Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah SMA Negeri 12 Pekanbaru

Pada tahun 1996 dibangun sebuah sekolah di jalan garuda

sakti KM. 3 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan

Pekanbaru. Selesai pembangunan dan mulai dipakai gedungnya

untuk pertama kali dengan jumlah siswa 120 orang dengan jumlah

guru pengajar sebanyak 20 orang dan jumlah kelas sebanyak 3

ruangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan

pembukaan dan penegrian SMA Negeri 12 Pekanbaru Tahun

Pelajaran 1996/1997 yang ditetapkan berdasarkan SK. Nomor

13a/0/1998 tanggal 29 Januari 1998.

Sejak berdirinya SMAN 12 Pekanbaru ini dari tahun ketahun

terjadi peningkatan jumlah siswanya. Hal ini membuktikan bahwa

sekolah sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang lebih baik untuk generasi muda

Pekanbaru dan sekitarnya. Untuk menjaga kualitas pendidikan

dilakukan penilaian Akreditas SMA Negeri 12 Pekanbaru oleh

Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah (BAN-S/M)

menetapkan bahwa SMA Negeri 12 Pekanbaru memperoleh

akreditasi dengan predikat A (Amat Baik). Sertifikat Akreditasi

Sekolah ini berlaku sampai dengan tahun ajaran 2013/2014 terhitung

sejak tanggal ditetapkan yaitu tanggal 2 November 2009.


Akreditasi sekolah dilaksanakan minimal sekali 5 tahun,

akan tetapi karena adanya peruahan kurikulum pada tahun 2013 pada

pelaksanaan Akreditasi tahun 2016, berdasarkan SK Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasaah Provinsi Riau Nomor

581/BAP-SM/KP-09/X/2016 tentang penetapan nilai peringkat

Akreditasi Sekolah/Madrasah (SD/MII,SMP/MTS, SMA/MA dan

SMK/MAK) Provinsi Riau tahun 2016 menetapakan hasil Akreditasi

SMA Negeri 12 Pekanbaru dengan nilai Akreditasi 96 dan peringkat

Akreditasi A.

Pada awalnya SMA Negeri 12 Pekanbaru hanya memiliki 1

ruang belajar untuk setiap tingkatan, akan tetapi seiring dengan

perkembangan sarana pendidikan dan kondisi lingkungan yang

menuntut adanya penambahan sarana dan prasarana, sekarang SMA

Negeri 12 Pekanbaru sudah memiliki 34 ruang belajar. Pencapaian

ini tidak luput dari kerjasama yang baik dari semua komponen dari

komunitas SMA Negeri 12 Pekanbaru. Selain itu, SMA Negeri 12

Pekanbaru juga memiliki fasilitas diantaranya seperti Perpustakaan,

Aula, Mushola dan masih banyak lagi fasilitas lainnya.Sejak

pertama kali berdiri hingga sekarang, SMA Negeri 12 Pekanbaru

telah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak 9 kali.1

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto SMA Negeri 12 Pekanbaru

a) Visi dari sekolah SMA Negeri 12 Pekanbaru adalah

Terwujudnya Insan Yang Berkarakter, Berkualitas Dan

1
Sumber Data Sekunder, “Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru” Tahun
Pelajaran 2022/ 2023
Berwawasan Lingkungan.

b) Sedangkan misi dari sekolah SMA Negeri Pekanbaru adalah

sebagai Berikut:

1) Menumbuhkan semangat keimanan dan ketakwaan kepada

tuhan yangmaha esa bagi seluruh warga sekolah.

2) Menjalin kerjasama dan kemitraan yang Humanis,

Dinamis dan Harmonis di dalam dan di luar Sekolah.

3) Mengembangakan sikap Santun, Tauladan, Disiplin dan

Profesionalisme yang berbasis teknologi.

4) Meningkatkan kualitas pendidikan dan penguasaan Iptek

untukpencapaian delapan Standar Pendidikan.

5) Mengembangkan rasa empati dan kekeluargaan yang

berwawasan lingkungan dan berbudaya Melayu berbasis

Kearifan Lokal.

c) Tujuan dari SMA Negeri 12 Pekanbaru yaitu:

1) Menghasilkan peserta didik yang berwawasan Imtaq dan

Iptek.

2) Menghasilkan peserta didik beretika yang disiplin jujur,

bersih, berdedikasi tinggi serta bertanggung jawab.

3) Menjalin Kerjasama dengan perguruan tinggi dan dunia

usaha.

4) Menyiapkan peserta didik yang kompetetif untuk

melanjutkan keperguruan tinggi.

5) Meningkatkan pencapaian delapan standar nasional


Pendidikan.

6) Meningkatkan dan menumbuhkan bakat dan prestasi peserta

dididk di bidang akademis maupun non akademis

7) Menghasilkan peserta didik yang peduli terhadap lingkungan

dan berbudaya melayu dengan menonjolkan kearifan lokal.

d) Motto SMA Negeri 12 Pekanbaru yaitu :

1) Juara

2) Jujur

3) Unggul

4) Asri

5) Rajin

6) Agamis

3. Profil Sekolah
Tabel IV.1
Identitas Sekolah
Nama Sekolah SMA Negeri 12 Pekanbaru
NPSN/NSS 1404011/301096007042
Jenjang Pendidikan SMA
Status Sekolah Negeri
Alamat Sekilah Jl. Garuda Sakti Km.3
RT/RW 2/9
Kode Pos 28293
Kecamatan Tampan
Kabupaten/kota Pekanbaru
Provinsi Riau
Negara Indonesia
SK Pendirian Sekolah 13a/0/1998
Tanggal SK Pendirian 1998-01-29
Status Kepemilikan Pemerintah Daerah
SK Izin Operasional 13/a0/1998
Tgl SK Izin Kepemilikan 1998-01-29
Kebutuhan Khusus Dilayani -
Nomor Rekening 1343800159
Nama Bank Bank Riau Kepri
Cabang KCP/Unit Panam
Rekening Atas Nama SMA Negeri 12 Pekanbaru
MBS Ya
Luas Tanah Milik (m2) 0
Luas Tanah Bukan Milik 11505
Nama Wajib Pajak -
NPWP 002674703216000
Nomor Telpon 07617875113
Nomor Fax -
Email smaduabelas.pekanabaru@gmail.com
Webside http://www.sman12pekanbaru.sch.id

4. Struktur Organisasi Sekolah


Adapun struktur dalam kepengurusan di SMA Negeri 12

Pekanbaru sebagai berikut:

Tabel IV.2
Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah Hj. Ermita,S.Pd,MM
Wakil Kepala Sekolah
a. Kurikulum Alirman,M.Pd
 Staf Kurikulum Dra. Yulita
Dora Surtika, SE
Gusmira,S.Pd
A. Asbar, S.Pd.I
Nurdyah Ayu W, S.Pd
b. Kesiswaan Raja Yulianis, S.Pd
 Staf Kesiswaan Muhammad Nazir, S.Pd
Saordina Rambe,S.Pd
Faizal, S.Pd.I
Carvani Ardi,S.Pd
Indra Irwansyah,S.Pd
Rina Novianti,S.Sos
c. Sarana dan Prasarana Yenni Yusmi,S.Pd
d. Hubungan Masyarakat Siti Rohana,S.Pd
Kepala Tata Usaha Sri Martini,SE
Koordinator Bimbingan Konseling Sri Oktarina,S.Psi
Koordinator Perpustakaan Carvani Ardi,S.Pd
Pengelola Laboratorium
a. Biologi Dra. Sri Yulianti
b. Kimia Lizana Maryanti,S.Pd
c. Fisika Dra. Desta Velly,M.Pd
5. Tenaga Pengajar
Tabel IV.3
Daftar Nama Tenaga Pengajar di SMA Negeri 12 Pekanbaru
PANGKAT/
NO NAMA L/P NIP GOLONGAN
1 Hj.Ermita,S.Pd,MM P 19720821 199802 2 001 Pembina TK.I / IV.b
2 Alirman, M.Pd L 19731214 199903 1 001 Pembina TK.1 / IV.b
3 Siti Rohana,S.Pd P 19720513 199802 2 001 Pembina TK.I / IV.b
4 Raja Yulianis, S.Pd P 19690702 200502 2 001 Pembina / IV.a
5 Yeni Yusmi, S.Pd P 19720714 200502 2 005 Pembina / IV.a
6 Dra.Hj.Ida Suryani,MM P 19630523 198803 2 002 Pembina TK.I / IV.b
7 Dra.Wismar Asturiyah,M.Pd P 19630727 199802 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
8 Dra. Hj. Itmawati P 19621024 199103 2 001 Pembina TK I/ IV.b
9 Fauza,S.Pd P 19670411 199001 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
10 Dra. Sri Yulianti P 19650703 199503 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
11 Dra. Yulita P 19660721 199703 2 001 Pembina TK.I/ IV.b
12 Dra. Desta Velly P 19661207 199403 2 001 Pembina TK. I/ IV.b
13 Muhammad Nazir, S.Pd L 19700626 199903 1 004 Pembina TK. I/ IV.b
14 Aliyasman, SE L 19650202 199603 1 005 Pembina / IV.a
15 Watri Asni. S.Pd P 19631231 198512 2 028 Pembina / IV.a
16 Zuhri Nurwati,S.Pd P 19650515 198901 2 004 Pembina / IV.a
17 Ratifah Sundari.S.Spd P 19710127 199301 2 002 Pembina / IV.a
18 Safran, S.Pd L 19690209 199412 1 004 Pembina / IV.a
19 Nelwita, S.Pd P 19721225 200701 2 011 Pembina / IV.a
20 Susanti,S.Pd. P 19780212 200312 2 007 Pembina / IV.a
21 Budiawati,S.Pd P 19760816 200501 2 006 Pembina / IV.a
22 Dora Surtika,SE.Ak. P 19780529 200501 2 003 Pembina / IV.a
23 Yeni Fitriana,S.Pd P 19790803 200312 2 004 Pembina/IV .a
24 Hastriani Tuti,S.Pd P 19711008 199903 2 003 Pembina/IV. A
25 Lizana Maryanti, S.Pd P 19760306 200501 2 010 Pembina/IV. A
26 Zamharil, S.Pd L 19720912 200501 1 009 Penata Tk. I/III.d
27 Indah Fitria, M.Pd P 19820722 200604 2 007 Penata Tk. I/III.d
28 Zulfanitra,S.Pd P 19741031 200801 2 010 Penata TK. I/III.d
29 Nina Susila Yenti, SS P 19720812 200501 2 008 Penata Tk I / III.d
30 Intan Mestika,S.Psi P 19800120 201001 2 014 Penata Tk I / III.d
31 Sri Oktarina Bulkaini, S.Psi P 19831019 200903 2 002 Penata Tk. I/III.d
32 Saordina Rambe,S.Pd P 19850615 201001 2 028 Penata Tk. I/III.d
33 Elli Zarni, M.Pd P 19800417 200903 2 005 Penata Tk. I/III.d
34 Andi Afriza Ds, M.Pd P 19840404 200903 2 017 Penata III/c
35 Meli Marlina, S.Pd P 19850724 201102 2 001 Penata III/c
36 Lisnur Yarahandria, S.Sn P 19830123 201102 2 004 Penata III/c
37 Afrida Yenni, S.Pd P 19850404 201001 2 020 Penata III/c
38 Nola Fitri Andris, S.Sos P 19830710 201102 2 001 Penata III/c
39 Yunita Danora, S. Si, M.Pd P 19820601 201001 2 010 Penata III/c
40 Ittihadul Kemal,S.Pd L 19651206 200701 1 003 Penata Muda Tk.I / III.b
41 Rokhaini, S.Ag P 19740412 200904 2 002 Penata III/c
42 Gusmira,S.Pd P 19760828 201407 2 002 Penata Muda Tk.I / III.b
43 Luxviati, M.Pd P 19740727 201407 2 003 Penata Muda Tk.I / III.b
(Sumber: Data SMA Negeri 12 Pekanbaru 2023)

6. Peserta Didik

Berdasarkan Sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) SMA

Negeri 12 Pekanbaru, berikut ini adalah daftar jumlah peserta didik di

SMA Negeri 12 Pekanbaru:

Tabel IV.4
Daftar Jumlah Siswa di SMA Negeri 12 Pekanbaru
No. Kelas Jumlah
1 X MIPA 240
2 X IPS 200
3 XI MIPA 215
4 XI IPS 215
5 XII MIPA 215
6 XII IPS 213
Total 1298

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama 4

pertemuan.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada

RPP berbasis pendekatan problem solving. Adapun deskripsi kegiatan

pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving pada

kelas eksperimen, dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan keperluan dalam penelitian,

yaitu merencanakan waktu penelitian dengan pihak sekolah dan guru

bidang studi matematika, menentukan kelas yang akan diteliti yaitu

dikelas XI dan juga menentukan materi yang akan diajarkan. Selain


itu, peneliti juga mempersiapkan instrumen penelitian seperti,

silabus, RPP, lembar observasi dan lembar permasalahan untuk

setiap pertemuan untuk mengetahui perkembangan dari kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan pertama ini, Alhamdulillah peneliti

mendapat sambutan hangat dari siswa-siswa kelas XI IPS 1

sambil peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu. Peneliti

memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam pembuka

dan berdoa, kemudia peneliti akan memulai pembelajaran yang

akan dilakukan dengan pendekatan problem solving dan sesuai

dengan RPP untuk pertemuan pertama dengan materi matriks.

Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi serta

mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan materi

yang akan dibahas. Peneliti memberikan satu buah contoh

permasalahan kemudian ditransformasikan kedalam bentuk

matriks untuk dipecahkan.

Selesai dengan pembahasan tersebut peneliti

menginstruksikan siswa membentuk kelompok secara acak yang

terdiri dari 6 orang/kelompok. Kemudian peneliti memberikan

permasalahan di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


Dalam proses pengerjaan peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk seluruh anggota kelompok seperti apa yang

pertama kali kalian lakukan saat mengerjakan soal, apa saja yang

harus kalian selesaikan, dan apa yang dapat kalian pahami dari

penyelesaian tersebut. Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya.

Diskusi terlaksana dengan baik, hanya saja masih banyak

diantara mereka yang belum terbiasa dengan menulis yang

diketahui dan yang ditanya dalam soal-soal tersebut. Oleh karena

itu, peneliti selalu mengingatkan siswa-siswa agar menuliskan

informasi-informasi yang terdapat dalam permasalahan terlebih

dahulu. Setelah itu, peneliti menginstruksikan salah satu dari

perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan

hasil dari pekerjaan nya di depan kelas. Setelah selesai

presentasi, peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi hasil dari presentasi tersebut. Selanjutnya

peneliti memberikan penguatan serta tambahan informasi materi

dan memberikan penilaian pada setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan


mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pada pertemuan pertama ini, peneliti masih kurang baik

dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem

solving. Siswa masih sedikit canggung dan kurang fokus

terhadap pembelajaran yang baru mereka alami. Beberapa siswa

juga kurang andil dalam kegiatan diskusi. Untuk pertemuan

selanjutnya, peneliti lebih mempersiapkan kelas serta

memberikan materi dengan menggunakan konsep yang

sederhana sehingga siswa mudah memahami dan menyelesaikan

permasalahan lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan kedua ini, peneliti memulai pembelajaran

dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti akan memulai

pembelajaran yang akan dilakukan dengan pendekatan problem

solving dan sesuai dengan RPP pertemuan kedua. Kegiatan awal,

peneliti meminta ketua kelas untuk mempersiapkan dan

memimpin doa kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa.

Materi pada pertemuan kedua ini adalah operasi-operasi

pada matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi


serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas.

Selesai dengan pembahasan tersebut peneliti

menginstruksikan siswa membentuk kelompok secara acak yang

terdiri dari 6 orang/kelompok. Kemudian peneliti memberikan

permasalahan di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Dalam proses pengerjaan peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk seluruh anggota kelompok seperti apa yang

pertama kali kalian lakukan saat mengerjakan soal, apa saja yang

harus kalian selesaikan, dan apa yang dapat kalian pahami dari

penyelesaian tersebut. Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di

depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan

serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.
Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan kedua ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya, beberapa siswa menunjukkan perkembangan dalam

pembelajaran yang cukup baik pada kegiatan diskusi sehingga

siswa bisa menyelesaikan permasalahan dengan baik walaupun

masih ada sebagian siswa yang kurang. Jika peneliti bertanya

secara personal kepada siswa, masih banyak siswa yang kurang

tepat dalam merencanakan strategi penyelesaian sehingga dalam

menyelesaikan masalah tidak tepat.

c. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti memulai pembelajaran

dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti akan memulai

pembelajaran yang akan dilakukan dengan pendekatan problem

solving dan sesuai dengan RPP pertemuan ketiga. Kegiatan awal,

peneliti meminta ketua kelas untuk mempersiapkan dan

memimpin doa kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa.


Materi pada pertemuan ketiga ini adalah determinan pada

matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi

serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas. Sama hal dengan pertemuan

sebelumnya, peneliti menginstruksikan siswa membentuk

kelompok secara acak yang terdiri dari 6 orang/kelompok.

Kemudian peneliti memberikan permasalahan di dalam Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD). Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya. Pada pertemuan ini siswa-siswa sudah

banyak mengalami peningkatan seperti memahami masalah,

siswa dapat membuat apa yang diketahui dan ditanya tanpa

diingatkan. Namun tetap peneliti juga harus mengarahkan dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di

depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan


serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan ketiga ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya, namun masih belum dikatakan sempurna. Pada

kegiatan diskusi ini siswa sudah mampu menyelesaikan

permasalahan dengan baik walaupun masih ada sebagian siswa

yang kurang tepat dan juga dalam mengecek kembali jawaban

serta membuat kesimpulan, tetapi pada pertemuan kali ini siswa-

siswa sudah lebih baik dalam memahami masalah.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 45

menit. Pada pertemuan keempat ini, peneliti memulai

pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian peneliti

akan memulai pembelajaran yang akan dilakukan dengan

pendekatan problem solving dan sesuai dengan RPP pertemuan


keempat. Kegiatan awal, peneliti meminta ketua kelas untuk

mempersiapkan dan memimpin doa kemudian peneliti mengecek

kehadiran siswa.

Materi pada pertemuan keempat ini adalah invers pada

matriks. Peneliti menyampaikan tujuan dan mempersiapkan

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi

serta mendorong siswa untuk menyatakan ide-ide berdasarkan

materi yang akan dibahas. Sama hal dengan pertemuan

sebelumnya, peneliti menginstruksikan siswa membentuk

kelompok secara acak yang terdiri dari 6 orang/kelompok.

Kemudian peneliti memberikan permasalahan di dalam Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD). Lalu siswa diarahkan oleh peneliti

melakukan diskusi untuk memahami masalah, dan membimbing

setiap kelompok yang merasa kesulitan dalam

menyelesaikannya. Pada pertemuan ini siswa-siswa sudah

banyak mengalami peningkatan seperti memahami masalah,

siswa dapat membuat apa yang diketahui dan ditanya tanpa

diingatkan. Namun tetap peneliti juga harus mengarahkan dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.

Diskusi terlaksana dengan baik, peneliti selalu mengingatkan

siswa-siswa agar menuliskan informasi-informasi yang terdapat

dalam permasalahan terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan salah satu dari perwakilan masing-masing

kelompok untuk mempresentasikan hasil dari pekerjaan nya di


depan kelas. Setelah selesai presentasi, peneliti memberikan

kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil dari

presentasi tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penguatan

serta tambahan informasi materi dan memberikan penilaian pada

setiap kelompok.

Kemudian peneliti memberikan ice breaking (refreshing),

setelah itu dan semua pembahasan materi pertemuan selesai,

peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran

mengenai materi yang dipelajari serta pertanyaan-pertanyaan

mengulang materi tersebut agar peneliti mengetahui seberapa

pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari serta

mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada

pertemuan keempat ini sudah lebih baik dari pertemuan

sebelumnya dan siswa aktif dalam berdiskusi. Pada pertemuan

keempat ini peneliti sudah dapat menerapkan pendekatan

problem solving dalam pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Seluruh materi sudah tersampaikan dengan baik dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa pada pertemuan ini sudah

lebih baik dari pertemuan sebelum-sebelumnya.

e. Pelaksanaan posttest

Posttest dilakukan setelah semua materi selesai baik dikelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pada saat posttest peneliti


membagikan 4 soal uraian kemampuan pemecahan masalah

matematis kepada siswa dalam waktu pengerjaan 90 menit.

Pelaksanaan posttest berjalan dengan tertib.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Lembar Observasi Aktivitas


Hasil perhitungan lembar observasi aktivitas guru dan lembar

observasi aktivitas siswa dirangkum dalam Tabel IV.5. Perhitungan

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel IV.5
Rekapitulasi Lembar Observasi
Pertemuan Hasil Observasi Hasil Observasi
Ke Guru Siswa
1 82% 68,5%
2 85% 80,5%
3 90,2% 84%84%
4 98% 91%
Rata-rata 88,8% 81%

Berdasarkan hasil rekapitulasi lembar observasi aktivitas guru

dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan

pendekatan problem solving peneliti memperoleh peningkatan setiap

pertemuannya. Rata-rata yang diperoleh oleh peneliti dari awal

pertemuan hingga akhir pertemuan sudah tergolong kategori baik

dengan nilai 88,8% untuk aktivitas guru dan 81% untuk aktivitas

siswa.

2. Hasil Uji Angket Curiosity

Angket curiosity siswa pada penelitian ini di analisis untuk

dikelompokkan dengan kriteria tinggi, sedang, dan rendah.


Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada tabel IV.6

berikut ini:

Tabel IV.6
Kriteria Pengelompokkan Curiosity
Kriteria Syarat Eksperimen Kontrol
Tinggi X ≥ 79,113 8 3
Sedang 56,519 < X < 79,113 25 21
Rendah X ≤ 56,519 3 11

Berdasarkan kriteria pengelompokkan Curiosity, dapat

dilihat bahwa siswa yang memperoleh skor sama atau lebih dari

79,113 berarti siswa tersebut termasuk kedalam siswa yang memiliki

Curiosity tinggi. Sedangkan siswa yang memperoleh skor antara

56,519 sampai 79,113 termasuk siswa yang memiliki Curiosity

sedang. Apabila siswa memperoleh sama atau kurang dari 56,519

maka siswa tersebut termasuk kedalam siswa yang memiliki

Curiosity rendah.

3. Analisis Data Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis
a. Analisis Secara Deskriftif
Berdasarkan hasil posttest kemampuan pemecahan masalah,

diperoleh rata-rata skor posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada Tabel IV.7

Tabel IV.7
Rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol
No Kelas Xmax Xmin Rata-rata SD
1. Eksperimen 91 50 70,1 23,68
2. Kontrol 71 37 52,42 10,82

Berdasarkan tabel IV.7 dapat dilihat bahwasannya skor

tertinggi dan terendah yang diperoleh dari siswa kelas


eksperimen secara berturut-turut adalah 91 dan 50. Sedangkan

untuk kelas kontrol skor tertinggi dan terendah secara berturut-

turut adalah 72 dan 37. Adapun rata-rata skor kelas eksperimen

adalah 70,1 dan kelas kontrol adalah 52,42. Standar deviasi (SD)

pada kelas eksperimen adalah 23,68 sedangkan pada kelas

kontrol adalah 10,82. Pada diagram berikut dapat dilihat

sebagaimana grafik untuk kelas eksperimen dan kontrol:

100 91
80 70,1 72
52,42 Xmax
60 50
37 Xmin
40
23,68 Rata-rata
20 10,82
SD
0
Eksperimen Kontrol

Gambar IV.1
Diagram Nilai Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Analisis secara Inferensial


1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas nilai data posttest dapat dilihat

pada lampiran dan terangkum pada Tabel IV.8

Tabel IV.8
Uji Normalitas posttest
Kelas Xhitung Xtabel Kriteria
Eksperimen 10,34754 11,07 Normal
Kontrol 9,7538 11,07 Normal
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

diketahui bahwa Xhitung dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol lebih kecil Xtabel sehingga disimpulkan bahwa data

kedua kelas tersebut berdistribusi normal.


2) Uji Homogenitas
Hasil uji normalitas nilai data posttest dapat dilihat

pada lampiran dan terangkum pada Tabel IV.9.

Tabel IV.9
Uji Homogenitas posttes
Nilai Variansi Kelas
Sampel Eksperimen Kontrol
S 122,720 119,784
N 36 35

Karena dan , maka

, sehingga dapat disimpulkan variansi-

variansi adalah homogen.

3) Uji Anova Dua Arah


Hipotesis I :
H0 : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran problem solving dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

Ha : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran problem solving dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

Hipotesis II :
Ha : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memiliki Curiosity

tinggi, sedang, dan rendah.


H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang memiliki Curiosity

tinggi, sedang, dan rendah.

Hipotesis III :

Ha : Terdapat interaksi antara pembelajaran pendekatan

problem solving dengan curiosity terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

H0 : Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran

pendekatan problem solving dengan curiosity

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka

teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk

menguji hipotesis 1,2 dan 3 yaitu menggunakan uji anova

dua arah. Dalam hal ini, uji yang dilakukan dengan kriteria

jika nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka

H0 diterima. Namun, jika signifikan yang diperoleh lebih

besar dari 0,05 maka Ha diterima. Hasil perhitungan uji

anova dua arah dapat dilihat pada tabel dan perhitungan

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel IV.10
Hasil Uji Anova Dua Arah
Sumber Jumlah Df Variansi
data kuadrat
Baris 7554,124 1 7554,124 67,528 3,98
Kolom 8535,735 2 4267,867 38,151 3,13
Interaksi -1633,792 2 -816,896 -7,302 3,13
Menurut Sugiyono berpendapat bahwa apabila nilai kelompok kelas

eksperimen lebih tinggi dan signifikan dari kelompok kelas kontrol,

maka itu berpengaruh positif , apabila hasilnya sama maka tidak

berpengaruh dan apabila hasilnya kelompok kelas eksperimen lebih

rendah dari kelompok kelas kontrol maka berpengaruh negatif.2

Membandingkan nilai dengan , adapun hasil yang didapati

oleh kelompok kelas eksperimen dimana rata-rata nilainya adalah 70,1

sedangkan kelompok kelas kontrol adalah 52,42. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa berpengaruh positif, sehingga:

a. Hipotesis Pertama

Untuk hipotesis pertama (antara baris pendekatan pembelajaran)

didapat > , yaitu 67,528 > 3,98 dengan demikian H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara siswa

yang mengikuti pembelajaran pendekatan problem solving dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis Kedua

Untuk hipotesis kedua (antara kolom curiosity) didapatkan

> , yaitu 38,151 > 3,13. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha

diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa antara siswa yang memiliki

curiosity tinggi, sedang, dan rendah.

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2013), hlm.120.
c. Hipotesis Ketiga

Untuk hipotesis ketiga (interaksi pendekatan dengan curiosity)

didapat < , yaitu -7,302 < 3,13. Dengan demikian H0

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat

interaksi antara pendekatan pembelajaran problem solving dengan

curiosity terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa pada materi matriks menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematis yang menggunakan

pembelajaran dengan pendekatan problem solving lebih baik dari siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional. Analisis data

menunjukkan rata-rata kelas eksperimen dan rata-rata kelas kontrol

secara berturut-turut adalah 70,1 dan 52,42. Perolehan rata-rata nilai

tersebut menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan pembelajaran

pendekatan problem solving lebih efektif dalam mempengaruhi

kemampuan pemecahan masalah matematis bila dibandingkan dengan

kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Sama hal dengan penelitian dilakukan oleh Saputri dan

Wardani. Dari hasil penelitiannya diperoleh pembelajaran pendekatan

problem solving merupakan suatu temuan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan problem solving memberikan pengaruh positif atau lebih


efektif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dalam pembelajaran salah satunya pelajaran

matematika.3 Sedangkan menurut Citra Maesari, dkk mengemukakan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat jika

menggunakan pembelajaran dengan pendekatan problem solving.

Dengan demikian dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan

problem solving menjadi salah satu saran yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran di sekolah.4 Penelitian ini mendukung teori Irfan

yang mengatakan bahwa problem solving merupakan suatu proses yang

dirancang untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah dan

problem solving bermakna ganda yaitu proses memecahkan masalah itu

sendiri serta hasil dari upaya memecahkan masalah atau solution

(solusi).5

Berdasarkan analisis data yang diperoleh oleh peneliti tentang

kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol memperoleh hasil yang berbeda. Hal ini dilihat dari rata-

rata nilai posttest pada masing-masing kelas dan juga analisis posttest

yang menggunakan uji anova dua arah:

3
Saputri Y dan Wardani K, “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dan
Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika,”
2021-04-10 Vol 5, no. Jurnal Cendekia: Jurnal Matematika: No 2.
4
Citra Maesari, Rusdial Marta, dan Yusnira, “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa,” Tahun
2020 Volume 2: No 1.
5
Irfan Taufan dan Syarif Nur, Model Pembelajaran Problem Posing & Solving :
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, 184 halaman (Oktober 2018).
1. Hipotesi Pertama

Hasil analisis data yang sudah disajikan sebelumnya menyatakan

bahwa > , yaitu 67,528 > 3,98 dengan demikian H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara siswa

yang mengikuti pembelajaran problem solving dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional di SMA Negeri 12

Pekanbaru.

2. Hipotesis Kedua

Pada hipotesis kedua, diperoleh bahwa > , yaitu

38,151 > 3,13. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.

Artinya bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa antara siswa yang memiliki Curiosity tinggi,

sedang, dan rendah. Apabila dilihat dari hasil siswa antara siswa

yang memiliki curiosity tiggi, sedang dan rendah berdasarkan soal

kemampuan pemecahan masalah yang sudah mencangkup semua

indikator pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Curiosity tinggi

Siswa yang memiliki curiosity tinggi mempunyai kemampuan

pemecahan masalah yang dapat menyelesaikan soal dengan

baik dan sesuai indikator yang ada. Berikut adalah jawaban

siswa yang memiliki curiosity tinggi pada kelas eksperimen dan

kontrol untuk soal dengan kriteria:


 Soal sukar

Gambar IV.2
Lembar Jawaban Siswa E28

Gambar IV.3
Lembar Jawaban Siswa K07

Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sukar pada kategori Curiosity

tinggi yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap


indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E28 dapat menyelesaikan soal dengan baik sesuai

indikator sehingga memperoleh skor maksimal yaitu 10. Sedangkan

siswa kelas kontrol K07 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity

tinggi namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga

skor yang diperoleh siswa K07 adalah 8. Untuk seluruh siswa

eksperimen yang dikategori curiosity tinggi pada soal kriteria sukar

memperoleh hasil sebesar 78,5 sedangkan untuk siswa kelas kontrol

pada kategori curiosity tinggi pada soal kriteria sukar memperoleh

hasil sebesar 51.

 Soal sedang

Gambar IV.4
Lembar Jawaban Siswa E24
Gambar IV.5
Lembar Jawaban Siswa K17

Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sedang pada kategori Curiosity

tinggi yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap

indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E24 dapat menyelesaikan soal dengan baik sesuai

indikator sehingga memperoleh skor maksimal yaitu 10. Sedangkan

siswa kelas kontrol K17 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity

tinggi namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga

skor yang diperoleh siswa K17 adalah 8. Untuk seluruh siswa

eksperimen yang dikategori curiosity tinggi pada soal kriteria sedang

memperoleh hasil sebesar 78,5 sedangkan untuk siswa kelas kontrol


pada kategori curiosity tinggi pada soal kriteria sukar memperoleh

hasil sebesar 51.

b. Curiosity sedang

Siswa yang memiliki curiosity sedang mempunyai kemampuan

pemecahan masalah yang dapat menyelesaikan soal dengan

cukup baik dan cukup sesuai indikator yang ada. Berikut adalah

jawaban siswa yang memiliki curiosity sedang pada kelas

eksperimen dan kontrol untuk soal dengan kriteria:

 Soal sukar

Gambar IV.6
Lembar Jawaban Siswa E18

Gambar IV.7
Lembar Jawaban Siswa K02
Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sukar pada kategori Curiosity

sedang yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap

indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E18 dapat menyelesaikan soal dengan cukup baik sesuai

indikator sehingga memperoleh skor yaitu 8. Sedangkan siswa kelas

kontrol K02 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity sedang

namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga skor

yang diperoleh siswa K02 adalah 6. Untuk seluruh siswa eksperimen

yang dikategori curiosity sedang pada soal kriteria sukar

memperoleh hasil sebesar 69,2 sedangkan untuk siswa kelas kontrol

pada kategori curiosity sedang pada soal kriteria sukar memperoleh

hasil sebesar 50,58.

 Soal sedang

Gambar IV.8
Lembar Jawaban Siswa E20
Gambar IV.9
Lembar Jawaban Siswa K10

Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sedang pada kategori Curiosity

sedang yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap

indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E20 dapat menyelesaikan soal dengan cukup baik sesuai

indikator sehingga memperoleh skor yaitu 8. Sedangkan siswa kelas

kontrol K10 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity sedang

namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga skor

yang diperoleh siswa K10 adalah 6. Untuk seluruh siswa eksperimen

yang dikategori curiosity sedang pada soal kriteria sedang

memperoleh hasil sebesar 69,2 sedangkan untuk siswa kelas kontrol


pada kategori curiosity sedang pada soal kriteria sedang memperoleh

hasil sebesar 50,58.

c. Curiosity rendah

Siswa yang memiliki curiosity rendah mempunyai kemampuan

pemecahan masalah yang dapat menyelesaikan soal dengan

kurang baik dan kurang sesuai indikator yang ada. Berikut

adalah jawaban siswa yang memiliki curiosity rendah pada

kelas eksperimen dan kontrol untuk soal dengan kriteria:

 Soal sukar

Gambar IV.10
Lembar Jawaban Siswa E16

Gambar IV.11
Lembar Jawaban Siswa K34
Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sukar pada kategori Curiosity

rendah yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap

indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E16 dapat menyelesaikan soal dengan kurang sesuai

indikator sehingga memperoleh skor yaitu 6. Sedangkan siswa kelas

kontrol K34 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity rendah

namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga skor

yang diperoleh siswa K34 adalah 4. Untuk seluruh siswa eksperimen

yang dikategori curiosity rendah pada soal kriteria sukar

memperoleh hasil sebesar 64,67 sedangkan untuk siswa kelas

kontrol pada kategori curiosity rendah pada soal kriteria sukar

memperoleh hasil sebesar 54,5.

 Soal sedang

Gambar IV.12
Lembar Jawaban Siswa E35
Gambar IV.13
Lembar Jawaban Siswa K01

Berdasarkan hasil kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa untuk kriteria soal sedang pada kategori Curiosity

rendah yang siswa belajar dengan pendekatan problem solving dan

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan

hasil yang berbeda. Dari siswa menyelesaikan soal dengan setiap

indikator pemecahan masalah pada soal menunjukkan siswa kelas

eksperimen E35 dapat menyelesaikan soal dengan kurang sesuai

indikator sehingga memperoleh skor yaitu 6. Sedangkan siswa kelas

kontrol K01 dapat menyelesaikan pada kategori curiosity rendah

namun cara penyelesaiannya kurang sesuai indikator sehingga skor

yang diperoleh siswa K01 adalah 4. Untuk seluruh siswa eksperimen

yang dikategori curiosity rendah pada soal kriteria sedang

memperoleh hasil sebesar 64,67 sedangkan untuk siswa kelas

kontrol pada kategori curiosity rendah pada soal kriteria sedang

memperoleh hasil sebesar 54,5.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti


pembelajaran pendekatan problem solving dengan siswa yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran konvensional jika berdasarkan

Curiosity siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Selanjutnya, pada hipotesis ketiga diperoleh < ,

yaitu -7,302 < 3,13. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Hal

ini berarti bahwa tidak dapat interaksi antara pembelajaran pendekatan

problem solving dengan Curiosity terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Hal ini sejalan dengan penelitian relevan yang dikemukakan oleh

Moh. Ali Husni bahwa problem solving tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel curiosity akan tetapi dapat meningkatkan

curiosity oleh karena itu, pembelajaran matematika dengan pendekatan

problem solving tidak efektif ditinjau dari curiosity siswa terhadap

matematika.6 Kemudian, Paintz mengemukakan bahwa tidak terjadinya

interaksi antara model pembelajaran dan variabel moderator terhadap

variabel terikat karena adanya pengaruh yang utama yang kuat dari

variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel variabel

terikat.7 Selanjutnya, menurut Edy bahwa tidak terjadinya interaksi

disebabkan jika dua variabel bebas atau lebih membawa pengaruh-

pengaruh secara terpisah yang sangat kuat terhadap variabel terikat.8

6
Moh. Ali Husni, “Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing dan
Problem Solving Ditinjau dari Prestasi dan Curiosity,” juni 2014, No 1, Volume 9: 11–21.
7
T Paintz, “Benefits of Corperative Learning in Relation to Student Motivation,”
8
Edy Suprapto, “pengaruh pembelajaran kontekstual, pembelajaran langsung dan motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar kognitif,” 2015, No 1, Vol.XI (2015): hlm.37.
Oleh karena itu, secara garis besar menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan dan Curiosity siswa mempunyai

posisi sendiri terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Selain itu, Curiosity bukan hal yang berpengaruh besar terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, mengingat karena

Curiosity berkaitan dengan sikap sedangkan kemampuan pemecahan

masalah lebih kepada keterampilan siswa yang tidak cukup dengan

sikap positif saja melainkan juga dipengaruhi dengan pemahaman

konsep, pembelajaran, latihan soal, pendekatan dan strategi

pembelajaran yang digunakan. Artinya, tidak adanya interaksi antara

pendekatan pembelajaran dengan variabel moderator terhadap variabel

terikat karena adanya pengaruh utama yang kuat dari variabel bebas dan

moderator terhadap variabel terikat, sehingga melemahkan interaksi

yang ada.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan masih

terdapat kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan penelitian

sebagai berikut:

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu tempat yaitu SMA Negeri

12 Pekanbaru sebagai tempat penelitian. Oleh karena itu, terdapat

kemungkinan hasil yang berbeda apabila penelitian ini dilakukan

pada tempat yang berbeda.


3. Penelitian dilakukan pada waktu terbatas, karena peneliti hanya

memiliki waktu sesuai dengan keperluan (materi) yang

berhubungan dengan penelitian. Akan tetapi penelitian ini sudah

memenuhi syarat penelitian ilmiah walaupun dengan waktu yang

singkat.

4. Penelitian ini hanya meneliti tentang proses pembelajaran

menggunakan pendekatan problem solving pada materi matriks

saja.

Anda mungkin juga menyukai