Anda di halaman 1dari 43

1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun buku yang berjudul
penerapan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan tepat pada
waktunya
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada ibu Annisa selaku dosen pembimbing
yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan buku ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa serta pihak-pihak lain yang juga
sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan buku
yang berjudul tentang penerapan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada buku ini oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan buku selanjutnya.

Akhir kata semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Medan, 12 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB I TEKNOLOGI
1.1 Pengertian Teknologi………………………………………………………………………
1.2 Tujuan Teknologi…………………………………………………………………………..
1.3 Manfaat Teknologi…………………………………………………………………………
BAB II PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
2.1 Cara Penerapan / Menggunakan Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………………………………………………………..
2.2 Jenis Jenis Teknologi / Media Yang Dapat Di Gunakan Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………………………………………………………..
BAB III DAMPAK DARI TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA
3.1 Manfaat Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………………………………………………….……
3.2 Masalah Masalah Dalam Penerapan Teknologi Di Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………….………………………………………….…
BAB IV Macam Macam Media Yang Di Gunakan
4.1 Jenis Jenis Media Yang Dapat Di Gunakan Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………………………………………………………..
4.2 Jenis Jenis Aplikasi Yang Mendukung Pembelajaran Bahasa
Indonesia………………………………………………..............................................................
BAB V PERAN PEMERINTAH DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI UNTUK
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
5.1 Peningkatan SDM…………………………………………………………………………..
5.2 Melengkapi Fasilitas………………………………………………………………………..
5.3 Perlunya Kerja Sama Pemerintah, Sekolah, Dan Masyarakat………………………………
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………………………………...
Saran……………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

ii
PENERAPAN
TEKNOLOGI
DALAM
PEMBELAJARAN
BAHASA
INDONESIA
Disusun Oleh:
1. Azmi Raditya Arasta Harahap 2307210060
2. Dimas Hari Madani 2307210066
3. Ahmad Bukhari Prastio 2307210054
4. Rizky Ramadhan 2307210089
5. Alpin Ferdinan Fahmi 2307210213

iii
iv
BAB I
TEKNOLOGI

1.1. Pengertian Teknologi


Apa yang dimaksud dengan teknologi? Kata teknologi itu sendiri berasal
dari kata “technologia” atau bisa juga berasal dari kata “techno”. Makna dari
kedua kata tersebut adalah keahlian dan pengetahuan. Sehingga pengertian dari
teknologi pada umumnya adalah sebuah keahlian atau hal-hal yang juga
berkaitan dengan pengetahuan. Arti kata teknologi ini hanya terbatas pada benda
yang memiliki wujud saja seperti misalnya peralatan/mesin.

Teknologi merupakan sebuah perkembangan perangkat keras (hardware)


maupun perangkat lunak (software) yang didasari ilmu pengetahuan dengan
seiring perkembangan jaman dan didasari kebutuhan pengguna saat ini. Dengan
berkembangnya teknologi yang dulu kita mengerjakan sesuatu masih dengan
cara manual. Misalnya surat menyurat, membuat laporan keuangan, dan lainya
kita masih manual, saat sekarang ini sudah kita nikmati yang dinamakan
teknologi surat menyurat bisa melalui pesan singkat atau SMS (Short Message
Service), membuat laporan keuangan sudah menggunakan komputer dan
aplikasi.

Menurut para ahli pengertian teknologi juga bermacam macam:


1. M. Maryono, Definisi teknologi menurut M Maryono
Adalah terapan atau perkembangan dari berbagai jenis
Benda/peralatan yang digunakan manusia, atau bisa juga
Berupa sistem yang pada akhinya mampu menyelesaikan
Seluruh persoalan/masalah yang ada.
2. Jacques Ellil, Definisi teknologi menurut Jacques Ellil
Adalah metode yang sifatnya menyeluruh dan rasional
Serta mengarah, yang di dalamnya terdapat ciri efisiensi di
Segala aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh setiap
Manusia.
3. NN, Teknologi diartikan sebagai sebuah entitas baik yang
Berupa benda ataupun bukan, yang memang diciptakan
Dengan sengaja melalui segala proses dalam pemikiran
Dan perlakuan yang fungsinya adalah untuk mencapai
Sebuah nilai tertentu.

1
Pada intinya teknologi itu hasil dari rekayasa perangkat keras (Hardware)
dan perangkat lunak (Software) yang membantu pekerjaan pengguna saat ini
dari lama menjadi cepat, dari susah menjadi mudah.
1.2. Tujuan dan Fungsi Diciptakannya Teknologi
Tujuan tekonologi informasi di ciptakan adalah untuk mempermudah
pengguna dalam melakukan pekerjaan, dapat memecahkan masalah yang
dihadapi pengguna, membuka kreativitas, efektivitas dan efisiensi dalam
melakukan pekerjaan.

Terdiri dari 6 Fungsi Teknologi


1. Capture (Penangkap)
Sebagai alat pemasukan data baik dari kyboard, mous, scaner, touchscreen
2. Processing (Pemroses)
Memproses mengubah sebuah data yang didapat dari alat input menjadi
sebuah informasi, baik berbentuk cetak, gambar, video
3. Generation (Menghasilkan)
Menghasilkan sebuha informasi yang bermanfaat dari pengolahan data yang
masuk
4. Storage (Penyimpanan)
Menyimpan atau merekam sebuah data dan informasi kedalam sebuah
media, misalnya, Hardisk, Flashdisk, DVD
5. Retrieval (Pencarian)
Melakukan pencarian, penelusuran data yang telah di simpan ke dalam
media penyimpanan
6. Transmission (Transmisi)
Dapat melakukan pengiriman data dari lokasi satu kelokasi lainya melalui
jaringan komunikasi.

1.3. Manfaat Dari Adanya Teknologi


Dimasa sekarang ini teknologi komputer sudah dikenalkan di dunia
pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, bahkan di
kota-kota besar komputer sudah di kenalkan di taman kanak-kanak, komputer
digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran interaktif, bahkan
pembelajaran online atau daring. Bahkan untuk ujian nasional sudah berbasi
komputer atau ujian online.

2
BAB II
PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

2.1.Cara penerapan/penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa


Indonesia
Di dalam era digital yang semakin maju seperti sekarang ini, teknologi telah
membawa perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
dalam bidang pendidikan.Pendidikan bahasa, khususnya Bahasa Indonesia, tidak luput
dari dampak positif yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi.Peran teknologi dalam
transformasi pendidikan Bahasa Indonesia di era digital dapat dilihat dari berbagai
kemajuan yang dicapai,permasalahan yang dihadapi,serta tujuan yang ingin dicapai
melalui integrasi teknologi dalam proses pembelajaran.

Kemajuan teknologi telah mengubah cara pendidikan Bahasa Indonesia.Dengan


adanya platform pembelajaran online,seperti aplikasi e-learning, dan berbagai alat bantu
seperti kamus digital dan pemeriksa ejaan otomatis,pembelajaran Bahasa Indonesia
menjadi lebih interaktif dan mudah diakses.Selain itu,teknologi juga memungkinkan
adanya pembelajaran jarak jauh yang memfasilitasi akses pendidikan Bahasa Indonesia
bagi mereka yang berada di berbagai lokasi, bahkan di daerah terpencil.

Meskipun teknologi membawa banyak manfaat,akan tetapi terdapat beberapa


permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi dalam pendidikan Bahasa
Indonesia.Salah satunya yaitu kesenjangan akses.Karena tidak semua siswa atau
pendidik memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan koneksi internet
yang stabil.Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan dalam pembelajaran antara
mereka yang memiliki akses dengan yang tidak.Selain itu,terdapat juga tantangan dalam
menjaga kualitas pembelajaran. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia sangat perlu disertai dengan konten yang berkualitas dan metode pengajaran
yang efektif.Tanpa pendekatan yang tepat, teknologi hanya menjadi alat yang tidak
memberikan dampak nyata pada kemajuan bahasa.

3
Integrasi teknologi dalam pendidikan Bahasa Indonesia memiliki tujuan yang
sangat relevan dengan tuntutan zaman.Salah satunya yaitu meningkatkan minat dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Melalui penggunaan aplikasi interaktif, video
pembelajaran, dan platform digital, siswa dapat belajar Bahasa Indonesia dengan cara
yang lebih menarik dan juga menyenangkan.Selain itu,teknologi juga berperan penting
dalam mempersiapkan para siswa dan siswi untuk menghadapi tuntutan dunia kerja
yang semakin digital.Kemampuan berkomunikasi secara efektif dalam Bahasa
Indonesia, terutama dalam bentuk tulisan digital, sangat penting dalam berbagai profesi.
Dengan memanfaatkan teknologi, siswa dan disini dapat berlatih dan mengembangkan
kemampuan tersebut sejak dini.

Transformasi pendidikan Bahasa Indonesia di era digital ini adalah sebuah


langkah yang sangat penting dan tak terelakkan.Melihat dari perspektif para pendidik,
peran teknologi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai fasilitator dan
penguat metode pembelajaran. Teknologi tidak menggantikan peran guru atau dosen,
melainkan membantu mereka mencapai hasil yang lebih optimal.Dari perspektif siswa,
teknologi menjadi jendela yang membuka peluang baru dalam memahami dan
menggunakan Bahasa Indonesia secara luas. Namun,penting bagi mereka untuk tetap
menghargai nilai-nilai tradisional Bahasa Indonesia dalam konteks perkembangan
digital.

Pentingnya interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar
dan mengajar juga diakui dalam penerapan teknologi pendidikan.Oleh karena itu, media
pembelajaran yang dihasilkan dari teknologi haruslah memiliki potensi yang dapat
mendukung interaksi efektif tersebut.Dalam era digital,media pembelajaran telah
berkembang menjadi beragam jenis,mulai dari yang sederhana hingga yang sangat
canggih.Namun, yang menjadi inti adalah terjalinnya interaksi yang berkualitas antara
pendidik dan peserta didik,yang dapat mendukung proses pembelajaran yang efektif.

Dalam esensi ini, teknologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu


pendekatan atau sistem yang dirancang untuk menyelenggarakan pendidikan secara
sistematis sesuai dengan prinsip-prinsip teknologi, dengan tujuan mewujudkan proses
pembelajaran yang efektif, efisien, dan interaktif. Teknologi pendidikan menjadi
tonggak penting dalam mendukung transformasi pendidikan Bahasa Indonesia di era
digital ini.

Adapun Contoh dari penerapan teknologi dalam bidang pendidikan seperti


Zoom, Google Meet, Classroom, dan E-learning telah menjadi fasilitas yang mengubah
cara pembelajaran .Melalui media elektronik seperti audio, video, dan internet,

4
teknologi ini menjadi instrumen yang mempermudah kegiatan pembelajaran secara
fleksibel, tanpa batasan waktu dan tempat. Terlebih lagi, saat ini banyak lembaga kursus
yang menawarkan pembelajaran online, mendukung pendidikan di luar lingkup sekolah.

Menurut Depdiknas (2001),Dalam dunia pendidikan, kualitas merupakan


indikator penting yang menggambarkan sejauh mana produk atau hasil pendidikan
memiliki nilai unggul.

Faktor internal sekolah, termasuk struktur dan kelembagaan sekolah, memainkan


peran yang sangat penting dalam penentuan kualitas pendidikan.Pemilihan perangkat
sekolah seperti kepala sekolah dan guru dapat memengaruhi faktor tersebut.Selain itu,
kepemimpinan sekolah juga memiliki dampak yang sangat besar dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor,seperti sarana


dan prasarana, kualitas guru, dan juga kualitas peserta didik. Teknologi pendidikan telah
membawa perubahan paradigma dalam proses pembelajaran.Apa yang dulu dianggap
sebagai pembelajaran kaku dan monoton kini menjadi lebih fleksibel dan menarik.
Teknologi pendidikan menempatkan fokus pada perencanaan, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi sumber belajar dengan tujuan untuk
memfasilitasi dan mempermudah proses belajar. Semua ini mengacu pada tujuan
pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Diharapkan bahwa
teknologi pendidikan akan memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk merasakan dari manfaat pendidikan.

Di dalam konteks peran teknologi dalam transformasi pendidikan Bahasa


Indonesia di era digital seperti sekarang ini, jelas bahwa teknologi pendidikan bukan
hanya alat pengiriman materi pelajaran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengatasi
kesenjangan, meningkatkan aksesibilitas, dan memfasilitasi metode pengajaran inovatif.
Integrasi teknologi pendidikan membawa perubahan paradigma dalam penyampaian
pendidikan, mencapai audiens yang lebih luas, dan menawarkan pengalaman belajar
yang lebih sesuai.

Namun, potensinya hanya bisa terealisasi sepenuhnya melalui perencanaan


strategis, implementasi yang baik, dan pengembangan profesional berkelanjutan bagi
para pendidik. Dengan demikian, sinergi antara teknologi dan sumber daya manusia
menjadi sangat penting dalam mencapai tujuan transformasi pendidikan bahasa di era
digital ini.

5
Keberadaan teknologi pendidikan mampu menghadirkan peningkatan
produktivitas dalam dunia pendidikan, yang sekarang mampu mempercepat proses
belajar.Teknologi ini membantu pendidik untuk mengoptimalkan penggunaan waktu
belajar dengan lebih efisien, sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat diperluas
dengan lebih luas.

Masa sekarang telah memasuki era disrupsi yang mempengaruhi perilaku


individu dan masyarakat secara keseluruhan, termasuk dalam dunia
pendidikan.Perpindahan dari aktivitas dunia nyata ke dunia maya mencerminkan
perubahan zaman ini, yang tentu saja didukung oleh teknologi yang semakin
canggih.Terlebih lagi, situasi pandemi virus corona dulu telah memaksa perubahan
dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring telah menjadi kenyataan sebagai
tanggapan terhadap pandemi Covid 19, sesuai dengan arahan dari Kemendikbud
mengenai pengelolaan pembelajaran daring selama pandemi, sebagaimana tertuang
dalam Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020.

Semua perubahan ini sangat relevan dengan peran teknologi dalam transformasi
pendidikan Bahasa Indonesia di era digital.Teknologi pendidikan tidak hanya
mengakselerasi proses belajar mengajar, tetapi juga mengubah paradigma pembelajaran.
Pendidik bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, dan peserta didik memiliki akses
luas terhadap informasi.

Dalam era disrupsi dan pandemi seperti dulu, teknologi pendidikan menjadi
jembatan utama untuk menjaga kelangsungan pendidikan .Namun, hal ini juga menuntut
peningkatan kesiapan sumber daya manusia dalam memanfaatkan teknologi secara
efektif, dan inilah bagian penting dari transformasi pendidikan yang sedang terjadi.

Peran teknologi pendidikan dalam mewujudkan pendidikan berkualitas


sangatlah signifikan, meliputi beberapa aspek kunci. Pertama, teknologi pendidikan
menyediakan fasilitas pembelajaran melalui tahap perencanaan,
pengembangan,pemanfaatan,pengelolaan, dan evaluasi sumber belajar. Kedua,
teknologi pendidikan berperan dalam mengatasi masalah pembelajaran dengan
pendekatan multidisiplin,mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu secara holistik.

Ketiga, teknologi pendidikan digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan


efektivitas pekerjaan, baik sebagai produk maupun dalam proses pembelajaran, untuk
menangani permasalahan belajar. Keempat, teknologi pendidikan memberikan alternatif
solusi untuk meningkatkan kinerja organisasi pendidikan, dengan pendekatan kinerja
dan desain instruksional yang terstruktur. Kelima,teknologi pendidikan mampu
menghasilkan inovasi pendidikan baru untuk mengatasi permasalahan yang ada.

6
Peran teknologi pendidikan juga sangat penting dalam menyediakan platform
yang sesuai untuk pembelajaran jarak jauh, terutama dalam konteks pandemi seperti
dulu. Alat video konferensi seperti Google Meet dan Zoom menjadi sarana utama.
Diharapkan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan kemampuan manusia melalui
berbagai media komunikasi dan memberikan pengalaman pembelajaran yang
baru.Pendidik, sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, perlu merancang strategi
agar pembelajaran sesuai untuk menjaga agar peserta didik tidak merasa jenuh.

Intinya, teknologi pendidikan hadir untuk mengatasi berbagai tantangan


pembelajaran, dengan melibatkan siapapun, dimanapun, dan dengan metode apapun
yang sesuai. Teknologi pendidikan menjadi kunci untuk transformasi pendidikan dalam
era digital ini.

Salah satu contoh penerapan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di


sekolah menengah atas adalah penggunaan perangkat lunak atau aplikasi yang didesain
khusus untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa Indonesia.
Namun, dalam penerapan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, perlu diingat
bahwa teknologi hanya merupakan alat bantu. Peran guru sebagai fasilitator dan
pengarah tetaplah penting. Guru tetap memiliki peran dalam merancang strategi
pembelajaran yang efektif, memberikan bombing serta memberikan umpan balik yang
konstruktif kepada siswa Dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, guru perlu memilih
dan mengintegrasikan teknologi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Ada
berbagai jenis teknologi yang dapat digunakan, mulai dari aplikasi dan perangkat lunak
pembelajaran, media pembelajaran interaktif, hingga platform pembelajaran online.

Teknologi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi kolaborasi antara siswa


misalnya dengan menggunakan platform pembelajaran online maka siswa-siswi dapat
berinteraksi berdiskusi dan bekerja sama dalam tugas-tugas bahasa Indonesia.
Kolaborasi tersebut dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi memperluas
wawasan serta mengembangkan pemahaman siswa-siswi terhadap berbagai perspektif.

Menurut ambarura (2023) penerapan teknologi dalam pembelajaran bahasa


Indonesia juga dapat memberikan umpan balik yang lebih cepat dan terarah karena
dengan menggunakan aplikasi atau perangkat lunak, maka guru dapat memberikan
umpan balik langsung kepada siswa-siswi tentang kesalahan mereka dalam berbicara.
menulis atau memahami teks dalam bahasa Indonesia Hal ini sangat membantu siswa-
siswi untuk langsung memperbaiki kesalahan mereka dan mengembangkan
keterampilan bahasa dengan lebih efektif Selain itu penerapan teknologi dalam

7
pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membuat pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi lebih menarik dan bervariasi.

Dikarenakan para guru dapat menggunakan elemen-elemen interaktif, seperti


permainan pendidikan, simulasi, video, atau audio yang menarik perhatian siswa dan
membuat mereka lebih terlibat dalam proses pembelajaran Dengan pendekatan
pembelajaran yang inovatif dan berbasis teknologi, diharapkan motivasi dan minat
siswa terhadap bahasa Indonesia dapat meningkat.

2.2 Jenis-Jenis Teknologi / Media Yang Dapat Digunakan Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia
Penggunaan perangkat keras dan lunak dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
lingkungan sekolah menengah atas dapat memberikan banyak manfaat untuk
meningkatkan interaksi, keterlibatan dan pemahaman siswa-siswi.
Adapun jenis-jenis dari teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia yaitu:

1. Komputer dan laptop


Penggunaan dari komputer dan laptop membuat siswa-siswi dapat mengakses berbagai
sumber daya digital seperti e-book,materi pembelajaran interaktif, dan juga situs web
edukatif. Para siswa-siswi dapat menggunakan perangkat ini untuk melakukan
penelitian,mengedit, menulis dan menyimpan tulisan mereka. Penggunaan perangkat ini
juga membuat siswa-siswi bisa berkolaborasi dalam proyek kelompok dan
mengembangkan keterampilan untuk presentasi.

2.Proyektor dan Layar Interaktif


Penggunaan dari proyektor dan layar interaktif dapat digunakan untuk menampilkan
materi pembelajaran secara visual.seperti gambar, video, dan presentasi.Guru dapat
menggambarkan dan juga menjelaskan konsep bahasa Indonesia dengan lebih interaktif
dan menarik perhatian siswa-siswi.Siswa-siswi juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan
yang melibatkan layar interaktif, seperti menjawab pertanyaan abu melakukan aktivitas
interaktif.

3.Aplikasi Pembelajaran Bahasa Indonesia


Ada berbagai aplikasi yang dirancang khusus untuk pembelajaran Bahasa Indonesia.
Aplikasi tersebut dapat membantu siswa-siswi memperluas kosa kata, memahami tata
bahasa, meningkatkan kemampuan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara dalam
Bahasa Indonesia. Beberapa aplikasi juga menawarkan latihan interaktif, kuis, dan
permainan untuk menguji pemahaman siswa secara menyenangkan. Penggunaan

8
perangkat keras dan lunak tersebut memberikan keuntungan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia, seperti meningkatkan aksesibilitas terhadap materi, meningkatkan
keterlibatan siswa-siswi,dan membantu mengembangkan keterampilan Bahasa
Indonesia dengan pendekatan yang lebih interaktif dan menarik. Namun, perlu diingat
bahwa penggunaan perangkat keras dan lunak harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan mendukung pembelajaran yang efektif.

4.Platform Pembelajaran Online

Contoh Platform Pembelajaran Online yang Digunakan yaitu aplikasi e-learning,


Moodle, alat bantu seperti kamus digital, pemeriksa ejaan otomatis, Edmodo,
Schoology, dan lain lain

A.e-learning :Platform ini memungkinkan guru untuk membuat tugas, mengirimkan


materi pembelajaran, memberikan umpan balik, dan berkomunikasi dengan siswa-siswi
melalui lingkungan virtual yang terorganisir.

B.Moodle: Platform ini menyediakan berbagai alat untuk membuat kursus online,
termasuk pengunggahan materi, diskusi, penilaian, dan berbagai aktivitas interaktif.

C.Edmodo: Platform ini memungkinkan guru dan siswa untuk berkomunikasi, berbagi
materi, mengatur tugas, dan berpartisipasi dalam diskusi melalui lingkungan virtual
yang aman.

D.Schoology: Platform ini menyediakan fitur untuk mengelola kursus, mengunggah


materi, membuat tugas, mengadakan ujian, dan memfasilitasi kolaborasi antara guru dan
siswa-siswi.

Penggunaan platform pembelajaran online memberikan keuntungan dalam


mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia .Namun, penting
untuk mempertimbangkan tantangan seperti keterbatasan akses internet, kesiapan
teknologi siswa dan guru, dan perlunya pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk
memaksimalkan manfaat dari penggunaan platform tersebut.

5.Penggunaan Media Sosial dalam Pembelajaran

Penggunaan media sosial dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan


peluang untuk meningkatkan keterlibatan, kolaborasi, dan pemahaman siswa-siswi.

9
Berikut adalah penggunaan Media Sosial dalam Meningkatkan Keterampilan Bahasa
Indonesia:

A.Keterampilan Menulis: Siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan menulis di media


sosial seperti postingan blog, tweet, atau caption gambar. Mereka dapat mempraktikkan
penggunaan kosakata, tata bahasa, dan gaya penulisan yang tepat

B.Keterampilan Mendengar dan Membaca: Media sosial memungkinkan siswa untuk


mendengarkan dan membaca konten Bahasa Indonesia yang autentik, seperti postingan,
artikel, atau komentar pengguna Ini membantu mereka memperluas pemahaman mereka
terhadap variasi bahasa dan gaya penulisan.

C.Keterampilan Berbicara: Siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi online, berbagi


penda pat, dan memberikan umpan balik dalam Bahasa Indonesia melalui media sosial.
Ini membantu mereka memperoleh pengalaman dalam berkomunikasi secara efektif
dalam bahasa target.

Manfaat Penggunaan Media Sosial dalam Pembelajaran:

A.Kolaborasi dan Keterlibatan: Media sosial memungkinkan siswa-siswi untuk


berinteraksi dan berkolaborasi dalam proyek pembelajaran dengan teman sekelas.

B.Akses ke Konten Autentik: Siswa dapat mengakses berbagai konten Bahasa Indonesia
yang autentik, termasuk video, blog, artikel, dan materi pembelajaran yang dibagikan
oleh para penutur asli atau ahli di bidang Bahasa Indonesia.

C.Pembelajaran Keterampilan Digital: Penggunaan media sosial dalam konteks


pembelajaran membantu siswa mengembangkan keterampilan digital yang penting,
seperti pencarian informasi, pengolahan konten, kolaborasi online, dan etika digital.

Penggunaan media sosial dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan


keterlibatan siswa dan memberikan akses ke konten autentik Namun, penting untuk
membimbing siswa dalam menggunakan media sosial secara etis, menjaga privasi, dan
memahami risiko (Ulfah, 2020).

10
BAB III
Dampak Dari Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

3.1 Manfaat Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Dalam era digital saat ini, teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan
kita, termasuk dalam dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
bahasa telah membuka peluang baru dan memperluas horison belajar bagi para siswa.
Dengan perkembangan aplikasi, platform online, dan perangkat digital, proses
pembelajaran bahasa menjadi lebih interaktif, menarik, dan efektif.

Salah satu keuntungan utama pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran bahasa


adalah meningkatnya aksesibilitas. Melalui internet, siswa dapat mengakses berbagai
sumber daya dan materi pembelajaran bahasa dari seluruh dunia. Mereka dapat
mengikuti kursus online, mengunduh aplikasi belajar bahasa, atau mengakses situs web
yang menyediakan latihan dan materi pelajaran. Ini memungkinkan siswa untuk belajar
bahasa dengan fleksibilitas waktu dan tempat, tanpa terbatas oleh batasan geografis atau
jadwal tertentu.

Selain itu, teknologi juga memperkaya pengalaman belajar bahasa melalui


berbagai fitur interaktif. Aplikasi dan perangkat lunak pembelajaran bahasa seringkali
dilengkapi dengan fitur seperti perekam suara, pemutaran ulang, latihan interaktif, dan
ujian online. Hal ini memungkinkan siswa untuk berlatih mendengarkan dan berbicara,
melibatkan diri dalam aktivitas berbasis permainan, dan menguji pemahaman mereka
dengan cepat dan efisien. Selain itu, teknologi juga memungkinkan siswa untuk
berinteraksi dengan penutur asli atau siswa lain yang sedang mempelajari bahasa yang
sama melalui forum online atau aplikasi khusus. Ini membuka peluang untuk berlatih
berbicara dalam situasi kehidupan nyata dan meningkatkan kemampuan komunikasi
mereka.

Pemanfaatan teknologi juga memperluas metode pembelajaran bahasa yang


tersedia. Selain dari buku teks tradisional, siswa dapat menggunakan e-book, video
pembelajaran, podcast, dan konten multimedia lainnya. Ini memungkinkan siswa untuk
belajar bahasa melalui berbagai media, yang dapat menarik minat dan kebutuhan belajar
yang berbeda-beda. Misalnya, siswa yang lebih visual dapat memanfaatkan video atau
gambar untuk memperkuat pemahaman mereka, sementara siswa yang lebih auditif

11
dapat menggunakan podcast atau rekaman suara. Dengan demikian, teknologi
memungkinkan diferensiasi pembelajaran yang lebih baik, dengan mengakomodasi
gaya belajar siswa secara individu.

Namun, penting untuk mengingat bahwa teknologi hanyalah alat. Peran guru
tetap sangat penting dalam membimbing dan mendukung siswa dalam proses
pembelajaran bahasa. Guru dapat mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran
mereka, mengarahkan siswa untuk menggunakan sumber daya dengan bijak, dan
memberikan umpan balik yang konstruktif.

Dalam kesimpulan, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran bahasa telah


membawa perubahan yang signifikan dalam cara kita belajar dan mengajar bahasa.
Dengan aksesibilitas yang meningkat, fitur interaktif, metode pembelajaran yang
beragam, dan kemampuan diferensiasi, teknologi telah membantu siswa memperluas
horison belajar mereka dalam bahasa. Namun, penting untuk memastikan bahwa
teknologi digunakan dengan bijak dan ditempatkan dalam konteks pembelajaran yang
tepat. Dengan menggabungkan teknologi dengan pendekatan pengajaran yang efektif,
kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa yang lebih menarik, interaktif,
dan efisien.

Menurut Sodiq Anshori, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki


tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :
1) Teknologi berfungsi sebagai alat, dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu
bagi pengguna atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah
kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program
administratif untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya.
2)Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan. Dalam hal ini teknologi sebagai
bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer
dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen
informasi, ilmu komputer. Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006
terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua
kompetensinya.
3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy).
Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat
bantu untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini
komputer telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap
dengan menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam
hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator,
motivator, transmiter, dan evaluator.

12
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan
berkembangnya sel dua, tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan
yaitu dengan cara:
1) Meminimalisir kelemahan internal dengan mengadakan perkenalan teknologi
informasi global dengan alat teknologi informasi itu sendiri (radio, televisi, computer ) .
2) Mengembangkan teknologi informasi menjangkau seluruh daerah dengan teknologi
informasi itu sendiri (Wireless Network connection, LAN ).
3) Pengembangan warga institusi pendidikan menjadi masyarakat berbasis teknologi
informasi agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alatalat
teknologi informasi.

Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam
manajemen dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia
pendidikan terkemuka di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003:87) menemukan beberapa
tujuan pemanfaatan TIK, yaitu : memperbaiki competitive positioning; meningkatkan
brand image; meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran; meningkatkan
kepuasan siswa; meningkatkan pendapatan; memperluas basis siswa; meningkatkan
kualitas pelayanan; mengurangi biaya operasi; dan mengembangkan produk dan
layanan baru. Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan
di Indonesia yang berlomba-lomba berinvestasi dalam bidang TIK untuk memenangkan
persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang
bermutu maka disolusikan untuk memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu
lingkungan peluang yang menguntungkan dan kekuatan internal yang kuat.

Menurut Robinson Situmorang, (2013:17), Pemanfatan Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK), pada masa perkembangannya lebih dikenal dengan sebutan“media
Komputer”, yang digunakan sebagai media pembelajaran, baik itu bersifat offline
maupun online. Komputer sebagai media pembelajaran secara begantian disebut disebut
pula dengan mutimedia. Ini disebabkan kemampuan teknologi yang dimiliki perangkat
komputer mampu mengintegrasikan berbagai fungsi media (mulai dari audio, visual,
animasi, sistem transisi, kemampuan interaktif, sampai kepada layanan sistem
hypertexs) di dalam satu medium, yang disebut Komputer. Dengan kemampuan
teknologi yang dimiliki, “komputer” menjadi sarana yang sangat efektif dan efisien
untuk digunakan sebagai modalitas dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadikan
teknologi komputer memberi banyak ragam dalam pembelajaran, khususnya ketika
teknologi tersebut menjadi mediun yang terkoneksi dengan internet. Berbagai ragam
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan istelah pembelajaran berbasis
komputer bermunculan, mulai dari Computer Based Learning (CBL), Online Learning
atau Web Based Learning, E-learning yang sering disebut juga Teknology Based
Learning, Distance Learning (Pembelajaran Berbasis Jaringan) atau Integreted System.

13
Adapun Dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi di dunia Pendidikan. Terbagi atas 2 yaitu Dampak Positif dan Dampak
Negatif.

Menurut Christyn Elisabeth Siagian (2012) dalam Sudibyo (2011) dampak positif
teknologi informasi dalam dunia pendidikan adalah:
1. informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk
kepentingan pendidikan
2. inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi elearning
yang semakin memudahkan proses pendidikan
3. kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga akan memungkinkan
berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak
mengahruskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan, sistem
administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena
penerapan sistem telnologi informasi dan komunikasi,

Menurut Jamal Makmur Asmani, (2011) dalam Sudibyo (2011) dapat dilihat
beberapa dampak negatif dari pemanfaatan teknologi informasi di dunia pendidikan
antara lain:
1. Pelajar atau juga mahasiswa menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya secara
berlebihan. Hal ini bisa terjadi ketika siswa/mahasiswa tidak memiliki sikap skeptic
serta kritis terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi dalam konteks dunia maya (internet)
mereka secara tidak langsung telah masuk di dalam dunia yang over free, maka sangat
penting adanya kedua sikap di atas untuk menjadi benteng atau filter dari segala sumber
informasi yang ada. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya ialah perhatian dari orang
tua juga sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai tentang sebuah norma agama
sebagai landasan hidup.
2. Tindakan kriminal (Cyber Crime). Di dalam dunia pendidikan hal ini dapat terjadi,
misalnya pencurian dokumen atau asset penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang
sesungguhnya dirahasiakan (dokumen mengenai ujian akhir atau negara) dengan media
internet.
3. Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu, baik bagi
pelajar/siswa/mahasiswa maupun pengajar/guru/dosen. Hal ini dapat dilihat misalnya
pada system pembelajaran yang bersifat virtual maupun e-learning. Di mana sistem
pembelajaran yang tidak saling bertemu antara peserta didik dengan pengajar, maka
dapat terjadi peserta didik kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak
maksimal.

14
Menurut Mumtaz (2019) Manfaaat teknologi dalam pembelajaran Indonesia adalah:
1. Pembelajaran yang Lebih Menarik: Teknologi membuat pembelajaran lebih menarik
dan interaktif, yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Bahasa Indonesia.
2. Akses Terhadap Sumber Daya Luar: Siswa dapat mengakses sumber daya Bahasa
Indonesia dari berbagai sumber di seluruh dunia, memperkaya pemahaman mereka
tentang bahasa dan budaya.
3. Pembelajaran Mandiri: Siswa dapat belajar Bahasa Indonesia secara mandiri dengan
bantuan teknologi, mengembangkan kemandirian dalam pembelajaran.
4. Pengajaran yang Disesuaikan: Teknologi memungkinkan guru untuk memberikan
pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa, membantu
mereka memahami dan menguasai Bahasa Indonesia dengan lebih baik.

2.2 . Masalah Masalah Dalam Penerapan Teknologi Di Pembelajaran


Bahasa Indonesia

Kemajuan teknologi yang berkembang pesat telah memengaruhi segala aspek


kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan dalam
bidang pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari
pada zaman yang sudah modern seperti saat ini, karena semakin majunya ilmu
pengetahuan maka semakin maju pula perkembangan teknologi. Akan tetapi ada banyak
kendala untuk penerapan teknologi di bidang pembelajaran antara lain:

Menurut Amin Akbar dan Nia Noviani (2019) :


a. Kurangnya pengadaan infrastruktur TIK. Hal ini disebabkan sulit dijangkaunya
beberapa daerah tertentu di Indonesia, sehingga penyebarannya tidak merata. Masih
banyak daerah yang sulit dijangkau oleh alat transportasi. Untuk mencapai daerah yang
dituju, hanya dapat ditempuh dapat dengan jalan kaki. Sedangkan dengan berjalan kaki,
tidak memungkinkan untuk membawa berbagai peralatan multimedia.

b. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga pendidikan


yang terdapat di daerah pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih
menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal zamannya, sehingga penggunaannya
tidak mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.

c. Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang mengaturnya.


Sebab, Cyber Law belum diterapkan di dunia hukum Indonesia

d. Mahal nya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas TIK. Hal ini dikembalikan lagi
kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih sedikit mengalokasikan dana

15
untuk pengadaan fasilitas TIK yang dapat menunjang pendidikan Indonesia. Sebagai
contoh, pengadaan fasilitas di daerah pedesaan masih sangat minim. Sementara di kota
sudah hampir merata, terutama di lembaga-lembaga pendidikan unggulan.

Menurut Uza Sukmana (2015) hambatan-hambatan pengintegrasian teknologi dalam


pembelajaran, dapat disimpulkan dengan dua kelompok, yaitu :
1. Secara Fisik
Secara fisik dapat berupa sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk
sekolah-sekolah yang berlokasi di pelosok. kalaupun sudah ada sarana dan prasarana,
tetapi masih sangat minim baik dari segi jumlah maupun segi mutu peralatan
tersebut.Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga
pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya
masih menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal jamannya. Sehingga
penggunaannya tidak mampu bersaing dengan laju perkembangan teknologi yang begitu
pesat.

2. Secara Non Fisik


* Kepercayaan diri guru kurang dalam menggunakan teknologi dalam melaksanakan
proses PBM. Guru takut gagal mengajar melalui penggunaan teknologi yang saat ini
sangat disarankan. Walaupun penggunaannya ICT dalam proses pembelajarn sangat
disarankan oleh para ahli.

* Kurangnya kompetensi guru, yang dimaksud disini adalah kurangnya kompetensi


guru dalam mengintegrasikan teknologi kedalam pedagogis praktek, yaitu tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan computer.
* Sikap guru dan resistensi yang melekat terhadap perubahan. Sikap dan resistensi guru
untuk mengubah tentang penggunaan strategi baru yaitu dengan integrasi teknologi
dalam PBM. Hal ini dimaksudkan dengan sikap guru bahwa penggunaan TIK dalam
PBM tidak memiliki manfaat atau keuntungan yang jelas.

Temuan menunjukkan bahwa guru memiliki keinginan yang kuat untuk


mengintegrasikan TIK ke dalam pendidikan, tapi itu, mereka menemui banyak
hambatan. Hambatan utama adalah :
1. Kurangnya confidence,/ kepercayaan.
2. Kurangnya kompetensi.
3. Kurangnya akses ke sumber daya.
Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan tantangan penggunaan TIK dalam
proses pembelajaran dari tiga aspek, yaitu: kurangnya dukungan dan kurangnya
perlengkapan.

16
1. Kurangya Dukungan
Para guru di sekolah menengah sering merasakan banyak tekanan dari para
pemimpin sekolah untuk menggunakan TIK dalam pengajaran mereka (Wikan dan
Molster, (2011). Untuk memiliki integrasi TIK yang sukses dalam pengajaran, maka
kepala sekolah perlu memberikan dukungan yang tepat kepada para guru; pertama,
mengintegrasikan penggunaan TIK perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dan guru
harus memiliki rencana yang jelas untuk menggunakan TIK dalam pengajaran. Kedua,
kepemimpinan sekolah perlu memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengintegrasikan
teknologi, dan memiliki rencana untuk mewujudkannya dan berinvestasi dalam TIK
untuk pembelajaran di kelas. Ketiga, pemerintah perlu mengalokasikan investasi
infrastruktur pendidikan yang mendorong penggunaan TIK.
Sementara itu, terkait kurangnya ketersediaan jaringan, listrik dan sarana pendukung
lainnya, yang meliputi ketersediaan komputer, laptop dan infokus menjadi kendala
kurangnya perlengkapan (lack of equipment). Sebenarnya masalah jaringan bisa
dimasukkan dalam kategori kurangnya dukungan dari manajemen sekolah. Sekolah
harusnya menyediakan anggaran untuk mengadakan fasilitas internet di sekolah. Bila
dikaitkan dengan program gerakan literasi sekolah, indikator bahwa sekolah sudah
menjalankan program literasi digital adalah tersedianya fasilitas internet di sekolah.

2. Kurangnya Perlengkapan
Ditemukan bahwa sebagian besar lembaga memiliki komputer. Tetapi komputer
sangat sedikit dan sebagian besar waktu mereka sedang digunakan oleh siswa yang
menawarkan ilmu komputer dan teknologi informasi (IT) meninggalkan sisa siswa dan
guru dalam dilema. Berbagai penelitian menunjukkan beberapa penelitian alasan
kurangnya akses ke teknologi. Dalam studi Sicilia, guru mengeluh tentang bagaimana
sulitnya memiliki akses ke komputer. Guru mengidentifikasi kekurangan jumlah
komputer yang tidak mencukupi, peripheral yang tidak mencukupi, dan jumlah salinan
perangkat lunak, dan kurangnya akses internet simultan sebagai hambatan utama untuk
implementasi TIK di Indonesia institusi pendidikan. Menurut Balanskatet al. (2006),
aksesibilitas sumber daya TIK tidak menjamin keberhasilan implementasi dalam
pengajaran, dan ini bukan hanya karena kurangnya sarana dan prasarana TIK tetapi juga
karena masalah lain seperti kurangnya perangkat keras yang berkualitas tinggi,
pendidikan yang sesuai perangkat lunak, dan akses ke sumber daya TIK.
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian penting dari
kebanyakan organisasi dan bisnis. Komputer mulai ditempatkan di sekolahsekolah pada
awal 1980 an, dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa ICT merupakan bagian
penting dari pendidikan untuk generasi berikutnya. Teknologi modern (ICT) banyak
menawarkan di dunia pendidikan, yakni meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di

17
kelas; Pandangan bahwa teknologi baru potensi untuk mendukung pendidikan di
seluruh kurikulum; dan Memberikan kesempatan untuk komunikasi yang efektif antara
guru dan siswa dengan cara yang belum mungkin dilakukan sebelumnya. Upaya
menerapkan TIK dalam Dunia Pendidikan tercapai dengan baik. Tetapi, banyak sekali
tantangan dan hambantan dalam menerapkan pemembelajaran berbasis TIK tersebut.
Khususnya, bagi daerah-daerah terpencil yang tidak tidak bias mengases internet.

Penerapan teknologi dalam pendidikan memang mempunyai masalah tersendiri.


Butuh waktu untuk proses transformasi dari sistem yang dulunya sedikit
mengaplikasikan teknologi ke sistem yang lebih dominan aplikasi teknologinya.
Menurut Akbar Pitopang Masalah-masalah tersebut dapat berupa:

1.SDM
Pengembangan staf pengajar agar memilliki kompetensi profesional di bidang ICT.
Ditambah lagi sikap pendidik yang enggan mengikuti perubahan dan rasa takut terhadap
teknologi informasi baru. Jumlah pendidik yang mampu mengaplikasian teknologi baru
sedikit.

2.Kurikulum
Belum adanya standarisasi dan tanggung jawab penerapan teknologi dalam
pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran belum sepenuhnya
memanfaatkan ICT. Evaluasi terhadap proses belajar siswa belum mengacu pada
penerapan ICT. Salah satu solusinya adalah siswa bisa melihat hasil ujiannya di situs
web sekolahnya seperti yang saat ini banyak diterapkan di perguruan tinggi.

3.Hardware
Sangat banyak masalah yang ditemukan disini. Mulai dari susahnya menyediakan
perangkat ICT, kurangnya tenaga ahli yang dapat mengoperasikan perangkat, susahnya
mengikuti perkembangan ICT yang begitu cepat, sampai terbatasnya dana untuk
pemeliharaan serta perbaikan jika terjadi kerusakan.

4.Software
Kurangnya atau sedikit sekali perangkat lunak yang menyediakan semua materi
pelajaran. Terbatasya inovasi pengembangan perangkat lunak untuk mengatasi masalah-
masalah dengan penggunaan ICT. Dan kebanyakan software biasanya mengunakan
bahasa asing seperti bahasa inggris. Tentu saja hal itu akan semakin mempersulit
penggunaan ICT karena harus memahami dulu dengan terlebih dahulu
menterjemahkannya ke dalam bahasa indonesia.

18
5.Dana
Sedikitnya dana yang disediakan untuk memenuhi penerapan ICT. Dana tersebut juga
harus dibagi untuk pemeliharaan dan perbaikan.

6.Terbatasnya fasilitas belajar


Contonya: komputer, gedung atau kelas yang sempit, perpustakaan yang kurang
memadai serta terbatasnya buku penunjang pembelajaran.

Namun biasanya masalah-masalah diatas banyak dialami oleh sekolah-sekolah


yang berada di daerah. Karena infrastruktur dan kemajuan di daerah berbeda sekali
dengan kemajuan di kota. (BAR).

Menurut Chairani Adlans (2017), Pertama, Belum meratanya infrastuktur yang


mendukung penerapan TIK di bidang pendidikan merupakan permasalahan awal yang
harus segera diselesaikan oleh pihak yang berwenang, karena tanpa adanya infrastruktur
yang mendukung maka penerapan TIK di bidang pendidikan hanya akan menjadi
impian semata. Infrastruktur merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi
sebagai modal awal dan utama dalam penerapan TIK di bidang pendidikan. Pada saat
ini, terdapat kecenderungan bahwa hanya daerah tertentu saja yang mendapatkan akses
TIK. Hal ini dikarenakan masih banyak daerah yang bahkan untuk memilki akses
telepon saja tidak ada, apalagi untuk akses terhadap Internet. Padahal sesungguhnya
banyak sekali potensi sumber daya manusia unggul yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Jika hal ini terus berlangsung seperti ini maka dikhawatirkan bahwa potensi sumber
daya manusia yang dimiliki daerah tersebut akan terbuang dengan percuma dan tidak
dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya.

Kendala lainnya yang perlu diselesaikan adalah ketidaksiapaan sumber daya


manusia untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Ketidaksiapan ini
dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih belum menganggap penting
peranan teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka cenderung sudah
merasa puas akan materi yang telah diberikan oleh pengajar secara langsung, sehingga
menyebabkan mereka tidak mau/ malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di
Internet walaupun sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan
teknologi. Terkadang kendala ini jauh lebih susah untuk dipecahkan daripada tidak
adanya infrastruktur yang mendukung teknologi, hal ini karena biasanya lebih susah
untuk mengubah pola tingkah laku/ kebiasaan dari seseorang. Oleh karena itu, perlu
adanya kesadaran dari setiap individu pembelajar untuk memanfaatkan dan menerapkan
teknologi dalam metode pembelajarannya. Kendala tersebut antara lain adalah
kemampuan tingkat manajerial di pemerintah yang sebagian besar tidak memiliki basis

19
teknologi informasi khususnya teknologi Internet, sehingga banyak sekali pekerjaan
yang lebih efisien dengan penerapan teknologi informasi tidak dilirik atau bahkan
dihindari penerapannya. Selanjutnya, tidak terdapat komitmen yang kuat dari
pemerintah yang mengakibatkan kacaunya penerapan teknologi informasi khususnya
teknologi Internet di lingkungan pendidikan. Kalaupun institusi pendidikan ditekan
untuk memanfaatkan teknologi informasi, biasanya Kepala atau Pimpinan institusinya
tidak mengetahui dengan persis apa yang harus mereka lakukan, sehingga akhirnya
mencari konsultan yang berbasis vendor tertentu dan berakibat seluruh proyeknya
dikuasai oleh keuntungan semata, bukan menomorsatukan pemanfaatannya.

Kemudian yang menjadi kendala penerapan IT di bidang pendidikan adalah


alasan klise yang memang nyata, yaitu terlalu luasnya Indonesia, sehingga
penerapannya IT belum merata. Masih banyak sarana- sarana di sekolah yang belum
memadai untuk penerapan IT. Bagaimana mungkin sebuah sekolah akan menerapkan
pembelajaran dengan media IT, jika masalah penyediaan komputer saja masih belum
dapat diatasi. Keterbatasan biaya dan tenaga operasional juga menjadi kendala. Untuk
bisa memanfaatkan IT tentu perlu adanya tenaga khusus yang mengelola media tersebut,
karena tidak setiap guru mampu mengoperasikan media IT.
Selanjutnya, mungkin saja kepala sekolah dan guru kurang menyadari
pentingnya media pendidikan. Ditambah lagi dengan anggapan sebagian stakeholder
bahwa pemanfaatan media pendidikan bagi sekolah terkesan mahal. Biasanya, beban
orang tua siswa pun menjadi lebih berat. Sebab untuk memenuhi kebutuhan akan media
IT tersebut, salah satu sumber dana sekolah adalah dengan membebankan kepada orang
tua siswa.

Kendala selanjutnya adalah persepsi yang salah terhadap media pembelajaran.


Alasan yang sering didengar, mengapa guru enggan memanfaatkan media pembelajaran
karena dengan memanfaatkan media tersebut jam pelajaran siswa menjadi terganggu.
Kondisinya memang cukup memperihatinkan. Artinya persepsi guru terhadap media
pembelajaran masih salah. Padahal seharusnya justru dengan bantuan media IT, materi
yang disampaikan lebih jelas dan konpreherensif karena pemahaman siswa diharapkan
hampir sama. Akibatnya guru juga merasa terbebani, karena dituntut harus lebih kreatif
dan memiliki persiapan pengajaran yang lebih matang. ada waktunya.

20
BAB IV
MACAM MACAM MEDIA YANG DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

4.1 jenis jenis Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa
indonesia
Menurut Fleming (1987: 234) mediator adalah alat atau penyebab yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan begitu media mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan materi pelajaran. Informasi
berupa materi pembelajaran berkaitan erat dengan kemampuan atau kompetensi yang harus
dikuasai siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai saluran
yaitu saluran penglihatan, pendengaran, penglihatanpendengaran, perasaan, dan saluran yang
berwujud penampilan.

• Kriteria Media Pembelajaran yang baik


Baik buruknya media tidak diukur berdasarkan cangggih tidaknya peralatan atau mahal
tidaknya harga peralatan, namun diukur sampai sejauh mana media tersebut dapat menyalurkan
pesan atau informasi sehingga pesan/informsi tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh
si penerima informasi.
Ada berbagai alat yang memungkinkan untuk diisi dengan suatu program. Ada alat yang
dapat diisi program secara penuh, ada alat yang tidak sepenuhnya dapat diisi dengan suatu
program, dan ada juga alat yang sama sekali tidak dapat diisi dengan suatu program. Tingkatan-
tingkatan secara gradual yang memberikan ukuran sampai sejauh mana suatu alat dapat diisi
dengan suatu program disebut derajat kemediaan suatu alat (Suparno, 1987, 7). Televisi, VTR,
film adalah alat yang derajat kemediaannya tinggi. Alat yang derajat kemediaannya sedang
adalah slide, OHP, radio, rekamam, film bisu, film strips. Ada alat yang derajat kemediaannya
rendah, antara lain : papan tulis, papan tali, kubus struktur. Penghapus, papan tulis, kapur,
penggaris adalah alat yang tidak memiliki derajat kemediaan karena tidak dapat diisi suatu
program.
Skerna di bawah ini menunjukkan derajat kemediaan suatu alat.

21
(Suparno, 1987:8)
Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan
banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam PBM. Hubungan guru-siswa tetap
merupakan elemen penting dalam system pendidikan modern. Dalam rangka tujuan tersebut
media sebagai alat bantu, Edgar Dale, mengadakan klasifikasi pengalaman dari tingkat yang
paling konkret sampai yang paling abstrak. Klasifikasii tersebut berhubungan dengan
bagaimana media bisa menghadirkan pengalaman bertingkat-tingkat kekonkretannya sehingga
secara luas kerucut pengalaman tersebut dapat dipakai menentukan alat bantu/media apa yang
paling sesuai untuk mencapai pengalaman belajar tertentu.
Seorang guru pada saat mengajar perlu memilih media pembelajaran yang cocok
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pemilihan media tersebut bisa didasarkan pada
1) ia sudah akrab dengan media tersebut, 2) dapat menggambarkan dengan lebih baik materi
pembelajaran daripada tanpa kehadirannya, 3) dapat lebih menarik perhatian, minat,
menuntunnya menerima materi pembelajaran lebih terorganisasi dan terstruktur.
Heinich (1982) mengajukan perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal
dengan istilah ASSURE (Analyze learner characteristics, State objective, Select, or Modify
media, Utilize, Require learner response, and Evaluated). Secara luas dijelaskan sebagai berikut.
1) menganalisis karakteristik kelompok sasaran, 2) merumuskan tujuan pembelajaran, 3)
memimilih, merancang pengembangan materi dan mediayang tepat, 4) menggunakanmateri dan
media, 5) meminta tanggapan dari siswa, dan 6) mengevaluasi proses belajar.
Beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media adalah 1) sesuai
dengan tujuan pembelajaran, 2) tepat untuk mendukung materi pembelajaran, 3) praktis, luwes,
dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5) pengelompokkan sasaran, dan mutu teknis.
Agar mencapai hasil maksimal guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan media. Berkenaan dengan hal tersebut guru hendaknya memilih terlebih dahulu
media manakah yang sesuai dengan bahan dan tujuan pembelajaran. Perlu diperhitungkan juga
apakah penggunaan tersebut sesuai dengan tingkat kematangan siswa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media yaitu : (1) alasan
atau latar belakang pemilihan media, (2) waktu pemilihan media, (3) pemilih media, dan (4)
cara memilih media.

22
a. Alasan atau latar belakang pemilihan media.

Tidak setiap media dapat digunakan dalam pembelajaran tertentu. Ada alasan yang
melatarbelakangi yaitu :
1) ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat dipakai dalam proses
belajar mengajar
2) ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu
3) ada perbedaan karakteristik setiap media
4) ada perbedaan pemakai media
5) ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media digunakakan (Suparno, 1987:8).
Di samping alasan tersebut perlu juga diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan media yaitu : objektivitas pemilihan media, kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa, situasi dan kondisi siswa (jumlah dan motivasinya).
b. Waktu Memilih Media Pemilihan media hendaknya dilakukan pada saat membuat
perencanaan pengajaran. Bila tujuan telah ditetapkan, pemikhan media sudah dapat dilakukan.
Jadi, dalam hal ini tidak perlu menunggu saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
c. Pemilih media Karena pemilihan media dilakukan pada saat perencanaan pengajaran,
pada umumnya yang memilih media adalah guru itu sendiri. Dalam kondisi tertentu pemilihan
media juga dapat dilakukan oleh pembuat perencanaan pengajaran selain guru atau oleh siswa.
d. Cara memilih media Ada banyak media pembelajaran tetapi tidak dapat dikatakan
media yang satu lebih baik daripada media yang lain. Baik buruknya media diukur sampai
sejauh mana media tersebut dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam memilih media hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
1) Hendaknya dimengerti karakteristik setiap media sehingga dapat diketahui kesesuaian media
tersebut dengan informasi yang akan disampaikan.
2) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan metode yang dapat dipergunakan.
4) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
5) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan jumlah, usia, tingkat pendidikan siswa.
6) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat media
tersebut digunakan.
7) Hendaknya dipilih media yang sesuai dengan kreativitas guru sebab ada beberapa media yang
efektivitas penggunaannya sangat tergantung pada kreativitas guru
8) Hendaknya juga diingat bahwa pemilihan media dilakukan karena media tersebut merupak6n
barang baru atau satu-satunya media yang dimiliki guru (Suparno; 1987:10-11).

23
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengklarifikasikan media yaitu : (1)
berdasarkan karakteristiknya, (2) berdasarkan dimensi presentasinya, dan (3) berdasarkan
pemakainya.
a. Berdasarkan karakteristiknya Rudy Bietz (dalam Suparno, 1987:11) mengemukakan bahwa
media mempunyai lima macam karakteristik utama yaitu : suara, gerak, gambar, garis, dan
tulisan. Media ada yang memiliki karakteristik tunggal dan ada juga media yang memiliki
karakteristik ganda.
b. Berdasarkan dimensi presentasi Media dapat dibedakan menurut lama dan sifat presentasinya
1) Lama presentasi
a) Presentasi sekilas : informasi yang dikomunikasikan hanya sekilas berlalu saja. Contoh :
radiom film, TV, flash card.
b) Presentasi tak sekilas : informasi yang ikomunikasikan berlangsung relatif lama. Contoh :
slidem, film, strip, OHP, kubus, struktur.
2) Sifat presentasi Dilihat dari sifat presentasinya media dapat dibedakan menjadi:
a) Media dengan presentasi kontinyu atau tidak dapat diputus dengan program lain. Misainya:
radio, TV, film
b) Media dengan presentasi tak kontinyu Misainya : OHP, flouchart, slot board
c. Berdasarkan pemakainya Berdasarkan pemakainya media dapat dibedakan atas : (1) media
untuk kelas besar, (2) media untuk kelas sedang, dan (3) media untuk kelas kecil. Media juga
dapat dibedakan atas . (1) media untuk siswa TK, (2) media untuk siswa S1D, (3) media untuk
siswa SMP, (4) media untuk siswa SMA, dan (5) media untuk mahasiswa. Berikut ini klasifikasi
media yang diadaptasi dari klasifikasi Komp. (Suparno, 1987:13).

a. Media Pandang Nonproyeksi


Ada beberapa jenis papan dan media lain yang termasuk media pandang nonproyeksi. Berikut
akan diuraikan satu persatu.
a. Papan tulis Sebagai media papan tulis dapat dipakai untuk membuat gambar, skema, diagram,
menggantungkan peta, dan sebagainya.
b. Papan flannel
Papan flanel adalah papan yantg permukaannya dilapisi kain flonel. Kegunaannya untuk
menempelkan program yang berupa gambar, skema, kartu kata, dan sebagainya.
c. Papan magnetis
Papan magnetis hampir sama dengan papan flanel hanya melekatnya program disebabkan daya
tarik magnet.
d. Papan tali Papan tali

24
dapat dibuat dengan memasang tali tali pada papan tulis biasa atau papan tripleks. Jarak tali
yang satu dengan lainnya disesuaikan dengan besar kecilnya kartu yang akan dipasang. Kartu-
kartu yang dapat dipasang adalah kartu kata, kartu suku kata, kartu huruf.
e. Papan selip (Slot board)
Bahan untuk membuatnya adalah tripleks atau karton dengan ukuran kurang lebih 60 x 40 cm.
Pada papan tersebut dipasang beberapa buah kantong dari bahan lama, membujur dari kanan ke
kiri. Kartu yang diselipikan biasanya, berupa kartu kata dan kartu tanda baca.
f. Gambar seri (flow chart atau gambar susun).
Media ini terbuat dari kertas manila lebar berisi beberapa buah gambar yang berhubungan satu
dengan lainnya sehingga merupakan rangkaian cerita. Gambar yang digunakan dalam media ini
adalah gambar mnemonis yaitu gambar yang dapat menimbulkan gagasan pada rangkaian
kejadian tertentu.
g. Wall chart
Media ini berupa gambar, denah bagan, atau skema yang digantungkan pada dinding kelas.
Gambar-gambar tersebut dikelompokkan menurut jenisnya, misainya : kelompok gambar
boneka bernyawa, kelompok gambar perbuatan, dan sebagainya. Gambar pada wall chart (carta
gambar) ini merupakan gambar sernantis.
h. Flash card
Media ini berupa kartu-kartu berukuran 15 x 40 cm sebanyak 30 - 40 buah. Setiap kartu berisi
gambar yang berbentulk stick figur yaitu gambar yang berupa garis-garis sederhana tetapi sudah
menggambarkan pesan yang jelas dan tidak disertai tulisan apapun.
i. Kubus struktur
Media ini terdiri dari beberapa buah kubus yang terbuat dari .. kayu, triplek, atau karton. Pada
keenam sisi kubus bertuliskan kata-kata tertentu yang dapat menduduki gatra subjek, predikat,
objelk, atau gatra keterangan.
j. Bumbung substitusi
Media ini berupa tabung atau bumbung panjang yang pada bagian luarnya dilapisi atau
dilengkapi kertas manila yang dapat diputar-putar. Jurnlah kertas pelingkup adalah tiga atau
empat sesuai dengan jumlah gatra kalimat yang akan disubstitusi. Setiap kertas pelingkup ditulis
kata-kata yang dapat mengisi gatra yang sama, berderet dari atas ke bawah.
k. Kartu gambar
Media ini terbuat dari kartu-kartu kecil berukuran 8 x 9 cm. Setiap kartu berisikan gambar yang
dtperoleh dengan jalan menempelkan guntungan gambar dari majalah atau yang lain. Gambar
yang ditempelkan bisa tematis, mnenonis, atau semantis. Jumlah kartu kurang lebih 50 buah.
Media ini berguna untuk melatih keterampilan berbicara Menggunalkannya dengan cara
bermain seperti main domino.
l. Reading box

25
Media ini terdiri dari sebuah kotak yang berisi seperangkat teks atau bacaan lengkap dengan
pertanyaan dan kunci jawaban. Materi bacaan beragam dan taraf kesukarannya berbedabeda.
Setiap panjang bacaan menggunakan kertas yang warnanya berbeda. Reading box berguna
untuk melatih kernampuan membaca yang bertolak dari prinsip membaca progresif.
m. Reading machine
Media ini berfungsi melatih keterampilan membaca cepat. Peralatannya berupa mesin
sederhana yang dapat memutar atau mengganti lembaranlembaran bacaan yang terdiri dari satu
kalimat atau satu paragraf pendek. Tugas siswa membaca lembaran - lembaran yang
dimaksudkan secara cepat.
n. Modul
Selain sebagai suatu nama suatu sistem pengajaran, modul juga merupakan nama suatu media.
Media ini berupa suatu perangkat yang terdiri atas komponen .- (1) lembar petunjuk guru, (2)
lembar petunjuk siswa, (3) lembar kegiatan, (4) lembar kerja, (5) lembar kunci kerja, (6) lembar
tes, (7) lembar kunci tes. Untuk mempelajari sebuah modul siswa pertama kali membaca
petunjuk untuk siswa, membaca dan mengerjakan lembar kegiatan, setelah memahaminya siswa
boleh melangkah ke lembar berikutnya, dan mencocokkan dengan kunci kerja. Demikian modul
demi modul dikerjakan sampai seluruh modul selesai.
b. Media Pandang Berproyeksi
Media pandang berproyeksi juga ada beberapa macam. Berikut satu persatu dijelaskan :
1.OHP
OHP merupakan alat yang dipakai untuk memproyeksikan suatu objek transparan ke
permukaan layar. Perangkat lunak yang menyertai penggunaan media ini berupa program dalam
transparansi. Pengisian program pada transparansi dapat dilakukan dengan fotokopi atau
menulisnya dengan spidol logam transparansi dapat diklasifikasikan menjadi 6 macam yaitu 1)
program pengganti papan tulis, (2) program transparansi lepas, (3) program silhoute, (4)
program overlays, (5) program revelation, (6) program gerak.
2. Slide
Media ini terdiri dari perangkat keras berupa proyektor slide dan perangkat lunak berupa slide.
Presentasi media ini dilakukan dengan cara memproyeksikan slide satu per satu.
3. Film strips
Media ini hampir sama dengan slide. Bedanya gambar-gambarnya merupakan rangkaian dalam
satu film. Cara memakainya dengan memutar satu persatu tanpa mengurutkan.
4. Film bisu
Media ini memproyeksikan rangkaian gambar - gambar film positif secara kontinyu dengan
kecepatan putar tertentu sehingga seolah-olah gambar tersebut kelihatan bergerak. Pada waktu
mempresentasikan guru bisa menambahkan kornentar seperlunya
5. Film loop

26
Media ini terdiri dari perangkat keras, maupun proyektor film loop sedangkan perangkat
lunaknya program yang berupa gulungan atau roi film/karet. Program ini lebih pendek daripada
film bisu karena hanya mempresentasikan suatu adegan atau gerakan tertentu saja.
6. Episcope atau epidiascope
Media ini mirip dengan 0HP. Media ini memproyeksikan benda-benda opaque. Bendabenda
yang dapat diproyeksikan oleh epidiascope adalah benda-benda yang sesungguhnya, modal,
spesimen, gambar, dan sebagainya
7. Media Dengar
Yang termasuk media dengar adalah rekaman , radio, piringan hitam.
8. Rekaman
Media rekaman sangat sesuai untuk melatih keterampiian ekspresi lisan dan komprehensi lisan.

9. Radio
Bila tidak ada pemancar khusus untuk siaran pendidikan, fasilitas yang disediakan oleh RRI
pada jam - jam tertentu dapat dimanfaatkan. Bentuk program siaran radio adalah program dalam
bentuk pidato, program dalam bentuk dialog atau tanya jawab, dan program dalarn bentuk
drama atau sandiwara.
10. Piringan hitam
Media ini mirip dengan rekaman. Dewasa ini media ini sudah tidak banyak atau jarang
digunakan lagi.
11. Media Pandang Dengar
Beberapa media yang termasuk media pandang dengar adalah sound slide, film suara, televisi,
dan VTR.
a.Sound slide (slide suara, slide tape, atau photoplay)
Media ini merupakan perpaduan slide dengan rekaman. Penggunaan media ini dengan
memproyeksikan slide yang telah diurutkan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan
urutan kejadian yang pemuculannya dilakukan satu persatu disertai norasi hasil pemutaran pita
rekaman.
b. Film suara
Media ini pada prinsipnya sama dengan film suara yang disertai suara suara yang diisikan dapat
berupa komentar, dialog, monolog, suara musik, maupun suara alam.
c. Televisi
Sebagai media pembelajaran media ini dapat digunakan secara langsung maupun tidak
langsung. Cara langsung dilakukan dengan jalan mempresentasikan materi pelajaran pada acara
yang memang direncanakan khusus untuk pembinaan bahasa Indonesia. Cara tidak langsung

27
dilakukan dengan memanfaatkan acara siaranumum, misalnya film, sandiwara, dan acara lain,
untuk pembelajaran bahasa Indonesia.

d. VTR (Video Tape Recorver)


Program ini berupa lambang gerak, visual, dan verbal. Materi yang dapat direkam misalnya
cerita untuk pengembangan keterampilan memasak, mengarang, maupun berbicara

4.2. Jenis Jenis Aplikasi Yang Mendukung Pembelajaran Bahasa Indonesia

Secara umum, aplikasi adalah suatu subkelas dari suatu perangkat lunak komputer
yang memanfaatkan kemampuan komputer secara langsung untuk melakukan suatu tugas
yang diinginkan pengguna. Aplikasi dapat juga dikatakan sebagai penerjemah perintah-
perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau diproses oleh
perangkat keras. Selain bisa membantu dan mempercepat proses pekerjaan manusia, aplikasi
juga bisa menciptakan hasil yang lebih akurat dalam memecahkan permasalahan.ada beberapa
jenis aplikasi yang dapat digunakan dalam media pembelajaran bahasa Indonesia yaitu sebagai
berikut:

a.kahoot

Kahoot merupakan aplikasi game pembelajaran yang sederhana namun bisa


menyenangkan bagi siswa berbagai kalangan dari tingkat dasar hingga mahasiswa. Para peserta
yang menggunakan Kahoot, akan ditampilkan pertanyaan di layar android, tablet, atau komputer
masing-masing, lalu para mahasiswa diberi waktu untuk menjawab. Kahoot adalah salah satu
media pembelajaran interaktif yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kahoot
ditampilkan dalam bentuk game online yang berbentuk kuis. Dalam hal ini, penulis
berpandangan bahwa Kahoot merupakan salah satu game yang edukatif.

b.edmodo

Edmodo adalah sebuah platform pembelajaran sosial untuk guru/dosen dan


siswa/mahasiswa yang menyediakan beberapa fitur untuk mendukung e-learning seperti
penugasan, kuis, penilaian, dan lain sebagainya. Melalui edmodo guru dan siswa dapat berbagi
catatan dan dokumen serta dapat melajutkan diskusi secara online. Edmodo merupakan situs
yang menawarkan dan memberikan layanan untuk memudahkan dalam pendidikan. Guru dan
siswa dapat terhubung melalui kelas virtual. Sehingga dapat melakukan akses kapan saja dan di

28
mana saja. Guru dapat membuat kelas sesuai kehendaknya kemudian memberikan kode kepada
siswa yang akan bergabung.
c.zenius
Zenius merupakan aplikasi pembelajaran online yang sangat cocok digunakan untuk
belajar di rumah saat masa pandemi Covid-19 ini. Zenius menyediakan kanal belajar dalam
jaringan (online) untuk siswa sekolah dasar hingga menengah atas. Zenius
menyediakan layanan akses pendidikan dalam format video berbahasa Indonesia yang disajikan
secara online melalui website (zenius.net) dan aplikasi ponsel. Hingga Desember 2020, Zenius
memiliki lebih dari 16 juta pengguna.
d.google classroom
Google classroom adalah salah satu produk dari google. Google Classroom
merupakan layanan online gratis untuk sekolah, lembaga non-profit, dan siapa pun yang
memiliki Akun Google. Google Classroom memudahkan siswa dan guru agar tetap terhubung,
baik di dalam maupun di luar kelas. Membuat dan mengelola kelas, tugas, dan nilai secara
online tanpa kertas. Menambahkan materi ke tugas, seperti video YouTube, survei Google
Formulir, dan item lainnya dari Google Drive.

BAB V

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI


UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
4.1 Peran Pemerintah Dalam Peningkatan SDM

Pengembangan SDM merupakan suatu proses dan menjadi tujuan dalam


pembangunan nasional. Dimana pembangunan ekonomi ini dipengaruhi oleh kesadaran
dan partisipasi yang dimiliki dari bangsa indonesia itu sendiri.

Dimana kemampuan dan kematangan kepribadian yang dimiliki manusia dapat


memperkuat satu sama lain. Dimana kemampuan profesional dapat membentuk sikap
dan perilaku yang tangguh.

Kualitas sumber daya manusia unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan
suatu bangsa negara yang makmur.

Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik dan mental akan
berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian
bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional.

Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa strategi atau peranan yang dilakukan
pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di antara nya, pertama,
perluasan dan pemerataan sistem pendidikan yang baik dan bermutu.

29
Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan adanya sistem pendidikan yang
menyeluruh terutama terkait dengan kualitas pendidikan dan disesuaikan dengan
kebutuhan manusia dan keadaan di lapangan.

Dimana pemerintah disini memiliki peran untuk menyelenggaran sistem pendidikan


yang efektif dan efisien.

Kedua peningkatan kualiatas pelayanan publik dengan perbaikan kualitas dan


pelaksanaan pembangunan yang seimbang dengan hal tersebut maka akan berpengaruh
terhadap masyarakat dimana dengan pelayanan yang baik kepada masyarakat dapat
memberikan contoh kepada masyarakat dalam hal berperilaku kepada masyarakat
lainnya.

Ketiga peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan memberikan bimbingan.


Karena jika masyarakat tidak dibimbing dan dilatih maka skill yang mereka miliki tidak
dapat berkembang.

Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program strategis


guna menghasilkan SDM berkualitas dan siap memasuki pasar kerja.

Terakhir, adalah pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi muda.


Sebagai faktor penting dalam pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan
dapat menciptakan generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi.

Strategi atau peranan tersebut tentu saja membutuhkan kerjasama dari semua pihak
Kesadaran serta semangat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan daya saing juga
diperlukan dari generasi muda yang merupakan agen pembangunan bagi bangsa ini.

Selain itu, diperlukan pengawasan dan evaluasi untuk memastikan program-program


yang ada berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan dampak yang
signifikan dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja khususnya generasi muda.

Dengan sumber daya manusia yang berkualitas maka target dalam pembangunan dapat
tercapai.Kedua peningkatan kualiatas pelayanan publik dengan perbaikan kualitas dan
pelaksanaan pembangunan yang seimbang dengan hal tersebut maka akan berpengaruh
terhadap masyarakat dimana dengan pelayanan yang baik kepada masyarakat dapat
memberikan contoh kepada masyarakat dalam hal berperilaku kepada masyarakat
lainnya.

Ketiga peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan memberikan bimbingan.


Karena jika masyarakat tidak dibimbing dan dilatih maka skill yang mereka miliki tidak
dapat berkembang.

30
Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program strategis
guna menghasilkan SDM berkualitas dan siap memasuki pasar kerja.

Terakhir, adalah pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi muda.


Sebagai faktor penting dalam pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan
dapat menciptakan generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi.

Strategi atau peranan tersebut tentu saja membutuhkan kerjasama dari semua pihak
Kesadaran serta semangat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan daya saing juga
diperlukan dari generasi muda yang merupakan agen pembangunan bagi bangsa ini.

Selain itu, diperlukan pengawasan dan evaluasi untuk memastikan program-program


yang ada berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan dampak yang
signifikan dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja khususnya generasi muda.

Dengan sumber daya manusia yang berkualitas maka target dalam pembangunan dapat
tercapai.

4.2 Perlunya Kerja Sama Pemerintah,Sekolah Dan Masyarakat

Dalam rangka menyiapkan sekolah memasuki era revolusi industri 4.0 serta memenuhi
Nawa Cita ketiga, yakni "Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat
Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan", Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan program Digitalisasi Sekolah. Alokasi
dana pengembangan program tersebut disiapkan melalui dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) berupa BOS Afirmasi dan BOS Kinerja.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy


menyatakan program digitalisasi sekolah ini sejalan dengan arahan Presiden Joko
Widodo untuk menyiapkan sumber daya manusia menyongsong revolusi industri 4.0.
Presiden meminta semua Menteri untuk memberikan perhatian terhadap daerah 3T
(terdepan, terluar, dan tertinggal) agar mendapatkan fasilitas-fasilitas pembangunan
termasuk di bidang pendidikan.

“Dua tahun yang lalu, Bapak Presiden Jokowi memberikan arahan supaya segera
merealisasikan penggunaan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk
mempercepat akses pelayanan pendidikan di wilayah-wilayah pinggiran,” terang
Mendikbud Muhadjir Effendy.

Menurut Mendikbud, salah satu tantangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah
akses pendidikan di daerah pinggiran, pendidikan karakter, dan perkembangan
teknologi yang harus diimbangi keahlian dan kemampuan.

31
"Oleh karena itu, untuk mempercepat dan meningkatkan akses (pendidikan) yang belum
merata itu, kita akan bangun mulai dari pinggiran dulu melalui digitalisasi sekolah,” ujar
kemendikbud.

Pada tahun 2019, pengalokasian dana BOS sedikit berbeda dibandingkan


sebelumnya. Selain alokasi dana BOS regular, juga disediakan dana BOS Afirmasi
untuk mendukung operasional rutin dan mengakselerasi pembelajaran bagi sekolah
yang berada di daerah tertinggal dan sangat tertinggal dengan alokasi dana sebesar
Rp2,85 triliun. Serta disiapkan juga dana BOS Kinerja sebesar Rp1,49 triliun, yang
dialokasikan untuk sekolah yang dinilai berkinerja baik dalam menyelenggarakan
layanan pendidikan. Petunjuk teknis mengenai penggunaan BOS Afirmasi dan BOS
Kinerja diatur melalui Peraturan Mendikbud Nomor 31 Tahun 2019. Sementara

Sebagai langkah awal, program Digitalisasi Sekolah akan direalisasikan kepada


31.387 sekolah melalui BOS Afirmasi dan 5.987 sekolah melalui BOS Kinerja. Melalui
program ini, Pemerintah akan memberikan sarana pembelajaran di sekolah berupa
komputer tablet kepada 1.753.000 siswa kelas VI, kelas VII, dan kelas X di seluruh
Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah pinggiran. "Tahun depan
kalau bisa diperbanyak, bisa sepuluh kali lipat, dan kita ambilkan dananya bukan hanya
dari BOS Afirmasi dan BOS Kinerja. Dengan begitu digitalisasi sekolah bisa berjalan
secepat mungkin," terang Mendikbud.

Untuk memastikan penggunaan sarana pembelajaran berfungsi dengan baik,


Kemendikbud bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga pemerintah. "Untuk
jaringan internet, kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informasi. Sedangkan untuk penyediaan listrik, Kementerian ESDM sudah
menyanggupi untuk menyediakan pembangkit (listrik) tenaga surya," terang Muhadjir.

Program Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru yang memanfaatkan


perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah proses
belajar mengajar.

“Guru dan siswa makin mudah mengakses bahan ajar. Guru, siswa kepala sekolah dan
unsur pendidikan juga bisa mengaksesnya. Selain itu, komunitas guru bisa bekerja sama
membuat materi bahan ajar digital, membuat tes ujian harian secara bersama-sama, baik
di luar jaringan atau offline maupun dalam jaringan atau online,” tutur Sekretaris
Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Didik Suhardi yang juga selaku Pelaksana Tugas (Plt.)
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sebagai langkah awal, Kemendikbud telah meluncurkan program Digitalisasi


Sekolah di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 18 September

32
2019. Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer tablet kepada 1.142
siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII, dan 331 kelas X.
Komputer tablet yang dibagikan telah diisi dengan buku elektronik dan aplikasi Rumah
Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses materi dengan atau tanpa jaringan
Internet.

Selain komputer tablet yang akan digunakan oleh masing-masing siswa, setiap
sekolah juga akan menerima satu unit PC server, satu unit laptop, harddisk, router,
LCD, dan speaker. “Nanti penggunaanya untuk siswa kelas VI, kelas VII dan kelas X.
tapi sifatnya dipinjamkan, jadi tidak boleh dibawa pulang ke rumah,” terang Didik
Suhardi.

Proses pengadaan komputer tablet dapat dilakukan secara langsung dan mandiri
oleh sekolah dengan menggunakan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah)
tanpa perlu melakukan lelang Pengadaan Barang. Sesjen Kemendikbud mengimbau
agar para Kepala Dinas Pendidikan dapat aktif memberikan pembinaan kepada para
Kepala Sekolah. ”Juga, mengawasi sekolah agar betul-betul memberikan peralatan yang
sesuai dengan yang diharapkan. Jangan sampai membeli yang tidak diperlukan,”
ungkapnya.

Program digitalisasi sekolah yang diluncurkan Kemendikbud, tidak akan


menghilangkan proses pembelajaran dengan tatap muka. Pembelajaran dengan tatap
muka antara guru dan siswa di kelas tetap penting dan tidak tergantikan, dan akan
diperkaya dengan konten-konten digital.

"Sekali lagi dengan digulirkannya platform digital ini bukan berarti proses
belajar konvensional tidak berlaku, tetapi tetap penting. Karena tatap muka antara siswa
dengan guru masih menjadi cara yang paling baik.

Dalam rangka menyiapkan sekolah memasuki era revolusi industri 4.0 serta
memenuhi Nawa Cita ketiga, yakni "Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan
Memperkuat Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan", Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan program Digitalisasi
Sekolah. Alokasi dana pengembangan program tersebut disiapkan melalui dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) berupa BOS Afirmasi dan BOS Kinerja.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy


menyatakan program digitalisasi sekolah ini sejalan dengan arahan Presiden Joko
Widodo untuk menyiapkan sumber daya manusia menyongsong revolusi industri 4.0.
Presiden meminta semua Menteri untuk memberikan perhatian terhadap daerah 3T
(terdepan, terluar, dan tertinggal) agar mendapatkan fasilitas-fasilitas pembangunan
termasuk di bidang pendidikan.

33
“Dua tahun yang lalu, Bapak Presiden Jokowi memberikan arahan supaya segera
merealisasikan penggunaan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk
mempercepat akses pelayanan pendidikan di wilayah-wilayah pinggiran,” terang
Mendikbud Muhadjir Effendy.

Menurut Mendikbud, salah satu tantangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini
adalah akses pendidikan di daerah pinggiran, pendidikan karakter, dan perkembangan
teknologi yang harus diimbangi keahlian dan kemampuan.

"Oleh karena itu, untuk mempercepat dan meningkatkan akses (pendidikan) yang belum
merata itu, kita akan bangun mulai dari pinggiran dulu melalui digitalisasi sekolah,” ujar
Mendikbud.

Pada tahun 2019, pengalokasian dana BOS sedikit berbeda dibandingkan


sebelumnya. Selain alokasi dana BOS regular, juga disediakan dana BOS Afirmasi
untuk mendukung operasional rutin dan mengakselerasi pembelajaran bagi sekolah
yang berada di daerah tertinggal dan sangat tertinggal dengan alokasi dana sebesar
Rp2,85 triliun. Serta disiapkan juga dana BOS Kinerja sebesar Rp1,49 triliun, yang
dialokasikan untuk sekolah yang dinilai berkinerja baik dalam menyelenggarakan
layanan pendidikan. Petunjuk teknis mengenai penggunaan BOS Afirmasi dan BOS
Kinerja diatur melalui Peraturan Mendikbud Nomor 31 Tahun 2019. Sementara

Sebagai langkah awal, program Digitalisasi Sekolah akan direalisasikan kepada


31.387 sekolah melalui BOS Afirmasi dan 5.987 sekolah melalui BOS Kinerja. Melalui
program ini, Pemerintah akan memberikan sarana pembelajaran di sekolah berupa
komputer tablet kepada 1.753.000 siswa kelas VI, kelas VII, dan kelas X di seluruh
Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah pinggiran. "Tahun depan
kalau bisa diperbanyak, bisa sepuluh kali lipat, dan kita ambilkan dananya bukan hanya
dari BOS Afirmasi dan BOS Kinerja. Dengan begitu digitalisasi sekolah bisa berjalan
secepat mungkin," terang Mendikbud.

Untuk memastikan penggunaan sarana pembelajaran berfungsi dengan baik,


Kemendikbud bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga pemerintah. "Untuk
jaringan internet, kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan
Informasi. Sedangkan untuk penyediaan listrik, Kementerian ESDM sudah
menyanggupi untuk menyediakan pembangkit (listrik) tenaga surya," terang Muhadjir.

Terobosan Penyediaan Akses Pendidikan Bermutu di 3T

Program Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru yang memanfaatkan


perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah proses
belajar mengajar.

34
“Guru dan siswa makin mudah mengakses bahan ajar. Guru, siswa kepala
sekolah dan unsur pendidikan juga bisa mengaksesnya. Selain itu, komunitas guru bisa
bekerja sama membuat materi bahan ajar digital, membuat tes ujian harian secara
bersama-sama, baik di luar jaringan atau offline maupun dalam jaringan atau online,”
tutur Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Didik Suhardi yang juga selaku
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sebagai langkah awal, Kemendikbud telah meluncurkan program Digitalisasi


Sekolah di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 18 September
2019. Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer tablet kepada 1.142
siswa yang terdiri dari 508 siswa kelas 6, 303 siswa kelas VII, dan 331 kelas X.
Komputer tablet yang dibagikan telah diisi dengan buku elektronik dan aplikasi Rumah
Belajar yang dapat digunakan untuk mengakses materi dengan atau tanpa jaringan
Internet.

"Pemberian tablet untuk siswa bertujuan agar para siswa mudah membawanya,
paling ringan, aplikasinya mudah untuk di-update, serta paling mudah untuk
dimodifikasi. Para siswa dapat dengan mudah menonton video pembelajaran melalui
tablet," terang Didik Suhardi.

Selain komputer tablet yang akan digunakan oleh masing-masing siswa, setiap
sekolah juga akan menerima satu unit PC server, satu unit laptop, harddisk, router,
LCD, dan speaker. “Nanti penggunaanya untuk siswa kelas VI, kelas VII dan kelas X.
tapi sifatnya dipinjamkan, jadi tidak boleh dibawa pulang ke rumah,” terang Didik
Suhardi.

Proses pengadaan komputer tablet dapat dilakukan secara langsung dan mandiri
oleh sekolah dengan menggunakan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah)
tanpa perlu melakukan lelang Pengadaan Barang. Sesjen Kemendikbud mengimbau
agar para Kepala Dinas Pendidikan dapat aktif memberikan pembinaan kepada para
Kepala Sekolah. ”Juga, mengawasi sekolah agar betul-betul memberikan peralatan yang
sesuai dengan yang diharapkan. Jangan sampai membeli yang tidak diperlukan,”
ungkapnya.

Program digitalisasi sekolah yang diluncurkan Kemendikbud, tidak akan


menghilangkan proses pembelajaran dengan tatap muka. Pembelajaran dengan tatap
muka antara guru dan siswa di kelas tetap penting dan tidak tergantikan, dan akan
diperkaya dengan konten-konten digital.

"Sekali lagi dengan digulirkannya platform digital ini bukan berarti proses
belajar konvensional tidak berlaku, tetapi tetap penting. Karena tatap muka antara siswa

35
dengan guru masih menjadi cara yang paling baik. Cara yang paling tepat untuk
mendidik anak terutama dalam rangka membentuk karakter siswa,” jelas Mendikbud.

Peningkatan Kapasitas Guru di Era 4.0

Program digitalisasi sekolah akan didukung dan ditindaklanjuti dengan


peningkatan kompetensi guru, khususnya di bidang penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Hal ini karena guru merupakan ujung tombak dan penentu
keberhasilan program digitalisasi sekolah untuk mempercepat terciptanya sumber daya
manusia Indonesia yang unggul.

“Kunci berhasil atau tidaknya program digitalisasi sekolah ada pada guru. Jadi
kompetensi guru harus baik. Guru harus belajar tiap hari baik bersama instruktur,
belajar sendiri, ataupun belajar dengan koleganya dalam asosiasi guru,” tutur
Mendikbud.

BAB VI
PENUTUP

KESIMPULAN
Teknologi berasal dari kata “technologia” atau bisa juga berasal dari kata “techno”.
Makna dari kedua kata tersebut adalah keahlian dan pengetahuan. Sehingga teknologi
pada umumnya adalah sebuah keahlian atau hal-hal yang juga berkaitan dengan
pengetahuan. Teknologi merupakan sebuah perkembangan perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software) yang didasari ilmu pengetahuan dengan seiring
perkembangan jaman dan didasari kebutuhan pengguna saat ini. Adapun Jenis-jenis
teknologi yang digunakan untuk pembelajaran bahasa Indonesia yaitu
Komputer,laptop,Proyektor,Layar Interaktif,dan Platform Pembelajaran Online.
Sedangkan Aplikasi yg digunakan untuk mendukung pembelajaran bahasa Indonesia
yaitu aplikasi e-learning, Moodle, alat bantu seperti kamus digital, pemeriksa ejaan
otomatis, Edmodo, Schoology, kahoot, edmodo, zenius, dan lain lain.Manfaat teknologi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia ialah membuat Pembelajaran menjadi Lebih
Menarik,dapat mengakses Terhadap Sumber Daya Luar,Pembelajaran
Mandiri,Pengajaran yang Disesuaikan.Jadi untuk penerapan teknologi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia sangat di perlukannya peran pemerintah untuk
mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran khusus nya pembelajaran
bahasa Indonesia.

36
SARAN
Kedepan nya pemerintah harus bisa mendukung penggunaan teknologi dalam
pembelajaran,khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dan di harapkan dengan
adanya teknologi dapat membantu pembelajaran semaksimal mungkin untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Murhada, Y. C. G. (2001) Pengantar Teknologi Informasi. 1st edn. Jakarta: Mitra
Wacaan Media.

Ambarura, P. (2023). Analisis Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di Sekolah Menengah Atas. Pendidikan Dunia , 1 (1), 25-34
Amin, A. & nia, N. (2019) Tantangan dan Solusi dalam perkembangan teknologi
Pendidikan di Indonesia
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Utama.
Dale, E. 1969. AudiovisUtama Methos in Teaching. (Third Edition). New York: The
Dryden Press, Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Mumtaz (2013) Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Nartanti, Endah. 2007. Modul Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
UNY.
Purba, A., & Saragih, A. (2023). Peran Teknologi dalam Transformasi Pendidikan
Bahasa Indonesia di Era Digital. All Fields of Science Journal Liaison Academia and
Sosiety, 3(3), 43-52
Sadiman, Arief, dkk.2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

37
Sinaga, M. (2023) digitalisasi sekolah percepat perluasan akses pendidikan berkualitas
di daerah 3T
Soeparno. 1989. Media Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: DW

38

Anda mungkin juga menyukai