Kelompok :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2024
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Padahal, kalau mau jujur pada sejarah, sejak awal kemunculanya, ilmu
sudah terkait dengan masalah etika. Ketika Copernicus (1473-1543)
menggunakan teorinya tentang kemestaan alam dan menemukan bahwa
“bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang
diyakini oleh ajaran agama (Kristen), maka timbullah dikotomi antara ilmu dan
etika (yang berasal dari agama). Secara ontologis, ilmu menginginkan
menyingkap realitas apa adanya, namun disisi lain terdapat keinginan dari para
teolog agar ilmu mendasarkan pada ajaran-ajaran agama. Perseteruan ini
berujung pada dihukumnya Galilio (1564- 1642) yang berkulminasi pada
pengadilan inkuisasi.
i. Berpikir secara objektif, yaitu dengan cara memandang masalah apa adanya,
terlepas dari faktor-faktor subjektif (misalnya : faktor perasaan, keinginan,
emosi, keyakinan)
ii. Berpikir secara rasional, yaitu dengan cara menggunakan akal sehat yang
dapat dipahami dan diterima oleh orang lain. Mencoba melepaskan unsur
perasaan, emosi, sistem keyakinan)
iii. Berpikir secara logis, yaitu dengan cara menggunakan logika, tidak
mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif, selalu rasional.
Keempat, setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi
ilmu (mempribumian ilmu).
1. Aspek Historis
2. Aspek Sosiologis
3. Aspek Politis Aspek politis pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
di Indonesia dapat dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh
para penyelenggara Negara, diantaranya:
Tidak ada satu pun bangsa di dunia ini yang terlepas dari pengaruh
pengembangan iptek, meskipun kadarnya tentu saja berbeda-beda. Kalaupun
ada segelintir masyarakat di daerah-daerah pedalaman di Indonesia yang masih
bertahan dengan cara hidup primitif, asli, belum terkontaminasi oleh kemajuan
iptek, maka hal itu sangat terbatas dan tinggal menunggu waktunya saja. Hal ini
berarti bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh pengembangan iptek yang
terlepas dari nilai-nilai spiritualitas, kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah,
dan keadilan merupakan gejala yang merambah ke seluruh sendi kehidupan
masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, beberapa alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai
pengembangan iptek dalam kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal
sebagai berikut.
Selain agama, budaya juga menjadi sumber historis Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu. Budaya Nusantara yang kaya dan beragam
mencerminkan kearifan lokal yang menjadi sumber inspirasi bagi
pengembangan ilmu. Budaya Nusantara juga menunjukkan sikap terbuka dan
toleran terhadap perbedaan dan keragaman. Budaya Nusantara juga
menekankan pentingnya keseimbangan antara manusia dengan alam, manusia
dengan sesama manusia, dan manusia dengan Tuhan. Budaya Nusantara juga
menghargai nilai-nilai gotong royong, musyawarah, kekeluargaan, kesopanan,
dan kesederhanaan.
Politik juga menjadi sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu. Politik Nusantara yang berbentuk kerajaan-kerajaan
bahari menunjukkan kemampuan masyarakat Nusantara dalam mengelola
sumber daya alam dan manusia secara efektif dan efisien. Politik Nusantara
juga menunjukkan kemampuan masyarakat Nusantara dalam menjalin
hubungan diplomatik dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Politik Nusantara
juga menunjukkan semangat perjuangan masyarakat Nusantara dalam
melawan penjajahan dan kolonialisme yang mengancam kedaulatan dan
kemerdekaan mereka.