Anda di halaman 1dari 15

PELAKSANAAN KAWIN HAMIL PADA MASYARAKAT ADAT DI

DESA TANJUNG KECAMATAN KOTO KAMPAR HULU


KABUPATEN KAMPAR

Oleh : WIDYA KURNIA SARI

Pembimbing I : Hj. Mardalena Hanifah, SH., M.Hum.


Pembimbing II : Rahmad Hendra, SH., M.Kn.
Alamat : Jalan Karya 1 Nomor 8 Paus
Email : widyakurnia33@gmail.com

ABSTRACT

Article 53 Compilation of Islamic Law has stated that, a woman who


became pregnant out of wedlock who can legally married to the man who
impregnated her without waiting for the birth of a child in her womb. The
marriage continues to be valid and effective unless there is a divorce, so the
marriage was performed not need to be restarted even after the birth of her child.
The reality of the indigenous communities in the village of Tanjung District
Koto Kampar Hulu Districts Kampar still upholds the customary law in force in
this village. Marriage to a pregnant woman before getting marriage was
forbidden, but to cover up the embarrassment should be expedited marriage
(forced marriage), the consequences under customary law marriage is invalid.
Legal marriage when repeated after forty days the baby is born.

Keyword: Implementation - Married Pregnant - Customary Law - Village of


Tanjung

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 1


BAB I bukan lagi hal aneh untuk
PENDAHULUAN didengar.2
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan fenomena
Hukum yang berlaku dalam seorang wanita hamil diluar nikah
kehidupan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat dan
tidak hanya hukum tertulis, melihat segi negatif yang timbul
namun terdapat juga hukum tidak apabila kawin hamil tidak diatur
tertulis yang tumbuh dan secara pasti, maka perlu adanya
berkembang dari kebiasaan- pengaturan tersendiri tentang
kebiasaan dalam kehidupan kawin hamil yang diatur
masyarakat Indonesia, yaitu berdasarkan Instruksi Presiden
hukum adat. Hukum adat Republik Indonesia Nomor 1
merupakan salah satu sumber Tahun 1991 Tentang Kompilasi
hukum yang penting dalam Hukum Islam yang selanjutnya
rangka pembangunan hukum disebut Kompilasi Hukum Islam.
nasional yang menuju kearah Kompilasi Hukum Islam yang
peraturan perundang-undangan.1 merupakan consensus para ulama
Dewasa ini, kehidupan di Indonesia tentang hukum islam
manusia selalu diwarnai dengan menyatakan kebolehan wanita
persoalan-persoalan sosial, salah hamil menikah dengan laki-laki
satunya adalah fenomena hamil di yang menghamilinya seperti yang
luar nikah yang semakin termuat dalam Pasal 53 Kompilasi
meningkat. Kehamilan yang Hukum Islam, yang menyatakan
berujung dengan lahirnya sang bahwa: seorang wanita yang
anak, ada pula yang berujung hamil di luar ikatan perkawinan
pada tindakan aborsi atau bahkan yang sah dapat dinikahkan dengan
sampai melakukan tindakan pria yang menghamilinya tanpa
bunuh diri karena tidak kuat menunggu kelahiran anak dalam
menghadapi konsekuensi akan kandungannya. Perkawinan
kehamilannya, baik pertanggung tersebut terus berlaku selama
jawaban terhadap keluarganya, tidak ada perceraian sehingga
maupun tanggung jawab moral perkawinan yang telah
terhadap masyarakat. Kejadian ini dilaksanakan tersebut tidak perlu
tidak terlepas dari pengaruh diulang kembali meskipun setelah
budaya dan teknologi yang kelahiran anaknya.
semakin canggih yang Berbagai perbedaan
mengakibatkan pergaulan bebas pendapat banyak ditemui dalam
semakin terbuka, sehingga pelaksanaan kawin hamil yang
terjadinya kehamilan di luar nikah terjadi dalam masyarakat
Indonesia, hal tersebut disebabkan
karena Indonesia tidak hanya
menganut satu hukum saja, yaitu
hukum nasional. Indonesia juga
1 2
Ulfiah Hasanah, Hukum Adat, Pusat Kartini Kartono, Kenakalan Remaja,
Pengembangan Pendidikan Universitas PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2008,
Riau, Pekanbaru: 2012, hlm. 5. hlm. 7.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 2


menganut dan mengakui hukum kalinya setelah anak yang
adat dan hukum islam yang dikandung lahir akibat
berlaku, selama segala sesuatunya pelaksaan kawin hamil pada
tidak bertentangan dengan masyarakat adat di Desa
kepentingan umum, Pancasila dan Tanjung Kecamatan Koto
Undang-Undang Dasar Tahun Kampar Hulu Kabupaten
1945. Kampar?
Adapun dalam hukum adat 3. Bagaimanakah akibat hukum
di Desa Tanjung Kecamatan Koto terhadap anak yang lahir akibat
Kampar Hulu Kabupaten Kampar pelaksanaan kawin hamil yang
ada perbedaan dalam pelaksanaan, dilangsungkan pada
dimana pelaksanaan kawin hamil masyarakat adat di Desa
tidak sah karena dilarang bagi Tanjung Kecamatan Koto
seorang wanita hamil Kampar Hulu Kabupaten
melangsungkan perkawinan, Kampar?
perkawinan dianggap sah apabila C. Tujuan dan Kegunaan
bayi yang dikandung telah lahir. Penelitian
Oleh karena itu, harus mengulang 1. Tujuan Penelitian
perkawinan setelah empat puluh a. Untuk mengetahui proses
hari bayi yang dikandung lahir.3 perkawinan yang digunakan
Berdasarkan uraian di atas, terhadap wanita hamil pada
maka penulis tertarik untuk masyarakat adat di Desa
meniliti masalah Pelaksanaan Tanjung Kecamatan Koto
Kawin Hamil Pada Masyarakat Kampar Hulu Kabupaten
Adat di Desa Tanjung Kampar.
Kecamatan Koto Kampar Hulu b. Untuk mengetahui fungsi
Kabupaten Kampar. mengulang perkawinan
B. Rumusan Masalah untuk kedua kalinya setelah
Berdasarkan uraian latar anak yang dikandung lahir
belakang di atas, permasalahan akibat pelaksanaan kawin
yang dibahas dalam proposal ini: hamil pada masyarakat adat
1. Bagaimanakah proses di Desa Tanjung Kecamatan
perkawinan yang digunakan Koto Kampar Hulu
terhadap wanita hamil pada Kabupaten Kampar.
masyarakat adat di Desa c. Untuk mengetahui akibat
Tanjung Kecamatan Koto hukum terhadap anak yang
Kampar Hulu Kabupaten lahir akibat pelaksanaan
Kampar? kawin hamil pada
2. Apakah fungsi mengulang masyarakat adat di Desa
perkawinan untuk kedua Tanjung Kecamatan Koto
Kampar Hulu Kabupaten
3 Kampar.
Hasil Wawancara dengan Bapak
Syamsudianar, Datuk Majo Bosau, Ninik 2. Kegunaan Penelitian
Mamak Desa Tanjung, Kecamatan Koto a. Kegunaan Teoritis
Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Hari b. Kegunaan Praktis
Selasa, 15 September 2015, Bertempat di 1) Bagi Tokoh Masyarakat
Desa Tanjung.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 3


2) Bagi Kantor Urusan 2. Konsep Tentang Perkawinan
Agama (KUA) dan Kawin Hamil
3) Bagi Masyarakat a. Konsep Perkawinan
D. Kerangka Teori Undang-Undang
1. Teori Resepsi (Theorie Nomor 1 Tahun 1974
Receptie) Tentang Perkawinan,
Theorie Receptie atau perkawinan memiliki makna
teori resepsi merupakan teori yaitu suatu akad atau
yang diperkenalkan oleh perjanjian untuk mengikat
Christian Snouck Hurgronje diri antara seorang pria
(1857±1936). Pada intinya dengan seorang wanita
teori receptie ini menyatakan sebagai suami istri, yakni
bahwa hukum yang hidup dan membentuk keluarga
berlaku bagi rakyat Indonesia (rumah tangga) yang
terlepas dari agama yang bahagia dan kekal untuk
dianutnya adalah hukum adat. mewujudkan suatu
Sedangkan hukum islam kebahagiaan hidup yang
meresepsi ke dalam dan diliputi rasa kasih sayang
berlaku sepanjang dikehendaki dan ketentraman
oleh hukum adat. Dengan berdasarkan Ketuhanan
demikian, menurut teori resepsi Yang Maha Esa, sehingga
berarti bahwa hukum islam dan menimbulkan hak dan
hukum adat adalah dua kewajiban antar keduanya.
etentitas yang berbeda bahkan Sementara pengertian
kadang-kadang saling perkawinan itu sendiri
berhadapan (beroposisi). dalam Kompilasi Hukum
Artinya, bahwa di antara Islam telah dinyatakan lebih
hukum adat dengan hukum dahulu.5 Pasal 2 dan Pasal 3
islam kadang-kadang terjadi Kompilasi Hukum Islam
konflik kecuali untuk hukum (KHI) menyatakan:
islam yang telah meresepsi ke perkawinan adalah
dalam hukum adat. Adapun pernikahan, yaitu akad yang
hukum islam yang telah sangat kuat atau mitssaqan
meresepsi di seluruh wilayah qhalidzan untuk mentaati
Indonesia adalah bidang- perintah Allah dan
bidang hukum perkawinan, melaksanakannya
terutama mengenai syarat- merupakan ibadah yang
syarat sahnya perkawinan dan bertujuan untuk
hukum wakaf, serta hukum mewujudkan kehidupan
waris untuk wilayah tertentu.4 rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah.

4 5
Otje Salman Soemadiningrat, Rachmadi Usman, Aspek-Aspek
Rekonseptualisasi Hukum Adat Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di
Kontemporer, PT. Alumni, Bandung: 2002, Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta: 2006, hlm.
hlm. 78. 268.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 4


Menurut Tahir menghamilinya tersebut.7
Mahmood mendefinisikan Kompilasi Hukum Islam
perkawinan sebagai sebuah menyatakan kebolehan
ikatan lahir dan batin antara wanita hamil menikah
seorang pria dan wanita dengan kawan zinanya
masing-masing menjadi seperti yang termuat dalam
suami dan istri dalam Pasal 53 Kompilasi Hukum
rangka memperoleh Islam. Secara lengkap, isi
kebahagiaan hidup dan Pasal 53 Kompilasi Hukum
membangun keluarga dalam Islam adalah sebagai
sinar Ilahi.6 berikut:
Rukun perkawinan 1) Seorang wanita hamil di
sebagaimana diatur dalam luar nikah, dapat
Pasal 14 Kompilasi Hukum dikawinkan dengan pria
Islam, dimana untuk yang menghamilinya.
melaksanakan perkawinan 2) Perkawinan dengan
harus ada: Calon suami, wanita hamil yang
calon isteri, wali nikah, dua disebut pada ayat (1)
orang saksi, ijab dan kabul. dapat dilangsungkan
Terkait dengan sahnya tanpa menunggu lebih
suatu perkawinan, Pasal 2 dahulu kelahiran
Undang-Undang Nomor 1 anaknya.
Tahun 1974 Tentang 3) Dengan
Perkawinan menyebutkan: dilangsungkannya
1) Perkawinan adalah sah, perkawinan pada saat
apabila dilakukan wanita hamil, tidak
menurut hukum masing- diperlukan perkawinan
masing agamanya dan ulang setelah anak yang
kepercayaannya. dikandung lahir.
2) Tiap-tiap perkawinan Kebolehan kawin
dicatat menurut dengan perempuan hamil
peraturan perundang- menurut ketentuan di atas
undangan yang berlaku. adalah terbatas bagi laki-
b. Konsep Kawin Hamil laki yang mengahamilinya,
Kawin hamil adalah hal ini berdasarkan surat
seorang wanita yang hamil An-Nur ayat 3.
sebelum melangsungkan E. Kerangka Konseptual
akad nikah, kemudian 1. Pelaksanaan adalah proses,
dinikahi oleh pria yang cara, perbuatan melaksanakan
menghamilinya ataupun
selain laki-laki yang

6
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal
7
Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia;
Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam http://tammimsyafii.blogspot.co.id/2013/10/h
dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, ukum-perkawinan-wanita-hamil-zina,
Kencana, Jakarta: 2004, hlm. 42. diakses, tanggal, 3 Oktober 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 5


(rancangan, keputusan, dan Kampar Provinsi Riau yang
sebagainya).8 dikepalai oleh seorang Kepala
2. Kawin Hamil adalah kawin Desa.13
dengan seorang wanita yang F. Metode Penelitian
hamil di luar nikah, baik 1. Jenis Penelitian
dikawini oleh laki-laki yang Penulis menggunakan
menghamilinya maupun oleh jenis penelitian sosiologis yaitu
laki-laki bukan yang penelitian terhadap efektivitas
menghamilinya.9 hukum yang sedang berlaku.14
3. Ninik Mamak atau Datuk Adat 2. Sifat Penelitian
adalah penghulu adat dan Sifat penelitian ini
orang tua-tua.10 termasuk penelitian deskriptif
4. 3XFXN 6\DUD¶ adalah alim yaitu penelitian yang dimaksud
ulama kampung, dimana untuk memberikan data yang
sebagai tempat masyarakat selektif mungkin tentang objek
adat untuk bertanya mengenai yang akan diteliti seperti apa
masalah-masalah hukum islam adanya di lapangan pada saat
atau hukum s\DUD¶ V\DUL¶DW penelitian dilangsungkan dan
islam) di suatu kampung.11 menggambarkan secara
5. Masyarakat Adat adalah lengkap dan terperinci.
masyarakat yang terpelihara 3. Lokasi Penelitian
dan tersusun oleh nilai-nilai Lokasi penelitian
adat. Masyarakat adat dilakukan di Desa Tanjung
terbingkai oleh ketentuan adat Kecamatan Koto Kampar Hulu
sehingga susunan masyarakat Kabupaten Kampar.
terbagi oleh norma-norma 4. Sumber Data
adat.12 Dalam penelitian hukum
6. Desa Tanjung adalah ini peneliti menggunakan
kumpulan dari beberapa unit beberapa sumber data yaitu :15
pemukiman kecil yang disebut a. Data Primer
kampung atau dusun yang b. Data Sekunder
berada di wilayah Kecamatan 1) Bahan Hukum Primer
Koto Kampar Hulu Kabupaten 2) Bahan Hukum Sekunder
3) Bahan Hukum Tersier
8
Andin T. Nirmala dan Aditya A. 5. Populasi dan Sampel
Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Populasi dan sampel
Prima Media, Surabaya: 2003, hlm. 236. yang dibutuhkan dalam
9
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh
Munakahat, Kencana, Jakarta: 2012, hlm.
13
124.
10
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengertian_
http://www.kamusbesar.com/55293/pengerti Desa_Tanjung, diakses, tanggal, 30
an-ninik-mamak-kabupaten-kampar, September 2015.
14
diakses, tanggal, 30 September 2015. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum
11
Hasil Wawancara dengan Bapak dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta: 2002,
Zailani, Loc.cit. hlm. 16.
12 15
UU Hamidy, Jasad Melayu Dalam Amirudin Zainal Askin, Pengantar
Lintas Budaya di Riau, Bilik Kreatif Press, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Pekanbaru: 2003, hlm. 82. Grafindo Persada, Jakarta: 2004, hlm. 32.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 6


penelitian hukum ini terdiri Marrige Law, dan Islamic
dari: pXFXN V\DUD¶ VDWX RUDQJ Marriage Ordinance.
ninik mamak (satu orang), Sementara dalam bahasa
KUA di Desa Tanjung (dua Indonesia digunakan istilah
orang), dan para pihak hukum perkawinan.16
pelaksana kawin hamil (empat Ada beberapa tujuan dari
orang). disyariatkannya perkawinan
6. Teknik Pengumpulan Data atas umat islam, diantaranya
Teknik yang digunakan adalah: 17
dalam pengumpulan data untuk a. Untuk mendapatkan anak
penelitian hukum ini peneliti keturunan yang sah bagi
menggunakan beberapa metode melanjutkan generasi yang
berikut : observasi, wawancara, akan datang.
dan studi kepustakaan. b. Untuk mendapatkan
7. Analisis Data keluarga bahagia yang
Data yang telah penuh ketenangan hidup dan
dikumpulkan dianalisis secara rasa kasih sayang. Hal ini
kualitatif dengan menggunakan terlihat dari firman Allah
uraian kalimat yang teratur, dalam surat ar-Rum ayat 21.
logis, dan efektif. Hasil dari Hikmah melakukan
analisis data ini disimpulkan perkawinan yaitu sebagai
secara induktif yaitu cara berikut:18
berfikir yang menarik suatu a. Bahu membahu antara
kesimpulan dari suatu suami istri.
pernyataan atau dalil yang b. Mengembangkan tali
bersifat khusus menjadi suatu silaturrahmi.
pernyataan atau kasus yang c. Menyelamatkan masyarakat
bersifat umum. dari bermacam-macam
BAB II penyakit.
TINJAUAN PUSTAKA d. Mencari tabaruk atau
A. Tinjauan Umum Tentang keberkahan melalui doa
Perkawinan seorang anak yang shaleh
1. Konsep Perkawinan setelah kematiannya.
Istilah yang digunakan
dalam bahasa Arab pada
istilah-istilah fiqih tentang 16
perkawinan adalah Mardani, Hukum Perkawinan Islam
Di Dunia Islam Modren, Graha Ilmu,
munakahat/nikah, sedangkan Yogyakarta: 2011, hlm. 3.
dalam bahasa Arab pada 17
Amir Syarifuddin, Hukum
perundang-undangan tentang Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana,
perkawinan, yaitu Ahkam Al- Jakarta: 2009, hlm. 46.
18
Zawaj atau Ahkam izwaj. $VULO ³/DUDQJDQ 3HUNDZLQDQ 0HQXUXW
Hukum Adat Desa Tanjung Kecamatan Koto
Bahasa Inggris, baik dalam .DPSDU +XOX .DEXSDWHQ .DPSDU´ Jurnal
buku-buku maupun perundang- Hukum dan Ham, Fakultas Hukum
undangan tentang perkawinan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
digunakan istilah Islamic Kasim Riau Indonesia, Vol. IX, No. 2 Juli-
Desember 2012, hlm. 133.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 7


e. Perkawinan adalah untuk saat akad nikah, nikahnya juga
memperoleh kesenangan sah. Kewajiban memberikan
secara hakiki bagi seorang mahar ini berdasarkan pada
laki-laki dan perempuan firman Allah dalam Surat an-
dalam bentuk yang sama. 1LVD¶
Dengan adanya perkawinan 2. Konsep Kawin Hamil
itu istri memperoleh Perkawinan wanita hamil
seseorang yang menjamin adalah seorang wanita yang
kebutuhan hidupnya hamil sebelum melangsungkan
(rezekinya). akad nikah, kemudian dinikahi
Perkawinan sah apabila oleh pria yang
19
syarat formil dan materilnya menghamilinya. Kawin
telah terpenuhi. Adapun syarat- dengan perempuan yang
syarat formil yaitu berkenaan sedang hamil karena zina
dengan formalitas-formalitas (diluar perkawinan).
yang mendahului perkawinan Mengawini perempuan hamil
seseorang. Syarat formil karena zina (diluar
perkawinan diatur dalam Pasal perkawinan) ulama berbeda
3 sampai dengan Pasal 9 pendapat dalam menetapkan
Peraturan Pemerintah Republik hukumnya. Ulama Malikiyah
Indonesia Nomor 9 Tahun dan Hanabilah mengatakan
1975 Tentang Pelaksanaan bahwa, perempuan tersebut
Undang-Undang Nomor 1 tidak boleh dikawini kecuali
Tahun 1974 Tentang setelah ia melahirkan anak;
Perkawinan. Syarat materil sebagaimana tidak boleh
adalah persyaratan yang mengawini perempuan dalam
berkenaan dengan calon masa iddah hamil. Ulama
mempelai yang hendak +DQDIL\DK 6\DIL¶\DK GDQ
melangsungkan perkawinan Zhahiriyah mengatakan bahwa,
dan diatur dalam Pasal 6 perempuan yang sedang hamil
sampai dengan Pasal 12 karena zina (diluar
Undang-Undang Nomor 1 perkawinan) itu boleh dikawini
Tahun 1974 Tentang tanpa menunggu kelahiran bayi
Perkawinan. yang dikandungnya. (Ibnu
Mahar menurut Pasal 1 Hzmin: 156; Ibnu al-Human:
huruf d Kompilasi Hukum 241)20
,VODP DGDODK ³3HPEHULDQ GDUL Para ulama berpendapat
calon mempelai pria kepada mengenai status anak akibat
calon mempelai wanita, baik kawin hamil, apabila anak
berbentuk barang, uang atau tersebut lahir kurang dari
jasa yang tidak bertentangan tenggang waktu enam bulan
GHQJDQ KXNXP LVODP´ untuk minimal masa
Pembayaran mahar itu wajib
atas laki-laki, tetapi tidak 19
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam
menjadi rukun nikah, juga di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta:2006,
apabila tidak disebutkan pada hlm. 45.
20
Amir Syarifuddin, Op.cit, hlm. 132.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 8


kehamilan, maka anak tersebut hukum adat mengandung
tidak dapat dinasabkan dengan sanksi yang dikenakan jika
ayahnya. Hal ini didasarkan aturan tersebut dilanggar.
pada konsep anak sah yang Hukum adat pun dibentuk dan
berlaku dalam islam yaitu anak diliputi oleh nilai-nilai sakral,
sah adalah anak dari yang dalam pembentukannya
perkawinan yang sah dan diliputi oleh nilai-nilai agama,
usianya dalam kandungan sebagaimana Soepomo
minimal adalah enam bulan memandangnya sebagai hukum
seperti yang disebutkan dalam tidak tertulis dan dipertahankan
Q.S Al Ahqaaf ayat 15 dan fungsionaris hukum serta
Q.S. Luqman ayat 14. Bila mengandung sanksi yang di
janin itu lahir setelah jangka sana sini mengandung unsur
waktu enam bulan terhitung agama.
sejak perkawinan ayah ibunya, 2. Masyarakat Adat
maka anak tersebut dipandang Masyarakat adat adalah
sebagai anak sah, sehingga masyarakat yang terpelihara
anak yang tidak sesuai dengan dan tersusun oleh nilai-nilai
konsep perhitungan lama usia adat. Masyarakat adat
janin dalam kandungan terbingkai oleh ketentuan adat
tersebut dipandang sebagai sehingga susunan masyarakat
anak tidak sah, yang dikenal terbagi oleh norma-norma adat.
juga dengan nama anak zina.21 Sistem nilai adat dalam bentuk
B. Tinjauan Umum Tentang seperangkat norma dan sanksi
Hukum Adat menjadi panduan, sehingga lalu
1. Pengertian Hukum Adat lintas sosial berjalan dengan
Hukum adat adalah harmonis. Harmonis antar
bagian dari hukum yang hubungan manusia dengan
berasal dari adat istiadat, yakni manusia serta harmonis pula
kaidah-kaidah sosial yang dengan alam sekitar, karena
dibuat dan dipertahankan oleh adat sudah bersendikan
para fungsionaris hukum kitabullah, maka keselarasan
(penguasa yang berwibawa) hubungan antar manusia serta
dan berlaku serta dimaksudkan hubungan dengan alam,
untuk mengatur hubungan- berpunca pada hubungan
hubungan hukum dalam dengan Allah. Cara itu manusia
masyarakat indonesia. menunaikan tugasnya sebagai
Pengaturan tata tertib khalifah (pemelihara) di muka
masyarakat oleh hukum adat bumi dalam rangka beribadah
ini mengidentifikasikan, kepada-Nya.22
3. Perkawinan Adat
21 Batasan hukum
Warastra Karebet Amrullah,
³3DQGDQJDQ +XNXP ,VODP 7HUKDGDS $QDN perkawinan adat di sini adalah
Hasil Zina yang Dilahirkan di Dalam
22
3HUNDZLQDQ´ Jurnal Hukum, Fakultas UU. Hamidy, Jagat Melayu Dalam
Hukum Universitas Islam Indonesia, Vol. Lintas Budaya Di Riau, Bilik Kreatif Press,
XVII, No. 1 Januari 2010, hlm. 145. Pekanbaru: 2014, hlm. 74.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 9


aturan-aturan hukum adat yang berdirinya Desa Tanjung sebelum
di sini adalah aturan-aturan abad ke VII (tujuh) sebelum
hukum adat yang mengatur Tahun 600 M. Nama Kecamatan
tentang bentuk-bentuk Koto Kampar Hulu diresmikan
perkawinan, cara-cara oleh Bapak Bupati Drs.
pelamaran, upacara Burhanuddin Husin, MM pada
perkawinan dan putusannya KDUL -XP¶DW WDQJJDO -XQL
perkawinan dan putusnya B. Keadaan Geografis, Demografi
perkawinan di Indonesia. dan Topografi
Aturan-aturan itu berbeda Letak geografis Desa
menurut adat-istiadat, agama, Tanjung, terletak diantara:
dan kepercayaan yang dianut 1. Sebelah Utara berbatasan
masyarakatnya, dan perubahan dengan Desa Tanjung dan Desa
adat itu sesuai zamannya. Tabing.
Arti perkawinan ialah 2. Sebelah Selatan berbatasan
satu peristiwa yang sangat dengan Desa Gunung Bungsu
penting dalam kehidupan dan Desa Muara Takus.
masyarakat adat, sebab 3. Sebelah Barat berbatasan
perkawinan itu tidak hanya dengan Desa Muara Takus dan
menyangkut kedua mempelai Kabupaten Lima Puluh Koto
saja, kedua keluarga, tetapi (Sumatera Barat).
juga menyangkut masyarakat 4. Sebelah Timur berbatasan
bahkan menyangkut arwah dengan Desa Tabing dan
leluhur-leluhur kedua belah Nagari Maura Peti Kabupaten
pihak. Lima Puluh Koto (Sumatera
BAB III Barat).
GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Tanjung berada di
PENELITIAN Kecamatan Koto Kampar Hulu
A. Sejarah Singkat Desa Tanjung Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Kecamatan Koto Kampar Hulu dan memiliki enam dusun. Desa
Kabupaten Kampar Tanjung memiliki luas wilayah
Kecamatan Koto Kampar sekitar ± 733 Ha. Orbitasi atau
Hulu, merupakan pemekaran dari rentang kendali pemerintahan
Kecamatan XIII Koto Kampar, Desa Tanjung memiliki jarak ke
dimana Desa Tanjung sebagai ibu ibu kota kecamatan terdekat
kotanya. Desa Tanjung sendiri sekitar 1 Km dengan lama jarak
kemudian juga dibagi menjadi 6 tempuh ke ibu kota kecamatan ± 5
(enam) dusun. Desa Tanjung menit, sedangkan jarak ke ibu
termasuk salah satu desa tertua di kota kabupaten ± 60 Km dengan
Kecamatan XIII Koto Kampar lama jarak tempuh ke ibu kota
dan Desa Tanjung sudah ada kabupaten ± 1,5 jam.
sebelum kerajaan Muara Takus, C. Kependudukan
sejarah juga mengatakan Jumlah penduduk Desa
pembangunan candi Muara Takus Tanjung Kecamatan Koto Kampar
juga melibatkan masyarakat Desa Hulu tahun 2015 tercatat 5.702
Tanjung, dapat disimpulkan jiwa yang merupakan bagian dari

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 10


1.478 KK, jumlah penduduk laki- ditanya mengenai proses
laki berjumlah 2.930 jiwa perkawinan adat dalam
sedangkan jumlah penduduk pelaksanaan kawin hamil di Desa
perempuan berjumlah 2.772 jiwa. Tanjung. Adapun proses
Penduduk Desa Tanjung perkawinan adat dalam
adalah orang minangkabau yang pelaksanaan kawin hamil di Desa
kerap menyebut diri mereka Tanjung, sebagai berikut:23
sebagai ughang ocu, tersebar 1. Perkawinan yang Pertama
dengan persukuan Domo, Melayu, a. Tahap Sebelum Resepsi
Piliang, Petapang, Caniago dan Perkawinan
Kampai. Secara sejarah, etnis adat 1) Melamar
istiadat, dan budaya mereka 2) Meminang
sangat dekat dengan masyarakat 3) 0D¶DQWDX 7DQGR
minangkabau. Penduduk di Desa 4) Maulang Jojak
Tanjung Kecamatan Koto Kampar 5) Mamanggie
Hulu mayoritas beragama Islam. 6) Bakampuong
BAB IV 7) Membuek Antoung-
HASIL PENELITIAN DAN Antoung
PEMBAHASAN 8) Khatam Al-4XU¶DQ
A. Proses Perkawinan yang 9) Badiqiu
Digunakan Terhadap Wanita 10)Baoguong
Hamil Pada Masyarakat Adat b. Acara Resepsi Perkawinan
di Desa Tanjung Kecamatan 1) Manjopuik
Koto Kampar Hulu Kabupaten 2) Baaghak
Kampar 3) Basiacuong
Hasil wawancara dengan 4) Basandiong
Bapak Syamsudianar (Datuk c. Tahap Sesudah Resepsi
Majo Bosau) selaku Ninik Mamak Perkawinan
di Desa Tanjung Kecamatan Koto 1) Kauma Mintuo
Kampar Hulu Kabupaten Kampar, (Kerumah Mertua)
ketika ditanya mengenai 2) Maimbau Sumondo
pelaksaan kawin hamil dalam 3) Maantau Balanjo
masyarakat adat di Desa Tanjung. 2. Perkawinan yang Diulang
Beliau menjawab perkawinan a. Setelah ditentukan tanggal
terhadap seorang wanita yang perkawinan yang hendak
hamil sebelum melangsungkan diulang, barulah dari pihak
akad nikah tersebut dilarang keluarga kedua belah pihak
dalam adat, karena wanita hamil suami istri tersebut
tersebut mempunyai masa iddah, mengumpulkan ninik
sehingga perkawinannya itu tidak mamak persukuan,
sah dalam adat. Oleh karena itu, sumondo, kerabat dekat dan
harus menggulang perkawinan alim ulama yang diadakan
setelah empat puluh hari bayi di rumah keluarga istri
yang kandung lahir, agar
perkawinannya sah. Beliau juga
23
memberikan jawaban ketika Hasil Wawancara dengan Bapak
Syamsudianar, Loc.cit.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 11


untuk bermusyawarah atau tidak mengulangi
berunding tentang perbuatannya lagi.
pelaksanaan dalam g. Selanjutnya tuan rumah
perkawinan ulang yang akan mengeluarkan dan
dilaksanakan. menghidangkan jambau
b. Perkawinan ulang diadakan (kawa) yang terdiri dari
di rumah keluarga istri, beberapa kue dan teh manis
kemudian yang memandu kepada ninik mamak
akad nikah perkawinan persukuan, khadi, sumondo,
adalah penghulu yang kerabat dekat dan alim
disebut dengan khadi, yaitu ulama.
orang yang dipandang B. Fungsi Mengulang Perkawinan
mengerti masalah agama Untuk Kedua Kalinya Setelah
dan telah diangkat oleh Anak yang Dikandung Lahir
musyawarah kerapatan adat Akibat Pelaksaan Kawin Hamil
beserta wali negeri. Pada Masyarakat Adat di Desa
c. Mendatangkan kedua Tanjung Kecamatan Koto
mempelai suami isteri dan Kampar Hulu Kabupaten
wali nikah untuk Kampar
dihadapkan ke khadi yang Ninik mamak di Desa
akan memandu proses akad Tanjung Kecamatan Koto Kampar
nikah. Hulu Kabupaten Kampar, ketika
d. Menghadirkan dua orang ditanya mengenai fungsi dari
saksi, dimana salah satu mengulang perkawinan untuk
saksi harus dari ninik kedua kalinya pada masyarakat
mamak. adat di Desa Tanjung Kecamatan
e. Ijab qabul materinya Koto Kampar Hulu, beliau
haruslah sama seperti nama menjawab fungsi yang pertama
perempuan secara lengkap mengulang perkawinan adalah
dan mahar yang disebutkan, untuk membersihkan keturunan
tapi mahar yang digunakan selanjutnya, karena anak hasil
dengan mengulang mahar kawin hamil tersebut dalam adat
pada perkawinan disebut sebagai anak haram atau
sebelumnya. Akad adalah anak gampang. Oleh karena itu
Ijab dari pihak wali suami isteri tersebut harus
perempuan atau wakilnya mengulang perkawinannya untuk
dan qabul dari calon suami memperbaiki keturunan
atau wakilnya. selanjutnya. Fungsi yang kedua
f. Setelah acara akad nikah mengulang perkawinan yaitu
selesai dilanjutkan dengan untuk memperbaiki status
GR¶D \DQJ GLSLPSLQ ROHK perkawinan suami isteri tersebut
imam adat untuk kedua yang sebelumnya merupakan
mempelai suami isteri perkawinan tidak sah dan harus
tersebut dan mempelai diulang agar status perkawinan
suami isteri berjanji untuk menjadi sah, karena perkawinan
yang sebelumnya diakibatkan

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 12


karena perbuatan zina dan harus perbuatan zina atau anak luar
melaksanakan perkawinan untuk nikah tersebut. Adanya dalam
menutupi aib bukan diawali niat masyarakat yang masih tetap
yang tulus dan ikhlas, akan tetapi menikahkan anak perempuannya
karena keterpaksaan.24 yang lahir akibat perbuatan zina,
C. Akibat Hukum Terhadap Anak dimana ayahnya tetap menjadi
Yang Lahir Akibat Pelaksanaan wali nikah dalam perkawinan
Kawin Hamil yang tersebut tanpa menggunakan wali
Dilangsungkan Pada hakim untuk mewalikannya.25
Masyarakat Adat di Desa BAB V
Tanjung Kecamatan Koto PENUTUP
Kampar Hulu Kabupaten A. Kesimpulan
Kampar 1. Pelaksanaan kawin hamil
Mengenai akibat hukum menurut hukum adat
terhadap anak yang lahir akibat perkawinan tersebut tidak sah,
pelaksanaan kawin hamil pada perkawinan sah apabila diulang
masyarakat adat di Desa Tanjung setelah empat puluh hari bayi
Kecamatan Koto Kampar Hulu yang dikandung lahir.
Kabupaten Kampar, Bapak Mengulang perkawinan
Syamsudianar (Datuk Majo dilaksanakan dimalam hari,
Bosau) selaku Ninik Mamak di dimana tidak diketahui oleh
Desa Tanjung Kecamatan Koto khalayak ramai. Perkawinan
Kampar Hulu Kabupaten Kampar yang diulang tidak dicatatkan
memberikan keterangan, bahwa kembali ke Kantor Urusan
anak yang lahir akibat perkawinan Agama (KUA), prosesi akad
yang wanitanya pada saat itu nikah yang dipandu oleh
dalam keadaan hamil atau wanita seorang khadi, bukan petugas
tersebut hamil akibat perbuatan dari Kantor Urusan Agama
zina, maka anak tersebut disebut (KUA). Perkawinan yang
dengan anak luar nikah, anak diulang tidak menggunakan
haram atau anak gampang. Oleh mahar kembali, harus
karena itu, anak tersebut tidak disaksikan ninik mamak
mempunyai hubungan nasab kampung dan berjanji untuk
dengan ayahnya apalagi dalam hal tidak mengulangi perbuatannya
perwalian pada saat anak tersebut lagi. Pelaksanaan perkawinan
menikah, bila anak yang lahir yang diulang sesuai dengan
perempuan maka ayahnya tidak rukun dan syarat sahnya
bisa menjadi wali nikah dalam perkawinan menurut hukum
perkawinannya, namun dalam islam, yang membedakan
masyarakat sekarang ini hal hanya prosesi adat dalam
tersebut kurang diperhatikan, pelaksanaan perkawinan
dikarenakan kurangnya tersebut.
pemahaman mengenai anak hasil

24 25
Hasil Wawancara dengan Bapak Hasil Wawancara dengan Bapak
Syamsudianar, Loc.cit. Syamsudianar, Loc.cit.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 13


2. Fungsi perkawinan ulang kehamilan diluar nikah yang
dalam kehidupan masyarakat akibatnya karena salah
adat di Desa Tanjung pergaulan. Kontrol orang tua
Kecamatan Koto Kampar Hulu ini hendaknya juga diikuti
Kabupaten Kampar, pertama dengan kontrol masyarakat
untuk menghilangkan beban dengan cara memberikan
psikologis, perasaan ragu dan sanksi yang tegas kepada
was-was dari pasangan suami pelaku kawin hamil sehingga
isteri tersebut mengenai status diharapkan dapat tercipta suatu
perkawinan. Kedua, untuk masyarakat yang bermoral.
memperbaiki atau 3. Meskipun perkawinan terhadap
membersihkan keturunan wanita hamil diluar nikah itu
selanjutnya, agar keturunan diperbolehkan dan dianggap
selanjutnya tidak disebut sah di Indonesia, tetapi jangan
sebagai anak tidak sah atau kemudian hal tersebut
masyarakat adat di Desa dijadikan sebagai pembenaran
Tanjung menyebutnya dengan untuk melakukan hubungan
anak gampang. suami istri diluar perkawinan.
3. Akibat hukum yang dibebani Alangkah lebih baik
terhadap anak yang lahir akibat menggalang upaya mencegah
pelaksanaan kawin hamil pada terjadinya hubungan suami istri
masyarakat adat di Desa diluar perkawinan dengan
Tanjung Kecamatan Koto memberikan pengertian dan
Kampar Hulu Kabupaten pendidikan seks yang tepat
Kampar, anak itu tidak terhadap para remaja tentang
mempunyai hubungan nasab bahayanya pergaulan bebas.
dengan ayahnya atau anak DAFTAR PUSTAKA
tersebut tidak berbapak. A. Buku
B. Saran Ali, Zainuddin, 2006, Hukum
1. Perlu ditanamkannya Perdata Islam di Indonesia,
pendidikan agama yang lebih Sinar Grafika, Jakarta.
berkualitas agar dapat Askin, Amirudin Zainal, 2004,
Pengantar Metode Penelitian
membentengi para remaja dari
Hukum, PT. Raja Grafindo
kesesatan seperti yang terjadi Persada, Jakarta.
dewasa ini. Bila pendidikan Ghozali, Abdul Rahman, 2012, Fiqh
agama mampu merealisasikan Munakahat, Kencana, Jakarta.
transfer nilai secara konsisten Hamidy, UU, 2003, Jasad Melayu
dan diresapi benar-benar oleh Dalam Lintas Budaya di Riau,
para remaja, maka Insya Allah Bilik Kreatif Press, Pekanbaru.
kedepannya remaja Indonesia , UU, 2014, Jagat Melayu
akan terbebas dari kesesatan. Dalam Lintas Budaya Di Riau,
2. Kontrol orang tua terhadap Bilik Kreatif Press, Pekanbaru.
pergaulan anak-anaknya harus Hasanah, Ulfiah, 2012, Hukum Adat,
semakin ditingkatkan untuk Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau,
menjaga hal-hal yang tidak
Pekanbaru.
diinginkan dalam hal ini adalah

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 14


Kartono, Kartini, 2008, Kenakalan C. Peraturan Perundang-Undangan
Remaja, PT. Raja Grafindo Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Persada, Jakarta. 1974 Tentang Perkawinan,
Mardani, 2011, Hukum Perkawinan Lembaran Negara Republik
Islam Di Dunia Islam Modren, Indonesia Tahun 1974 Nomor
Graha Ilmu, Yogyakarta. 1, Tambahan Lembaran
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Negara Republik Indonesia
Tarigan, 2004, Hukum Perdata Nomor 3019.
Islam di Indonesia; Studi Peraturan Pemerintah Republik
Kritis Perkembangan Hukum Indonesia Nomor 9 Tahun
Islam dari Fikih, UU No. 1975 Tentang Pelaksanaan
1/1974 sampai KHI, Kencana, Undang-Undang Nomor 1
Jakarta. Tahun 1974 Tentang
Soemadiningrat, Otje Salman, 2002, Perkawinan, Lembaran Negara
Rekonseptualisasi Hukum Adat Republik Indonesia Tahun
Kontemporer, PT. Alumni, 1975 Nomor 12, Tambahan
Bandung. Lembaran Negara Republik
Syarifuddin, Amir, 2009, Hukum Indonesia Nomor 3050.
Perkawinan Islam di Instruksi Presiden Republik
Indonesia, Kencana, Jakarta. Indonesia Nomor 1 Tahun
Usman, Rachmadi, 2006, Aspek- 1991 Tentang Kompilasi
Aspek Hukum Perorangan dan Hukum Islam Di Indonesia.
Kekeluargaan di Indonesia, D. Internet
Sinar Grafika, Jakarta. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penge
Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian rtian_Desa_Tanjung, diakses,
Hukum dalam Praktek, Sinar tanggal, 30 September 2015
Grafika, Jakarta. http://www.kamusbesar.com/55293/p
B. Jurnal/Kamus engertian-ninik-mamak-
Andin T. Nirmala dan Aditya A. kabupaten-kampar, diakses,
Pratama, 2003, Kamus tanggal, 30 September 2015.
Lengkap Bahasa Indonesia, http://tammimsyafii.blogspot.co.id/20
Prima Media, Surabaya. 13/10/hukum-perkawinan-
Asril, 2012, ³/DUDQJDQ 3HUNDZLQDQ wanita-hamil-zina, diakses,
Menurut Hukum Adat Desa tanggal, 3 Oktober 2015.
Tanjung Kecamatan Koto
Kampar Hulu Kabupaten
.DPSDU´ Jurnal Hukum dan
Ham, Fakultas Hukum
Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau
Indonesia, Vol. IX, No. 2 Juli-
Desember.
Warastra Karebet Amrullah, 2010,
³3DQGDQJDQ +XNXP ,VODP
Terhadap Anak Hasil Zina
yang Dilahirkan di Dalam
3HUNDZLQDQ´ Jurnal Hukum,
Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Vol. XVII,
No. 1 Januari.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1, Februari 2016 15

Anda mungkin juga menyukai