Anda di halaman 1dari 7

PEREMPUAN DALAM DUNIA KERJA (COPING STRATEGY PEREMPUAN

PEKERJA DI TVRI KETIKA MENGALAMI DISKRIMINASI)

Mila Candra Novianti, Wiwid Noor Rakhmad


mcandra37@gmail.com

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Prof H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : https://fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Penelitian dilatarbelakangi karena adanya diskriminasi gender di industri pertelevisian.
Struktur organisasi dan lingkungan yang lebih didominasi laki- laki menyebabkan terjadinya
perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana cara perempuan untuk bertahan dalam lingkungan diskriminatif. Penelitian
menggunakan subjek perempuan yang bekerja di stasiun televisi TVRI diantaranya presenter
dan reporter. Penelitian menggunakan teori kelompok bungkam dan coping strategy theory.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi kritis, pengumpulan data diperoleh dengan wawancara mendalam.
Temuan penelitian menunjukkan perempuan yang bekerja di industri pertelevisian khususnya
TVRI, pernah mendapatkan perlakuan diskriminatif baik itu dari rekan kerja ataupun atasan
laki- laki. Perlakuan yang didapatkan diantaranya adalah inferioritas, subordinasi, stereotipe,
marginalisasi, dan sexual harassment. Seiring berjalannya waktu perlakuan dirasa lebih
jarang terjadi dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. Perlakuan diskriminatif menjadikan
beberapa perempuan merasa tidak dapat dengan bebas berekspresi dan cenderung membatasi
diri dengan rekan kerja laki- laki. Ketika mendapatkan diskriminasi seperti halnya sexual
harrasment, tidak semua perempuan berani untuk speak up dan membela diri akan tetapi lebih
memilih untuk diam dan menghindar. Keadilan yang sepenuhnya belum dirasakan oleh
beberapa perempuan yang bekerja di TVRI.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa sebagian perempuan yang bekerja di televisi
khususnya TVRI baik itu presenter ataupun reporter pernah mendapatkan diskriminasi, namun
hal tersebut sudah mulai jarang terjadi untuk saat ini. Perlakuan diskriminatif menjadikan
perempuan menjadi terbungkam dan tidak dapat dengan bebas menyuarakan apa yang
dirasakan.
Kata kunci : diskriminasi di industri televisi, coping strategy, kelompok bungkam
ABSTRACT

Gender discrimination in the television industry is background of the research. The more
dominated organizational structure and environment of men led to discriminatory treatmen of
women. The research aims to describe how women survive in discriminatory environments.
Studies using female subjects who working at television stations of TVRI include presenter dan
reporter. This research uses muted group theory and coping strategies theory. Research isi a
descriptive qualitative study using critical phenomenology approach, data collection with in
depth interviews.
Research data show that women who work in the television industry especially TVRI, have
gotten discriminatory treatment from coworkers or male superiors. Such treatment is
inferiority, subordination, stereotypes, marginalization and sexual harassment. Over time
treatment is less frequent than in any previous years. Discrimination treatment makes some
women feel they can’t freely express themselves and tend to restrict themselves with male
coworkers. When profaced discrimination like sexual harassment, not every women has the
courage to speak up and defend herself, but chose to be silent and evasive. Justice has not been
fully felt by some women who work at TVRI.
Research concludes that some women who work on television especially TVRI are either
presenter or reporters had discriminating before, but that is kind of rare now. Discriminatory
treatment exposes women to silence and does not freely voice what is felt.
Keywords :discrimination in television industry, coping strategies, muted group

PENDAHULUAN
Diskriminasi gender menjadi salah satu artikel tersebut juga disebutkan bahwa
masalah yang sering terjadi di kalangan pelecehan di tempat kerja bukan lagi
masyarakat. Hal tersebut terjadi di berbagai menjadi hal yang langka, itu berarti banyak
ranah sosial, salah satunya di industri kasus pelecehan terhadap perempuan yang
pertelevisian yang merupakan salah satu terjadi dalam lingkungan kerja. (Adam
wilayah dominasi maskulin. Beberapa Aulia, 2019:1). Aliansi Jurnalis Independen
artikel memuat mengenai diskriminasi yang (AJI). Indonesia mengungkapkan bahwa
masih terjadi pada perempuan di perempuan yang bekerja di media masih
lingkungan kerja. Diantaranya adalah mengalami diskriminasi. survey yang
Sebuah artikel Tirto.Id dimana Penelitian dilakukan oleh International Federation
dilakukan oleh salah satu lembaga survey Journalist (IFJ) mengungkapkan bahwa 66
yaitu Never Okay, dengan mengeluarkan persen jurnalis perempuan di dunia
survey kuantitatif yang menunjukkan mengalami pelecehan (Nupus, Hayati,
sebesar 94% dari 1240 responden 2019:1). Sebagian besar stasiun televisi
mengalami pelecehan seksual di tempat Nasional yang ada di Indonesia, posisi
kerja. Penelitian dilakukan antara 19 penting masih berada dalam kuasa laki-
November hingga 9 Desember 2018 secara laki.
online di 34 provinsi di Indonesia. Dalam
Dari 15 stasiun televisi Nasional, hanya ada Tindakan yang diambil individu dinamakan
tiga yang menempatkan perempuan dalam coping strategy yang sering dipengaruhi
posisi penting, dalam artian terdapat oleh latar belakang budaya, pengalaman
kesetaraan antara laki- laki dan perempuan dalam menghadapi masalah, faktor
dalam kepemimpinan. Struktur organisasi lingkungan, kepribadian, konsep diri, faktor
dan lingkungan yang lebih didominasi laki- sosial dan lain- lain sangat berpengaruh
laki menyebabkan terjadinya perlakuan pada kemampuan individu dalam
diskriminatif terhadap perempuan menyelesaikan masalahnya. (JURKAM,
diantaranya adalah sexual harassment, 2018:102).
inferioritas, subordinasi, marginalisasi dan
METODE PENELITIAN
stereotipe. Hal tersebut seringkali
menimbulkan rasa tidak nyaman dan aman Penelitian menggunakan metode kualitatif
terhadap perempuan. Organisasi deskriptif dengan menggunakan
merupakan situs pelecehan seksual di mana pendekatan fenomenologi kritis dengan
patriarki dan kontrol yang dilakukannya teknik pengumpulan data wawancara
terhadap kaum perempuan dicerminkan dan mendalam. Menggunakan subjek penelitian
ditingkatkan melalui pelecehan seksual beberapa reporter/ presenter perempuan di
(Sunarto, 2009: 172-173). Penelitian ini TVRI.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bertujuan untuk mendeskripsikan presenter atau reporter perempuan yang
bagaimana cara perempuan untuk bertahan bekerja di stasiun televisi TVRI, sebagian
dalam lingkungan diskriminatif dengan merasakan adanya batasan antara laki- laki
menggunakan subjek perempuan yang dan perempuan, selain itu posisi penting
bekerja di stasiun televisi TVRI. Penelitian masih didominasi dan berada di bawah
menggunakan teori kelompok bungkam kuasa laki- laki. Dengan adanya dominasi
(muted group theory) yang berawal dari laki- laki membuat sebagian perempuan
karya Edwin dan Shirley Arderner pada merasa kurang bebas berekspresi dan
tahun 1975, menyatakan bahwa kelompok merasa laki- laki sangat mendominasi.
yang menyusun bagian sistem komunikasi Walaupun laki- laki mendominasi, semua
bagi budaya tersebut. Kelompok dengan informan tidak pernah merasakan
kekuasaan yang lebih rendah seperti terkalahkan dari rekan kerja laki- laki.
wanita, kaum miskin, dan orang kulit Suasana kerja yang didominasi laki- laki
berwarna harus belajar untuk bekerja dalam menjadikan beberapa perempuan memilih
sistem komunikasi yang telah untuk menyesuaikan diri dengan laki- laki.
dikembangkan oleh kelompok dominan. Ketika mengalami perlakuan diskriminatif
Pembungkaman dilakukan melalui informan akan menyampaikan secara
beberapa metode yaitu mengejek, ritual berbelok dengan menggunakan cara dan
kontrol dan pelecehan (West & Turner, pemilihan kata yang sopan dan tepat.
2008:197-209). Coping Strategy Theory, Sebagian perempuan merasakan adanya
Menurut Lazarus dan Folkman pada tahun inferioritas. Perlakuan diskriminatif pernah
1984 mengatakan bahwa keadaan stres didapatkan oleh sebagian besar informan
yang dialami seseorang akan menimbulkan diantaranya body shamming, sexual
efek yang kuranng menguntungkan baik harassment dan cat calling. Ketika
secara fisiologis maupun psikologis. mendapatkan perlakuan diskriminatif
Individu tidak akan membiarkan efek informan lebih untuk menjaga jarak dengan
negatif ini terus terjadi ia akan melakukan rekan kerja laki- laki, keluar dari
suatu tindakan untuk mengatasinya.
lingkungan yang dirasa tidak nyaman, khususnya TVRI, berdasarkan temuan
membatasi diri dengan berhubungan penelitian bahwa sebagian perempuan
seperlunya saja, serta menolak tawaran merasakan ada batasan dengan rekan kerja
yang kurang baik dengan cara yang sopan. laki- laki. Pada dasarnya perempuan yang
Menurut informan televisi saat ini sudah berada dalam lingkup dominasi laki- laki
memberikan kesetaraan dan keadilan bagi cenderung kan merasa ada batasan antara
perempuan, namun bagi sebagian informan laki- laki dan perempuan, tergantung
merasa keadilan yang diberikan belum dengan kepribadian dan penerimaan
sepenuhnya. masing- masing terhadap suatu lingkungan.
Batasan bisa dirasakan dari adanya
PEMBAHASAN
perbedaan sudut pandang dan juga jenis-
Diskriminasi pada perempuan pekerja jenis kata yang diciptakan (West & Turner,
media disebabkan karena beberapa hal, 2008:201-202). Penentuan posisi
diantaranya adalah karena adanya dominasi pekerjaan, sebagian informan merasa
laki- laki yang membuat perempuan memang murni berdasarkan skill namun
menjadi salah satu kelompok yang beberapa lainnya merasa bahwa penentuan
terbungkam. Dominasi juga menyebabkan posisi berdasakrna beban kerja, bahwa laki-
beberapa laki- laki berlaku sewenang- laki lebih berat sedangkan perempuan
wenang dan diskriminatif terhadap diberikan pekerjaan yang lebih ringan dan
perempuan, dengan adanya kesewenangan medan yang aman. laki- laki cenderung
atau perlakuan diskriminatif yang diberikan diberikan program seperti halnya diskusi
kepada perempuan, menjadikan sebagian politik ataupun talkshow sedangkan
besar perempuan melindungi diri mereka perempuan ditempatkan untuk program
sebagai langkah preventif, diantarnya yang membutuhkan visual dan daya tarik
adalah dengan menolak tindakan yang lebih dari seorang perempuan
diskriminatif dengan menghindar dan sehingga mampu menarik perhatian
membatasi hubungan seperlunya saja pemirsa televisi, diantaranya yaitu program
dengan rekan kerja laki- laki. Terdapat kuliner, talkshow, musik dan jalan- jalan.
beberapa faktor yang dapat Adanya stereotipe terhadap perempuan
menggambarkan bagaimana perempuan menjadikan mereka tidak mendapatkan
yang bekerja dalam dominasi maskulin pengalaman yang sebanyak laki- laki.
serta cara mereka bertahan dalam Sebagian dari informan masih merasakan
lingkungan yang diskriminatif. Faktor adanya subordinasi dalam lingkungan kerja
pertama adalah tentang bagaimana yang berdampak pada pembagian kerja
perempuan mempersepsikan dunia secara yang menjadikan perempuan diberikan
berbeda yang menyebabkan pada tempat yang lebih rendah dan lebih aman
pembagian kerja. Pada dasarnya laki- laki menurut laki- laki. Dalam temuan
dan perempuan memiliki sudut pandang penelitian ini posisi penting dari stasiun
dan pola pikir yang berbeda, hal tersebut adalah kepala stasiun, kepala bidang dan
yang mempengaruhi bagaimana mereka kepala sie. Perempuan lebih ditempatkan
mempersepsikan dunia. Laki- laki dianggap dalam bagian yang memerlukan tingkat
lebih tangguh dan bertanggung jawab untuk ketelitian yang baik dan bagian yang tidak
pekerjaan di luar rumah dan perempuan terlalu tinggi, dalam bagian struktural
bertanggung jawab untuk tugas- tugas di diantaranya adalah bagian administrasi
rumah. Jika di dalam industri pertelevisian seperti halnya TU, sekretaris dan lain
sebagainya sedangkan untuk bagian layar mereka sesuai dengan sistem yang diterima
adalah presenter, reporter dan koordinator laki- laki. Sebagian presenter/ reporter
penyiar. Faktor kedua adalah dominasi laki- perempuan di TVRI memilih untuk
laki menghambat ekspresi bebas dari menyesuaikan diri dan juga menerima
perempuan. Hingga saat ini masih banyak kebiasaan dari rekan kerja laki- laki. Ketika
ditemui perempuan yang cenderung lebih mendapatkan perlakuan diskriminatif
memilih untuk bungkam ketika sebagian dari mereka akan melindungi diri
mendapatkan hal yang dirasa kurang dengan cenderung menyampaikan secara
membuatnya nyaman. Ketika bekerja berbelok yaitu dengan menyampaikan
dalam wilayah yang didominasi laki- laki, secara halus dan dengan kata- kata yang
kebebasan berekspresi mungkin tidak bisa dianggap sesuai. Selain itu informan lebih
didapatkan oleh semua perempuan. memilih untuk mencari moment yang tepat
beberapa diantara mereka mampu untuk menyampaikannya kepada pihak
menyesuaikan diri dan dapat dengan bebas yang bersangkutan. Hal tersebut bertujuan
berekspresi, akan tetapi beberapa diantara supaya pihak yang bersangkutan tidak
mereka tidak dapat bebas berekspresi. merasa tersinggung dan juga demi menjaga
Tanpa disadari semua informan informan perasaan dan kerjasama antar tim dapat
menjadi korban marginalisasi dari rekan berjalan dengan baik. Menurut Hayden
kerja laki- laki. Mereka menjadi pada tahun 1994, beberapa peneliti
terpinggirkan dengan tidak mampu menyatakan bahwa kelompok- kelompok
mengekspresikan apa yang dirasakan perempuan terlibat di dalam
dengan baik. Dalam lingkup dominasi laki- ketumpangtindihan yang sering dan
laki, sebagian perempuan pernah berbicara terus menerus karena mereka
mendapatkan perlakuan diskriminatif saling membantu untuk mengatasi sistem
seperti halnya sexual harassment sebagian bahasa yang tidak sesuai dengan tugas-
dari mereka akan memilih untuk speak up tugas mereka (West & Turner, 2008:205).
yang bertujuan untuk klarifikasi dan Salah satu tindakan diskriminatif dari
sebagian lainnya memilih diam. Langkah dominasi laki- laki adalah inferioritas.
preventif yang dilakukan adalah tidak Inferioritas merupakan suatu pandangan
menanggapi dan menjauhkan diri. Dalam yang menempatkan posisi perempuan lebih
industri pertelevisian sudah menjadi hal rendah dibandingkan laki- laki. Banyak dari
umum ketika aki- laki lebih mendominasi perempuan yang tidak menyadari adanya
dalamlingungan tersebut, salah satu inferioritas dari laki- laki, dan menganggap
penyebabnya dalah karena dari dulu televisi tindakan yang didapatkannya merupakan
lebih banyak pekerja laki- laki hal yang biasa. Beberapa tindakan inferior
dibandingkan dengan perempuan. Ketika adalah mereka lebih memandang fisik
ada liputan di luar kantor maka akan lebih dibandingkan dengan skill. Informan juga
banyak crew laki- laki yang diterjunkan menambahkan bahwa subjektifitas di
sedangkan hanya ada satu atau dua crew tempatnya bekerja sangat kuat, hal itu
perempuan yang bertugas sebagai reporter dirasakan ketika produser sudah merasa
atau presenter. Walaupun laki- laki lebih tidak cocok maka besar kemungkinannya
mendominasi, informan merasa tidak untuk mengganti dengan presenter yang
pernah terkalahkan dari rekan kerja laki- lain. informan menyatakan bahwa
laki. Informan mengaku bahwa antara pergantian presenter khususnya dalam
perempuan dan laki- laki saling suatu program acara sangatlah tinggi.
bekerjasama dan membantu layaknya Faktor keempat adalah mengenai posisi
sebuah tim. Faktor ketiga mengenai perempuan yang bekerja dalam lingkup
bagaimana perempuan mentransformasikan dominasi maskulin. Bagi sebagian
model informan merasakan sudah diperlakukan
setara dan adil namun sebagian lainnya lingkungan yang diskriminatif, diantaranya
merasa bahwa keadilan yang diberikan adalah dengan menjaga jarak dengan rekan
belum sepenuhnya. Hal ini berarti bahwa kerja laki- laki, menggunakan pakaian yang
keadilan belum sepenuhnya didapatkan lebih tertutup, mengobrol atau berhubungan
oleh perempuan, sebagian dari mereka seperlunya dan hanya seputar pekerjaan,
menyadarinya dan sebagian lagi merasa dan pamit keluar ketika merasa tidak
keadilan yang didapatkan sudah cukup nyaman. Informan juga mengungkapkan
dibandingkan tahun- tahun sebelumnya dan bahwa mereka mencari dukungan dan
merasa bahwa apa yang didapatkan bantuan dengan sesama rekan kerja
sekarang adalah perlakuan yang adil. perempuan, dengan saling berbagi cerita
Faktor kelima mengenai perlakuan dan juga menemukan solusi untuk
diskriminatif. Dalam lingkungan yang mengatasi perlakuan diskriminatif.
didominasi laki- laki tidak menutup Menurut Lazarus dan Folkman, secara
kemungkinan bahwa perempuan akan umum membagi menjadi dua macam yaitu
mendapatkan perlakuan diskriminatif baik (1) coping strategy yang berfokus pada
itu secara verbal maupun non verbal. masalah, adalah tindakan yang
Beberapa dari mereka akan menerima dan diarahkankepada pemecahan masalah,
menganggap wajar perlakuan yang diantaranya adalah planful problem solving
didapatkan akan tetapi sebagian lainnya yaitu bereaksi dengan melakukan usaha
akan merasa tidak nyaman dan mencoba tertentu untuk merubah keadaan,
untuk memberikan perlindungan kepada confrontative coping yaitu bereaksi dengan
diri sendiri. Sebagian besar informan menggambarkan tingkat risiko yang harus
pernah mendapatkan diskriminatif dari diambil, seeking social support yaitu
rekan kerja laki- laki. Perlakuan tersebut bereaksi dengan mencari dukungan dari
diantaranya adalah inferioritas, stereotipe pihak luar. (2) coping strategy berfokus
dan lain sebagainya seperti disentuh bagian pada emosi adalah melakukan usaha yang
tubuh tertentu, mendapatkan ajakan untuk bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi
jalan berdua diluar urusan pekerjaan, body tanpa melakukan stressor secara langsung,
shamming dan beberapa komentar tidak diantaranya adalah dengan memberi
sepantasnya disampaikan oleh laki- laki penilaian positiff, penekanan tanggung
kepada perempuan. Faktor keenam adalah jawab, pengendalian diri, menjaga jarak
mengenai coping strategy, Sejatinya dan menghindarkan diri (JURKAM,
perempuan dan laki- laki merupakan dua 2018:102-107).
insan yang berbeda, memiliki kebiasaan
dan pola pikir yang berbeda juga. Ketika PENUTUP
bekerja misalnya akan ada kebiasaan laki- SIMPULAN
laki yang tidak bisa disamakan atau tidak
bisa diterima oleh perempuan. dalam Sebagian besar televisi saat ini khususnya
temuan penelitian ini, informan merasakan TVRI masih berada dalam lingkup
ketidaknyamanan dengan beberapa dominasi laki- laki, seperti halnya posisi
kebiasaan rekan kerja laki- laki. Kebiasaan penting yang masih dikuasai laki- laki.
tersebut diantaranya adalah ketika rekan Dengan adanya dominasi laki- laki
kerja laki- laki berkata dengan kata- kata memunculkan terjadinya diskriminasi
kasar, membahas hal yang kurang kurang terhadap perempuan, diantaranya adalah
pantas, menjadikan perempuan sebagai inferioritas, subordinasi, marginalisasi,
bahan obrolan atau candaan, merokok, stereotipe dan sexual harassment. Sebagian
sexual harassment, dan ketika laki- laki informan merasakan adanya diskriminasi
menyindir serta menceritakan aib orang dan sebagian lainnya menganggap sebagai
lain. Semua informan akan melakukan yang wajar. Dengan adanya sesuatu
berbagai cara untuk bertahan dalam dominasi
dan kuasa laki- laki menjadikan perempuan pekerja-perempuan-dhxM. Diakses pada 31
terbungkam dan tidak dapat dengan bebas Juli 2019. Anadolu Agency. AJI sebut
menyuarakan apa yang dirasakan. Hal perempuan pekerja media masih alami
tersebur menjadikan perempuan memilih diskriminasi.
untuk menyesuaikan diri dengan laki- laki. https://www.aa.com.tr/id/headline- hari/aji-
Ketika mendapatkan perlakuan sebut-perempuan-pekerja- media-masih-
diskriminatif, perempuan akan mengambil alami-diskriminasi- /1360103. Diakses
langkah preventif seperti halnya membatasi pada 18 November 2019.
diri dengan rekan kerja dan melakukan
penolakan dengan menjauhkan diri atau
speak up yang bertujuan untuk klarifikasi.
SARAN
Perempuan yang bekerja dalam industri
pertelevisian lebih diperlakukan dengan
adil dan setara secara penuh, dengan tidak
adanya lagi diskriminasi. Perempuan
seharusnya diperlakukan dengan baik dan
sudah selayaknya diberikan rasa yang lebih
aman dan nyaman dalam lingkup kerja
yang didominasi laki- laki. Dengan
memberikan perlakuan yang lebih baik
seperti halnya dengan tindakan atau ucapan
yang lebih terjaga serta
mengurangikesewenangan terhadap
perempuan, walaupun laki- laki memiliki
posisi yan cukup tinggi dalam sebuah
instansi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan &
Perempuan. Jakarta: PT Kompas West,
Ricard dan Lynn H. Turner. 2008. Teori
Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Jurnal
Maryam, Siti. 2017. Strategi Coping:Teori
dan Sumberdayanya. Jurnal Konseling
Andi Matappa. 1 (2):101-107.
Artikel
Adam, Aulia. 2019. Pelecehan Seksual di
Kantor dan Beban Ganda Pekerja
Perempuan.
https://tirto.id/pelecehan-seksual- di-
kantor-dan-beban-ganda-

Anda mungkin juga menyukai