Pembelajaran Probing Prompting
Pembelajaran Probing Prompting
By yuaayu
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah
mendor ong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk
memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk
memahami pengetahuan atau konsep baru.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara
acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberi serangkaian pertanyaan disertai
dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Ada canda, senyum dan
tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban
siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah
berpartisipasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008) menyimpulkan bahwa proses
probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan
konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi matematika cukup tinggi.
Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih
terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika tiba-tiba
ditunjuk oleh guru. Hal yang sama diungkapkan oleh Suherman (2001) bahwa dengan
menggunakan metode tanya jawab siswa menjadi lebih aktif daripada belajar mengajar
dengan metode ekspositori.
Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing
prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang
berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing
siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah
sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).
Pola umum dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing melalui
tiga tahapan (Rosnawati, 2008:24), yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan awal : Guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa
dengan menggunakan teknik probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi dan
motivasi. Apabila prasyarat telah dikuasi siswa maka langkah yang keenam dari
tahapan teknik probing tidak perlu dilaksanakan. Untuk memotivasi siswa, pola
probing cukup tiga langkah saja yaitu langkah 1, 2, dan 3.
2. Kegiatan inti : pengembangan materi maupun penerapan materi dilakukan dengan
menggunakan teknik probing.
3. Kegiatan akhir : teknik probing digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa
dalam belajarnya setelah siswa selesai melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pola meliputi ketujuh langkah itu dan diterapkan terutama untuk
ketercapaian indikator.
Daftar Pustaka
Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
PROBING DAN PROMPTING
PROBING
Probing (Question) secara bahasa kata “probing” memiliki arti menggali atau melacak,
sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh keterangan yang lebih jelas
atau lebih mendalam. Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai
suatu teknik membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna
memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru
(Wijaya, 197). Teknik menggali (probing) ini dapat digunakan sebagai teknik untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban murid. Pertanyaan itu bermaksud untuk
menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban yang lebih benar. Teknik probing
diawali dengan menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki atau
benda-benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami pertentangan dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk
mengadakan asimilasi, disinilah probing mulai diperlukan.
PROMPTING
Prompting (Question) secara bahasa “prompting” berarti “mengarahkan, menuntut”,
sedangkan menurut istilah adalah pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada
murid dalam proses berfikirnya. Bentuk pertanyaan prompting dibedakan menjadi 3:
1) Mengubah susunan pertanyaan dengan kata-kata yang lebih sederhana yang
membawa mereka kembali pada pertanyaan semula.
2) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata berbeda atau lebih sederhana
yang disesuaikan dengan pengetahuan murid-muridnya saja.
3) Memberikan suatu review informasi yang diberikan dan pertanyaan yang membantu
murid untuk mengingat atau melihat jawabannya (E.C.Wrag dan George Brown, 1997: 43).
Dengan kata lain prompting adalah cara lain dalam merespon (menanggapi) jawaban siswa
apabila siswa gagal menjawab pertanyaan, atau jawaban kurang sempurna. Dengan demikian
salah satu bentuk prompting adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang
jawabannya dapat dipakai menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang tepat (Suwandi
dan Tjetjep S, 1996: 18). Jadi dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
teknik Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang
mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan sendiri konsep menjadi pengetahuan baru,
dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran seperti
ini proses tanya jawab dilakukan secara acak. Sehingga mau tidak mau setiap siswa harus
berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat
mereka akan dilibatkan dalam proses tanya jawab.