Makalah Antropologi Kesehatan Kelompok 3
Makalah Antropologi Kesehatan Kelompok 3
Oleh kelompok 3:
1.AGUNG AKBAR(2200212044)
2.BINTANG NURLAILA(22002120460
3.DHEA KEYZA BAZILA(2200212049)
4.LATIFA AINI(2200212057)
5.LISSA PUSPITA DEWI(2200212059)
6.RACHEL NOFILLA PUTRI(2200212064)
7.RESVI ERIZA(2200212066)
8.ROMI ASRISWANDI(2200212067)
9.SARAH MARZULNI(2200212069)
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esaatas segala rahmat-nya sehingga makalah
yang berjudul “MAKALAH TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN ”
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya, serta bimbingan dari pihak dosen sendiri. Harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING....................................................................................5
2.2 PENGERTIAN TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN..............................................5
2.3 MENGAPLIKASIKAN TEORI MODELEINE LEININGER DALAM KEPERAWATAN ..............................6
2.4 IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN……..………………….………7
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................................8
3.2 SARAN..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2).Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencaripengobatan
ke luar negeri.
a)Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan
masyarakatnya. Seorang ahli lain (Becker, 1979: 214) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
b)Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup
antara lain:
•Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
•Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan)
•Tidak merokok
•Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
•Istirahat cukup.
•Mengendalikan stres
•Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.
c)Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang t erhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit,pengobatan penyakit, dan sebagainya.
d)Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien)
mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun
orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(thesick role). Perilaku ini meliputi:
•Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
•Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan,
dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama
kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan
sebagainya). klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi
b)Negosiasi budaya. Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang
lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c) Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut
2.Edukasi (Education)
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing dalam
sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapanlangsung dengan klien,
mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyaibudaya yang sama dengan dirinya.
Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapiklien yag berasal dari luar negara Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan memerlukan
suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan
sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan
yang lainnya.
2.Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991), menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle.
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a).Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada "Sunrise Model".
7 KOMPONEN DALAM PENGKAJIAN TRANSCULTURAL NURSING
1.Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
4.Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)\
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jum
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat
6.Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga. biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
II Cultural careaccomodation/hegotiation
a)Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b)Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
d) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang budaya pasien.
Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa
Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang
lebat. Penduduk desa tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang
dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya Pelangaran yang dilakukan
dapat berupa menebang pohon, membabat hutan untuk area pertanian, dan sebagainya. Siapa
yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa
demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara memohon
ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang kemudian
dibuat menjadi ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit
diperoleh dan di tentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun.
Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita avatu penuturan secara turun-temurun tersebut
adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai
timbulnya gejala suatu penyakit.
Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing. Sebagaimana yang
telah dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi
tentang budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab
timbulnya fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk melakukan
pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai penyebab
fenomena timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan
berdasarkan aspek latar belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat
transkultural selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti. Sehingga
diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan merubah cara
pandang dan pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu
pengetahuan dan teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang disampaikan
tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti menggunakan
dedaunan dengan komposisi kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi
adalah paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan metode
pemberian mantra atau jampi-jampi oleh pemuka adat atau pun dukun.
2.6 CONTOH KASUS TRANSKULTURAL NURSING
Ny. D, berusia 29 tahun agama islam, pendidikan SD, masuk ke unit keperawatanonkologi
dengan keluhan nyeri pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaan PAP
Smear didapatkan menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy.
Riwayat kesehatan masa lalu: jarang mendatangi fasilitas kesehatan yang ada, karenakalau
sakit, biasanya hanya membeli obat di warung untuk penyembuhannya. Ny Dmengatakan
bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi, diaseorang perokok
dan menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16tahun. Dia sudah
memiliki dua orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16tahun dan kehamilan yang
kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakankontrasepsi oral secara teratur.dia
menikah dan tinggal dengan suaminya bersama duaorang anaknya di rumah ibunya, dengan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminyaseorang penggangguran (tidak mempunyai
pekerjaan yang tetap) dia menggambarkansuaminya seorang yang emosional dan kasar. Ny D
telah melakukan pembedahan dengan baik kecuali satu hal, saat ini dia belummampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual postoprasi. Hal itu
mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obatyang digunakan
adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya.Sebagai tambahan, dia
akan mendapatkan terapi radiasi sebagai rawat jalan. Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan
perhatian yang sangat besar terhadap masadepannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa
penyakit ini adalah datangnya karena guna guna orang jahat padanyaserta sebuah hukuman
akibat masa lalunya.
e)Faktor kebijakan
Saat ini pasien sudah menjalani operasi dan sudah dianjurkan pulang kembali kerumahnya,
tetapi efek dari pemebedahan itu pasien saat ini masih belum bisamelakukan BAK secara
normal karena adanya nyeri. Pasien juga sering mengeluhmual
f)Faktor ekonomi ( economical factors )Pasien seorang buruh tani, tidak memiliki tabungan
khusus untuk kebiutuhan yangmendadak, karena penghasilannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhanmakan sehari-hari.pasien memiliki kartu jaminan kesehatan, sehingga
dia tidakterlalu memikirkan biaya selama dia dirawat di rumah sakit.
g)Faktor pendidikan ( educational factors )Pasien hanya tamatan sekolah dasar, abggota
keluarga yang lain juga hanyatamatan SD.
2.Diagnosis keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi pasien dan keluarganya:
a.rasa nyeri dan mual
b.persepsi klien yang salah tentang penyakitnya yang disebabkan oleh guna guna dan akibat
dosa masa lalunya
c.hal yang ditemukan adalah salah satu pola yang dapat membangun kehidupan social dan
aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian ,kekeluargaan dan ekonomi yang sangat
besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan.
Kasus diatas juga telah memberikan gambaran pada perawat bahwa dalam teorileiningger,
manusia (dalam hal ini klien) besifat sistem terbuka yang berarti bahwa klien itutidakakan
terlepas atau tidakbisa dipisahkan dari budaya mereka masing-masing.
Teori leiningger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang, pentingsekali
bagi perawat untuk mengenal budaya pasien dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.
Teori ini sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Focus dari pandangannya dengan melihat bahwa budaya pasien (individu,
keluarga,kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka
pemberianasuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada teori ini mempunyai empat
tingkatan dimana pada level1 sampai 3 itu dimulai dari pengkajian ini meliputi semua aspek
yang dimulai dari pengkajian faktorpendidikan klien sampai dengan factor teknologi.
c)kekuatan teori
1. Teori ini besifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuankepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2.Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan
model-model teori lainnya (teori orem, king, roy, dll).
3.Penggunaan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadp rumah sakit
4.Penggunaan teori trankultural dapat membantu perawat untuk membuatkeputusan yang
kompeten dalam membarikan asuhan keperawatan.
5.Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan.
d)Kelemahan teori
1.Teori ini bersifat sangat luas sehingga tidak bias berdiri sendiri hanya digunakan dengan
sebagai pendamping dari berbagai macam konseptualmodel lainnya.
2)Teori ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan
sehingga perlu dipadukan dalam teori lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu arca/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
3.2 SARAN
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,
karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran
agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan
Kepercayaan dalam Keperawatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan
pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi penggunaan.htm
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf
http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html
http://wineralways.blogspot.co.id/2012/05/makalah-peran-agama-dalam-keperawatan.html
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing