Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


ANTROPOLOGI KESEHATAN
DOSEN PENGAJAR : Ns.Kalpana Kartika,M.Si

Oleh kelompok 3:
1.AGUNG AKBAR(2200212044)
2.BINTANG NURLAILA(22002120460
3.DHEA KEYZA BAZILA(2200212049)
4.LATIFA AINI(2200212057)
5.LISSA PUSPITA DEWI(2200212059)
6.RACHEL NOFILLA PUTRI(2200212064)
7.RESVI ERIZA(2200212066)
8.ROMI ASRISWANDI(2200212067)
9.SARAH MARZULNI(2200212069)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esaatas segala rahmat-nya sehingga makalah
yang berjudul “MAKALAH TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN ”
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya, serta bimbingan dari pihak dosen sendiri. Harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 3 JUNI 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING....................................................................................5
2.2 PENGERTIAN TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN..............................................5
2.3 MENGAPLIKASIKAN TEORI MODELEINE LEININGER DALAM KEPERAWATAN ..............................6
2.4 IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN……..………………….………7

2.5 GAMBARAN MASYARAKAT TERHADAP KASUS YANG BERKAITAN DENGAN TRANSKULTURAL


NURSING…………………………………………………………………………………………………………………………….…...........
….7

2.6 CONTOH KASUS TRANSKULTURAL


NURSING…………………………………………………………………………...............................................................….7

BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................................8
3.2 SARAN..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi
mendasar dari teori adalah perilaku Caring, Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring
dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.
Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan bila budaya pasien pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implemenasi keperawatan diberikan
sesuai nilai- nilai yang relevan yang telah di miliki klien, sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi budaya merupakan stategi yang kedua
yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Pengkajian Transkultural Nursing?
2. Apa Pengertian Diagnosis Transkultural Nursing?
3. Apa Komponen Dalam Pengkajian Transkultural Nursing?
4. Apa Gambaran Masyarakat Tentang Kasus Berhubungan Dengan Transkultural Nursing?
5. Study Kasus Transkultural Nursing?
6. Menyusun Dan Melaksanakan Tindakan Keperawatan Transkultural Nursing

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.Memenuhi tugas Mata Kuliah antropologi kesehatan
2.Untuk mengetahui pengertian tanskultural keperawatan.
3.Untuk mengetahui teori leilinger keperawatan
4.Untuk mengetahui pengertian transcultural dan implikasi transcultural dalam praktek
keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING


Virginia Henderson (1978) Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat
maupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit
atau meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak
menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin. Lokakarya
Keperawatan (1983) Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentukpelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu,
kelompokdan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan yang
memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan atau
asuhan keperawatan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan
kiat, standar pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu sistem pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan pancasila,
khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1.Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam mengelola
asuhankeperawatan.
2.Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan menggunakan hasil
dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
3.Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
4.Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan professional.
5.Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika
keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang
berperan aktif, reproduktif, terbuka
untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:
a)Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan.
b)Mengembangkan program surveillance kesehatan.
c) Melakukan konseling.
d)Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
e)Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
f)Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan masalah primer di perusahaan
g)Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
h)Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang pertama pada kecelakaan serta
diperlukan.
i)Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan, mengembangkan dan
menganalisa program, pembiayaan, staffing serta administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989, terdiri dari:
a)Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b)Peran perawat sebagai advokat klien
c)Peran perawat sebagai edukator
d)Peran perawat sebagai coordinator
e)Peran perawat sebagai kolaborator
f)Peran perawat sebagai konsultan
g)Peran perawat sebagai pembaruan

2.2 PENGERTIAN TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


1.Konsep Perilaku Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap
psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru,
orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan
merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan
tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap
dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat
langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995)
menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara
tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka,
mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social
(Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat
diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara
menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan
pertanyaan berbentuk skala. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui
proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh
perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu
masukan (input). proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut
faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan
predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan
tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh
sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan
perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Surwono 1993).

2. Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan, dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1).Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
daritiga aspek.
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihankesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. Perilaku peningkatan kesehatan,
apabila seseorang dalam keadaan sehat, perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat
dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai
tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan
dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan
dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.

2).Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan
atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencaripengobatan
ke luar negeri.
a)Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola
lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan
masyarakatnya. Seorang ahli lain (Becker, 1979: 214) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
b)Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup
antara lain:
•Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
•Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan)
•Tidak merokok
•Tidak minum-minuman keras dan narkoba.
•Istirahat cukup.
•Mengendalikan stres
•Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.

c)Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang t erhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit,pengobatan penyakit, dan sebagainya.
d)Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien)
mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun
orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(thesick role). Perilaku ini meliputi:
•Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
•Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan,
dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama
kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan
sebagainya). klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolahraga setiap pagi
b)Negosiasi budaya. Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang
lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c) Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

2.3 MENGAPLIKASIKAN TEORI MODELEINE LEININGER DALAM KEPERAWATAN


Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih dikenal
dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan
kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus culture, culture care,
diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.

Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :


1.Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, carahidup
dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuatkeputusan,
serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai yang
diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi atau
memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan kesejahteraannya,
memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.
3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan, serta
asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan asuhan
keperawatan.;
6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga, terutama
sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah budaya dalam jangka
waktu tertentu.

Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan:


1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalamberbagai budaya.
Teori transculturalnursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara
spesifiktentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

2.Edukasi (Education)
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing dalam
sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapanlangsung dengan klien,
mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyaibudaya yang sama dengan dirinya.
Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapiklien yag berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Colaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan memerlukan
suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan
sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan
yang lainnya.

4. Pemberi Perawatan (Care Giver)


Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural Nursing.
Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

2.4 IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN


1.Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan mempertahankan budaya, mengakomodasi/
negoasiasi budaya dan mengubah mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a)Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
b)Negosiasi budaya. Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang
lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c) Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

2.Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991), menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle.
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a).Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7
komponen yang ada pada "Sunrise Model".
7 KOMPONEN DALAM PENGKAJIAN TRANSCULTURAL NURSING
1.Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan.

2.Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3.Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4.Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)\
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

5.Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jum
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat

6.Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan
sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga. biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.

7.Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan diyakini system nilai yang diyakini.

c) Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan taskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu: mempertahankan budaya yang
dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi
budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien
bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

I.Cultural care preservation maintenance


a)Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b)Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

II Cultural careaccomodation/hegotiation
a)Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b)Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

III Cultual care reportening/reconstruction


a)Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
b)Gunakan pihak ketiga bila perlu
c)Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
d)Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di pahami oleh
klien dan orang tua.
e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatanf)Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka
g)perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidakpercaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.

d) Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang budaya pasien.

2.5. GAMBARAN MASYARAKAT TERHADAP KASUS YANG BERKAITAN DENGAN


TRANSKULTURAL NURSING
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
1.Culture care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan
2.Culture care accommodation/negotiation
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yang merefleksiakan
cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup
klien
3.Culture care repatterning/restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing ditemukan fakta bahwa persepsi
masyarakat tentang terjinya penyakit antara daerah yang satu dengan daerah yang lain
terdapat perbedaan, hal tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang di
dalam mansyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu
kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, hal tersebut telah menjadi hal yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat tentang salah satu penyakit.
Sebagai contoh adalah persepsi masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai
penyakit malaria.

Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa
Tidak jauh dari wilayah pemukiman mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang
lebat. Penduduk desa tersebut branggapan bahwa hutan itu memiliki penguasa gaib yang
dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya Pelangaran yang dilakukan
dapat berupa menebang pohon, membabat hutan untuk area pertanian, dan sebagainya. Siapa
yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa
demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara memohon
ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu yang kemudian
dibuat menjadi ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit
diperoleh dan di tentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun.
Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita avatu penuturan secara turun-temurun tersebut
adalah faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai
timbulnya gejala suatu penyakit.

Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural nursing. Sebagaimana yang
telah dibahas di awal bahwa keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi
tentang budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi meraka tentang penyebab
timbulnya fenomena suatu penyakit di lingkungan yang tempat mereka tinggal.
Dalam hal semacam ini Peran perawat transkultural sangatlah diperlukan untuk melakukan
pengkajian terhadap respon masyarakat seperti pada contoh di atas mengenai penyebab
fenomena timbulnya suatu penyakit dan cara mereka dalam melakukan penyembuhan
berdasarkan aspek latar belakang budaya yang mereka miliki. Kemudian peran perawat
transkultural selanjutnya adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti. Sehingga
diharapkan masyarakat tersebut dapat beralih dari kebiasaan lama mereka dan merubah cara
pandang dan pola piker terhadap kesehatan menjadi lebih baik. Sesuai dengan standar ilmu
pengetahuan dan teklogi di dibidang kesehatan yang telah maju.
Selain hal tersebut di atas, diharapkan juga dengan adanya pemahaman yang disampaikan
tersebut masyarakat tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional seperti menggunakan
dedaunan dengan komposisi kandungan yang belum jelas dalam pengobatan. Terlebih lagi
adalah paradigm pengobatan berdasarkan praktik-praktik perdukunan dengan metode
pemberian mantra atau jampi-jampi oleh pemuka adat atau pun dukun.
2.6 CONTOH KASUS TRANSKULTURAL NURSING
Ny. D, berusia 29 tahun agama islam, pendidikan SD, masuk ke unit keperawatanonkologi
dengan keluhan nyeri pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaan PAP
Smear didapatkan menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy.
Riwayat kesehatan masa lalu: jarang mendatangi fasilitas kesehatan yang ada, karenakalau
sakit, biasanya hanya membeli obat di warung untuk penyembuhannya. Ny Dmengatakan
bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Tinggi, diaseorang perokok
dan menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan berlangsung selama 16tahun. Dia sudah
memiliki dua orang anak. Kehamilan pertama ketika dia berusia 16tahun dan kehamilan yang
kedua saat berusia 18 tahun. Sejak saat itu dia menggunakankontrasepsi oral secara teratur.dia
menikah dan tinggal dengan suaminya bersama duaorang anaknya di rumah ibunya, dengan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminyaseorang penggangguran (tidak mempunyai
pekerjaan yang tetap) dia menggambarkansuaminya seorang yang emosional dan kasar. Ny D
telah melakukan pembedahan dengan baik kecuali satu hal, saat ini dia belummampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual postoprasi. Hal itu
mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di rumah. Obatyang digunakan
adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan antiemetic untuk mualnya.Sebagai tambahan, dia
akan mendapatkan terapi radiasi sebagai rawat jalan. Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan
perhatian yang sangat besar terhadap masadepannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa
penyakit ini adalah datangnya karena guna guna orang jahat padanyaserta sebuah hukuman
akibat masa lalunya.

Penerapan asuhan keperawatan teori Leininger


1.Pengkajian
a).Faktor teknologi (technological factors)Pasien selama ini jarang mendatangi fasilitas
kesehatan, jika sakit hanya membeliobat di warung saja. Alasan dia datang ke pelayannna
kesehatan saat ini karena penyakit yang dideritanya tidak sembuh dengan obat warung.
b)Faktor agama dan falsafah hidup
Pasien beragama islam ,saat ini berstatus menikah dengan 2 orang anak,pasien percaya bahwa
penyakitnya datang dari guna-guna orang yang tidak senangkepadanya. Pasien juga percaya
bahwa penyakitnya ini karena hukuman atas masalalunya.
c)Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social Factors)Pasien berumur 29
tahun, ia sekeluarga masih tinggal di rumah orangtuanya.Suaminyaseorang penggangguran
dan sangat emosional serta kasar.
d)Faktor nilai-niali budaya dan gaya hidup ( cultural values & lifeways)Sanitasi lingkunga
rumah pasien kurang baik, jarang melakukan pemeriksaankesehatan secara rutin, pasien
seorang perokok yang dapat menghabiskan rokok 2 pak perhari selama 16 tahun. Pasien
menikah diusia muda dan hamil pertama padausia 16 tahun dan hamil kedua umur 18 tahun,
serta dia menggunakan alatkontrasepsi hormonal berupapli.

e)Faktor kebijakan
Saat ini pasien sudah menjalani operasi dan sudah dianjurkan pulang kembali kerumahnya,
tetapi efek dari pemebedahan itu pasien saat ini masih belum bisamelakukan BAK secara
normal karena adanya nyeri. Pasien juga sering mengeluhmual
f)Faktor ekonomi ( economical factors )Pasien seorang buruh tani, tidak memiliki tabungan
khusus untuk kebiutuhan yangmendadak, karena penghasilannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhanmakan sehari-hari.pasien memiliki kartu jaminan kesehatan, sehingga
dia tidakterlalu memikirkan biaya selama dia dirawat di rumah sakit.
g)Faktor pendidikan ( educational factors )Pasien hanya tamatan sekolah dasar, abggota
keluarga yang lain juga hanyatamatan SD.

2.Diagnosis keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi pasien dan keluarganya:
a.rasa nyeri dan mual
b.persepsi klien yang salah tentang penyakitnya yang disebabkan oleh guna guna dan akibat
dosa masa lalunya
c.hal yang ditemukan adalah salah satu pola yang dapat membangun kehidupan social dan
aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian ,kekeluargaan dan ekonomi yang sangat
besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan.

3.Adapun intervensi dan implementasi


a.budaya atau the gold of culture care presevartion of maintenance
1)Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien.
Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustaddi masjid
2) Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negative yang mengatakan bahwa dosa di
masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil
berkonsultasi kepada “dukun” yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.
3)Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien danteman-temannya
yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
b.negosiasi
1)Perawat merencanakan kordinasi dengan RT setempat untuk memperbaikilingkungan yang
tidak sehat.
2)Perawat lain (yang merawat) pasien akan mengidentifikasi dan menetapkanobat-obatan
untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.

c)Culture care repatterning or restructuring :


1)Kepedulian keluarga perlu untuk dipertimbankan, memberikan penyuluhan pada keluarga
tentang betapa pentingnya dorongan atau motifasi keluargadalam proses penyembuhan pasien
2)Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan dalam kebiasaanmerokok,
penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk merokok
diluar ruangan.

4.Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap:


a)keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan
b)negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

Kasus diatas juga telah memberikan gambaran pada perawat bahwa dalam teorileiningger,
manusia (dalam hal ini klien) besifat sistem terbuka yang berarti bahwa klien itutidakakan
terlepas atau tidakbisa dipisahkan dari budaya mereka masing-masing.
Teori leiningger pada intinya menitik beratkan pada kebudayaan seseorang, pentingsekali
bagi perawat untuk mengenal budaya pasien dan pengaruhnya terhadap perawatan pasien.
Teori ini sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Focus dari pandangannya dengan melihat bahwa budaya pasien (individu,
keluarga,kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka
pemberianasuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada teori ini mempunyai empat
tingkatan dimana pada level1 sampai 3 itu dimulai dari pengkajian ini meliputi semua aspek
yang dimulai dari pengkajian faktorpendidikan klien sampai dengan factor teknologi.

c)kekuatan teori
1. Teori ini besifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuankepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2.Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan
model-model teori lainnya (teori orem, king, roy, dll).
3.Penggunaan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadp rumah sakit
4.Penggunaan teori trankultural dapat membantu perawat untuk membuatkeputusan yang
kompeten dalam membarikan asuhan keperawatan.
5.Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan.

d)Kelemahan teori
1.Teori ini bersifat sangat luas sehingga tidak bias berdiri sendiri hanya digunakan dengan
sebagai pendamping dari berbagai macam konseptualmodel lainnya.
2)Teori ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan
sehingga perlu dipadukan dalam teori lainnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikankeperawatan,
berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian
yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu arca/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan
dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002).

3.2 SARAN
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan,
karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran
agama.
Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat
memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan
Kepercayaan dalam Keperawatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan
pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan,
semangat, bahkan pemikiran para pembaca dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi penggunaan.htm

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf

http://wwwpusink.blogspot.co.id/p/hubungan antara lingkungan dan perilaku.html

http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html

http://wineralways.blogspot.co.id/2012/05/makalah-peran-agama-dalam-keperawatan.html

http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing transcultural Nursing Care of Adult: Section


Two Transcultural NursingModels: Theory and Practice, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari

http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Transcultural Nursing Care of Adult, Section Three

Application of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari


http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursin

Anda mungkin juga menyukai