Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ANALISIS STUDY KASUS

Angel Miftahul Jannah


2310070140058

FAKULTAS VOKASI
PRODI RADIOLOGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2024
Pancasila sejak awal disusun dan ditetapkan sebagai dasar Negara Indonesia, memang
sudah di rencanakan untuk dirancang sebagai dasar dan pandangan hidup masyrakat Indonesia.
Agar dulu masyarakat memiliki asas dan pedoman dalam mangarungi kehidupan setelah
kemerdekaan. Yang mana sebagai wadah antisipasi akan terjadinya sesuatu yang tidak baik yang
berhubungan dengan etika. Dan pada saat itu indonesia juga baru merdeka, sehingga persatuan
masih perlu dijaga agar tetap kokoh hingga saat ini. Pancasila menjadi jiwa dalam raga
masyarakat yang di jadikan landasan dalam beretika dalam kehidupan sehari hari. Berpandangan
pada pancasila sebagai dasar etika berarti juga harus mampu mengimplementasikan nilai nilai
etika yang terkandung dalam pancasila. Etika adalah nilai moral dan norma yang dijadikan
pedoman atau asas baik bagi suatu individu maupun kelompok dalam mengatur tindakan atau
perilaku dalam kehidupan sehari hari. Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu, hal ini
sangat penting ketika kita bersosialisasi dan menjadi tali pengikat sehingga terciptanya kondisi
kehidupan yang baik di dalam masyarakat. Nilai nilai etika ini juga terkandung dalam pancasila,
sehingga bisa dikatakan bahwa pancasila merupakan sebagai system etika. Pancasila sebagai
system etika artinya mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai -- nilai pancasila,
diantaranya nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan juga keadilan. system nilai
yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu kesatuan nilai nilai yang ada dalam pancasila
yang saling berkaitan satu sama lain, tidak bisa dipisahkan atau ditukar tempatkan dengan yang
lain.
Archie J. Bahm dalam tulisannya yang berjudul What Is Science menegaskan bahwa
persoalan-persoalan di dalam kehidupan masyarakat, jika masalah itu dikatakan ilmiah, harus
meliputi komponen-komponen : sikap, metode, tindakan, kesimpulan dan implikasi. Sikap ilmiah
diperlukan dalam menyelesaikan problem kehidupan manusia. Sikap ilmiah ini sangat penting
dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Bahm menjelaskan bahwa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan harus memiliki beberapa syarat, yakni harus memiliki rasa ingin tahu, bersifat
spekulatif dan objektif, membuka cakrawala pengetahuan baru atau inovatif serta mampu
memberikan penilaian, dan bersifat tentatif (Bahm, 1985:45). Pengetahuan ilmiah itu dibangun
dengan tujuan untuk memecahkan problem-problem ilmiah. Menurut Bahm, ilmu itu sendiri
adalah suatu nama bagi usaha manusia untuk mampu memahami sifat dasar berbagai hal dengan
jalan merumuskan hipotesis-hipotesis atau teori-teori tentang sifat-sifat dasar dan mengujinya
secara pengamatan atau percobaan untuk mengetahui apakah masih berlaku atau tidak. Oleh
karena itu, untuk dapat memecahkan masalah ilmiah diperlukan sikap-sikap yang ilmiah juga.
Bahm juga memberikan hipotesis bahwa sesungguhnya masalah ilmiah dapat diterima oleh para
ilmuwan dan masyarakat jika dapat dikomunikasikan, dapat dipecahkan secara ilmiah, dan
bahkan dapat dipecahkan dengan menggunakan metode secara ilmiah juga. Dengan demikian,
setiap persoalan–persoalan yang muncul di dalam kehidupan manusia itu harus dapat diteliti dan
dikaji secara ilmiah. Di sini, filsafat ilmu berperan dan berfungsi untuk mengkaji permasalahan
secara ilmiah. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah seharusnya filsafat
ilmu dengan dasar-dasar dan metode ilmiahnya mampu menyelesaikan persoalan kebangsaan
yang sekarang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah lunturnya pemahaman dan
penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup di dalam masyarakat. Lunturnya
pemahaman dan penerapan(Kebangsaan, 2016)
Studi Kasus terdapat pada Jurnal (Holijah et al., 2023)
Etika antar tenaga medis merujuk pada standar moral dan perilaku yang harus diterapkan
oleh tenaga medis dalam interaksi dan kerjasama mereka. Etika ini melibatkan aspek-aspek
seperti komunikasi yang efektif, kerjasama tim, penghormatan terhadap privasi dan kerahasiaan
pasien, serta penyelesaian konflik yang adil dan etis. Konflik etika seringkali muncul dalam
praktik medis, terutama ketika terdapat perbedaan pendapat antara tenaga medis dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan perawatan pasien. Etika antar tenaga medis
membantu dalam mengatasi konflik semacam ini melalui dialog terbuka, saling menghormati,
dan mencapai konsensus yang didasarkan pada kepentingan terbaik pasien. Kepercayaan pasien
terhadap tenaga medis sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Etika antar tenaga medis
memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan ini melalui perlakuan yang adil,
penghormatan terhadap otonomi pasien, dan menjaga kerahasiaan informasi pribadi pasien .
Penerapan etika antar tenaga medis juga berhubungan dengan aspek keadilan dalam pelayanan
kesehatan. Semua pasien harus mendapatkan pelayanan yang setara dan adil tanpa memandang
ras, agama, jenis kelamin, atau status sosial. Etika antar tenaga medis melibatkan kesadaran dan
tanggung jawab untuk menghilangkan diskriminasi dan memastikan kesetaraan akses terhadap
perawatan. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
memberikan tantangan baru dalam praktik medis. Etika antar tenaga medis perlu menyesuaikan
diri dengan perubahan ini dan mempertimbangkan implikasi etis yang timbul dari penggunaan
teknologi baru, seperti penggunaan data pasien, kecerdasan buatan, dan genetika (Wujoso, 2007).
Etika antar tenaga medis juga terkait dengan isu-isu moral yang kompleks dalam pelayanan
kesehatan, seperti aborsi, eutanasia, dan transplantasi organ. Dalam situasi seperti ini, tenaga
medis perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai etis yang mendasari dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip seperti otonomi pasien, keadilan, dan tidak berbahaya.
Mengingat pentingnya etika antar tenaga medis dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, pelatihan dan pendidikan yang kuat tentang etika harus diberikan kepada
tenaga medis. Program pelatihan ini harus mencakup isu-isu etis yang relevan, studi kasus, serta
diskusi dan latihan berbasis skenario untuk membantu tenaga medis dalam menghadapi dilema
etis dalam praktik mereka (Samil, 2001).
Semakin banyak pasien yang menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk membuat
keputusan medis atas nama mereka sendiri, paternalisme medis telah merosot. Akibatnya,model
kerjasama telah mengambil alih pengambilan keputusan daripada model otoritarian, yang
merupakan bentuk paternalisme medis yang lebih lama. Hal yang sama juga terjadi dalam
hubungan antara pasien dan dokter; pasien harus bertanya, bahkan melawan, jika mereka
memintanya. Profesional kesehatan lainnya semakin tidak mau mengikuti permintaan dokter
tanpa memahami alasan mereka karena mereka sadar bahwa mereka adalah profesional yang
memiliki tanggung jawab moral terhadap pasien, bahkan jika persepsi mereka tentang tanggung
jawab ini berbeda. Pelanggaran etikolegal : Pelayanan kedokteran di bawah standar,Seorang
dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi (KODEKI, Pasal 2),
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitu promotif, preventif,
dan rehabilitatif (KODEKI, Pasal 8), dan mempergunakan seluruh pengetahuan dan
kemampuannya untuk kepentingan penderita (KODEKI, Decal 11). Oleh karena itu Menurut
Pasal 350 KUHP, memberikan perawatan medis di bawah standar dapat dianggap sebagai
tindakan malpraktek oleh seorang dokter : " Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan
orang lain mendapat luka berat atau luka yang menyebabkan penyakit atau halangan sementara
untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya , dihukum dengan hukuman penjara selama -
lamanya 5 tahun.Padahal seorang dokter senantiasa membaktikan hidupnya guna kepentingan
perikemanusiaan (LSDI , butir 1) , menjalankan tugasnya dengan meng utamakan kepentingan
masyarakat (LSDI, butir 1), menjalankan tugas nya dan senantiasa mengutamakan kesehatan
penderita ( LSDI , butir 7 ).
DAFTAR PUSTAKA

Archie J. Bahm - 1964 - Philosophy and Phenomenological Research 25 (1):147-148.


Holijah, E., Yulianty, L., Alki, A., Siska, D., Rahmat, S., & Fatah, R. (2023). Etika Antar Tenaga
Medis Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan. Lentera Perawat, 4(2), 131–137.
http://jurnal.stikesalmaarif.ac.id/index.php/lenteraperawat/article/view/249
Kebangsaan, P. (2016). Filsafat Ilmu Dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya Dalam
Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat, 21(2), 99–117.
https://doi.org/10.22146/jf.3111
Samil, RS. (2001). Etika Kedokteran Indonesia. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Wujoso, H. (2007). Aspek hukum Undang-undang praktik Kedokteran. Kongres Nasional PDFI
IV. Medan.

Anda mungkin juga menyukai