Anda di halaman 1dari 4

berbagai kenyataan sering ditemukan adanya orang

yang mudah berburuk sangka (su‟udh-dhan) atau


suka curiga kepada orang lain. Bahkan ada yang
sampai berburuk sangka kepada Allah, Na‟udzu
billahi min dzalik. Di dalam banyak ayat Al-Qur‟an,
Allah mengisyaratkan betapa pentingnya memelihara
kebersihan hati dan jiwa itu, karena dari jiwa yang
sehat lahir perilaku yang sehat serta mulia, dan
perilaku sehat menumbuhkan pola hidup sehat.
2. Hendaknya kita mencari yang halal dan thayyib
(baik), kemudian mengkonsumsinya pula secara halal
dan baik.
Barang yang halal bukanlah sesuatu yang semata-
mata berhubungan dengan hasil jerih payah
pekerjaan seseorang melainkan juga berhubungan
dengan dari mana sumber barang tersebut diperoleh.
Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu
yang hendak kita konsumsi itu, antara lain adalah
firman Allah:

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik


dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah
kita mengikuti langkah-langkah setan, karena
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagimu. (QS Al-Baqarah: 168).
Sebagai contoh, daging yang baik untuk dikonsumsi
bukan saja dilihat dari segi jenis daging dari hewan
apa, melainkan juga dari cara bagaimana

33
diperolehnya, bagaimana proses penyembelihannya,
apakah sesuai dengan ajaran Allah atau tidak.
3. Mohon perlindungan dan kesehatan kepada Allah
atas apa yang kita konsumsi.
Setiap kali memulai kegiatan makan atau minum
secara proporsional “makan dan minumlah, dan
janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan”, demikian
peringatan dari Allah SWT. Kemudian, mulailah
dengan permohonan kepada Allah (do‟a), semoga
apa yang hendak kita konsumsi itu dijauhkan dari
berbagai macam penyakit melainkan sebaliknya akan
mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh.
Sebab pada dasarnya makan serta minum itu
bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti
sel-sel yang diperlukan oleh setiap organ tubuh.
Selanjutnya diakhiri dengan do‟a pula.
4. Memelihara keteraturan hidup (istiqamah).
Seringkali ada orang yang mudah terkena penyakit,
penyebabnya karena ia tidak memiliki disiplin diri
terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan
berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih
mengutamakan tampilan lahiriah dari pada
pemenuhan gizi makanan dan mutu minuman. Kalau
sudah sibuk beraktivitas sampai lupa jadwal makan.
Akibatnya lambung dan usus terganggu, maag,
kekurangan gizi dan sebagainya. Nanti memeriksakan
kesehatannya pada waktu sakit. Padahal Islam
menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khairun min
al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).

34
D. Manajemen Diri
Secara etimologis istilah manajemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu to manage yang artinya mengatur
atau mengurusi sesuatu. Derivasi dari to manage di
antaranya adealah manager (pengurus/pengatur) dan
management yang berarti kontrol dan pengorganisasian
sesuatu hal.
Jelasnya, manajemen berarti teknik atau cara yang
digunakan untuk mengurus atau mengatur sesuatu agar
baik dan dapat berdaya guna. Manajemen diri bagi seorang
muslim tentu saja harus berlandaskan pada norma-norma
yang termaktub dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Hal ini
sekaligus untuk membuktikan bahwa norma-norma dalam
Islam itu bersifat kaffah (menyeluruh) sehingga setiap
aktivitas kaum muslimin tidak lepas dari normanya.
Banyak sekali hadits Nabi yang memerintahkan kaum
muslimin untuk mengatur penampilan dirinya,
diantaranya:
1. Berpenampilan rapi, bersih dan menarik
a. Sesungguhnya Allah itu indah dan senang dengan
keindahan. Bila seseorang di antara kamu
(bermaksud) menemui kawan-kawannya
hendaklah dia merapikan dirinya. (HR Muslim)
b. Apabila kamu memelihara rambut, hendaklah
dimuliakan (disisir, dirapikan agar tidak acak-
acakan). (HR Abu Dawud dan Ath-Thahawi)
c. Siapa yang mengenakan pakaian, hendaklah
kenakan yang bersih. (HR Ath-Thahawi)
d. Janganlah seseorang di antara kalian berjalan
dengan hanya memakai sandal sebelah, pakailah

35
keduanya, atau tanggalkan keduanya. (Muttafaq
„Alaih)
e. Allah tidak akan melihat pada seseorang yang
menyeret-nyeret bajunya secara berlebihan
(kedodoran tidak rapi). (Muttafaq‟Alaih).
2. Manajemen diri dalam berhubungan dengan orang
lain
a. Jangan meremehkan sedikitpun (enggan
melakukan) perbuatan ma‟ruf meskipun hanya
menjumpai kawan dengan wajah yang ceria.
(HR. Muslim)
b. Abu Hurairah r.a. berkata, sesungguhnya
Rasulullah tidak pernah berbicara dengan
seseorang melainkan beliau menghadapkan
wajahnya pada wajah teman bicaranya dan
Rasulullah tidak berpaling darinya sebelum
selesai berbicara. (HR Ath-Thabrani)
c. Hak seorang muslim terhadap muslim yang lain
ada enam: apabila engkau bertemu dengannnya
ucapkanlah salam, apabila dia mengundangmu
maka hadirilah, apabila dia meminta nasihatmu
maka nasihatilah dia, apabila dia bersin maka
do‟akanlah dia, apabila dia sakit maka
tengoklah, apabila dia meninggal maka
antarkanlah. (HR. Muslim)
3. Mengatur emosi, tutur kata dan tingkah laku
a. Seseorang (baru benar-benar dikatakan) muslim
adalah (manakala) muslim lainnya selamat dari
gangguan lidah dan tangannya. (HR. Bukhari dan
Muslim)

36

Anda mungkin juga menyukai