Anda di halaman 1dari 4

Dalam dunia kesehatan saat ini masalah hukum seringkali terjadi berkaitan dengan adanya pengaduan

maupun pelanggaran hukum dalam praktek kesehatan yang dialami baik oleh pasien sebagai penerima
pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga kesehatan sebagai pihak yang memberikan pelayanan medis.
Berbagai regulasi perundang- undangan dan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang
pelaksnaan pelayanan kesehatan sudah diberlakukan, antara lain :

- Undang-undang No.17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

- Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

- Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

- PMK 269 /2008 tentang Rekam Medik

- PMK 290 /2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran (InformedConsent)

Pertanyaannya :

1. Coba jelaskan kelima Prinsip dalam asuransi kaitannya dengan trilogi perundang-undangan
Tentang Hukum Kesehatan, Praktik Kedokteran dan Rumah Sakit , apakah prinsip Subrograsi
(Subrogration Principle) pengalihan hak untuk menuntut pihak ke 3 penyebab kerugian dapat
diterapkan dalam perlindungan terhadap korban yang mengalami mal praktek ?

a. Insurable Interest
Prinsip ini menjelaskan bahwa seseorang diberikan hak untuk mengasuransikan sesuatu karena
terdapat hubungan keluarga atau ekonomi yang mendasarinya. Hak ini otomatis timbul setelah
adanya perjanjian yang sering disebut Polis dan telah memiliki dasar hukum.
b. Utmost Good Faith
Sesuai dengan namanya, prinsip ini memiliki arti yaitu niat atau itikad baik. Maksudnya adalah,
dalam proses membeli produk asuransi, baik Tertanggung (nasabah) maupun Penanggung
(perusahaan asuransi) harus menyampaikan informasi dengan terbuka, rinci, dan jujur.
c. Indemnity
Indemnity sering juga disebut sebagai prinsip ganti rugi. Perusahaan asuransi selaku Penanggung
harus memberikan ganti rugi kepada Tertanggung sesuai dengan kesepakatan pada perjanjian
atau polis. Kemudian, nilai tanggungan harus sesuai dengan nilai klaim yang sudah diajukan
tanpa pengurangan atau penambahan nilai.
d. Subrogation
Subrogasi berkaitan dengan kondisi di mana kerugian yang dialami Tertanggung disebabkan oleh
pihak ketiga (orang lain). Jika melihat pada pasal 1365 KUH Perdata, pihak ketiga yang bersalah
harus mengganti kerugian Tertanggung.
e. Contribution
Dalam prinsip ini pihak asuransi memiliki hak untuk mengajak Penanggung lainnya untuk
menanggung kerugian Tertanggung.
Dalam prinsip subrogation, korban yang mengalami mal praktik bisa mendapatkan oerlindungan
dalam hal finansial, dalam hal finansial korban akan mendapatkan ganti rugi, ganti rugi
didapatkan dari pihak ketiga atau perusahaan asuransi. Jadi korban dapat mendapatkan hak
ganti rugi finansialnya.

2. Coba analisis kedudukan BPJS Kesehatan dalam pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia
yang berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, dan keadilan

BPJS diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap rakyat Indonesia yang sudah menjadi hak dasar manusia. Kedudukan bpjs
sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah bekerja untuk memnuhi standar kebutuhan
kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Namun, dalam menjalankan kinerjanya butuh
dukungan dari Pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk meningkstkan peraturan yang
memperbaiki mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

3. Coba saudara perbandingkan dan analisis hak-hak pasien berdasarkan Pasal 52 UU No.29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan hak pasien berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen

Hak pasien dalam pasal 58 spesifik dan secara umum tentang hak pasien mendapatkan
perlakuan khusus secara medis, dan masih bersifat umum dan masih sebatas hubungan pas ien
dengan dokter saja, hanya ditambah hak terhadap rekam medis pasien. Dalam UU no. 8 tentang
hak konsumen dijelaskan lebih rinci dan banyak, mulai dari kenyamanan hingga perlindungan
secara hokum. Dalam UU no. 8, dijelaskan hak dalam barang dana tau jasa. Jadi secara aturan
seharusnya hak pasien dalam Pasal 52 sesuai atau minimal berlandasakan hak konsumen dalam
UU no.8, karena pasien juga merupakan konsumen dalam mendapatkan pelayanan jasa dalam
hal ini kesehatan.

4. Silahkan analisis kasus Penyimpangan dalam praktik kedokteran/ Medical malpractice berikut ini
: Contoh : Operasi tonsilektomi - Korban meninggal di atas meja operasi setelah dilakukan
operasi. - Penyebab kematian karena dosis yang berlebihan dari erther ahli anasthesinya,
sedangkan indikasi untuk operasi sudah tepat.

Dalam hal ini biasanya dilakukan audit medis untuk menentukan hal yang kurang tepat dalam
medis. Jika sudah ditentukan dan diketahui penyebab karena kelebihan dosis dari ahli anestesi.
Kemudian diidentifikasi lagi apakah kesalahanya masuk dalam pidana atau etik, nanti akan
disesuaikan hukumanya juga, sanksi etik atau sanksi pidana.

5. Pada saat ini terdapat pergeseran paradigma dalam hubungan interpersonal di dalam hukum
kesehatan, yang sebelumnya berdasarkan pola hubungan vertikal paternalistik menjadi pola
hubungan horizontal kontaktual. Konsekwensi dari hubungan horizontal kontaktual munculnya
inspanning verbintenis yaitu adanya hubungan hukum antara 2 (dua) subyek hukum dan
melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Adanya Inspanning verbintenis dikarenakan
objek transaksi adalah upaya penyembuhan yang hasilnya tidak pasti dampaknya dan karenanya
upaya tersebut dilakukan dengan kehati-hatian. Coba saudara jelaskan disertai contoh kasus.

Hubungan hukum antara dokter dengan pasien yang didasarkan dengan pola horizontal
kontraktual memiliki sifat “inspanning verbintenis”, yaitu perikatan ikhtiar. Pada perikatan
ikhtiar prestasi yang diberikan adalah berupa upaya semaksimal mungkin atas hasil yang belum
pasti. Hubungan kontraktual antara dokter dengan pasien tidak dimulai dari saat pasien
memasuki tempat praktik dokter sebagaimana yang diduga banyak orang.7

Hubungan hukum kontraktual tersebut terjadi jika dokter menyatakan kesediaanya menolong
pasien yang dinyatakan secara lisan (oral statement) atau yang tersirat (implied statement). Hal
ini dapat dokter tunjukkan dengan sikap atau tindakannya, seperti misalnya menerima
pendaftaran, memberikan nomor urut, menyediakan serta mencatat rekam medisnya, dan lain
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan kontrak terapeutik juga memerlukan kesediaan dokter,
sesuai dengan asas konsensual.

Dalam pandangan hukum perdata, hubungan dokter dengan pasien dilingkupi dengan perikatan
(verbintenis). Perikatan adalah hal yang mengikat subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain.8 Perikatan melahirkan prestasi. Berdasarkan ketentuan Pasal 1313 jo. Pasal 1234 KUH
Perdata ada tiga macam hal yang dilakukan untuk melahirkan prestasi dari perikatan yaitu,
melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau memberikan sesuatu. Pada dasarnya prestasi
adalah pelaksanaan kewajiban hukum oleh pihak-pihak yang membuat perikatan (pada
perikatan timbal balik)

Contoh, pasien ke RS bertemu dokter, karena Cedera Kepala Berat, dan didiagnosa Perdarahan
di otak karena kecelakaan. Dokter menyarankan untuk operasi pembuangan darah di otak. Saat
melakukan kontrak perjanjian atau informed consent kepada keluarga pasien. Dokter tidak dapt
memberikan jaminan keberhasilan atau kesembuhan pasien, namun dokter beruisaha
semaksimal mungkin karena factor factor saat operasi kondisi pasien dan riwayat penyakit
pasien berbeda beda. Setelah keluarga pasien menerima segala atau menyetujui tindakan
operasi dengan segala risikonya, maka dokter tersebut menjalankan inspanning verbintenis.

6. Bagaimanakah menurut saudara perkembangan Hukum Kesehatan dewasa ini terutama di


Indinesia dikaitkan dengan pengaturan lex spesialis fokus ke norma keprofesian: kompetensi,
kewenangan, pelayanan kesehatan, pembinaan dan pengawasan.

Pemerintah dalm hal ini menteri kesehatan sudah mengatur aturan tersebut dalam UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal 21
dikatakan Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Pemerintah sudah melakukanya dengan membentuk undang undang, serta mutu tenga
kesehatan yang dicantumkan dalam ayat keduanta yaitu Ketentuan mengenai perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan,pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam hal ini pemerintah sudah membantu menyiapkan kerangka konsep tenaga kesehatan
yang professional, sehingga dapat membentuk tenaga kesehatan yang baik dan menjunjung
tinggi profesionalitas dalam hal ini tentang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai