berpengaruh
sehingga kadar kalsium seimbang. terhadap keadaan dan kondisi pasien
Kalsium memiliki efek protektif yang baik fisik maupun psikisnya.
dapat mencegah penyerapan oksalat Angka harapan hidup pada pasien
yang bisa membentuk batu gagal ginjal yang menjalani
ginjal.Namun bertentangan dengan hemodialisa tergolong tidak terlalu
teori Chadban (2003) lama hal ini dipengaruhi oleh
2. Umur keteraturan dalam melakukan
Dari hasil penelitian ini diketahui hemodialisa, patuh terhadap diet
bahwa usia tertinggi pada kelompok cairan maupun asupan nutrisi pada
usia 46-55 tahun (lansia awal) dan usia penderita gagal ginjal sehingga dapat
56-65 tahun (lansia akhir yaitu menjaga keberlangsungan hidup
masing-masing sebanyak 13 pasien gagal ginjal kronik.Kerusakan
responden (31,7%) dan yang paling ginjal ini mengakibatkan masalah pada
sedikit usia 36-45 tahun (dewasa kemampuan dan kekuatan tubuh yang
akhir) sebanyak 7 responden (17,1%). menyebabkan aktivitas kerja
Hal ini selaras dengan data dari terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan
Riskesdas pada tahun 2013 Jawa lemas sehingga kualitas hidup pasien
Tengah menduduki peringkat ke-4 menurun (Smeltzer & Bare, 2013).
dengan presentase 0,3% . Gagal ginjal
kronik, meningkat tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun (0,3%),
diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan
umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi
pada kelompok umur ≥75 tahun
B. Analisa Univariat individuKapasitas kerja
1. Kualitas hidup pasien gagal ginjal menggambarkan kemampuan yang
kronik dilihat dari dimensi kesehatan dimiliki individu untuk menyelesaikan
fisik tugas-tugasnya.
Dimensi Hasil penelitian ini didukung oleh
Persentase
Kesehatan Frekuensi penelitan inshan marta (2017)
(%)
Fisik menyebutkan bahawa sebagian besar
Buruk 23 56,1 responden juga menyatakan mereka
Baik 18 43,9 merasakan tidak puas dengan
Jumlah 41 100,0 kesehatan yang dialaminya saat ini
Berdasarkan table 3 kualitas hidup (34,5 %), responden juga menyatakan
dilihat dari dimensi kesehatan fisik bahwa rasa sakit fisik yang dialaminya
sebagian besar pasien Gagal Ginjal mencegah responden dalam dalam
Kronik yang menjalani hemodialisa di beraktivitas sesuai kebutuhannya.
Rumah Sakit Ambarawa. Memiliki Dilihat dari hasil penelitian
kualitas hidup uruk, yaitu sejumlah 23 didapatkan bahwa usia lansia sebagian
orang (56,1%). Dimana sebanyak 7 besar 56-65 tahun dan sebagian besar
responden memberikan jawaban responden < 1 tahun dari hal tersebut
kuisioner dengan jawaban negative berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
yakni aktifitasnya masih sering responden akibat dari rasa sakit yang
terganggu dengan rasa sakit pada dialami akibat dari lama menderita
fisiknya. gagal ginjal kronik hal tersebut
Hal ini sesuai dengan teori berdasarkan hasil penelitian ini adalah
kualitas hidup Menurut WHOQoL terapi medis, vitalitas, pergaulan,
(The World Health Organization istirahat tidur, kepuasan bekerja. Hasil
Quality of Life) (2010), Aktivitas penelitian sejumlah 14 responden
sehari-hari menggambarkan kesulitan sedikit merasakan sakit fisik ketika
dan kemudahan yang dirasakan melakukan aktivitas, sejumlah 14
individu ketika melakukan kegiatan orang membutuhkan terapi medis
sehari-hari Ketergantungan pada obat- dalam jumlah sedang.
obatan dan bantuan medis Berdasarkan hasil penelitian
menggambarkan seberapa besar diketahui bahwa semua responden
kecenderungan individu dalam dapat melakukan berbagai aktivitas
menggunakan obat-obatan atau seperti yang disebutkan diatas
bantuan medis lainnya dalam perlunya terapi medis untuk dapat
melakukan aktivitas sehari- berfungsi dalam kehidupan sehari-hari
hari.Energi dan kelelahan dan untuk mencegah rasa sakit fisik,
menggambarkan tingkat kemampuan Seperti yang disebutkan oleh
yang dimiliki oleh individu dalam (Anggraini, 2016).
menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Hasil penelitian diidapatkan 10
Mobilitas menggambarkan tingkat reponden masih kurang memiliki
perpindahan yang mampu dilakukan vitalitas yang cukup untuk aktivitas
oleh individu dengan mudah dan sehari-hari, sebanyak 13 responden
cepat.Sakit dan ketidaknyamanan: biasa saja dalam bergaul, kepuasan
menggambarkan sejauh mana perasaan dalam tidur biasa saja. Kepuasan
keresahan yang dirasakan individu dengan kemampuan untuk
terhadap hal – hal yang menyebabkan menampilkan aktivasnya sejumlah 18
individu merasa sakit. Tidur dan responden, kempauan responden untuk
Istirahat menggambarkan kualitas bekerja sejumlah 18 responden biasa
tidur dan istirahat yang dimiliki oleh saja.
2. Kualitas hidup pasien gagal ginjal bersalah dan frustrasi juga turut
kronik dilihat dari dimensi kesehatan berperan dalam reaksi emosional
psikologi pasien. Penyakit GGK membuat
Dimensi pasien merasa tidak berdaya,
Persentase
Kesehatan Frekuensi menyadari akan terjadinya kematian
(%)
Psikologis tubuh membuat pasien merasa cemas
Buruk 24 58,5 sekali dan merasa hidupnya tidak
Baik 17 41,5 berarti lagi sehingga terjadi penurunan
Jumlah 41 100,0 kualitas hidup pada pasien.
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat Kualitas hidup pasien gagal ginjal
bahwa, mayoritas responden memiliki kronik dilihat dari dimensi hubungan
kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak social
24 orang (58,5%), didapatkan hasil Dimensi
Persentase
penelitian didapatkan responden Hubungan Frekuensi
(%)
sebagian besar tidak banyak Sosial
menikmati hidup dari pertanyaan no 5 Buruk 20 48,8
yakni respondden mempunyai kualitas Baik 21 51,2
hidup dalam kategori buruk yakni Jumlah 41 100,0
sebnyak 13 responden. Kuisioner no 6 Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat
sebanyak 14 responden sedikit merasa bahwa, mayoritas responden memiliki
hidupnya berarti, kuisioner no 7 kualitas hidup baik dari dimensi
sebanyak 13 responden kurang mampu hubungan sosialnya , yaitu sebanyak
berkonsentrasi, kuisioner no 11 20 orang (48,8%). Keadaan ini juga
sebnyak 8 responden sedikit menerima berhubungan dengan masalah
penampilan tubuhnya, kuisioner no 19 ketidakpuasan dalam kehidupan
senbanyak 14 responden tidak puas seksual, terutama responden laki-laki
terhadap dirinya, kuisioner no 26 yang dalam penelitian ini lebih banyak
sebanyak 11 responden sering (68,3%) dari wanita (31,7%).
memiliki perasaan negative (feeling Kuisioner no 20 responden ssebnayak
blue). 10 menyatakan tidak puas dengan
Faktor yang dapat mempengaruhi hubungan sosialnya, kuisioner no 21
kurangnya dukungan sosial yang responden sebanyak 21 responden
mengakibatkan kualitas hidup kurang sebanyak 9 menyatakan kepuasan
adalah pasien gagal ginjal kronis yang dengan kehidupan seksual biasa saja.
belum pernah melakukan hemodialisis Kualitas hidup pada dimensi social
cenderung memiliki tingkat sebelum menjalani hemodialisa
kecemasan dan stres yang lebih tinggi tergantung dari dukungan social yang
dibandingkan dengan pasien yang diterima oelh responden. Baik
sudah berkali-kali melakukan terapi dukungan emosiaonal dari keluarga
hemodialisis. Pasien yang menjalani dan kelompok social dilingkungan
terapi hemodialisis dapat mengalami responden, juga dukungan
gangguan dalam fungsi kognitif, instrumental dan informasional
adaptif, atau sosialisasi dibandingkan Ini sesuai dengan pendapat Hudak
dengan orang normal lainnya. Gallo (2010) yang mengatakan bahwa
Permasalahan psikologis yang dialami pasien yang menjalani HD akan terjadi
pasien yang baru menjalani penurunan fungsi seksual (libido) pada
hemodialisis sebenarnya sudah laki-laki: sering terjadi impotensi,
ditunjukkan dari sejak pertama kali mungkin karena penyakitnya atau efek
pasien divonis mengalami gagal ginjal samping dari obat-obat anti hipertensi.
kronik. Perasaan hilang kendali, Pada wanita selama proses
hemodialisis tidak mengalami proses kurang dibutuhkan, responden tidak
menstruasi karena pengaruh obat bekerja.Responden dianggap tidak
imunosupresi . mempunyai kemampuan untuk
Ini sesuai hasil penelitian Martono beraktifitas juga dalam hal
(2006) bahwa keluarga memiliki berpendapat.Responden jarang
tuntutan lebih kuat dibandingkan dimintai pendapat dan jarang
tenaga medis karena hubungan dilibatkan dalam pembuatan
kekerabatannya. Walau pun tenaga keputusan.Peneliti menilai ini ada
medis merasa bahwa pasien hubungannya dengan jumlah
membutuhkan dukungan sosial yang responden laki-laki yang lebih banyak,
banyak, akan tetapi tenaga medis karena dalam kehidupan rumah tangga
mempunyai keterbatasan. mereka menjadi kepala keluarga yang
Keterbatasan ini dapat berupa etika seharusnya lebih banyak terlibat dalam
profesi yang tidak memungkinkan membuat keputusan.Hal ini terjadi
tenaga medis terlibat jauh dalam juga karena karakteristik responden
urusan pribadi pasiennya kecuali yang laki-laki yang membutuhkan informasi
berhubungan dengan penyakitnya. lebih banyak dan responden wanita
Keterbatasan lain karena banyaknya lebih sering berkonsultasi kepada
pasien yang harus ditangani sehingga tenaga medis. Ini sesuai yang
tenaga medis mengandalkan dijelaskan Safarino dalam Martono
partisipasi aktif dari keluarga.jalani (2010) bahwa untuk mengatasi
terapi hemodialysis secara tidak masalah yang dirasakannya, maka
langsung dapat memotivasi pasien laki-laki cenderung mencari informasi
untuk menjadi lebih baik. Dari hasil lebih banyak agar ia lebih dapat
pengamatan peneliti selamaa mengenali dan kemudian mencari
melakukan penelitian tampak adanya jalan keluar dari masalah.
hubungan baik anatara pasien dengan 4. Kualitas hidup pasien gagal ginjal
teman pasien. Beberapa responden kronik yang menjalani hemodialisa
mengatakan dukungan yang diberikan Kualitas Persentase
Frekuensi
teman membuat pasien menjadi lebih Hidup (%)
semnagat untuk menjalani Buruk 25 61,0
hemodialysis dan termotivasi untuk Baik 16 39,0
bisa sembuh dari penyakitnya. Jumlah 41 100,0
3. Kualitas hidup pasien gagal ginjal Berdasarkan table 7 hasil
kronik dilihat dari dimensi lingkungan penelitian diketahui bahwa paling
Dimensi Persentase banyak responden dengan kualitas
Frekuensi
Lingkungan (%) hidup dalam kategori buruk yaitu
Buruk 19 46,3 sebanyak 25 responden (61,0%). Pada
Baik 22 53,7 kuesioner no 8 didapatkan 11
Jumlah 41 100,0 responden menyatakan sedikit merasa
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat nyaman terhadap kehidupan sehari-
bahwa, mayoritas responden memiliki hari, kuesioner no 9 didapatkan 10
kualitas hidup baik dari dimensi responden menyatakan lingkungan
lingkungan, yaitu sebanyak 22 orang tempat tinggalnya lumayan sehat,
(53,7%), sedangkan 19 orang kuesioner no 12 didapatkan 8
responden (46,3%) memiliki kualitas responden menyatakan memiliki
hidup yang buruk dari dimensi cukup uang dalam jumlah sedang,
lingkuungan. Responden merasa kuesioner no 13 didapatkan 10
bahwa keberadaannya di tempat respoonden menyatakan sedikitnya
mereka tinggal dan bekerja sudah ketersediaan informasi yang
didapatkan, kuesioner no 14 sosial yang dirasakan individu maka
didapatkan 8 responden menyatakan tingkat kualitas hidup individu juga
sedikit mendapatkan kesempatn untuk tinggi, sebaliknya semakin rendah
rekeasi dengan keluarga, kuesioner no tingkat dukungan sosial maka semakin
23 didapatkan 13 responden rendah pula tingkat kualitas hidup
menyatakan puas dengan kondisi individu. Hal ini senada dengan hasil
tempat tinggalnya, kuesioner no 24 penelitian dari Marthan & Purwanta
didapatkan 10 responden menyatakan (2006), bahwa terdapat hubungan
puas dengan akses pelayanan antara dukungan sosial dengan
kesehatan, kuesioner no 25 didapatkan peningkatan kesehatan dengan
10 responden puas dengan diberikannya dukungan dari orang-
ketersediaan transportasi yang orang yang berarti bagi pasien dan
digunakan. dengan cara memberikan pendidikan
Hal tersebut dapat dilihat dari kesehatan pada pasien seperti
hasil jawaban kuesioner yang mengeksplor perasaan, empati,
diberikan peneliti kepada responden membuka diri, memberi kehangatan,
tentang kualitas hidup responden yang berdampak pada peningkatan kualitas
terbagi menjadi beberapa kriteria yaitu hidup pasien.
kualitas hidup dilihat dari segi Hasil penelitian sejalan dengan
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hasil penelitian Ibrahim (2009),
dan pengaruh dimensi lingkungan menunjukan bahwa 57,1% pasien yang
terhadap kualitas hidup responden. menjalani hemodialisis
Kualitas hidup pasien GGK yang mempersepsikan kualitas hidupnya
menjalani hemodialisa dipengaruhi pada tingkat rendah dengan kondisi
oleh faktor-faktor yaitu karakteristik fisik merasa kelelahan, kesakitan dan
pasien, terapi hemodialisa yang sering gelisah. Pada kondisi psikologis
dijalani, status kesehatan pasien pasien tidak memiliki motivasi untuk
seperti kondisi ada tidaknya anemia, sembuh, secara hubungan sosial dan
juga ada tidaknya depresi, dan faktor lingkungan pasien menarik diri dari
terakhir yaitu dukungan keluarga aktifitas dimasyarakat sementara
(Septiwi, 2010). pasien yang menjalani hemodialisis
Indikator lain untuk menilai yaitu mempersepsikan kualitas
pada segi hubungan sosial dimana hidupnyapada tingkat tinggi dengan
sebagian besar responden tersebut kondisi dapat tidur dan istirahat
dapat dikategorikan baik dilihat dari dengan nyaman tidak merasa gelisah
hasil jawaban responden terhadap dan tidak mudah kelelahan.
kuesioner yang diberikan oleh peneliti
kepada responden dimana dari hasil KESIMPULAN
jawaban responden tersebut
1. Gambaran kualitas hidup pasien
didapatkan data sebagian besar
gagal ginjal kronik dilihat dari
responden menyatakan bahwa
dimensi kesehatan fisik memiliki
responden puas dengan dukungan dari
kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak
teman (12,1%), responden puas
26 orang (63,4%), sedangkan 15
dengan kehidupan seksual (19,5%).
orang responden (36,6%) memiliki
Hasil tersebut menunjukaepn bahwa
kualitas hidup yang baik.
penelitian ini diterima , artinya
2. Gambaran kualitas hidup pasien gagal
terdafat hubungan positif yang sangat
ginjal kronik dilihat dari dimensi
signitifikan antara dukungan teman
kesehatan psikologi memiliki kualitas
dengan kualitas hidup, dimana
hidup buruk, yaitu sebanyak 24 orang
semakin tinggi tingkat dukungan
(58,5%), sedangkan 17 orang
responden (41,5%) memiliki kualitas Hemodialisa di RSUP HAM
hidup yang baik.
Medan. USU repository.
3. Gambaran kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik dilihat dari dimensi
hubungan social memiliki kualitas ESRD. (2012),End Stage Renal Disease
hidup baik, yaitu sebanyak 21 orang (ESRD) Patients in 2012 A Global
(51,2%), sedangkan 20 orang
responden (48,8%) memiliki kualitas Perspective. Germany: Fresenius
hidup yang buruk. Medical Care.
4. Gambaran kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik dilihat dari dimensi
Farida, A. 2010.Pengalaman Klien
lingkungan memiliki kualitas hidup
baik, yaitu sebanyak 22 orang Hemodialisis Terhadap Kualitas
(53,7%), sedangkan 19 orang
Hidup dalam Konteks Asuhan
responden (46,3%) memiliki kualitas
hidup yang buruk. Keperawatan di RSUP Fatmawati
5. Gambaran kualitas hidup pasien gagal
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa memiliki kualitas hidup
buruk sebanyak 25 orang (61,0%),
sedangkan 16 orang responden Indonesian Renal Registry. 2012. 5th
(39,0%) memiliki kualitas hidup yang Annual Report of Indonesia.
baik.
http://www.pernefriinasn.org/Lap

REFERENSI oran/5th%20Annual%20Report%

Anggraini, Y. D. (2016),Kualitas Hidup 20Of%20IRR%202012.pdf. [3


Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Desember 2015].
Menjalani Hemodialisis Di RSUD
Blambangan Banyuwangi. Inshan,Marta,(2017).,Hubungan
Universitas Jember.
Brunner & Suddart, (2002), Keperawatan Dukungan Sosial Dengan Kualitas
Medikal Bedah.EGC. Jakarta Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Menjalani Terapi
Departemen Kesehatan Republik
Hemodialisa Di RSUD
Indonesia.(2014). Riset Kesehatan
Ungaran.(tidak dipublikasikan)
Dasar (Riskesdas) 20013.Jakarta :
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri.
Badan Penelitian dan Jakarta : Yudistira.
Pengembangan Kesehatan Septiwi, C. 2010. Hubungan antara
Adekuasi Hemodialisis dengan
Departemen. Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisis RS Prof Dr
Desita. (2010). Pengaruh Dukungan Margono Soekarjo Purwokerto.
Tesis. Program Pasca Sarjana
Keluarga Terhadap Peningkatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Universitas Indonesia. Depok.
Smeltzer dan Bare. 2001. Buku Ajar
Ginjal Kronik yang Menjalani Keperawatan Medikal Bedah Vol
2 Edisi 8. Jakarta: EGC: 1398-
1401.Sudoyo, A., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., dan
Setiati, S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Kelima
Jilid II.Jakarta: Iterna Publising:
1036.
Surjono, A. 2005.Vade-Mecum
Pediatri.Jakarta : EGC: 83 United
States Renal Data System. 2014.
USRDS Annual Data Report
Volume 2: End Stage Renal
Disease.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung : Alfabeta.
Yuliaw.2009. Hubungan Karakteristik
Individu dengan Kualitas Hidup
Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal
Kronis di RS Dr. Kariadi
Semarang. [serial online]
WHO, 2008.How Can We Achieve
Global Equity in Provision of
Renal Replacement
Theraphy.Bull. WHO. 86: 161-
240
WHOQL-100, WHOQL-BREF and CA-
WHOQL INSTRUMENTS; user
manual and interpretasion guide.
Juli 15, 2016

Anda mungkin juga menyukai