Anda di halaman 1dari 5

KOLELITIASIS

Definisi Kolelitiasis atau batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu: kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid yang ditemukan di dalam kandung empedu maupun di dalam saluran kandung empedu.

Epidemiologi Kasus kolelitiasis sering ditemukan di Amerika Serikat, yaitu mengenai 20% penduduk dewasa. Setiap tahunnya, beberapa ratus ribu orang yang menderita penyakit ini menjalani pembedahan saluran empedu. Wanita lebih banyak terkena dibandingkan pria pada usia > 40 tahun.

Etiologi Etiologi kolelitiasis masih belum diketahui sepenuhnya; akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme (kebanyakan gangguan metabolisme kolesterol) yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.

Klasifikasi 1. Batu pigmen terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion ini: bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang. Batu-batu ini cenderung berukuran kecil, multipel, dan berwarna hitam kecoklatan. 2. Batu kolesterol biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. 3. Batu campuran paling sering ditemukan. Batu ini memiliki gambaran batu pigmen maupun batu kolesterol, majemuk, dan berwarna coklat tua. Batu empedu campuran sering dapat terlihat dengan pemeriksaan radiografi, sedangkan batu kom posisi murni tidak terlihat.

Patogenesis 1. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu empedu

kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. 2. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal (terutama setelah kehamilan) dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini. 3. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.

Gambaran Klinik Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus koledokus. Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis. Bentuk akut (kolik bilier) biasanya ditandai oleh nyeri visceral ini bersifat nyeri yang hebat, menetap atau berupa tekanan di epigastrium atau di abdomen kuadran kanan atas yang sering menjalar ke daerah inter-skapular, scapula kanan atau bahu. Kolik bilier dimulai tiba-tiba dan menetap dengan intensitas berat selama 1-4 jam dan menghilang perlahan-lahan atau dengan cepat. Episode kolik ini sering disertai dengan mual dan muntah-muntah, penderita juga sering berkeringat banyak dan berjalan mondar-mandir atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Bentuk kronik mirip dengan bentuk akut, tetapi beratnya nyeri dan tandatanda fisis kurang nyata. Pasien sering memiliki riwayat dyspepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.

2. Pemeriksaan Radiologis Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.

Foto roentgen pada kolelitiasis

3. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG) Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.

Foto USG pada kolelitiasis

4. Kolesistografi Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.

Penatalaksanaan 1. Batu kandung empedu - Kolesistektomi laparoskopik adalah teknik pembedahan invasif minimal di dalam rongga abdomen dengan menggunakan pneumoperitoneum, sistem endokamera dan instrumen khusus melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh langsung kandung empedunya.

Kolesistektomi laparaskopi

2. Batu saluran empedu - Sfringterotomi endoskopik adalah teknik pengeluaran batu saluran empedu menggunakan basket kawat atau balon ekstraksi nenuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja atau dikeluarkan melalui mulut bersama skopnya. - Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih

aman dibandingkan pembedahan perut. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat.

Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)

Komplikasi 1. Obstruksi duktus sistikus 2. Kolik bilier 3. Kolesistitis akut 4. Perikolesistitis 5. Peradangan pankreas (pancreatitis 6. Perforasi 7. Kolesistitis kronis 8. Hidrop kandung empedu 9. Empiema kandung empedu 10. Fistel kolesistoenterik 11. Batu empedu sekunder 12. Ileus batu empedu (gallstone ileus) Prognosis Baik jika ditangani secara cepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ketoasidosis Metabolik2
    Ketoasidosis Metabolik2
    Dokumen2 halaman
    Ketoasidosis Metabolik2
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • HIPOGLIKEMIA
    HIPOGLIKEMIA
    Dokumen1 halaman
    HIPOGLIKEMIA
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen1 halaman
    Sampul
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Tatalaksana Kejang
    Tatalaksana Kejang
    Dokumen1 halaman
    Tatalaksana Kejang
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Sampul Skripsi
    Sampul Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Sampul Skripsi
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Tatalaksana Kejang
    Tatalaksana Kejang
    Dokumen1 halaman
    Tatalaksana Kejang
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Skripsi
    Abstrak Skripsi
    Dokumen2 halaman
    Abstrak Skripsi
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Translate Anestesi
    Translate Anestesi
    Dokumen19 halaman
    Translate Anestesi
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Refraksi
    Kelainan Refraksi
    Dokumen1 halaman
    Kelainan Refraksi
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Refraksi
    Kelainan Refraksi
    Dokumen1 halaman
    Kelainan Refraksi
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • 3P Tidak Normal
    3P Tidak Normal
    Dokumen2 halaman
    3P Tidak Normal
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat
  • Modul Batuk
    Modul Batuk
    Dokumen19 halaman
    Modul Batuk
    Mayanti Virna Patabang
    Belum ada peringkat