Ekonomi Perspektif Islam
Ekonomi Perspektif Islam
PERSPEKTIF
ALQURAN
Upaya Memantapkan
Landasan Ilmu Ekonomi Islam
Dr. Hamzah, M. Ag.
EKONOMI
PERSPEKTIF
ALQURAN
Upaya Memantapkan
Landasan Ilmu Ekonomi Islam
EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN :
Upaya Memantapkan Landasan Ilmu Ekonomi Islam
Penulis
DR.Hamzah, M.Ag.
Editor
Siti Umrah, MA
Penata Letak
Kang Baha
Desainer Cover
Gandring Art
Penerbit:
Kaukaba Dipantara
(Anggota IKAPI)
Krapyak Kulon RT 05 No. 181
Penggungharjo Sewon Bantul
Yogyakarta 55881
Telp/Fax. 0247-387435
WA 0856 4370 6757 | BB 7D341F0F
Email: penerbitkaubaka@gmail.com
Web. www.kaukaba.com
KATA PENGANTAR
v
mencoba dan menguji sebuah institusi sehingga bagi institusi
diperlukan kecermatan, transparansi, kecepatan dalam
pengelolaannya. Untuk respon kedua dan ketiga di atas, buku ini
menjadi “pendamping” sehingga dinamika di atas untuk
pengembangan ekonomi Islam semakin diperkaya dengan
beragam literatur.
vi
DAFTAR ISI
viii
G. Tawakkal .................................................................................. 83
1. Makna dan Gagasan ....................................................... 83
2. Keterkaitan Tawakkal dengan Aktifitas Ekonomi 84
ix
4. Jenis-Jenis Capital ........................................................... 139
C. Pengelolaan Harta ............................................................... 146
1. Pengelolaan Harta Anak Yatim ............................... 146
2. Larangan Mengelola Harta Secara Bathil ......... 147
D. Regulasi Ekonomi ................................................................ 150
E. Fasilitas Ekonomi : Bendungan Ma’rib dan Kebun 153
x
TRANSLITERASI
Huruf
Nama Huruf Latin Nama
Arab
Tidak
ا Alif Tidak dilambangkan
dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث S|a S| Es (dengan titik atas)
ج Jim J Je
ح H{a H{ Ha (dengan titik atas)
خ Kha Kh Ka dan Ha
د Dal D De
ذ Z|al Z| Zet (dengan titik atas)
xi
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy Es dan Ye
ص S{ad S{ Es (dengan titik atas)
De (dengan titik
ض D{ad D{
bawah)
Te (dengan titik
ط T{a T{
bawah)
Zet (dengan titik
ظ Z{a Z{
bawah)
ع ‘Ain ‘ Apostrof terbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qof Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ي Ya Y Ey
2. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang di dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, transliterasinya berupa
huruf dan tanda. Vokal panjang ditulis, masing-masing dengan
tanda hubung (-) diatasnya.
xii
Huruf
Tanda Nama Nama
Latin
Fathah
َ…ا a> a dengan garis di atas
dan alif
Kasrah
ي...ِ i> i dengan garis di atas
dan ya
Dammah
و...ُ u> u dengan garis di atas
dan wau
xiii
Bab I
Pendahuluan
1
diungkap kembali telah mewakili karakteristik budaya yang
konsisten dengan agama dan kehancuran budaya suatu generasi
yang jauh dari pesan agama dan moralitas. Dengan begitu, maka
kaum ‘Ad merupakan gambaran generasi yang budayanya telah
merusak mental idiologinya. Generasi negeri Luth adalah gambaran
kebudayaan generasi yang telah rusak citra kesusilaan sosialnya.
Generasi Madyan adalah simbol dari generasi yang rusak sistem
perekonomiannya. Kemudian generasi Saba’ adalah simbol dari
negeri yang gagal dalam aspek pertanian, ekonomi, dan kebijakan
politiknya. Sementara itu, Fir’aun adalah figur simbolik dari seorang
pemimpin atau penguasa diktator yang masih mewabah hingga
dekade terakhir ini”.1
Hal lain dapat dikemukakan dengan keterkaitan Alquran
dengan ilmu ekonomi. Menurut Ah}}mad As-Salusi bahwa ekonomi
Islam memiliki karakteristik dan salah satu karakteristinya adalah
rabba>niyat al-Mas}dar atau disandarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
Menurutnya, sandaran pertama pada Alquran. Menurutnya Alquran
menjelaskan –aspek ekonomi- baik secara terinci maupun global.2
Menurut A. Karim bahwa ekonomi Islam diwarnai prinsip-
prinsip religius dan ekonom Muslim memiliki pandangan yang
berbeda tentang apa dan bagaimana ekonomi Islam. Menurutnya
terdapat tiga aliran pemikiran ekonomi Islam yang berkembang
dewasa ini.
1
Dr.Darsul S.Puyu, Wisata Arkeologi bersama Alquran, (Makassar:
Alauddin University, 2001), h. 135.
2
Ah{mad As-Salusi, Mausuah al-Qad{aya al-Fiqiyah al-Muas}irah wal
Iqtis}ad al-Islami>, (Mesir: Maktabah Dar Qur’an, 2002), h. 22.
3
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Grafindo Persada,
2011), h. 30.
2 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Lanjut A. Karim bahwa menurut ekonom bahwa “masalah ekonomi
muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas
sementara sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan
manusia tersebut jumlahnya terbatas. Mazhab Baqir menolak
pernyataan di atas”.4 Lanjut dinyatakan oleh Baqir Sadr sebagaimana
yang dinyatakan A. Karim bahwa “semua teori yang dikembangkan
oleh ilmu ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai
gantinya mazhab ini berusaha untuk menyusun teori-teori baru
dalam ekonomi yang langsung digali dan dideduksi dari Alquran dan
As-Sunnah.5
(b) Mazhab Mainstream
Mazhab ini berpendapat bahwa ekonomi muncul disebabkan
keterbatasan sumber daya yang dihadapkan dengan keinginan
manusia yang tidak terbatas.6 Menurut A. Karim salah seorang
tokohnya Umar Chapra. Menurutnya, seperti dinyatakan A. Karim
bahwa “usaha mengembangkan ekonomi Islami bukan berarti
memusnahkan semua hasil analisis yangbaik dan sangat berharga
yang telah dicapai oleh ekonom konvensional selama lebih dari
saratus tahun terakhir.7
A. Karim memberi pandangan atas mazhab ini bahwa
“mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaaat oleh bangsa dan
budaya non-Islam sama sekali tidak diharamkan”.8
10
Ibid., 33.
11
Ibid.
12
Abd. Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Alquran
4 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Bab II
A. Makna Ekonomi
1. Konsep dan Gagasan
Menurut bahasa ekonomi dapat diartikan sebagai sesuatu
yang berkaitan dengan pengaturan pemasukan dan pengeluaran
keuangan. Ekonomi sebagai suatu ilmu merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang sistematis yang mengatur tentang permintaan dan
penawaran barang dan jasa oleh konsumen. Dalam berbagai literatur
yang membahas tentang ekonomi Islam ditemukan istilah yang
dipakai oleh para penulis muslim terkait dengan ekonomi yakni al-
Iqtisha>d.
Secara istilah ditemukan penjelasan bahwa ekonomi Islam
yang dikenal dengan al-Iqtisha>d al-Islami> mengandung pengertian
sebagai suatu ilmu yang mengatur optimalisasi sumber daya untuk
mendukung produksi, distribusi dan konsumsi guna mencapai
keridhaan Allah SWT. Tampaknya pengertian dimaksud memiliki
makna aksikologis yakni mencapai keridhaan Allah SWT.
5
Istilah al-Iqtisha>d secara etimologis berakar dari
kata qashada yang berarti mendatangi sesuatu, melakukan
kesengajaan, menghimpun sesuatu.13
Abd. Muin Salim menyatakan, kata al-Iqtisha>d tidak relavan
dengan esensi ekonomi. Sebab Alquran sendiri mempergunakan kata
al-Iqtisha>d seperti Q.S. Lukma>n (31): 32 dengan makna mengakui
adanya Tuhan dan arti yang lain ditemukan dalam Q.S. Al-Maidah (5):
66 kata muqthasidah dipergunakan dalam arti kelompok
pertengahan yang tidak menyimpang dari kebenaran.
Istilah al-Iqtisha>d tampaknya ditemukan di dalam Alquran.
Surah al-Fa>tir :32. Dalam ayat ini digambarkan tiga prototype
masyarakat yaitu dha>lim linafsihi kelompok yang menganiaya
dirinya, muqtashid kelompok pertengahan dan sa>biq al-khaira>t
kelompok yang berlomba-lomba pada kebaikan. Dari pemahaman ini
tampaknya gagasan yang akan dibangun dari makna kata ini adalah
keinginan untuk berlaku tengah atau bersikap pertengahan dalam
arti tidak bersikap menzalimi diri sendiri dan tidak terlalu
mengembangkan kebaikan secara sosial. Dengan demikian, Abd.Muin
Salim menyatakan bahwa arti dasar Iqtishad adalah keseimbangan
dan tidak memihak ke salah satu pihak.14
Dalam ayat lain ditemukan penggunaan kata Iqtisha>d yaitu
pada surah Luqma>n ayat 32:
ْ َ َ ََ َ َُ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ ُّ َ ٌ ْ َ َ َ َ
ين فل َّما ن َّج ُاه ْم ِإلى ال َب ِر ِ وِإذا غ ِش َي ُه ْم موج كالظل ِل دعوا الله ُمخ ِل ِصين له
الد
َ َ ُ َّ َ َ
ٍٍ ف ِم ْن ُه ْم ُم ْق َت ِص ٌد َو َما َي ْج َح ُد ِبآ َيا ِت َنا ِإَّل ك ُّل خ َّت ٍار ك ُف
ور
Terjemahnya:
“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung,
mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu
Lihat Ah}mad H{usain, op. cit., V, h. 94-5. Lihat juga Abd. Mu‘in Salim,
13
Abu> al-H{asan Muq{a>til ibn Sulaima>n ibn Basyi>r al-Azdi>, Tafsi>r Muq}{a>ti>l
15
18
Ibid. 466.
Dr. Hamzah, M.Ag | 9
lawan menuju kesesatan”.19 Pandangan yang lain menyatakan
sebagai “jalan yang lurus”20 Untuk memahami makna kata ini
dengan ekonomi, ada baiknya untuk diperhatikan ayat sebelumnya.
Pada ayat 8,7,6,5,4, diawali dengan proses penciptaan manusia, lalu
disebutkan sejumlah binatang yang pemanfaatannya untuk manusia.
Pemanfaatan itu, selain untuk dimakan juga terdapat bahan baku
dari bulu b inatang. Selain itu manfaat dalam proses peternakan,
serta menjadi alat transportasi serta zinah. Penyebutan sejumlah
binatang tersebut dan fungsi-fungsi ekonomi padanya yang terdapat
pada ayat sebelumnya, menunjukkan bahwa kata qasd pada ayat ini
memiliki keterkaitan dengan fungsi ekonomi. Selain itu, ayat ini (ayat
9) menunjukkan pula bahwa penggunaan fungsi-fungsi ekonomi
binatang ternak tersebut juga dipahami sebagai bahagian dari upaya
mengembangkan jalan yang “jalan yang lurus dan perwujudan
petunjuk” yang dipahami dari pandangan mutaffasir sebelumnya.
19
Ibnu ‘A><dil, Tafsi>r Luba>b, (Program Maktabah Asy-Syamilah, t.th.), h.
267.
20
Ibid.
Dounglas D. Purvis et.al., Pengantar Mikrao Ekonomi, Kibrandoko
21
Terjemahnya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata [709] pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya [710].
semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”24
22
Dounglas, Ibid.
23
Ibid.
Penjelasan dari terjemahan Dep. Agamaa RI. Alquran dan Terjehamnya:
24
[709] yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah
yang bernyawa.
[710] menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam
di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian
Dr. Hamzah, M.Ag | 11
Ayat ini menurut an-Nasafi> memberi makna bahwa Allah
dengan sifat kemuliaan memberikan rezki kepada hamba-Nya dan
bukan sebagai kewajiban.25-Ayat ini menjelaskan bahwa Allah
menyiapkan rezki kepada mahluk-Nya tidak saja manusia tetapi juga
seluruh yang selain dari Allah SWT. Lebih lanjut dinyatakan Didin
Hafidhuffin, “menerima konsep kelangkaan berarti mengingkari
kemahakuasaan Allah.”26 Oleh tafsir al-Qusyairi menyatakan bahwa
rezki yang beraneka ragam, telah diberikan oleh Allah kepada
makluk-Nya sesuai dengan sifat makluk. Selanjutnya dilkatakan
bahwa rezki yang terkait hati manusia meliputi cahaya yang
dengannya memperoleh hidayah. Selanjutnya dia member contoh
apa yang terkait dengan mustaqar “tempat berdiam” dan mustauda’
“tempat penyimpanan”. Menurutnya, tempat bediam, murid
terhadap syekhnya, dan anak kecil terhadap orang tuanya. Sedang
bagi hamba tempat berdiamnya di masjid. Untuk tempat
penyimpanan dicontohkan unsur jiwa mengambil tempat berdiam
pada taufik dari Allah.27
Kedua, konsep kelangkaan ada dalam Islam, namun yang
dimaksud adalah kelangkaan yang bersifat relatif. Dimaksud dengan
pendukung teori ini adalah, manusia memiliki kemampuan yang
terbatas, baik dari sisi waktu dan pengetahuan. Sebagai contoh,
seorang yang hidup di dalam hutan dan tanpa dibekali makanan. Dan
jika sekirnya ia tidak memiliki kemampuan untuk mengolah
dedaunan untuk menjadi makanan, maka ia akan kelaparan. Di sini
ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat
penyimpanan ialah rahim
25
Abu> al-Baraka>t ‘Abdulla>h ibn Ah}mad ibn Mah}mu>d an-Nasafi>, Mada>rik
at-Tanzi>l Wahaqa>iq Ta’wi>l, dalam Program Maktabah Asy-Syamilah, Juz II., , h.
113.
26
Didin Hafidhuddin Ma’turidi, Peran Pembiayaan Syari’ah dalam
Pembangunan Pertanian di Indonesia, PIdato Pengukuhan Guru Besar, (Bogor: IPB,
2007), h. 12.
27
Abd. Kari>m ibn Hawa>zin ibn ‘Abdul Malik al-Qusyairi>, Latha>if al-
Isya>ra>t Program Maktabah asy-Syamilah, Juz III, h, 294,
12 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
makanan memiliki sifat yang langka. Pendukung terori ini
memaknainya dengan relativ, karena kelangkaan secara absolute
bertentangan dengan Islam karena bertentangan dengan
kemahakuasaan Allah SWT. Dan menurut Didin, konsep “kelangkaan
yang relative ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam.”28
C. Kepuasan Vs Mashlahah
Dalam ekonomi, konsep kepuasan (utility) bagi seseorang
diukur berdasarkan kesesuaian keinginan dengan keperpenuhinya.
Dengan kata, lain seseorang yang memiliki kepuasan berarti itu
mencapai apa yang telah diinginkannya. Dengan pandangan ini
menunjukkan bahwa, pemanfaatan sumberdaya, setelah melalui
proses produksi yang menghasilkan barang dan jasa, maka konsumsi
merupakan tujuan akhir. Dengan menjadikan konsumsi sebagai
instrument untuk memperoleh kepuasaan, menunjukkan bahwa,
seluruh kegiatan konsumsi diarahkan agar kepuasaan dapat tercapai.
Kiranya, kedudukan instrument konsumsi yang diarahkan
untuk mencapai kepuasaan, patut untuk ditelaah lebih jauh dalam
perspektif Islam. Dalam pandangan Islam disebut al-Istihlâk, yaitu
suatu kegiatan pemanfaatan sesuatu untuk memenuhi kepentingan
kebutuhan manusia.29
Berbagai term yang bisa dikaji lebih lanjut berkaitan
dengan konsumsi seperti akala, shadaqah, infaq. Term-term ini,
dipandang memiliki kandungan karakteristik sendiri-sendiri, namun
dalam kaitannya dengan pembahasan konsumsi, dipandang memiliki
unsur persamaan. Persamaan itu, terlihat pada adanya keinginan
memanfaatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
disebut dengan dorongan konsuntif.
Berbeda dengan dua term yang terakhir yaitu, shadaqah
dan infaq. Kedua term ini memiliki konsep yang. dipandang sebagai
28
Ibid.
29
‘Ali ibn Muhammad al-Jum‘ah, Mu’jam al-Mus}t}alah}a>t al-Iqtis}a>diyah wa
al-Isla>miyah, (Riya>d: Maktabah al-‘Ibka>n, 2000), h. 51.
Dr. Hamzah, M.Ag | 13
bentuk konsumsi yang secara materil tidak ditujukan kepada
kepentingan pelaku (konsumen) tetapi ditujukan kepada objek
tertentu. Dan dengan demikian kedua term ini pihak yang menikmati
secara materi adalah orang lain. Konsep ini mengandung arti bahwa,
konsumsi dalam Islam, harus dinikmati oleh pemilik harta, dan juga
orang lain. dengan demikian, berbeda konsumsi dalam konvensional
yang lebih mementingkan pada dimensi pemuasan yang dinikmati
oleh pelaku atau konsumen saja.
Hal lain adalah, konsep tentang pemuasan yang dikenal
dengan utility, memiliki perbedaan mendasar dari maslahat.
Perbedaan itu menurut Fakhim Kham di antaranya adalah maslahat
dapat saja dipengaruhi oleh selera individual dalam beberapa hal,
namun tetap memperhatikan dengan baik manfaat maslahat
terhadapnya, berbeda dengan utility, yang tidak memiliki batasan-
batasan yang jelas dalam pemanfataannya dan dapat berubah secara
tiba-tiba.30 Dengan kata lain utility, konsep kebebasan yang
terkandungnya lebih pada kemandirian pemilik harta dalam
melakukan kegiatan konsumsi tanpa harus terikat pada moralitas,
sedang maslahat, lebih pada kemandirian yang harus mengarah pada
kepentingan dan tujuan konsumtif, dengan tetap meningindahkan
ketentuan-ketentuan agama Islam.
Berkaitan dengan konsep maslahah perlu dikemukakan ayat
Alquran. Salah satu ayat yang membahasnya adalah QS. Asy-Syu>ra:
َ
ِ )152( ص إل ُحون َ َّالذ
ْ ين ُي ْف إس ُدو َن في
ْ اَلرض َوال ُي
إ إ إ
Terjemahnya:
“yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan
perbaikan."
31
Abu> Bakar al-Jaza>iri>, Aysar al-tafa>si>r, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Jilid III, h, 116.
32
Asy-Sya‘rawi>,Tafsi>r asy-Sya‘ra>wi>, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, h. 6636.
Dr. Hamzah, M.Ag | 15
merubah menjadi baik-, sudah baik dan kemudian memberikan nilai
tambah yang baik.33
Dari berbagai pandangan tentang mashlalah
memungkinkan dikembangkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel telaah konsep mashlalah dalam lintas perspektif.
Tabel 1
No. Ide Unsur Implikasi Keterangan
1 Orientasi Ketaatan kepada komitmen
Allah: pada
kesepakatan
dan aturan
2 Struktur -Merubah ke Pro kepada
lebih baik kebaikan
- secara
Mempertahankan berkelanjutan
nilai baik dan
-Memberi nilai tranformasi
tambah antar
-Mewariskan generasi
nilai baik
33
Quraisy Syiha>b, Tafsi>r al-Mis}ba>h}, (Vol X, Jakarta: Lentera Hati, ), h.
16 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
D. Rasionalitas
Rasionaitas dalam ilmu ekonomi sebagai ketersambungan
atau konektiivitas antara kemauan dengan pelaksanaan kemauan.
Gagasan yang dilahirkan seserorang akan diwujudkan dalam bentuk
kreatifitas. Rasionalitas akan berubah menjadi tidak rasional, ketika
konektivitas tidak terjadi yakni antara gagasan yang diinginkan
dengan perilaku yang dilaksankaan. Pandangan ini member asumsi
bahwa perbuatan yang dilakukan seorang dipastikan sesuai dengan
keinginan nya, Sebagai contoh seorang penjual akan melakukan
tindakan penjualan, sepanjang memperoleh keuntungan. Demikian
juga seorang pembeli melakukan penawaran dan transaski
sepanjang ia menilai barang yang dibelinya memberikan nilai pada
dirinya.
Bagaimana rasionalitas dalam Alquran. Untuk menjawab
pertanyaan ini perlu dicermati dua hal. Pertama, Alquran
memberikan ruang yang sangat besar terhadap kemampuan akal
manusia. Dalam berbagai Kedua, pilihan mengandung
tanggungjawab.
E. Kesejahteraan
1. Makna Kesejahteraan
Istilah Ekonomi Syariah, yang hanya populer di Indonsia,
pada awalnya dikenal dengan istilah ekonomi Islam, tidak dapat
dilepaskan sebagai perwujudan aspek ajaran Islam dalam bidang
ekonomi. Karena ia bagian dari ajaran Islam, maka penentuan
konsep kesejahteraan harus dilahirkan dari pemahaman keagamaan
(Islam) pula.
Dalam Alquran terdapat istilah yang dipandang relevan
dengan makna kesejahteraan. Istilah itu misalnya, al-Fala>h} al-Fauz,
dan al-Sa‘a>dah. Untuk kesempatan ini hanya diuraikan istilah al-Fala>h}.
Istiah ini digunakan dalam kalimat adzan, dan tersebar dalam
beberapa ayat Alquran. Pada pada awalnya kata al-Fala>h},
01 Wanita Ya 33.33
02 Keturunan Ya 33.33
03 Harta Yang Ya 33.33. Qanathir
Banyak Muqantarah
04 Jumlah 1 2 Persentase
05 Prersentase 33.33 66.66 100
(33) (67)
Sumber Data : Hasil Analisis Penulis 2014.
36
Muh}ammad Nasi>b Ar-rifa>‘i>, Yasi>r al-Ali> al-Qadi>r Ikhtis}a>ri Tafsi>r Ibnu
Kas\ir, Juz I, dalam Program Maktabah Asy-Syamilah, h. 333
22 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Untuk klausa Walla>hu ‘indahu h}usnul ma‘a>b. Apa konsep yang
dipahami dari klausa ini. Ibnu Abba>s menyatakan bahwa klausal ini
disandarkan pada kehidupan akhirat yakni surga bagi mereka yang
meninggalkan pengaruh syahwat (yang tak terkendali dalam
menamfaatkan) instrument tersebut. Selain itu, mengungkapkan
tentang kenikmatan surga baik berupa kekekalan, keutamaanya
sebagaimana telah dikemukakan nikmat duniawi.37
Qat}t}a>n berpendapat bahwa kenikmatan dunia yang telah
disebutkan sebelumnya, tidak patut untuk dibandingkan dengan
kenikmatan yang disiapkan oleh Allah untuk kehidupan akhirat
Lebih lanjut Qat}t}a>n menyatakan bahwa seharusnya manusia tidak
menyibukkan diri untuk memperoleh kenikmatan yang didunia
dengan dengan tidak mempersiapkan untuk kepentingan
kenikmatan akhirat kelak.38
Dari pandangan musfassir tersebut menunjukkan bahwa
kenikmatan dunia lebih bersifat relatif, sedang akhirat kenikmatan
akhirat bersifat pasti. Sifat relatifisme penggunaan instrument ini
karena sangat ditentukan oleh keimanan seseorang. Apabila
isntrumen ini dilaksankaan dengan mengembangkan keimanan maka
memungkinkan instrument kesejahteraan ini akan mengantar
pencapaian kenikmatan akhirat yang bersifat pasti dan kekal. Namun
jika sebaliknya, maka pelaku instrument kehidupan ini akan
menemukan kesulitan dalam pencapiaan kehidupan yang bersifat
pasti di akhirat.
Orientasi penggunaan instrument kesejahteraan dapat
dikemukakan dalam tabel di bawah ini.
37
Ibn Abba>s, Juz I, h. 54
Ibra>hi>m Qat}t}a>n, Taysi>r Tafa>si>r, Juz
38
I, Program Maktabah Asy-
Syamilah,. h. 180
Dr. Hamzah, M.Ag | 23
Tabel 5 tentang penggunaan instrumen kesejhahteraan:
Orientasi, Pengendali dan Harapan
No Orientasi Pengendali Harapan
01 Dzat Instrumen Syahwat Kepuasan
02 Pencpita Iman Kesyukuran
Instrumen
Sumber data : Hasil Analisis Penulis, 2014
4. Orientasi Kesejahteraan
Orientasi kesejahteraan dapat dipahami pada ayat 10-11
surat yang sama.
َ َ
)11( س ُه ْم إف َيها خ إال ُدون َ ) َّالذ10( ُأ َولئ َك ُه ُم ْال َو ُثو َن
َ ين َيرُثو َن ْال إف ْر َد ْو
إ إ إار إ
Terjemahnya:
“10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang
akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Tafsi>r an-Nasafi> menyatakan bahwa mereka yang telah
melakukan pemeliharaan terhadap perilaku yang disebutkan
sebelumnya, berakhir dengan memilikikesempatan untuk mewarisi
Dr. Hamzah, M.Ag | 25
surga firdaus. 39 Pandangan yang sama dikemukakan tafsir Haqqi>
menyatakan bahwa mereka yang mengikuti keinginan Allah SWT.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyebutan istilah waris,
menunjukkan bahwa puncak puncak janji Allah yang mulia, dan
karena ia warisan maka ia memliki posisi kepemilikan yang sangat
kuat, Karerna ia tidak berkurang dan tidak akan dielaminir
(dikembalikan).40 Dalam tafsir yang sama dengan mutip pandangan
al-Fannary bahwa surga memliki tiga jenis. Menurutnya jenis
pertama ditujukan sebagai pembalasan para bayi yang belum
memliki amal dan meninggal dunia. Jenis kedua ditujukan penghuni
surga sebagai eks dari penghuni neraka dan jenis ketiga merupakan
mereka secara yang memperoleh penghormatan. Dan surga firdaus
berada pada jenis yang ketiga.41
Dari pandangan mufassir di atas diketahui bahwa surga
Firdaus merupakan jenis yang ketiga yang diperuntukkan kepada
orang-orang yang tidak pernah menjadi eks penghuni neraka.
Dengan kata lain penghuni surga firdaus dalam konteks ini adalah
mereka yang secara konsisten dalam melaksanakan unsur-unsur
yang terdapat pada ketiga struktur kesejahteraan. Pelaksanaan
secara kontinyu dan menyeluruh atas struktur kesejahteraan, akan
memperoleh balasan dengan mewarisi surga firdaus. Dalam konteks
orientasi kesejahteraan menujukkan bahwa pelaku kesejahteraan ini
adalah berada dalam kelompok khas dalam kehidupan dunia. Pelaku
kesejahteraan ini memiliki pandangan yang berbeda dengan mereka
yang belum mencapai kesejahteraan. Namun mereka memiliki
kemampuan untuk melakukan transformasi tidak hanya untuk
individual dan internal keluarga tetapi sampai pada lingkungan
sosial. Kemampuan mentransformasi gagasan baik ibadah
39
‘Abdullah bin Ah}mad bin Mah}mu>d an-Nasafi>>, Mada>rik Tanzi>l Wa
Haqa>iq al-Ta’wi>l, dalam Program Maktabah Asy-Syamilah, Juz II h. 375.
40
Haqqi>, Tafsi>r Haqqi>, Program Maktabah Asy-Syamilah, Juz VIII, h.
467.
41
Ibid.
26 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
kehartaan, keimanan, kemampuan membangun keluarga,
menjadikan ia memiliki kekhususan
Terjemahnya:
“56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
42
M. Fakhim Khan, Theory of Consumer behavior in an Islamic
Perspektive, h. 73
43
Ibid,
44
Ah}mad H{usain, Juz III, h. 236.
45
Ar-Ra>gib, op, cit ., h. 489-490.
Dr. Hamzah, M.Ag | 27
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.
46
Rasyi>d Rid}a, Tafsi>r al-Mana>r, dalam Program Maktabah Asy-Syamilah,
Juz VIII, h. 410.
47
Ibnu At}iyyah, al-Muharrar al-Waji>z, Program Maktabah Asy-Syamilah,
Jilid 3, h. 50
48
Ibid.
49
Wahbah Mus}t}afa Az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Muni>r fi Al-‘Aqi>dah Wasy-
Syari‘ah al Manhaj, Dalam Program Maktabah Asy-Syamilah, Juz VIII, h.240.
Dr. Hamzah, M.Ag | 29
dilakukan berupa syrik setelah diperbaiki oleh Allah dengan tauhid
dan perintah untuk taat kepada-Nya.50
Terhadap pendapat mengenai konsep perbaikan yang pernah
dilakukan oleh Allah pada bumi menunjukkan bahwa dua hal :
Pertama, ruang lingkup kerusakan sangat luas dan dapat dikaitakan
seluruh bidang kehidupan manusia. Pandangan ini memperkuat al-
Qasimy bahwa perbaikan yang dilakukan oleh adalah berkaitan
dengan kemanfaatan pada ciptaan Allah serta kemaslahatan dalam
pembebanan hukum syar’iy (mashalih al-Mukallafin).51 Kedua, Allah
memberikan fasilitas dalam rangka menjaga keberlangsungan
kebaikan yang pernah dilakukan. Antara lain dengan mengutus rasul
ke bumi.
Untuk hal yang kedua ini dipahami bahwa fasilitas yang
diberikan terkait dengan keimanan, sebagai bagian penting dalam
mengelola sumber daya alam.
Ketiga, perintah berdoa dengan penuh etika. Perintah ini
menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan yang
sempurna dalam pengelolaan sumber daya. Ketidaksempurnaan ini,
mengakibatkan perlunya kemampuan untuk berdoa. Berdoa yang
diinginkan adalah antara harapan dikabulkan dan kecemasan tidak
diterima atau sikap moderasi. Sikap moderasi dalam berdoa dapat
digambarkan di bawah ini :
50
Abu> Bakar al-Jaza>iri>, Aysir Tafa>sir, dalam Program Maktabah Asy-
Syamilah, Juz I, h 469.
51
Muh}ammad Jama>luddi>n al-Qa>simi>, Maha>sin Atta’wi>l, dalam Program
Maktabah Asy-Syamilah, h. 74-75.
30 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Gambar 1. Illustrasi pembagian perasaan
Harapan
Moderasi
Kecemasan
52
At}t}abari>, op.cit., juz XII h. 487.
53
Asy-Syauka>ni>, Fath}ul Qadi>r al-Ja>mi‘u Baina Fannayi ar-Riwa>yah
Waddira>yah min ‘ilmi at-tafsi>r, dalam Program Maktabah Asy-Syamilah, Vol.III, h.
47,
32 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
2. Keterkaitan Maslahah dengan Assayyiat
Untuk keterkaitannya dengan term As-sayyia>t, pada surah
At-Taubah: 102
َ الل ُه َأ ْن َي ُت
وب
َّ ً َ َ اع َت َر ُفوا ب ُذ ُنوبه ْم َخ َل ُطوا َع َم ًَل
ص إال ًحا َوآخ َر َس إيئا َع َس ى
َ ُ َ َ
ْ ون وآخر
إ إإ
)102( يم ٌ ور َرح ٌ ُ َ َ َّ َّ ْ ْ َ َ
علي إهم إإن الله غف ِ إ
Terjemahnya:
102. Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa
mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan
pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Pada ayat di atas terlihat bahwa terdapat perilaku manusia
yang mencampurbaurkan antara perbuatan baik dan buruk.
Tafsi>r al-Mana>r menyatakan hahwa ia merupakan kelompok
dari orang yang beriman berdosa. Menurutnya, perilaku mereka
mencampurkan amal kebaikan dan amal keburukan.54 Ibnu Katsir
menyatakan bahwa ayat ini menggambarkan perilaku orang yang
tidak mau berjihad (pada masa R asul) karena malas dan cenderung
bersenang-senang.55
Bagaimana tanggapan ulama terhadap perilaku yang
dilakukan orang mukmin. Abu Suud menyatakan bahwa setelah
mereka memahami kesalahan dan bertaubat maka taubat mereka
akan dikabulkan.56
Perilaku mencampuradukkan kebaikan dan keburukan,
dalam kontkes maslahah, tidak dibenarkan dalam pandangan
Alquran. Karena perilaku ini tidak mendorong pada produktifitas
umat Islam dan nilai juang mereka, seperti yang dikemukakan oleh
G. Kebutuhan
Makna Kebutuhan
Perbandingan tentang maslahah dalam dimensi.
Dalam ilmu ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan dikenal dengan
konsep utilitas. Konsep ini mengandung arti pencapaian kepuasaan
yang terukur menurut konsep individual. Pandangan ini sebagai
penjabaran konsep ekonomi kapitalis, dan oleh M. Fakhim Khan
melakukan perbandingan dengan konsep maŝlaĥat. Menurutnya
perbedaan keduanya antara lain, a) Maŝlaĥat penentuannya lebih
bersifat objektif, dan utilitas bersifat individual. b) Untuk maŝlaĥat,
walaupun mengandung pemenuhan kepentingan individual tetapi
nilai sosial tetap terpelihara.57
Dalam kegiatan ekonomi, terkadang disamakan antara keinginan dan
kebutuhan. Padahal, kedua jenis ini dalam pandangan ekonomi
Syariah mengandung perbedaan mendasar.
57
Al-Qasi>mi>, loc. cit., h. 74-75.
34 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Tabel 9. Tentang Karakteristik Kebutuhan dan Keinginan
Karakteristik Keinginan Kebutuhan
Sumber Hasrat (nafsu) Fitra Manusia
manusia
Hasil Kepuasan Manfaat dan
Berkah
Ukuran Preferensi atau Selera Fungsi
Sifat Subjektif Objektif
Tuntutan Islam Dibatasi/ Dipenuhi
Dikendalikan
Sumber Data : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam
(P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali, 2008), h.
131.
58
Mikhael Dua, Filsafat Ekonomi, (Jakarta: Kanisius, 2008), h. 49
59
Ibid.
60
Ibid.
Dr. Hamzah, M.Ag | 35
ُ ْ َ َ َّ َ َ َُ َ ْ ُ َ َّ ُ ْ َ َّ ُ ََ
الصَلة َو ُيؤتوا ين ُح َنف َاء َو ُي ِق ُيموا ِ وما أ ِم ُروا ِإَّل ِليع ُبدوا الله مخ ِل ِصين له
الد
َ ْ ُ َ َ َ َ َ َّ
)5( ين الق ِي َم ِةالزكاة وذ ِلك ِد
Terjemahnya:
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Tafsir al-Waji>z menyatakan bahwa ayat ini secara umum
menjelaskan bahwa ayat ini memerintahkan kepada orang kafir dan
yang diberikan al-kitab untuk menyembah Allah dan ikhlash yaitu
menyembah kepada Allah denganpenuh ketaatan dan tidak
memyembah selain-Nya.61
Tafsir al-Qusyairi> menyatakan bahwa ikhlash adalah seorang
hamba dalam gerakannya dan diamnnya tidk ada
dimaksudkankecuali Allah Swt. 62 Wahbah Az-Zuhaili> menyatakan
bahwa al-Ikhlash adalah menunaikan suatu amal dengan penuh
ihklash tanpa dengan menserikatkan dengannya.63
Berkaitan dengan konsep ikhlash menunjukkan bahwa dalam
menyembah maka modal keihlaasan menjadi urgen. Keihlasan
merupakan bahagian dari pekerjaan hati seorang yang menyembah
kepada Allah sedang keridhaan merupakan bagian dari ketetapan
Allah yang harus diraih oleh seorang muslim. Dengan kata lain,
secara teologis, amat sulit memperolehkeridhaan Allah ketika
seorang muslim tidak ikhlash dalam menyembah kepada Allah SWT.
UNtuk perspektif ini, maka pekerjaaan seorang muslim tidak terlihat
pada internal pekerjaan itu, tetapi berada koridor yang mengantar
Abu> H}asan ‘Ali ibn Muh}ammad ibn ‘Ali al-Wa>hidi> an-Naisa>bu>ri>, al-
61
Ibnu ‘Abba>s, Tanwi>r al-Miqba>s Min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s, dalam Program
64
67
Ibid.
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, dalam
68
69
Rasyi>d Rid}a, op. cit., Juz VI, h.84
70
لم يحقق األثر الخالد والمنزلة الحسنة،فإذا لم يقترن العمل الصالح باإليمان بأركانه المذكورة
.في عالم اآلخرةIbid., 1300
40 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah
dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.
Al-Qurthuby menyatakan bahwa terdapat berbagai pendapat
yang mengartikan sadida, antara lain, kesesuaian ucapan dengan
kondisi di hati; pernyataan la ilaha illallah; mengandung makna
umum dari kebaikan.71
Pernyataan itu menunjukkan bahwa iman yang dimiliki oleh
seorang muslim tidak hanya struktural tetapi fungsional dalam
memilih pernyataan atau gagasan. Gagasan yang dikemukakan,
memberikan implikasi bagi optimlaisasi kebaikan baik terhadap
dirinya maupun lingkungannya.
Lebih lanjut Al-Qurt}ubi menyatakan bahwa, ketataan
kepada Allah dan Rasul-Nya mengandung arti pada pelaksanaan
perintah dan menjauhi larangan.72 Pandangan yang sama
dikemukakan oleh al-Jasairi, dan menambahkan bahwa dengan
kesesuaian pernyatan dan perbuatan yang membawa kepada
kebaikan, dan menimbulkan dua hal berupa perbaikan amal dan
pengampunan dari Allah Swt.73 Dua hal ini, merupakan berasal dari
Allah Swt atau ekternal pelakunya. Selain itu, dampak jangka
panjang yaitu diketahui dari term fauzan adzhi>ma>, mengandung arti
kebahagian pada dua tempat yakni di dunia dan di akhirat. 74
Berkaitan dengan pelaksanaan ketaatan kepada Allah dan
rasul-Nya atau tegasnya pelaksanaan ibadah, memberikan implikasi
pada dua hal seperti dikemukakan. Lagi-lagi term yang ditujukan
pada perbuatan adalah al-amal. Pemilihan term ini menjadi penting,
karena tampaknya iman yang menjadi prasyarat ibadah, akan
berimplikasi pada perbuatan al-amal dan tidak pada al-fi’l. Untuk
71
Al-Qurt}ubi>, op.cit., Juz XIV, h. 253.
72
Ibid.
73
al-Jasairi>, op. cit., Juz I, 308.
74
Ibid.
Dr. Hamzah, M.Ag | 41
konteks ini, al-amal sebagai sebagai perbuatan bagi orang yang
beriman, tampaknya, dilakukan “renovasi” oleh Allah Swt. dan
“pemutihan” atas dosa yang pernah dilakukan oleh seorang yang
beriman.
Untuk kepentingan analisis ekonomi, kerja yang dilandasai
ketakwaan, keimanan yang kemudian disebut ibadah, memiliki
implikasi bukan hanya pada pelakunya dengan dimensi yang
dimilikinya serta memberikan implikasi lainnya berupa kebahagian,
sebagaimana yang dikemukakan dalam tabel di bawah ini.
75
al-Qurt}ubi>, op.cit., Jiulid VII, h. 89
76
Rasyi>d Rid}a, op.cit., Juz VIII, h. 104.
44 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Tabel 12 tentang analisis Prototipe nabi Muhammad sebagai amil
versi surah al-An’am : 135
No Term Unsur Implikasi
1. I’malu -Objek seruan: kepada Motivator
umat nabi Muhammad
(Muslim dan non)
-Pelaku: Nabi Muhammad
-Materi seruan: Bekerjalah
dengan berbasis
mashlahat
2. Makanatikum -Berbasis profesi Pelaksanaan
-Tanggungjawab Amanah:
Kompetensi dan
kewenangan
3. Inny Amil -Deklarasi sebagai pekerja Teladan
4. Saufa -Memberi keyakinan Transparansi
Ta’lamun makna kerja
Sumber data : Analisis Penulis, 2015.
77
Abdurrahman bin Na>s}ir ibn Abdullah as-Sa‘adi>,Taysi>r Kari>m ar-Rahman
fi Tafsi>r Kalam al-Manna>n, (Juz I, t.tp, Ar-Risalah, 2000), h. 351.
78
Abu> H}asan ‘Ali ibnu Muh}ammad ibnu ‘Ali al-Wa>hidi> an-Naisa>bu>ri>, al-
Waji>z fi Tafsi>r al-Kita>b ‘al-Azi>z, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz I, h.
301,
79
Abu Bakar al-Jaza>iri>. Aysir at-ta>fasi>r, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Juz II, h. 103
46 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
perbuatan dapat saja memberikan makna ketika dikaitkan dengan
ancaman dan balasan yang ditetapkan oleh Allah Swt.80 Pandangan
lainnya dikemukakan oleh Muhammad Rasyi>d Rid}a yang dari sisi
objek perbuatan disebutkan perbuatan baik dan buruk Walaupun
demikian beliau menyatakan bahwa kebaikan dunia dan akhirat
merupakan dua hal yang sangat terkait dengan amal. Menurutnya,
pelaku itu berkewajiban untuk menjadikan Allah sebagai pengawas
dalam melakukan sebuah perbuatan karena Allah maha
mengetahui.81
Dari pandangan para mufassir diketahui bahwa, untuk
konteks penilai kinerja dari perbuatan manusia dipahami memiliki
tiga struktur penilaian, dengan karakteristik masing-masing. Bagi
pandangan Alquran, diketahui bahwa tidak satupun perbuatan tidak
dinilai oleh Allah Swt. Karena itu, penilai kinerja tidak hanya dari
manusia yang dapat dikaitkan dengan penilaian sosiologis, tetapi
juga terkait dengan penilaian teologis. Dua dimensi penilaian ini,
memberikan karakteristik tersendiri bagi seseorang dalam
membangun kinerja. Dalam mengoptimalkan kinerja seseorang
maka, dua dimensi ini tidak dapat dipisahkan. Keduanya menjadi
satu kesatuan.
Pada penghujung ayat bagian pertama di atas disebutkan
bahwa “wasaturaddu>na ila ‘alim al-ghaib wasy-sya>hadah” (dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata), oleh mufassir memiliki pandangan yang sama. Oleh
Muhammad Rasyi>d Rid}}a menyatakan bahwa keadaan setelah
meninggal dunia.82 Hal yang sama dinyatakan oleh Ibnu Athiyah.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa Allah memiliki kemampuan untuk
memahami yang gaib maupun yang nampak. Adapun pada
penghujung ayat disebutkan, “lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
80
Sya‘rawi>.Tafsi>r as-Sya‘rawi>, dalam Program Maktabah asy-Syamilah,
Juz II, h. 3726
81
Rasyi>d Rid}a, op.cit., h. Juz Xl, h. 27.
82
Ibid., h. 29.
Dr. Hamzah, M.Ag | 47
yang telah kamu kerjakan”, menunjukkan bahwa Allah berjanji akan
memberikan balasan perbutaan setiap pekerja.83
Terkait dengan kinerja, maka pertanyaan yang perlu diajukan
adalah untuk apa kinerja dilakukan atau apa manfaat kinerja.
Berdasarkan pemahaman terhadap penghujung ayat di atas
menunjukkan bahwa kinerja itu untuk dimanfaatkan sebagai amal
yang kelak akan dibalas oleh Allah SWT. Kinerja yang dilakukan oleh
seseorang tidak hanya untuk kepentingan di dunia yangmanfaatnya
dapat saja dirasakan secara sosiologis dunia, tapi tampaknya ia
bersifat lintas alam. Kondisi lintas alam (alam akhirat) kinerja ini,
semakin memperkuat urgensi argument dimensi teologis dalam
berkinerja.
K. Makna Rezki
Dalam Alquran penggunaan kata rabb dalam konteks rezki
kepada manusia terdapat dalam Q.S. (34/58): 36. Dalam ayat ini
Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya (Muhammad) untuk
mengatakan bahwa dalam kekuasaan Rabb mengenai kelapangan
dan penyempitan rezeki. Selain itu, Q.S. Ibra>hi>m (14/72): 35-37, Doa
Nabi Ibra>hi>m kepada Rabb agar Mekah dijadikan sebagai kota yang
aman, yang merupakan lokasi anaknya ditempatkan, serta anaknya
dianugerahkan rezki dari buah-buahan.
Menarik untuk dikaji mengenai apa yang dimaksud dengan
rezki sebagai kata yang terkait secara langsung dengan ekonomi.
Kata razaqa berakar dari hurf ra, zai dan qaf yang mempunyai arti
dasar pemberian yang terkait dengan waktu dan kemudian
mengalami perkembangan tidak lagi terkait dengan waktu.84
Dilihat dari sisi kronologis surah, maka Q.S. al-Fajr (89/10):
15 memuat kata "rizq" sebagai yang pertama disebut dalam Alquran.
Dilihat dari sisi konteks ayat tersebut merupakan sanggahan Allah
83
Abu Muh}ammad Abdul H}aq, op. cit., Jilid III, h. 309.
84
Ibid., h. 388.
48 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
kepada orang yang menyangka bahwa rezki merupakan kemuliaan
dan kemiskinan adalah kehinaan. Pada hal sesunguhnya rezki adalah
ujian dari Allah SWT. Di sini frasa faqaddara alaihi rizqah-
"membatasi rezki" berhadapan dengan frasa fa akramah- wa
na'amah- "dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan". Perbedaan
dua keadaan tersebut, merupakan indikasi yang dipergunakan
seseorang dalam melihat rahmat Allah SWT.
Pola pikir mereka adalah terkait dengan sikap hedonistik
yang mereka miliki yang berkar dari filsafat materialistik. Bahwa
segala sesuatu harus diukur dengan materi sehingga kebahagiaan
dan kesusahan harus diukur dari sisi harta. Dilihat dari sisi konteks
ayat ini, tampaknya ayat sebelumnya (pada surah yang sama ayat 7-
13) berkaitan dengan pola pikir Kaum ‘ad, dan Fir'aun yang
kesemuanya hidup dalam keadaan megah dan berbuat sewenang-
wenang.85
Apa yang dapat dipahami dari uraian tersebut dalam
kaitannya dengan prinsip ketauhidan dalam prinsip hukum ekonomi
memberikan implikasi bahwa sumber ekonomi adalah Rabb al-a’lam
dan bukan dari manusia itu sendiri terlebih lagi bukan pada alam. Di
sini secara tegas tertolak falsafah kaum sosialis yang menyatakan
bahwa hidup adalah materi dan materilah yang menggerakkan
kehidupan dan agama hanyalah takhayyul.86
Penggunaan sumber daya manusia dan alam dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan ekonomi pada hakekatnya
85
Istilah ‘ad dalam bahasa Ibran³ merupakan bahasa Semit tertua "artinya
tinggi dan masyhur". Diperkirakan mereka hidup sebelum 300 tahun sebelum
masehi. Mereka adalah bangsa yang berjaya pada masanya mereka dinilai sebagai
pendiri kebudayaan yang tertua di dunia. Asia dan Afrika merupakan pusat
kegiatan mereka yang ditandai dengan pembangunan gedung dan arsitektur
mereka. Lihat Sayid Muzaffaruddin Nadvi, A Geografhical History of The Qur'an,
diterjemahkan Jum'an Basalim "Sejarah Geografi Qur'an" (t.tp.: Pustaka Firdaus,
1997), h. 96, 116-117.
86
Lihat Thahir Abdul Muhsin Sulaiman, ‘Ila>j al-Iqt}is}adiyyah fi al-Isla>m,
diterjemahkan oleh Anshori Umar Sitanggal "Menanggulangi Krisis Ekonomi
Secara Islam" (Bandung: Al-Maarif, t.th), h. 40.
Dr. Hamzah, M.Ag | 49
merupakan suatau upaya untuk memperoleh rezki dari Allah. Dan
pemberian rezki sebagai hasil kegiatan ekonomi oleh Allah kepada
manusia, merupakan perwujudan sifat Rab Tuhan.
87
Abi H}usain Ah}mad bin Fa>ris ibn Zakariyya>, Maqa>yyi>s Al-lugah,(T.tp.:
Itihad Kitab al-‘Arab, 2002), Juz II, h. 15.
51
menghampirinya adalah terbuka untuk orang tertentu dan atau
bersifat umum. Namun substansi larangan itu, dipastikan tidak
mengandung celaan. Ruang lingkup celaan, masih perlu penalaran
lebih lanjut. Namun, hemat penulis, bahwa paling tidak mengandung
celaan dalam arti tidak cacat hukum, tidak cacat perasaan dan tidak
cacat sosial.
2. Ruang lingkup
a. Makanan: Bahan dasar dan proses
ْ ُ َّ ُ َّ َُ ُ ُ َ ُ َ َ َُ
َي ْسألون َك َماذا أ إح َّل ل ُه ْم ق ْل أ إح َّل لك ُم الط إي َبات َو َما َعل ْمت ْم إم َن ال َج َو إار إح
اس َم ْ الل ُه َف ُك ُلوا م َّما َأ ْم َس ْك َن َع َل ْي ُك ْم َو ْاذ ُك ُروا
َّ ُ ُ َ َّ َ َّ َّ ُ َ ُ َ ُ َ َ ُ
مك إل إبين تع إلمونهن إمما علمكم
إ
َ الل َه َسر ُيع ْالح
َّ َّ َ َّ ُ َّ َ ْ َ َ َّ
(4:اب )املائدة إ س إ إ ن إإ ه الل وا ق الل إه علي إه وات
Terjemahnya:
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?." Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan
(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar
dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa
yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang
ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas
itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.”
Sebuah tafsir menyatakan bahwa ayat ini diturunkan
berkaitan dengan pertanyaan sahabat nabi antara lain Ashim ibn
Adiy tentang apa yang dihalalkan pada anjing.88 Tafsir Fath}ul Qadi>r
menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok halal yang terkait
dengan rumpun ayat ini yaitu : kehalalan makanan secara umum dan
Ja>wahir al-Hisa>n fi> Tafsi>r al-qur‘a>n, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz
I, h. 394.
52 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
dikemukakan oleh binatang buruan, makanan ahlul kitab dan
kehalalan mengawini wanita ahlul kitab. 89 Dalam pandangan lain,
tafsir al-Muntakhib yang ditulis oleh tim ulama al-Azhar menyatakan
bahwa umat Islam bertanya kepada rasul Muhammad, tentang
makanan dan selainnya yang dihalalkan oleh Allah Swt. Menurutnya,
maka dihalalkan untuk makanan dari tangkapan binatang yang
terlatih dan tangkapan itu diperuntukkan untuk pemiliknya serta
disebut nama Allah ketika melepaskan binatang burun yang telah
terlatih.90
Dari pandangan mufasir diketahui bahwa kehalalan mekanan
terkait tiga unsur yang ketiganya berkaitan dengan proses
sebagaimana dapat dikemukakan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 13 tentang aspek kehalalan pada bintang buruan dilihat
dalam proses
Waddira>yah min ‘ilmi at-tafsi>r,, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz II, h.
270.
Tim Ulama al-Azhar, Tafsi>r Muntakhab, dalam Program Maktabah asy-
90
92
Haqqi>, Tafsi>r Haqqi>, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz III, h.
188.
‘Abdulla>h bin Ah}mad bin Mah}mu>d an-Nasafi>, Mada>rik Tanzi>l Wa
93
96
‘Abd. Kari>m ibn Hawa>zin ibn ‘Abdul Malik al-Qusyairi>, Ath-Thaif al-
Isya>ra>h, dalam Program Maktabah sy-Syamilah, Juz I, h. 178.
58 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
dalam bentuk material maupun inmaterial. Dalam bentuk inmaterial
dapat saja berupa pokok pemikiran, inspirasi, dan dukungan moril
dari siapapun.
Dalam kaitannya dengan aspek kehahalan, menjunjung tinggi
aspek kehalalan dalam aktifitas ekonomi merupakan bagian dari
pelaksanaan ibadah. Memperhatikan konteks ayat yang di dalamnya
ditemukan terma halal, dalam hal ini ibadah puasa, memberikan
petunjuk ke arah dimaksud. Pandangan ini bersifat ektensifikasi atau
oerluasan dimensi halal tidak saja pada aspek ekonomi tetapi dalam
dimensi ibadah, menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi yang infut,
proses dan output bercirikan halal merupakan pelaksanaan ibadah.
97
Sya‘rawi>, Tafsi>r as-Sya‘rawi>, dalam Program Maktabah asy-Syamilah,
Jilid I, h. 416. .
Dr. Hamzah, M.Ag | 59
kebolehan untuk makan terhadap sesuatu yang halal di muka bumi
untuk dimakan.98
Abu> Bakar al-Jaza>iri> memberi makna bahwa terma halal
merupakan pembukaan simpul larangan dan karenanya diizinkan
oleh Allah Swt.99 as-Sa‘adi> berpendapat bahwa halal merupakan
perbuatan yang tidak mencuri, merampok atau menghasilkan dari
kegiatan muamalah tentang kegiatan yang haram baik dari sisi
bentuk, maupun dari sisi bendanya.100
Berdasarkan pandangan tersebut, maka perintah dalam
bentuk kebolehan makan ditujukan kepada manusia tanpa melihat
etnis dan agama. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomi, makan
merupakan aktifitas yang berkaitan dengan kebutuhan semua
manusia. Pandangan Alquran yang sangat realistis, menunjukkan
bahwa dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar manusia, ia sangat
realistis pula berdasarkan kondisi sosial manusia. Namun demikian,
standar umum yang diberikan berkaitan dengan konsumsi makanan
ini terbatas pada aspek kehalalan. Aspek kehahalan merupakan
penetapan dari Allah Swt. dan ia dipahami secara implikatif
mengandung arti sebagai lawan dari haram.
Berkaitan dengan larangan mengikuti langkah syaithan dalam
ayat di atas, oleh Az-Zuhaili> menyatakan bahwa larangan terkait
dengan keberadaan syaithan yang selalu membuat was-was untuk
melakukan kejahatan dan kemungkaran. Ia merupakan musuh yang
98
Muh}ammad ibnu Ah}mad ibnu Muh}ammad ibnu al-Jazi> al-Kalbi> al-
Girna>t}i> al-Maliki>, at-Tashi>l li ‘Ulu>m at-Tanzi>l, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Jilid I, h. 82.
99
Abu> Bakar al-Jaza>iri>, Aysar at-tafa>si>r, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Jilid I, h. 71.
100
Abdurrahman bin Na>s}ir ibn Abdullah as-Sa‘adi>,Taysir Kari>m ar-
Rahman fi Tafsi>r Kala>m al-Manna>n, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz
I, h. 30.
60 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
nyata bagi manusia sejak nabi Adam. Ia memiliki kemapuan untuk
mengantar manusia pada keburukan untuk dosa.101
Pada sisi lain, ayat ini memberikan pandangan bahwa sangat
berpeluang terdapat hubungan antara makanan dan mengikuti jejak
syaithan. Mengikuti jejak syaithan memberikan peluang seperti
tergambar dalam tabel di bawah ini.
101
Wahbah Mus}t}afa Az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Muni>r fi Al-‘Aqi>dah Wasy-
Syari‘ah al Manhaj,, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Jild I, h. 77.
Dr. Hamzah, M.Ag | 61
pertama ini, sehingga argument pada penghujung ayat ini, dijelaskan
tentang posisi syaithan bagi manusia.
Pada tafsir Ibnu Athiyah disebutkan bahwa mengikutri
langkah Syaithana dalah dengan melaksanakan perbuatan
kemaksiatan, bidah dan perbuatan yang melanggar syariah.102
Senada dengan tafsir al-Qusyaeri bahwa semua yang mengantar
untuk melupakan kebenaran atau melampuai kebenaran merupakan
bagian dari langkah syaithan.103 Dalam konteks ekonomi, syaithan
memliki peluang untuk diikuti oleh manusia. Ruang mengikuti
syaithan dalam bidang ekonomi, secara sederhana meliputi
pelanggaran manusia dalam menegakkan kebenaran atau aspek
keadilan yang dapat diupahami dari syariah dan perundang-
undangan. Dengan kata lain syaithan selalu mendorong manusia
untuk keluar dari prinsip dasar ekonomi yakni melakukan
pelanggaran ekonomi dalam berbagai aspek. Dengan daya dorong
syaithan yang kuat, penghujung ayat ini menegaskan bahwa ia
merupkaan musuh yang nyata bagi manusia.
Penempatan syaithan sebagai musuh manusia menarik untuk
dikaji lebih jauh. Term aduwwu ditemukan dalam Alquran pada
berbagai dimensi. Salah satu diantaranya adalah dalam surah at-
taga>bun : 14
ْ ْ ين َآم ُنوا إ َّن م ْن َأ ْز َواج ُك ْم َو َأ ِْوَالد ُك ْم َع ُد ًّوا َل ُك ْم َف
ُ اح َذ ُر
وه ْم َو إإن َ َيا َأ ُّي َها َّالذ
إ إ إ إ إ
ٌ ور َرح ٌ ُ َ َ َّ َّ َ ْ ََ ُ َ ْ ََ ُْ َ
يم تعفوا وتصفحوا وتغ إف ُروا ف إإن الله غف إ
Terjemahnya:
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-
hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
102
Ibnu At}iyyah, op, cit., Jilid I, h. 184. .
103
‘Abd. Kari>m ibn Hawa>zin ibn ‘Abdul Malik al-Qusyairi>, op. cit., Jilid I,
h. 160
62 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ibid.
105
Ibid.
106
107
asy-Sya‘rawi>, op. cit., Jilid I, h. 759
64 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
dikelola untuk dimanfaatkan memperoleh makanan.108 merupakan
harta tuidak. Adapun gambaran model manusia disebutkan di atas,
oleh sebuah riwayat yang menurut Hikmat ibn Basyir dalam
Tafsirnya dipandang shahih, bahwa merupakan gambaran pelaku
riba di hari kiamat kelak.109
Menurutnya riba dalam arti bahasa berarti menambah, disebut
riba karena terdapat tambahan 110 az-Zuhaili> dalam tafsirnya,
menetapkan judul pahala sedekah dan ancaman bagi riba.
Menurutnya, agama Islam merupakan agama yang mengemban kasih
sayang, kelembutan dan tolong menolong.111
Dalam tafsir disebutkan bahwa ayat sebelumnya, ia berbicara
tentang kemuliaan bersedekah di jalan Allah sebagai suatu usaha
yang baik. Menurutnya, bersedekah merupakan perbuatan
pengurangan harta, sedang melakukan riba adalah perbuatan
menambah harta. Dan dua hal ini memiliki karakter yang
berlawanan.112
Sebagai instrument ekonomi, riba dilarang oleh Allah sedang
sedekah atau infak merupakan perbuatan yang dianjurkan. Dengan
kata lain, riba merupakan perbuatan yang dilarang atau haram,
sedang sedekah infak merupakan perbuatan yang dianjurkan.
Demikian juga jual beli.
108
Muhammad al-Ami>n ibn Abdilla>h al-Arami> al-‘Alawi> al-Hariri> asy-
Sya>fi‘i, Tafsi>r Hada>iq ar- Rauhi> wa Raiha>n, Jilid IV, (Bairut: Dar Tauq an-Najah,
2001), h. 100.
109
Hikmat ibn Basyir ibn Yasin, Tafsi>r Shahi>h, (Madinah: Dar Matsur,
1999), h. 383
110
al-Qurt}ubi>, op. cit., Juz III, h. 348.
111
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, dalam
Program Maktabah asy-Syamilah, Jilid I, h. 160. h.
112
al-Hariri>, loc, cit.
Dr. Hamzah, M.Ag | 65
َ َ َّ ُ ً ً ْ ُْ َ ْ ُ َ َّ َْ ُ َ َ ُ
ق ْل أ َرأ ْيت ْم ما أن َز َل الل ُه لك ْم إم ْن إرز ٍق ف َج َعلت ْم إمن ُه َحراما َو َحَلال ق ْل آلل ُه أ إذن
َ َ ْ َ َّ َ َ ُ َ
ِ لك ْم أ ْم َعلى الل إه تفت ُر
ون
Terjemahnya:
Kakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan
Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan
(sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan
izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja
terhadap Allah ?"
113
al-Qurt}ubi>, op. cit., Juz VIII, h. 355.
114
Ibnu Abba>s, op, cit., Juz I, h. 225
115
Rasyi>d Rid}a, op, cit., Juz XI, h. 336
116
Ibid. h. 337.
66 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Abu> Bakar al-Jaza>iri> berpendapat bahwa ayat ini mengandung
tiga petunjuk yaitu : (a) Penetapan wahyu dan penegasan dari nabi
Muhammad SAW (b) Penetapan hukum kehahahalan dan keharaman
sesuatu adalah hak Allah dan tidak makhluk-Nya (c) Nikmat Allah
sangat besar beasr bagi hambana-Nya namun sedikit di kalangan
mereka yang bersyukur. 117
Dari berbagai pendapat mufassir di atas, mereka
memberikan pandangan yang jelas bahwa penetapan hukum
merupakan hak Allah SWt. Dia memiliki hak otoritatif dalam
menetapkan hukum. Lalu, nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah
memberikan penguatan terhadap hukum Allah Swt. Bagaimana
dengan peran ulama dalam kaitannya dengan hukum Islam. Dalam
literatir hukum Islam dikenal istilah ijtihad. Ijtihad merupakan
sebuah cara kerja dalam mengistimbatkan hukum atau melakukan
penalaran hukum terhadap sumber hukum Islam yaitu Alquran dan
Hadis.118 Terhadap ayat-ayat Alquran yang sudah secara sharih atau
jelas tentang hukum sesuatu, maka tugas umat Islam adalah
melakukan pengamalan. Namun terhadap peristiwa yang
membutuhkan penetapan hukum dan belum ditemukan pandangan
hukum yang secara tegas dan jelas dsalam Alquran dan hadis, maka
pilihan mujtahid untuk melakukani jtihad.
Dalam konteks inilah ekonomi Islam, berpeluang untuk
berkembang guna merespon dinamika ekonomi masyarakat.
Ketidakmampuan ijtihad dalam aspek ekonomi atau ijtihad ekonomi,
melakukan akselerasi terhadap dinamika ekonomi masyarakat, akan
berpeluang menimbulkan kevakuman hukum dan pada saat yang
sama menunjukkan bahwa Islam sebagai agama terakhir yang
rahmatan lil alamin, tidak fungsional.
117
Abu> Bakar al-Jaza>iri>, Aysar at-tafa>si>r, Juz II, h. 139.
118
Nuruddin al-Khadimi>, al-Ijtih}a>du Maqas}idi>hi, Dhawabit}ihi> Wa
maja>latihi>, (dalam Program Maktabah asy-Syamilah, h. 6.
Dr. Hamzah, M.Ag | 67
Berkaitan dengan itu, di Indonesia, keberadaan dewan
syariah nasional (DSN) sebuah lembaga di bawah majelis ulama
Indonesia (MUI) berfungsi untuk memberi fatwa hukum berbagai
problematika dalam bidang ekonomi Islam. Salah satu metode
dipergunakan oleh DSN adalah mengembangkan I‘a>dah al-nad}ar atau
membaca ulang teori yang dibangun oleh para mujtahid zaman
klasik.119
B. Thayyib
1. Makna Konsep dan gagasan
119
Ma’ruf Amin, Pembaruan Hukum Ekonomi Syariah dalam
Pengembangan Produk Keuangan Kontemporer, Pidato Ilmiah Pada
Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan dalam bidang Ekonomi Syariah Pada
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2012, h. 19.
120
Ibnu At}iyyah, op, cit., Juz 1, h. 186.
121
Muh}ammad Syukri> az-Zawiwi>, Tafsi>r ad}-D{ahak, Jilid I, (Qahirah: Dar
Salam, 1999), h. 168.
68 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
tafsir an-Nasafi> menyatakan bahwa perintah makan berkaitan
dengan makanan yang lezat atau yang dihalalkan oleh Allah Swt.122
Dari pandangan mufassir di atas terlihat bahwa kata t}ayyib
diartikan dengan sesuatu yang lezat atau dalam konteks makanan
yang lezat. Para mufassir, tetap mengaitkan unsur kelezatan pada
makanan dengan kehalalannya, meskipun tidak ditemukan dalam
ayat di atas kata halal. Mengapa mufassir cenderung bersikap
demikian dalam memahami kata t}ayyib . Salah satu jawaban yang
dapat diberikan karena mereka berpendapat bahwa sesuatu yang
dihalalkan pada mengandung manfaat pada manusia, atau tepatnya
filosofi halal. Sebagaimana dikiemukakan dalam tafsir Bahrul Muhi>t},
bahwa t}ayyib dinisbahkan pada hal-hal yang dihalalkan. Sedang
sesuatu yang diharamkan dinishbatkan kepada hal-hal yang
buruk.123 Pandangan ini boleh jadi didasarkan pada ayat berikutnya
berkaitan dengan penyebutan sejumlah makanan yang diharamkan
oleh Allah Swt.
Bagaimana konsep t}ayyib dalam bahasa masih perlu kajian
lebih lanjut. ar-Ra>gib berpendapat bahwa t}ayyib mengandung arti
sesuatu yang lezat bagi rasa, bagi jiwa. Sedang makanan yang t}ayyib
secara syar’iy, adalah perolehannya dari sisi yang diperbolehkan
(agama).124 Dalam pandangan ar-Ra>gib, t}ayyib tidak hanya
berkaitandengan makanan, tetapi juga dikaitkan dengan keturunan
yang baik (z\urriyyatan t}ayyib ah); negeri yang baik (baldatun t}ayyib
ah). Dengan begitu dapat diartikan bahwa, t}ayyib tidak hanya
dikaitkan dengan makanan tapi bahkan dikaitkan pada dimensi yang
luas seperti negeri dan berdimensi jangka panjang seperti
125
Ibn Faris, op. cit., Juz III, h, 435.
70 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Penciptaan keturunan yang baik, memiliki relevansi dengan
penyediaan bahan pangan yang bergizi dan halal serta berkelanjutan.
Tiga karakteristik yang dapat diupahami dalam hal mempersipakan
bahan pangan.
Kedua, dimensi antar negara. Pandangan ini didasarkan pada
pernyataan Alquran Baldatan t}ayyib atun Warabban gafu>r. Negeri
yang baik dan tuhan pemaaf. Pernyataan ini menunjukkan bahwa,
terdapat hubungan yang erat antara makana yang dimakan dalam
arti thayyib dengan penciptaan model negara yang diinginkan
Alquran. Model negara yang diinginkan adalah negara yang memiliki
ketercukupan sumber pangan dan berada dalam kehidupan
keagamaan yang damai dan aman serta produktif. Dengan kata lain,
negara berkewajiban untuk mengembangkan bahan makanan yang
dapat mengantar penduduknya untuk mencapaitingkat kehidupan
yang berkarakteristik seperti tersebut.
Bagaimana orientasi manusia dalam menikmati makanan
sebagai pemberian Allah Swt.? tampaknya, orientasi yang diinginkan
Alquran adalah menciptakan manusia yang bersyukur kepadanya.
Penghujung ayat ini ditemukan kata bersyukur. Bersyukur dalam
tafsir at-Tashgil disebutkan berstatus wajib karena didasarkan atas
firman Allah jika benar-benar kalian kepada-Nya menyembah.126
Dengan begitu, makanan tidak diorientasikan untuk mencapai
kepuasaan dan kelezatan tetapi diorientasikan untuk bersyukur
kepada Allah Swt.
126
Muh}ammad ibn Ah}mad ibn Muh}ammad ibn al-Jazi> al-Kalbi> al-Girna>t}i>
al-Maliki>, at-Tashi>l li ‘Ulu>m at-Tanzi>l, Juz I, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, h, 84.
Dr. Hamzah, M.Ag | 71
C. Keadilan
1. Makna dan Gagasan
Keadilan dapat dipahami pada QS. An-Nisa>: 58
ْ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُّ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
اس أنإ الن ن يب متم كح ا ذ إ و
إ إاهل ه أ ى ل إإ ات
إ ان إإن الله يأمركم أن تؤدوا اَلم
َ َ َ َّ َّ ُُ َ َّ ْ ُ َ
ِ )58( يعا َب إص ًيرا
ً ان َسم
إ ت ْحك ُموا إبال َع ْد إل إإ َّن الله إن إع َّما َي إعظك ْم إب إه إإن الله ك
Terjemahnya:
127
Rasyi>d Rid}a, op. cit., Juz V, h. 140.
72 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
dipergunakan dalam keperluan dimensi hukum dan makna kedua
berkaitan dengan pengganti sesuatu.128 Ar-Ra>gib menyatakan bahwa
kata al-adl mengandung arti “memberi pembagian yang sama”.129
Menurut asy-Sya’rawi> perintah untuk menetapkan hukum dengan
adil, tidak terkait dengan pertiswa hukum tetapi terkait dengan siapa
saja memiliki hak untuk memperoleh keadilan.130
D. Saling Menolong
1. Makna dan Gagasan
Tema saling menolong terdapat dalam Alquran surah al-
Ma>idah: 2
ْ َ الش ْه َر ْال َحَّ َّ َ ُّ ُ ُ َ َّ َ ُّ َ
رام َوال ال َه ْد َي َوال ين َآمنوا ال ت إحلوا شعا إئ َر الل إه َوال يا أيها ال إذ
َُْ ً ْ َ ْ َ ْ ً ْ َ َ ُ ََْ َ َ ْ َ َْْ َ َْ
ضوانا َو إإذا َحللت ْم القَل إئ َد َوال إآمين البيت الحرام يبتغون فضَل إمن رإب إهم و إر
َْ َ ص ُّد ُوك ْم َعن ا ْْلَ ْسجد ْال َ آن َق ْوم َأ ْن ُ َ َ ْ ُ َّ َ ْ َ َ ُ ْ َ
رام أن إ ح إ إ إ ٍ فاصطادوا وال يج إرمنكم شن
َ َّ ُ َّ
وان َواتقوا الله ْ ُ ْ َ ْ ْ عاو ُنوا َع َلى َّ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ َ
َ الت ْقوى َوال َت
الث إم والعد إ إ تعتدوا وتعاونوا على ال إب إر و
ْ َ َ َّ
ِ إإ َّن الله ش إد ُيد ال إع إ
قاب
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya [393]
128
Abd. Mu‘in Salim, op.ci., h. 131.
129
Ibid.
130
asy-Sya‘rawi>, op., cit., JUz I, h .1610.
Dr. Hamzah, M.Ag | 73
kamu dari Masjid haram, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.
131
Ibra>hi>m Qat}t}a>n, Taysi>r Tafasi>r, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Juz I, h., 374.
132
Ibnu At}iyyah, op. cit., JiIid II, 239.
133
` Muh}ammad ibnu Ah}mad ibnu Muh}ammad ibnu al-Jazi> al-Kalbi> al-
Girna>t}i> al-Maliki>, at-Tashi>l li ‘Ulu>m at-Tanzi>l, Program Maktabah sy-Syamilah,
Juz, 1 h. 329.
Dr. Hamzah, M.Ag | 75
interaksi ekonomi harus mengantar pada peningkataan ketakwaan.
Secara tegas dapat dinyatakan bahwa instrument ekonomi akan
mengantar pada peningkatan ketakwaan. Tidak sebaliknya
ketakwaan mengantar pada terkoyaknya tolong menolong.
Sebagai implikasi adalah menjadi kewajiban setiap orang
untuk memberikan kesempatan kepada sesamanya untuk menerima
pertolongan darinya. Kesiapan menolong dalam arti luas terutama
dalam bidang ekonomi merupakan suatu keniscayaan. Dengan kata
lain, dibutuhkan keterbukaan dalam menerima siapapun dalam
rangka menjalankan misi tolong menolong ini. Kemampuan
membuka diri melalui kermahan, kemampuan berempati pada
orang, husnudzdzan (dugaan tentang kebaikan), keadilan dan
kejujuran, merupakan pilar-pilar yang harus dibangun dalam
mengembangkan tolong menolong ini.
Dengan posisi tolong menolong yang sangat signifikan dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi, maka dapat dipahami bahwa bagi
yang membuka diri untuk menolong sesamanya, maka terbuka
peluang besar untuk sukses dalam aktifitas ekonomi. Sebaliknya,
bagi yang tidak berkehndak untuk menolong maka terbuka peluang
yang sangat lebar untuk gagal dalam aktifitas ekonomi.
Dari sisi filosofis tolong menolong mengandung arti akan
keterbatasan dan saling ketergantungan. Saling ketergantungan
dalam arti saling membutuhkan. Apabila pandangan ini diterima
maka memungkinkan hubungan antar personal dapat digambar
sebagai berikut :
A1 B1 C1
C2
A2
B2
E. Profesional
1. Makna dan Gagasan
Ayat yang relevan dengan pembahasan mengenai wujud
hukum ekonomi pada aspek produsen di antaranya, Q.S. al-Isra`
(17/50) : 84
قل كل يعمل على شاكلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيال
Terjemahnya:
Katakanlah; "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya.134
Kata Syakilah berakar dari huruf syin, kaf dan lam yang
mempunyai mayoritas dalam hal yang serupa.135 Al-Ragib
134
Departemen Agama RI, op.cit., h. 437.
135
Lihat, Abi Husain, III, op. cit., h. 204.
78 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
mengartikan kata syakilah dengan sesuatu yang terikat pada
tabiatnya.136 Al-Mahalli menerjemahkannya dengan "jalannya".137
Ibnu Abbas mengartikannya dengan nahiyatihi atau
orientasinya, sedang Ibnu Zaed mengartikannya dengan
agamanya.138
Dengan pengertian di atas dipahami bahwa ia memiliki unsur,
tabiat, orientasi dan ketaatan beragama. Profesionalisme tidak
hanya terkait dengan kemauan orang. Dengan begitu dapat diartikan
bahwa ayat Q.S. Al-Isra memerintahkan seseorang untuk bekerja
menurut tabiatnya. Kata syakilah dari sisi etimologis memberikan
gambaran mengenai adanya kesesuaian kejiwaan dengan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh seseorang. Sebagai diketahui bahwa tabiat
seseorang adalah memberikan gambaran dari keinginan psikologis
yang dimilikinya berkaitan dengan pekerjaan yang digelutinya.
Karena itu, seseorang mempunyai keterkaitan erat dengan tabiatnya
tersebut. Hal ini dapat dipahami jika tabiat yang dimilki oleh
seseorang tidak dapat dipaksaakan untuk dilaksanakan kepada
orang lain.
Dilihat dari sisi manajemen, syakilah mengandung arti dari sisi
kejiwaan dan profesionalitas. Dua unsur ini mempengaruhi
produktifitas yang dimiliki oleh seseorang dalam bekerja.139
140
Rasyid Rid}a, op. cit., Juz II, h, 136.
141
Ibid., h. 137.
142
Rasyi>d Rid}a, Ibid., h. 135.
80 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
2. Keterkaitan Doa dengan Aktifitas Ekonomi
Dapat dikemukakan QS. Al-An’a>m : 41
َ ُ ْ ُ َ َْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ
)41( َب ْل إإ َّي ُاه ت ْد ُعون ف َيك إشف َما ت ْد ُعون إإل ْي إه إإن ش َاء َوتن َس ْون َما تش إركون
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia
menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa
kepadaNya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan
sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).
143
an-Nasafi>. op, cit., Juz I, h. 326,
144
Ibnu At}iyyah, op.cit., Juz II, h 408
145
as-Sa’adi, op, cit., Juz I, h. 256
Dr. Hamzah, M.Ag | 81
terdapat hubungan antara pengabulan doa dengan keimanan yang
dianut oleh seseorang. Dalam pandangan Islam, doa sebagai suatu
permohonan kepada Allah harus didahului oleh kesucian iman yang
dikenal dengan tauhid.
Bagaimana hubungan tauhid dan doa tamnpaknya dapat
memiliki hubungan yang sangat erat bagi seorang mukmin. Bagi
seorang mukmin maka tauhid merupakan pangkal tolak mereka
dalam beriman. Dia memiliki hubungan yang vertikal dengan zat
yang maha segalanya yang dalam istilah tauhid dikenal dengan
Allahu Akbar. Implikasi dari relasi yang bersifat vertikal dengan dzat
yang maha besar ini, dipercaya bahwa dalam genggaman-Nya pula
segalanya akan terjadi menurut izin-Nya, tak ada yang terjadi dalam
kehidupan ini kecuali atas izin-Nya. Untuk mewujudkan izin Allah
ini, maka salah satu instrumennya adalah usaha yang dikenal ikhtiar.
Ikhtiar, sebagai pengaktualisasian potensi manusia dengan alam
lingkungannya membutuhkan perencanaan, dan pencapaian secara
efektif dan tanpa penuh resiko. Dengan sejumlah variable ini, yang
bersifat rasional, tampaknya tidak lengkap kecuali dibutuhkan
variable lain yang bersifat supra rasional yang dikenal dengan doa.
Doa
Man
usia
G. Tawakkal
1. Makna dan Gagasan
َّ َو َت َو َّك ْل َع َلى ْال َعزيز
)217( الر إح إيم إ إ
Terjemahannya:
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang.”
147
Abu Qasim Sulaima>n ibn Ah}mad Ayyu>b ibn Mat}ir al-Lakhmiy asy-
Syami> at}-T}abrani>, Tafsi>r al-qur‘a>n al-Az}i>m al-Mansu>b Li Ima>m at}-T}abrani>, dalam
Program Maktabah asy-Syamilah, h. 376.
148
Tim Mufassir al-Azhar, op.cit., Juz II, h. 155.
149
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, , op, cit.,h.,
JUz II, h., 1859.
84 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
kepentingan orang lain tapi harus menyentuh pada orang dekat.
Kesuksesan secara sosial tidak dapat dilepaskan dari kesuksesan
dalam membina keluarga. Sebaliknya, kesuksesan dalam membina
keluarga terdekat akan memberikan pengaruh pada kesuksesan
secara sosial. Dalam aktifitas ekonomi, selain mengembangkan pada
jalinan keluarga, juga harus pada jalinan sosial. Aktifitas bisnis tidak
hanya mengurus kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan tetapi pengembangan etos kerja keluarga menjadi
bagian tanggungajawab.
Pengembangan etos ekonomi, bagi pandangan kapitalis yang
menitikberatkan pada pemilik modal terlepas dari hubungan
kekerabatan, tampaknya menjadi perhatian bagi pelakunya. Islam
tetap memberikan ruang kepada keluarga sebagai bagian yang tak
terpisahkan pada pengembangan sosial; pemberdayaan etos kerja
keluarga menjadi penting untuk dilakukan.
Kedua, konsep tawakkal menjadi penting dalam aktifitas
dakwah. Tawakkal merupakan salah satu model untuk “melaporkan”
hasil aktifitas kepada Allah dalam segala hal setelah didahului usaha
yang maksimal. Usaha maksimal ini, terlihat pada kemampuan nabi
untuk menggunakan jalinan sosial dan jalinan keluarga. Dua model
jalinan menjadi penting dalam menopang optimalisasi dalam
berdakwah. Dalam konteks aktifitas ekonomi, konsep tawakkal
merupakan bagian dari pelaksanaan “konsolidasi” internal atas
berbagai upaya yang pernah dilakukan. Konsolidasi ini mengandung
kesadaran akan kehadiran sebuah kekuatan yang dapat mengambil
alih beban urusan lebih lanjut. Dalam ekonomi Islam, tawakkal
dapat memberikan nilai baru dalam aktifitas bisnis. Nilai baru ini
antara lain (i) kesadaran terhadap kekuatan yang maha besar yang
selama menjadi pemilik informasi yang sempurna. Pemilik informasi
yang sempurna yakni Allah Swt. diyakini akan memberikan petunjuk
kepada siapapun hamba yang dikehendaki. Berbeda dengan pelaku
bisnis non Islamy yang menghilangkan kekuatan yang maha besar ini
150
Abi H}usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Maqa>yyi>s al-lugah, Juz IV,
(t.tp.: Ittihgad al-Kutrub al-Arab, 2002), h. 31
151
Ibrah}i>m Must}afa, Mu’jam Wasi>t}, Juz II, (t.tp.,: Dar Dakwah, t.th), h.
598.
86 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
kemampuan untuk mengalahkan atau menyelesaikan aneka masalah
yang melilit aktifitas ekonomi. Bagaimana dengan makna ar-Rahi>m.
Musthafa menyatakan ia mengandung arti banyak sekali rahmat
Allah.152 Aneka rahmat yang disiapkan oleh Allah tidak mesti
dipahami bahwa usaha ekonomi akan berhasil. Namun dapat
dipahami bahwa apapun hasil dari usaha ekonomi menunjukkan
bahwa rahmat Allah turut menyertainya. Pandangan yang lain
terkait dengan tawakkal adalah gagasan al-Bagwi>. Menurut, Abu>
Muh}ammad al-Bagwi> menyatakan bahwa cukuplah Allah menjadi
pelindung atas tipu daya para musuh.153 Pernyataan ini memperkuat
pandangan terkahir tentang hasil usaha yang tetap akan diselimuti
oeh rahmat Allah Swt.
152
Ibid., h, Juz I, h, 335.
153
Abu> Muh}ammad al-Bagwi>, Ma‘a>lim al-Tanzi>l, Juz VI, (t.tp.:Dar
attayyibah, 1997), h, 134.
Dr. Hamzah, M.Ag | 87
88 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Bab IV
A. Terma Insan
1. Konsep
Dalam Alquran disebutkan term insan antara lain pada surah al-
H{ijr: 26
ُ َ ص ْل َ َ ْ ْ َََْ ْ َََ
)26( ص ٍال إم ْن َح َم ٍإ َم ْسنو ٍن َ ان م ْن
النس إ ولقد خلقنا إ
Terjemahnya:
26. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.
89
Mufassir berpandangan bahwa makna al-Insan adalah Adam,
seperti an-Nasafi>,154 al-Qurt}ubi>, 155 Ibn ‘At}iyyah,156 dan asy-
Syanqi>t}i>.157 Pandangan mufassir ini didasarkan bahwa dalam
kenyataannya manusia yang pertama adalah Adam, dan
memperhatikan ayat ini, memang berkaitan dengan asal kejadian
manusia yang berasal dari at}-t}i>n atau tanah. Pada ayat yang lain term
al-Insan tetap berada dalam konteks penciptaan namun ia memiliki
implikasi. QS. at}-t}i>n:
َّ َ َ َ َ ُ َْ َ َ ْ ْ َََْ ْ ََ
) إإال5( ) ث َّم َر َد ْدن ُاه أ ْسف َل َسا إف إلين4( الن َسان إفي أ ْح َس إن تق إو ٍيم
لقد خلقنا إ
ُ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ َّ
)6( ات فل ُه ْم أ ْج ٌر غ ْي ُر َم ْمنو ٍنال إذين آمنوا وع إملوا الص إالح إ
Terjemahnya:
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, 4. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka), 5. kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya 6.
154
‘Abdulla>h bin Ah}mad bin Mah}mu>d an-Nasafi>, Mada>rik Tanzi>l Wa
Haqa>iq Ta’wi>l, Dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz II h, 137.
155
Muh}ammad Ibn Ah}mad ibn Abi> Bakr ibn Farh}i al-Qurt}ubi>, al-Ja>mi‘u li
ah}ka>m al-Qur‘a>n, Juz X, (Qahirah: Dar Kutub MIshriyah, 1964), h. 21.
156
Abu Muh}ammad ‘Abdul H{aq ibn Ga>lib ibn ‘Abdirrahman Ibn Tama>m
Ibn ‘At}iyah Ibn al-Andalusi> al-Mah}a>ribi>, al-Mihrar al-Waji>z, Dalam Program
Maktabah asy-Syamilah, Juz IV, h. 125.
157
Muh}ammad al-Ami>n Ibn Muh}ammad al-Mukhta>r Ibn ‘Abd. Qadi>r al-
Jakni> asy-Syanqi>t}i>, Ad}wa>ul Baya>n Fi> I<d}ah Al-Qur‘a>n bil Qur‘a>n, Jilid II,
(Libanon: Dar al-Fikr, 1995), h. 272.
158
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, (Damsyiq:
Dar Fikr, 1422), jilid III,h.2898.
90 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
terma ini berasal dari kata ins yang mempuyanyai huruf alif, nun dan
sin dan mempunyai makna dasar jinak.159 Dengan makna jinak ini,
maka memungkinkan dipahami dari ayat yang lain. Berkaitan
dengan QS. al-Alaq :
َّ َ َ ْ َّ َّ َْْ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ََ
) َعل َم4( ) ال إذي َعل َم إبالقل إم3( ) اق َرأ َو َر ُّب َك اَلك َر ُم2( الن َسان إم ْن َعل ٍق
خلق إ
َْ َ ْ ُ َ َْ َ ْ َ َ ْ ْ َّ َّ َ ْ َْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ
) إإ َّن7( استغنى ) أن رآه6( الن َسان ل َيطغى ) كَل إإن إ5( النسان ما لم يعلم إ
ِ )8( الر ْج َعىُّ إ َلى َرب َك
إ إ
Terjemahnya:
1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
3. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589]
4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
5. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui
batas,
6. karena dia melihat dirinya serba cukup.
7. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
159
Abd. Mu‘in Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Alquran,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1995), h. 83.
160
An-Nasafi>>, op. cit., Juz IV, h. 42.
161
As‘ad Hu>mid, Aysi>r at-Tafa>sir, dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Juz I, h. 5989.
Dr. Hamzah, M.Ag | 91
potensi keilmuan dan informasi yang ada pada diri mereka. Atas
dasar pandangan ini manusia memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan media termasuk orang lain sehingga potensi
yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Dalam
perspektif ini manusia dipandang sebagai makhluk yang berbudaya
yang membutuhkan informasi dan sosiliasasi diri. Kedua. potensi
kesombongan. Untuk potensi manusia memungkinkan
mengaktualisasikan potensi ini ketika mereka memiliki kemampuan
memandang diri mereka berkemampuan. Atas dasar ini manusia
dalam arti al-Insan dipahami sebagai makhluk yang memiliki potensi
dissosial. Yaitu potensi untuk tidak memperhatikan atau peduli
terhadap kepedulian sosial.
Ayat yang dikemukakan di atas, secara umum dijadikan oleh
para ilmuwan muslim sebagai landasan dalam mendorong
perkembangan keilmuan dan etos keilmuan muslim. Namun
memperhatikan ayat ini, maka ditemukan bahwa sifat negative yang
pertama yang diperkenalkan surah ini adalah sifat sombong. Sifat
sombong dalam ayat ini memilliki hubungan yang sangat erat dengan
ilmuwan. Nah, siapa ilmuwan yang dapat selamat dari sifat
sombong. Tentu saja adalah ilmuwan yang berorientasi pada
penyebutan nama tuhan atau bismi rabbik ketika menuntut ilmu dan
pada saat mengaplikasikan ilmu.
B. Al-Ins
1. Konsep
Term al-Ins, secara etimologis tersusun dari huruf hamzah, nun
dan sin dan memiliki makna dasar “sesuatu yang tampak”.162
Dalam QS. Az-za>riyat: 56 ditemukan penggunaan terma al-Ins.
ِوما خلقت الجن والنس إال ليعبدون
Terjemahnya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”
Al-Qurt}ubi< dengan mengutip pandangan Ali menyatakan
bahwa makna ayat ini adalah bahwa penciptaan jin manusia adalah
untuk diperintahkan beribadah.163 Terdapat juga pandangan lain
menyatakan bahwa maksud menyembah dalam ayat ini
mengandung arti bahwa bagi pelakunya akan memperoleh
kebahagiaan dan bagi yang durhakan akan memperoleh
kesengsaraan.164 Sementara As’ad Humid berpendapat bahwa Allah
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya,
menegakkan penyembahan kepada-Nya, mentauhidkan-Nya serta
memuji-Nya atas berbagai nikmat-Nya yang tidak ternilai.165
Dengan memperhatikan pendapat di atas, maka ditemukan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara term al-Ins dan tujuan
penciptaan manusia dan jin. Manusia yang diartikan dengan term al-
C. Terma Al-Basyar
1. Konsep
Dalam Alquran disebutkan term al-Basyar antara lain
pada surah al-Kahfi ayat: 110
َ َ َ َ
اح ٌد ف َم ْن كان َي ْر ُجو إلق َاء َرإب إه َ ٌ َ ْ ُ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ
ق ْل إإنما أنا بش ٌر إمثلكم يوحى إإل َّي أنما إإل ُهكم إإله و إ
َ ْ َ َ َف ْل َي ْع َم ْل َع َم ًَل
ِ )110( ص إال ًحا َوال ُيش إر ْك إب إع َب َاد إة َرإب إه أ َح ًدا
Terjemahnya:
110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya."
167
Ibra>h}i>m Qat}t}a>n, Taysi>r Tafa>si>r, dalam Maktabah asy-Syamilah, Jilid II,
h. 389.
Dr. Hamzah, M.Ag | 95
Allah mengabarkan kepada Muhammad dan kepada mereka, bahwa
perbedaan antara Muhammad dengan mereka terletak bahwa
Muhammad diberikan risalah, dan adapun Muhammad dan mereka
dari sisi bentuk adalah memiliki kesetaraan.168
As’ad Humaid menyatakan bahwa surah al-Kahfi ayat 110
mengandung dua asas mengenai amal shaleh yang diterima oleh
Allah. Menurutnya kedua asas itu yaitu amal shaleh sesuai dengan
tuntunan syar’iy dan kedua dalam pelaksanaannya mengharapkan
keridhaan Allah.
َ
َ اَل َ ْ ُّ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َِ ( َو ُم َو
اس َّي إان
إ س الركن إان هللا إب إه هما
واب إتغ إاء وج إه إ، افقة العم إل إللشر إع
ُ الصالح َّالذي َي َت َق َّب ُل ُه
. 169) هللا َّ ل ْل َع َمل
إإ إ إ إ
Pandangan mufassir di atas, menunjukkan bahwa al-Basyar
adalah mengandung arti manusia. Namuan sebagai manusia dengan
makna al-Basyar maka dimensi yang dimiliki oleh terma ini masih
perlu telaah lebih lanjut.
Alquran surah Ali ‘Imra>n: 47 memberikan informasi lain
berkaitan dengan manusia.
َ ُ ْ َّ َ َ َ َ ٌ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ٌ َ َ ُ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ
ال كذ إل إك الل ُه َيخل ُق َما َيش ُاء قالت ر إب أنى يكون إلي ول ِد ولم يمسس إني بشر ق
ُ ُ َ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ َ
)47( إإذا قض ى أ ْم ًرا ف إإن َما َيقو ُل ل ُه ك ْن ف َيكون
Terjemahnya:
‘Abd. Kari>m ibn Hawa>zin ibn ‘Abdul Malik al-Qusyairi>, Lat}a>if al-
168
170
al-Qusyairi>, op. cit., Juz I, 316.
171
Abd. Mu‘in Salim, op. cit., h. 88.
Dr. Hamzah, M.Ag | 97
Pada surah Yu>suf: 31 berbicara dalam kasus Zulaeha:
َ َ َّ ُ ْ َ َ ً َ َّ ُ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ
احد ٍة إم ْن ُه َّن
فلما س إمعت إبمك إر إهن أرسلت إإلي إهن وأعتدت لهن متكأ وآتت كل و إ
َّ َ َ َ ْ ُ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ َّ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ً
اش إلل إه إس إكينا َوقال إت اخرج علي إهن فلما رأينه أكبرنه وقطعن أي إديهن وقلن ح
ِ )31( يم ٌ ش ًرا إ ْن َه َذا إ َّال َم َل ٌك َكر َ َ َ َ َ
إ إ ما هذا ب إ
ِ
Terjemahnya :
31. Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka
tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka
sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata
(kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka."
Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada
(keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan
berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
Wahbah az-Zuhaili> berpendapat bahwa ayat ini
menunjukkan bahwa wanita yang melihat Yusuf tidak memiliki
kemampuan untuk menahan diirnya ketika melihat Yusuf. Mereka
menyatakan bahwa Yusuf bukan jenis manusia tetapi dari jenis
malaikat guna menggambarkan kegantengan nabi Yusuf.172 Dengan
kata lain terma manusia memiliki kemampuan untuk menaklukkan
asmara pada wanita.
Pada surah al-Mukminu>n: 33-34 berbicara tentang posisi
manusia sebagai makhluk yang memiliki ke butuhan sandang pangan
ْ ُ ين َك َف ُروا َو َك َّذ ُبوا بل َقاء ْاْلخ َرة َو َأ ْت َر ْف َن
اه ْم إفي ال َح َي إاة َ ال ْاْلَ َ َُل م ْن َق ْومه َّالذ
َ َو َق
إ إ إ إ إ إإ إ إ
َ ْ َ ْ ْ َ َُُْ ُ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ ْ ُّ
)33( الدن َيا َما َهذا إإال َبش ٌر إم ِثلك ْم َيأك ُل إم َّما تأكلون إمن ُه َو َيش َر ُب إم َّما تش َرُبون
َ َ َ ً ْ ُ َّ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُْ َ َ ْ ََ
)34( اس ُرون ول إئن أطعتم بش ًرا إمثلكم إإنكم إإذا لخ إ
172
Wahbah Mus}t}afa Az-Zuhaili>, op.cit., Juz XII, h. 258.
98 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Terjemahnya:
6164.
Dr. Hamzah, M.Ag | 99
dipahami bahwa manusia adalah makhluk refroduksi seksual.
Seberapa besar pengaruh kebutuhan dasar ini pada fungsi ini,
menjadi penelitian lebih lanjut.
Atas dasar sebagai mahkluk reproduksi seksual, maka dalam
pengembangannya menjadi penting untuk diperhatikan aspek ini.
Kalau diperhatikan pemenuhan fungsi reproduksi seksual ini, maka
dalam awal surah ini memberikan kriteria berkaitan dengan
kebahagiaan orang yang mukmin. Salah satu aspek kebahagian orang
mukmin adalah kesiapan menyalurkan pemenuhan seksual secara
syariy. Sebagaimana dalam Alquran surah al-Mukminun: 5-6
ُ َ ْ ََ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ُ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ َّ َ
اج إه ْم أ ْو َما َملكت أ ْي َمان ُه ْم
) إإال على أزو إ5( وج إهم حا إفظون
وال إذين هم إلفر إ
َ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ
)6( ومين ف إإنهم غير مل إ
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Selain pemahaman terma al-Basyar seperti dikemukakan
di atas, dipahami pula makna lain. Yaitu manusia sebagai “pemburu
cita-cita”; manusia memiliki harapan dan cita-cita yang harus
terselesaikan, sebagaimana yang dipahami dari s. mukminun: 24
Untuk mendorong manusia sebagai makhluk infrovitatif maka
seharusnya diberi ruang untuk mengekspresikan harapan dan cita-
citanya.
D. Banu Adam
1. Konsep
َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َََ
ولقد ك َّرمنا ب إني آدم وح َملناهم إفي الب إر والبح إر ورزقناهم إمن الط إي إ
بات
ً َْ ََْ َ
)70( ناه ْم َعلى ك إث ٍير إم َّم ْن خلقنا تف إضيَل َّ َو َف
ُ ض ْل
Terjemahnya
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
174
al-Qurt}ubi>, op. cit., Juz X, h. 293.
Abdurrah}man bin Na>s}ir ibn Abdullah as-Sa‘adi>,Taysi>r Kari>m ar-
175
ْ َّ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ َّ ُ َّ َ ْ َ
َيا َب إني َآد َم ال َيف إتننك ُم الش ْيطان ك َما أخ َر َج أ َب َو ْيك ْم إم َن ال َجن إة َين إز ُع َع ْن ُه َما
َْ َّ َ َ َ ُ ُ َ ُ َّ
اس ُه َما إل ُي إرَي ُه َما َس ْو إآت إه َما إإن ُه َي َراك ْم ُه َو َوق إبيل ُه إم ْن َح ْيث ال ت َر ْون ُه ْم إإنا َج َعلنا
َ ل َب
إ
َ ُ ْ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ
ِ )27( اطين أو إلياء إلل إذين ال يؤ إمنون الشي إ
Terjemahnya:
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-
pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-
syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman.
Abu Ja’far At}t}abari>, Ja>mi’u al-baya>n fi> ta’wi>l Al-qur‘a>n, Juz XII, (t.tp.:
178
2. Pengembangan SDM
Memperhatikan ayat yang berbicara tentang bani adam,
diketahui bahwa terdapat tiga perspektif. Pertama. Kemuliaan Bani
Adam. Alquran memposisikan manusia (bani adam) sebagai
makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT. Adalah menarik untuk
dinalar lebih jauh, pernyataan “memuliakan” dikaitkan dengan bani
adam dan tidak pada terma yang lain. Tidak ditemukan jawaban
secara pasti tentangnya. Namun demikian dapat dikemukakan dua
hal: (a) Dilihat dari penggunaan sejumlah fasilitas yang disebutkan
dalam ayat di atas tampaknya hanya dapat dimanfaatkan dengan
baik jika dikaitkan manusia dalam konteks berketurunan. Manusia
dalam konteks ini memiliki peluang untuk membentuk keluarga,
suku dan bangsa, sebagai implikasi dari berketurunan.
Untuk pengembangan SDM maka penyiapan instrument yang
dapat mendukung sebagai makhluk berketurunan menjadi
keniscayaan. Instrumen apa saja yang perlu disiapkan, antara lain
transportasi, serta prinsip dasar dalam pemenuhan instrument
tersebut. Manusia tidak dapat dinagasikan aspek kehormatannya
hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
(b) Perhatian yang komprehenshif. Islam sebagai agama yang
sempurna, telah memberikan perhatian yang komprehenshif
berkaitan dengan pembinaan terhadap manusia. Ia mengembanglan
prinsip dasar dan pada saat yang sama pemenuhan instrument
menjadi penting. Perhatian Islam yang komprehenship ini
menempatkan manusia yang memiliki citra dalam pemenuhan
180
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, (Damsyiq:
Dar Fikr, 1422), Juz I, h. 464
181
Ibid. h. 463.
Dr. Hamzah, M.Ag | 105
terdekat dengan tubuh dan dipandang sangat urgen adalah pakaian.
Pakaian adalah bagian yang memberi makna sosiologis dan
teologis dalam arti bahwa orang lain akan melihat aspek hubungan
kemasyarakatan dan penghayatan terhadap aspek ajaran Islam
sehingga ia mewakili kepribadian pemakaianya.
Keempat, kerja kolaboratif. Kerja kolaboratif merupakan
suatu cara kerja yang melibatkan banyak pihak. Dalam konteks
penggunaan pakaian, tampaknya, dapat dianliasis mulai dari unsur
pembuatan pakaian, pemasaran sampai pada pemilihan pakaian oleh
pengguna. Setiap unsur ini melibatkan banyak pihak. Sebagai contoh
da;am hal unusr pembuatan pakaian; penanaman bahan oleh petani,
penjualan di pasar oleh penjual bahan pakaian, pemintalan atau
produksi benang oleh industri, penjualan kain bahan pakaian di
pasar atau di toko swalayan, penjahitan pakaian.
Keterlibatan berbagai pihak berkaitan pembuatan sampai
pada pengenaan atau penggunaan pakaian dipahami dalam dalam
ayat 26 di atas pada terma anzalna yang diartikan dengan kami
turunkan. Kata kami sebagai bentuk jama yang melibatkan banyak
pihak digunakan oleh al-Ashfahaniy dalam menafsirkan ayat
Alquran.
Kelima, melakukan evaluasi berkelanjutan. Al-Jahniy
berpendapat bahwa libas attaqwa mengandung arti alhaya atau rasa
malu, sedang as-Saddiy berpendapat sebagai iman.182 Abu Ja’far
berpendapat bahwa pengungkapan pada penghujung ayat yakni
la>lahum yadzdzakkaru>n menunjukkan bahwa Allah mengingatkan
kepada manusia sebagai dalil dalam mengajak orang kafir
mengesakan Allah dan kesalahan bagi mereka yang terus menerus
berada dalam kesesatan.183 Pandangan Abu Ja’far, menunjukkan
bahwa pakaianyang berciri takwa ini merupakan symbol untuk
mengarahkancara pandang manusia agar beriman kepada Allah Swt.
Fungsi pakaian takwa dalam pandangan Abu Ja’far, mendorong
pemakaiannya untuk melakukan peningkataan ketakwaan kepada
Allah Swt. Ibra>h}i>m Qat}t}a>n berpendapat bahwa ketaatan dan takwa
182
At}-T{abari>, op, cit., Juz XII, h. 366.
Ibid., 372.
183
Aspek Ekonomi
186
Muh}ammad Ibn Ah}mad ibn Abi> Bakr ibn Farh}i al-Qurthubi>, al-Ja>mi‘u li
ah}ka>m al Qur‘a>n, Juz IX, (Kairo: Dar Kutub Mishriyah, 1964), h. 31,
187
Ibid., h. 31.
110 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Terjemahnya:
36. Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan
beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja),
karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu
mereka kerjakan.
Surah : An-Naml:
َ ُ َ ْ َ َّ َّ َ َو َت َرى ْالج
َّ بال َت ْح َس ُبها جام َد ًة َوه َي َت ُم ُّر َم َّر
ص ْن َع الل ِه ال ِذي أتق َن ك َّلل لي ْي ٍء
ُ السحاب
ِ ِ ِ ِ
ََّ ُ َ ٌ َ ْ َ ُ ن
)88( ِإنه خ ِبير ِبما تفعلو
188
Abu al-H{asan Maq{a>til ibnu Sulaima>n ibnu Basyi>r al-Azadi>, Tafsi>r
Maq}{a>til ibnu Sulaima>n, (Bairut: Dar Kutub Ilmiah, Ju II, 1424), h. 117.
Dr. Hamzah, M.Ag | 111
Terjemahnya:
88. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini memberi informasi bahwa gunung yang secara kasat
mata hanya berdiam, namun dengan kekuasaan Allah, ia bergerak.
Allah memiliki kekuasaan untuk menggerakkan gunung itu. Terdapat
mufassir yang menyatakan bahwa ia merupakan tanda-tnda dari
hari kiamat ketika gunung telah bergerak.189 Berkaitan dengan
penciptaan Allah yang disebut dalam ayat ini dengan sun’allah Abd.
Jabbar dalam kitab tafsir mafatihah al-Ghaib bahwa keburukan itu
bukan merupakan ciptaan Allh Swt190
Selain pada surah Hu>d, terma shana’a ditemukan pada surah al-
Kahfi:
ً ُ َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُّ ْ َ َّالللذ
)104( صل ْلنعا َ ين
لل َّلل َيل ْلع ُي ُه ْم ِفللي ال َحيل ِلاة الللدنيا وهللم يحسللبون أنهللم يح ِسللنون ِ
َ ليم َل ُ ل ْلم َي ل ْلو َ
ُ لات َرهه ل ْلم َولقائ لله َف َحب َط ل ْلل أ ْعم ل ُلال ُ ْم َف للَل ُنق ل ُ َ َ َ َّ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ أول ِئ للك ال ل ِلذين كف للروا ِبآي ل
ً ْ َ ْ
)105( يام ِة َوزناال ِق
Terjemahnya:
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.
Ibnu Abba>s menyatakan bahwa yang dimaksud adaah orang
kafir di Mekah.191 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ali dan
Saad bahwa penduduk Mekah, telah menyembah berhala.192
Ibnu Kas\ir berpendapat bahwa mereka memiliki tipikal yakni
melakukan perbuatan di luar yang dianjurkan oleh syariah serta
193
Abu> al-Fida>i Isma>‘il ibn ‘Umar Ibu Kas\i>r al-Qurasi> ad-Damsyiqiy, Juz
V ( t.th: Dar ath-Thayyibah, 1999), h.202.
194
Abu> Qasim Sulaima>n ibn Ah}mad Ayyub ibn Mat}ir al-Lakhmiy asy-
Syami> at}-T}abrani>, Tafsi>r alqur‘a>n al-Az}i>m al-Mansu>b Li Imam at}-T}abrani>, dalam
Program Maktabah asy-Syamilah, 304.
Dr. Hamzah, M.Ag | 113
mempertegas bahwa penumpang perahu kelak adalah mereka yang
dipastikan beriman.
Informasi ini bagi Nuh menjadi penting, mengingat bahwa
secara kejiwaan akan berpengaruh bagi Nuh. Pengaruh kejiwaan itu,
terlihat pada ayat yang lalu yang menggambarkan kemampuan Nuh
membalas ejekan kaumnya sendiri. Seakan-akan, ayat ini
menyatakan bahwa dalam konteks produksi, masih terdapat
kelompok yang tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh
nabi Nuh untuk membuat perahu.
195
Lihat, Abi Husain, IV, op. cit., h. 161.
114 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari
perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya
menyala-nyala.
2002), h. 545.
197
Muh}ammad ibnu ‘Ali Muh}ammad asy-Syauka>ni>, Fath}ul Qadi>r al-
Ja>mi‘u Baina Fanni> ar-Riwa>yah Waddira>yah min ‘ilmi at-tafsi>r,, dalam Program
Maktabah asy-Syamilah, Juz V, h. 295.
Dr. Hamzah, M.Ag | 115
poengawasan diartikan Karena melibatkan malaikat.198 Mengawasi
di sini tentu saja menjadikan alat indra atau mata yang fungsional.
Hal lain dapat dipahami bahwa pengawasan Allah terhadap produksi
yakni nabi Nuh, menunjukkan pengawasan yang
dilaksanakandengan sangat dekat dilihat dari sisi jarak. Dari sesi
jarak pandang, ternyata mata memiliki sebagai anggota tubuh
menunjukkan betapa sangat dekat pengawasan yang dilakukan oleh
Allah Swt terhadap setiap produksi.
Terdapat dua kegiatan yang dilakukan oleh Allah berkaitan
dengan produksi yang dipahami dalam surah Hud: 37 yaitu
bimbingan dan pengawasan. Kedua pekerjaan ini dilakukan dengan
mengikuti petunjuk Allah sebagaimana yang dikemukakan dalam
kitab suci-Nya. Dalam kaitan dengan pengembangan produksi, maka
proses produksi menjadi objek pengawasan dari Allah Swt.
Bagaimana indikator proses produksi yang dipahami dari Alquran
dapat dikemukakan sebagaimana tabel di bawah ini:
198
Ibid.,h. 445.
116 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
4. Dimensi Aksiologis
Dimensi aksiologis dimaksudkan adalah nilai kegunaan yang
dapat dipahami dari ayat Alquran terkait konsep produksi.
a. Aspek Keselamatan Jiwa
Alquran surah Hu>d:
َّ َ َ ْ ُ ْ ور ُق ْل َنا َّ َح َّتى إ َذا َج َاء َأ ْم ُرَنا َو َف َار
اح ِم ْل ِف َيها ِم ْن ك ٍل َز ْو َج ْي ِن اث َن ْي ِن َوأ ْهل َك ِإَّل ُ الت ُّن
ِ
َ َّ ْ َ
ٌ َم ْن َي َب َق َعل ْي ِه ال َق ْو ُل َو َم ْن َآم َن َو َما َآم َن َم َع ُه إَّل ق ِل
ٍ )40( يل ِ
Terjemhanya:
40. Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah
memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera
itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan
keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan
terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan
tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
199
Ibid., h. 447.
Dr. Hamzah, M.Ag | 117
Pada ayat lain disebutkan tentang larangan untuk mengantar
jiwa manusia kepada perbuatan yang menghancurkannya. Seperti
dalam surah al-Baqarah
َّ َ َُ َ ُ َ ْ ُ َ َّ َْ
َوأن ِف ُق للوا ِف للي َي ل ِلب ِيل الل ل ِله َوَّل تل ُق للوا ِبأ ْيل ل ِلديك ْم ِإل للى ال َّ ْهلك ل ِلة َوأ ْح ِس ل ُلنوا ِإ َّن الل ل َله ُي ِحل ل ُّلز
ُْ
ٍ َ امل ْح ِس ِن
ين
Terjemahnya:
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang orang yang berbuat baik.
200
Muh}ammad Ibn Ah}mad ibn Abi> Bakr ibn Farh}i al-Qurt}ubi>, al-Ja>mi‘u li
ah}ka>m al-Qur‘a>n, ,Juz X, (Riyadh: Dar Kutub al-Alim, 2003), h. 294.
118 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
yang digunakan dalam member tafsir pada term al-Bahr atau laut.
Sedang untuk terma al-barri atau darat menetapkan alat trnasportasi
menyebut sejumlah binatang antara lain unta.201
Dilihat dari aspek produksi dalam ayat ini tidak ditemukan terma
yang terkait langsung dengan kata produksi misalnya shana’a.
Namun demikian, melihat pandangan mufassir misalnya al-Waji>z
yang menafsirkan perahu pada kata laut, menunjukkan bahwa
perahu, dipandang sebagai alat transportasi di laut, yang dalam
prosesnya dipandang telah melalui proses produksi.
Penggunaan produksi berupa perahu sebagai alat transportasi
dipandang memiliki tujuan untuk mengantar pada peningkatan
kualitas kesejahteraan. Pandangan ini didasrkanm pada lanjutan ayat
yang menyebut Warazaqna>hum min at}-t}ayyib a>t yang diterjemahkan
dengan “Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik.” Oleh ath-
Thabariy menyatakan bahwa ia mengandung arti berupa makanan
dan minuman yang halal dan lezat.202 Ibnu Athiyah mengartikan kata
rizq dengan semua yang dapat dimanfaatkan secara sah. كلل ملا صللح
Kedua pendapaat ini mengandung unsur kesejahteraan. االنتفاع به
5. Kualitas Produksi
Bagimana kualitas produksi yang dipahami dari Alquran.
Apakah produksi dilaksanakan hanya ala kadarnya sehingga
memiliki tingkat kualitas yang rendah atau justru konsep produksi
diarahkanpada kualitas yang tinggi.
Untuk menjawab masalah ini maka terdapat terma pada
surah An-Naml: 88 sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
Terhadap terma shun’a allah oleh Ibnu Athiyah berpendapat ia
bermakna lihatlah ciptaan Allah. Al-Itqan, dimaknai dengan berbuat
204
Ibnu ‘Abba>s, Tanwi>r Miqba>s Min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s, Juz I, dalam
Program Maktbah asy-Syamilah, h. 235
205
Ibid., h. 316.
120 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
memiliki dua unsur yaitu: berbuat baik dalam melakukan tindakan
amal sehingga menjadi baik dan menghasilkan kualitas atau tsiqah.206
206
Ibnu At}iyah, op. cit., Juz V, h. 180
207
As’ad Hu>mid, op. cit., 3129.
208
Lihat Abi> Husain, II, op. cit., h. 398.
209
Al-Ra>gib, op. cit., h. 354. Lihat Ibrah}im Must}afa, Mu’jam Wasi>t}, Juz II,
(Bairut: Dar Ilmiyah, t.th. 347.
Dr. Hamzah, M.Ag | 121
secara tegas meniadakan sikap pemaksanaan dalam memilih
Islam sebagai agama. Dalam konteks ini kata rusyd diungkap.
Pengungkapan tersebut memberikan petunjuk bahwa, konsep rusyd
berdimensi teologis. Ia adalah konsep yang mengandung kebebasan
yang sangat mendasar bagi manusia, yaitu pada tataran teologis ad-
din.
Pernyataan terdahulu mengenai konsep rusyd mempertajam
kajian terhadap kata ad-din pada Q.S. al-Baqarah: 256. Menurut
Abd.Muin Salim, al-Quran mempergunakan kata ini untuk menunjuk
hukum yang dianut oleh orang musyrik dan orang muslim, yang
dipahami dari klausa lakum dinukum wa liyadin. (Q.S. al-Kafirun
(109/:18): 6.210
Klausa kedua, fa rabbukum a'lamu bi man huwa ahda sabila.
Term yang relevan adalah rabb. Pembahasan yang lalu telah
dikemukakan mengenai konsep yang terkandung dalam rabb. Kata
ini terkait dengan kata klausa sebelumnya ditandai dengan adanya
huruf fa sebagai "sababiyah" berfungsi sebagai penghubungan antar
prasa. Sehingga secara logika diketahui bahwa hubungan antara
profesionalitas dan kejiwaan mempunyai hubungan sebab akibat.
Atau dengan ungkapan lain, bahwa dengan kerja yang diberikan,
maka Tuhan akan memberikan bimbingan kepada yang
bersangkutan yang berkaitan dengan pekerjaan.
Frasa terakhir a¥da sabila, secara struktural tersusun dari
kata ahda dan sabil. Kata a¥d± bersumber dari huruf h, d dan harf
mu'tal yang mempunyai arti dasar pengantar untuk mendapatkan
petunjuk; dan bangkitnya kehalusan.211 Al-Ragib menyatakannya
stratifikasi hidayah kepada manusai : a) hidayah yang diberikan
kepada berupa akal, perasaan, pengetahuan yang layak diberikan
oleh-Nya: b) Hidayah yang diberikan-Nya mealui doa untuk
mengiktui petunjuk rasul; c). Taufiq yang husus diberikan kepada
manusia (telah diberikan hidayah sebelumnya); d) Hidayah dalam
arti surga.212
210
Abd. Mu’in Salim, Masyarakat op. cit., h. 3.
211
Abi H{usain, Juz VI, op. cit., h. 42.
212
Al-Ra>gib, op. cit., h. 835-6.
122 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Pandangan etimologis dan leksikal dimaksud, diketahui bahwa
ia berdimensi psikologis baik untuk kepentingan informasi keilmuan,
ketauhidan dan mentalitas. Dan gagasan yang dikandungnya adalah
berdimensi individu dan sosial.
Dilihat dari sisi pola kata ahda superlatif, "...yang paling"
dipahami bahwa kandungan kata secara psikologis adalah terkait
dengan kesungguhan, moralitas intelektualitas dalam tingkat yang
mapan. Dengan ketiga dimensi pada seseorang yang secara sinergik,
maka dari sisi produktifitas diharapkan semakin optimal.
Dalam konteks produktifitas, klausa terakhir memberikan
informasi bahwa Allah akan memberikan bimbingan baik dalam arti
kualitas maupun kuantitas kepada orang yang menerapkan secara
sinergik potensi yang dimilikinya berdasarkan tingkat prestasi yang
diberikan.
Uraian yang lalu memberikan gambaran bahwa pekerjaan yang
dilaksanakan oleh seseorang sangat dipengaruh oleh faktor-faktor
yang ada (unsur dalam syakilah) yang secara sinergik berwujud
(dalam ahda). Dan atas semua ini yang bersangkutan akan
memperoleh hasil sebagai sebuah produktifitas. Di sini terlihat peran
sumber daya manusia (SDM) dan segala unsur yang
mempengaruhinya dalam kaitannya dengan peningkatan
produktifitas.
Dengan demikian, peningkatan produktifitas tidak hanya
terkait dengan peningkatan SDM secara parsial, tetapi menghendaki
peningkatan secara utuh dan sinergik. Sebab boleh jadi, peningkatan
intelektualitas SDM tidak diikuti dengan peningkatan moralitas, akan
melahirkan produktifitas yang menciptakan dehumanisasi yang
mengobrak abrik tata kehidupan masyarakat. Pandangan ini telihat
pada penggunaan kata ya'mal yang secara aksiologis bebas nilai
sebab dapat berfungsi as-salihat dan as-sayyiat. Dalam hal ini
Alquran menghendaki agar pelaku produktifitas, adalah orang yang
konsisten dalam aturan "ar-rusyd".
Mengobrak-abrik tata kehidupan masyarakat. Pandangan ini
terlihat pada penggunaan kata ya'mal yang secara aksiologis bebas
nilai sebab dapat berfungsi as-salihat dan as-sayyiat.
C. Distributor
Dilihat dari sisi fungsi distributor adalah mengadakan
sosialisasi produksi kepada konsumen. Dilihat dari sisi uraian
terdahulu (pada produsen), nampaknya uraian di atas mempunyai
relevansi dengan distributor. Hanya beberapa beberapa uraian yang
dapat dipahami dari Alquran yang dapat memberikan kehususan
dalam aspek ditributor.
Q.S. Al-asyr (59/101): 7 dipandang relevan dengan
pembahasan.
م للا أف للاء س عل للى ري للوله م للن أه للل الق للرى فلل لله وللري للول ول للذي القر ل واليت للام
واملساكين وابلن السلبيل كل َّل ي لون دوللة بلين اْلغنيلاء ملنكم وملا ءاتلاكم الريلول
فخذوه وما نهاكم عنه فان هوا واتقوا س إن س شديد العقاب
Terjemahnya:
Apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan kepda Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terilmalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuma-Nya.213
Fai menurut bahasa adalah ar-Ruju' sebagai istilah fiqh harta rampasan
214
215
Lihat, Abu al-A'la al-Maududy, Usus al-Iqtisad bain al-Isla>m wa
Nuzu>m al-Mu’asirah, diterjemahkan oleh Abdullah Suhaeili," (Dasar-Dasar
ekonomi Dalam Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1984), h. 135.
216
Lihat, Dr. Nurkhalis Madjid, Pertimbangan Kemaslahatan dalam
Menangkap Makna dan Semangat Ketentuan Keagamaan dalam Polemik
Reaktualisasi Ajaran Islam, (Jakarta: Panjimas, 1890, h. 25--6. Lihat, Ibrahim
Ahmad Fuad, op. cit., h. 153.
217
Lihat, Abi> Husain, II, op. cit., h. 314.
218
Lihat, Ar-Ra>gib, op. cit., h. 322.
Dr. Hamzah, M.Ag | 125
Dari konteks ini diketahui bahwa dawal terkait dengan waktu
baik dalam keadaan senang maupun duka. Dalam konteks
distribustor diketahui bahwa pelaksanaan distribusi harta (barang
dan jasa) harus dilakukan tanpa mengenal suasana, baik suasana
bahagia maupun dalam suasana duka. Pada sisi lain diketahui bahwa
kegiatan distribusi adalah berdimensi "perjuangan".219 Klausa
terakhir Q.S. Ali ‘Imr±n (3/89): 140 menyangkut kematian secara
syahid. Secara normatif meraih kewafatan secara syahid adalah akhir
sebuah jihad dalam Islam, namun secara kontekstual diketahui
bahwa pelaksanaan aspek ini terkait dengan aspek teologis.
Aspek lain pada kata tersebut (dalam Q.S. Ali ‘Imr±n) pelaku
kata tersebut adalah nahnu yang berarti kami,220 sehingga diketahui
bahwa pelaksanaan kegiatan distribusi melibatkan pihak lain atau
dengan lain ia berdimensi sosial. Sebuah kegiatan distribusi secara
esesial melibatkan banyak pihak, yang pihak tersebut harus bekerja
sesuai dengan bidangnya. Dari sisi ini hukum ekonomi diketahui
bahwa penegakan kegiatan distribusi mempunyai dimensi
manajemen usaha.
Kata al-agniya, yang menjadi salah satu kata dalam klausa di
atas, yang secara etimologis berarti kecukupan,221 Dari sisi material
menunjukkan bahwa pihak al-gina, mempunyai kewajiban untuk
memberikan har tanya untuk didistribusikan dan secara psikologis
kegiatan distribusi itu harus dinilai sebagai perwujudan sifat
ketergantungan manusia dalam arti saling membutuhkan.
219
Dalam klausa terahir Q.S. Ali Imran : 140 wa yattakhidza minkum
syuhada.
220
Dalam kaidah tafsir dikemukan bahwa pengungkapan kata kami dalam
kaitannya sebuah kata, menunjukkan bahwa perwujudan gagasan yang terkandung
dalam kata itu melibatkan pihak-pihak selain Allah. Lihat Ar-R±gib, op. cit., h.
1189.
221
Lihat bab III nomor kutipan 54. Alquran mempergunakan kata ini
tidak hanya dalam arti material seperti yang dapat dipahami dalam ayat di atas,
tetapi dalam arti psikoloigis "kaya hati" Q.S. al-Baqarah : 273, lihat Al-Ragib,
loc. cit. Dalam arti harta, penggunaan kata ini dipergunakan dalam hadis Nabi
riwayat al-Bukh±ry dalam Kitab Zakat, h. 322. berkaitan dengan perintah
mengeluarkan zakat bagi orang kaya "al-Agniya".
126 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Dari uraian di atas diketahui bahwa dari aspek distribusi
sebagai salah satu wujud hukum ekonomi, diketahui bahwa kegiatan
ini tidak hanya bersifat ekonomis semata tetapi ia terkait dengan
dimensi teologis dan sosiologis. Yang pertama mengandung arti
bahwa kegiatan ini harus ditegakkan di atas landasan yuridis, dan
membutuhkan perjuangan "mentalitas" untuk menegakkan aturan
dimaksud sebagai bahagian dari jihad. Dimensi terakhir, adalah
bahwa kerja sama antara pihak tertentu menunjukkan betapa
ketergantungan manusia sebagai mahluk sosial ekonomi semakin
nampak.
a. Konsumen
Pembahasan ini mengacu pada dua ayat dalam dua surah yang
berbeda. Q.S. Al-Lai>l (92/09) : 8-10; QS. al-Isra’ (17/50) : 26-7.
)10( )فسنيسره للعسرى9()وكذب بالحسنى8(وأما من بخل وايتغنى
Terjemahnya :
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan meresa dirinya cukup,
serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.222
Terjemahnya:
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaithan dan syaithan adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.223
222
Departemen Agama RI, op. cit., h. 1067.
223
Ibid., h. 428.
Dr. Hamzah, M.Ag | 127
pemilik harta. Ketidakmampuan mewujudkan hak-hak sosial
ekonomik, menyebabkan mereka akan menemukan kesulitan dalam
kegiatan ekonomi.224
Dalam kegiatan konsumsi, dilihat dari objek pemanfaatan
harta adalah untuk kepentingan penegakan hak-hak sosial ekonomik
dan kegiatan konsumsi secara indivdual. Yang pertama seperti dalam
Q.S. Al-Isr±`. Klausa pertama وأت ذالقربى حقه والمسكين وابنن السنبيل, terdapat
kata ati relevan untuk dikaji. Ia berasal kata yang hurufnya terdiri
atas huruf alif, ta dan ya yang mempunyai arti yang menunjukkan
pada mendatangi sesuatu dan bersahabat dengannya dan
mentaatinya.225 Al-Ragib mengatakan arti kata ini mendatangi
dengan mudah.226 Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa konsep
yang terkandung dalam kata ati adalah perintah untuk lebih aktif
dalam memberikan sesuatu. Dengan begitu, maka sekedar
memberikan menunaikan hak-hak sosial ekonomik keluarga,
tidaklah cukup tetapi justru pihak pemilik harta harta harus lebih
aktif dalam menunaikan hak-hak sosial ekonomik tersebut.
Dilihat dari sisi psikologi hukum, maka tampaknya konsep
yang terkandung di dalamnya adalah terciptanya kesadaran hukum
bagi konsumen dalam menegakkan hak-hak sosial ekonomik. Dalam
kluasa terlihat objek penegakan hak-hak sosial ekonomik, Abd.Muin
Salim menetapkan bahwa kata dzal qurba wa al-miskin menunjuk
pada ruang lingkup kemiskinan sekitar, kata ibnu sabil mencakup
kemiskinan secara nasional serta internasional.227 Uraian ini
sekaligus memberikan betapa eksistensi harta bagi pihak konsumen
itu bernilai amanah untuk masyarakat lingkungan. Dan hak-hak
tersebut tersebut berifat ekstern.
224
Menurut Abd.Muin Salim ayat ini dan ayat sebelumnya membicarakan
dua kelompok masyarakat, kelompok yang memberikan hak sosial dan ayat ini
pelakunya tidak memberikan hak-hak sosial. Dua kelompok masyarakat ini
mempunyai nilai ekonnomi yang berbeda. Yang pertama memperoleh kemudahan-
kemudahan dalam kegiatan ekonominya sedang yang terahir justru mengalami
kesulitan. Abd. Muin Salim, Perpsktif, op. cit., h. 6-7
225
Lihat Abi> H}usain, JuzI, op. cit., h. 49.
226
Lihat Al-Ra>gib, op, cit., h. 60.
227
Abd. Mu‘in Salim, Perspektif...loc. cit.
128 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Dalam kaitannya dengan penciptaan kesadaran hak-hak sosial
ekonomik, maka dihubungankan dengan Q.S. Al-Lail terlihat bagi
yang menegakkanya, maka akan memperoleh limpahan rahmat dari
Tuhan dan sebaliknya, mereka akan memperoleh tantangan berat
dalam kehidupan ekonomi. Uraian ini bersifat kausalitas, dan
tampaknya tidak relevan dengan pembahasan sebab memerlukan
spesifikasi kajian.
Konsumsi yang bersifat interen adalah dimanfaatkan oleh
pihak konsumen untuk kepentingan dirinya dan keluarganya.
Alquran berpean, tabdzira. Di sini terdapat larangan bersikap
mubazir bagi konsumen, bagaimana wujud sikap itu, tidak
ditemukan secara tersurat. Kata dimaksud berasal dari huruf yang
tersusun dari huruf ba, dza, ra yang mempunyai arti dasar
menebarkan sesuatu dan menghambur-hamburkannya.228 Al-Ragib
mengatakannya bahwa ia berarti menghamburkan. Arti dasarnya
adalah menghamburkan dan melemparkan, dimaksud adalah hal-hal
yang bernilai pada penyia-nyian harta.229
Dengan pengertian ini dikatahui bahwa konsep yang
terkandung dalam kata yang serumpun badzara, adalah sikap
konsumtif yang tidak memperhitungkan pemanfaatan harta.
"Penghamburan" adalah sebuah atribut ketidak mampuan seseorang
mendatangkan nilai manfaat atas harta yang dikonsumsinya. Harta
sebagai titipan Allah, maka ia terkait dengan manajerial harta itu
sendiri hususnya mengenai aspek perencanaan.230 Atas dasar
ini diketahui bahwa dalam pemanfaatan harta secara internal, maka
aspek perencanaan mendapat perhatian yang serius.
Ketidakmampuan melaksanakan konsumsi secara terencana pada
dasarnya, termasuk perbuatan syaitan.
Dari uraian di atas diketahui bahwa dari sudut hukum
ekonomi, maka konsumen mencakup secara internal dan eksternal.
228
Abi> H}usai>n,I, op. cit., h. 216.
229
Al-Ra>gib , op. cit., h. 113-4.
230
Perencanaan mencakup keputusan, penentuan tujuan kebijaksaan,
menentukan methode dan prosedur dan waktu pelaksanaan. Lihat, 21. Soewarsono
Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Mas
Agung, 1988), h. 21.
Dr. Hamzah, M.Ag | 129
Yang pertama terkait dengan manajemen harta, agar dapat
mendatangkan manfaat. Yang terakhir adalah terkait dengan
penegakan hak-hak sosial ekonomik.
Aspek manajemen ekonomi dalam kehidupan konsumen,
tidak hanya sekedar dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan
fisik sebagai mahluk ekonom, tetapi terkait dengan dimensi moral.
Dimensi terahir ini, bertentangan dengan sikap pamer, royal, sebab
dapat mendatangkan ancaman kestabilan sosial ekonomik. Hal-hal
tersebut merupakan sikap negatif, yang jika berkembang dalam
masyarakat dapat menciptanya kecemburuan sosial di kalangan
masyarakat terutama pada pihak-pihak yang mempunyai hak-hak
social ekonomik.
Instrumen Ekonomi
231
Selengkapnya pada surah Yusuf : 19.
131
an-Nasafi> berpendapat terma dirham dalam ayat ini
mengandung arti sebagai pengganti harga. Harga yang ditawarkan
dalam ayat ini, dipahami dari sangat sangat kurang dari nilai
realitasnya.232 Ibnu Athiyah menyatakan bahwa menurut Qatadah,
diartikan term bakhsen dimaknai dengan kezaliman.233
234
Wahbah ibn Mus}t}afa az-Zuhaili>, Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, Jilid II,
(Damsyiq: Darul Fikr, 1422), h. 1413.
235
Lihat Abi> Husain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu’jam Maqa>yi>s al-
Lugah, Juz VI, (t.tp.: Dar Fikr, t.th.), h. 101. Selanjutnya disebut Abi Husain,
Maqa>yi>s.
236
Ibid.
Dr. Hamzah, M.Ag | 133
pakainya terbang dan keduanya mengambil daun dari surga untuk
menurutupi aurat mereka. 237
Terma waraq dalam ayat ini merupakan daun yang berfungsi
untuk menutup aurat. Dilihat dari sisi fungsinya ia berfungsi untuk
menutupi kebutuhan mendesak seseorang baik kebutuhan sosial
maupun ekonomi. Kalau pada ayat ini cenderung sebagai kebutuhan
sosial, karena berkaitan dengan aib sosial.
Perspektif lain berkaitan dengan waraq dapat ditemukan
dalam kasus penjualan Yusuf oleh saudagar. Dalam kasus ini
dipahami dalam ayat ini, mengandung transaksi kezaliman.
Kezaliman terletak pada harga yang ditawarkan kepada pembeli, dan
boleh jadi karena objek transaksi yang bertentangan dengan nilai
kemanusiaan.
Terkait transaksi ekonomi, Alquran menilai sebagai perbuatan
zalim untuk harga yang ditawarkan pada harga yang tidak layak.
Tentu saja ini berlaku pada pembeli dan penjual. Tampaknya
transaksi ekonomi yang diinginkan Alquran adalah yang dilakukan
secara ridha. Sebagaimana dalam surah an-Nisa: 29
ً َ ُ َ ْ َ َّ َ ين َآم ُنوا َال َت ْأ ُك ُلوا َأ ْم َو َال ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ب ْال
َ َِيا َأ ُّي َها َّالذ
اط إل إإال أن تكون إت َج َارة َع ْن إ إ ب إ
ُ َ َ َ َّ َ
ُ ُ ْ ُُ ْ َ َ ُ ْ ََ
اض إمنك ْم َوال تقتلوا أنف َسك ْم إإ َّن الله كان إبك ْم َر إحي ًما ٍ تر
Terjemahnya:
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
Menurut Mujahid seperti yang dikemukakan ath-Thabariy
bahwa an taraden merupakan transaksi dalam jual beli, atau
237
Muh}ammad ibn Jari>r ibn Yazi>d ibn Kas\ir ibn Ga>lib ibn al-A<mali> Abu
Ja’far at} T{abari>, Ja>mi‘ul Baya>n Fi Ta’wil Al-Qur‘a>n, Juz XII, (t.tp.: Muassasah ar-
Risalah, 2000), h. 351.
134 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
pemberian.238 ath-Thabraniy menyatakan bahwa janganlah kalian
makan harta yang diperoleh dengan cara penganiayaan, saksi palsu,
sumpah palsu, riba, menciri, merampok, culas dan lain-lain yang
sejenis dengannya.239
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan indikator
transaksi yang dibenarkan dan memenuhi kriteria sebagai saling rela
sebagai berikut:
238
Muh}ammad ibn Jari>r ibn Yazi>d ibn Kas\ir ibn Ga>lib ibn al-A<mali> Abu
Ja’far at}-T{abari>, Ja>mi‘ul Baya>n Fi Ta’wil Al-Qur‘a>n, Jilid VIII, (t.ttp.: Muassasah
ar-Risalah, 2000), h. 221.
239
Abu Qa>sim Sulaima>n ibn Ah}mad Ayyu>b ibn Mat}ir al-Lakhmiy asy-
Syamiy at}-T}abaraniy, Tafsi>r al-qur‘a>n al-Az}i>m al-Mansu>b Li Imam at}-T}abrani>, ,
dalam Program Maktabah asy-Syamilah, h. 83
Dr. Hamzah, M.Ag | 135
B. Harta: Capital
1. Konsep Dasar Harta
Term al-amwal ditemukan dalam al-Quran dengan segala
bentuknya sebanyak 25 kali dalam bentuk tunggal dan 61 kali dalam
bentuk jamak.240
a. Analisis Etimologis
Amwal berakar dari term malun bersumber dari term yang
tersusun atas huruf mim, ya dan lam yang bermakna dasar atas
terjadinya kecenderungan pada sesuatu yang ada di sekitarnya.241
Dari makna etimologis ini terlihat bahwa konsep amwal
mengandung arti adanya daya tarik yang kuat
sehingga menimbulkan daya tarik pada hal-hal yang ada di
sekitarnya.
b. Analisis Eksegisis
Hasan Hanafy sebagai dinyatakan Quraish Shihab, bahwa
menilik pola penggunaan terma tersebut, menunjukkan adanya
perbedaaan makna dalam kaitannya dengan kepemilikan harta.
Yakni pada satu sisi ia dinisbahkan kepada pemilik dalam arti ia
berdiri sendiri; dan pada sisi lain ia tidak dinisbatkan kepada
sesuatu. Menurutnya, terma pertama mengandung arti bahwa secara
logis, terdapat harta yang tidak menjadi objek kegiatan manusia
secara langsung, namun berpotensi untuk kegiatan ekonomi; sedang
kedua, mengandung arti bahwa terkait dengan objek kegiatan
manusia secara langsung. Terma terakhir ini ditemukan terkait arti
hartamu, harta anak yatim, harta mereka.242
Menurut Quraish Shihab bahwa dari seluruh term amwal,
maka 23 kali terulang makna yang pertama; sedang makna kedua
240
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Ba>qi>, Mu'jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur‘a>n
al-Kari>m, (Indonesia: Dahlan, t.th.), h. 855-6. Selanjutnya disebut ‘Abd al-Baqy.
241
Abi H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah,
Juz V, (t.tp.: Dasr Fikr, t.th.), h. 290. Selanjutnya disebut Abi Husain, Maqayis.
242
Lihat, Ibid.
136 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
terulang sebanyak 54 kali. Dan ia terbanyak dibicarakan pada kaitan
dengan obyek dan memberikan kesan bahwa seharusnya harta
menjadi kegiatan ekonomi bagi manusia.243
2. Fungsi Harta
Fungsi harta dapat dipahami pada surah an-Nisa: 5
وال تؤتوا السفهاء أموالكم التي جعل هللا لكم قياما وارزقوهم فيهلا واكسلوهم
وقولوا لهم قوال معروفا
Terjemahnya:
5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.
Dalam tafsir ath-Thabariy disebutkan bahwa terdapat
pendapat yang melarang pengelolaan harta pada anak-anak dan
wanita.244 Sedang pendapat Said Ibn Jabir menyatakan bahwa
terhadap wanita dan anak yatim.245 al- Qaththan berpendapat bahwa
harta menjadi faktor dalam menegakkan dan melangsungkan
kehidupan. وتثبت 246
243
Lihat Quraisy Syihab , Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1998), h.
405.
At}-T{abari>, op. cit., Juz VII, h. 560..
244
245
Ibid.
246
Ibra>h}i>m Qat}t}a>n, Taysi>r Tafasi>r, , dalam Program Maktabah asy-
Syamilah, Juz I, h, 266
247
Abu allais\ Nas}r ibn Muh}ammad ibn Ah}mad ibn Ibra>hi>m as-Samarqandi>,
Bahrul ‘Ulu>m, dalam Program Maktabah asy-Syamilah, Juz I, h., 360
Dr. Hamzah, M.Ag | 137
Bagaimana terma qiyaman dalam ayat ini dilihat dari arti
dasar. Terma ini memiliki strukutur dasar dari huruf qaf, wau dan
mim. Ia mempunyai arti dasar ada dua yaitu kaum atau kumpulan,
bahagian dan teguh.248 Secara etimologis menunjukkan bahwa,
posisi harta merupakan bahagian dari kehidupan. Pandangan
etimilogis ini menerima harta sebagai sesuatu bahagian yang
diperoleh dari kehidupan ini secara teguh. Atau, bahkan dengan
harta maka keteguhan urusan dapat terwujud.
Dari uraian di atas diketahui bahwa harta atau amwal
berfungsi untuk menopang kelangsungan kehidupan. Ia tidak
dimaksudkan untuk menjadi tujuan kehidupan. Harta dimanfaatkan
untuk mendorong fungsi manuisia sebagai khalifah di muka bumi.
Dengan kata lain, harta berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi
manusia.
3. Peruntukan Harta
Apabila diperhatikan tertib surah, maka ditemukan pada tiga ayat
pertama dalam surah al-Baqarah memiliki pesan yang terkait dengan
kehidupan manusia.
َ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َ َّ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َّ
ِ )3( ناه ْم ُين إفقونال إذين يؤ إمنون إبالغي إب وي إقيمون الصَلة و إمما رزق
Terjemahnya:
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.
248
Abi H{usain Ah}mad ibn Faris Ibn Zakariya, Maqayis Allugah, JUz V,
(t.tp: Ittihad al-Kutub al-Arab, 2002), h. 35
138 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
mensucikan badan sedang zakat mensucikan harta.249 Asy-Syaukaniy
berpendapat bahwa dengan mengutip pandangan Ibnu Mas’ud, ia
merupakan nafkah yang diberikan suami kepada anggota
keluarganya.250 Berinfak menurut al-Wahidiy adalah mengalokasikan
kepada ketaatan kepada Allah.251
Penggalian konsep dari infak adalah mengalokasian anggaran
ekonomi di luar kepentingan pemiliknya untuk kepentingan ketaatan
kepada Allah Swt. Nah dari sisi ini diketahui bahwa peruntukkan
harta digunakan untuk kepentingan mendekatkan diri kepada Allah
Swt baik untuk diarahkan kepada diri sendiri maupun pada orang
lain.
4. Jenis-Jenis Capital
Jenis-jenis capital dapat dilihat pada surah Āli Imra>n: 14:
َّ َ ْ َُْ ََْ َ َ َْ َ َ َ َّ َّ َ ُ
اط إير اْلقنط َر إة إم َن الذ َه إب النس إاء والب إنين والقن إ
َ
ات إمن إ
ُ
اس ح ُّب الش َهو إ
زإين إللن إ
َّ ْ ُّ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ُ ْ ْ َ ْ َ َّ ْ َ
الدن َيا َوالل ُه اع ال َح َي إاة وال إفض إة والخي إل اْلسوم إة واَلنع إام والحر إث ذ إلك مت
َْ ُ ْ ُ ُ َ ْ
ِ )14( آب إعنده حسن اْل إ
Terjemahnya:
14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
249
Abu Qasim Sulaima>n ibn Ah}mad Ayyub ibn Mat}ir al-Lakhmiy asy-
Syamiy at}-T}abraniy, Tafsi>r alqur‘a>n al-Az}i>m al-Mansu>b Li Imam at}-T}abrani>,
dalam Program Maktabah asy-Syamilah, h. 2.
250
Asy-Syauka>ni>, Fath}ul Qadi>r al-Ja>mi‘u Baina Fanni> ar-Riwa>yah
Waddira>yah min ‘ilmi at-tafsi>r, dalam Maktabah asy-Syamilah, Juz I, h. 26
251
Abu> H}asan ‘Ali ibnu Muh}ammad ibnu ‘Ali al-Wa>hidi> an-Naisa>bu>ri>, al-
Waji>z fi Tafsi>r al-Kita>b ‘al-Azi>z, dalam Maktabah asy-Syamilah, Juz I, h, 4.
Dr. Hamzah, M.Ag | 139
As-Sa’diy berpendapat bahwa ayat ini terbagi kepada dua
kategori. Pertama, cara pandang untuk maksudnya. Yaitu sutau
pandangan yang memandang bahwa objekyangdisebut, akan
dinikmati dan pengkitnya akan memperoleh aneka kenikmatan dan
kelezatan duniawi dan akan membawa kepada mereka perbuatan
dosa. Kedua, Kelompok yang mengenal maksud ayat tersebut.
Pandangan ini akan memahami maksud dari ayat ini dengan
memahami sekian ujian yang ditujukan kepada manusia. Dalam
memanfaatkan objek tersebut digunakan sebagai jalan untuk
memperoleh keridahaan Allah Swt.252
Ibnu At}iyah berpendapat bahwa ayat ini memberi
pengajaran bagi seluruh semua manusia dan termasuk dalam hal ini
adalah member informasi yang kontemporer terhadap nabi
muhamad Saw dan umat Yahui dan selainnya.253 Pandangan ini
menjelaskan bahwa kecenderungan ini tidak saja tertuju kepada
umat nabi Muhammad SAW tetapi juga tertuju pada selain umat nabi
Muhammad SAW. Dengan kata lain kecenderungan ini berkaitan
dengan kebutuhan manusia. Manusia telah menjadikan sebagai
bagian dri kebutuhan yang harus dipenuhi. Objek kecenderungan ini
sebagai berikut:
1. Al-Nisa>
Ibnu Kas\ir berpendapat bahwa, ayat ini dimulai objek pertama
adalah wanita. Menurutnyam karena menurut hadis Nabi, ujian yang
terberat setelah pada laki-laki adalah wanita. Bagi Ibnu Katsir jika
laki-laki tertarik kepada wanita karena keinginan untuk iffah dan
untuk memperbanyak keturunan, maka hal itu disunnahkan dalam
pandangan Islam.254
255
Abu Al-Lays. Op. cit., h. 246.
Dr. Hamzah, M.Ag | 141
dalam tafsir al-Bagwiy.256 Apa saja yang dapat disebut harta dalam
ayat ini:
a. al-Z{ahab {
Term al-Z{ahab diterjemahkan dengan emas.
Analisis Etimologis
Term al-Z{ahab terulang sebanyak 8 kali.257 Ia terususun dari
huruf al-Z{a>l, al-ha dan al-Ba, yang bermakna dasar keindahan dan
keelokan.258 Makna ini dipahami mempunyai arti fungsional estetis.
Dalam al-Quran ditegaskan bahwa Allah memberikan potensi
ketertarikan manusia kepada sesama jenisnya dan sejumlah bentuk
harta dan salah satu di antaranya adalah emas. Q.S. Ā li ‘Imra>n (3) :
14.
Selanjutnya diketahui bahwa ancaman Allah kepada mereka
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkan
sebahagian di jalan Allah akan diberikan informasi yang mengancam
jiwa mereka di akhirat Q.S. Al-Taubah (9) : 34. Dari sisi ini dapat
dimengerti bahwa terdapat kemungkinan emas dapat berfungsi
sebagai modal atau bernilai ekonomis tidak menghilangkan fungsi
estetiknya. Pada saat emas bernilai ekonomis semata, maka
menunjukkan bahwa ia belum berfungsi sebagai penghiasan atau
estetika sebab boleh jadi belum dibuat sebagai perhiasan.
Analisis Eksegisis
Q.S. Āli ‘Imra>n (3) : 14 memberikan petunjuk sejumlah jenis
harta yang dapat dijadikan objek untuk menafkahkan harta di jalan
Allah SWT. Salah satu di antaranya adalah al-Fidhdhah. Sayyid Quţub
256
Mah}yu as-Sunnah Abi> Muh}ammad al-H{usain ibn Mas’u>d al-Bagawiy,
Ma‘a>lim at-Tanzi>l, Juz II, (T.tp.,: Dar Tahayyibah, 1997), h. l5.
257
Lihat ‘Abd al-Baqy, op. cit., h. 352.
258
Abu al-H{usain, Juz II, op. cit., h. 362.
142 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
dilihat dari sisi makna ganda yang melekat dari emas itu. Pola
penalaran ini yang dalam istilah Abd. Muin Salim sebagai hubungan
kelaziman.259
Selanjutnya dikaitkan dengan pernyataan Quthub tersebut
menunjukkan bahwa masalah perak atau fidhdhah
adalah mengandung dimensi amanah, sehingga dapat dinyatakan
bahwa, terma al-DZahab dilihat dari sisi ekonomis, ia terkait dengan
amanah sebagai bagian dari sikap yang dikehendaki oleh agama
Islam bagi subyek harta dalam ekonomi Islam.
b. al-Fidhdah : Perak
Analisis Etimologis
Al-fidhdhah, terulang dalam Alquran sebanyak 6 kali. Sekali
berkaitan dengan potensi ketertarikan yang diciptakan oleh Allah
kepada manusia Q.S. Ali ‘Imran (3) : 14; ancaman bagi pihak pemilik
emas dan fidhdhah lalu tidak menafkahkan sebahagian di jalan Allah
Q.S. al-Taubah (9) : 34; sekali berkaitan dengan pengandaian yang
ditujukan kepada orang kafir untuk dibuatkan loteng dan tangga
loteng yang terbuat dari perak Q.S. Al-Zukhruf (43) : 33; tiga kali
diungkap dalam surah al-Insan (76): 15, 16, 21 berkaitan bejana dan
piala dan gelang dari perak. Alat-alat terakhir tesebut dipersiapkan
khusus bagi penghuni surga.260
Analisis Eksegisis
Q.S. Ali ‘Imran (3): 12 memberikan informasi mengenai
fidhdhah sebagai dinyatakan pada point 7 tersebut. Oleh Sayyid
259
Makna kelaziman atau mulazim seperti lafal ud'uny Q.S.al-Mukmini
(40) : 60 diartikan dengan ibadah. Lihat Abd. Muin Salim, Metodologi Tafsir,
Orasi Pengukuhan Guru Besar IAIN Alauddin Makassar, 1999, h. 21.
260
Lihat Fu‘ad Abd al-Baqy, op. cit., h. 661.
Dr. Hamzah, M.Ag | 143
Quthub menyatakan sebagai bahagian yang terkait dengan dimensi
amanah.261
Dalam kaitan al-fidhdhah dengan kegiatan ekonomi, maka
dapat dinyatakan bahwa ia menjadi bahagian dari keterkaitan
manusia. Dan sebagai diketahui bahwa proses kegiatan ekonomi
berawal dari pemenuhan kebutuhan manusia, maka atas pandangan
ini kiranya dapat dinyatakan bahwa fidhdhah yang berarti perak
dapat berfungsi ekonomis. Dan secara tersirat dipahami bahwa
manusia dapat saja tergodang untuk tidak menafkahkan sebahagian
fidhdhah-nya, hal ini membutikan bahwa daya keterkaitan oleh
manusia atas barang tersebut sangat kuat.
4. Al-Khaeli al-Musawwamah: Kuda Pilihan
261
Lihat Sayyid Qut}ub, loc. cit.
144 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
alat ini menunjukkan bahwa orang mekmin harus memiliki
kesigapan dalam membela dan menegakkan agama Allah, sesuai
dengan kesamggupan mereka. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
bagaimana mengukur kesanggupan. Beliau member jawaban bahwa,
manusia memiliki kesanggupan yang terbatas. Menurutnya,
persiapkanlah tenaga kalian dan memohonlah pertolongan dari Allah
Swt.262
Terjemahnya:
28. supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya
dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir.
e. al-Harts: ladang
Terjemahnya:
78. Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya
memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu
dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah
Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
C. Pengelolaan Harta
1. Pengelolaan Harta Anak Yatim
Harta dalam konteks kepemilikan pada anak yatim
ditemukan dalam Q.S. al-An'am : 152 yaitu :
… وَّل تقربوا مال اليتيم إَّل بالتي هي أحسن حتى يبلغ أشده
Terjemahnya:
264
Departemen Agama RI, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Alquran, 1977/78), h. 214.
265
Lihat ‘Abd. Alla>h bin Ah}mad bin Mah}mu>d an-Nasafi>, Mada>rik Tanzi>l
Wa Haqa>iq Ta’wi>l, Juz I, (Bairut: Dar Kitab al-‘Ilmiyah, 1995), h. 713.
266
Lihat Nazih Hammad, Mu'jam al-Mustalah}at al-Iqtisa>d fi al-Lugah al-
Fuqaha’, (Mirland USA : Ma'had al-Alami li al-Fikry al-Islamy, 1993), h. 237.
Dr. Hamzah, M.Ag | 147
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
Kedua surah al-Baqarah): 188
وَّل ت للأكلوا أم للوالكم بي للنكم بالباط للل وت للدلوا هه للا إل للى الح للا لت للأكلوا فريق للا م للن أم للوال الن للاس ب للاَّل ث للم وأن للتم
ٍ .تعلمون
Terjemahnya :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.267
b. Analisis Eksegisis
Q.S. al-Baqarah (2): 188 mengungkap larangan memakan
harta dengan cara yang batil dan larangan membawa urusan itu
kepada hakim agar memakannya. Fakhr Razy menyatakan bahwa
kata al-bathil mengandung arti dilarangnya melakukan penyogokan
269
Lihat Fakhri al-Ra>zi>, Tafsi>r al-Kabi<r auw Mafa>ti>h al-Gaib, Jilid V-VI,
(t.tp.: t.p., t.th.), h. 101.
270
Muh}ammad ibn Jari>r ibn Yazi>d ibn Kas\ir ibn Ga>lib ibn al-A<mali> Abu
Ja’far at} T{abari>, Ja>mi‘ul Baya>n Fi Ta’wil Al-Qur‘a>n, Juz III, (t.tp.: Arrisalah, 2000),
h. 550.
271
Lihat Maqa>yis, Juz II, op. cit., h. 293.
272
‘Abd al-Baqy, op. cit., h. 331.
Dr. Hamzah, M.Ag | 149
sebelumnya dibuang oleh saudara-saudaranya dalam sebuah
sumur).273
Atas uraian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa
Alquran mengungkap dalla tidak saja dalam dimensi teologis seperti
Q.S. Al-Furqan (25 : 45274 tetapi juga, kata dalla dapat berdimensi
ekonomis walaupun mengalami proses seperti yang terjadi dalam
kasus Yusuf.275
Dalam kaitannya kata tudl- yang merupakan fi’il mudhari’,
oleh Muhammad Abduh dinilai sebagai intensitas perbuatan atas
kandungan lafal itu.276
Kata Hukkam yang berarti hakim sebagai diuraikan
terdahulu memberikan petunjuk bahwa kata dimaksud berearti
"pihak yang memberi keputusan". Dengan dasar penggunaan kaedah
kebahasaan dan penelusuran kata yang terakit dengan dalil dalam
kasus Yusuf diketahui bahwa penggunaan sarana informasi "dalil"
akan berlanjut secara terus menerus oleh pelakunya sampai dapat
meyakinkan pihak hakim dan pada ahirnya objek yang bernilai
ekonomis yang merupakan milik orang lain dapat saja beralih hak
milik.
D. Regulasi Ekonomi
Regulasi merupakan aturan yang terkait dikelarkan oleh
pihak yang memiliki otoritas dan memiliki tingkat pelaksaaan untuk
ditaati oleh masyarakat. Alquran memberikan pandangan tentang
ketaataan ini.
273
Lihat Jala>l al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad, Tafsi>r Jala>lain, Juz I,
(Bandung: Al-Ma‘arif, t.th.), h. 192.
274
Sebagai diketahui bahwa dalam perkembangan selanjutnya, tampaknya
Yusuf dijual oleh Kelompok musafir tersebut Q.S. Yusuf (12): 20.
275
Syiha>b al-Di>n abi> a-Sayyid Muh}ammad al-Alu>siy al-Bagda>di>, Ru>h al-
Ma‘a>ni> Tafsi>r al-Qur’a>n wa Sab‘al-Mas\ani>, Juz II, (Bairut: Dar Fikr, t.th.), h. 70.
276
Muh}ammad Rasyi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Mana>r, Juz. Selanjutnya, lihat Qurais}
S}ih}ab, Studi Kritis Tafsir Al-Mana>r, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h. 128.
150 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
ْ َ ُْ َْ ُ
الر ُسو َل َوأ إولي اَل ْم إر إمنك ْم ف إإن
َّ يعواُ الل َه َو َأط
َّ
وا ُ ين َآم ُنوا َأط
يع َ َيا َأ ُّي َها َّالذ
إ إ إ
ْ ْ َّ َ ُ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َّ َ ُ ُّ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ
الر ُسو إل إإن كنت ْم تؤ إمنون إبالل إه َوال َي ْو إم اْل إخ إر
َّ الل إه َو تنازعتم إفي ش ي ٍء فردوه إإلى
ً َْ َ َ َ َ
ِ ك خ ْي ٌر َوأ ْح َس ُن تأ إو
يَل ِ ذ إل
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
277
Maqa>yis allugah, Juz III, h. 337.
Dr. Hamzah, M.Ag | 151
kemashlahatan umum. Mereka inilah yang perlu memperoleh
ketaatan278
Dalam kaitan dengan ekonomi, maka pemerintah dipandang
memeiliki otoritas untuk memberikan kebijakan. Kebijakan ekonomi
yang ditetapkan oleh pemerintah kiranya dapat ditaati oleh
masyarakat. Kedudukan kebijakan baik dari sisi regulasi maupun
perundang-undangan menjadi penting dalam rangka memberikan
kepastian perlindungan kepada pelaku ekonomi. Mengapa regulasi
dibutuhkan? Karena ekonomi merupakan aktifitas yang melibatkan
antar orang atau person dan karenanya ia merupakan aktifitas
publik. Berbagai keinginan dan kebutuhan seseorang dapat saja
berpeluang untuk menimbulkan konflik ekonomi jika tidak didukung
oleh regulasi. Regulasi yang dibutuhkan dalam ekonomi berada
dalam batas-batas penegakan keadilan dan mencegah terjadinya
pendzaliman.
Gambaran Alquran tentang regulasi ekonomi dapat dilihat
pada kasus riba dan jual beli. Alquran sangat jelas memberi hukum
haram terhadap riba dan memberikan hukum kehalalan kepada jual
beli. Sebagaimana dalam surah al-Baqarah: 275,
َ ْ َ ُ َ ْ َّ ُ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ َ َ َ َّ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
س الربا ِال يقومون إإال كما يقوم ال إذي يتخبطه الشيطان إمن اْل إ ال إذين يأكلون إ
َ َّ َّ َ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ ُ َ ْ ُ َّ َ َ َ
َ الل ُه ْال َب ْي َع َو َح َّر
الرَبا ف َم ْن َج َاء ُه
إ م ذ إلك إبأنهم قالوا إإنما البيع إمثل إ
الربا وأحل
ُ ص َح ْ الله َو َم ْن َع َاد َف ُأ َولئ َك َأ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ ٌَ ْ َ
اب إ مو إعظة إمن َرإب إه فانتهَى فله ما س ِلف وأم ُره إإلى إ
َ َ َّ
ِ الن إار ُه ْم إف َيها خ إال ُدو
ن
Terjemahnya:
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
281
Abu Muh}ammad ‘Abdul H{aq ibn Ga>lib ibn ‘Abdirrahman Ibn Tama>m
Ibn ‘Athiyah Ibn al-Andalusi> al-Mah}a>ribi>, al-Mihrar al-Waji>z,. Jilid V, dalam
Program Maktabah asy-Syamilah, h, 344.
Dr. Hamzah, M.Ag | 155
156 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Daftar Pustaka
157
al-As}fiha>ni>, Ar-Ra>gib. al-Mufrada>t fi Gari>b al-Qur’a>n. Juz 4. Program
Maktabat al-Sya>milat.
al-Azdi>, Abu> al-H{asan Muq{a>til ibn Sulaima>n ibn Basyi>r. Tafsi>r Muq}{a>ti>l
ibn Sulaima>n. Juz II-III. Program Maktabat al-Sya>milat.
al-Bagda>di>, Syiha>b al-Di>n abi> a-Sayyid Muh}ammad al-Alu>siy. t.th. Ru>h
al-Ma‘a>ni> Tafsi>r al-Qur’a>n wa Sab‘al-Mas\ani>. Juz II. Bairut: Dar
Fikr.
al-Bagwi>, Abu> Muh}ammad. 1997. Ma‘a>lim al-Tanzi>l. Juz VI. t.tp.: Dar
at-tayyibah.
al-Bagwi>, Mah}yu as-Sunnah Abi> Muh}ammad al-H{usain ibn Mas’u>d.
1997. Ma‘a>lim at-Tanzi>l. Juz II. T.tp.,: Dar Tahayyibah.
D. Purvis et.al, Dounglas. 1989. Pengantar Mikrao Ekonomi.
Kibrandoko (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
ad-Damsyiqi>, abu al-Fida>i Isma>‘il ibn ‘Umar Ibu Kas\i>r al-Qurasi>. 1999.
tafsi>r al-qur‘a>n al-‘az}im. Juz II. t.tp.: Dar ath-Thibah.
Darsul, S. Puyu. 2011. Wisata Arkeologi Dalam Al-Quran. Makassar:
Alauddin Press.
Departemen Agama RI. 1977/78. Al-Qur’a>n dan Terjemahnya. Jakarta:
Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran.
Dua, Mikhael. 2008. Filsafat Ekonomi. Jakarta: Kanisius.
Ali, Ibrahim Fu’ad Ah}mad. 1972. al-Ma’arid al-Maliyah fi al-Islam.
Mesir: Maktabah Misriyah.
Hafidhuddin Ma’turidi, Didin. 2007. Peran Pembiayaan Syari’ah dalam
Pembangunan Pertanian di Indonesia, Pidato Pengukuhan Guru
Besar. Bogor: IPB.
Hammad, Nazih. 1993. Mu'jam al-Mustalah}at al-Iqtisa>d fi al-Lugah al-
Fuqaha’. Mirland USA: Ma'had al-Alami li al-Fikry al-Islami>.
Handayaningrat, Soewarsono. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi
dan Manajemen. Jakarta: Mas Agung.
Haqqi>, Tafsi>r Haqqi>. Juz III, VIII. Program Maktabat al-Sya>milat.
Hu>mid, As‘ad. Aysi>r at-Tafa>sir. Juz I. Program Maktabat al-Sya>milat.
158 | EKONOMI PERSPEKTIF ALQURAN:
Humkat ibn Basyir ibn Yasin, 1999. Tafsi>r Shahi>h, Madinah: Dar
Matsur.
Ibnu ‘Abba>s, Tanwi>r al-Miqba>s Min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s. Jilid II. Program
Maktabat al-Sya>milat.
Ibnu ‘Abba>s, Tanwi>r Miqba>s Min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s. Juz I. Ibnu At}iyyah,
al-Muharrar al-Waji>z. Jilid 3. Program Maktabat al-Sya>milat.
Ibnu Katsi>r, Tafsi>r al-Qur‘a>n al-‘Az}i>m. Juz IV. Program Maktabat al-
Sya>milat.
al-Jaza>iri>, Abu Bakar. Aysir at-ta>fasi>r. Juz II. Program Maktabat al-
Sya>milat.
Jala>l al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad. Tafsi>r Jala>lain. Juz I. Bandung: Al-
Ma‘arif, t.th.
al-Jaza>iri>, Abu> Bakar. Aysir Tafa>sir. Juz. I, Program Maktabat al-
Sya>milat.
al-Jum‘ah, ‘Ali ibn Muhammad. 2000. Mu’jam al-Mus}t}alah}a>t al-
Iqtis}a>diyah wa al-Isla>miyah. Riya>d: Maktabah al-‘Ibka>n.
al-Khadimi>,Nuruddin. al-Ijtih}a>du Maqas}idi>hi, Dhawabit}ihi> Wa
maja>latihi>. Program Maktabat al-Sya>milat.
Kham, M. Fakhim. 1992. Rediangs in Microeconomics An Islamic
Perspective, Selangor: Dar Ihsan.
Khan, M. Fakhim. Theory of Consumer behavior in an Islamic
Perspektive.
Madjid, Nurkhalis. Pertimbangan Kemaslahatan dalam
1890.
Menangkap Makna dan Semangat Ketentuan Keagamaan dalam
Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam, Jakarta: Panjimas, 1890.
Mus}t}afa Az-Zuhaili>, Wahbah. Tafsi>r al-Muni>r fi Al-‘Aqi>dah Wasy-
Syari‘ah al Manhaj. Juz VIII & XXX. Program Maktabat al-
Sya>milat.
Mus}t}afa az-Zuhaili>, Wahbah. Tafsi>r al-Wasit} li Zuhaili>, Jilid III.
Program Maktabat al-Sya>milat.
Must}afa, Ibrah}i>m. Mu’jam Wasi>t}. Juz II. t.tp.,: Dar Dakwah, t.th.
164
BIODATA PENULIS