Pelatihan Pekerjaan Tanah Dasar (Modul 1)
Pelatihan Pekerjaan Tanah Dasar (Modul 1)
TANAH DASAR
Tim silabus Abipraya
Daftar Isi
Pendahuluan ...................................................................................................................................... 2
1. Ruang lingkup ........................................................................................................................... 3
2. Acuan normatif ......................................................................................................................... 3
3. Istilah dan definisi ..................................................................................................................... 5
4. Simbol..................................................................................................................................... 15
5. Sifat alami tanah (the nature of sails) ..................................................................................... 17
6. Sifat-sifat dasar tanah ............................................................................................................. 24
7. Udara dalam tanah ................................................................................................................. 33
8. Air dalam tanah ...................................................................................................................... 34
9. Bahan padat dalam tanah ....................................................................................................... 45
10. Klasifikasi tanah...................................................................................................................... 49
11. Pekerjaan tanah dasar ............................................................................................................ 80
12. Perencanaan pekerjaan tanah (planning of earthworks) ........................................................ 92
13. Penyelidikan dan pemantauan lapangan (site investigation and monitoring) ...................... 108
1
Pendahuluan
Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan, baik perkerasan yang terdapat pada jalur
lalu-lintas maupun bahu. Dengan demikian, tanah dasar merupakan konstruksi terakhir yang
menerima beban kendaraan yang disalurkan oleh perkerasan.
Pada kasus yang sederhana, tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa perlakuan;
sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah asli pada galian
atau bagian atas timbunan yang dipadatkan.
Sebagai pondasi perkerasan, disamping harus mempunyai kekuatan atau daya dukung
terhadap beban kendaraan, maka tanah dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat
pengaruh lingkungan, terutama air. Tanah dasar yang mempunyai kekuatan dan stabilitas
volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami deformasi (misal
gelombang atau alur) dan retak. Dengan demikian, maka perkerasan yang dibangun pada
tanah dasar yang lemah dan mudah dipengaruhi lingkungan akan mempunyai umur pelayanan
yang pendek.
Sehubungan dengan hal di atas, pada pedoman ini diuraikan aspek-aspek yang berkaitan
dengan pekerjaan tanah dasar yang diharapkan mampu menahan beban kendaraan serta tidak
mudah terpengaruh oleh cuaca atau lingkungan. Dengan demikian, pedoman ini diharapkan
menjadi pedoman bagi pembina jalan, terutama pelaksana di lapangan, yang menjadi
kesatuan dengan Spesifikasi.
Buku Pedoman Pekerjaan Tanah Dasar ini disajikan dalam 3 buku, dengan ruang lingkup
sebagai berikut .
Buku 1. Umum
Menguraikan tentang sifat alami tanah, sifat-sifat dasar tanah, udara dalam tanah, air dalam
tanah, klasifikasi tanah, persyaratan dan pengendalian pekerjaan tanah, serta perencanaan
pekerjaan tanah.
Buku 3. Pedoman Penyelidikan dan Pengujian Tanah Dasar untuk Pekerjaan Jalan
Menguraikan tentang tata cara penyelidikan dan pengambilan contoh tanah, serta
pengujian tanah.
2
Pedoman pekerjaan tanah dasar
BUKU 1
Umum
1. Ruang lingkup
Tanah dasar merupakan tanah dimana perkerasan dibangun, sebagaimana halnya
dengan bangunan sipil lainnya. Pada kasus yang sederhana, tanah dasar dapat terdiri
atas tanah asli tanpa perlakuan; sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah
dasar terdiri atas tanah asli pada galian atau bagian atas timbunan yang dipadatkan.
Dengan dituntutnya perkerasan yang harus selalu mempunyai permukaan yang rata, maka
persyaratan utama yang harus dipenuhi tanah dasar adalah tidak mudah mengalami
perubahan bentuk. Tanah dasar yang mengalami perubahan bentuk, baik akibat beban lalu-
lintas maupun cuaca, akan mengakibatkan perkerasan mengaiami kerusakan (misal,
gelombang, alur, penurunan) yang kemungkinan diikuti dengan terjadinya retak.
Perubahan bentuk tanah dasar dapat diakibatkan oleh kekuatan atau daya dukung yang
rendah (tanah mudah runtuh), pengembangan, penyusutan dan densifikasi tanah dasar serta
konsolidasi tanah di bawah tanah dasar. Lebih jauh lagi, faktor-faktor tersebut akan tergantung
pada jenis tanah, berat isi kering dan kadar air.
Pedoman ini pada dasarnya menguraikan tentang pengetahuan dasar tanah baik itü sifatsifat
tanah, klasifikasi tanah, serta dilengkapi dengan pelaksanaan pekerjaan tanah, perencanaan
pekerjaan tanah dasar.
Diharapkan pedoman ini ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan (atau menyiapkan)
Spesifikasi, terutama bagi perencana (designer) dan pelaksana, dalam membangun tanah
dasar yang memenuhi tuntutan lalu-lintas dan lingkungan di Indonesia.
2. Acuan normatif
Penulisan manual yang menyangkut standar, terutama metoda pengujian dan spesifikasi,
menggunakan acuan sebagai berikut:
4
3. Istilah dan definisi
3.1.
air kapiler
air yang dipengaruhi oleh aksi kapiler.
3.2.
aktifitas
perbandingan antara indeks plastis dengan persentase berat butir yang lebih kecil dari
0,002 mm.
3.3.
angka poisson
perbandingan antara regangan dalam arah lateral terhadap regangan dalam arah
longitudinal, sesuai dengan arah beban.
3.4.
angka pori
perbandingan antara volume udara terhadap volume bahan padat tanah yang biasa
dinyatakan dalam persen.
3.5.
angka stabilitas
perbandingan antara kohesi dengan hasil perkalian faktor keamanan, barat isi tanah
dan tinggi lereng.
3.6.
batas atterberg
empat tingkat konsistensi tanah sebagaimana yang didefinisikan melalui pengujian
batas cair, batas plastis dan batas susut.
3.7.
batas cair
kadar air dimana konsistensi tanah berubah dari cair menjadi plastis.
3.8.
batas plastis
kadar air dimana konsistensi tanah berubah dari plastis menjadi semi padat.
5
3.9.
batas susut
kadar air tertinggi dimana pengeringan mulai kadar air tersebut, tanah tidak
mengalami penyusutan.
3.10.
batuan
bagi ahli geologi, batuan berarti semua endapat alami yang membentuk kulit bumi,
baik dalam bentuk padat (misal granit), butiran (misal pasir dan kerikil) maupun dalam
bentuk tanah (misal lempung); bagi ahli teknik sipil, batuan berarti bahan padat (solid)
yang biasanya tidak dapat digali dengan cara manual.
3.11.
batuan beku
batuan yang berasal dari magma cair yang mendingin dan membeku.
3.12.
batuan metamorf
batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan akibat tekanan
dan panas dalam bumi serta reaksi kimia.
3.13.
batuan sedimen
batuan yang terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus) dalam air.
3.14.
berat isi perbandingan
antara berat dengan volume suatu masa tanah.
3.15.
berat isi basah
perbandingan antara berat bahan padat dan air terhadap volume masa tanah.
3.16.
berat isi kering
perbandingan antara berat kering terhadap volume masa tanah.
3.17.
berat isi kering
maksimum berat isi kering pada kadar air optimum.
6
3.18.
berat jenis
perbandingan antara berat isi suatu bahan terhadap berat isi air pada suhu tertentu.
3.19.
bongkah
butiran tanah yang mempunyai ukuran lebih dari 75 mm.
3.20.
california bearing ratio (CBR)
kekuatan relatif tanah terhadap kekuatan agregat standar.
3.21.
difatansi (reaction to shaking)
sifat tanah dimana apabila contoh tanah diguncang-guncang (shaking) pada telapak
tangan, air yang terkandungnya dapat muncul di permukaan dan apabila contoh tanah
dipijit (squeezing), air yang muncul di permukaan akan hilang kembali.
3.22.
derajat kejenuhan
perbandingan antara volume rongga yang terisi air dengan volume rongga total yang
biasa dinyatakan dalam persen.
3.23.
elastisitas
sifat tanah untuk kembali ke bentuk asal setelah mengalami perubahan bentuk
akibat pembebanan sesaat.
3.24.
faktor keamanan
perbandingan antara kekuatan geser yang dimobilisasi tanah dengan kekuatan geser
yang ditimbulkan masa tanah.
3.25.
faktor waktu
perbandingan antara hasil perkalian koefisien konsolidasi lamanya konsolidasi
terhadap kuadrat jarak tempuh air.
3.26.
gambut
tanah berwarna gelap, berbentuk serat, menyerupai busa dan berasal dari tumbuhan.
7
3.27.
geofisika
hal-hal yang berkaitan dengan fisik bumi, terutama dalam penggunaan peralatan atau
metoda (misal seismograff) untuk menyelidiki bagian bumi yang tidak dapat diakses.
3.28.
geologi
ilmu yang mempelajari komposisi dan susunan elemen-elemen kulit bumi, termasuk
formasi, struktur, posisi dan sejarahnya.
3.29.
geoteknik
ilmu yang menganalisis perilaku tanah serta disain dan pembangunan bangunan
bawah, yaitu bagian bangunan yang menyalurkan langsung beban ke tanah.
3.30.
horizon "A"
lapisan teratas tanah dimana koloid anorganik dan bahan larut lain telah terbilas dan
biasanya terdiri atas sisa-sisa bahan organik.
3.31.
horizon "B"
lapisan tanah sebagai akumulasi bahan hasil pembilasan Horizon "A".
3.32.
horion "C"
lapisan tanah yang belum terganggu, yang membentuk Horizon "A" dan "B".
3.33.
horizon "D"
lapisan tanah di bawah Horizon "C" atau "8" (apabila tidak ada Horion "C") yang
kurang mirip dengan horizon lapisan di atasnya.
3.34.
horizon tanah
lapisan-lapisan yang terdapat pada profil tanah, yang pada dasarnya dibedakan
berdasarkan tekstur, warna, struktur dan kandungan bahan kimia.
3.35.
indeks plastis
selisih antara batas cair dengan batas plastis.
8
3.36.
indeks kelompok
angka yang menunjukkan kelompok (group) pada suatu kelas tanah menurut AASHTO.
3.37.
indeks pemampatan
kemiringan grafik yang menunjukkan hubungan antara angka pori (dalam skala linier)
dangan tegangan efektif (dalam skala logaritma).
3.38.
kadar air
perbandingan antara berat air dengan berat kering atau bahan padat contoh tanah,
yang biasanya dinyatakan dalam persen.
3.39.
kadar air optimum
kadar air yang menghasilkan berat isi kering maksimum.
3.40.
kerikil
butiran tanah yang berukuran antara 75 mm dan 4,75 mm, menurut ASTM D 422.
3.41.
kepadatan
kadang-kadang disebut derajat kepadatan, yaitu perbandingan antara berat isi kering
dengan berat isi kering maksimum tanah, yang biasa dinyatakan dalam persen.
Kepadatan kadang-kadang diartikan pula sebagai berat isi kering tanah.
3.42.
kepadatan relatif
perbandingan antara berat isi kering lapangan dikurangi berat isi kering lepas terhadap
berat isi kering maksimum laboratorium dikurangi berat isi kering lepas.
3.43.
koefisien konsolidasi
perbandingan antara koefisien permeabilitas terhadap hasil perkalian koefisien
perubahan volume dengan berat isi air.
3.44.
koefisien pemampatan
perbandingan antara perubahan angka pori terhadap perubahan tegangan.
9
3.45.
koefisien permeabilitas
kecepatan aliran air dalam tanah di bawah pengaruh satuan gradien hidrolik,
dinyatakan dalam satuan panjang per satuan waktu.
3.46.
koefisien perubahan volume
perubahan volume per satuan volume per satuan peningkatan tegangan efektif.
3.47.
kohesi
kekuatan geser tanah yang dakibatkan oleh bukan tahanan gesek.
3.48.
koloid
butiran halus yang berukuran kurang dari 0,001 mm.
3.49.
konsistensi
sifat tanah yang menunjukkan kemudahan relatif untuk dirubah bentuknya.
3.50.
konsolidasi
proses keluarnya air dari masa tanah sebagai akibat pembebanan yang terus menerus
dalam suatu periode tertentu sehingga butir-butir tanah menjadi lebih kompak.
3.51.
kuat geser
ketahanan maksimum tanah (gabungan antara kohesi dan tahanan gesek) akibat
tekanan geser.
3.52.
lanau
butiran tanah yang berukuran antara 0,075 mm dan 0,005 mm (menurut ASTM D 422),
atau antara 0,075 mm dan 0,002 mm (menurt AASHTO T 88).
3.53.
lempung
butiran halus berukuran kurang dari 0,005 mm (menurut ASTM D 422), atau kurang
dari 0,002 mm (menurut AASHTO T 88).
10
3.54.
lendutan
penurunan permukaan sebagai akibat pembebanan.
3.55.
longsor rotasi
longsor yang mempunyai bidang longsor berbentuk garis lengkung dan biasanya
terjadi pada lereng yang panjangnya terbatas.
3.56.
longsor translasi
longsor yang mempunyai bidang longsor berbentuk garis lurus dan biasanya terjadi
pada lereng yang panjangnya "tidak terbatas".
3.57.
mekanika tanah
penerapan hukum-hukum mekanika dan hidrolika terhadap masalah teknik yang
berkaitan dengan sedimen atau akumulasi butir-butir padat lain yang tidak
terkonsolidasi sebagai hasil proses penghancuran secara mekanis dan kimia daripada
batuan, terlepas dari apakah bahan tersebut mengandung atau tidak mengandung
bahan organik.
3.58.
muka air tanah
horizon permukaan air tanah dimana tekanan pada permukaan air adalah sama
dengan tekanan atmosfir.
3.59.
pasir
butiran tanah berukuran antara 4,75 mm dan 0,425 mm (menurut ASTM D 422), atau
antara 2 mm dan 0,075 mm (menurut AASHTO T 88).
3.60.
pasir halus
butiran tanah yang berukuran antara 2,00 mm dan antara 0,425 mm dan 0,075 mm
(menurut AASHTO T 88)
3.61.
pasir kasar
butiran tanah berukuran antara 4,75 mm dan 2,00 mm (menurut ASTM D 422), atau
antara 2 mm dan 0,425 mm (menurut AASHTO T 88).
11
3.62.
pasir sedang
butiran tanah yang berukuran antara 2,00 mm dan 0,425 mm (menurut ASTM D 422).
3.63.
pedologi
ilmu pengetahuan tentang cara memperlakukan tanah, yang mencakup penentuan
sifat-sifat alami (nature), sifat-sifat, formasi, fungsi, perilaku dan pengaruh
pemanfaatan dan penataannya (manajemen).
3.64.
pekerjaan tanah
kegiatan dimana tanah atau batuan digali, diangkut dan ditempatkan sebagai
timbunan atau bahan buangan serta kemudian dipadatkan. Meskipun pemadatan
dapat termasuk sebagai bagian pekerjaan tanah, namun pekerjaan tersebut dapat
ditinjau secara terpisah.
3.65.
pemampatan (compressibity)
sifat yang memungkinkan tanah dapat menurun volumenya apabila dikenai beban.
3.66.
pemadatan (compaction)
proses keluarnya udara dari masa tanah sebagai akibat kekuatan mekanis sehingga
butirbutir tanah menjadi lebih kompak.
3.67.
pembilasan (leaching)
proses dimana koloid atau bahan larut yang terdapat dalam tanah terbawa oleh air.
3.68.
pemompaan (pumping)
proses terbawanya butir-butir halus (di bawah perkerasan) oleh air yang tertekan
akibat beban yang disalurkan melalui perkerasan.
3.69.
pemuaian (bulking)
perbandingan antara volume tanah lepas dengan volume tanah asli sebelum digali,
biasanya digunakan pada pekerjaan tanah.
12
3.70.
pemuaian (swelling)
peningkatan volume tanah akibat penambahan kadar air, biasa digunakan pada
mekanika tanah.
3.71.
pengisapan tanah (soil suction)
pengurangan tekanan (di bawah tekanan atmosfer) yang mengakibatkan naiknya air di
antara butir-butir tanah (pengisapan disebabkan oleh daya kapiler dan faktor-faktor
lain serta sering digunakan secara bergantian dengan istilah potensi kapiler).
3.72.
penurunan (settlement)
pergerakan ke bawah timbunan atau struktur sebagai akibat pengurangan rongga
dalam tanah di bawah timbunan atau struktur atau dalam tanah timbunan, atau
kedua-duanya. Pengurangan rongga terjadi sebagai akibat densifikasi (keluarnya
udara) atau konsolidasi (keluarnya air).
3.73.
permeabilitas
sifat yang menunjukkan kemampuan tanah untuk mengalirkan air melalui pori-pori
dalam tanah.
3.74.
pF
nilai ekivalen pengisapan tanah, yaitu sebagai logaritma tinggi kolom air kapiler yang
dinyatakan dalam centimeter.
3.75.
pH
nilai negatif logaritma konsentrasi ion hidrogen dalam bentuk suspensi dalam tanah.
3.76.
plastisitas
sifat yang memungkinkan tanah berubah bentuk tanpa retak atau mengalami
perubahan volume yang berarti.
3.77.
porositas
13
perbandingan antara volume udara dengan volume masa tanah yang biasa dinyatakan
dalam persen.
3.78.
profil tanah
potongan vertikal tanah yang menunjukkan sifat-sifat alami dan urutan berbagai
lapisan, sebagai hasil pengendapan atau pelapukan, atau kedua-duanya.
3.79.
sensitivitas
perbandingan antara kuat tekan bebas tanah asli dengan kuat tekan bebas tanah yang
benar-benar terganggu (remolded), tetapi pada kadar dan angka pori, atau berat isi
kering, yang sama.
3.80.
struktur tanah
susunan butir-butir tanah.
3.81.
sudut geser
kekuatan geser tanah yang dakibatkan oleh tahanan gesek butir-butir tanah.
3.82.
tanah
bahan lepas atau endapan lunak (di luar batuan) yang terdapat pada permukaan bumi
sebagai hasil pelapukan atau penghancuran batuan, atau pembusukan tumbuhan.
3.83.
tanah dasar
tanah (galian atau timbunan) yang terdapat di bawah perkerasan.
3.84.
tanah jenuh
tanah yang seluruh rongganya terisi air (tidak mengandung rongga udara).
3.85.
tanah laterit
tanah di daerah tropis dimana proses pelapukan telah menimbulkan akumulasi
sesguioxrdes (bahan gabungan yang terdiri atas dua per tiga bagian oksida dan satu
per-tiga bagian bahan lain, terutama besi).
3.86.
tanah penutup
14
lapisan atas tanah yang menunjang kehidupan tumbuhan.
3.87.
tanah residual
tanah yang terbentuk di tempat dari batuan atau bahan induk.
3.88.
tanah terpindahkan (transported soils)
tanah residual yang telah dipindahkan dan ditempatkan kembali oleh angin, air atau
es.
3.89.
tekanan air tanah
tekanan air dalam rongga pada tanah jenuh.
3.90.
tekstur tanah (distribusi butir, gradasi)
proporsi masing-masing butir atau kelompok butir yang membentuk tanah.
4. Simbol
16
pF = angka ekivalen tinggi air kapiler, yaitu sebagai logaritma tinggi air kapiler
dalam satuan centimeter
pH = skala yang menyatakan tingkat keasaman tanah
PI = indeks plastis
PL = batas plastis
r = jari-jari bidang longsor
= pembacaan hidrometer
= jari-jari hidrolis
Rh = pembacaan hidrometer yang telah dikoreksi
S = penurunan
= persentase berat butir pada analisis butir dengan hydrometer
SL = batas susut
Sr = derajat kejenuhan
SNI = Standar Nasional Indonesia
σ = tegangan tekan normal
t = lama pengendapan butir pada analisis butir dengan hidrometer
= waktu konsolidasi
= waktu yang diperlukan untuk pemadatan
T = waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan
= tegangan tarik permukaan butir
Tv = faktor waktu pada analisis konsolida
TW = kedalaman air di sebelah hilir gorong-goron
τ = tegangan besar
θ = sudut untuk menghitungaya tarik antara dua butir tanah
= sudut bidang longsor dengan bidang horizontal
U = derajat konsolidasi
V = volume contoh tanah
= volume galian/timbunan
Va = volume udara dalam contoh tanah
V0 = volume contoh kering tanah
Vs = volume bahan padat dalam contoh tanah
Vw = volume rongga dalam contoh tanah
w = kadar air contoh tanah
= berat tanah
W = berat contoh tanah
= berat tanah
Ww = berat air pada contoh tanah
Ws = berat bahan padat pada contoh tanah
Z = tebal lapisan tanah pada analisis atabilitas lereng
17
insinyur geologi berkepentingan terhadap semua aspek yang menyangkut komposisi kulit bumi
dan menganggap tanah sebagai batuan terdisintegrasi yang terletak pada permukaan bumi.
Ahli geologi membagi tanah menjadi tanah residual dan tanah terpindahkan (transported
soils). Tanah residual adalah tanah yang terbentuk di tempat dari batuan atau bahan induk;
sedangkan tanah terpindahkan adalah tanah residual yang telah dipindahkan dan ditempatkan
kembali oleh angin, es atau air.
Insinyur sipil lebih berkepentingan terhadap kekuatan tanah dan biasanya mendefinisikan
tanah sebagai semua bahan pada kulit bumi yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated).
Mereka menganggap bahwa batuan merupakan mineral agregat yang dihubungkan oleh
berbagai kekuatan yang besar, sedangkan tanah merupakan partikel-partikel alam yang dapat
dihancurkan dengan kekuatan rendah. Dengan perkataan lain, tanah merupakan bahan lepas
di luar lapisan batuan, yang terdiri atas kumpulan butir-butir mineral dengan berbagai ukuran
dan bentuk serta kandungan bahan organik, air dan udara.
Pada sebagian beşar tanah, ikatan antara butir-butir adalah relatif lemah bila dibandingkan
dengan ikatan pada sebagian beşar batuan utuh. Oleh karena itu, apabila contoh tanah yang
dikeringkan pada udara terbuka dimasukkan ke dalam air dan dikocok secara perlahanlahan,
maka dalam tempo yang singkat, contoh tersebut akan hancur.
Partikel padat yang membentuk tanah biasanya merupakan prodük fisik dan kimia
(pelapukan). Sebagai prodük pelapukan, endapan partikel padat dapat dijumpai dekat atau
langsung di atas batuan dasar (disebut tanah residual) atau dalam bentuk endapan organik
(disebut tanah kumulus). Di sisi lain, banyak endapan tanah yang telah dipindahkan dari lokasi
asalnya ke lokasi lain oleh air, angin, es atau tenaga vulkanik. Tanah yang dipindahkan oleh air
disebut aluvial (diendapkan oleh arus air di cekungan, delta atau muara sungai), marin
(diendapkan dalam air garam) dan lakustrin (diendapkan di danau air tawar). Tanah yang
dipindahkan oleh es umumnya disebut drift atau glacial till, sedangkan tanah yang dipindahkan
oleh angin dapat disebut sebagai tanah aeolian.
Sesuai dengan ukuran butirnya, tanah berbutir kasar dibagi menjadi bongkah (boulder), kerikil
(gravel) dan pasir. Sifat-sifat teknis tanah berbutir kasar seringkali sangat dipengaruhi oleh
tekstur dan gradasinya.
Tanah berbutir halus dibagi menjadi lanau dan lempung. Butir-butir yang membentuk lanau
dan lempung mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang. Sifat-sifat teknis lanau dan lempung lebih dipengaruhi oleh kekuatan permukaan
dan kekuatan listrik butiran daripada oleh kekuatan gravitasi sebagaimana yang berlaku pada
tanah berbutir kasar. Oleh karena itu, tekstur tanah berbutir halus mempunyai pengaruh yang
lebih kecil terhadap sifat-sifat teknis daripada tekstur tanah berbutir kasar. Lanau biasanya
18
mempunyai plastisitas yang lebih rendah daripada lempung dan dalam keadaan kering
mempunyai kekuatan yang rendah atau sama sekali tidak mempunyai kekuatan.
Sesuai dengan Klasifikasi Unified, ukuran tekstur tanah ditunjukkan pada Tabel 1. Meskipun
ukuran butir yang ditunjukkan pada Tabel 1 hanyalah pilihan, namun nilai-nilai tersebut
diusulkan dalam rangka menyeragamkan definisi. Perbedaan utama antara lanau dengan
lempung adalah plastisitasnya. Lanau pada dasarnya terbentuk melalui pelapukan mekanis,
sehingga sebagian besar sifat-sifatnya menyerupai sifat-sifat bahan induknya, sedangkan
lempung dihasilkan melalui pelapukan mekanis dan kimia dan pada dasarnya berukuran
kolodial.
Untuk membedakan lempung dari lanau di lapangan, terdapat beberapa pengujian sederhana.
Dalam keadaan kering, lanau mempunyai kekuatan yang sangat rendah, sehingga segumpal
lanau mudah dihancurkan dengan jari tangan. Di Sisi Iain, segumpal lempung yang kering sulit
dihancurkan dengan jari tangan. Apabila segumpal lanau yang ditambah air ditempatkan pada
telapak tangan dan digoyang-goyang, maka permukaan lanau tersebut akan mengkilap (ada
lapisan air) dan apabila lanau tersebut diremas (squeeze), maka lapisan air akan hilang. Pada
lempung berair yang digoyang-goyang, air tidak muncul ke permukaan sehingga
permukaannya tidak mengkilap.
Meskipun dalam banyak kasus struktur primer tidak dapat diamati dan mungkin sangat
bervariasi, namun para ahli telah berusaha menetapkan dan mengklasifikasikan berbagai
struktur primer tanah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, beberapa kelompok struktur
primer tersebut adalah:
a. Butir tunggal (single-grained).
19
b. Sarang lebah (honeycomb).
c. Flokulen (flocculent).
Sering kali tanah menunjukkan struktur jenis yang lain, yang dikenal dengan struktur sekunder.
istilah tersebut menggambarkan pola retak, patahan atau bentuk kerenggangan lain yang
terjadi pada formasi tanah.
Baik struktur primer maupun struktur sekunder sering mempunyai pengaruh yang beşar
terhadap sifat-sifat teknis tanah (permeabilitas, elastisitas, kompresibilitas, kekuatan geser).
Profil tanah merupakan hasil pelapukan alamiah yang merubah tanah induk. Profil tipikal
tanah, sebagaimana yang berlaku pada bidang teknik sipil, terdiri atas tiga lapis atau tiga
horizon sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.
Horizon paling bawah, disebut bahan induk (parent material) atau Horizon C, terdiri atas tanah
asli yang belum mengalami pelapukan. Horizon C dapat merupakan bahan pindahan atau
bahan endapan, sedangkan Horizon A dan B merupakan zona-zona yang telah mengalami
pelapukan. Horizon yang ditunjukkan pada Gambar 2 merupakan penyederhanaan daripada
horizon menurut pedologi (pedologi membagi horizon menjadi horizon-horizon yang lebih
kecil).
20
Adanya profil tanah merupakan hasil penghancuran dan penempatan kembali komponen
tanah oleh air yang meresap (water seeping) ke dalam tanah. Dalam bentuk yang paling
sederhana, kandungan lempung pada Horizon A akan makin menurun, karena lempung dari
horizon tersebut akan terendapkan pada Horizon B. Oleh karena itu, Horizon A terutama terdiri
atas lanau nonplastis, sedangkan Horizon B terdiri atas lempung kelanauan atau lempung.
Kedalaman dan karakter profil tanah sangat dipengaruhi oleh cuaca, topografi dan waktu. Pada
daerah-daerah yang curah hujannya rendah, terjadinya profil tanah kurang berkembang,
sebagaimana halnya pada lereng terjal. Kedalaman pelapukan sangat dipengaruhi oleh umur
dan topgrafi.
Perlu diingat bahwa profil yang disebutkan di atas hanya terjadi apabila air mengalir ke bawah
melalui tanah. Dalam hal tersebut, perkembangan karakter dan kedalaman profil tergantung
pada jumlah air yang melewati tanah. Tanah muda dan tanah yang terjadi pada lereng terjal
akan membentuk profil yang dangkal, sedangkan tanah tua dan tanah yang terjadi pada
cekungan akan membentuk horizon yang dalam.
Berdasarkan proses pembentukannya, bahan atau batuan induk dapat dibagi menjadi batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorf.
Batuan sedimen terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus) dalam air. Sedimen
dapat terdiri atas partikel-partikel atau fragmen mineral (sebagaimana pada kasus batu pasir
(sandstone) atau batu serpih (shale), sisa-sisa binatang (beberapa batu kapur), sisa-sisa
tumbuhan (batu bara dan gambut), produk ahir proses kimia atau penguapan (garam, gipsum),
atau kombinasi bahan-bahan tersebut.
Disamping itu, batuan sedimen sering disebut juga batuan sedimen bersifat Silika (siliceous)
atau gampingan (calcareous), dimana batuan sedimen bersifat Silika adalah batuan Yang
mengandung banyak silika. Batuan yang mengandung banyak kalsium karbonat (batu kapur)
disebut batuan bersifat gampingan.
21
5.7. Batuan beku
Batuan beku terdiri atas bahan cair (magma) Yang telah mendingan dan memadat. Terdapat
dua jenis batuan beku, yaitu batuan ekstrusif dan batuan intrusif. Batuan beku ekstrusif
terbentuk dari magma yang tertumpah ke permukaan bumi pada saat letusan vulkanik atau
kegiatan geologi yang sejenis. Karena pada saat tumpah magma bersentuhan dengan
atmosfir yang memungkinkan cepat mendingin, maka batuan yang terbentuk mempunyai
penampilan dan struktur yang menyerupai kaca. Riolit, andesit dan basal merupakan contoh
batuan ekstrusif.
Batuan beku intrusif terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Karena terperangkap di bawah
permukaan, maka magma mendingin dan mengeras secara perlahan-lahan yang
memungkinkan terbentuknya struktur kristal. Oleh karena itu, batuan beku intrusif mempunyai
penampilan dan struktur sperti kristal; contoh, granit, diorit dan gabro. Akibat proses
pergerakan dan erosi kulit bumi, batuan beku intrusif dapat muncul ke permukaan sehingga
dapat ditambang.
Batuan metamorf umumnya merupakan batuan sedimen atau batuan beku yang telah
mengalami perubahan akibat tekanan dan panas dalam bumi serta reaksi kimia. Karena proses
pembentukan tersebut kompleks, maka batuan metamorf sulit ditentukan secara pasti asal
kejadiannya
Beberapa jenis batuan metamorf mempunyai Ciri yang nyata, yaitu mineralnya tersusun dalam
bidang atau lapisan yang sejajar. Pemisahan batuan pada bidang tersebut akan lebih mudah
daripada pemisahan pada arah Iain. Batuan metamorf yang mempunyai Ciri tersebut disebut
batuan pipih (foliated); contoh, geneis (gneisses) dan sekis (schists) (terbentuk dari batuan
beku) dan Slate (terbentuk dari batuan sedimen, yaitu batuan serpih). Tidak semua batuan
metamorf berbentuk pipih; marmer (terbentuk dari batu kapur) dan kuarsit (terbentuk dari
batu pasir) merupakan batuan metamorf tanpa proses pemipihan.
Tanah terdiri atas partikel-partikel padat yang membentuk struktur porus (mengandung
poripori). Tergantung pada kondisinya, pori-pori dapat berisi air atau udara atau kedua-duanya.
Dengan menggunakan grafik-segi tiga yang ditunjukkan pada Gambar 3, komposisi suatu tanah
dapat ditunjukkan oleh suatu titik, dimana koordinat titik tersebut menyatakan persentase
volume ketiga komponen. Dengan Gambar 3, dapat ditelusuri juga setiap perubahan komposisi;
Garis A menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian pemadatan, Garis B
menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian penyusutan (shrinkage test) dan Garis
C menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian konsolidasi.
Meskipun grafik pada Gambar 3 dapat menunjukkan komposisi tanah dalam persentase
volume, namun dalam praktek partikel mineral (bahan padat) dan air biasanya dinyatakan
dengan berat dalam suatu satuan volume, misal lb/ft3 atau gr/cm 3 , karena berat lebih mudah
diukur daripada volume. Berat bahan padat yang terkandung dalam satu satuan volume tanah
biasanya dikenal dengan kepadatan kering dan hal tersebut berbeda dengan volume suatu
berat tanah setelah dikeringkan. Kepadatan kering merupakan berat bahan padat yang terdapat
22
pada satuan volume tanah dimana setelah air secara hipotetis terbuang volume tersebut tidak
mengalami perubahan.
Meskipun dalam praktek tidak mungkin memisahkan ketiga bagian tanah, namun secara
diagram, ketiga bagian tanah tersebut ditunjukkan pada Gambar 4. Apabila tanah benarbenar
kering (misal setelah dikeringkan dalam oven), maka tanah hanya terdiri atas bahan padat dan
udara; sedangkan dalam keadaan jenuh, tanah hanya terdiri atas bahan padat dan air.
VOLUME BERAT
V W
Gambar 4. Diagram komponen tanah
Hubungan antara komponen-komponen tanah pada Gambar 4 yang telah dikembangkan dalam
mekanika tanah, tidak hanya untuk mendapatkan gambaran tidak langsung mengenai struktur
23
tanah, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan penurunan (settlement),
permeabilitas dan derajat kepadatan.
Secara umum, nilai-nilai di atas serta parameter-parameter lain tanah dapat diperoleh dengan
mengukur berat dan volume contoh tanah yang mewakili.
Karena tanah merupakan bahan yang mempunyai karakteristik sangat heterogin, maka untuk
mendapatkan gambaran tentang "perilakunya” serta untuk memudahkan penanganannya,
terlebih dahulu perlu dipahami sifat-sifat dasar tanah. Beberapa sifat dasar tanah yang
dipandang penting adalah:
a. Kadar air.
b. Angka pori.
c. Berat isi.
d. Berat jenis.
e. Permeabilitas.
f. Elastisitas.
g. Plastisitas.
h. Delatansi.
Sensitivitas.
j. Kohesi dan kekuatan geser.
k. Pemampatan (compressibility).
Penyusutan dan pemuaian (shrinkage and swelling).
m. Aktifitas.
24
n. Kosistensi.
o. Daya kapiler.
6.1 . Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan
Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan merupakan
parameter yang biasa digunakan untuk menunjukkan hubungan antara berat dengan volume
komponen-komponen tanah.
Sebagaimana telah ditunjukkan pada Persamaan 5.1, kadar air adalah perbandingan antara
berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang biasa dinyatakan dalam
persen.
Di laboratorium, kadar air biasanya ditentukan dengan menempatkan contoh tanah dalam
wadah (container) dan kemudian menimbang contoh basah, mengeringkan dan menimbang
contoh kering tanah. Dengan demikian, maka berat contoh kering dan berat air (selisih antara
berat contoh basah dengan berat contoh kering). Pengeringan biasanya dilakukan dalam tungku
(oven) pada suhu 100-105 oc dalam waktu sampai berat contoh tetap.
Berat jenis tanah (biasa dinyatakan dengan simbol G) adalah perbandingan antara berat bahan
padat dengan berat air pada suhu tertentu (biasanya 4 oc), untuk volume yang sama. Berat jenis
tanah biasanya berkisar antara 2,60 sampai 2,80, dimana secara umum, nilai yang rendah
adalah untuk bahan berbutir kasar, sedangkan nilai yang tinggi adalah untuk tanah berbutir
halus. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai jenis tanah yang mempunyai berat jenis di
luar rentang yang disebutkan, yaitu jenis tanah yang berasal dari batuan induk sangat ringan
atau sangat berat. Penentuan berat jenis di laboratorium biasa dlakukan dengan menggunakan
piknometer.
Berat isi tanah didefinisikan sebagai berat masa tanah per satuan volume. Dalam teknik jalan
raya, dikenal istilah "berat isi basah", yaitu satuan berat masa tanah yang mengandung berbagai
tingkat kadar air, serta "berat isi kering", yaitu satuan berat masa tanah setelah dikeringkan
dalam tungku (tidak mengandung air). Berat isi kering dapat diperoleh dengan membagi berat
isi basah oleh kadar air.
Angka pori didefinisikan sebagai perbandingan antara volume rongga (udara dan air) dengan
volume bahan padat; porositas adalah istilah yang mirip dengan angka pori, yaitu perbandingan
antara volume rongga dengan volume total; sedangkan derajat kejenuhan merupakan
perbandingan antara volume air terhadap volume total (biasa dinyatakan dalam persen).
6.2. Permeabilitas
Dalam teknik sipil, permeabilitas biasanya menunjukkan kemampuan (tingkat kemudahan atau
kesulitan) air untuk mengalir dalam pori-pori tanah, baik sebagai akibat pengaruh gaya gravitasi
maupun kekuatan Iain. Tekstur, gradasi, derajat kepadatan dan struktur primer tanah sangat
mempengaruhi permeabilitas. Tanah berbutir kasar mempunyai permeabilitas yang jauh lebih
besar daripada tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kandungan yang rendah bahan halus
atau bahan perekat pada tanah berbutir kasar serta retak, patahan dan lubang pada tanah
berbutir halus kadang-kadang merubah permeabilitas tersebut. Permeabilitas tanah berbutir
lebih kasar dapat ditentukan dengan cukup teliti melalui pengujian, baik di laboratorium
maupun di lapangan.
25
Dalam mekanika tanah, permeabilitas biasa dinyatakan dengan "koefisien permeabilitas", yang
sering didefinisikan sebagai kecepatan aliran air melalui masa tanah di bawah pengaruh satu
satuan gradien hidrolik. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien permeabilitas adalah sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas. Pengujian permeabilitas di
laboratorium dapat dilakukan dengan permeameter, baik yang mempunyai tinggi air berubah
(falling-head permeater), maupun yang mempunyai tinggi air tetap (constant-head
permeameter).
Tanah berbutir kasar (misal pasir dan kerikil) mempunyai koefisien permeabilitas yang besar
dan dapat disebut sebagai tanah porus, sedangkan lempung dan tanah berbutir halus Iain
mempunyai koefisien permeabilitas Yang kecil dan dapat dikatakan sebagai tanah kedap. Pada
Tabel 2 ditunjukkan perkiraan koefisien dan karakteristik drainase berbagai jenis bahan.
6.3. Elastisitas
Elastisitas menggambarkan kemampuan tanah untuk kembali ke bentuk aslinya setelah tanah
melendut akibat pembebanan singkat.
Deformasi elastis atau lendutan balik yang mengikuti pembebanan ringan merupakan akibat
dari deformasi elastis masing-masing partikel mineral dan sampai tingkat tertentu, merupakan
sumbangan dari deformasi elastis struktur tanah yang menyerupai busa karet ("sponge rubber-
like"). Pada sebagian besar tanah dan untuk sebagian besar keperluan rekayasa, deformasi
tersebut sangat kecil dan sering diabaikan. Namun demikian, dalam rekayasa jalan raya,
deformasi elastis disadari makin penting.
6.4. Plastisitas
Plastisitas mengandung arti kemampuan tanah untuk berubah bentuk tanpa mengalami retak
atau hancur serta setelah beban lepas, perubahan bentuk tersebut tetap dipertahankan.
Perubahan bentuk yang tidak kembali atau deformasi plastis kemungkinan merupakan
gabungan daripada sejumlah besar pergeseran kecil antara butir serta keruntuhan kecil struktur
26
lokal pada masa tanah. Menurut teori Goldschmidt, plastisitas merupakan akibat kehadiran
partikel-partikel pada muatan elektro-magnetik, dimana molekul-molekul air mempunyai sifat
bi-polar yang mengatur dirinya mirip magnit-magnit kecil dalam daerah magnetik yang
berdampingan dengan permukaan butir-butir tanah. Pada jarak yang sangat dekat dengan
permukaan, air menjadi sangat kental dan apabila jaraknya bertambah, maka viksositas air
menurun sampai pada jarak tertentu menjadi air normal. Apabila air hadir dalam jumlah yang
cukup, maka pertikel-partikel tanah terpisahkan oleh tetes-tetes air kental yang memungkinkan
partikel bergeser satu sama lain ke posisi yang baru tanpa ada kecenderungan untuk kembali
ke posisi awal, tanpa ada perubahan pada rongga serta tanpa mengganggu kohesi. Kebenaran
teori Goldschmidt ditunjukkan oleh kenyataan bahwa lempung tidak menjadi plastis apabila
dicampur dengan cairan yang mempunyai molekul tidak berpolarisasi, missal minyak tanah.
Dalam pekerjaan rekayasa jalan raya dan pondasi, deformasi plastis dapat menjadi faktor yang
besar dan penting. Mudah dipahami bahwa apabila deformasi plastis makin membesar akibat
pembebanan yang makin meningkat, maka butir-butir tanah mulai berorentasi kembali pada
suatu zona kritis di dalam masa tanah. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah
(mungkin terorentasi sejajar satu sama lain) pada zona kritis jumlahnya cukup besar pula, maka
masa tanah akan mengalami keruntuhan geser. Pada atau dekat zona tersebut, tahanan geser
atau kekuatan tanah dapat dikatakan telah dilampaui.
Kekuatan geser tanah merupakan sumbangan dari friksi antara butir serta kohesi (kohesi
merupakan kekuatan geser di luar sumbangan friksi butir). Oleh karena itu, kohesi (dengan
demikian kekuatan geser) tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan perubahan kadar
air, tingkat dan lama pembebanan, tegangan tidak bebas (confining pressure) serta beberapa
faktor lain. Namun demikian, tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum biasanya
mempunyai kekuatan geser yang lebih besar daripada tanah yang dipadatkan pada kadar air di
atas optimum. Kekuatan geser tanah merupakan persoalan yang rumit dan telah banyak
penelitian untuk merumuskan prosedur paling baik untuk menentukan sifat tersebut.
Menurut definisi, bahan yang mengalami deformasi akibat beban tanpa mengalami perubahan
volumemempunyai Angka Poisson sama dengan setengah; sedangan bahan yang mengalami deformasi
semata-mata akibat perubahan volume mempunyai Angka Poisson sama dengan nol. Angka Poisson
tanah yang dapat dipercaya, sejauh ini sulit ditentukan. Namun demikian, Angka Poisson untuk
sebagian besar tanah berkisar antara 0 dan 0,5. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa
deformasi yang terjadi akibat pembebanan terdiri atas dua bagian, yaitu deformasi elastis-plastis dan
perubahan volume.
Karena butir-butir mineral dan air dalam masa tanah relatif tidak dapat memampat, maka
sebagian besar perubahan volume pada tanah merupakan akibat perubahan struktur tanah
27
yang diikuti dengan keluarnya (expulsion) air atau udara atau kedua-duanya dari masa tanah.
Pemampatan atau perubahan bentuk sebagai akibat keruntuhan geser tidak dimasukkan dalam
kategori ini. Istilah "konsolidasi" biasa digunakan untuk menyatakan porsi deformasi perubahan
volume yang semata-mata diakibatkan oleh keluarnya air pori; sedangkan istilah "densifikasi"
merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan perubahan volume yang
diakibatkan oleh keluarnya udara dari masa tanah.
Sehubungan dengan hal di atas, maka pemampatan sangat dipengaruhi oleh struktur tanah dan
sejarah tegangan yang pernah bekerja pada endapan. Endapan yang terjadi sebagai akibat
proses sedimentasi biasanya mempunyai kompresibilitas yang lebih besar daripada tanah
residual atau endapan yang dipindahkan oleh angin. Pemampatan pada sebagian besar tanah
telah dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metoda pengujian di laboratorium.
Deformasi perubahan volume sering kali terjadi pada masa tanah, meskipun tanpa pemberian
atau pelepasan beban luar. Hal tersebut dapat terjadi akibat sekurang-kurangnya dua fenomena
yang berbeda; misalnya, penurunan muka air tanah pada suatu daerah akan mengakibatkan
peningkatan tegangan tanah sehingga efektif untuk menimbulkan perubahan volume pada
lapisan kompresibel di bawah permukaan air tanah awal dan selanjutnya terjadi penurunan
(settlement) pada timbunan atau bangunan yang terletak pada atau dekat permukaan. Pada
kasus yang lain, perubahan volume dalam bentuk deformasi pada tanah (tidak tergantung pada
beban luar) dapat terjadi sebagai akibat fenomena penyusutan atau pemuaian.
Dalam keadaan normalnya, semua jenis tanah dapat memampat. Namun demikian,
pemampatan pada tanah jenuh lebih merupakan akibat penguranganvolume rongga daripada
pemampatan butir-butir tanah dan air dalam rongga. Apabila tanah jenuh dibebani, maka
sebelum pemampatan terjadi, air yang mengisi rongga akan terlebih dahulu harus terdorong
keluar. Besarnya pemampatan pada suatu jenis tanah tergantung pada berbagai faktor,
diantaranya adalah: besar beban, angka pori, struktur dan sejarah tanah; sedangkan besarnya
konsolidasi pada tanah jenuh merupakan fungsi permeabilitas.
Apabila memungkinkan, penggunaan tanah yang mempunyai perubahan volume besar untuk
pembangunan jalan raya hendaknya dihindarkan. Pada kasus dimana penggunaan tanah
tersebut tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi potensi
pemuaian, atau mengurangi fluktuasi kandungan air. Lempung yang mempunyai perubahan
volume besar seringkali mempunyai batas cair dan indeks plastis yang tinggi. Pengujian di
laboratorium dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menentukan pemuaian tanah.
Istilah penyusutan dan pemuaian yang mempunyai pengertian berbeda dengan pengertian di
atas dikenal pula pada pekerjaan tanah. Pada pekerjaan tersebut, penyusutan dikaitkan dengan
volume tanah dalam keadaan lepas dan volume tanah setelah dipadatkan, sedangkan
pemuaian diartikan dikaitkan dengan volume tanah dalam keadaan asli dan volume setelah
digali (dalam keadaan lepas).
28
6.8. Aktifitas (activity)
Meskipun indeks plastis dan batas cair sangat bermanfaat dalam mendeskripsikan dan
mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta mempunyai hubungan erat dengan sifat-sifat
dasar fraksi lempung, namun kegunaannya akan makin meningkat apabila menghubungkan
plastisitas dengan gradasi butir. Diketahui bahwa berbagai jenis lempung dengan jumlah yang
sama, mempunyai kemampuan yang berbeda untuk merubah tanah menjadi plastis; misalnya,
kaolin dan monmorilonit dalam takaran yang sama akan mempunyai pengaruh yang berbeda.
Demikian pula, dua tanah yang mempunyai indeks plastis dan batas cair sama kemungkinan
mempunyai kandungan lempung yang sangat berbeda, apabila aktifitas secara fisikokimia
daripada campuran lempung-air berbeda. Sebagai upaya mendapatkan ukuran relatif tentang
aktifitas lempung dalam tanah berbutir halus, Skempton (Krebs, 1971) mendefinisikan aktifitas
sebagai perbandingan antara indeks plastis dengan persentase berat butir yang lebih kecil dari
0,002 mm. Aktifitas lempung berkisar mulai dari untuk kaolin sampai 5 untuk monmorilonit.
Aktifitas lempung dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 3.
Dibandingkan dengan sifat-sifat yang lain, aktifitas merupakan konsep yang baru. Salah satu
penggunaanya adalah untuk rnengidentifikasi lempung yang mempunyai potensi pemuaian
tinggi. Dengan diketahuinya aktifitas, maka dengan cepat akan dapat diketahui aktif-tidaknya
lempung, karena karakterisasi berdasarkan plastistas saja tidak cukup.
AKTIVITAS KLASIFIKASI
< 0,75 Lempung tidak aktif
0,75 - 1 ,25 Lempung norma
>1,25 Lempung aktif
*Sumber: Krebs, 1971
Meskipun sebagian besar pembangunan jalan menyangkut bahan terganggu, namun tanah asli
akan dijumpai pada galian dan sering digunakan sebagai pondasi bagi tanah dasar, timbunan
dan struktur (misal jembatan).
Apabila dikaitkan dengan tanah asli, konsistensi mengandung arti sebagai besar relatif kohesi
antara partikel-partikel tanah serta tahanan tanah terhadap gaya yang akan berubah bentuk
atau meruntuhkan tanah. Dengan perkataan Iain, konsistensi dapat diartikan sebagai sifat
tanah yang menunjukkan kemudahan relatif untuk dirubah bentuknya. Istilah tersebut biasa
digunakan terhadap tanah berbutir halus. Contoh beberapa istilah yang dapat digunakan
konsistensi tanah adalah: lunak (soft), kokoh (firm), teguh (stiff), keras (hard).
29
Meskipun konsistensi sering dihubungkan dengan kuat tekan bebas, namun karena pada saat
pengujian, contoh biasanya terganggu, maka korelasi konsistensi dengan kuat tekan bebas
kurang dapat dipercaya. Disamping itu, hasil pengujian penetrasi standar (standard penetratin
test) juga dapat digunakan untuk menyatakan konsitensi. Cara Iain untuk memperkirakan
konsistensi adalah berdasarkan perilakunya apabila dimanipulasi dengan tangan.
Pada Tabel 4 ditunjukkan konsistensi tanah kohesif asli berdasarkan beberapa parameter serta
cara pengujian praktis. Pada setiap konsistensi, jumlah tumbukan adalah lebih kecil untuk
lempung plastisitas tinggi dan lebih besar untuk lempung kelanauan plastisitas rendah.
Untuk menunjukkan karakteristik kondisi khusus yang dipandang penting, mungkin perlu
ditambah penjelasan (deskripsi) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5. Hal tersebut sangat
berguna dalam melukiskan kondisi yang tidak biasa. Tanah berbutir halus dapat terbentuk pada
hampir semua tingkat konsistensi, tergantung pada modus pembentukannya, sejarah geologi
dan kadar air. Tanah keras dapat terbentuk melalui pemadatan, pengawetan (desiccation),
sementasi partikel, atau melalui pembebanan yang besar. Tanah sangat lunak sering dijumpai
pada sedimen baru Yang terkait dengan muka air tinggi. Tanah residual jarang mempunyai
konsitensi lunak.
SENSITIFITAS KELAS
31
<2 Tidak sensitif (insensitive)
2–4 Sensitif moderat (moderate sensitive)
4–8 Sensitif (sensitive)
8 – 16 Sangat sensitif (very sensitive)
16 – 32 Hidup ringan (slightly quick)
32 – 64 Hidup medium (medium quick)
>64 Hidup (quick)
*Sumber: Krebs, 1971
Terjadinya air kapiler diakibatkan oleh dua fenomena, yaitu pertama, gaya tarik antara molekul-
molekul air dimana pada perbatasan dengan udara, gaya tarik tersebut meningkat (tegangan
tarik membentuk meniskus); fenomena yang ke dua adalah gaya tarik antara air dengan dinding
tabung sehingga terjadi pembasahan. Untuk air yang mempunyai suhu 15 oc, tegangan tarik
permukaan adalah sekitar 0,075 gram/cm, dimana nilai tersebut akan agak menurun sesuai
dengan meningkatnya suhu air. Derajat pembasahan dapat dinyatakan dengan istilah "sudut
kontak” (contact angle). Sudut kontak 0 0 menunjukkan pembasahan sempurna, sedangkan
sudut kontak yang lebih besar dari 90 0 menunjukkan tidak terjadi pembasahan, sebagaimana
yang terjadi antara air raksa dengan dinding gelas. Ditinjau dari segi pengaruh jelek air kapiler,
kondisi paling kritis dijumpai pada lanau halus. Meskipun lempung mempunyai kenaikan air
kapiler yang lebih besar daripada lanau, namun kenaikan air kapiler pada lempung berjalan jauh
lebih lambat. Oleh karena itu, pembentukan daerah kejenuhan tinggi pada lempung akan jauh
lebih lama daripada pembentukan pada lanau. Hasil percobaan (Krebs, 1971) menunjukkan
bahwa kenaikan maksimum selama 24 jam terjadi pada contoh tanah yang mempunyai ukuran
butir 0,02 mm.
Meskipun pemodelan daya kapiler berguna untuk memahami naiknya air, namun perlu diingat
bahwa tertahannya air dalam tanah (lempung) tidak semata-mata akibat fenomena tegangan
tarik permukaan saja, tetapi merupakan cerminan daripada gabungan potensi daya kapiler,
penyerapan dan osmotik. Pengaruh tersebut sering disebut penyerapan (suction). Oleh karena
itu, pengaruh air terhadap sifat-sifat tanah yang lain sering dihubungkan pula dengan
pengisapan, disamping dengan daya Kapiler.
Nilai tipikal kenaikan air kapiler untuk beberapa jenjs tanah ditunjukkan pada Tabel 7.
32
JENIS TANAH KENAIKAN AİR KAPILER cm
Pasir kasar 2-5
Pasir 12 - 35
Pasir halus 35 - 70
Lanau 70 - 150
Lempung 200 - >400
*Sumber: Krebs, 1971
6.12. Dilatansi
Dilatansi merupakan sifat tanah dimana apabila contoh tanah diletakkan pada telapak tangan
dan kemudian diguncang-guncang (shaking), maka air yang terkandung pada contoh tanah
akan naik ke permukaan sehingga permukaan tersebut nampak mengkilap, dan apabila contoh
tanah ditekan (squeezed), rnaka air di perrnukaan akan hilang kernbali dan pada contoh tanah
dapat terjadi retak. Pengujian dilatansi sangat berguna untuk membedakan lanau dari lempung.
Meskipun udara dalam tanah penting bagi pertanian (karena diperlukan oleh tanaman),
namun untuk kepentingan rekayasa, sejauh mungkin udara perlu dikurangj (karena tidak
menyumbang apapun terhadap kekuatan tanah).
Dalam tanah terdapat berbagai mikro organisme yang hidup pada bahan organik (berkumpul
pada bagian permukaan tanah). Bagian terbesar mahluk tersebut (disebut bakteri aerobik dan
jamur) memerlukan oksigen dan nitrogen yang terdapat dalam udara tanah.
Dalam teknik sipil, bakteri aerobik dan jamur perlu mendapat perhatian, karena mereka dapat
menyerang dan menghancurkan bahan organik yang terdapat pada tanah dasar atau bagian
perkerasan lain. Contoh, mikro biologi akan membusukkan yute (jute hessian) yang terdapat
pada lapis permukaan beraspal prapabrikasi; hal yang sama akan terjadi pula pada beberapa
jenis resin (misal "vinsol") yang dicampurkan sebagai bahan pengedap tanah. Jones (yang
melakukan penelitian untuk the Road Research Laboratory terhadap kasus yang terakhir)
mempercayai bahwa serangan mikro organisme dapat dikurangi dengan cara mengeluarkan
udara dari tanah.
33
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa perbedaan kelembaban relatif terkait dengan variasi
jenis tanah, kadar air dan suhu. Di beberapa negara bercuaca dingin, suhu merupakan
satusatunya faktor yang dipandang penting dalam hubungannya dengan kondisi jalan raya,
karena variasi kadar air lokal hanya akan mengakibatkan perbedaan kelembaban relatif yang
nyata apabila tanah mempunyai kadar air (lebih kecil dari sekitar 4 persen untuk pasir dan lebih
kecil dari 10 persen untuk lempung). Gradien suhu yang terjadi dalam tanah akibat siklus suhu
harian dan tahunan dapat menimbulkan perbedaan nyata tekanan uap pada beberapa feet
lapisan atas tanah; apabila terdapat lintasan bebas yang memungkinkan uap air mengalir, maka
akan terjadi perpindahan kadar air-
Di bawah kondisi cuaca tertentu (dingin), pergerakan bebas uap air pada tanah yang hampir
jenuh dapat dicegah sehingga perubahan kadar air yang cukup nyata dipandang tidak terjadi.
Di sisi lain, pergerakan uap air mungkin perlu mendapat perhatian yang besar di daerah tropis
dan kering dimana tanahnya mempunyai kadar air yang sangat rendah dan variasi suhu yang
sangat besar. Hal tersebut kemungkinan merupakan alasan terjadinya kadar air yang besar pada
tanah di bawah beberapa perkerasan di daerah kering. Pemasangan lapis permukaan yang
kedap dapat mencegah penguapan.
Air mempunyai pengaruh besar terhadap sifat-sifat fisik tanah. Sebagian besar studi klasik
dalam mekanika tanah, yaitu tentang konsolidasi, stabilitas dan pemadatan, menaruh perhatian
terhadap hubungan antara air dan bahan padat tanah. Air berperan juga sebagai pelarut garam
yang terdapat dalam tanah.
Kohesi akibat gaya tarik permukaan terjadi pada kadar air yang rendah dimana tanah masih
mengandung udara yang cukup. Konsep teoritis kohesi pada kondisi tersebut telah dirumuskan
oleh Haines sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5 (dua butir tanah "ideal" yang mempunyai
diameter sama dihubungkan oleh film air). Gaya tarik permukaan yang bekerja secara tangensial
terhadap permukaan butir menarik kedua butir tersebut dan penurunan tekanan pada film air
juga menarik kedua butir. Kekuatan total (f) yang menarik kedua butir dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:
dimana :
T = gaya tarik permukaan.
a = jari-jari butir.
θ= sudut sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.
34
Pada persamaan di atas terlihat bahwa kohesi meningkat apabila sudut 0 menurun (sejalan
dengan penurunan film air). Hal tersebut merupakan alasan meningkatnya kohesi akibat gaya
tarik apabila tanah dikeringkan.
Apabila gaya kohesif per satuan luas dihitung dari persamaan di atas, maka nila tersebut
proporsional dengan T/a (tekanan kohesif makin meningkat sejalan dengan meningkatnya gaya
tarik permukaan dan menurunnya ukuran butir). Oleh karena itu, pengalaman menunjukkan
bahwa kohesi yang besar terjadi pada lempung, karena buti-butirnya berukuran butir yang
sangat kecil.
Meskipun teori Haines berlaku untuk butir tanah yang ideal bulat, namun diketahui bahwa
bentuk butir lempung adalah pipih. Pada kasus tersebut, Nichols telah mengembangkan
persamaan sebagai berikut:
f= 8.2
dimana :
c = adalah konstanta
d = adalah jarak antara dua butir berbentuk pelat.
Ternyata bahwa partikel pipih mempunyai kohesi yang lebih besar daripada partikel bulat.
Konsep teoritis mengenai kohesi Yang terkait dengan ion bermuatan listrik dalam air telah
dikembangkan oleh Russel dimana air tanah berperan sebagai bahan pengikat. Di dalam tanah
terdapat ion bermuatan positif (kation) seperti Na+ , Ca++ dan Al+++ yang jumlahnya cukup untuk
mengimbangi muatan negatif pada partikel tanah, sehingga sistem menjadi netral. Dalam
berbagai tingkat, kation juga dapat terhidrasi sehingga meningkatkan pembentukan mata
rantai molekul-molekul air yang terorentasi. Apabila kation yang terhidrasi tersebut terletak
dekat dengan partikel tanah, maka dua set molekul air akan membentuk rantai yang mengikat
ion dan permukaan partikel tanah. Hubungan silang juga dapat terjadi, dimana suatu ion Yang
terletak antara dua partikel tanah yang berdekatan dapat berperan sebagai jembatan antara
kedua partikel sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.
Akan terlihat bahwa jenis kohesi yang digambarkan oleh Russel merupakan pengaruh
permukaan. Oleh karena itu, hal tersebut terutama dijumpai pada lempung dimana luas
permukaan butir per satuan berat sangat besar. Kohesi juga tergantung pada jenis ion yang
terdapat dalam tanah serta karakteristik elektrik permukaan partikel, yaitu komposisi kimia dan
struktur partikel.
35
Sejauh ini, kekuatan kohesi yang diuraikan di atas dianggap bekerja pada tanah yang
mempunyai kadar air rendah. Meskipun diketahui bahwa kohesi menurun cepat sejalan dengan
meningkatnya kadar air, namun tabiat kekuatan antara partikel pada kadar air yang tinggi masih
merupakan spekulasi. Meskipun demikian, diyakini bahwa hal tersebut merupakan fungsi
kekuatan Van der Waal mengenai tarikan (atrraction) antara partikel serta kekuatan
elektrostatik mengenai tolakan (repulsion) yang diakibatkan oleh muatan yang terkait dengan
partikel.
Gambar 6. Kohesi sebagai akibat hidrasi partikel (Sumber: Russel dalam TRRL, 1952)
Pada uraian terdahulu disebutkan bahwa molekul air dapat bergabung dengan permukaan
partikel tanah. Dalam hal tersebut, molekul air pada umumnya dipandang dalam keadaan
terserap, yaitu terhidrasinya permukaan partikel. Kekuatan yang menyebabkan terjadinya
hidrasi bersama-sama dengan kekuatan tarik permukaan (yang terjadi pada bidang kontak
antara air dan udara sebagaimana yang telah diuraikan) bergabung untuk menghasilkan suatu
kondisi tekanan yang menurun atau pengisapan dalam air yang besarnya tergantung pada kadar
air tanah. Menurut percobaan, hubungan antara pengisapan dan kadar air untuk semua jenis
tanah ternyata bersifat menerus, yaitu pengisapan meningkat cepat sesuai dengan
menurunnya kadar air.
Pada lempung yang biasanya jenuh pada kadar air di atas sekitar 15 persen, diketahui bahwa
pengisapan terutama merupakan akibat hidrasi partikel, sedangkan pada tanah berbutir,
kekuatan tarik mempunyai peranan yang lebih penting.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan pengisapan tanah yang sejalan dengan
penurunan kadar air berlangsung menerus pada seluruh rentang kadar air. Nilai tersebut mulai
dari nol untuk tanah jenuh sampai beberapa ratus kilogram per centimeter persegi untuk tanah
yang kering oven. Variasi yang besar tersebut memerlukan penggunaan skala logaritma, apabila
sedang meninjau seluruh hubungan antara pengisapan dengan kadar air. Apabila pengisapan
tanah dinyatakan dengan tingginya kolom air, logaritma tinggi kolom tersebut yang dinyatakan
dalam centimeter biasa adalah ekivalen dengan nilai PF kadar air; contoh, air kapiler yang
tingginya 30,5 cm (10 ft) setara dengan pF 2,48 (= log 30,5).
36
Pada Tabel 8 ditunjukkan hubungan antara nilai pF dengan pengisapan tanah yang dinyatakan
dengan tinggi kolom air dan tegangan. Sebagai akibat skala logaritma, pada Tabel 8 terlihat
bahwa pF = 0 tidak sejalan dengan pengisapan yang bernilai nol.
Terjadinya pengisapan tidak memerlukan air tanah. Apabila contoh jenuh dikeringkan di
laboratorium, pengisapan akan terjadi bersamaan dengan terbentuknya meniskus pada pori
(pore entrances). Dengan pengeringan terus, jari-jari meniskus akan makin mengecil dan
pengisapan makin membesar sehingga menghasilkan tegangan efektif positif yang beşar dan
tanah yang tertekan akan terlihat menyusut. Akibat pengeringan terus, jari-jari meniskus dan
jari-jari pori akan mencapai batas terendah, dan pengeringan selanjutnya akan mengakibatkan
pori menjadi kosong dengan sedikit peningkatan pengisapan atau penyusutan. Pada kadar air
yang sangat rendah, hilangnya sudut kontak dan air higroskopik mengakibatkan peningkatan
pengisapan lebih lanjut sampai mencapai tingkat yang sangat tinggi. Apabila semua pori
mempunyai ukuran yang sama, penurunan sedikit kadar air akan mengakibatkan peningkatan
pengisapan yang tiba-tiba sampai meniskus penuh terbentuk dan pori mulai kosong.
Peningkatan pengisapan yang curam adalah tidak biasa untuk tanah, tetapi diilustrasikan oleh
kapur lunak (soft chalk) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7 sehubungan dengan hal
tersebut, sebaiknya tanah mempunyai ukuran pori yang bermacammacam, yaitu agar
pengurangan kadar air dapat berlangsung sedikit demi sedikit sesuai dengan peningkatan
pengisapan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh lempung berat pada Gambar 7.
Stabilitas tanah dapat dipengaruhi oleh pengisapan sebagaimana yang diilustrasikan pada
Gambar 8. dimana pada pengisapan yang rendah, perubahan kekuatan relatif adalah cukup
nyata. Untuk tanah yang plastisitasnya rendah atau tidak plastis, kekuatan terkait langsung
dengan tegangan efektif dan kemudian dengan kenaikan pengisapan (tegangan kapiler pada
air). Oleh karena itu, peningkatan kekuatan akibat pengisapan adalah dramatis, sepanjang
kelembaban kapiler tetap berlangsung.
1
0 60 120 180 240 300 360
PENGISAPAN (cm air)
Gambar 8. Perkiraan hubungan stabilitas relatif (CBR) dengan pengisapan
(Sumber: Krebs, 1971)
Dalam praktek, tebal air serapan pada lempung akan makin tebal, sampai tekanan penyerapan
pada air sama dengan tekanan beban (overburden pressure) pada permukaan tanah, baik
sebagai akibat pembebanan tanah sendiri maupun akibat beban luar. Apabila beban meningkat
pada saat kesimbangan dicapai, maka tebal film air serapan berkurang sehingga terjadi
penurunan. Penomena tersebut disebut konsolidasi. Struktur Yang terbentuk dalam lempung
mudah mengalami perubahan kadar air, bertambah atau berkurang, tergantung pada kondisi
perubahan kadar air tersebut.
38
oleh tumbuhan. Grafik tipikal yang menunjukkan hubungan antara volume tanah dengan kadar
air ditunjukkan pada Gambar 9.
Pada gambar 9 terlihat bahwa grafik terdiri atas dua bagian; bagian pertama adalah garis linear,
sedangkan bagian ke dua adalah garis non-linear dimana untuk penurunan kadar air yang sama
dengan penurunan kadar air pada bagian pertama, penurunan volume adalah lebih kecil.
Apabila garis pertama diperpanjang sehingga memotong garis mendatar yang melewati titik
volume pada kadar air nol, maka kadar air pada perpotongan kedua garis tersebut dikenal
dengan batas susut (SL), yaitu kadar air dimana pada kadar air dibawahnya, tanah hanya
mengalami penyusutan yang kecil.
Terjadinya plastisitas tanah disebabkan oleh pengaruh pelumasan oleh film air terhadap butir-
butir tanah yang berdekatan. Oleh karena itu, plastistisitas tanah tergantung pada faktor-faktor
yang mempengaruhi luas dan tebai film air, yaitu ukuran dan bentuk masingmasing butir serta
sifat-sifat kimia permukaan butir-butir tersebut. Karena tebai film air terutama tergantung
pada kadar air, maka karakteristik plastisitas tanah biasanya diteliti melalui penentuan kadar
air yang diperlukan untuk menjadikan tanah dalam keadaan berbagai tingkat plastisitas.
Meskipun metoda penentuan kadar air tersebut berbeda untuk setiap cabang teknologi tanah,
39
namun metoda yang semula dikembangkan oleh Atterberg untuk pertanian telah digunakan
secara luas dalam rekayasa tanah.
Pengkajian sifat-sifat tanah yang dibentuk kembali dalam kaitannya dengan kadar air telah
menghasilkan hubungan antara konsistensi dengan kadar air yang menjadi dasar untuk
berbagai kepentingan yang terkait dengan tanah berbutir halus, yaitu klasifikasi, identifikasi,
pendeskripsian, pengecekan keseragaman persediaan bahan serta untuk penilaian kecocokan
penggunaan dan penanganan sebagai bahan jalan.
Konsistensi pada kondisi terganggu tergantung pada kadar air. Dengan penambahan air
secukupnya, lempung yang dalam keadaan asljnya kokoh (stiff) dapat dijadikan bubur (melalui
pengadukan). Apabila bubur tanah dikeringkan melalui penguapan, maka tanah akan makin
kental sampai pada suatu tingkat dimana sifat keencerannya hilang dan berubah menjadi
plastis. Dengan melanjutkan pengeringan, plastisitas tanah akan hilang, meskipun tanah masih
dapat dibentuk dengan jari tangan. Pengeringan lebih lanjut akan mengakibatkan retaknya
"benang" tanah pada saat digulung. Pada kondisi tersebut tanah dalam keadaan semi padat
dan pengeringan seterusnya menjadikan tanah dalam keadaan kering dan padat (solid).
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10, konsistensi tanah dapat dibagi menjadi empat
tingkat, yaitu cair, plastis, semi padat dan padat. Pada gambar tersebut, ditunjukkan bahwa
melalui penambahan/pengurangan air dan pembentukan kembali, secara perlahan-lahan
atnah dapat berubah dari satu tingkat konsistensi ke tingkat konsistensi yang lain.
Berdasarkan metode pengujian standar, kadar air yang menjadi batas konsistensi perlu
ditentukan. Oleh karena itu, batas-batas kadar air yang ditetapkan adalah batas cair (kadar air
yang menjadi batas antara kondisi cair dan plastis dan batas plastis (kadar air yang menjadi
batas antara kondisi plastis dan semi padat). Disamping itu, terdapat kadar air di bawah batas
plastis dimana pengeringan mulai kadar air tersebut, penyusutan tanah berhenti. Kadar air
tersebut disebut batas susut, yaitu kadar air terendah dimana tanah masih dalam keadaan
semi padat. Pada batas susut, film air menghilang dari butir tanah sehingga tanah menjadi
kusam (tone). Perbedaan antara batas cair dengan batas plastis dikenal dengan indeks plastis,
sedangkan batas cair dan batas plastis dikenal pula sebagai batas Attenberg.
400
o 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
KADAR AIR
Baik batas cair maupun batas plastis tergantung pada kandungan lempung dalam tanah. Tanah
yang mengandung banyak lempung biasanya mempunyai batas cair dan batas plastis yang
tinggi, sedangkan tanah kurang kohesif berpasir mempunyai batas cair dan batas plastis yang
40
lebih rendah. Sebagian besar lempung mempunyai batas cair yang berkisar antara 50 sampai
90 persen. Batas cair yang nilainya lebih kecil dari 20 persen merupakan batas cair yang luar
biasa dan sulit ditentukan secara eksperimen. Tanah yang mengandung banyak bahan organik
mempunyai batas cair dan batas plastis yang lebih tinggi daripada tanah yang sama tetapi tidak
mengandung bahan organik, meskipun kedua tanah tersebut mempunyai indeks plastis yang
sama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa indeks plastis merupakan fungsi kandungan lempung,
sedangkan batas cair dan batas plastis merupakan fungsi kandungan dan jenis lempung.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila batas cair dihubungkan dengan indeks plastis,
perbedaan hubungan tersebut akan merupakan akibat perbedaan jenis lempung, kecuali
untuk tanah yang mengandung banyak bahan organik dan tanah yang partikel-partikelnya
porus dan berongga, dimana kedua jenis tanah tersebut mempunyai batas cair yang relatif
tinggi untuk indeks plastis tertentu.
Berdasarkan batas cairnya, tanah dapat dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut:
Batas cair rendah : batas cair 20 - 25 persen
Batas cair menengah : batas cair 25 - 50 persen
Batas cair tinggi : batas cair 50 - 70 persen
Batas cair sangat tinggi : batas cair 70 - 90 persen
Batas cair ekstra tinggi : batas cair >90 persen
Untuk menyatakan plastisitas tanah kadang-kadang digunakan istilah gemuk (fat), kurus (lean),
ptastis dan lunak (soft). Namun demikian istilah tersebut kurang berguna apabita tidak disertai
dengan definisi yang jelas tentang cara mengukurnya. Meskipun sejauh ini tidak ada standar,
namun definisi plastisitas yang ditunjukkan pada Tabel 9 umum digunakan. Prosedur tersebut
sangat berguna terutama pada saat pencatatan (logged) contoh hasil pemboran mungkin tidak
sampai ke labaratorium.
41
mengering secara
erlahan-lahan.
Meskipun indeks plastis tidak selalu berkorelasi langsung dengan sifat-sifat teknis tanah, tetapi
untuk tanah anorganik hal tersebut umumnya benar, yaitu indeks plastis yang makin
meningkat akan meningkatkan kekuatan geser pada batas plastis, pemampatan pada batas cair
dan potensi perubahan volume sesuai dengan perubahan kadar air.
Pengkajian hubungan antara batas plastis dengan batas cair telah memberikan gambaran yang
lebih baik tentang derajat plastisitas. Tehah terbukti bahwa dengan bantuan grafik beberapa
sifat lempung dan tanau dapat dikorelasikan dengan batas Atterberg sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Hubungan umum batas Atterberg, indeks plastis dan sifat-sifat teknis1 )
PERBANDINGAN PERBANDINGAN DUA
KARAKTERISTIK DUA KELOMPOK KELOMPOK TANAH 3 )
TANAH 2 )
Pemampatan Kira-kira sama Meningkat
Permeabilitas Menurun Meningkat
Perubahan volume Meningkat
Meningkat
Keuletan (toughness) dekat PL Meningkat
Meningkat
Kekuatan kerin Meningkat
l
)Sumber: Kerbs, 1971
2
)Batas cair sama, indeks plastis meningkat; 3) Indeks plastis sama, batas cair meningkat
42
Gambar 11. Hubungan kepadatan dengan kadar air
Sifat air sebagai pelarut ditunjukkan pada saat pembentukan tanah dari batuan induknya.
Penghancuran batuan induk menjadi fragmen-fragmen merupakan tahap awal pembentukan
tanah secara fisik, sedangkan pelapukan fragmen-fragmen dan pemindahan elemen-elemen
merupakan tahap selanjutnya pembentukan tanah melalui proses kimia oleh air. Pada saat
elemen-elemen tanah terkena air, maka sebagian elemen tersebut berubah menjadi larutan
yang secara kasar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu garam dan bahan organik.
Garam yang larut dalam pelarut akan memperbesar ion bermuatan positif (kation) yang
terdapat pada logam, yaitu sodium, magnesium, kalsium dan almunium dimana ion-ion
tersebut mempunyai sifat yang mudah diserap oleh permukaan partikel tanah. lon-ion
tersebut sering disebut sebagai basa yang dapat ditukar (exchangeable bases) dan sifatnya
dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah.
Ion hidrogen (H+) juga terbentuk pada semua larutan yang biasanya dikaitkan dengan jumlah
ion hidroxil (OH-), karena kedua ion tersebut merupakan hasil penguraian air menurut
persamaan sebagai berikut:
Pada air yang benar-benar netral, ion hidrogen dan hidroxil mempunyai konsentrasi yang sama
dan larutan disebut mempunyai reaksi "netral". Namun demikian, apabila konsentrasi ion
hidrogen lebih besar dari konsentrasi ion hidroxil, maka larutan bersifat asam.
Untuk menyatakan secara kuantitatif keasaman dan alkalinitas suatu larutan digunakan skala
pH, dimana nilai pH merupakan kebalikan konsentrasi ion hidrogen yang dinyatakan dalam
43
skala logaritma berbasis 10. Pada skala tersebut, larutan netral mempunyai pH = 7, sedangkan
asam mempunyai pH yang lebih rendah dan alkalin mempunyai pH yang lebih tinggi. Skala pH
dapat digunakan untuk menilai reaksi air dalam tanah. Dewasa ini telah dikembangkan banyak
metoda untuk keperluan tersebut, diantaranya adalah yang dilakukan melalui pengukuran
potensial listrik yang terjadi antara elektroda yang dicelupkan dalam campuran yang terdiri
atas 1 bagian tanah dan 3 bagian air.
Disamping meningkatkan ion metalik, juga garam dapat mempengaruhi struktur tanah atau
bangunan teknik melalui cara sebagai berikut:
a. Penyerangan/penghancuran beton dan bahan lain yang mengandung semen.
b. Pembubaran/pemisahan bahan porus, termasuk tanah, melalui pembentukan kristal.
c. Pembentukan karat logam, misal pipa besi.
Garam yang biasanya perlu diperhatikan adalah berbagai jenis sulfat, terutama sodium,
magnesium dan kalsium. Sulfat kalsium terjadi secara alami pada tanah (biasanya lempung)
dalam bentuk gipsum kristalin. Di beberapa wailayah, sulfat sodium dan magnesium terjadi
pada tingkat yang lebih rendah pada tanah, tetapi karena lebih mudah larut daripada garam
kalsium, maka kedua sulfat tersebut mempunyai petensi yang lebih berbahaya.
Terjadinya penghancuran bahan mengandung semen oleh garam diperkirakan disebabkan
oleh pembentukan sulfo-aluminat kalsium, yaitu sebagai akibat dari reaksi antara komponen
sulfat dengan komponen almunium yang terdapat dalam semen. Komponen tersebut sangat
terhidrasi dan mengandung 31 molekül air hidrasi. Tegangan internal pada bahan mengandung
semen yang terjadi melalui pemuaian akibat pembentukan sulfo-aluminat kalsium sudah
cukup untuk memisahkan matriks semen serta menghancurkan seluruh bahan.
Kristalisasi sederhana beberapa jenis garam juga merusak bahan porus. Hal tersebut perlu
diperhatikan di daerah kering, dimana air dalam tanah dapat naik cukup tinggi. Garam seperti
sulfat sodium dapat terbawa oleh air dan terkumpul pada permukaan tanah; selanjutnya
kristalisasi garam tersebut akan merusak struktur tanah sehingga terbentuk yang disebut
dengan "didihan garam” ("salt boils").
Sulfat juga merupakan faktor utama yang mengakibatkan terjadinya karat pada pipa logam
yang terletak pada lempung di daerah genangan (waterlogged clay soils). Diyakini bahwa jenis
karat tersebut terjadi sebagai akibat kegiatan bakteri pengurang sulfat anerobik (anaerobic
sulphate-reducing bacteria) dengan nama generik desu/phovibrjo desu/phuricans. Organisme
tersebut dipandang dapat mengurangi sulfat dalam tanah dengan cara menggunakan hidrogen
yang dilepaskan pada elemen katodik sel-sel galvanik yang terbentuk pada permukaan logam.
Oleh karena itu, maka polarisasi akan tercegah dan terjadinya karat akan berlangsung tanpa
kehadiran oksigen. Beberapa kasus korosi pada pipa yang tertanam telah diselidiki oleh the
Chemical Research Laboratory (D.S.I.R.) dimana hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar
kasus terjadi pada lingkungan lempung dan terkait dengan kegiatan mikroba yang memerlukan
sulfat.
Bahan organik juga dapat "larut” (dissolved) dalam air yang melewati tanah, meskipun wujud
campuran antara bahan organik dengan air tidak diketahui secara tepat, sebagai larutan murni
atau sebagai koloidal. Dengan demikian, maka bahan organik di bagian atas tanah dapat
terbilas oleh air dan mengendap di bagian bawah tanah sehingga membentuk zona gelap.
Kemungkinan juga bahwa bahan organik mempengaruhi re-distribusi elemen-elemen mineral
tanah, karena diketahui bahwa besi membentuk bahan kompleks dengan komponen organik
tertentu. Dengan demikian, maka besi mungkin terpindahkan dari beberapa bagian tanah dan
kemudian mengendap dalam bentuk partikel silika bulat menyerupai beton.
44
9. Bahan padat dalam tanah
Bahan padat dalam tanah terdiri atas campuran bahan yang dihasilkan dari pelapukan fisik dan
kimia batuan serta bahan organik yang terdiri atas hasil pembusukan sisa-sisa tumbuhan atau
binatang. Ditinjau dari asal kejadian dan sifatnya, kedua kelompok bahan tersebut sangat
berbeda sehingga perlu ditinjau secara terpisah.
Komposisi bahan organik tergantung pada kelebatan tumbuhan serta tingkat pembusukan.
Dengan demikian, pada tanah di hutan, sebagian beşar bahan organik berasal dari ranting dan
daun, sedangkan pada tanah di padang rumput, bahan organik terutama berasal dari daun dan
akar rumput-rumputan. Pada beberapa kasus, bahan organik mungkin mengandung Sisa
tumbuhan yang masih dapat dilihat, sedangkan pada kasus yang lain, pembusukan telah
terjadi sedemikian rupa sehingga struktur asli tumbuhan sudah lenyap dan hanya
meninggalkan bahan berwarna gelap yang disebut "humus”. Bahan organik dan humus hasil
pembusukan yang baru mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bahan organik
kelompok pertama. Ditinjau dari fisik atau kimia, kelompok pertama (terdiri atas partikel
makro atau serat) masih dalam keadaan aslinya, sedangkan humus bersifat asam dan koloidal
serta mempunyai kapasitas yang beşar untuk menukar basa dan menyerap air sehingga dapat
merubah volume yang sangat besar. Bahan organik yang ke dua tersebut dipandang
merupakan bahan kompleks yang berasal dari lignin dan protein tumbuhan dimana komposisi
rinci antara tanah yang satu dengan tanah yang lain berbeda.
Bahan organik mempunyai sifat teknis yang tidak menguntungkan, karena strukturnya yang
terbuka mirip busa serta bahannya yang secara mekanis lemah. Apabila dibebani atau kadar
airnya berubah, bahan tersebut mudah mengalami perubahan volume; kadar air aslinya juga
sangat tinggi (100 sampai 500 persen) sehingga stabilitas mekanisnya sangat rendah. Sifat
asam cenderung menimbulkan reaksi asam dengan air dan selanjutnya dapat menimbulkan
karat pada logam yang ditanam dalam tanah.
Tanah yang mengandung banyak bahan organik perlu dibuang. Apabila hal tersebut tidak
memungkinkan (sebagaimana halnya terhadap endapan pit yang tebal) dan relokasi jalan tidak
mungkin dilakukan, maka cara mengatasinya pada pekerjaan jalan yang akan melayani lalu-
lintas ringan adalah dengan memasang karpet atau memilih bahan jalan yang ringan sehingga
jalan seolah-olah terapung.
45
Sejauh ini belum diketahui konsentrasi bahan organik yang mulai dapat mempengaruhi
karakteristik tanah. Pengaruh secara kimia telah ditunjukkan pada stabilisasi semen terhadap
tanah yang mengandung sekitar 0,5 persen berat bahan organik, tetapi karakteristik fisik tanah
biasanya tidak terpengaruh apabila kandungan bahan organiknya di bawah 2 sampai 4 persen.
Untuk mengetahui kandungan organik dalam tanah telah dikembangkan beberapa metoda,
baik yang didasarkan pada berat tanah setelah bahan organiknya dihilangkan atau yang
didasarkan pada persentase karbon organik dalam bahan organik (dianggap konstan, yaitu
sekitar 58 persen dari bahan organik).
Bahan mineral dalam tanah biasanya terjadi dalam bentuk berbagai jenis partikel padat,
dimana karakteristik fisik tanah yang didominasi oleh bahan anorganik merupakan
pencerminan daripada sifat-sifat partikel-partikel tersebut. Beberapa sifat penting daripada
partikel adalah ukuran, bentuk dan kandungan mineralnya.
Ukuran dan bentuk partikel sampai tingkat tertentu merupakan fungsi kandungan mineral,
misal, pada tanah yang mengandung mika, struktur partikel adalah laminar. Mineral yang
sangat keras (misal kwarsa) mempunyai bentuk butir yang kurang bulat dibandingkan dengan
bentuk butir mineral yang lebih lunak, meskipun di bawah kondisi pelapukan yang sama.
Mineral lempung almunium-silikat yang terdiri atas kaolin dan montmorilonit terjadi hanya
dalam ukuran yang halus, kemungkinan sebagai akibat modus pembentukannya.
Sifat-sifat yang paling berpengaruh terhadap karakteristik fisik partikel adalah ukuran butir,
yang dievaluasi melalui distribusi butir. Karena tidak mungkin dilakukan untuk setiap butir,
maka penentuan ukuran butir dilakukan menurut voulme/berat butir yang ukurannya terletak
antara beberapa pasangan batas ukuran. Batas ukuran tersebut dinyatakan dengan istilah
"diameter butir ekivalen" ("equivalent particle diameters") dimana butiran dianggap bulat.
Ukuran di antara dua batas disebut "fraksi" tanah dan diberi nama sesuai dengan jenis tanah,
yaitu pasir, lanau, lempung.
Berbagai sistem batasan ukuran butir telah dikembangkan oleh para ahli, sesuai dengan
keperluan berbagai cabang teknologi tanah, diantaranya adalah:
Fraksi kerikil — butiran berdiameter ekivalen antara 60 dan 2,0 mm.
Fraksi pasir — butiran berdiameter ekivalen antara 2,0 dan 0,06 mm.
Fraksi lanau — butiran berdiameter ekivalen antara 0,06 dan 0,002 mm.
Fraksi lempung — butiran berdiameter ekivalen lebih kecil dari 0,002 mm.
Untuk pasir dan lanau, fraksi di atas dapat dibagi lagi menjadi fraksi kasar, medium dan halus.
46
Setiap fraksi mempunyai karakteristik spesifik dan sifat tersebut akan ditunjukkan oleh tanah
yang didominasi oleh fraksi yang terkait.
9.3. Kerikil
Kerikil terdiri atas partikel-partikel kasar sebagai hasil disintegrasi batuan. Di beberapa daerah,
kerikil sering dipindahkan oleh air dari lokasi asalnya sehingga akibat gesekan antara butir,
bentuknya menjadi bulat.
9.4. Pasir
Di beberapa wilayah di dunia, pasir biasanya terdiri atas partikel Silika atau kwarsa, tetapi
beberapa pasir pantai mengandung kalsium karbonat dalam bentuk partikel-partikel kerang,
pasir glasial mengandung butir-butir halus mineral batuan. Butir-butir pasir dapat dilihat
dengan mata telanjang dan apabila diraba terasa berisik.
Sumbangan pasir terhadap stabilitas tanah adalah sebagai akibat interaksi mekanis antara
butir (gesekan internal). Antara butir-butir pasir dapat dikatakan tidak ada kohesi, karena
kecilnya pengaruh film air antara partikel atau efek permukaan dan butir-butir tersebut hanya
memberikan sumbangan yang kecil terhadap pengisapan (suction). Rendahnya penyerapan air
Oleh permukaan butir menyebabkan pasir tidak mengalami pemuaian dan penyusutan.
Tanah yang mengandung banyak pasir biasanya mempunyai struktur yang terbuka sehingga
mudah mengalirkan air (permeabel). Pada tanah tersebut, konsolidasi adalah relatif kecil dan
apabila terdapat pada pondasi jalan, pasir tidak rawan kerusakan akibat pembekuan.
9.5. Lanau
Secara fisik dan kimia, partikel lanau mirip partikel pasir, sedangkan perbedaan utamanya
adalah ukurannya. Sebagaimana halnya dengan pasir, sumbangan utama kekuatan dari lanau
adalah akibat gesekan internal, tetapi film air antara partikel menyumbangkan tingkat tertentu
kohesi pada tanah.
Tanah yang didominasi oleh lanau sangat rawan terhadap pembekuan. Hal tersebut dipandang
merupakan aspek penting bagi insinyur jalan raya. Karena permeabilitasnya yang lebih tinggi,
maka lanau mempunyai konsolidasi yang lebih kecil daripada lempung. Demikian juga, lanau
mempunyai pemuaian dan penyusutan yang lebih kecil daripada lempung.
9.6. Lempung
Butir pada fraksi lempung berbeda dari butir pada dua fraksi di atas, baik dalam hal komposisi
kimianya maupun sifat-sifat fisiknya. Secara kimia, butir lempung terdiri atas almunium-silika
terhidrasi yang terbentuk pada saat proses peluluhan partikel kasar mineral batuan primer.
Diantara mineral yang terbentuk dalam partikel lempung adalah kaolinit, monmorilonit dan
mika.
Secara fisik, perbedaan partikel lempung dengan partikel fraksi yang lebih kasar adalah
bentuknya yang pipih dan lonjong atau lamelar, sehingga per satuan berat mempunyai
permukaan yang lebih luas daripada partikel bulat atau mendekati kubus.
Bentuknya yang pipih merupakan faktor utama Yang menyebabkan tanah menjadi plastis pada
saat dicampur air. Air Yang terdapat dalam tanah mengakibatkan butir-butir terorentasi secara
sejajar dan kemudian mudah bergeser satu sama Iain (lihat Gambar 12). Perubahan orentasi
47
butir dipandang sebagai penyebab adanya perbedaan perilaku antara contoh asli dan contoh
tidak asli lempung.
PARTIKEL FILM AIR
TERORENTASI
Pada uraian di atas tentang air dalam tanah, telah disinggung ion yang terdapat dalam air, yaitu
hidrogen, sodium dan kalsium. Ion-ion tersebut diserap oleh permukaan butir tanah, terutama
pada fraksi lempung, karena lempung mempunyai permukaan spesifik yang besar. Disamping
itu, ion-ion mempunyai sifat yang dapat bertukar, yaitu ion yang telah terserap permukaan
dapat diganti oleh ion Iain dari cairan di sekeliling butir. Oleh karena itu, ion dikatakan sebagai
basa yang dapat ditukar (exchangeable bases) dan kapasitas tanah untuk mengikat ion-ion
tersebut disebut kapasitas pertukaran yang biasa dinyatakan dengan miligram-ekivalen ion
yang dapat diikat dalam 100 gram tanah. Kapasitas pertukaran tanah adalah relatif konstan
dan merupakan fungsi jumlah dan jenis lempung yang terdapat dalam tanah, dimana nilainya
mulai dari 100 mg-ekivalen untuk lempung kaolin sampai sekitar 100 mg-ekivalen untuk
montmorilonit. Dengan demikian, tanah yang mempunyai kapasitas perttukaran 30 mg-
ekivalen dapat mengandung sekitar 0,6 persen berat ion kalsium yang terserap.
Sifat fisik tanah dapat dipengaruhi oleh ion yang terserap. Winterkorn dan asistennya telah
meneliti pengaruh keberadaan berbagai ion terhadap sifat-sifat mekanis dan fisik lempung
serta pengaruhnya terhadap proses stabilisasi. Pengaruh ion terserap, sebagian merupakan
fungsi valensi kimia dan sebagian lagi merupakan fungsi derajat hidrasi, karena ion-ion
tersebut juga dikelilingi oleh amplop molekul air yang terserap. Apabila suatu ion terserap
permukaan butir lempung, maka amplop air yang menyertainya mempunyai pengaruh
terhadap film air di sekeliling butir sehingga mempengaruhi sifat-sifat fisik butir-butir yang
terhidrasi.
48
Pada Tabel 1 1 ditunjukkan hasil penelitian Winterkorn dan Moorman (TRRL, 1952) tentang
pengaruh perubahan ion yang terserap terhadap sifat„sifat tanah, dimana data diperoleh
melalui penambahan contoh tanah dengan asam dan berbagai garam logam. Untuk lempung-
hidrogen dan lempung-almunium, data yang diperoleh adalah sama, karena akibat pengaruh
asam sebagaimana Yang terdapat dalam lempung-hidrogen, mungkin terdapat juga ion
almunium (yang timbul pada saat penghancuran almunium-silikat).
Baver dan Winterkorn juga telah menunjukkan bahwa penyerapan tanah terhadap air dan
kapasitas pemuaiannya makin meningkat sejalan dengan meningkatnya kapasitas pertukaran
basa.
Sifat fraksi lempung adalah sedemikian rupa sehingga kehadirannya, sekalipun dalam kadar
yang relatif kecil, mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah. Dengan
demikian, tanah yang mengandung banyak partikel pasir (70 sampai 80%) dapat bersifat
kohesif apabila tanah tersebut mengandung sekurang-kurangnya 10% lempung; sedangkan
agar tanah dapat benar-benar bersifat lempung, tanah tersebut cukup mengandung 40 sampai
50% partikel berukuran lempung.
Tabel 11. Pengaruh ion-ion yang dapat ditukar (exchangeable ions) terhadap sifat tanah
Putnam (Sumber: TRRL, 1952)
Pada sebagian beşar kasus, tanah digunakan dalam keadaan aslinya di alam, tidak
sebagaimana halnya dengan bahan bangunan lain. Pada disain bangunan beton dan baja,
seseorang dapat menetapkan jenis bahan yang harus digunakan. Dalam hal tersebut, pertama-
tama dia dapat memilih bahan dan kemudian menetapkan kekuatan ijin bahan tersebut, atau
sebaliknya. Cara tersebut tidak mungkin dilakukan terhadap tanah, karena seseorang harus
mengidentifikasi tanah dan kemudian, jika memungkinkan, menarik kesimpulan tentang data
49
yang diperlukan untuk disain. Agar hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap orang, maka tanah
harus dideskripsikan secara rinci sesuai dengan sistem klasifikasi standar.
Pengklasifikasian tanah yang tepat harus mendasar dan menunjukkan potensi penggunaan
tanah serta harus memenuhi beberapa ketentuan minimum.
Pada awalnya sistem dikembangkan sekitar tahun 1928 oleh the U.S. Bureau of Public Roads
dan kemudian direvisi beberapa kali. Hasil revişi paling mutakhir yang dilakukan oleh Bureau
of Public Roads dipublikasikan pertama kali pada tahun 1942 dimana pada versi tersebut tanah
dibagi menjadi delapan kelompok. Revişi lain yang ekstensif dilakukan pada tahun 1945 oleh
suatu kelompok insinyur jalan raya yang bekerja bagi the Highway Research Board. Versi tahun
1945 tersebut merupakan bentuk dasar daripada sistem klasifikasi AASHTO.
Menurut versi tahun 1945 di atas, tanah dibagi menjadi tujuh kelompok dimana tanah yang
memiliki daya dukung dan karakteristik pelayanan hampir sama dimasukkan dalam satu
kelompok. Ketujuh kelompok tersebut dinyatakan dengan A-I , A-2, A-3, A-4, A-5, A-6 dan A-7
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12. Secara umum, tanah yang paling baik untuk tanah
dasar adalah A-I , sedangkan yang paling buruk adalah A-7. Dengan demikian, maka tebal
perkerasan yang diperlukan akan makin meningkat sesuai dengan nomor kelas yang makin
besar.
Pada sistem klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan, ketujuh kelompok tanah dibagi lagi
menjadi dua belas subkelompok sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 13. Untuk mengevaluasi
lebih lanjut tanah sebagai tanah dasar, pada sistem tersebut digunakan "indeks kelompok",
yaitu suatu angka yang diperoleh secara empiris berdasarkan batas cair, batas plastis dan berat
butir yang lolos saringan No. 200.
Untuk klasifikasi menurut AASHTO, pengujian yang diperlukan adalah sebagai berikut:
• Analisis saringan butir halus dan butir kasar:
SNI 03-1968-1994 (AASHTO T 27)
• Analisis ukuran butir tanah: SNI 03-3423-1994 (AASHTO T 88)
• Kandungan bahan lebih halus dari 0,075 mm (No. 200):
SNI 03-4142-1996 (AASHTO T 1 1)
• Pengujian batas cair : SNI-03-1967-1990 (AASHTO T 89)
• Pengujian batas plastis dan indeks plastis:
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90)
50
10.3. .Penentuan kelas/kelompok tanah
Setelah pengujian untuk klasifikasi dilakukan di laboratorium, maka kelas tanah yang diuji
ditentukan dengan menggunakan Tabel 12, atau apabila diperlukan kelas yang lebih rinci,
digunakan Tabel 13. Penentuan kelas tanah dilakukan dengan mencocokkan data gradasi, batas
cair dan indeks plastis hasil pengujian dengan besaran yang ditunjukkan pada Tabel 12 atau
13. Apabila diperlukan, di belakang simbul kelompok dapat dibubuhkan indeks kelompok yang
ditulis dalam tanda kurung.
Seseorang yang menentukan kelas tanah harus berhati-hati terhadap istilah-istilah yang sering
kali digunakan dalam sistem klasifikasi. Disamping itu, pemahaman terhadap sifatsifat khusus
dan karakteristik umum kinerja berbagai jenis tanah sebagai bahan perlerasan merupakan
aspek yang sangat penting.
Untuk keperluan pendeskripsian, sering kali tanah dibagi menjadi lima fraksi sebagai berikut:
Bongkah (boulders) — butiran yang tertahan saringan 75 mm (3 in).
Kerikil (gravel) — butiran yang lolos saringan 75 mm (3 in) dan tertahan saringan 2
mm (No. 10).
Pasir kasar (coarse sand) — butiran yang lolos saringan 2 mm (No. 10) dan tertahan
saringan 0,425 mm (No. 40).
Pasir halus (fine sand) — butiran yang lolos saringan 0,425 mm (No. 40) dan tertahan
saringan 0,075 mm (No. 200).
- Gabungan lanau (silt) dan lempung (Clay) — butiran yang lolos saringan 0,075 mm (No.
200).
Kelompok ini terdiri atas fragmen-fragmen batuan atau kerikil bergradasi menerus yang
tidak mengandung bahan perekat atau mengandung bahan perekat tidak plastis atau agak
plastis.
51
• Sub kelompok A-l-a
Sub kelompok ini adalah tanah yang didominasi oleh fragmen-fragmen batuan atau kerikil,
dengan atau tanpa bahan perekat yang bergradasi menerus.
Sub kelompok A-l-b
Sub kelompok ini adalah tanah yang didominasi oleh pasir kasir, dengan atau tanpa bahan
perekat yang bergradasi menerus.
2. Kelompok A-3
Kelompok ini terdiri atas pasir dengan sedikit atau tanpa butiran kasar dan bahan perekat.
Pasir pantai halus atau pasir gurun halus tanpa butiran lanau atau lempung atau dengan
sangat sedikit lanau tidak plastis merupakan contoh tanah yang termasuk pada kelas ini.
Kelompok ini mencakup juga campuran pasir halus bergradasi jelek dengan sedikit pasir
kasar dan kerikil sebagai hasil pengendapan oleh arus. Tanah jenis ini cocok sebagai tanah
dasar pada semua jenis perkerasan, asalkan dalam keadaan terkurung (confined) dan
lembab serta dapat dipadatkan dengan menggunakan mesin pemadat getar, mesin
pemadatan roda karet dan mesin pamadat roda besi, tetapi tidak dengan mesin pemadat
kaki kambing. Namun demikian, tanah jenis ini mudah tererosi dan mudah terpompa
apabila digunakan di bawah perkerasan kaku.
3. Kelompok A-2
Kelompok ini mencakup berbagai jenis tanah "granular" yang merupakan batas antara
tanah yang termasuk A-1 dan A-3 dengan lempung kelanauan pada kelompok A-4, A-5, A-6
dan A-7. Kelompok ini mencakup semua jenis tanah yang mengandung 35 persen atau
kurang butiran yang lolos saringan No. 200, yang tidak termasuk pada kelompok A-1 atau
A-3.
52
• Sub kelompok A-2-4 dan A-2-5
Sub kelompok ini terdiri atas berbagai jenis tanah granular yang mengandung 35 persen
atau kurang butiran yang lolos saringan No. 200 dimana butiran yang lolos saringan No. 40
berturut-turut mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik A-4 dan A-5.
Kelompok ini mencakup kerikil dan pasir kasar dengan kandungan lanau atau indeks plastis
yang lebih besar dari batas untuk kelompok A-I, serta pasir halus dengan kandungan lanau
tidak plastis yang lebih besar dari batas untuk kelompok A-3. Sub kelompok A-2-6 dan A-2-
7.
Sub kelompok ini terdiri atas tanah yang mirip dengan tanah yang dideskripsikan pada A-
2-4 dan A-2-5, kecuali porsi halusnya mengandung lempung plastis yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan karakteristik pada kelompok A-6 atau A-7. Perkiraan
pengaruh gabungan indeks plastis yang lebih dari 10 dan persentase berat butir lolos
saringan No. 200 yang lebih dari 15 persen dicerminkan oleh indeks kelompok yang
berkisar antara O dan 4.
Tanah A-2 dinilai mempunyai mutu yang lebih rendah daripada tanah A-I , karena tanah
tersebut mempunyai ikatan yang lemah atau bergradasi jelek atau gabungan kedua-
duanya. Apabila digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan, tanah A-2 dapat menjadi
lunak pada cuaca basah dan menjadi lepas dan berdebu pada cuaca kering, tergantung
pada karakter dan jumlah bahan pengikat. Namun demikian, apabila dilindungi terhadap
perubahan kadar air yang ekstrim tersebut, tanah ini dapat sangat stabil.
Apabila dipadatkan secara seksama dan diberi sistem drainase yang memadai, tanah A-2-
4 dan A-2-5 cocok untuk lapis pondasi atas, sedangkan tanah A-2-6 dan A-2-7 dapat
kehilangan stabilitasnya apabila akibat air kapiler menjadi jenuh atau akibat sistem
drainase yang jelek. Tanah A-2-6 dan A-2-7 yang mengandung butiran lolos saringan No.
200 yang rendah dipandang cocok sebagai lapis pondasi atas; sedangkan tanah A-2-6 dan
A-2-7 yang mengandung butiran Iolos saringan No. 200 yang tinggi dan indeks plastisnya
10 atau lebih diragukan sebagai lapis pondasi atas.
Tanah A-2 sering kali digunakan sebagai lapis penutup tanah dasar yang sangat plastis.
Tanah tipikal pada kelompok ini adalah lanau tidak plastis atau agak plastis yang biasanya
mempunyai kandungan 75 persen atau lebih butiran yang lolos saringan No. 200. Kelompok
ini mencakup juga campuran antara tanah berbutir halus mengandung lanau dengan pasir
dan kerikil dimana butiran yang tertahan saringan No. 200 maksimum 64 persen.
Indeks kelompok tanah ini berkisar antara 1 sampai 8 dimana peningkatan kandungan
butiran kasar dicerminkan oieh makin menurunnya indeks kelompok.
Tanah yang didominasi oleh lanau ini sering dijumpai di lapangan dimana teksturnya
bervareasi mulai dari lom kepasiran (sandy loam) sampai lom kelanauan dan lom
kelempungan.
Meskipun pada kadar air yang tepat tanah ini mempunyai kinerja yang baik sebagai
komponen perkerasan, sering kali tanah ini mudah mengikat air sehingga akan memuai
dan kehilangan stabilitasnya, kecuali apabila dipadatkan dengan seksama dan diberi sistem
drainase yang memadai. Tanah ini juga mudah dipengaruhi pembekuan.
54
Karena tanah ini sulit mengalirkan air dan mudah menyerap air kapiler sehingga
mengakibatkan hilangnya kekuatan, maka disain struktur perkerasan perlu didasarkan
kekuatan tanah dalam keadaan jenuh.
Lom kelanauan sering kali sulit dipadatkan; oleh karena itu maka pemadatan perlu
dilakukan dengan pengendalian kadar air yang seksama dan sebaiknya menggunakan
mesin pemadat roda karet.
2. Kelompok A-5
Tanah tipikal pada kelompok ini adalah sama dengan yang diuraikan pada kelompok A-4,
kecuali karakternya yang biasanya mirip dengan karakter diatoma atau mika dan dapat
mempunyai sifat elastis yang tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh batas cair yang tinggi.
Indeks kelompok tanah ini berkisar antara 1 sampai 12, dimana nilainya yang makin
meningkat merupakan pengaruh gabungan dari makin meningkatnya batas cair dan makin
menurunnya persentase butiran kasar.
Tanah jenis ini terbentuk tidak seluas seperti A-4 dan biasanya pada kondisi lembab dan
agak kering bersifat elastis atau resilien. Disamping itu, tanah ini mudah dipengaruhi
pembekuan, erosi dan kehilangan kekuatan apabila tidak diberi sistem drainase yang
memadai.
Karena tanah ini sulit mengalirkan air dan mudah menyerap air kapiler sehingga
mengakibatkan hilangnya kekuatan, maka disain struktur perkerasan perlu didasarkan
kekuatan tanah dalam keadaan jenuh.
Tanah ini sering kali sulit dipadatkan; oleh karena itu maka pemadatan perlu dilakukan
dengan pengendalian kadar air yang seksama.
3. Kelompok A-6
Tanah tipikal pada kelompok ini adalah lempung plastis yang biasanya mengandung 75
persen atau lebih butiran yang lolos saringan No. 200. Kelompok ini mencakup juga
campuran antara tanah berbutir halus mengandung lempung dengan pasir dan kerikil
dimana butiran yang tertahan saringan No. 200 maksimum 64 persen. Tanah pada
kelompok ini biasanya mempunyai perubahan volume yang besar apabila kadar air
berubah.
Indeks kelompok tanah ini berkisar antara 1 sampai 16, dimana nilainya yang makin
meningkat merupakan pengaruh gabungan dari makin meningkatnya batas cair dan makin
menurunnya persentase butiran kasar.
Tanah pada kelompok ini sering dijumpai dan digunakan secara luas sebagai timbunan.
Apabila kadar airnya dikendalikan dengan seksama, maka tanah jenis ini mudah dipadatkan,
baik dengan mesin pemadat kaki kambing atau mesin pemadat roda karet. Dalam keadaan
kering, tanah ini mempunyai kekuatan yang tinggi, namun kekuatan tersebut akan turun
apabila tanah dalam keadaan basah (menyerap air). Disamping itu, tanah ini akan
memampat bila dalam keadaan basah dan memuai atau menyusut bila kadar airnya
berubah.
55
Apabila digunakan sebagai bahan bahu dan kemudian mengering, tanah ini akan menyusut
dan cenderung menjauh dari tepi perkerasan sehingga terbentuk celah yang mudah
dimasuki air.
Karena tanah ini sulit mengalirkan air dan mudah menyerap air kapiler sehingga
mengakibatkan hilangnya kekuatan, maka disain struktur perkerasan perlu didasarkan
kekuatan tanah dalam keadaan jenuh.
4. Kelompok A-7
Tanah tipikal dan persoalan yang dihadapi tanah ini adalah sama dengan yang diuraikan
pada tanah A-6, kecuali batas cairnya yang sama dengan batas cair A-5 serta bersifat elastis
dan mudah mengalami perubahan volume yang tinggi.
Indeks kelompok tanah ini berkisar antara 1 sampai 20, dimana nilainya yang makin
meningkat merupakan pengaruh gabungan dari makin meningkatnya batas cair dan indeks
plastis serta makin menurunnya persentase butiran kasar.
Tanah yang mengandung banyak bahan organik (misal gambut) tidak dimasukkan dalam
kelompok di atas, karena tanah tersebut mempunyai sifat-sifat yang tidak diperlukan untuk
rekayasa, sehingga sebaiknya penggunaannya dihindarkan (bila mungkin untuk setiap jenis
konstruksi).
Indeks Kelompok (GI) = (F – 35){0,2 + 0,05(LL – 40)} + 0,01 (F – 15)(PI -10) . 10. 1
dimana :
F = persentase butiran lolos saringan No. 200; persentase tersebut semata-mata
didasarkan pada bahan yang lolos saringan 75 mm (3 in).
LL = batas cair;
PI = indeks plastis;
56
Apabila digunakan persamaan di atas, maka indeks kelompok tidak mempunyai batas atas.
Nilai kritis batas cair, batas plastis dan persentase butiran lolos saringan 0,075 mm (No. 200)
didasarkan pada evaluasi tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas Oleh
beberapa organisasi jalan raya.
Contoh
Misalkan tanah A-7 mengandung 90% butiran yang lolos saringan 0,075 mm (No, 200),
mempunyai LL = 80 dan PI = 50.
Penentuan indeks kelompok dengan menggunakan grafik pada Gambar 13 memberikan hasil
yang cukup teliti, kecuali apabila diperlukan nilai yang tepat, maka perlu digunakan persamaan
di atas.
Gambar 13. Grafik untuk menentukan Indeks Kelompok (Sumber: Yoder, 1975)
(Indeks Kelompok = jumlah pembacaan skala vertikal pada Grafik 2)
57
Catatan: Tanah A-2 mengandung kurang dari 35% bahan lolos saringan No. 200
Gambar 14. Rentang batas cair dan indeks plastis untuk tanah lanau lempung
(Sumber: Asphalt Institute, 1993)
Pada awal tahun 1940-an telah dikumpulkan data yang cukup untuk merumuskan Sistem
Unified dimana hal tersebut telah diadopsi oleh the Corps of Engineers untuk pekerjaan lapang
terbang pada tahun 1942. Pada tahun 1947 the Corps of Engineers memasukkan beberapa
batas tertentu untuk menghindari adanya klasifikasi ganda. Beberapa institusi lain juga telah
menggunakan Sistem Unified, sedangkan the Corps of Engineers dan the Bureau of Reclamation
memperluas penggunaannya untuk semua tahap pekerjaan tanah. Pembahasan pada tahun
1952 oleh the Corps of Engineers dan the Bureau of Reclamation, dengan konsultan Dr.
Casagrande, menghasilkan kesepakatan untuk memodifikasi Sistem Klasifikasi Lapang Terbang
menjadi Sistem Klasifikasi Unified.
- Dasar pengklasifikasian
Untuk tanah yang mengandung sedikit butiran halus sehingga kandungan tersebut tidak
mempengaruhi kinerja tanah, Sistem Klasifikasi Unified didasarkan pada karakteristik tekstur,
sedangkan untuk tanah yang butiran halusnya mempengaruhi kinerja tanah, Sistem Unified
didasarkan pada karaskteristik plastisitas-kompresibilitas. Karakteristik
plastisitaskompresibilitas tanah dievaluasi dengan cara mengeplot titik-titik indeks plastis dan
batas cair pada grafik plastisitas standar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 15. Posisi titik
dalam grafik akan menginformasikan tentang perkiraan kinerja tanah sebagai bahan bangunan
teknik.
58
Sifat-sifat tanah yang menjadi dasar klasifikasi Unified adalah sebagai berikut:
a. Persentase kerikil, pasir dan butir halus (fraksi lolos saringan No. 200).
b. Bentuk kurva gradasi.
c. Karakteristik plastisitas dan kompresibilitas.
Bahan yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200) disebut lanau apabila bahan tersebut non
plastis serta titik batas cair-indeks plastis terletak di bawah Garis-A; dan disebut lempung
apabila bahan tersebut plastis serta titik batas cair dan indeks plastis terletak di atas Garis-A.
Hal tersebut berlaku untuk lanau dan lempung inorganik serta lanau organik, sedangkan untuk
lempung organik tidak berlaku, karena tanah tersebut berada di bawah Garis-A. GarisA
digambar berdasarkan hasil penemuan Dr. Casagrande yang umumnya merupakan pemisah
antara tanah yang bersifat lempung dengan tanah yang bersifat lanau.
59
- Pembagian kelompok dan simbol kelompok
Sistem Unified membagi tanah menjadi tiga divisi, yaitu:
- Tanah berbutir kasar;
- Tanah berbutir halus;
- Tanah mengandung banyak bahan organik.
Tanah berbutir kasar adalah tanah yang mengandung 50 persen atau kurang butiran yang lolos
saringan 0,075 mm (No. 200), sedangkan tanah berbutir halus adalah tanah yang mengandung
lebih dari 50 persen butiran yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200). Tanah yang mengandung
banyak bahan organik umumnya dapat dikenali melalui pengujian secara visual. Lebih lanjut
Sistem Unified membagi tanah menjadi 15 kelompok. Masing-masing kelompok diberi nama
dan simbul dengan huruf serta ditentukan berdasarkan istilah yang digunakan pada fraksi
tanah, nilai relatif batas cair (tinggi atau rendah), atau gradasi relatif (gradasi menerus atau
gradasi jelek).
Kerikil adalah tanah berbutir kasar dimana persentase butiran yang tertahan saringan 4,75 mm
(No. 4) lebih besar daripada persentase butiran yang lolos saringan 4,75 mm (No. 4); pasir
adalah tanah berbutir kasar dimana persentase butiran yang tertahan saringan 4,75 mm (No.
4) lebih kecil daripada persentase butiran yang lotos saringan 4,75 mm (No. 4).
Masing-masing kelompok di atas dibagi menjadi empat sub kelompok sebagaimana diuraikan
di bawah.
1. GW dan SW
Tanah ini terdiri atas kerikil dan pasir bergradasi menerus yang tidak atau sedikit
mengandung bahan halus non plastis (butiran yang lolos saringan No. 200 kurang dari 5
persen). Keberadaan bahan halus tidak mempengaruhi kekuatan dan tidak mengganggu
karakteristik drainase fraksi kasar.
60
2. GP dan SP
Tanah ini terdiri atas kerikil dan pasir yang mempunyai gradasi yang jelek dan sedikit atau
tidak mengandung bahan halus non plastis. Ditinjau dari gradasinya, tanah ini dapat dibagi
Iagi menjadi kerikil dan pasir bergradasi senjang serta kerikil dan pasir bergradasi seragam.
3. GM dan SM
Tanah pada kelompok ini terdiri atas kerikil kelanauan dan pasir kelanauan dimana bahan
halusnya (lebih dari 12 persen lolos saringan No. 200) mempunyai sifat tidak atau agak
plastis. Pada grafik plastisitas, titik-titik batas cair dan indeks plastis tanah ini terletak di
bawah Garis-A. Pada kelompok ini termasuk juga tanah yang bergradasi menerus dan yang
bergradasi jelek.
Meskipun tanah ini dalam keadaan kering biasanya mempunyai kekuatan yang rendah atau
tidak mempunyai kekuatan, namun kadang-kadang bahan halusnya mempunyai sifat
sementasi alami yang dapat meningkatkan kekuatan kering.
Kelompok dasar GM dan SM dapat dibagi lagi menjadi dua sub kelompok yang diberi simbul
tambahan "d” dan "u”. Simbul tersebut menyatakan bahwa tanah diperlukan (desirable)
atau kurang/tidak diperlukan (undesirable) sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan
raya dan lapang terbang. Pembagian ke dalam sub kelompok didasarkan pada hasil
pengamatan lapangan dan pengujian laboratorium. Batasan untuk penetapan sub
kelompok adalah batas cair dan indeks plastis bahan yang lolos saringan No. 40 (0,425mm).
Simbul "d” digunakan apabila batas cair tanah adalah 25 atau lebih kecil dan indeks
plastisnya adalah 15 atau lebih kecil; sedang simbul "u” digunakan apabila batas cair dan
indeks plastis tanah adalah di luar nilai yang disebutkan pada penggunaan simbul "d".
Simbul tipikal tanah kelompok ini adalah GMd dan SMu.
4. GC dan SC
Kelompok ini terdiri atas tanah mengandung kerikil atau tanah mengandung pasir dimana
bahan halusnya (lebih dari 12 persen lolos saringan No. 200) bersifat lempung dengan
plastisitas mulai dari rendah sampai tinggi. Titi-titik batas cair dan indeks plastis tanah ini
terletak di atas Garis-A pada grafik plastisitas. Tanah bergradasi menerus dan bergradasi
jelek termasuk pada kelompok ini.
Lanau adalah tanah berbutir halus dimana batas cair dan indeks plastisnya terletak di bawah
Garis-A pada grafik plastisitas; sedangkan lempung adalah tanah berbutir halus dimana batas
cair dan indeks plastisnya terletak di atas Garis-A pada grafik plastisitas. Lempung organik
merupakan kekecualian ketentuan tersebut, karena batas cair dan indeks plastis tanah
tersebut terletak di bawah Garis-A.
Lanau, lempung dan tanah organik dibagi lagi menjadi sub kelompok berdasarkan nilai relatif
batas cairnya (tinggi dan rendah). Garis pembatas antara batas cair rendah dan batas cair tinggi
adalah batas cair 50.
Beberapa jenis tanah yang mewakili masing-masing kelompok (ML, CL, CH, OL dan OH) dapat
dilihat pada Kolom 4 (NAMA TIPIKAL) Tabel 14.
61
ı . ML dan MH
Kelompok ini terdiri atas lanau kepasiran, lanau kelempungan atau lanau inorganik yang
mempunyai plastisitas relatif rendah, tanah jenis loess, serbuk batuan serta tanah bersifat
diatoma dan mika. Lempung kaolin dan lempung ilit termasuk juga dalam kelompok ini.
2. CH dan CL
Kelompok ini terutama terdiri atas lempung inorganik. Lempung plastisitas medium dan
tinggi termasuk pada kelompok CH dan mencakup lempung gemuk, lempung gumbo
(gumbo clays), bentonit dan beberapa lempung vulkanik.
Lempung plastisitas rendah termasuk pada kelompok CL dan biasanya mencakup lempung
kurus, lempung kepasiran atau lempung kelanauan.
3. OL dan OH
Kelompok ini ditandai oleh keberadaan bahan organik. Lanau dan lempung organik
termasuk pada kelompok ini dan mempunyai rentang plastisitas yang sesuai dengan
rentang plastisitas ML dan MH.
10.6.2. Karakteristik yang terkait dengan jalan raya dan lapang terbang
Karakteristik umum tambahan bagi ke-lima betas kelompok tanah yang telah diuraikan di atas,
yaitu yang berhubungan dengan jalan raya dan lapang terbang, ditunjukkan pada Tabel 15
(Sumber: Asphalt Institute, 1993).
62
PROSEDUR IDENTIFIKASI DI LAPANGAN UNTUK TANAH ATAU FRAKSI BERBUTIR HALUS
Prosedur ini harus dilakukan terhadap tanah yang mempunyai ukuran butir 0,425 mm (No.
40) atau kira-kira 0,40 mm. Pada pengklasifikasian di lapangan, tanah tidak perlu disaring,
tapi cukup membuang butir-butir kasar yang akan mengganggu pengujian.
Pasir sangat halus yang bersih memberikan reaksi paling cepat dan nyata, sedangkan
lempung plastis tidak memberikan reaksi. Lanau inorganik, misalnya serbuk batuan,
memberikan reaksi yang moderat.
63
• Remas contoh tanah dengan jari untuk mengetahui kekuatan hancurnya.
Kekuatan di atas merupakan parameter karakter dan kuantitas fraksi koloid yang
terkandung dalam tanah, dimana kekuatan kering sejalan dengan meningkatnya plastisitas.
Kekuatan kering yang tinggi dimiliki oleh lempuk yang termasuk dalam kelas CH; lanau
inorganik umumnya mempunyai kekuatan kering yang sangat kecil. Meskipun pasir halus
kelanauan dan lanau memiliki kekuatan kering yang hampir sama rendahnya, namun dapat
dibedakan dengan cara merasakan pada saat kedua bahan tersebut menjadi serbuk,
dimana pasir halus akan terasa kasar ("berisik"), sedangkan lanau tipikal akan terasa lembut
seperti tepung terigu.
Koefisien lengkungan (Cc) memastikan bahwa kurva gradasi untuk kombinasi D60 dan D10 akan
mempunyai bentuk yang cekung dalam batas-batas yang relatif sempit. Gradasi lain yang
tidak memenuhi kriteria yang telah disebutkan, termasuk gradasi jelek.
64
Tabel 14. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan
deskripsi
1)
Tanpa butir yang lebih beşar dari 3 inci (75 mm) dan fraksi didasarkan atas persentase berat;
2)
Saringan 0,075 mm (No- 200) adalah kira-kira sama dengan ukuran butir yang dapat dilihat mata
telanjang;
3) Untuk pengklasifikasian visual, ukuran 6 mm (% inci) dianggap setara dengan saringan 4,75 mm (No.
4).
*Lihat "Prosedur identifikasi Ipanagan untuk tanah atau fraksi halus
65
Tabel 14. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi (lanjutan)
66
Tabel 14. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi (lanjutan)
Catatan
(1) Klasifikasi perbatasan: tanah yang mempunyai karakteristik dua kelas ditunjukkan dengan
gabungan simbul kelompok; contoh, GW GC adalah campuran kerikil pasir bergradasi menerus
mengandung lempung.
(2) Ukuran saringan yang ditunjukkan dalam tabel adalah menurut Standard Amerika Serikat.
(3) Catatan lebih lanjut diuraikan di bawah.
67
Tabel 15. Karakteristik tanah untuk perkerasan jalan raya dan lapang terbang
68
Tabel 15. Karakteristik tanah untuk perkerasan jalan raya dan lapang terbang (lanjutan)
69
Tabel 15. Karakteristik tanah untuk perkerasan jalan raya dan lapang terbang (lanjutan
70
10.7. Pengklasifikasian di lapangan
- Pengujian di lapangan
Sistem Klasifikasi Unified dirancang sedemikian rupa sehingga berdasarkan pengamatan visual
atau pengujian sederhana di lapangan, sebagian besar tanah dapat diklasifikasikan setidak-
tidaknya ke dalam tiga kelompok utama (tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus dan tanah
mengandung banyak bahan organik). Lebih jauh lagi, pengamatan visual oleh tenaga
berpengalaman juga dapat mengklasifikasikan tanah ke dalam sub kelompok. Apabila
diperlukan, identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan berdasarkan pengujian di laboratorium.
Meskipun dalam banyak hal mempunyai kesamaan, namun metoda identifikasi laboratorium
dan lapangan diuraikan secara terpisah. Dengan praktek, seseorang dapat menjadi profesional
dalam kelasfikasi tanah di lapangan.
1 . Peralatan
Pengklasifikasian di lapangan sangat menguntungkan, karena tidak memerlukan peralatan
khusus. Namun demikian, dengan bekal pemahaman informasi deskripsi pada Tabel 10,3,
beberapa peralatan yang dapat membantu pengklasifikasian di lapangan adalah:
71
a. Semprotan karet atau alat lain yang sejenis, misal kaleng kecil bekas wadah minyak.
b. Air bersih/jernih.
c. Asam hydrochloric dalam botol kecil.
d. Saringan 4,76 mm (No. 4) dan 0,075 mm (No. 200).
2. Prosedur pengujian
Pengujian di lapangan yang diperlukan adalah pengujian sebagai berikut:
• Dilatansi
• Kekuatan kering dan
• Keuletan.
Pengujian di atas telah diuraikan pada catatan kaki Tabel 10.3.
g. Apabila tanah termasuk kerikil atau pasir yang mengandung bahan halus yang cukup
banyak, tentukan jenis bahan halus sebgai lanau (M) atau lempung (C); kemudian
tetapkan nama keompok sebagai CM, GC, SM atau SC. Untuk membedakan lanau dari
lampung, kadang-kadang dapat dilakukan "pengujian gigitan", dimana pada pengujian
tersebut, lempung biasanya menempel pada gigi. Pasif halus dapat dibedakan dari lanau
dan lempung dengan cara merasakan contoh tanah tersebut diantara jari; lanau atau
lempung biasanya terasa lembut dan agak menempel pada jari, sedangkan pasir terasa
kasar dan tidak menempel pada jari.
h. Terhadap tanah berbutir halus atau fraksi halus pada tanah berbutir kasar lakukan
pengujian dilatansi, kekuatan kering dan keuletan. Disamping itu, pencatatan mengenai
warna dan aroma juga perlu dilakukan, terutama untuk tanah organik (OL dan OH bisanya
berwarna abu-abu, coklat atau hampir hitam dan mempunyai bau yang menyengat).
Dengan proses eliminasi yang menggunakan hasil pengujian lapangan, tetapkan kelas
tanah dengan mencantumkan simbul yang sesuai dan deskripsinya.
72
i. Tanah yang mengandung banyak bahan organik (Pt) ditandai oleh adanya sisa-sisa daun,
ranting, rumput atau bagian lain tumbuhan sehingga tanah mempunyai tekstur berserat.
j. Disamping itu, tanah jenis ini biasanya meyerupai busa, berwarna coklat tua sampai
hitam dan mempunyai bau. Tanah jenis ini dapat dijumpai pada dasar rawa.
- Pengklasifikasian di laboratorium
Umum
Pengklasifikasian di laboratorium juga memerlukan informasi deskriftif yang sama dengan yang
diperlukan pada pengklasifikasian di lapangan. Klasifikasi lapangan dicek dan disempurnakan
dengan menggunakan data laboratorium sebagai hasil pengujian rutin terhadap gradasi, batas
cair dan batas plastis. Gradasi diperoleh melalui analisis saringan dan biasanya digambar dalam
bentuk grafik hubungan antara persentase berat butir yang lolos saringan dengan ukuran butir
yang dinyatakan dalam logaritma milimiter. Pada Gambar 16 ditunjukkan contoh grafik
distribusi butir. Karakteristik plastisitas dievaluasi berdasarkan hasil pengujian batas cair dan
batas plastis terhadap fraksi yang lolos saringan 0,425 mm (No. 40).
Kriteria untuk klasifikasi di laboratorium ditunjukkan dalam Kolom 7 Tabel 14, dimana untuk
menentukan kelas tanah berbutir halus dan fraksi halus tanah berbutir halus digunakan grafik
plastisitas.
73
• Pengujian batas cair: SNI-03-1967-1990 (AASHTO T 89)
• Pengujian batas plastis: SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90)
a. Tentukan kelompok utama tanah, apakah tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus atau
tanah mengandung banyak bahan organik. Hal tersebut dapat ditentukan secara visual atau
berdasarkan persentase butir yang lolos saringan 0,075 mm No. 200.
74
• Tentukan persentase berat butir yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200). Apabila butir
yang lolos saringan 0,075 mm (No 200) kurang dari 5% dan fraksi halus tidak mengganggu
sifat drainase bebas, periksa bentuk kurva gradasi; apabila bergradasi menerus, maka
tanah termasuk GW atau SW, apabila bergradasi jelek, maka tanah termasuk SW atau SP.
Apabila bahan halus mengganggu drainase bebas, maka tanah termasuk GW-GM.
• Apabila butir yang lolos saringan No 200 antara 5 dan 12%, maka tanah termasuk dalam
kelompok peralihan yang mempunyai simbul ganda menurut karakteristik gradasi dan
plastisitasnya, misal GW-GM, SW-SM.
• Apabila butir yang lolos saringan 0,075 mm (No 200) lebih dari 12 0/0, lakukan pengujian
batas cair dan batas plastis terhadap fraksi yang lolos saringan 0,425 mm (No. 40).
Kemudian tentukan kelas yang sesuai, CM, SM, CC, SC, GM-GC atau SM-SC.
• Untuk tanah kelas "L”, tentukan letak titik batas cair-batas plastis dalam grafik plastisitas.
Apabila titik tersebut terletak di bawah Garis-A dan daerah diarsir, selanjutnya tentukan
kelas tanah berdasarkan warna, bau atau perubahan batas cair dan batas plastisnya
setelah contoh tanah dikeringkan dalam oven, apakah termasuk tanah organik (OL) atau
inorganik (ML). Apabila titik batas cair-batas plastis terletak di dalam daerah yang diarsir,
maka tanah termasuk ML-CL. Apabila titik batas cair-batas plastis terletak di atas Garis-A
dan daerah diarsir, maka tanah termasuk dalam CL.
• Untuk tanah yang mempunyai batas cair tinggi (H), tentukan letak titik batas cair-batas
plastis dalam grafik plastisitas. Apabila titik tersebut terletak di bawah Garis-A, tentukan
kelas tanah, apakah termasuk organik (OH) atau inorganik (MH); apabila titik batas
cairbatas plastis terletak di atas Garis-A, maka tanah termasuk CH.
d. Pembahasan rinci mengenai klasifikasi perbatasan pada sistem ini dipandang tidak penting,
karena sebagian beşar grafik disain tidak mempertimbangkan hal tersebut.
75
Untuk tanah berbutir kasar, aspek-aspek seperti bentuk butir, kandungan mineral, derajat
pelapukan, derajat kepadatan dan keberadaan atau ketidakadaan bahan halus hendaknya
dicatat. Bentuk butir dapat digambarkan dengan kata-kata bulat, agak bersudut atau bersudut.
Derajat kepadatan biasanya dapat dinyatakan berdasarkan kemudahan atau kesulitan
penggalian, atau berdasarkan kemudahan atau kesulitan penetrasi alat yang digunakan untuk
keperluan tersebut; istilah-istilah sangat lepas, lepas, sedang, padat dan sangat padat sering
digunakan untuk menyatakan derajat kepadatan. Endapan granular yang mudah digali dengan
tangan dapat dikatakan sebagai endapan yang lepas; sedangkan endapan yang penggaliannya
memerlukan alat bermesin dapat disebut sebagai endapan yang sangat padat.
Untuk fraksi butir halus, aspek-aspek seperti kadar air, konsistensi contoh asli dan konsistensi
contoh tidak asli dapat digunakan dalam pendeskripsian. Konsistensi tanah asli, dalam
beberapa aspek sejalan dengan derajat kepadatan tanah berbutir kasar dan dapat dievaluasi
berdasarkan kemudahan penggalian atau penetrasi. Istilah-istilah seperti sangat lunak, lunak,
sedang, keras biasa digunakan untuk menyatakan konsistensi tanah asli. Sebagian besar buku
mekanika tanah biasanya mencantumkan tabel atau aturan sederhana untuk menentukan dan
menyatakan konsistensi tanah berbutir halus dan derajat kepadatan tanah berbutir kasar.
Tabel di atas membandingkan tuntutan berbagai kelompok tanah untuk keperluan dam,
saluran, pondasi dan jalan raya. Angka-angka yang dicantumkan dalam tabel hanyalah
perkjraan saja yang dimaksudkan sebagai pedoman bagi penyeldik dalam membandingkan
tanah untuk berbagai keperluan.
Tabel 16. Daftar parameter untuk keperluan rekayasa
(Sumber: Bureau of Rec/amation, U.S. Department of
Reclamation, dalam Asphalt Institute, 1993 )
SIFAT-SIFAT PENTING
NAMA TIPIKAL KELOMPOK SIMBUL
KUAT KEMUDAHAN
TANAH KELOMPOK PERMEABILITASI) KOMPRESİBILlTAS2)
GESER2) PENGERJAAN
1 2 3 4 5 6
Kerikil, campuran kerikil
pasir bergradasi menerus, SANGAT
GW PORUS DIABAIKAN SANGAT BAIK
sedikit atau tanpa bahan BAIK
halus
Kerikil, campuran SANGAT PORUS
kerikil pasir bergradasi
BAIK DIABAIKAN BAIK
jelek, sedikit atau
tanpa bahan halus
77
Kerikil kelanauan, SEMI PORUS
campuran kerikil pasir GM SAMPAI BAIK DIABAIKAN BAIK
lanau bergradasi jelek KEDAP
Kerikil kelempungan, BAIK
campuran kerikil pasir CC KEDAP SAMPAI SANGAT RENDAH BAIK
lempung bergradasi jelek SEDANG
Pasif, pasir kekerikilan
bergradasi menerus,
SW PORUS BAIK DIABAIKAN SANGAT BAIK
sedikit atau tanpa
bahan halus
Pasir, pasir kekerikilan
SANGAT
bergradasi jelek, sedikit PORUS BAIK CUKUP
RENDAH
atau tanpa bahan halus
Pasir kelanauan, campuran SEMİ PORUS
pasir lanau bergradasi SM SAMPAI BAIK RENDAH CUKUP
jelek KEDAP
Pasir kelempungan, BAIK
campuran pasir lempung sc KEDAP SAMPAI RENDAH BAK
bergradasi jelek SEDANG
Lanau inorganik dan pasir
sangat halus, serbuk SEMİ PORUS
batuan, pasir kelnauan ML SAMPAI CUKUP SEDANG CUKUP
atau kelempungan yang KEDAP
agak palstis
Lempung inorganik dengan
plastisitas rendah sampai
sedang, lempung BAIK SAMPAI
CL KEDAP CUKUP SEDANG
kekerikilan lempung CUKUP
kepasiran, lempung
kelanauan, lempung kurus
Lanau inorganik dan SEMİ PORUS
lanaulempung organik OL SAMPAI CUKUP SEDANG CUKUP
dengan plastisitas rendah KEDAP
Lanau inorganik, tanah
SEMİ PORUS CUKUP
halus kepasiran atau
SAMPAI SAMPAI TINGGI JELEK
kelanauan bersifat mika
KEDAP JELEK
atau diatoma, lanau elastis
Lempung inorganik
dengan plastisitas tinggi, CH KEDAP JELEK TINGGI JELEK
lempung gemuk
Lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai OH KEDAP JELEK TINGGI JELEK
tinggi
Gambut atau tanah
lain mengandung
- - - -
banyak bahan PT
organik
1 ) Apabila dipadatkan
2) Apabila dipadatkan dan jenuh
78
Tabel 16. Daftar parameter untuk keperluan rekayasa (lanjutan)
79
11. Pekerjaan tanah dasar
11.1. Umum
Tanah dasar merupakan pondasi bagi perkerasan, baik perkerasan pada jalur lalu-lintas
maupun pada bahu. Dengan demikian, maka tanah dasar harus mampu memikul beban
kendaraan yang disalurkan oleh perkerasan. Disamping harus mempunyai kekuatan, tanah
dasar juga harus mempunyai stabilitas volume akibat pengaruh lingkungan, terutama air.
Karena kekuatan dan satbilitas volume sangat dipengaruhi air, pengendalian air (drainase)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan tanah dasar. Untuk keperluan disain
perkerasan berdasarkan pendekatan empiris, parameter kekuatan tanah dasar yang popular
digunakan adalah CBR, meskipun dewasa ini ada kecenderungan diganti dengan modulus
resilien.
Pada kasus yang sederhana, tanah dasar dapat terdiri atas tanah asli tanpa perlakuan;
sedangkan pada kasus lain yang lebih umum, tanah dasar terdiri atas tanah asli pada galian
atau bagian atas timbunan yang dipadatkan. Oleh karena itu, maka tanah dasar dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu tanah dasar pada galian tanah biasa, tanah dasar
pada galian batuan serta tanah dasar pada timbunan.
Sejauh ini, informasi yang ada umumnya menunjukkan bahwa dalam arah vertikal, tanah dasar
mempunyai tebai yang tidak jelas. Namun demikian, terdapat informasi yang menyatakan
bahwa tebai tanah dasar adalah sekitar 1 meter. Tebai tersebut nampaknya didasarkan pada
salah satu persyaratan letak permukaan air tanah yang dipandang tidak mempengaruhi kinerja
tanah dasar, yaitu harus sekurang-kurangnya sekitar 1,2 m di bawah permukaan tanah dasar.
Ketentuan mengenai tebai tersebut diperlukan dalam rangka menentukan kekuatan (CBR),
apabila tanah dasar terdiri atas lapisan-lapisan yang mempunyai kekuatan yang berbeda.
Meskipun termasuk pada pekerjaan galian atau timbunan serta telah diuraikan pada butirbutir
sebelumnya, namun karena berkaitan langsung dengan perkerasan (terutama untuk disain dan
evaluasi), maka pekerjaan tanah dasar diuraikan tersendiri pada butir ini.
Ditinjau dari kepentingan kekuatan dan stabilitas volüme, permukaan tanah dasar (yang belum
ditutup) yang miring dan rata akan cepat mengalirkan air sehingga tidak sempat meresap
untuk menurunkan kekuatan dan stabilitas volume.
80
Dipenuhi-tidaknya persyaratan di atas hanya dapat dipastikan melalui inspeksi, pengawasan
atau pengujian (pengendalian mutu), atau ketiga-tiganya.
11.4. Bahan
Untuk menentukan persyaratan tanah untuk tanah dasar, dapat digunakan klasifikasi tanah
menurut AASHTO dan Unified sebagaimana yang telah diuraikan pada Butir 10. Kecocokan
jenis-jenis tanah tersebut sebagai tanah dasar ditunjukkan pada Tabel 17.
Pemilihan jenis tanah yang cocok untuk tanah dasar pada suatu proyek tentunya tergantung
pada ketersediaannya di sekitar lokasi proyek atau daerah di sekitarnya. Hal tersebut dapat
diketahui dari hasil penyelidikan tanah sebagaimana yang telah diuraikan pada Butir 5 Buku
Pedoman Penyelidikan dan Pengujian Tanah Dasar untuk Pekerjaan Jalan.
Tabel 17. Tingkat kecocokan jenis-jenis tanah menurut klasifikasi AASHTO dan Unified seba air
tanah dasar
81
Setelah jenis tanah yang dipandang cocok untuk tanah dasar pada suatu proyek ditetapkan,
maka pengendalian penggunaan bahan tersebut selama pelaksanaan dilakukan melalui
pengujian gradasi (analisis saringan) dan pengujian Batas Atterberg sebagaimana yang
diuraikan pada bükü Pedoman Penyelidikan dan Pengujian Tanah Dasar Untuk Pekerjaan Jalan.
- Pemadatan
11.5. Peralatan pemadatan
Pemilihan jenis peralatan pemadatan sangat tergantung pada tanah (jenis, gradasi dan kadar
air) yang dipadatkan, disamping tergantung pula pada faktor bahan, ruang, peralatan dan
kontraktual.
Berdasarkan jenis tanah yang dipadatkan, kinerja umum beberapa jenis alat pemadat adalah
sebagai berikut:
• Mesin pemadat roda besi paling cocok untuk pemadatan batu pecah, kerikil dan pasir.
• Mesin pemadat roda karet cocok untuk pemadatan pasir bergradasi seragam dan tanah
kohesif (dipadatkan pada kadar air yang mendekati batas plastisnya).
• Mesin pemadat kaki kambing cocok untuk pemadatan tanah kohesif (dipadatkan pada
kadar air yang berkisar antara 7 sampai 12 persen di bawah batas plastisnya).
• Mesin pemadat getar cocok untuk memadatkan tanah berbutir (kerikil dan pasir).
Apabila tanah yang dipadatkan mempunyai kadar air yang rendah sehingga untuk
pemadatannya perlu ditambah air, maka penambahan air sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan tangki air yang dilengkapi batang penyemprot. Disamping itu, untuk
menghampar lapisan tanah yang akan dipadatkan perlu digunakan grader atau dozer.
Apabila kadar air tanah dasar tidak terlalu tinggi, maka untuk pemadatan lapisan yang cukup
tebal, dapat digunakan meşin pemadat roda karet berat (heavy pneumatic rollers). Sebelum
digunakan, kelayakan peralatan terlebih dulu perlu diperiksa/inspeksi.
Karena tebai lapisan dan jumlah lintasan pemadatan akan mempengaruhi prodük ahir, maka
hal tersebut harus dikendalikan, setidak-tidaknya melalui inspeksi.
Pengendalian kadar air pemadatan yang paling baik adalah melalui pengujian kadar air, baik
pengujian standar maupun pengujian "tidak standar”, misal dibakar dengan minyak spirtus
82
atau "digoreng”. Pengujian kadar air dengan cara yang tidak standar, harus dilakukan dengan
hati-hati dan berdasarkan hasil kalibrasi terhadap hasil pengujian standar.
Cara lain yang sederhana untuk memastikan kadar air pemadatan adalah melalui "teknik
pengepalan". Pada pengujian tersebut, contoh tanah dikepal-kepal dan dirasakan, apakah
terlalu lembek atau terlalu keras. Tanah dipandang mempunyai kadar air pemadatan yang
tepat apabila pada saat dikepal-kepal, contoh tanah mudah dibentuk dengan tenaga yang tidak
terlalu kuat atau terlalu lemah. Frekwensi pemeriksaan kadar air pemadatan tergantung pada
kondisi lapangan, disamping tergantung pada frekwensi pengujian kepadatan.
Pemadatan biasanya diawali dari bagian tepi tanah dasar dan kemudian bergeser ke arah
sumbu jalan. Perpindahan lintasan harus dilakukan di bagian ujung seksi yang dipadatkan
dimana pembelokan alat harus dilakukan secara "halus", tidak boleh secara mendadak. Pada
saat memadatkan lajur pemadatan yang berikutnya, roda mesin pemadat harus menginjak
lajur terdahulu sekurang-kurangnya 25 cm. Kecepatan alat pada saat pemadatan biasanya kira-
kira harus sama dengan kecepatan orang yang berjalan kaki, yaitu sekitar 4-6 km/jam.
11.9. Kepadatan
Lapisan tanah dasar sampai kedalaman 30 cm di bawah permukaan biasanya disyaratkan harus
mempunyai kepadatan sekurang-kurangnya 100 persen berat isi kering maksimum menurut
pengujian pemadatan ringan (SNI 03-1742-1989), sedangkan pada kedalaman lebih dari 30 cm
di bawah permukaan, disyaratkan harus mempunyai kepadatan sekurangkurangnya 95 persen
berat isi kering maksimum menurut pengujian pemadatan ringan. Karena tanah yang diuji
kemungkinan sangat beragam, maka berat isi kering dan kadar air acuan dapat ditentukan
sesuai dengan yang diuraikan pada butir 7.7.8 Buku Manual Pekerjaan Tanah Dasar Untuk
Pekerjaan Jalan.
Untuk menentukan derajat kepadatan, pengujian yang diperlukan adalah pengujian berat isi
dan kadar air. Pengujian kadar air dilakukan dengan cara yang telah diuraikan pada Butir 1
1.2.3.3 di atas; sedangkan pengujian berat isi (basah) dapat dilakukan dengan salah satu cara
yang diuraikan pada butir 7.7 Buku Manual Pekerjaan Tanah Dasar Untuk Pekerjaan Jalan, yaitu
dengan metoda kerucut pasir (sand cone), tabung pemotong, balon dan nuklir. Untuk
menunjang pengendalian kepadatan (juga untuk mengetahui titik-titik lemah), dapat dilakukan
'pengujian penggilasan" ("proof rolling"), biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin
pemadat roda karet berat.
Jumlah titik pada suatu seksi dimana pengujian kepadatan harus dilakukan kadang-kadang
tidak dicantum secara tegas dalam Spesifikasi sehingga perlu ditentukan sesuai dengan
keperluan di lapangan. Meskipun jumlah titik pengujian pemadatan sangat tergantung pada
tingkat penting-tidaknya pekerjaan (makin penting pekerjaan, makin banyak jumlah titik
pengujian) namun untuk keperluan evaluasi/analisis, pengujian kepadatan sebaiknya dilakukan
pada sekurang-kurangnya 10 titik dimana setiap titik mewakili daerah yang luasnya sekitar
1000 m 2 . Daerah yang akan diuji dapat ditetapkan berdasarkan luas produk per hari atau
volume tanah yang ditimbunkan per hari, sedangkan lokasi titik-titik pengujian sebaiknya
ditetapkan secara acak.
83
Disamping secara rata-rata harus memenuhi persyaratan kepadatan yang disebutkan di atas,
lapisan yang telah selesai dipadatkan juga harus memenuhi keseragaman kepadatan.
Keseragaman kepadatan dapat ditetapkan berdasar hasil analisis data pengujian, misalnya,
lapisan dipandang mempunyai keragaman kepadatan apabila hasil analisis menunjukkan
bahwa variasi (deviasi standar) berat isi tidak lebih dari 0,08 ton/m 3 untuk tanah berbutir halus
dan tidak lebih dari 0,16 ton/m 3 untuk tanah berbutir kasar. Keseragaman dapat dinyatakan
pula dengan koefisien keseragaman atau nilai individü hasil pengujian yang harus dalam batas-
batas tertentu. Aspek lain yang dipandang penting tentang keseragaman adalah dalam
kaitannya dengan "penerimaan” atau "penolakan” hasil pekerjaan.
Lapisan tanah dasar yang tidak memenuhi persyaratan kepadatan perlu digemburkan dan
dipadatkan kembali (jika diperlukan, dapat ditambah secukupnya) sampai keapadatannya
memenuhi persyaratan.
Persyaratan kerataan permukaan tanah dasar dapat dikaitkan dengan tebai perkerasan yang
akan dibangun. Apabila tebai perkerasan 25 cm atau lebih, maka perbedaan letak vertikal titik
terendah dan titik teritingga di bawah mistar 3-meter tidak boleh lebih dari 2 cm; apabila tebai
perkerasan kurang dari 25 cm, maka perbedaan tersebut tidak boleh lebih dari 1 cm.
Jumlah dan lokasi titik pemeriksaan kemiringan melintang dapat disesuaikan dengan jumlah
dan lokasi titik pemeriksaan kepadatan lapis terakhir.
84
Tanah dasar, baik yang sudah selesai maupun yang masih dalam tahap pengerjaan, harus
dilindungi agar tidak mengalami kerusakan, baik oleh air (penyusutan, pemuaian, erosi)
maupun akibat lain, misal lalu-lintas pelaksanaan.
Salah satu cara untuk melindungi tanah dasar dari pengaruh cuaca (terutama hujan) selama
pelaksanaan adalah menutupnya dengan lapisan yang kedap, meskipun cara tersebut
kemungkinan cukup mahal, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil.
Bagian-bagian tanah dasar yang mengalami kerusakan, baik oleh cuaca maupun lalu-
lintas pelaksanaan, harus segera diperbaiki.
Persyaratan yang lain untuk pekerjaan tanah dasar pada galian tanah biasa adalah sama
dengan persyaratan yang telah diuraikan di atas. Untuk mencapai kepadatan yang ditetapkan,
tanah galian ada kemungkinan perlu digemburkan dan kemudian dipadatkan sehingga
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Kedalaman lapisan tanah asli yang digemburkan
tergantung pada ketentuan dalam spesifikasi atau menurut pengawas pekerjaan. Apabila
lapisan tanah sampai kedalaman 30 cm mempunyai kepadatan kurang dari 100%, sedangkan
lapisan dibawahnya telah mempunyai kepadatan sama dengan atau lebih dari 95%, maka
penggemburan cukup sampai kedalaman 30 cm.
Pada kasus dimana tanah asli adalah sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan
kepadatannya memenuhi persyaratan tetapi CBR-nya tidak sesuai dengan yang ditetapkan,
maka tanah tersebut sebaiknya dibuang dan diganti dengan tanah yang setelah dipadatkan,
kepadatan dan CBR-nya memenuhi persyaratan. Alternatif lain untuk mengatasi kasus tersebut
adalah dengan melakukan disain ulang tebal perkerasan berdasarkan CBR yang sesuai.
Pembuangan dan penempatan kembali tanah galian yang tidak memenuhi syarat sebagai
tanah dasar dianggap sebagai pekerjaan galian biasa.
Lubang-lubang pada tanah dasar sebagai akibat pekerjaan pembersihan dan pengupasan
harus ditutup dengan tanah yang memenuhi persyaratan.
85
11.15. Penetapan seksi disain
Sesuai dengan namanya, seksi-seksi disain biasanya ditetapkan (delineated) untuk keperluan
disain tebal perkerasan, yaitu sebelum pengambilan contoh, meskipun dalam beberapa kasus
dapat ditetapkan selama pengambilan contoh. Namun demikian, apabila pada saat
pelaksanaan pekerjaan tanah dasar ternyata diperlukan disain ulang tebal perkerasan, maka
penetapan seksi disain perlu dilakukan pada tahap tersebut.
Seksi-seksi ditetapkan berdasarkan kondisi geologi, pedologi dan drainase alam. Meskipun
semua metoda disain, terlepas dari tingkat kerinciannya, memungkinkan untuk menetapkan
nilai disain spesifik untuk kondisi tanah dan cuaca tertentu, namun diketahui bahwa tanah
bukanlah bahan yang seragam dimana hasil pengujian mungkin menunjukkan nilai yang sangat
bervariasi. Perlu diingat bahwa variabilitas merupakan penomena alam yang tergantung pada
banyak faktor, termasuk karakteristik tanah di lapangan, metoda pengambilan contoh dan
pengujian serta faktor-faktor Iain.
Telah diketahui bahwa penetapan seksi-seksi disain harus didasarkan pada pertimbangan
geologi dan cuaca setempat. Lebih jauh, sejauh menyangkut disain perkerasan, faktor topografi
(terutama kelandaian tanah) mempunyai pengaruh yang besar dalam penetapan seksi-seksi
disain. Agar dapat diperoleh hasil yang memadai, diperlukan pembedaan antara tanah residual
(tanah yang berasal dari batuan setempat) dan tanah pindahan (misal, endapan glasial,
endapan aluvial).
Untuk tanah residual, deskripsi geologi lebih baik daripada deskripsi pedologi; sedangkan
untuk tanah pindahan, lebih baik hal sebaliknya. Untuk membantu penentuan seksi-seski
disain, dapat digunakan foto udara.
Meskipun untuk kasus yang sederhana (misal hanya berdasarkan nilai CBR yang realtif
seragam) seksi-seksi disain dapat diamati dari data yang disajikan dalam grafik, namun apabila
data yang ada sangat bervariasi, maka penetapan seksi disain akan lebih mudah apabila
dilakukan dengan mengamati grafik yang dibuat berdasarkan hasil analisis data sebagaimana
yang ditunjukan dengan contoh pada Tabel 18 dan Gambar 19. Pada Gambar 19, seksi-seksi
disain ditunjukkan dengan bagian-bagian grafik yang lurus (terdapat dua seksi disain
berdasarkan nilai CBR).
86
Keterangan .
Kolom 4 = selisih jarak pada Kolom 2, kecuali untuk baris pertama.
Kolom 5= rata-rata dua baris berurutan pada Kolom 3, kecuali untuk baris pertama.
Kolom 6 = hasil perkalian Kolom 4 dengan Kolom 5.
F = hasil bagi baris terahir Kolom 7 dengan baris terahir Kolom 2.
Untuk memastikan adanya perkembangan horizon, maka pengambilan contoh harus dilakukan
dengan sangat hati-hati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengujian pada horizon "C"
merupakan parameter (predictor) yang paling baik bagi kinerja tanah dasar setelah dibangun.
Penekanan utama hendaknya diberikan pada saat pengambilan contoh pada horizon "C",
kecuali pada situasi dimana profil jalan digali melalui horizon paling atas.
Pada Gambar 21 ditunjukkan contoh profil jalan tipikal pada daerah batuan (bedrock). Pada
daerah tersebut, tanah dasar biasanya dibangun dari bahan pilihan yang diperoleh dari daerah
galian atau dari sumber Iain. Perlu diperhatikan bahwa pada daerah batuan, karakter tanah
dasar dimana perkerasan akan dibangun, mungkin sama atau mungkin juga tidak sama dengan
karakter tanah asli di bawah perkerasan yang diambil contohnya. Oleh karena itu, pada hampir
semua kasus perlu digunakan bahan pilihan.
87
Gambar 20. Contoh profil tanah
Apabila tanah dasar terdiri atas tanah pengganti atau hasil stablisasi, maka tebal efektif tanah
dasar adalah tebal total dikurangi 20 cm (hn). Dalam hal tersebut, hn merupakan lapis terbawah
tanah dasar hasil perbaikan yang harus dipandang mempunyai CBR yang sama dengan CBR
tanah yang diganti.
• CBR rata-rata
• Deviasi standar
• Koefisien variasi
Data pada Tabel 20 selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 23.
Memperhatikan kurva-kurva di bagian tengah Gambar 22, untuk CR 5 dan kurva lalu-lintas
nomor 5 dan 6, persentil yang digunakan adalah 90 persen sehingga diperoleh CBR disain sama
dengan 4%. Untuk lalu-lintas yang lebih rendah (misal 103 EAL), nilai persentil adalah 50 persen
(CBR disain sama dengan 6%. Dengan menggunakan kriteria tersebut, terlihat bahwa CBR
disain tergantung pada lalu-lintas serta varian hasil pengujian, atau, sensitifitas kekuatan tanah
dasar makin meningkat sesuai dengan makin meningkatnya lalu-lintas. Untuk jalan yang
melayani lalu-lintas rendah, CBR menjadi kurang sensitif.
Tabel 19. Rentang CR untuk beberapa kelas jalan (Sumber: Yoder, 1975)
89
1) Misal dekat daerah kota di mana detur mudah disediakan
2) Situasi dimana penyediaan jalan alternatif (detours) mungkin sulit
Gambar 22. Nilai persentil hasil pengujian untuk disain paling murah
(Sumber: Yoder, 1975)
90
Tabel 20. llustrasi untuk menentukan CBR an mewakili
JUMLAH CBR YANG SAMA PERSENTIL CBR YANG
cBR (%) ATAU LEBIH BESAR SAMA ATAU LEBIH BESAR
3 10 10/10*100 =100
4 9 9/10*100 = 90
4
5 7 7110*100 = 70
5
6 5 5/10*100 = 50
7 4 4/10*100 = 40
8 3 3/10*100 = 30
8
9 1 1/10*100 = 1
11.19. Perapihan
Perapihan merupakan suatu rangkaian operasi akhir dalam penyiapan tanah adsar, yang
dilakukan setelah semua pekerjaan drainase dan struktur Iain selesai dan diurug kembali.
Pekerjaan tersebut mencakup pengupasan (trimming) permukaan tanah dasar sehingga
mempunyai alinyemen, elevasi dan potongan melintang yang sesuai dengan yang
direncanakan atau tanda yang dibubuhkan pada patok. Untuk mendapatkan permukaan sesuai
dengan yang direncanakan, perapihan dapat mencakup pula pengurugan bagianbagian
permukaan yang rendah dan kemudian memadatkannya. Meskipun peralatan paling umum
digunakan untuk perapihan adalah grader, namun kadang-kadang nakan juga dozer atau
scraper.
91
Ada kemungkinan pada perapihan diperlukan juga pekerjaan Iain untuk mendapatkan tanah
dasar yang secara struktural benar-benar memenuhi persyaratan, termasuk penggemburan
dan pemadatan kembali bagian-bagian yang lemah. Kadang-kadang spesifikasi menetapkan
bahwa tanah pada daerah galian harus digemburkan dan dipadatkan kembati. Meskipun
persyaratan kepadatan pada daerah galian dan timbunan pada dasarnya sama dengan
persyaratan kepadatan timbunan normal, namun ada kecenderungan bahwa tanah pada
daerah galian dan bagian atas timbunan dituntut mempunyai kepadatan yang Iebih tinggi. bila
persyaratan tersebut diterapkan, maka tebal lapisan yang harus digemburkan, dipadatkan dan
dibentuk kembali umumnya berkisar antara 20 sampai 30 cm.
Tanah dasar yang sudah dirapihkan harus dipelihara secara terus menerus sampai lapisan di
atasnya, jika ada, dipasang, atau sampai waktu penyerahan. Untuk metindungi tanah dasar,
sistem drainase harus dijaga agar berfungsi efektif.
Pekerjaan tanah merupakan proses dimana tanah permukaan digali dan diangkut ke tempat
Iain serta selanjutnya dipadatkan.
Sejak jaman pra sejarah, manusia telah melakukan pekerjaan tanah dalam rangka
memperbaiki kondisi lingkungannya. Beberapa penemuan menunjukkan bahwa pekerjaan
tanah paling tua telah dilakukan di Timur Tengah dan Timur Jauh; diantaranya adalah
ditemuinya waduk irigasi Raja Mendes yang dibangun kira-kira tahun 1300 SM dan saluran air
di Iran yang dibangun kira-kira tahun 2800 SM.
Pekerjaan tanah terus dilakukan dengan menggunakan peralatan manual dan perlatan
mekanis sederhana sampai dikembangkan mesin bertenaga uap pada pertengahan abad
sembilan belas. Penggunaan mesin berbahan bakar, tenaga listrik, dan yang paling akhir,
tenaga hidrolis, telah meningkatkan keragaman peralatan pekerjaan tanah dan pemadatan
yang secara umum telah terjadi peningkatan ukuran, kapasitas dan efisiensi peralatan, yaitu
dalam rangka memenuhi tuntutan produktifitas. Di Sisi Iain, telah dikembangkan pula
peralatan berukuran kecil untuk keperluan khusus, misal mesin penggali kecil (miniexavators),
yang digunakan di lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan digunakan peralatan berukuran
normal.
Peralatan modern telah biasa digunakan di negara berkembang seperti Inggris, dimana upah
buruh relatif tinggi. Namun demikian, di negara sedang berkembang seperti Cina dan beberapa
negara di Afrika, tenaga buruh masih sering digunakan. Pada pembangunan North Kiangsu
Canal, 70 juta meter kubik pekerjaan tanah dapat diselesaikan dengan tenaga buruh dalam
waktu 80 hari, tanpa bantuan alat mekanis.
Pekerjaan tanah biasanya dilakukan pada tahap awal proyek pembangunan dan merupakan
pekerjaan pendahuluan untuk pekerjaan utama yang lebih mahal. Penyelesaian pekerjaan
tanah dalam waktu yang ditetapkan sering merupakan kunci untuk penyelesaian seluruh
proyek tepat pada waktunya, karena biasanya sulit menghindarkan kehilangan waktu pada
tahap-tahap awal.
Sehubungan dengan hal di atas, maka tujuan utama perencanaan pekerjaan tanah adalah
menganalisis pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menentukan jenis dan jumlah peralatan
yang paling sesuai. Berdasarkan kedua hal tersebut selanjutnya dapat dihitung besarnya biaya
yang diperlukan.
Karena tidak ada dua proyek Yang persis sama, maka untuk setiap proyek perlu dilakukan
analisis pekerjaan, penentuan jenis alat yang perlu digunakan dan kemampuan produksi
peralatan (Yang mungkin jauh berbeda antara satu proyek dengan proyek yang Iain).
Tanah penutup umumnya diperlakukan berbeda dari tanah yang lain, karena bagian
tersebut perlu dipertahankan untuk keperluan lanskap setelah pekerjaan selesai, atau
untuk keperluan lain.
Tanah kohesif lunak atau yang terdiri atas butiran lepas umumnya dapat digali tanpa
bantuan rippers, peledakan atau peralatan pneumatik; sedangkan tanah kohesif yang
agak keras atau tanah berbutir kasar atau padat mungkin bersifat seperti batuan lunak
dan penggaliannya perlu dibantu dengan rippers atau peralatan pneumatik, terutama
apabila volumenya relatif kecil.
Pengertian batuan dari segi teknis mungkin berbeda dengan pengertian batuan dari
segi ketentuan untuk keperluan pembayaran. Batuan lemah, misal batu lempung
(siltstone), padas (mudstone) dan tanah kapur (chalk), serta batuan yang mempunyai
beberapa patahan, misal slit (slate) dan batu pasir (sandstone), mungkin dapat digali
dengan menggunakan ripper. Batuan yang lebih keras, misal dolerit (dolerite) dan granit
(granite), serta batuan yang mempunyai patahan tidak beraturan, misal limestones dan
sandstone, umumnya perlu diledakkan.
93
silika (siliceous sansdstone) dan quartzite mungkin mempunyai sifat seperti ampelas
sehingga dengan mudah dapat mengauskan mata bor dan gigi ripper.
Berat isi tanah yang harus digali akan mempengaruhi volume bahan yang dapat digali
dan diangkut serta kecepatan pemuatan. Disamping itu, faktor pengembangan tanah
akan mempengaruhi jumlah alat angkutan.
Kondisi air tanah di lokasi penggalian akan mempengaruhi jenis dan produktifitas
peralatan, terutama apabila menyangkut tanah berbutir, misal pasir atau kerikil. Dalam
mengidentifikasi kondisi air tanah, perlu dibedakan antara permukaan air lokal dengan
permukaan air umum serta selanjutnya perlu diperkirakan aliran air yang mungkin
terjadi. Apabila ada kemungkinan akan terjadi aliran yang besar, maka perlu
dipersiapkan cara pengeringan, meskipun penggalian di sungai, terusan, atau pada
penambangan bahan, dapat dilakukan dengan draglines, back-acters atau grabs.
Karakteristik tanah atau batuan di lokasi kerja dan di sepanjang jalan kerja perlu dikaji,
karena hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan jenis dan pengoperasian alat yang
akan digunakan pada penggalian dan pengangkutan. Karakteristik tanah yang perlu
diperhatikan adalah daya dukung, efisiensi tarik (tractive effieciency) dan tahanan putar
(rolling resistance). Pada Tabel 21 ditunjukkan faktor tahanan putar berbagai kondisi
permukaan tanah.
94
Sebagian alat berat umumnya beroperasi dengan cara menarik, mendorong atau
menekan unit pemotong, baik untuk mengemburkan ataupun memungut tanah. Agar
penggalian dapat dilakukan, maka unit pemotong harus dapat menembus tanah.
Tahanan penetrasi awalnya disumbangkan oleh tahanan geser tanah/batuan yang
dinyatakan dengan kohesi, kekuatan gesek atau daya lekat (cemented -strength). Batuan
masif (cobbles, boulders) atau masa lain cenderung mempunyai tahanan penetrasi yang
besar; sedangkan batuan yang rnengandung patahan mempunyai tahanan penetrasi
lebih rendah. Setelah menembus tanah/batuan, unit penggali ditahan oleh tahanan
gesek antara dinding unit pemotong dengan tanah serta oleh berat tanah yang digali.
Oleh karena itu, daya gali alat sangat dipengaruhi oleh ketahanan penetrasi tanah, yang
tergantung pada kekuatan geser tanah.
Faktor lain yang mempengaruhi daya gali alat berat adalah lokasi dan kemudahan tanah
untuk diakses. Contoh, motor scraper (menggali tanah yang ada di bawah badannya)
dapat beroperasi dengan baik, apabila tanah yang digali mempunyai jarak yang cukup,
kekuatan terbatas serta mempunyai permukaan yang relatif datar; forward loaders dan
face shovels biasanya beroperasi dengan baik apabila menggali tanah yang letaknya
lebih tinggi (pada tebjng) daripada lantai kerja, sedangkan dragline beroperasi dengan
baik apabila menggali pada jarak sekitar 20 m dan letaknya lebih rendah daripada lantai
kerja.
Dalam kontrak kerja, batuan dapat didefinisikan dalam berbagai cara dimana salah satu
definisinya yang paling umum adalah bahan yang,
a. terdapat pada horizon geologi spesifik, misal, Carboniferious Limestone, Dolorit,
dan/atau
b. mempunyai kekuatan minimum, yang biasanya dinyatakan dalam kuat tekan bebas
(unconfined compressive strength) atau kuat beban titik (point load strength),
dan/atau
c. mempunyai ukuran lebih besar dari ukuran tertentu, misal, bongkahan (boluders)
berukuran di atas 0,2 m 3 , dan/atau
d. untuk menggalinya diperlukan alat khusus, misal wedges, rippers, blasting atau
pneumatic tools yang disetujui.
Dengan demikian, pengertian batuan dalam kontrak mungkin sama atau tidak sama
dengan pengertian batuan menurut isitilah geotogi atau teknis. Oleh karena itu, dalam
perencanaan, penghitungan biaya atau pelaksanaan, proporsi batuan menurut kontrak
95
perlu benar-benar dikaji. Hal tersebut dimaksudkan agar batuan menurut kontrak dapat
diterjemahkan menjadi batuan untuk keperluan teknis.
Secara teknis, penggalian batuan perlu dilakukan dengan penggarukan (ripping) atau
peledakan, atau dengan menggunakan peratatan pneumatik atau hidrotis, dimana
teknikteknik tersebut memerlukan biaya yang lebih besar daripada teknik-teknik untuk
tanah.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kemudahan penggalian batuan adalah
kekuatan (intact mass strength) serta spasi, arentasi dan kekasaran patahan
(disconftinuities) yang terdapat pada batuan. Beberapa jenis batuan silika, misal batu
pasir dan quartzite, mudah mengauskan unit penggali atau roda peralatan, sehingga
akan mengakibatkan pengeluaran biaya yang cukup besar.
Daya gali ripper akan makin menurun sejalan dengan makin meningkatnya kekerasan
batuan dan bertambah besarnya jarak antara patahan. Pada penggalian dangkal
(sampai kedataman 20 m) untuk jenis batuan tertentu, kemudahan penggarukan makin
menurun sesuai dengan kedalaman, karena pada kedalaman yang lebih besar, batuan
mengalami pelapukan yang lebih ringan.
Setelah ditimbunkan, dan selama pemadatan, terjadi proses yang sebaliknya dimana
tanah menjadi lebih padat atau volumenya menjadi lebih kecil. Setelah selesai
pemadatan, pada tanah akan terjadi pengembangan bersih (net bulk-up) atau
penyusutan bersih (net shrinkage) yang besarnya tergantung pada sifat tanah dan
tingkat kepadatan yang dicapai. Hal tersebut perlu dibedakan dengan kehilangan tanah
yang terjadi pada saat pembuatan jalan kerja, kelebihan penimbunan, tanah yang
dibuang karena terkontaminasi oleh hujan, yang besarnya sekitar 10-15% (meskipun
umumnya 5% dianggap sebagai nilai tipikal). Perigembangan bersih sebagian besar
tanah dan batuan lunak berkisar antara 0 sampai 10% dan antara 5 sampai 20% untuk
batuan yang lebih keras. Apabila air keluar dari tanah atau struktur tanah terganggu,
atau apabila butir-butir tanah tersusun menjadi lebih padat, maka akan pada tanah
terjadi penyusutan bersih. Jenis tanah yang biasanya menunjukkan penyusutan bersih
adalah chalk (0-15%) dan pasir (0-10%).
96
2 4
Gambar 24. Ripper performance chart for Caterpilar D9H dozer with
multisingle shank 9D ripper (Sumber. Horner, 1988)
97
Tabel 22. Berat isi tipikal tanah asli dan faktor pengembangan
(Sumber: Horner, 1988)
Faktor utama lingkungan yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kebisingan dan
vibrasi yang ditimbulkan oleh peralatan atau jam kerja dan penggunaan jalan umum.
Dalam lingkungan tertentu, mungkin terdapat suatu lokasi yang terlarang untuk
dimasuki.
98
Kondisi cuaca pada suatu daerah kerja mungkin merupakan faktor yang penting juga.
Keseimbangan antara curah hujan dan penguapan dapat mempengaruhi bisatidaknya tanah
dilewati peralatan. Hujan cenderung melunakkan tanah sehingga menurunkan daya dukung
terhadap peralatan dan selanjutnya mempengaruhi bisatidaknya tanah dilewati peralatan.
Disamping itu, hujan dapat mengakibatkan tanah yang sedang dipadatkan mempunyai kadar
air yang berlebihan. Faktor-faktor tersebut ada kemungkinan mengakibatkan pekerjaan harus
dihentikan, atau setidak-tidaknya dapat menurunkan produktifitas. Pengaruh hujan terhadap
tanah dan peralatan tidak sama. Lempung, tanah berbutir halus dan batuan lemah yang
terdiri atas butir-butir halus lebih mudah dipengaruhi hujan daripada tanah berbutir kasar
atau batuan keras. Kinerja dump trucks lebih mudah dipengaruhi hujan daripada scrapers.
Salju dapat menurunkan produktifitas penggalian dan dapat menghambat pemadatan.
Antara beberapa negara, periode/waktu produktif dalam satu tahun tidak selalu sama.
Kehilangan produktifitas minimum akan terjadi di negara yang mempunyai curah hujan
rendah, penguapan tinggi dan jumlah hari bersalju sedikit; sedangkan kehilangan
produktifitas yang tinggi dapat terjadi di negara-negara yang curah hujannya tinggi.
Faktor ruang mempunyai pengaruh yang besar terhadap jenis dan jumlah peralatan
yang akan digunakan serta terhadap durasi pekerjaan, dan selanjutnya terhadap biaya
pekerjaan. Faktor ruang yang utama menyangkut volume berbagai jenis bahan yang
harus digali dan diangkut, jarak angkut serta durasi dan ketepatan waktu pelaksanaan.
Pada daerah kerja yang kecil dimana hanya dapat diunakan peralatan yang terbatas,
jarak angkut mungkin merupakan faktor yang pengaruhnya kecil terhadap seluruh
pekerjaan, sedangkan ketepatan waktu penyelesaian mungkin merupakan faktor
penting. Apabila tanah yang volumenya besar harus digali dan diangkut ke lokasi yang
jaraknya berbeda, maka volume tersebut dan hubungannya dengan jarak angkut
seringkali merupakan faktor penting dalam pemilihan alat. Pada Gambar 22 ditunjukkan
diagram yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan metoda terbaik
dalam penggalian dan pengangkutan tanah.
Dalam rangka menentukan jenis peralatan yang akan digunakan, maka perlu dilakukan
analisis pekerjaan sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Apabila produktifitas
berbagai alat dan kombinasinya atau tim telah dihitung, maka selanjutnya dapat
ditentukan jumlah tim dan biaya pekerjaan tanah. Produktifitas alat dapat dihitung
berdasarkan informasi yang diterbitkan oleh pembuat alat atau berdasarkan
pengalaman yang ditunjang dengan data lapangan.
Berbagai batasan kontraktual atau legal mungkin berlaku juga pada pekerjaan tanah.
Hal tersebut dapat mencakup batasan terhadap peralatan yang dapat digunakan atau
terhadap jam kerja. Contoh kasus pertama berlaku pada penggalian kapur (chalk) atau
batuan lemah dimana spesifikasi menetapkan bahwa peralatan yang boleh digunakan
hanyalah peralatan yang tidak merusak bahan yang digali dan penggunaan elevating
scrapers harus benar-benar dihindarkan.
99
12.3. Jenis peralatan untuk pekerjaan tanah
Dewasa ini terdapat berbagai jenis dan ukuran alat berat yang digunakan pada pemindahan
tanah. Beberapa jenis diantaranya dikembangkan khusus untuk keperluan industri konstruksi,
sedangkan jenis lain dikembangkan khusus untuk penambangan (mining) dan pengambilan
bahan (quarrying). Dengan makin banyaknya negara pembuat alat, maka makin banyak pula
jenis alat yang dapat dipilih.
Dalam praktek, para pengguna alat umumnya cenderung memilih peralatan yang dipasok oleh
beberapa perusahaan tertentu saja, yaitu dalam rangka menstandarkan peralatan serta
menekan biaya pemeliharaan.
Peralatan untuk pemindahan tanah dapat dikelompokkan menurut beberapa cara. Salah satu
cara tersebut adalah berdasarkan fungsi utamanya, yaitu:
▪ Peralatan yang hanya berfungsi untuk mengangkut dan mengurug.
▪ Peralatan yang hanya berfungsi untuk penggalian saja.
▪ Peralatan yang dapat berfungsi untuk menggali dan memuat.
▪ Peralatan yang berfungsi untuk menggali, memuat dan mengurug.
Berdasarkan pengelompokan di atas, pada Tabel 23 ditunjukkan jenis-jenis peralatan yang
umumnya digunakan pada pemindahan tanah untuk keperluan industri konstruksi.
Cara lain untuk mengelompokkan peralatan adalah menurut mobilitasnya, yaitu peralatan
diam (statis), contoh, face shovel, back-hoe, dragline serta peralatan bergerak, contoh
bulldozer, loader, scraper, grader, trencher.
Apabila tabel dan gambar pada butir ini tidak disebutkan sumbernya, maka tabel dan gambar
tersebut bersumber dari "Horner" (1988).
GALIAN (m3)
100
a. Diagram profil masa
-200008000
b. Diagram angkutan masa
VOLUME TANAH
SEGMEN (m- VOLUME m
m) GALIAN TIMBUNAN
0 - 1000 25.000 -
1000 - 2000 40.000 -
2000 3000 20.000 -
3000 - 4000 - 50.000
4000 - 5000 - 40.000
5000 - 6000 - 15.000
6000 - 7000 50.000 -
7000 - 8000 - 10.000
TOTAL 135.000 115.000
1). Rippers
101
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 26, ripper biasanya dipasang pada dozer dan
mempunyai fungsi untuk menggemburkan atau menghancurkan tanah atau
batuan lemah sehingga mudah digali dengan scraper atau alat lain; atau untuk
menghancurkan batuan pada saat atau setelah peledakan. Dalam beberapa kasus,
ripper dapat dipasang pada alat lain, meskipun hal tersebut umumnya kurang efektif.
Pada saat ripper beroperasi, bagian belakang tractor harus mempunyai berat yang
cukup, agar ripper dapat tertekan dengan kuat.
5). Graders
Meskipun biasanya digunakan untuk memelihara jalan kerja, namun graders dapat
digunakan juga untuk meratakan urugan dan merapihkan permukaan tanah dasar.
Bagian utama alat ini adalah bilah (blade) yang dapat berputar dalam bidang horizontal
sehingga mempunyai fungsi untuk mengupas dan mendistribusikan tanah. Roda depan
grader biasanya berdiri sendiri (articulated), sedangkan roda belakang dipasang secara
tandem di bawah mesin dan kabin pengendalian. Grader selalu beroperasi dalam arah
ke depan.
102
Pengalian dengan back-acters dilakukan dengan menggaruk tanah di sekeliling alat.
Kedalaman maksimum yang dapat dicapai alat tergantung pada panjang batang. Alat
yang mempunyai kemampuan gali antara 2,5 sampai 6 m biasanya sering digunakan.
Pemuatan tanah dilakukan dengan cara menggerakkan batang ke samping atau dengan
cara memutar mesin.
3) Fotward loader
Alat ini terdiri atas traktor beroda karet atau rantai yang dilengkapi dengan ember yang
dapat digerakkan secara vertikal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 29. Penggalian
dilakukan dengan cara mengerakkan alat ke depan sehingga ember terdorong ke dalam
tanah, selanjutnya ember diputar dan digerakkan secara vertikal sehingga menggaruk
dan menampung tanah. Untuk memuat tanah ke alat pengangkut, forward loader perlu
bergerak maju dan kemudian tanah dalam ember ditumpahkan.
Fotward loader umumnya digunakan untuk menggali tanah yang terletak di atas lantai
kerja dan sampai jarak tertentu, dapat digunakan untuk mendorong atau mengangkut
tanah.
Forward loader modern mepunyai ember yang digerakkan secara hidrolis. Disamping
itu, banyak forward loader berukuran kecil yang dilengkapi dengan back-acter.
4) Draglines
Dragline dioperasikan dari kran atau alat sejenis yang dilengkapi dengan batang panjang
dan ember. Ember digantung pada ujung batang dengan kabel. Disamping itu, ember
dilengkapi dengan kabel penarik yang digunakan pada saat penggalian sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 30.
Dengan konstruksi di atas, dragline cocok untuk menggali tanah lunak atau gembur
yang terletak di bawah atau sedikit di atas lantai kerja.
Tanah galian dipindahkan ke timbunan atau ke alat pengangkutan dengan cara memutar
mesin sehingga posisi ember ada di atas timbunan atau alat pengangkut. Selanjutnya
ember diputar sehingga mulutnya mengarah ke bawah.
5) Grab
Unit penggali alat ini terdiri atas ember yang digantung diujung batang kran dan bagian
bawahnya dapat dibuka dengan bantuan kabel atau tenaga hidrolis.
Penggalian dilakukan dengan cara menjatuhkan ember yang terbuka, kemudian ember
ditutup dan selanjutnya tanah ditumpahkan ke timbunan atau ke alat pengangkutan.
Grab biasanya digunakan pada pembuatan lubang besar (pit) atau parit serta untuk
memuat bahan ke/dari timbunan.
1) Road lorries
Apabila pengangkutan perlu dilakukan melalui jalan umum, maka alat yang digunakan
harus alat yang kenai pajak.
Alat pengangkut di atas mempunyai kapasitas bermacam-macam sampai 38 ton, dan
biasanya mempunyai bak yang terbuat dari baja atau almunium. Pemuatan tanah
dilakukan oleh alat lain, tetapi penumpahannya dapat dilakukan dengan memiringkan
bak, baik ke samping ataupun ke belakang.
2) Untaxed lorries
Alat ini dapat digunakan apabila tidak melewati jalan umum dan seringkali sudah tua
dan tidak diperbaiki sebagaimana layaknya apabila dioperasikan di jalan umum.
12.7. Peralatan yang berfungsi untuk menggali, memuat, mengangkut dan mengurug
2) Scrapers
Terdapat dua jenis scraper, yaitu yang ditarik dan yang mempunyai mesin sendiri.
Fungsi alat adalah untuk menggali, memuat, mengangkut dan mengurug. Bagian
utama alat ini terdiri dari bak (bowl), apron dan pintu belakang (tailgate). Scraper
bermesin sendiri yang berukuran besar dapat dilengkapi dengan mesin tambahan yang
diletakkan di belakang. Pada saat penggalian dan pemuatan, apron dinaikkan dan bak
diturunkan sehingga tanah terkupas dan masuk ke dalam bak. Pemuatan dapat lebih
cepat dan efisien apabila scraper dibantu dengan satu atau dua buah dozer pendorong.
Setelah bah penuh, apron diturunkan dan bak dinaikkan. Penuangan dilakukan dengan
menaikkan apron, menurunkan bak dan memajukan pintu belakang ke depan. Tebal
hamparan tanah dapat disesuaikan dengan cara mengatur pintu belakang (tailgate),
apron dan bak. Idealnya, pengangkutan dengan scraper dilakukan pada jalan kerja yang
terpelihara serta mempunyai kelandaian minimum dan tikungan yang tidak tajam.
3) Towed scrapers
Bila dimuati rata bak, alat ini mempunyai kapasitas tipikal 5,4 sampai 16,8 m 3 dan
umumnya ditarik oleh crawler tractor. Jarak pengangkutan yang ekonomis adalah
sekitar 400 m.
6) Elevating scrapers
Alat ini mirip dengan conventional scrapers, kecuali dalam pemuatan tanah, dimana
rotating elevator yang terdapat di dalam bak menarik bahan dari depan ke belakang,
menghancurkannya dan menuangkannya di dalam bak. Dengan cara tersebut, maka
tahanan pada saat pemuatan akan terkurangi. dimuati secara teronggok, kapasitas alat
adalah sekitar 7,2 sampai 26 m3 . Alat dapat ditarik atau mempunyai mesin sendiri.
7) Dredgers
Alat ini digunakan untu penggalian tanah yang terletak dalam air dan biasanya dipasang
pada kapal. Alat ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya adalah cuttersuction, bucket
105
wheel, grab dan dipper (face shovel) dredgers. Bahan hasil galian dapat dipompa atau
diangkut oleh bargas atau dredger.
Gambar 27. Atlas Copco ROC 601 rotary percussion drill rig
106
Gambar 29. Caterpilar 980C wheeled forward loader
Gambar 31 . Volvo BM 5350B (6x6) articulated dump truck loaded by a tracked back
acter
107
Gambar 32. Caterpilar 631C single engined scraper
Penyelidikan lapangan sering dilakukan secara bertahap dalam rangka mendapatkan informasi
mengenai sifat dan distribusi tanah di daerah kerja, atau bahkan di luar daerah kerja. Dengan
demikian, penyelidikan lapangan ditujukan dalam rangka mendapatkan informasi untuk
kepertuan sebagai berikut:
▪ Pemilihan lokasi kerja dan pengaturan pekerjaan di dalam daerah kerja.
▪ Disain pekerjaan tanah (termasuk pekerjaan sementara) yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
▪ Identifikasi kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi.
▪ Perencanaan.
▪ Pelelangan.
Selama pelaksanaan, temuan yang diperoleh darl penyelidikan lapangan perlu dikaji ulang;
bahkan dalam praktek, penyelidikan lapangan sering berlanjut selama pelaksanaan, terutama
pada proyek-proyek yang besar. Penyelidikan lapangan dapat dilaksanakan oleh atau atas nama
perencana (designer), pengawas, kontraktor atau bersama-sama antara pengawas dan
kontraktor. Pada kasus yang terakhir, sering diperlukan adanya kesepakatan mengenai kondisi
tanah asii dan tanah timbunan. Hal tersebut berguna untuk keperluan kontrak kerja. Dalam
penyelidikan lapangan mungkin diperlukan penggalian, pencatatan (logging), pengambilan
contoh, pengujian di laboratorium, dan pada kasus tertentu, pemetaan geologi dan studi lain.
Selama pelaksanaan, pemantauan kondisi tanah asli dan tanah timbunan perlu dilakukan
dalam rangka:
a. Mengecek temuan penyelidikan lapangan yang dilakukan sebelum pelaksanaan.
b. Menyelidiki daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat diselidiki dengan seksama.
c. Mengecek disain, dan jika diperlukan melakukan penyesuaian.
d. Mengecek keamanan pekerjaan, baik yang permanen maupun yang sementara.
e. Mengecek penerapan metoda pelaksanaan,
f. Mengelompokkan, memilih dan menggunakan tanah timbunan dengan cara yang paling
baik.
g. Mengecek keoocokan peralatan.
h. Menyediakan informasi untuk keperluan pembayaran serta penyelesaian perselisihan yang
mungkin terjadi.
108
Pada saat penyelidikan lapangan, mungkin dipasang alat-alat pemantuan dan pada saat
pelaksanaan dimulai, beberapa buah mungkin masih bekerja. Menjelang dan selama
pelaksanaan, mungkin juga perlu dipasang peralatan tambahan untuk memantau kondisi
tanah dan tekanan air pori serta pengaruhnya terhadap pelaksanaan. Secara lebih spesifik,
pemasangan peralatan tersebut dimaksudkan untuk keperluan sebagai berikut:
▪ Membuktikan (verify) bahwa asumsi yang ditetapkan pada saat disain adalah benar.
▪ Memantau penurunan untuk keperluan kontraktual.
▪ Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tanah yang sensitif.
▪ Memantau daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian khusus, misal daerah
potensial longsor.
109