Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Menurut Suryani (2015:30), menjelaskan bahwa “Signalling theory yaitu

tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang

sudah dilakukan oleh perusahaan untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Perusahaan yang memiliki prospek yang baik akan berusaha menghindari

penjualan saham perusahaan serta mengupayakan perolehan modal baru dengan

cara lain, dan bila prospeknya kurang menguntungkan, maka akan cenderung

menjual sahamnya.

Informasi perusahaan ialah unsur yang berpengaruh bagi investor, dikarenakan

informasi perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan

di masa sekarang maupun pada masa depan. Informasi perusahaan yang lengkap,

relevan, dan akurat diperlukan oleh investor di dalam menentukan keputusan.

Laporan tahunan merupakan salah satu informasi yang bisa digunakan sebagai

sinyal bagi pihak di luar perusahaan. Laporan tahunan ini berisi informasi

akuntansi, berupa laporan keuangan, serta informasi nonakuntansi berupa informasi

selain laporan keuangan.


Dengan tersedianya teori sinyal tersebut, pihak manajemen perusahaan

pasti menyampaikan informasi pada investor, sehingga bisa memberikan informasi

mengenai keadaan serta prospek perusahaan. Dari informasi yang diterima

investor, maka investor bisa menentukan perusahaan mana yang mempunyai

nilai perusahaan yang baik, yang mana akan mendatangkan keuntungan bagi

investor. Investasi yang dikeluarkan perusahaan diharapkan menjadi sinyal positif

terhadap tingkat perkembangan perusahaan pada masa depan, yang mana hal

tersebut juga mampu menaikkan nilai perusahaan yang direfleksikan dari harga

saham perusahaan (Jama’an, 2008:5).

Dari teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa signaling theory sangat

membantu bagi para investor mengenai informasi guna memudahkan untuk

mengambil keputusan, apakah dengan memperhitungkan aspek dari nisbah bagi

hasil, nilai tukar dan deposito mudharabah akan mendatangkan keuntungan atau

tidak bagi para invetor.

Teori sinyal berhubungan dengan variabel penelitian karena dengan adanya

laporan keuangan yang dihasilkan dari pembiayaan – pembiayaan dapat

meningkatkan laba bersih pada laporan keuangan yang biasa digunakan para deposan

(investor) sebagai acuan berinvestasi pada perusahaan tersebut.

2.1.2. Bank Umum Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam
meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan

usahanya sesuai dengan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak

lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri atau

lembaga. Pembiayaan merupakan pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang direncanakan. Pembiayaan jual beli merupakan salah satu cara yang

ditempuh Bank Syariah dalam rangka menyalurkan dana kepada masyarakat.

Pembiayaan jual beli menjadi bisnis yang paling dominan dan disenangi oleh bank-

bank syariah karena nyaris tanpa resiko.

Dasar hukum pembiayaan terkandung dalam Al-Qur’an surat An-Nisa (4) ayat:

29 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang

berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”.

2.1.3. Murabahah KPRS

Murabahah Berasal dari kata dasar ribh yang artinya keuntungan, laba,

tambahan (margin). Sehingga dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah salah satu

akad muamalah dalam bentuk jual beli yang dijalankan menggunakan instrument

mengambil keuntungan. KPR Syariah adalah produk perbankan untuk pembiayaan

kepemilikan rumah yang sesuai dengan prinsip syariah.

Menurut Wiroso dalam bukunya, murabahah didefinisikan oleh para fuqaha


sebagai penjualan barang sehingga biaya/ harga pokok (cost) barang tersebut ditambah

mark-up/ keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual

harus memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan

jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

Menurut Reyhan Kenardi Dewanto dan Adam Sugiarto, (2023) “Murabahah

adalah jual beli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Pada pembiayaan dengan skema murabahah, bank adalah

penjual sedangkan nasabah yang memerlukan barang adalah pembeli. Keuntungan

yang diperoleh bank dalam pembiayaan ini adalah berupa margin atau selisih antara

barang yang dijual oleh bank dengan harga pokok pembelian barang”.

Menurut Purwati dan Fitri Sagantha, (2022) “Murabahah adalah transaksi jual

beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya, Bank bertindak sebagai

penjual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli

bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam perbankan murabahah

selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Pembiayaan murabahah yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah total pembiayaan murabahah yang disalurkan

bank syariah. Total pembiayaan murabahah diukur dengan logaritma natural dari nilai

pembiayaan murabahah pada akhir tiap tahun”.

Dasar hukum Murabahah terkandung dalam Al–Qur’an Surah Al–Baqarah (2)

ayat: 275 yang artinya : “ Dan Allah SWT. Menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. Secara hukum di Indonesia, akad Murabahah diatur berdasarkan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/2000 mengenai Murabahah. Dalam fatwa

tersebut, Murabahah merupakan penjualan barang yang menekankan harga beli kepada

pembeli dan pembeli bersedia membeli dengan harga lebih tinggi sebagai perolehan

keuntungan penjual.

Rukun dan syarat sah akad murabahah diatur dalam pasal 22 KHES (Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah) yang meliputi subjek akad (al ‘aqidain), objek akad

(mahallul ‘aqad), tujuan akad (maudhu’ul aqad), dan kesepakatan atau Ijab dan Kabul

(sighat al-’aqad).

Secara rinci, rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam Akad Murabahah adalah:

1. Pihak yang berakad (Al-’aqidain)

 Penjual (Bank)

 Pembeli (Nasabah)

 Pemasok

2. Objek akad (Mahallul ‘Aqad)

 Adanya wujud barang yang diperjualbelikan

 Harga barang

3. Tujuan Akad (Maudhu’ul Aqad)

4. Akad (Sighat al-’Aqad)

 Serah (Ijab)

 Terima (Kabul)
Sementara itu syarat agar akad Murabahah sah antara lain, penjual harus jujur

menginformasikan harga pokok kepada kembeli; dilakukan sesuai rukun dan prinsip

Islam; bebas riba; serta adanya transparansi antara penjual dan pembeli. Dengan

terpenuhinya rukun dan syarat, maka baik bank maupun nasabah dapat memilih

mekanisme pembayaran berdasarkan jenis-jenis jual beli Murabahah. Menurut Buku

Standar Produk Murabahah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mekanisme pembayaran

berdasarkan jenis-jenis jual beli Murabahah terbagi atas dua, yakni:

a. Murabahah dengan tunai, yang artinya jual beli barang di mana bank

bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.

b. Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil), yang artinya jual beli barang di

mana harga jual dicantumkan dalam akad jual beli.

Sedangkan mekanisme pembiayaan murabahah yaitu :

a. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk membeli barang

b. Bank nasabah melakukan negosiasi harga barang, persyaratan, dan cara

pembayaran

c. Bank dan nasabah bersepakatan melakukan transaksi menggunakan akad

murabahah

d. Bank membeli barang dari supplier sesuai spesifikasi yang diminta nasabah

e. Bank dan nasabah melakukan akad jual – beli (murabahah)

f. Supplier melakukan penghantaran barang kepada nasabah

g. Nasabah menerima barang dan dokumen

h. Nasabah melakukan pembayaran angsuran sebesar nominal pokok dan


margin kepada bank

Beberapa alasan mengapa transaksi murabahah begitu dominan dalam

pelaksanaan investasi perbankan Syariah, yaitu sebagai berikut:

1. Murabahah adalah mekanisme penanaman modal jangka pendek dengan

pembagian untung rugi/ bagi hasil.

2. Mark-up (keuntungan) data ditetapkan dengan cara yang menjamin bahwa bank

mampu mengembangkan dibandingkan dengan bank-bank yang berbasis bunga

dimana bank-bank Islam sangan kompetitif.

3. Murabahah menghindari ketidakpastian yang diletakkan dengan perolehan

usaha berdasarkan sistem bagi hasil.

4. Murabahah tidak mengizinkan bank Islam untuk turut campur dalam

manajemen bisnis karena bank bukanlah partner dengan klien tetapi

hubungan mereka adalah hubugan kreditur dengan debitur.

Pada PT BPRS Bina Amwalul Hasanah untuk meminimalisir resiko terhadap

pembiayaan murabahah yaitu dengan menyimpan jaminan dari nasabah berupa

sertifikat hak milik ataupun bpkb kendaraan kemudian dipasangkan pengikatan ke

notaris berupa hak tanggungan sehingga jaminan tersebut tidak dapat dilakukan

penerbitan ulang oleh nasabah yang melakukan penyalahgunaan. Dan juga nasabah

pembiayaan murabahah didaftarkan asuransi jiwa jika sewaktu-waktu meninggal

maka dapat diklaim untuk pelunasan sisa hutang nasbaah tersebut.


2.1.4. Istishna KPRS

Istishna adalah jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pesanan (pembeli) dan penjual

(pembuat). Akad istishna merupakan akad ghairu musamma dan merupakan salah satu

bentuk muamalah yang banyak dipraktekkan oleh masyarakat namun penerapan akad

istishna terkonsentrasi pada perbankan untuk pembiayaan skala besar seperti

pembiayaan kepemilikan rumah (KPR / PPR).

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak

lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri atau

lembaga. Pembiayaan merupakan pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang direncanakan. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas

kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan

membeli atau memperbaiki rumah. Sehingga dapat disimpulkan Pembiayaan

kepemilikan rumah syariah adalah produk perbankan yang diperuntukkan bagi

pembiayaan kepemilikan rumah yang sesuai dengan prinsip syariah.

KPR Syariah pun dikeluarkan oleh perbankan syariah, sehingga pembiayaan

ini tidak menggunakan skema bunga namun dengan skema margin. Mekanisme

pembiayaan istishna, yaitu:

a. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk pemesanan rumah

b. Bank dan nasabah melakukan negosiasi harga barang, spesifikasi rumah,

persyaratan, dan cara pembayaran

c. Bank dan nasabah bersepakat melakukan transaksi menggunakan akad istishna


d. Bank dan developer membuat rumah sesuai dengan spesifikasi yang telah

diinginkan oleh nasabah

e. Bank dan nasabah melakukan akad jual – beli (istishna)

f. Developer menyelesaikan rumah pesanan sesuai keinginan nasabah

g. Bank, developer, dan nasabah melakukan serah terima unit rumah

h. Nasabah melakukan pembayaran angsuran sebesar pokok dan margin kepada

bank.

Mekanisme pembayaran Istishna harus disepakati dalam akad dan dapat

dilakukan dengan cara:

a. Pembayaran dimuka secara keseluruhan atau sebagian setelah akad namun

sebelum pembuatan barang.

b. Pembayaran saat penyerahan barang atau selama dalam proses pembuatan

barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai

dengan progres pembuatan aset Istishna.

c. Pembayaran ditangguhkan setelah penyerahan barang.

d. Kombinasi dari cara pembayaran di atas.

Metode pengakuan pendapatan Istishna dapat dilakukan dengan menggunakan

metode persentase penyelesaian dan metode akad selesai. Pada metode persentase

penyelesaian, Bank dapat mengakui pendapatan Istishna sebesar proporsi penyelesaian

barang pesanan. Sedangkan, pada metode akad selesai, Bank akan mengakui

pendapatan Istishna pada saat barang telah diserahkan kepada nasabah.

Pada PT BPRS Bina Amwalul Hasanah untuk meminimalisir resiko terhadap


pembiayaan istishna yaitu dengan menyimpan jaminan dari nasabah berupa sertifikat

hak milik kemudian dipasangkan pengikatan ke notaris berupa hak tanggungan

sehingga jaminan tersebut tidak dapat dilakukan penerbitan ulang oleh nasabah yang

melakukan penyalahgunaan. Dan juga nasabah pembiayaan istishna didaftarkan

asuransi jiwa jika sewaktu-waktu meninggal maka dapat diklaim untuk pelunasan sisa

hutang nasabah tersebut

2.1.5. Ijarah Multijasa Umroh

Ijarah Multijasa adalah produk pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan atas

manfaat akan suatu jasa. Tujuan pembiayaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan

nasabah secara konsumtif seperti Pendidikan, Ibadah, Kesehatan, Pariwisata, dan lain

sebagainya. Umroh menurut bahasa artinya ziarah (berkunjung). Sedangkan menurut

istilah, umroh adalah berkunjung ke baitullah melakukan thawaf dan sa’i tanpa

melakukan wukuf di arafah dalam waktu yang tidak ditentukan. Laba bersih adalah

keuntungan perusahaan selama satu periode akuntansi dimana hal ini mencakup semua

biaya dan pengeluaran yang dikeluarkan Perusahaan, yang dikurangkan dari

pendapatan.

Menurut Wiwik Hasbiyah AN dan Khotimatus Sadiyah, (2020) “ Menurut

bahasa ijarah adalah (menjual manfaat). Sedangkan menurut istilah syarak menurut

pendapat ulama Hanafiyah : ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan

pengganti. Transaksi non bagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi

berpola sewa atau ijarah. Ijarah, biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan, adalah

akad yang dilkukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah
dalam fikih islam dan berarti memberikan sesuatu untuk disewakan. Menurut Sayyid

Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian. Jadi, hakekatnya ijarah adalah penjualan manfaat”.

Ijarah multijasa dikembangkan di Indonesia setelah diterbitkannya Fatwa

Dewan Syariah nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Nomor 44 Tahun 2004

tertanggal 28 April 2004 tentang pembiayaan Ijarah Multijasa yang berbunyi :

“pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah

dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Akad yang digunakan dalam pembiayaan

multijasa ini ada dua, yaitu akad ijarah.”

Pembiayaan ijarah multijasa adalah produk pembiayaan dalam memenuhi

kebutuhan atas manfaat akan suatu jasa. Tujuan pembiayaan ini adalah untuk

memenuhi kebutuhan nasabah secara konsumtif seperti halnya pendidikan, kesehatan,

pariwisata dan lain - lain. Mekanisme pembiayaan ijarah multijasa umroh, yaitu :

a. Nasabah mengajukan permohanan kepada bank untuk pembeliaan paket umroh

b. Bank melakukan pengecekan slik ojk terhadap nama nasabah

c. Bank dan nasabah bersepekatan melakukan transaksi dengan akad ijarah

multijasa umroh

d. Bank dan nasabah melakukan akad ijarah multijasa terhadap pemesanan paket

umroh

e. Nasabah memilih travel dari rekanan bank

f. Nasabah melakukan transfer ujroh

g. Nasabah menerima paket umroh dan dokumen


h. Nasabah melakukan perjalanan umroh

i. Nasabah melakukan pembayaran angsuran sebesar pokok kepada bank

Pada PT BPRS Bina Amwalul Hasanah untuk meminimalisir resiko terhadap

pembiayaan ijarah multijasa umroh yaitu dengan mendaftarkan asuransi jiwa jika

sewaktu-waktu meninggal maka dapat diklaim untuk pelunasan sisa hutang nasabah

tersebut dan juga mendaftarkan asuransi kredit macet apabila sewaktu – waktu nasabah

tidak dapat melunasi hutangnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan upaya peneliti untuk mencari perbandingan

serta menemukan inspirasi baru pada penelitian selanjutnya, yaitu sebagai referensi

baik dari segi persamaan maupun perbedaan dalam penelitian. Maka peneliti perlu

mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian. Adapun hasil penelitian

terdahulu sebagaimana dirangkum dalam tabel dibawah ini :


Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul Metodelogi penelitian


Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan
Arif Tinjauan Dalam Metode dalam Sistem transaksi KPR
Rochman Hukum Islam Penelitian ini penelitian di BTN Syariah
(2017) Terhadap sama - sama sebelumnya Semarang
Sistem meneliti menggunakan menggunakan akad
Transaksi tentang Metode Murabahah dalam
Kredit pembiayaan Kualitatif dan produk KPR Platinum
Pemilikan KPR menghasilkan iB dan KPR Sejahtera
Rumah (KPR) Syariah. data deskriptif. dan akad Istishna
Di Bank Dalam produk KPR
Tabungan Indesya iB.
Negara Syariah
Semarang.

M. Mujtaba Analisis Dalam n Metode Kualita Konse pembiayaan


Mitra Zuana Implementasi Penelitian ini Perumahan Alam
(2018) Akad Istishna sama - sama yang diterapkan dari
Pembiayaan meneliti awal hingga akhir
Rumah (Studi tentang KPR menggunakan akad
Kasus Syariah. dan transakasi
Perumahan berdasarkan prinsip
Alam Desa syariah.
Ketidur
Mojokerto)
Judul Metodelogi penelitian
Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan

Muhammad Analisis Dalam Metode Perbandingan


Rizal Satria perbandingan Penelitian dalam pemberian kredit
(2018) pemberian ini sama - penelitian pada Bank BJB
Kredit sama sebelumnya dengan BJB Syariah
Pemilikan meneliti menggunakan memiliki banyak
Rumah (KPR) tentang Metode persamaan dalam
pada Bank pembiayaan Kualitatif dan prosedur dan berkas
Konvensional Murabahah, menghasilkan persyaratan, dan
Dengan dan KPR data hanya memiliki
Pembiayaan Syariah. deskriptif. perbedaan dalam
Murabahah aspek
(KPR) pada akad/perjanjian.
Bank Syariah Dalam Bank BJB
(Studi kasus sepenuhnya
pada Bank menggunakan bunga
BJB dan BJB sedangkan dalam
Syariah) Bank BJB Syariah
menggunakan bagi
hasil.
Judul Metodelogi penelitian
Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan
Noorwahidah Analisis Dalam Metode dalam Penelitian ini hanya
Haisyi terhadap Dalil Penelitian ini penelitian terbatas kepada dalil-
(2019) Hukum dalam sama - sama sebelumnya dalil yang
Fatwa Dewan meneliti menggunakan memberikan legalitas
Syariah tentang Metode praktek jual-beli
Nasional pembiayaan Kualitatif Istishna semata, tanpa
Majelis Ulama istishna. dengan tipe menelusuri dalil-dalil
Indonesia penelitian yang dapat menjadi
Nomor 6 tahun Library dasar terhadap 13
2000 Tentang Research. ketentuan Istishna
Istishna yang dirumuskan
DSN-MUI.
Martavevi Implementasi Dalam Metode dalam Implementasi Akad
Azwar Akad Istishna Penelitian ini penelitian Istishna pada produk
(2020) pada Produk sama - sama sebelumnya KPR iB di BTN
KPR Inden iB meneliti menggunakan Syariah KC
di Bank BTN tentang Metode Tangerang terdiri dari
Syariah KC pembiayaan Kualitatif dan beberapa tahapan
Tangerang istishna, dan menghasilkan mulai dari pengajuan
Ditinjau KPR data deskriptif. pembiayaan,
berdasarkan Syariah. pemeriksaan bekas,
Fatwan DSN - input data, prinnsip
MUI No 06 analisa, appraisal,
Tahun 2000 akad, pencairan dana,
tenntang Akad dan perriode
Istishna anngsuran.
Judul Metodelogi penelitian
Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan
A. Taufiq Praktik Akad Dalam Metode dalam Implementasi akad
Buhari Istishna Paralel Penelitian ini penelitian Istishna paralel dalam
(2021) dalam Jual Beli sama - sama sebelumnya jual beli rumah
Rumah di PT. meneliti menggunakan ditinjau dari perspektif
BERKAH tentang Metode ekonomi islam di PT.
RANGGA pembiayaan Kualitatif dan Berkah Rangga Sakti
SAKTI istishna pada menghasilkan Kecamatan Bangkalan
KECAMATAN bank syariah. data deskriptif. kabupaten bangkalan
BANGKALAN diantaranya yait tidak
KABUPATEN ada denda, uang muka
BANGKALAN bisa dicicil, dan
jaminan berupa rumah
itu sendiri.
Irhamsyah Kajian Filsafat Dalam Metode dalam Pengimplementasian
Putra (2021) Hukum Penelitian ini penelitian pembiayaan KPR
ekonomi islam sama - sama sebelumnya Syariah khususnya di
Terhadap meneliti menggunakan Indonesia haruslah
Implementasi tentang Metode kembali terhadap
Akad Ba'i Al- pembiayaan Kualitatif tujuan ekonomi islam.
Murabahah dan Murabahah, dengan tipe
Istishna dalam istishna, dan penelitian
Pembiayaan KPR Library
KPR Syariah. Syariah. Research.
Judul Metodelogi penelitian
Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan
Doddy Kredit Dalam Metode dalam Akad yang digunakan
Afandi Pemilikan Penelitian ini penelitian untuk KPR Syariah
Firdaus Rumah (KPR) sama - sama sebelumnya meliputi : Akad
(2021) Perspektif meneliti menggunakan Murabahah, Istishna,
Syari'ah tentang KPR Metode Ijarah Muntahia
Syariah. Kualitatif Bittamlik. Di
dengan tipe Indonesia, pada masa
penelitian awal perbankan
Library syariah didominasi
Research. oleh pembiayaan
murabahah dan Ba'i
Bitsaman Ajjil (BBA)
namunn belakangann
bervariasi hingga kini
juga dikenal dengan
Musyarakah
Mutanaqisah, dan
Mudharabah wal waad
Fii al-ba'i
Ahmad Pembiayaan Dalam Metode dalam Dengan adanya KPR
Suminto Property Indent Penelitian ini penelitian Syariah dinillai dapat
Meichio (KPR Syariah) sama - sama sebelumnya membeikan Maslahat
Lesmana ditinjau dari meneliti menggunakan kepada umat muslim
(2021) Maqashid tentang Metode pada umumnya dan
Syariah dan pembiayaan Kualitatif kepada nasabah
Qawaidul KPR dengan tipe khususnya. Juga
Fiqhiyyah Syariah. penelitian dalam Qawaidul
Fiqhiyyah akad dalam
Judul Metodelogi penelitian
Skripsi atau
Jurnal Penelitian Persamaan Perbedaan
Library KPR Syariah
Research. diperbolehkan dengan
mengacu kepada
kaidahnya.
Agus Perbandingan Dalam Metode dalam Penyelesaian Wan
Prakarsa Tinjauan PSAK Penelitian ini penelitian Prestasi Akad Istishna
Yuristama 104 dan sama - sama sebelumnya dapat dilakukan
(2022) Tinjauan meneliti menggunakan dengan dua cara.
Hukum Perdata tentang Metode Pertama yaitu dapat
Dalam pembiayaan Kualitatif dilihat dalam PSAK
Implementasi istishna pada dengan tipe 104 yang telah
Pengakuan bank syariah. penelitian Case memasukan prinsip
Akad Istishna study syariah adalah harus
yang Research. ada prestasi dari
mengalami penjual untuk
kondisi Wan menyelesaikan
Prestasi pemesanan barang
tertentu sesuai dengan
kriteria dan
persyaratan yang telah
di tentukan. Kedua
yaitu dilihat dari sudut
pandang Hukum
Perdata di Indonesia.
2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi. Kerangka berfikir

diartikan sebagai proses dari keseluruhan penelitian yang akan dilakukan. Adapun

susunan kerangka berfikir dalam melakukan penelitian ini adalah :

Murabahah KPRS
(X1)
H1
Istishna KPRS Laba Bersih
H2
(X2) (Y)
H
Ijarah Multijasa 3
Umroh
(X3)

H4

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Sugiyono (2019:99), adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian dan didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan suatu ide

untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Hipotesis berarti pernyataan sementara

atau dugaan paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya.

2.4.1. Pembiayaan Murabahah KPRS Berpengaruh Terhadap Laba Bersih PT

BPRS Bina Amwalul Hasanah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 23/2/PBI/2021 Pasal 1 butir 6

menyebutkan bahwa “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu, berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah

dan istishna’, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi

sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara BUS dan/atau UUS dan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan

dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau

bagi hasil.”
Sedangkan Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 23/2/PBI/2021

Pasal 1 butir 19 menyebutkan bahwa “Akad Murabahah adalah akad Pembiayaan

suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.”

Peningkatan pembiayaan murabahah yang besar akan berpengaruh

terhadap jumlah laba bersih yang akan didapatkan bank. Peningkatan tersebut

berasal dari pendapatan margin, dengan meningkatnya laba akan menarik

perhatian para calon investor untuk berinvestasi pada bank.

(H1) : Diduga terdapat pengaruh pembiayaan Murabahah Kprs terhadap

Laba Bersih pada BPRS Bina Amwalul Hasanah Periode Tahun 2019-2022.

2.4.2. Pembiayaan Istishna KPRS Berpengaruh Terhadap Laba Bersih PT

BPRS Bina Amwalul Hasanah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 23/2/PBI/2021 Pasal 1 butir 6

menyebutkan bahwa “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu, berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah

dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang

murabahah dan istishna’, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang

qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BUS dan/atau UUS

dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.”

Sedangkan Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 23/2/PBI/2021

Pasal 1 butir 20 menyebutkan bahwa “Akad Istishna’ adalah akad Pembiayaan

barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’)

dan penjual atau pembuat (shani’)”.

Peningkatan pembiayaan istishna yang besar akan berpengaruh terhadap

jumlah laba bersih yang akan didapatkan bank. Peningkatan tersebut berasal dari

pendapatan margin, dengan meningkatnya laba akan menarik perhatian para calon

investor untuk berinvestasi pada bank.

(H2) : Diduga terdapat pengaruh pembiayaan Istishna Kprs terhadap Laba

Bersih pada BPRS Bina Amwalul Hasanah Periode Tahun 2019-2022.

2.4.3. Pembiayaan Ijarah Multijasa Umroh Berpengaruh Terhadap Laba

Bersih PT BPRS Bina Amwalul Hasanah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 23/2/PBI/2021 Pasal 1 butir 6

menyebutkan bahwa “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu, berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah

dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah dan istishna’, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang

qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara BUS dan/atau UUS

dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana

untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.”

Ijarah Multijasa adalah produk pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan

atas manfaat akan suatu jasa. Tujuan pembiayaan ini adalah untuk memenuhi

kebutuhan nasabah secara konsumtif seperti Pendidikan, Ibadah, Kesehatan,

Pariwisata, dan lain sebagainya. Umroh menurut bahasa artinya ziarah

(berkunjung). Sedangkan menurut istilah, umroh adalah berkunjung ke baitullah

melakukan thawaf dan sa’i tanpa melakukan wukuf di arafah dalam waktu yang

tidak ditentukan. Laba bersih adalah keuntungan perusahaan selama satu periode

akuntansi dimana hal ini mencakup semua biaya dan pengeluaran yang

dikeluarkan Perusahaan, yang dikurangkan dari pendapatan.

Ijarah multijasa dikembangkan di Indonesia setelah diterbikannya Fatwa

Dewan Syariah nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Nomor 44 Tahun

2004 tertanggal 28 April 2004 tentang pembiayaan Ijarah Multijasa yang

berbunyi : “pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Akad yang digunakan

dalam pembiayaan multijasa ini ada dua, yaitu akad ijarah.”


Peningkatan pembiayaan ijarah multijasa yang besar akan berpengaruh

terhadap jumlah laba bersih yang akan didapatkan bank. Peningkatan tersebut

berasal dari pendapatan ujroh, dengan meningkatnya laba akan menarik perhatian

para calon investor untuk berinvestasi pada bank.

(H3) : Diduga terdapat pengaruh pembiayaan Ijarah Multijasa Umroh

terhadap Laba Bersih pada BPRS Bina Amwalul Hasanah Periode Tahun

2019-2022.

2.4.4. Pembiayaan Murabahah KPRS, Istishna KPRS, dan Ijarah Multijasa

Umroh Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Laba Bersih PT

BPRS Bina Amwalul Hasanah.

Berdasarkan margin yang ditawarkan bank syariah dalam pembiayaan

Murabahah KPRS, Istishna KPRS, dan Ijarah Multijasa Umroh lebih rendah

dibandingkan dengan margin (bunga) di bank konvensional, maka tidak

menutup kemungkinan nasabah bank konvensional akan beralih menjadi nasabah

bank syariah. Ketika margin yang ditawarkan lebih rendah akan meningkatkan

nasabah pembiayaan jual – beli (Murabahah dan Istishna) maupun jasa atau sewa

menyewa (Ijarah Multijasa) pada bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Selain

meningkatkan laba bersih terhadap bank syariah, hal ini pun tidak menutup

kemungkinan terjadinya peningkatan risiko terhadap kolektibilitas bank

apabila nasabah tersebut tidak

melakukan pembayaran secara teratur.


(H4) : Diduga terdapat pengaruh pembiayaan Murabahah Kprs, istishna

Kprs, dan Ijarah Multijasa Umroh terhadap Laba Bersih pada BPRS Bina

Amwalul Hasanah Periode Tahun 2019-2022.

Anda mungkin juga menyukai

  • Teori Agensi
    Teori Agensi
    Dokumen1 halaman
    Teori Agensi
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat
  • Shariah
    Shariah
    Dokumen2 halaman
    Shariah
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen15 halaman
    Bab 4
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat
  • Teori Sinyal
    Teori Sinyal
    Dokumen1 halaman
    Teori Sinyal
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Ranti Rahma
    Jurnal Ranti Rahma
    Dokumen15 halaman
    Jurnal Ranti Rahma
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen13 halaman
    Bab 3
    bprsbinaamwalulhasanah
    Belum ada peringkat