Anda di halaman 1dari 5

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK

Oleh:

Nafiah Rahma Febriannisa,

Finda Amaranila Prakasita,

Olivia Meisyafatra,

Dino Rafly Priatna,

Astrie Anindya Sasri

A. Identifikasi Kasus dan Permasalahan


Anak merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang
tuanya. Anak seharusnya berhak mendapatkan kehidupan yang layak tanpa adanya
diskriminasi seperti dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak. Namun dapat kita temukan pelanggaran terhadap perlindungan anak
dengan ditemukannya kasus anak mendapatkan kekerasan, sehingga membuat anak tersebut
meninggal dan itu dilakukan oleh ibu kandungnya. Kekerasan tersebut merupakan salah
satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dimana seharusnya keluarga merupakan
suatu tempat yang aman dan sang anak seharusnya merasakan kasih sayang dan
perlindungan dari orangtuanya. Orangtua wajib untuk melindungi anak dan merawat anak
semenjak dari dalam kandungan hingga anak tersebut lahir dan tumbuh. Keluarga
mempunyai ideal , yaitu 1) Fungsi Afeksi yang berarti keluarga memberi segenap cinta dan
kasih sayang bagi para anggota keluarganya; 2) Keluarga memberikan perlindungan kepada
anggotanya berupa perlindungan fisik dan juga perlindungan yang bersifat kejiwaan.
Pada kasus KDRT kedua hal ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Anak
mempunyai hak yang melekat didalam diri nya yang diakui didalam suatu deklarasi karena
alasan fisik dan mental anak yang masih belum dewasa , serta anak membutuhkan suatu
perlindungan secara khusus termasuk perlindungan hukum sebelum maupun sesudah
dilahirkan. 1 Tetapi, pada kenyataannya didalam keluargalah yang seringkali terjadi
kekerasan yang dilakukan oleh orang yang seharusnya melindungi. Menurut Ketua Komnas
Perlindungan Anak ada 2.726 kasus kekerasan terhadap anak sejak Maret 2020 hingga 2021. 2
Hal tersebut menunjukkan kegagalan dalam pemberian rasa aman yang dilakukan oleh
orangtua didalam suatu keluarga. Kasus yang kami ambil adalah suatu kasus pembunuhan
yang dilakukan oleh seorang Ibu terhadap ketiga anak kandungnya. Pada umumnya kasus
KDRT menjadikan perempuan sebagai korban, tetapi didalam kasus ini perempuan sebagai
pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Perempuan berpotensi untuk menjadi
korban,namun jenis kelamin bukan menjadi alasan. Perempuan juga dapat menjadi pelaku
kejahatan pembunuhan. Sebagai seorang Ibu, perempuan dapat melakukan pembunuhan
disebabkan oleh berbagai alasan, seperti ekonomi dan stress dengan urusan rumah tangga.
Baik itu Ayah ataupun Ibu, siapapun yang menjadi pelaku KDRT akan berdampak buruk
kepada anak-anaknya.
Permasalahan :
1. Apa kendala dalam penanggulangan kejahatan pembunuhan yang dilakukan
oleh Ibu terhadap Anak?
2. Bagaimana penanggulangan kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh Ibu
terhadap Anak?

1
Redi Pirmansyah, dkk, “Penanggulangan Tindak Pidana Pembunuhan Bayi Oleh Ibu Kandung
(Infanticide)” , Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 14 No. 1 Mei 2020, hal 28.
2
Ronggo Astungkoro, Meningkatnya Kekerasan Terhadap Anak Saat Pandemi,
https://republika.co.id/berita/qz2kw5430/meningkatnya-kekerasan-terhadap-anak-saat-pandemi
diakses pada 15 November 2021 pukul 13.00
B. Analisa
1. Penanggulan kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh Ibu terhadap Anak.
a. Pelaku yang selanjutnya disebut AKS berasal dari keliuarga yang cerdas dan
memiliki pengetahuan agama yang baik. Ibunya berprofesi sebagai seorang dokter
yang cukup terkenal di Boyolali. Sedangkan, ayahnya dikenal sebagai sosok yang
cerdas dan mempunyai pengetahuan yang luas. Keluarganya taat beragama dan
orangtuanya mendidik anak-anaknya dengan ketat dan keras. AKS merupakan
seorang wanita yang cerdas. Sejak menduduki bangku Sekolah Dasar hingga jenjang
perguruan tinggi dia dikenal sebagai sosok yang berprestasi dikelasnya. Sejak AKS
kecil dirinya sering mengalami perlakuan dibanding-bandingkan oleh sang Ibu. AKS
diminta untuk dapat membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari saudara-
saudaranya yang telah sukses. Pada saat itu, AKS merasa tertekan dan tidak berharga
serta lemah. Kemudian, semangat dan motivasi yang besar muncul dalam dirinya
untuk dapat membuktikan kepada kedua orangtuanya bahwa dia mampu untuk
menjadi lebih baik. Dia juga merupakan seorang aktivis dakwah yang taat beribadah,
mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan juga cita-cita yang tinggi serta sangat
menyayangi ketiga anaknya. Sejak kecil menghabiskan masa kecilnya di Boyolali.
Setelah lulus dari jenjang SMA, dia berkuliah di ITB. Pada mulanya, dia masuk
jurusan Arsitektur tetapi karena tidak bisa menggambar kemudian ia pindah ke
Jurusan Teknik Planologi. Pada saat itu, prestasinya mulai meningkat dan berhasil
mencapai IPK 3.24. Menurut pendapat orang-orang terdekatnya , AKS memiliki sifat
yang mudah putus asa, perfeksionis , dan tidak percaya pada kemampuannya
sendiri. Contohnya, pada saat AKS sudah mempunyai anak dia ,memiliki keinginan
untuk menempatkan anaknya ditempat yang dinilainya paling baik. AKS juga
pendiam dan jarang bersosialisasi dengan para tetangga yang berada disekitar
rumahnya. Menurut pendapat dosen walinya, AKS merupakan orang yang peragu
dan juga pendiam. Sejak menduduki bangku SMA AKS telah mengkonsumsi obat
penenang karena dirinya sering merasa gelisah dan tidak berharga, nihil dan kosong
serta memiliki kebencian pada diri sendiri. Kemudian setelah dirinya menikah dia
juga merasa bahwa jika anak dan suaminya sakit itu merupakan kesalahan dirinya
sebagai seorang Ibu yang tidak baik. Gejala ini dirasakan AKS selama lebih dari 2
tahun. Disamping itu, AKS memiliki kemampuan berpikir diatas rata-rata walaupun
saat itu dinilai kurang optimal dan mengalami penurunan perasaan. Kondisi
tersebut, telah dialami AKS selama 12 tahun.
AKS mengakui bahwa tega membunuh ketiga buah hatinya dikarenakan rasa sayang
pada anaknya. Dia memiliki rasa cemas akan masa depan anak-anaknya. Ia takut
kelak anak-anaknya tidak dapat menjadi anak yang sholeh dan juga berprestasi.
Dirinya selalu merasa menjadi Ibu yang gagal dan juga istri yang gagal dari suami
yang Sholeh. AKS juga selalu berkesimpulan sendiri dan menilai bahwa anak-
anaknya terlihat lebih ceria pada saat bersama suaminya dan kakek neneknya
dibandingkan ketika bersama Ibunya. Setelah kejadian, kondisi AKS terlihat sangat
shock. Dia juga memiliki ekspresi yang berubah-ubah dan sering tidak fokus pada
saat diajak berbicara. Pada saat AKS berada di rumah peristirahatan di Lembang,
dirinya menangis dahsyat karena ketika itu dia bertemu dengan ayah, mertua, dan
juga kerabatnya. Kejiwaan AKS tidak stabil, sering marah-marah sendiri dan sempat
mengalami drop serta sering melamun dan banyak mengeluh.
Dilihat dari latar belakang kehidupan AKS, maka dapat dilakukan penanggulangan
kasus kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh AKS terhadap anak-anaknya
dengan menggunakan teori :
1. Teori Kerusakan Mental, berdasarkan teori ini penyebab kejahatan disebabkan
karena adanya gangguan kejiwaan akibat pikiran yang tidak sempurna, tidak
normal, tidak pernah berkembang dan cacat dalam perkembangannya. Orang
yang memiliki pikiran yang sakit mentalnya akan befungsi secara abnormal
setelah berkembang. Keadaan mental yang dimaksud bukanlah merupakan
penyakit melainkan kelainan pribadi (personal defiation). Penyimpangan
tersebut terjadi dalam perkembangan manusia, bukan disebabkan karena kondisi
yang memiliki kepribadian menyimpang. Penggunaan teori ini didasarkan pada
latarbelakang dari kasus tersebut. Berdasarkan pada pemikirannya mengenai
ketakutan berlebih terhadap masa depan anaknya, serta tuntutan dari kedua
orangtua dan mertua yang menuntut AKS untuk menjadi lebih unggul dari
orang lain. Kemudian, AKS merasa tidak ikhlas karena dirinya yang awalnya
wanita karir yang kemudian setelah menikah dirinya terpaksa menjadi Ibu
Rumah Tangga. Kurangnya komunikasi dengan suaminya juga menjadikan
keadaan jiwanya memburuk. Akibat tuntutan yang telah ia rasakan selama ini,
menjadikan anak-anak objek pelampiasan. Anak menjadi simbol hubungan
dirinya dengan suami sehingga apabila terjadi suatu permasalahan, akan
dilampiaskan kepada anaknya. Banyak faktor yang memengaruhi kejahatan
dilakukan oleh perempuan yaitu faktor kondisi sosial ekonomi, perubahan harga
pasar, perubahan ekonomi, gaji yang rendah dan faktor mental. 3 masalah
kepribadian menimbulkan kelakukan yang menyimpang, terlebih ketika
seseorang sedang tertekan perasaannya. Ketika seseorang sedang tertekan
perasaannya, seseoramg tersebut lebih mudah untuk melakukan penyimpangan.
Suatu tindak pidana yang dilakukan oleh perempuan sering terjadi karena ada
keadaaan psikologis yang terganggu dari pelaku.
2. Upaya penanggulangan kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh Ibu
terhadap Anak
a) Mengembangkan sistem perlindungan anak sehingga alur perlindungan
anak menjadi lebih teratur yang pada akhirnya tidak terjadi lagi
permasalahan tentang perlindungan anak.
b) Mengadakan sosialisasi di bidang hukum kepada masyarakat yang
diikutsertakan pihak kepolisia, kejaksaan, kehakiman. Memberikan
soaislisasi yang lebih mendalam dan terfokus serta benar-benar
melibatkan masyarakat, seperti adanya Focus Group Discussion.
c) Peningkatan perhatian pemerintah terhadap masyarakat, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mental terhadap perempuan terkhusus
Ibu. Karena masih banyaknya yang menganggap pemeriksaan mental ke
psikolog suatu yang tabu dan aib.
d) Meningkatkan pembinaan rohani atau pelayanan agama terhadap
masyarakat terkhususnya anak-anak dan remaja. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara peningkatan rohani di lembaga pendidikan dengan
melibatkan tenaga pendidik.
e) Meningkatkan komunikasi yang baik dalam masyarakat khususnya
keluarga. Karena keluarga merupakan institusi terkecil yang diharapkan
dapat memberikan rasa kenyamanan , maka hal ini dapat dicapai ketika
adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
f) Menghindarkan diri dari sikap egois pada sesama anggota keluarga.
g) Mengadakan pembinaan keterampilan bagi orangtua yang menganggur
agar mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam hal ini
Perempuan, dapat mengikuti kegiatan PKK yang dapat meningkatkan
keterampilan dan dapat mengalihkan pikiran.
h) Melanjutkan usaha menghapuskan pekerja anak hal ini dapat menangani
penyebab eksploitasi kepada anak.4
i) Penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan sarana penal
melalui sistem peradilan pidana yaitu dengan penerapan sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam KUHP khususnya pada pasal 10 KUHP
mengatur tentang jenis-jenis hukuman. Penggunaak sanksi pidana juga
dapat diterapkan melalui peraturan perundang-undangan yang
mengatur ketentuan pidana lainnya (pasal 103 KUHP). Sehingga
penanggulangan kejahatan sarana penal dilakukan dengan cara
3
Muhammad Sabri, “Tinjauan Kriminologis Kejahatan Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh
Perempuan”, MITZAL (Demokrasi, Komunikasi, dan Budaya) : MITZAL (Demokrasi, Komunikasi,
dan Budaya): Jurnal Ilmu Pemerintah & Ilmu Komunikasi, Vol. 6, No. 1, Hlm. 2
4
Nunuk Sulisrudatin, “Meninjau Kasus Kekerasan Terhadap Anak Oleh Orangtuanya Dari Segi
Kriminologis”, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol.6 No.1, Hlm.26
menggunakan hukum pidana sebagai sasaran utamanya, yaitu hukum
pidana formil, hukum pidana materiil, dan dalam pelaksanaannya
melalui sistem peradilan pidana Indonesia. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki si pelaku kejahatan, mencegah terjadinya kejahatan agar
tidak menimbulkan korban, serta dalam rangka usaha untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pelaksanaan upaya penanggulangan kejahatan
diperlukan keterlibatan seluruh anggota masyarakat yang berpotensi
dalam tercapai kesejahteraan.
j) Upaya non penal merupakan segala upaya untuk menjadikan
masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat
baik itu secara materiil dan imateriil serta faktor faktor kriminogen.
Melalui masyarakat yang berpotensi maka harus dijadikan sebagai faktor
utama yang mendukung dalam upaya penanggulan. Potensi tersebut
perlu digali, dimanfaatkan, dikembangkan dan juga diefektifkan.
k) Upaya untuk menanggulangi kejahatan yaitu dengan menyadari
kebutuh untuk mengembangkan dorongan soaial dan tekanan sosial
serta tekanan ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkah laku
seseorang kearah perbuatan yang jahat.
l) Dengan memusatkan perhatian kepada setiap induvidu yang
menunjukkan perilaku berpotensi untuk melakukan perbjuatan kriminal
atau sosial termasuk adanya gangguan biologis dan psikologis ataupun
kurang mendapatkan kesempatan sosial ekonomis yang cukup baik.

C. Kesimpulan

Banyak kasus yang melibatkan anak sebagai korban.Salah satu contoh adalah kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang Ibu terhadap ketiga anak kandungnya. Pada
umumnya kasus KDRT menjadikan perempuan sebagai korban, tetapi didalam kasus ini
perempuan sebagai pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Kasus pembunuhan ibu
terhadap ketiga anak kandungnya dilatarbelakangi dikarenakan rasa sayang pada anaknya.
Pelaku memiliki rasa cemas akan masa depan anak-anaknya. Ia takut kelak anak-anaknya
tidak dapat menjadi anak yang sholeh dan juga berprestasi. Dirinya selalu merasa menjadi
Ibu yang gagal dan juga istri yang gagal dari suami yang Sholeh. Dari kasus diatas
penanggulangan yang digunakan dapat menerapkan teori Kerusakan Mental, berdasarkan
teori ini penyebab kejahatan disebabkan karena adanya gangguan kejiwaan akibat pikiran
yang tidak sempurna, tidak normal, tidak pernah berkembang dan cacat dalam
perkembangannya. Orang yang memiliki pikiran yang sakit mentalnya akan befungsi secara
abnormal setelah berkembang.

Adapun upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan ibu terhadap anak dapat
dengan cara Mengembangkan sistem perlindungan anak, Mengadakan sosialisasi di bidang
hukum kepada masyarakat yang diikutsertakan pihak kepolisia, kejaksaan, kehakiman,
Peningkatan perhatian pemerintah terhadap masyarakat, Meningkatkan pembinaan rohani
atau pelayanan agama terhadap masyarakat, Meningkatkan komunikasi yang baik dalam
masyarakat khususnya keluarga, Menghindarkan diri dari sikap egois pada sesama anggota
keluarga, Mengadakan pembinaan keterampilan bagi orangtua yang menganggur agar
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dalam hal ini Perempuan, dapat mengikuti
kegiatan PKK yang dapat meningkatkan keterampilan dan dapat mengalihkan pikiran,
Melanjutkan usaha menghapuskan pekerja anak hal ini dapat menangani penyebab
eksploitasi kepada anak, Penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan sarana
penal melalui sistem peradilan pidana , Upaya non penal merupakan segala upaya untuk
menjadikan masyarakat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat,
menyadari kebutuh untuk mengembangkan dorongan soaial dan tekanan sosial serta
tekanan ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang kearah perbuatan yang
jahat, serta dengan memusatkan perhatian kepada setiap induvidu yang menunjukkan
perilaku berpotensi untuk melakukan perbjuatan kriminal atau sosial termasuk adanya
gangguan biologis dan psikologis ataupun kurang mendapatkan kesempatan sosial
ekonomis yang cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai