Dery Skripsi Full Revisi 3
Dery Skripsi Full Revisi 3
Skripsi
NPM 20216600
A. Latar Belakang
a. Permasalahan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
b. Kegunaan Penelitian
B. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pidana
C. Metode Penelitian
a. Pendekatan Masalah
1) Data Sekunder
2) Data Primer
d. Analisis Data
D. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan pola pikir masyarakat tidak hanya berkembang menjadi baik, tetapi
juga bisa berkembang menjadi pola pikir yang buruk. Pembangunan ke arah yang
buruk tentu akan membuat masyarakat hidup di luar norma kehidupan sosial.
Tindakan yang menyimpang dari kelaziman masih terus terjadi di Indonesia. Salah
adalah kebutuhan setiap tanda kehidupan. Manusia tidak diragukan lagi adalah
salah satu makhluk terbaik yang diciptakan oleh Tuhan. Selain akal dan jiwa,
manusia juga memiliki nafsu, salah satunya adalah nafsu seksual. Karena dengan
daging seksual ini, manusia bisa melahirkan keturunan. Kebutuhan akan seks
yang harus dipenuhi bukan berarti pemuasan kebutuhan tersebut tidak normal.
Berdasarkan uraian di atas, ada standar kesopanan yang bertujuan untuk memaksa
1
Andika Santoso and Eko Nurisman, “Analisis Hukum Dalam Pencegahan Tindak Pidana
Kesusilaan Eksibisionis,” Media Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 13, no. 1 (2022),
https://doi.org/10.31764/jmk.
1
Hukum pidana Indonesia pada pokoknya memidanakan pengedaran gambar-
melindungi mereka yang belum dewasa (Pasal 533 KUHP) juga memidana tindak
pidana susila seperti Pasal 281 KUHP mengatur pelanggaran kesusilaan di muka
umum dan mengenai menunjukkan alat kelamin, reaksi bugil berlaku terhadap
Ada suatu kasus yang memprihatinkan yang menarik perhatian peneliti yaitu di
Kota Bandar Lampung. Pada April tahun 2021 di Sekolah Dasar Negeri 1
alat kelaminnya, ada seorang yang mengeluarkan alat kelaminnya kepada para
siswi SD yang telah pulang sekolah kemudian para siswi berteriak dan ketakutan
sepeda motornya.
Hal seperti ini sudah dialami para siswi hingga 7 kali, namun baru bulan april
lalu para siswi mengadukan hal tersebut kepada pihak sekolah. Karena
banyaknya yang menjadi korban dan masyarakat juga resah terhadap pelaku
tersebut, maka pihak sekolah melaporkan ke pihak yang berwajib, akan tetapi
kasus ini tidak ditangani oleh pihak kepolisian. Dan kejahatan menunjukkan alat
kelamin juga terjadi di Pusat Kota Bandar Lampung pada September 2021, ada
seorang laki-laki tua dengan sengaja menunjukan alat kelaminnya dan melakukan
pelecehan seksual kepada anak remaja umur 19 (sembilan belas) tahun dengan
pelaku hanya di pidana penjara hanya dengan hukuman 5 (lima) bulan penjara.
2
Jadi, ada 2 (dua) kasus menunjukkan alat kelamin yang terjadi di Kota Bandar
Lampung pada tahun 2021, namun hanya 1 (satu) yang dapat ditangani oleh Polres
Kota Bandar Lampung. Banyak kasus menunjukkan alat kelamin yang terjadi di
Kota Bandar Lampung tetapi belum terungkap semuanya oleh Polres Kota Bandar
Lampung sehingga membuat warga resah dan tidak nyaman atas aksi tindakan
Polres Kota Bandar Lampung yang pada umumnya adalah melaksanakan tugas
penyimpangan norma sosial lainnya dan sumber gangguan keamanan. Akan tetapi,
Polres Kota Bandar Lampung belum melaksanakan tugas pokok kepolisian secara
maksimal, sehingga kasus kejahatan menunjukkan alat kelamin yang terjadi di Kota
Berdasarkan hal tersebut, terkait dengan masalah penunjukkan alat kelamin yang
ditujukan kepada anak-anak, dapat dilihat pada salah satu kasus putusan nomor
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk yang dimulai pada akhir tahun. Saat itu tahun 2021
dengan temannya. Pelaku melakukan pelecehan seksual pada anak tersebut dan
ternyata pelaku melakukan hal tersebut bukan untuk pertama kali, melainkan
beberapa kali.
3
Dalam kasus ini pelaku tinggal disebuah ruko kosong sehingga ketika anak-anak
bermain pasti berada didekat tempat tinggal pelaku, pelaku sering memperlihatkan
pelakunya pun langsung tertangkap. Selain itu, jaksa menuntut hukuman hanya 5
(lima) bulan penjara bagi pelaku karena perbuatan asusila terhadap anak dengan
penyimpangan ini tidak hanya mengganggu ketentraman pribadi. Yuni Kartika dan
Andi Najemi mengatakan bahwa “pelecehan seksual adalah suatu bentuk perilaku
seksual yang tidak diinginkan dari suatu sasaran, permintaan untuk melakukan
suatu perbuatan seksual, baik secara lisan maupun fisik, dimana peristiwa tersebut
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, Berdasarkan keterangan hasil data pada tabel
perempuan dan anak di Provinsi Lampung yang telah ditinjau selama tahun 2021-
Juli 2023 sebanyak 689 kasus pelecehan dan kekerasan seksual dan kasus
4
kasus sebanyak 243 kasus pada tahun 2021- Juli 2023.
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, Berdasarkan keterangan hasil data pada tabel
perempuan dan anak di Provinsi Lampung yang telah ditinjau selama tahun 2021-
Juli 2023 sebanyak 689 kasus pelecehan dan kekerasan seksual dan kasus
Kejadian kasus perkara pelecehan dan kekerasan seksual berdasarkan data yang
pada data diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kasus pelecehan dan kekerasan
seksual menjadi daerah terbanyak terjadi pada Kota Bandar Lampung dengan
Ketidak jelasan norma yang diatur dalam Pasal 44 KUHP dalam kasus nyata, yakni
dalam kasus Ahmad Robi yang dibebaskan dari pertanggung jawaban pidana
5
Perlindungan hukum bagi mereka yang melakukan pemaparan alat kelamin
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini harus membahas
tentang perlindungan hukum bagi mereka yang melakukan pemaparan alat kelamin
KUHP. Karena kelemahan pasal ini, maka terdapat perbedaan langkah atau
pembelaan hukum terhadap pelaku dalam proses hukum, yaitu terkait apakah
penting untuk ditinjau secara mendalam dan menyajikannya dalam bentuk sebuah
karya tulis berupa penelitian. Supaya kasus-kasus yang sedemikian rupa dapat di
1) Permasalahan Penelitian
6
b. Bagaimana pertanggung jawaban pidana untuk pelecehan seksual
1) Tujuan Penelitian
2) Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis:
a. Teoritis
7
b. Praktis
dan jalan keluar secara hukum pidana tentang faktor penyebab pelaku
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pidana
oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi)
baginya atas perbuatannya yang telah melanggar hukum pidana. Secara khusus
Pidana dalam hukum pidana merupakan suatu alat dan bukan tujuan dari hukum
pidana, yang apabila dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan atau rasa
Tujuan mencantumkan pidana pada setiap larangan dari hukum pidana (tindak
pidana), disamping bertujuan untuk kepastian hukum dan dalam rangka membatasi
kekuasaan negara juga bertujuan untuk mencegah bagi orang yang berniat untuk
Penegakan hukum, menurut Shant adalah upaya untuk menciptakan gagasan dan
9
Hukum terpengaruh oleh unsur-unsur yang terlibat dalam penegakan hukum,
misalnya polisi, jaksa sebagai aparat penegak hukum serta masyarakat pembentuk
hukum dan masyarakat pendukung hukum dalam bentuk sikap, pendapat, perilaku,
hukum mencakup ciri substantif dan budaya hukum, maka ketiga faktor tersebul
Dari segi subjek, penegakan hukum dapat dimaknai sebagai upaya subjek yang luas
untuk menegakkan hukum, atau sebagai upaya subjek yang sempit untuk
menegakkan hukum. Penegakan hukum dalam arti luas mencakup segala hukum
dan sebagainya) Hak fungsi menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak
Istilah labil (tidak konsekuen) menunjuk pada pertanggung jawaban hukum yaitu
tanggung gugat akibat kesalahan yang. dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan
10
Eksibisionisme merupakan salah satu penyakit dalam golongan parafilia. Paraphilia
atau fantasi seksual yang menyimpang merupakan salah satu bentuk sexual
dengan kecendrungan untuk memperlihatkan hal-hal yang tidak senonoh, seperti alat
kelamin pada lawan jenis. Tidak jarang juga pelakunya melakukan kontak fisik pada
korban.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran nilai-nilai moral
manusia ke arah yang tidak baik sehingga berujung kepada terjadinya tindak pidana
asusila, yaitu:
d. Kurangnya Iman
Iman adalah kepercayaan atau ketetapan hati kepada Tuhan. Manusia pasti
mengenal sang penciptanya, oleh karena itu manusia menganut suatu agama untuk
iman.Iman dapat menjaga kita dari suatu perbuatan yang tercela, karena melalui
iman, manusia pasti bisa mengendalikan diri jika dia memiliki iman yang kuat, dan
sebaliknya.
Suatu peristiwa dapat dikatakan peristiwa pidana bila peristiwa itu benar-benar
peristiwa yang melanggar sistem hukum yang berlaku dan peristiwa itu memiliki
pelaku dan korban. Dalam hal mencapaitujuannya, seorang pelaku tindak pidana
11
f. Teknologi
Kemajuan dalam bidang teknologi saat ini sangat mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat di Indonesia dari yang hidup di kota-kota besar sampai pada pelosok
pedesaan, dari yang sudah usia senja sampai anak- anak dalam kehidupan sehari-
semata. Tetapi juga termasuk perbuatan erotis dan sensual yang menjijikan,
memuakkan, memalukan, orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau
menyentuhnya. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya birahi seksual seseorang akan
berbeda dengan yang lain, apabila diukur perbuatan erotis atau gerak tubuh maupun
gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat ganti kelamin, suara dalam
terdapat di media komunikasi baik cetak maupun elektronik, hanya di ukur dengan
Secara etimologi pornografi berasal dari dua suku kata yakni pornos dan grafis.
Pornos artinya suatu perbuatan yang asusila (dalam hal yang berhubungan dengan
seksual), atau perbuatan yang bersifat tidak senonoh atau cabul. Sedangkan grafis
adalah gambar atau tulisan, yang dalam arti luas termasuk benda benda patung,
yang isi atau artinya menunujukan atau menggambarkan sesuatu yang bersifat
Definisi pornografi yang diajukan Catherine Mckinnon, seperti dikutip oleh Ninuk
Merdiana Pambudy dapat dipakai sebagai acuan internasional, yaitu: “Grafis yang
12
menunjukkan subordinasi seksual perempuan secara eksplisit melalui gambar atau
dengan menggunakan benda atau pemuas seksual atau perbudakan secara biadab,
2. Bertentangan dengan:
Kesemuanya itu dapat menimbulkan nafsu birahi, rangsangan dan pikiran- pikiran
yang tidak sehat, terutama di kalangan anak-anak muda, serta menyinggung rasa
13
M. Sofyan Pulungan, dalam artikelnya yang berjudul “Pornografi, Internet dan
RUU ITE” mengatakan bahwa beberapa tokoh telah memberikan definisi apa yang
dan nilai yang ada ditengah-tengah masyarakat, pornografi bukan hanya mengacu
pada tindakan atau perbuatan seseorang. Namun sudah menjadi semacam ideologi
gambaran tentang cinta bebas; lain-lain bentuk gambar atau tulisan yang
cenderung kepada penarikan perhatian orang akan hal-hal yang akan dapat
tubuh, suara yang erotis dan sensual baik dilakukan secara tunggal atau bersama-
sama, atau dilakukan antara hewan yang sengaja dipertunjukan oleh orang atau
lebih yang bertujuan untuk membangkitkan nafsu birahi orang, baik perbuatan
14
lesbian, oral-seks, fellatio, cunnilingus, onani, masturbasi, anal intercourse
(sodomi) baik dilakukan oleh orang sejenis maupun berlawanan jenis kelamin, yang
ditujukan atau mengakibatkan orang yang melihatnya dan atau mendengarnya, dan
atau menyentuhnya timbul rasa yang menjijikan dan atau memuakan dan atau
memalukan, yang bertentangan dengan agama dan atau adat istiadat setempat.
Pengertian pornografi dan pornoaksi, tidak hanya menyangkut perbuatan erotis dan
sensual semata. Tetapi pengertian juga termasuk perbuatan erotis dan sensual yang
mendengarnya dan atau menyentuhnya. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya birahi
seksual seseorang akan berbeda dengan yang lain, apabila diukur perbuatan erotis
atau gerak tubuh maupun gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat ganti
kelamin, suara dalam nyanyian-nyanyian maupun suara yang mendesah, humor dan
lain-lain yang terdapat di media komunikasi baik cetak maupun elektronik, hanya
tentang Pornografi
Indonesia Nomor 287 Tahun 2001 yang dikeluarkan pada tanggal 22Agustus 2001.
dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai warisan dari penjajah
Hindia Belanda dan berlaku di Indonesia sejak tahun 1917, yang kemudian menjadi
15
Undang-Undang dan berlaku setelah Indonesia merdeka berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 hingga saat ini. Pasal-pasal yang mengatur dan
menentukan larangan dan hukuman bagi setiap orang yang melakukan tindak
pidana pornografi dan pornoaksi terdapat Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, Pasal
532, dan Pasal 533 KUHP. Tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUHP tidak efektif,
Pornografi pada Bab I Ketentuan Umum Pasal I Ayat I, yang dimaksud dengan
pengertian Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
Berdasarkan pengertian tindak pidana dan pornografi tersebut, dapat diberi batasan
tindak pidana pornografi adalah perbuatan dengan segala bentuk dan caranya
mengenai dan yang berhubungan dengan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang
objek pornografi lebih luas daripada objek pornografi menurut KUHP. KUHP
menyebut 3 (tiga) objek, yaitu tulisan, gambar, dan benda. Adapun yang termasuk
16
benda ialah alat untuk mencegah dan menggugurkan kehamilan. Objek pornografi
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena memuat kecabulan, maka
yang mengandung isi kecabulan tersebut harus terbentuk dalam suatu wujud,
misalnya dalam bentuk gambar, sketsa ilustarsi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan. Pada wujud inilah terdapat isi
A. Jenis-Jenis Pornografi
sebagai berikut:
17
1..Unsur Objektif Tindak Pidana Pornografi
a..sifat melanggar hukum sifat melanggar hukum yang dimaksud adalah erat
hubungannya dengan asas legalitas dalam hukum pidana, yakni tidak ada suatu
perbuatan yang dapat dipidana sebelum ditentukan oleh Undang- Undang bahwa
dengan sifat melanggar hukum di sini adalah perbuatan yang dilakukan oleh
dalam hal ini adalah Undang-Undang pornografi. Jadi, jika seseorang melakukan
perbuatan yang dapat dikualifikasi sebagai tindak pidana pornografi yang mana
1).
18
mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual, menawarkan atau
mengiklankan, baik langsung atau tidak langsung layanan seksual (pasal 4 ayat
2).
g. Menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi (pasal 8).
h. Menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan
pornografi (pasal 9)
i. Mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum
kekuasaan atau memaksa anak dalam menggunakan produk atau jasa pornografi
(pasal 12).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
akan dibahas dan dipertanggung jawabkan kebenerannya, maka dalam penelitian ini
A. Pendekatan Masalah
masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pendekatan
dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah kaidah- kaidah atau aturan-
cara meneliti serta mengumpulkan data primer yang telah diperoleh secara
20
jawaban pidana terhadap pelaku eksibionisme dalam yurisprudensi di
Indonesia.
Sumber dan jenis data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh, dalam
penelitian ini data yang digunakan meliputi 2 (dua) macam data, yaitu :
1. Sumber Data
Bahan hukum primer adalah bahan hukum bersifat mengikuti dan terdiri dari
yang tidak dikodifikasi. Adapun dalam penelitian ini bahan hukum yang
digunakan adalah:
12
Sudaryono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan Mix Method (Depok: Rajawali
21
d. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan terhadap
e. Data Primer
1. Pengamatan
a. Wawancara
Setelah data terkumpul dengan baik data sekunder maupun data primer langkah
22
kegiatan merapikan data dari hasil pengumpulan data dilapangan sehingga siap
untuk dianalisis. Kegiatan ini meliputi kegiatan seleksi data dengan cara memriksa
sebagai berikut :
1. Seleksi Data
Seleksi data yaitu memeriksa data atau meneliti data yang keliru, menambah serta
melengkapi data yang kurang lengkap sesuai dengan penulisan yang akan dibahas.
2. Klasifikasi data
Klasifikasi data yaitu penyusunan data yang dilakukan dengan cara mengklasifikasi,
3. Sistematika data
Sistematika data yaitu penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan
D. Analisis Data
Proses analisis data merupakan tindak lanjut dari proses pengolahan data yang
meruapakan kerja seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan dan
daya pikir secara optimal. Selanjutnya, usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan mengenai perihal didalam rumusan masalah dan hal-hal yang diperoleh
dari suatu penelitian pendahuluan. Rangkaian data yang telah tersusun secara
menurut kenyataan yang diperoleh dilapangan, sehingga hal tersebut benar- benar
23
dari pokok masalah yang ada disusun dan diuraikan dalam bentuk kalimat
perkalimat secara sistematis. Pada akhirnya pembahasan ini akan menuju pada suatu
Fokus penelitian ini berlokasi pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang menguatkan
putusan tersebut pada 23 Desember 2021. Atas putusan tersebut, Jaksa Penuntut
bersalah atas tindakan tersebut dalam surat dakwaan. Oleh karena itu, hakim
membebaskan terdakwa dalam semua proses. Namun ada sebab-sebab yang dapat
Perempuan yang menyebutkan secara rinci terkait kasus pelecehan seksual yang
tertinggi yaitu di Provinsi Lampung, seperti data yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut;
Perkosaan 87
Pencabulan 224
Pelecehan Seksual Berbasis 20
Pelecehan secara Online
Memperlihatkan Alat Kelamin 243
Perdagangan Perempuan 115
Total Kasus 689
Sumber: LBH Damar Provinsi Lampung, 2023
24
Tabel 2. Jumlah Wilayah dengan Kasus Pelecehan dan Kekerasan Seksual di
Provinsi Lampung tahun 2021 – Juli 2023
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan daya memahami isi penelitian ini, maka penulisannya terbagi
dalam Bab V (lima) urutan secara utuh hasil penelitian dengan rinci sebagai berikut :
BAB III Metode Penelitian bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang
25
dilakukan dalam penelitian, di dalamnya meliputi pendekatan masalah, sumber dan
BAB IV Analisis Penelitian bab ini memuat pembahasan hasil dari penelitian
BAB V Penutup bab ini membahas mengenai kesimpulan yang berupa jawaban
dimasa mendatang.
26
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Fenomena maraknya berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi dewasa ini, tidak
dapat dianggap sebelah mata. Apalagi yang menjadi incaran bukan hanya orang
dewasa saja melainkan anak-anak yang dilihat dari kondisi fisik maupun psikologisnya
belum siap. Menurut Dr A. Nicholas Groth ruang lingkup dari kekerasan seksual
sangat luas, mulai dari kata-kata lisan maupun tulisan yang tidak senonoh (termasuk
(payudara, alat kelamin, bokong), hingga pada perbuatan oral seks dan hubungan
Kehadiran dari kasus kekerasan seksual ini seperti fenomena gunung es dimana
kasus-kasus yang dilaporkan masih sedikit, berbanding terbalik dengan kasus yang
tidak dilaporkan. Banyak orang yang menganggap bahwa melaporkan kasus kekerasan
seksual sama saja membuka aib sendiri. Padahal anak yang menjadi korban kekerasan
seksual harus segera ditangani supaya tidak muncul dampak negatif seperti trauma.
seksual mengalami trauma, kondisi trauma ini sebelum mendapatkan penanganan dan
Menurut Lembaga Damar, sangat dominan terbukti dengan anak yang masih sulit
mengontrol emosi, mood gampang berubah, cemas, gugup, takut, menyalahkan diri
27
sendiri, lemah, kesulitan berkomunikasi, menghindari tempat, orang atau sesuatu
yang berhubungan dengan peristiwa traumatik, sulit belajar, sering menangis tiba-
tiba, gangguan tidur, lesu, gemetar dll. Dengan kondisi trauma yang seperti itu, maka
peristiwa yang dialaminya, supaya anak tidak lagi merasa takut terhadap peristiwa
Beberapa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi trauma korban
Perempuan Damar Provinsi Lampung korban yang bernama Wita Wulandari yang
mengontrol emosi, lebih mudah tersinggung, marah, mudah untuk dibuat emosi,
mood gampang berubah dari baik keburuk dan sebaliknya terjadi begitu cepat,
cemas, gugup, sedih, berduka, takut, khawatir kejadian akan terulang, memberikan
respon emosional yang tidak sesuai, atau mengingat kembali kejadian traumatiknya.
Seperti wawancara yang peneliti lakukan dengan ibu Sely selaku direktur Lembaga
Advokasi Perempuan Damar dan juga selaku pendamping korban dalam perkara
berikut ini;
1. Posisi Kasus
Kasus Pidana Perkara Biasa ini telah diputuskan dan selesai pada tanggal 11
November 2021 oleh Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang tanpa
2. Hasil Wawancara
Berdasarkan Infomasi yang peneliti peroleh dari para Informan sebagai Narasumber,
28
Bahwa terdakwa diajukan ke persidangan karena Terdakwa telah melakukan tindak
Pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2021 sekitar jam 18.00 WIB, atau setidak-
tidaknya dalam bulan Agustus Tahun 2021 bertempat di Jalan P Antasari Kelurahan
seseorang padahal diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya, lebih lanjut
“Awalnya waktu itu setelah saya mendapat laporan dari keluarga korban waktu itu
hari Minggu Tanggal 29 Agustus 2021 sekira pukul 18.00 WIB, korban yang
bernama Wita Wulandari Alias Salama yang melihat terdakwa sedang
memakan roti duduk di depan ruko, lalu mendekati terdakwa dengan tujuan
meminta roti, dan oleh terdakwa yang sedang dalam posisi duduk memberikan
roti miliknya, kemudian memegang pipi sebelah kanan dan memegang perut
bagian bawah dekat alat kelamin, sambil menunjukkan alat kelamin pada
korban, tidak lama kemudian saksi Siti Rahayu selaku kakak kandung dari
korban memanggil korban untuk pulang ke rumah karna korban memiliki
kelainan mental yaitu down syndrome. Namun setelah kakak korban
menjemput, adiknya sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri/pingsan. Maka
saya dan tim Lembaga Damar melakukan pendampingan kepada korban dan
bergegas melakukan Visum di Rumah sakit Bhayangkara Polda Lampung pada
tanggal 15 september 2021.”
Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara pada tanggal 1 Agustus 2023 dengan
menghubungi Wali Korban melalui telepon seluler pada pukul 13.00 wib tersebut
ditinjau bahwa korban adalah penyandang berkebutuhan khusus, dan karena kejadian
berumur 19 (sembilan belas tahun) pada pemeriksaan fisik yang sesuai dengan
29
gambaran berkebutuhan khusus, pada pemeriksaan dalam ditemukan cairan
kemerahan (haid) dalam batas normal, dan robekan selaput dara pada arah jam tiga
Bahwa untuk membuktikan pernyataan diatas Peneliti juga bertanya terkait saksi-
saksi yang berada pada kejadian tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Ibu Sely
“Untuk saksi-saksinya pada kejadian tersebut ada kakaknya korban yaitu Siti
Rahayu selaku kakak kandung korban, kemudian ada Asep selaku tetangga
korban. Untuk terdakwa sendiri bernama Mul Sutiono. Menurut pernyataan
saksi waktu itu kepada saya pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2021 sekira
jam 18.00 wib, di Ruko Kosong yang terletak di Jalan P. Antasari, Kelurahan
Kalibalau Kencana, Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung saat itu saksi
melihat korban sering memperagakan perbuatan yang dilakukan oleh Pak Mul
(panggilan diri terdakwa) terhadap korban, dan saat korban bertemu dengan
terdakwa, dia selalu terlihat ketakutan dan sering berkata “kakal/nakal”.
Kemudian menurut saksi bernama Asep di waktu yang sama mau membuang
sampah dan melihat korban sedang bersama terdakwa dengan posisi saling
berhadapan di depan ruko namun katanya korban saat itu berteriak namun Asep
tidak mengetahui teriakan apa yang dikatakan korban karena bicaranya tidak
jelas, saat itu korban mengenakan kaos oblong dan celana pendek.”
Berdasarkan keterangan dari ibu Sely selaku pendamping perkara Pelecehan Seksual
ditarik kesimpulan bahwa pada kejadian tersebut terdapat 2 (dua) saksi di lokasi
kejadian perkara, yang pertama yaitu Saksi 1 Sri Rahayu selaku kakak dari Korban,
yang kedua Saksi 2 Asep selaku tetangga dari korban dan terdakwa. Maka demi
memperkuat hasil analisis, Peneliti juga mewawancarai para saksi dengan melakukan
wawancara melalui telepon seluler pada tanggal 1 Agustus 2023 pada pukul 15.00
WIB dikarenakan para saksi tidak ingin ditemui secara langsung. Maka berikut
adalah pernyataan dari Saksi 1 Sri Rahayu selaku saksi dan kakak kandung korban
menyatakan;
“ Saya memang dekat sekali dengan adik saya karna dia juga dalam kondisi lemah
mental jadi saya mengetahui persis gerak gerik adik saya Wita Wulandari
30
walaupun kondisinya lemah mental/ downsyndrome. Jadi kak pada saat itu saya
melihat adik saya sering memperagakan perbuatan yang dilakukan oleh Pak Mul
(panggilan diri terdakwa) terhadap adik saya, dan saat adik saya bertemu dengan
terdakwa, dia selalu terlihat ketakutan dan sering berkata (kakal/nakal). Jadi
perbuatan cabul yang dilakukan terdakwa juga baru saya ketahui pada hari
Minggu Tanggal 29 Agustus 2021 sekira jam 18.00 wib, di Ruko Kosong. Disitu
saya menemukan adik saya dalam keadaan tidak sadarkan diri/pingsan.”
Berdasarkan kesimpulan pada hasil wawancara diatas menurut Saksi 1 yaitu Sri
Rahayu selaku kakak korban pernah melihat terdakwa memberi jajanan kepada
Korban. Sebelum Korban ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri.
kemudian pada sekitar 2 (dua) bulan yang lalu saksi melihat terdakwa sedang
memeluk korban dengan posisi saling berhadapan di depan warung, saksi melihat
tangan kanan terdakwa meraba dada korban. Pada saat itu saksi melihat dari jarak
sekitar 3 (tiga) Meter, namun saksi pada saat itu belum mengetahui apakah adiknya
Agar pernyataan saksi diatas dianggap kuat maka peneliti bertanya kepada saksi 2
untuk menyampaikan keterangan pada saat beliau juga berada di lokasi kejadian.
Maka berikut adalah pernyataan dari Saksi 2 Asep selaku saksi dan tetangga dari
“ Sebenarnya saya juga tidak mengenal terdakwa cuma sekedar tahu bapak Mul
Sutiono karna beliau memang sehari-harinya tinggal di ruko milik pak H. Nuri.
Untuk perbuatan pelecehan seksual itu saya juga tidak pernah tau sebelumnya
tapi saya pernah melihat korban dengan terdakwa ada di ruko itu karna waktu itu
saya sedang jalan untuk membuang sampah dipinggir jalan gang dekat ruko
tempat kejadian itu dengan sepeda motor saya. Kemudian saya mendengar ada
suara korban, suaranya khas karena korban kan kelainan mental, terus saya
melihat waktu itu terdakwa sedang berdiri didepan seperti menghalangi korban
sambil memegang kedua pundak korban karna korban terlihat memberontak,
31
tapi waktu itu saya kira mereka lagi bercanda karna sepengetahuan saya mereka
bertetangga jadi saya tidak berbuat apa-apa cuma melihat dan langsung pulang
kerumah.”
bahwa terdakwa memang tinggal di ruko kosong milik bapak H. Nuri, namun saksi 2
tidak menyadari akan adanya pelecehan seksual karena pada saat saksi 2 di lokasi
kejadian saksi 2 tidak melihat adanya unsur perbuatan cabul dan pelecehan seksual.
Maka untuk saat ini perkara pelecehan seksual belum ditemukan titik temu
menghubungi Terdakwa terkait kasus perbuatan cabul yang dilakukan sesuai dengan
melalui telepon seluler pada hari rabu tanggal 2 Agustus 2023 pukul 11.00 wib
dengan informasi kontak terdakwa yang Peneliti dapatkan dari ibu Sely selaku
korban Wita Wulandari. Namun pada saat Peneliti menghubungi terdakwa, terdakwa
tidak mau melakukan proses wawancara terkait perkara tersebut, tetapi atas bantuan
ibu Sely dari Lembaga Advokasi Perempuan Damar Provinsi Lampung maka
dari Bapak Mul Sutiono selaku terdakwa atas Putusan Pengadilan Nomor
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk menyatakan;
“ ya saya mengenal Salama (Korban) karna anak itu memang sering main didekat
ruko tempat saya tinggal, dan saya memang benar saat itu memegang bagian
bawah perut si Salama tapi kan tidak ada buktinya saya melakukan Pelecehan
Seksual karna saya melakukan itu hanya sebatas bercanda karna saya pikir anak
itu kan cuma anak kecil dan keterbelakangan mental juga. Awalnya kejadian
waktu itu sehabis saya membeli roti, saya duduk didepan ruko, kemudian si
Salama itu mendatangi saya untuk minta roti, memang posisi dia ada didepan
saya makanya saya iseng mainin dia sambil megang bawah perutnya dan itu juga
cuma sekali dia juga tidak berontak cuma diam. Kemudian kakaknya datang
nyuruh dia pulang. Sudah itu saja yang saya lakukan dan tidak ada bukti juga
32
saya melakukan perbuatan cabul kan. Sudah ya saya sudah tidak mau bahas
masalah ini lagi kan sudah selesai juga putusannya.”
bahwa terdakwa sama sekali tidak mengakui bahwa beliau melakukan tindak pidana
Pelecehan Seksual dan Perbuatan Cabul dengan menunjukkan alat kelamin kepada
korban, mengelus pipi korban dan memegang perut bawah korban. Terdakwa
menyela dengan pernyataan bahwa tidak terdapat bukti bahwa terdakwa melakukan
lingkup dari permasalahan tindak pidana Pelecehan Seksual dan Perbuatan Cabul
yang dilakukan oleh Bapak Mul Sutiono, Peneliti melakukan wawancara dengan
menggunakan surat-surat izin penelitian dari pihak Universitas Bandar Lampung dan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Juli 2023 pada pukul 13.00 Wib dengan
tersebut yaitu bapak Hendri Irawan, S.H., selaku Hakim Anggota pada putusan
perkara tersebut. Maka berikut adalah pernyataan dari bapak Hendri Irawan, S.H.,
menyatakan;
“ kalau yang saya tinjau lagi berdasarkan putusannya begini dek, nanti saya
berikan juga salinan putusannya bisa dibaca lagi disitu. Jadi penetapan majelis
Hakim untuk perkara Nomor 1176/Pid.B/2021/PN.Tjk tanggal 11 November
2021 itu tanggal untuk penetapan hari sidang, untuk penetapan tuntutan pidana
oleh Penuntut Umum itu pada tanggal 23 Desember 2021. Penuntut Umum
udah menyatakan kalau terdakwa Mul Sutiono terbukti dan secara sah dan
meyakinkan memang bersalah berbuat tindak pidana Pelecehan Seksual.
33
Terdakwa juga menjatuhkan hukuman Pidana Penjara selama 5 bulan dan
kemudian terdakwa ditahan di tahanan rutan. Pada saat putusan ditetapkan
terdakwa juga tidak mengajukan keberatan, kemudian juga Penuntut Umum
mengajukan dua saksi untuk menjelaskan kronologi kejadian. Kemudian hasil
Visum yang diberikan oleh pendamping korban yaitu Lembaga Advokasi
Perempuan Damar Provinsi Lampung yang juga memperkuat bukti kalau
terdakwa memang dinyatakan bersalah melakukan Pelecehan Seksual dan
korban juga pada kondisi keterbelakangan mental. Dalam persidangan juga
LAP Damar Perempuan mengajukan barang bukti berupa, 1 (satu) baju kaos
tangan pendek warna merah putih dan 1 (satu) celana pendek warna hitam,
karena barang bukti tersebut merupakan milik Korban untuk memperkuat
putusan Penuntut Umum.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama bapak Henri selaku Hakim
dinyatakan sah secara hukum melakukan Tindak Pidana Pelecehan Seksual dan di
Pidana Penjara selama 5 (Lima) Bulan oleh Penuntut Umum, serta dikuatkan dengan
oleh dokter pemeriksa dr. Chatrina Andryani, SP.FM pada kesimpulan menyebutkan
belas tahun, pada pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gambaran berkebutuhan
khusus, pada pemeriksaan dalam ditemukan cairan kemerahan (haid) dalam batas
normal, dan robekan selaput dara pada arah jam pukul tiga hingga enam yang
pemeriksaan mental yang dibantu oleh pihak Lembaga Advokasi Perempuan Damar
melalui kerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Trauma Psikologi yang di tanda tangani oleh Cindani Trika Kusuma, MPsi, Psikolog
34
dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan hasil
sedang, yaitu kondisi keterbelakangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
sedang menunjukkan bahwa ketika anak sudah berusia dewasa, mereka baru
mencapai tingkat kecerdasan yang setara dengan anak normal berusia 7 (tujuh)
tahun.
Mereka hampir tidak mampu untuk mengikuti kegiatan akademik, namun masih bias
di latih untuk merawat diri dan melakukan aktifitas sehari-hari, korban mengalami
sebab akibat dan mengutarakan apa yang dialami dan dirasakan karena keterbatasan
mengkaitkan dengan teori dan dasar-dasar hukum yang terkait dengan Kasus Tindak
Berdasarkan fakta- fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, Terdakwa telah didakwa oleh
Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 290 ayat
bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya, bahwa yang dimaksud setiap orang
adalah siapa saja yang menjadi subyek hukum sebagai pendukung hak dan
35
kewajiban, dimana perbuatan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum.
Setelah dikaitkan dasar hukum diatas dengan perkara putusan Pengadilan Nomor
terdakwa yang telah mengaku sehat jasmani dan rohani Mul Sutiono Bin R. Sutejo
Hakim, Jaksa Penuntut Umum dengan baik dan lancar, dapat mengingat serta
menerangkan yang benar sesuai dengan perbuatan terdakwa telah dilakukan. Maka
hal tersebut menunjukan bahwa perbuatan terdakwa telah maupun saat memberikan
keterangan dimuka persidangan adalah berada dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani serta ditemukan adanya alasan pembenar dan atau alasan pemaaf sehingga
pidana yang telah dilakukannya dan sesuai dengan dasar hukum tertera diatas.
orang itu pingsan atau tidak berdaya, bahwa unsur tersebut bersifat alternatif yang
artinya apabila salah satu unsur dalam unsur ini telah terpenuhi, maka dianggap telah
terbukti secara sah dan meyakinkan. Dan yang dimaksud dengan cabul adalah segala
perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji dan
kotor, tidak senonoh, yang dimaksud tidak berdaya adalah tidak mempunyai
kekuatan atau tenaga sama sekali sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan
sedikitpun.
Orang yang tidak berdaya itu masih dapat mengetahui apa yang terjadi atas
dirinya, yang dimaksud dengan pingsan adalah tidak ingat atau tidak sadar akan
dirinya. Orang yang pingsan tidak dapat megetahui apa yang terjadi akan dirinya.
36
Setelah dikaitkan dengan hasil penelitian perkara diatas dan berdasarkan fakta
hukum yang terungkap dari keterangan saksi-saksi, korban dan pengakuan terdakwa
diketahui bahwa benar terdakwa telah berbuat tidak senonoh (tidak patut/tidak
pantas) pada korban Wita Wulandari alias Salama adalah seorang gadis yang
mengalami keterbelakangan mental maka hal tersebut sesuai dengan unsur dari Dasar
Pelecehan Seksual Menurut Bapak Hendri Irawan, S.H., M.H, selaku hakim yang
memutus perkara ini, dalam memutus perkara menyatakan bahwa dilihat pada fakta-
fakta yang terungkap dalam persidangan, alat bukti, dan keyakinan hakim. Perbuatan
terdakwa dinyatakan sah secara hukum ketika dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut
umum terbukti benar dengan adanya alat bukti dan keterangan para saksi pada saat
minimal suatu perkara, mengenai tinggi rendahnya hukuman yang didapatkan oleh
bagaimana kasusnya (kasuistik), sebab, alasan dan hal-hal lain yang melatarbelakangi
1176/Pid.B/2021/PN.Tjk.
tentang pertanggung jawaban Pidana terhadap Pelaku Pelecehan Seksual dengan Cara
yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pelecehan Seksual yaitu KUHP dan
37
Undang-undang Pornografi;
a. KUHP
Berdasarkan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam KUHP, maka terdapat pasal
yang dapat digunakan untuk menjerat tindak pidana pelecehan seksual yaitu Pasal
Pasal 281 angka 1 dan Pasal 281 angka 2 KUHP. Pasal 289 KUHP juga dapat
menjerat pelaku pelecehan seksual karena pasal ini memuat unsur pencabulan yaitu
seksual melakukan suatu tindak pidana kesusilaan berupa pencabulan terhadap anak
dibawah umur, maka perbuatan tersebut dapat dikenakan aturan dalam Pasal 290
KUHP dan apabila ada peraturan yang bersifat khusus maka dapat digunakan
1. Undang-undang Pornografi
terkait yang dapat digunakan dalam menjerat pelaku pelecehan seksual ialah Pasal 4
Pornografi tersebut karena dalam Pasal 4 tidak dijelaskan mengenai maksud dari kata
menyajikan ketelanjangan. Pasal 10 juga tidak jelas menuliskan apa yang dimaksud
38
penafsiran lebih lanjut oleh penegak hukum.
perbuatannya karena terdapat unsur kesalahan pada diri pelaku yaitu adanya kelakuan
yang bersifat melawan hukum, adanya dolus atau kesengajaan yaitu menghendaki dan
batin yang normal yaitu adanya akal yang dapat membedakan perbuatan yang
menyesuaikan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan tidak adanya
merupakan suatu penyakit layaknya orang gila yang tidak mengerti, menginsyafi dan
mengontrol apa yang diperbuat dan tidak memiliki tujuan tertentu terhadap
perbuatannya.
Ketentuan yang dapat menjerat pelaku pelecehan seksual dalam RUU-KUHP 2013,
yakni diatur dalam Bab XVI Tentang Tindak Pidana Kesusilaan Bagian Kesatu
mengenai Kesusilaan di Muka Umum dapat dilihat pada Pasal 467 sampai Pasal 505
Bab XVI RUU-KUHP. Istilah pelecehan seksual belum dimuat dalam penjelasan
dapat dipertanggung jawabkan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan yang tidak
masa mendatang guna mengatasi permasalahan yang muncul terkait kekaburan norma
pasal 44 KUHP dan belum adanya istilah pelecehan seksual dalam hukum positif
39
yang tegas, terang, serta mencantumkan pengertian, batasan serta penjelasan terhadap
40
DAFTAR PUSTAKA
Bahasa