Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“BENGKALIS”

MATA KULIAH:
HUKUM ADAT MELAYU RIAU

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Rahmad Hendra, S.H., M.Kn.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Michelle Tamana (2109112143)
2. Dewi Angel Caroline (2109112515)
3. Jesica Debora Panjaitan (2109112508)
4. Geraldine Patricia Julianti S. (2109112136)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah Hukum Adat Melayu
Riau, dengan judul: “Bengkalis.” Penulis juga berterima kasih kepada Bapak dosen
yang telah memberikan bimbingan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan penulis khususnya, serta
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Pekanbaru, 9 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Kekerabatan Bengkalis ...........................................................3
2.2 Tradisi Kelahiran Bengkalis ................................................................4
2.3 Tradisi Ekonomi Bengkalis .................................................................5
2.4 Tradisi Perkawinan Bengkalis ............................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...........................................................................................9
3.2 Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Bengkalis dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1956 dengan Ibu Kotanya Bengkalis, saat ini Kabupaten Bengkalis
merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Pada tahun 1999
Kabupaten Bengkalis dimekarkan menjadi 3 Kabupaten dan satu Kota yaitu
Kabupaten Bengkalis selaku kabupaten induk, kabupaten Siak, Kabupaten Rokan
Hilir dan Kota Dumai (Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999). Pada akhir tahun
2008 atas hak inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI),
Kabupaten Bengkalis dimekarkan lagi setelah 5 Kecamatan bergabung menjadi
Kabupaten Kepulauan Meranti (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009).
Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 7.773,93 km2, yang mencakup daratan
bagian timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan. Secara administrasi
Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 Kecamatan dan 102 Desa/Kelurahan. Kabupaten
Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur
perdagangan internasional melalui Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam
salah satu program Indonesia Malaysia Singapore – Growth Triangle (IMS-GT) dan
Indonesia Malaysia Thailang – Growth Triangle (IMT-GT).
Wilayah Kabupaten Bengkalis 95 persen merupakan dataran rendah dengan
rata-rata ketinggian antara 2-6 m di atas permukaan laut yang ditumbuhi hutan
tropis, pantainya landau dan merupakan endapan lumpur sebagai hasil dari erosi
sungai. Daerah perbukitan yang tingginya tak lebih dari 55 m diatas permukaan air
laut hanya terletak di Duri ibu kota Kecamatan Mandau yang juga merupakan kota
terbesar di Kabupaten Bengkalis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Sistem Kekerabatan Bengkalis
2. Tradisi Kelahiran Bengkalis
3. Tradisi Ekonomi Bengkalis
4. Tradisi Perkawinan Bengkalis

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Adat Melayu Riau yang
diberikan oleh Dosen Pengampu.
2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Bengkalis.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Bengkalis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Kekerabatan Bengkalis


Garis keturunan Bengkalis pada umumnya hampir sama, dilihat dari
beberapa factor, pada factor-faktor tertentu mengikuti garis keturunan laki-laki
secara patrilineal dan pada hal tertentu lainnya menurut garis keturunan perempuan
secara matrilineal. Pada masa lalu asimilasi antara orang keturunan dengan
kebanyakan adalah tabu (keturunan bangsawan dengan orang awam adalah tabu).
Sekarang perkawinan seperti ini tidak lazim lagi dipertahankan, namun gelar yang
dimiliki ayah masih tetap merupakan gelar bagi anak-anaknya. Dan mengenai asal-
usul gelar Encik dimulai dari perkawinan pimpinan Bengkalis Encik Masyah
dengan keturunan Daeng Tuagek anak Raja Bugis Wajok.
Menurut sumber informasi yang ditulis oleh Ibrahim Mukhtar, timbulnya
gelar Said (Syayed) bagi laki-laki dan Syarifah bagi perempuan diberikan pada
keturunan yang berasal dari perkawinan antara Tengku Embung Badariah anak dari
Sultan Siak Sri Inderapura, yakni Sultan Abdul Jalil Jamaluddin Syah yang
memerintah pada tahun 1766-1780 dengan seorang bangsawan Arab dari
Hadralmaut pada waktu itu sebagai pendatang (berdagang permata), yaitu Bernama
Syayed Syarif Osman Ibnu Syayed Syarif Abdurrahman sebagai keturunan Nabi
Besar Muhammad SAW.
Gelar Tengku baik laki-laki maupun perempuan berasal dari keturunan
Sultan yang kawin bukan dengan Syarifah. Anak laki-laki maupun perempuan
berasal dari perkawinan antara seorang Arab dengan bukan Said dengan siapa saja,
bangsawan atau bukan. Bila ditelusuri garis keturunan masing-masing mereka
yang memakai gelar ini, baik Said dan Syarifah ataupun Tengku maupun Wan
boleh jadi akan terungkap bahwa mereka berasal dari suatu keturunan atau daerah.

3
2.2 Tradisi Kelahiran Bengkalis
Kelahiran seorang anak dipandang oleh masyarakat Melayu di Riau,
khususnya di Bengkalis sebagai berkah atau rezeki. Anak adalah penyambung
zuriat (keturunan). Perilaku si anak dengan jenaka dan bersenda gurau menjadi
pelipur lara si orang tua dan perangainya yang menjunjung tinggi akhlak mulia
akan menjadi penyejuk pandangan mata keluarga.
Berdasarkan hal tersebut kelahiran seorang anak merupakan hal yang
sangat didambakan dan dia menjadi sesuatu yang dianggap amat penting, karena
ada pandangan bahwa anak adalah penerus keturunan jadi anak menjadi tumpuan
masa depan. Ketika sang ibu mengandung banyak pantang larang yang harus
diperhatikan dan ini menjadi nilai dan norma yang harus dilakukan oleh sang ibu
yang sedang mengandung. Tujuannya adalah agar anak yang lahir kelak
merupakan anak yang sehat jasmani dan rohaninya. Kemudian harapan pada anak
adalah agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, taat menjalankan
perintah Allah dan menjadi anak yang soleh dan bertaqwa.
Pantang larang yang harus dihindari oleh sang ibu yang sedang hamil
adalah:
- Mencela orang, ada suatu kepercayaan orang yang sedang hamil Ketika
mencela orang lain, maka celaannya akan menimpa si anak yang sedang di
kandungnya.
- Tetap taat beribadah, menjaga tingkah laku dan perangai, agar tetap stabil
dan tidak mudah emosi.
- Mencari menu-menu yang sehat dan bersih, kunci dari makanan yang sehat
dan halal.
Setelah seseorang lelaki atau perempuan sudah dewasa berdasarkan kondisi
social ekonomi, maka mereka dapat mendirikan mahligai rumah tangga. Hal ini
ditandai apabila telah dapat melakukan salah satu mata pencaharian seperti
berladang, menyadap karet, membuat kopra, menangkap ikan dan seterusnya.

4
2.3 Tradisi Ekonomi Bengkalis
• Pola Ekonomi
Pola Ekonomi Masyarakat Bengkalis dapat dibagi atas tiga golongan besar,
yaitu:
a) Memanfaatkan hasil kekayaan hutan
b) Memanfaatkan hasil kekayaan rawa-rawa dan danau
c) Memanfaatkan hasil kekayaan laut
Mereka yang hidup di pesisir terdiri dari masyarakat tani dan masyarakat
nelayan. Di samping itu, terdapat pula petani merangkap nelayan atau nelayan
merangkap petani. Mereka yang hidup di daerah pedalaman yang berhutan,
bersungai, dan berawa-rawa, dalam perkembangan kemudian lebih mengutamakan
bercocok tanam dengan sistem ladang. Pencaharian hasil hutan atau menangkap
ikan di sungai atau rawa merupakan pekerjaan sambilan, yang utama adalah
mencari ikan di selat dan laut.
Daerah yang menjadi tempat pencaharian mereka dilindungi dengan hak
ulayat, baik hutan, danau-danau dan anak-anak sungai. Pohon-pohon kayu yang
menghasilkan bahan-bahan berharga dan merupakan milik bersama juga dilindungi
dan tidak boleh ditebang seperti pohon sialang tempat lebah berkumpul, pohon
seminal yang menghasilkan minyak goreng, kayu kruing yang menghasilkan
minyak kruing, kayu balam yang menghasilkan buah balam dan sebagainya.

• Berburu
Kebiasaan berburu ini masih terdapat pada suku Sakai yang hidup di sekitar
Minas dan Duri (pedalaman Sungai Mandau) dan Akit yang ada di Pulau Rupat,
Rangsang, dan Pulau Padang. Daerah perburuan mereka berada di sekitar hutan di
daerah tempat tinggal mereka. Hasil buruan dibagi bersama sebagai persediaan
untuk suatu jangka waktu tertentu, dengan beberapa kelebihan untuk pimpinan
mereka,

5
• Meramu
Perkataan “meramu” di daerah ini lebih banyak digunakan untuk “meramu
obat”. Selain itu kata “meramu” juga digunakan untuk mencari dan mengumpulkan
bahan-bahan bangunan yaitu kayu untuk rumah. Meramu daun-daunan atau akar-
akar untuk keperluan obat dulakukan oleh bomo, batin atau dukun. Usaha pokok
rakyat disamping berladang adalah mengambil hasil hutan karet. Bagi penduduk
daerah Akit Pulau Rupat, Pulau Padang, Sebagian telah berladang, berkebun karet,
begitu juga Sakai di Kecamatan Mandau.

2.4 Tradisi Perkawinan Bengkalis


Perbincangan adat perkawinan tidak dapat dilepaskan dari akar budaya
yaitu Kerajaan Siak Daerah bekas kerajaan Siak Sri Indrapura yang mencakupi
salah satu daerah dalam Kabupaten Bengkalis, Kotamadya Pekanbaru, Sebagian
daerah Kabupaten Kampar, daerah Tapung Kiri dan Tapung Kanan.
Ada beberapa bentuk dan jenis perkawinan di daerah ini. Hal yang paling
umum dan dianggap paling tinggi tingkatannya ialah perkawinan pinangan. Untuk
memenuhi urutan tertib upacara perkawinan pinangan ini harus dilalui fase demi
fase jika disusun dari awal adalah sebagai berikut:
1) Merisik
• Adalah suatu kegiatan pendahuluan, dimana pihak laki-laki mengutus orang
yang dipercaya apakah laki-laki atau perempuan yang dikirim kepada pihak
keluarga Wanita, terutama kedua orang tuanya dengan maksud menanyakan
kepada keluarga Wanita itu, apakah anak gadisnya telah dipinang orang.
Seandainya belum maka kedatangan mereka adalah untuk merintis buat
menjalin kekeluargaan.
2) Meminang
• Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan acara
mengirim utusan dua-tiga orang atau lebih untuk berkunjung ke rumah pihak
perempuan, guna menyampaikan hajad pihak laki-laki kepada pihak
perempuan.

6
3) Antar Belanja
• Adalah untuk membantu keluarga perempuan dalam melaksanakan upacara
perkawinan anaknya. Dalam acara ini dilakukan secara musyawarah dan
mufakat oleh kedua belah pihak keluarga.
4) Menggantung
• Adalah suatu upacara dimana sanak keluarga berkumpul untuk melakukan
persiapan serta menghias tempat yang akan dipergunakan upacara perhelatan
perkawinan dilangsungkan.
5) Ijab Kabul
• Disebut juga upacara akad nikah yang dipersiapkan secara besar-besaran
dirumah orang tua pengantin Wanita. Biasanya upacara akad ini dilaksanakan
pada malam hari setelah selesai sholat magrib.
6) Tepung Tawar (Berinai Lebai)
• Upacara ini dimaksudkan untuk memberikan do’a restu kepada pengantin,
pengantin Wanita dituntun oleh Mak Andam atau Tukang Andam dari bilik
peraturan yang telah berpakaian serba gemerlapan. Pengantin di dudukan diatas
gerai (pelaminan) untuk pelaksanakan tepung tawar.
7) Berinai
• Adalah upacara memberikan tanda-tanda bahwa orang tersebut adalah
pengantin baru. Tanda tersebut diberikan pada jari dan telapak tangan.
8) Berandam
• Upacara ini hanya dilakukan oleh pengantin Wanita di rumahnya sendiri dan
dilaksanakan pagi hari setelah pengantin Wanita dimandikan dengan tujuh air
bunga atau air pecung.
9) Khatam Haji
• Berkhatam adalah membaca kitab suci dimulai dari wadhuha sampai akhir juz
amma.
10) Upacara Langsung
• Atau bersanding dilaksanakan pada waktu siang hari jam 13.00 atau selepas
shalat zuhur.

7
11) Berarak
• Dari rumah pengantin pria ke rumah pengantin Wanita dilakukan upacara
berarak. Pengantin pria dijulang oleh anggota keluarga yang terdekat.
12) Membuka pintu
• Dalam Upacara ini tukang andam berjawab pantun dengan pihak dari
rombongan pengantin pria.
13) Bersanding
• Adalah upacara mendudukan kedua pengantin diatas gerai (pelamin).
14) Makan bersuap
• Dilaksanakan pada waktu acara bersanding, acara dipimpin oleh Mak Andam.
Kedua pengantin saling menyuapi dengan nasi pulut kuning atau sirih yang
disimpul
15) Makan hadap-hadapan
• Maksud upacara ini adalah membayangkan kesetiaan, kecintaan, pengabdian
dan kasih sayang istri kepada suami yang disaksikan oleh keluarga dari kedua
belah pihak.
16) Menyembah Mertua
• Dilaksanakan pada malam hari selepas bersanding, pada saat bersalaman baik
mertua maupun semua sanak famili yang bersalam tadi memberikan buah
tangan sebagai hadiah dan ucapan selamat.
17) Mandi Kumbo Taman
• Upacara mandi taman ini dilakukan setelah istirahat satu hari selesai
bersanding dan dipimpin oleh Tukang Andam.
18) Makan Nasi Damai
• Dilaksanakan selepas acara mandi taman dan sesuai ketentuan damai, pada
pelaksanaan ini segala sesuatunya ditanggung bersama maka karena itulah
pihak keluarga dari pengantin pria sudah merasa ikut bertanggung-jawab.
19) Upacara Menyembah
• Rangkaian upacara perkawainan adat di Melayu ditutup dengan upacara
menyembah. Maksud upacara ini untuk memohon doa restu agar perkawinan
ini berlangsung dengan sejahtera dan membawa kepada hari depan yang penuh
Bahagia.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Garis keturunan Bengkalis pada umumnya hampir sama, dilihat dari
beberapa factor, pada factor-faktor tertentu mengikuti garis keturunan laki-laki
secara patrilineal dan pada hal tertentu lainnya menurut garis keturunan perempuan
secara matrilineal. Pada masa lalu asimilasi antara orang keturunan dengan
kebanyakan adalah tabu keturunan bangsawan dengan orang awam adalah tabu.
Sekarang perkawinan seperti ini tidak lazim lagi dipertahankan, namun gelar yang
dimiliki ayah masih tetap merupakan gelar bagi anak-anaknya. Dan mengenai asal-
usul gelar Encik dimulai dari perkawinan pimpinan Bengkalis Encik Masyah
dengan keturunan Daeng Tuagek anak Raja Bugis Wajok. Tradisi Ekonomi
Bengkalis Pola Ekonomi Pola Ekonomi Masyarakat Bengkalis dapat dibagi atas
tiga golongan besar, yaitu a Memanfaatkan hasil kekayaan hutan b Memanfaatkan
hasil kekayaan rawa-rawa dan danau c Memanfaatkan hasil kekayaan laut Mereka
yang hidup di pesisir terdiri dari masyarakat tani dan masyarakat nelayan. Tradisi
Perkawinan Bengkalis Perbincangan adat perkawinan tidak dapat dilepaskan dari
akar budaya yaitu Kerajaan Siak Daerah bekas kerajaan Siak Sri Indrapura yang
mencakupi salah satu daerah dalam Kabupaten Bengkalis, Kotamadya Pekanbaru,
Sebagian daerah Kabupaten Kampar, daerah Tapung Kiri dan Tapung Kanan. Ada
beberapa bentuk dan jenis perkawinan di daerah ini. Hal yang paling umum dan
dianggap paling tinggi tingkatannya ialah perkawinan pinangan. Untuk memenuhi
urutan tertib upacara perkawinan pinangan ini harus dilalui fase demi fase jika
disusun dari awal adalah sebagai berikut: (1) Merisik Adalah suatu kegiatan
pendahuluan, dimana pihak laki-laki mengutus orang yang dipercaya apakah laki-
laki atau perempuan yang dikirim kepada pihak keluarga Wanita, terutama kedua
orang tuanya dengan maksud menanyakan kepada keluarga Wanita itu, apakah
anak gadisnya telah dipinang orang. Seandainya belum maka kedatangan mereka
adalah untuk merintis buat menjalin kekeluargaan. (2) Meminang Adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan acara mengirim utusan dua-
tiga orang atau lebih untuk berkunjung ke rumah pihak perempuan, guna

9
menyampaikan hajad pihak laki-laki kepada pihak perempuan. (3) Antar Belanja
Adalah untuk membantu keluarga perempuan dalam melaksanakan upacara
perkawinan anaknya. Dalam acara ini dilakukan secara musyawarah dan mufakat
oleh kedua belah pihak keluarga. (4) Menggantung Adalah suatu upacara dimana
sanak keluarga berkumpul untuk melakukan persiapan serta menghias tempat yang
akan dipergunakan upacara perhelatan perkawinan dilangsungkan. (5) Ijab Kabul
Disebut juga upacara akad nikah yang dipersiapkan secara besar-besaran dirumah
orang tua pengantin Wanita. Biasanya upacara akad ini dilaksanakan pada malam
hari setelah selesai sholat magrib. (6) Tepung Tawar Berinai Lebai Upacara ini
dimaksudkan untuk memberikan doa restu kepada pengantin, pengantin Wanita
dituntun oleh Mak Andam atau Tukang Andam dari bilik peraturan yang telah
berpakaian serba gemerlapan. Pengantin di dudukan diatas gerai pelaminan untuk
pelaksanakan tepung tawar.

3.2 Saran
Kurangnya kecintaan terhadap budaya dalam negeri Indonesia saat ini
terutama bagi generasi muda saat ini dan kurangnya pengenalan terhadap tradisi
adat istiadat sejak dini bagi anak sehingga kebudayaan semakin tergerus oleh
zaman salah satunya terhadap adat istiadat yang ada di Bengkalis . Pemerintah
daerah seharusnya lebih menggalakkan program-program yang dapat membantu
pengenalan akan kebudayaan yang ada di Bengkalis agar kebudaan tersebut tetap
terlestarikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. (2012). Profil


Kabupaten Bengkalis. Dipersip Provinsi Riau.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bekerjasama dengan Pusat Pengajian Bahasa
dan Kebudayaan Melayu Universitas Riau. (2003). Budaya Tradisional
Bengkalis. Universitas Riau.

11

Anda mungkin juga menyukai